BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Teori Umum
2.1.1
Sistem
Menurut
Brian
dan
Stacey (2005, p457),
Sistem merupakan
sesuatu
kumpulan  dari  komponen  –  komponen  yang  saling  berhubungan  yang
saling berinteraksi untuk menjalankan suatu tugas didalam mencapai suatu
tujuan yang dikehendaki. Dalam suatu sistem terdapat 2 point utama yaitu
sistem analisis
dan
sistem design
yang
digunakan
untuk
mengetahui
bagaimana
suatu
sistem itu
bekerja dan
mengambil
suatu
langkah
untuk
membuatnya menjadi lebih baik lagi. Sistem analisis merupakan seseorang
spesialis
informasi
yang
melakukan
analisis
terhadap suatu
sistem,
mendisain
dan
mengimplementasikannya.
Sistem design
adalah
suatu
kegiatan
untuk
membuat
tahap
pendahuluan
dalam mendisain
dan
selanjutnya
membuat detail dari design dan
yang terakhir
membuat suatu
laporan design.
Menurut Mulyadi (2001, p2), Sistem merupakan sekelompok unsur
yang 
erat 
berhubungan  dengan 
satu 
dengan 
lainnya, 
yang  berfungsi
bersama – sama untuk
mencapai tujuan
tertentu. Suatu
sistem terdiri dari
struktur dan proses, dimana struktur sistem merupakan unsur – unsur yang
membentuk  sistem  tersebut,  sedangkan  proses  sistem  menjelaskan  cara
kerja
setiap
unsur
sistem
tersebut dalam mencapai
tujuan
sistem.
Setiap
sistem merupakan bagian dari sistem lain yang lebih besar dan terdiri dari
berbagai sistem yang lebih kecil, yang disebut sebagai suatu subsistem.
8
  
9
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Sistem adalah kumpulan unsur – unsur
yang berhubungan untuk melaksanakan kegiatan –
kegiatan perusahaan
dalam mencapai suatu tujuan tertentu.
2.1.2
Informasi
Menurut McLeod (2001, p12), Informasi merupakan data yang telah
diproses atau data yang sudah memiliki arti tertentu bagi kebutuhan
penggunanya.
Pendapat Bodnar dan Hopwood yang telah diterjemahkan oleh Jusuf
dan Tambunan (2000, p1), “Informasi merupakan data yang berguna untuk
diolah
sehingga
dapat
dijadikan dasar
untuk
mengambil
keputusan
yang
tepat”.
Ada tiga jenis syarat yang harus dipatuhi
agar suatu
informasi dapat
dikatakan mempunyai kualitas yang tinggi, yaitu :
a.   Akurat
Artinya Informasi harus bebas dari kesalahan – kesalahan dan harus
jelas   mencerminkan   maksudnya   sehingga   tidak   menimbulkan
banyak gangguan yang dapat merubah dan merusak informasi.
b.   Tepat Waktu
Artinya   Informasi   yang   datang   pada   penerima   tidak   boleh
terlambat.
Sebab Informasi
yang
terlambat
menjadi
tidak
bernilai
  
10
lagi  karena  Informasi 
merupakan 
landasan  didalam 
melakukan
pengambilan keputusan.
c.   Relevan
Artinya  Informasi  tersebut  harus  mempunyai  manfaat  bagi  para
pemakai.
Menurut Brian dan Stacey (2005, p457), Informasi merupakan suatu
data yang telah disimpulkan atau dengan kata lain yang telah dimanipulasi
untuk digunakan didalam melakukan pengambilan suatu keputusan.
Dari definisi –
definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Informasi
adalah
data
yang
telah
di
proses sehingga
memiliki
arti
bagi
para
pemakainya untuk melakukan suatu tindakan tertentu
2.1.3
Sistem informasi
Menurut Brian dan Stacey (2005, p447), Sistem
Informasi
merupakan
suatu
kombinasi
orang
/
user,
hardware,
software,
jaringan
komunikasi,
dan sumber daya data yang mengumpulkan, merubah, dan menyebarkan
suatu informasi didalam suatu organisasi.
Sedangkan Gondodiyoto (2007, p112) menyatakan
bahwa
Sistem
Informasi
dapat
didefinisikan
sebagai kumpulan elemen –
elemen /
sumberdaya
dan
jaringan
prosedur
yang saling
berkaitan
secara terpadu,
  
11
terintegrasi
dalam suatu
hubungan
hirarkis
tertentu,
dan
bertujuan
untuk
mengelola data menjadi informasi.
Dari beberapa pendapat diatas, maka ditarik kesimpulan bahwa Sistem
Informasi 
adalah 
serangkaian  prosedur 
formal 
untuk 
mengubah 
data
menjadi
informasi guna
mendukung pengambilan keputusan dalam upaya
mencapai sasaran dan tujuan perusahaan. Atau dengan kata lain, Sistem
Informasi adalah sekumpulan data yang telah diproses menjadi informasi
yang didistribusikan kepada pemakai untuk mencapai apa yang telah
menjadi suatu tujuan.
2.1.4
Audit
2.1.4.1
Pengertian Audit
Menurut
Hall
(2001,
p42),
Auditing
adalah salah
satu
bentuk 
pengujian 
independen 
yang 
dilakukan 
oleh 
seorang
auditor
yang
menunjukkan
pendapatnya, tentang kejujuran
laporan keuangan”.
Menurut
Mulyadi
(2002,
p9),
“Audit
adalah suatu
proses
sistematik
untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara
objektif mengenai pernyataan – pernyataan tentang kegiatan dan
kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat
kesesuian   antara   pernyataan   –   pernyataan   tersebut   dengan
  
12
kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil – hasilnya
kepada pemakai yang berkepentingan.”
Jadi
dapat disimpulkan
bahwa
pengertian
audit
adalah
kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti audit oleh auditor
berdasarkan standar atau kinerja yang telah ditetapkan untuk
menghasilkan laporan keuangan yang jujur.
2.1.4.2
Jenis-jenis Audit
Menurut Arens and Loebbecke (2003, p11), Audit dapat
digolongkan menjadi 3 jenis :
1. Audit laporan keuangan
Merupakan   audit   yang   dilakukan   untuk   menentukan
apakah laporan keuangan secara keseluruhan yang
merupakan informasi telah disajikan sesuai dengan kriteria
tertentu.
2. Audit Operasional
Merupakan
penelaah
atas
bagian
manapun
dari
prosedur
dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi
dan 
efektifitasnya. 
Dalam  pemeriksaan 
operasional
tinjauan yang dilakukan tidak hanya dibatasi pada bagian
akuntansi
saja
melainkan
termasuk struktur organisasi,
penggunaan  komputer,  dan  lain-lain.  Dan  sesudah  audit
  
13
operasional dilakukan, auditor
akan
mengajukan
saran
kepada pihak perusahaan tentang pemeriksaan
operasionalnya.
3. Audit Kepatuhan
Audit kepatuhan adalah audit yang bertujuan untuk melihat
apakah suatu badan usaha yang diaudit telah melakukan
prosedur atau peraturan yang
telah ditetapkan oleh pihak
yang berwenang.
Selain
yang
disebutkan
diatas ada
juga
jenis audit
yang
lain yaitu :
a.   Audit Forensik (Forensic Audit)
Audit forensik adalah audit yang dilaksanakan dalam
kaitannya
sebagai
dukungan
dalam proses
litigasi
dan
investigasi.
b.   Audit terhadap Kecurangan (Fraud Audit)
Merupakan proses audit yang memfokuskan pada
keanehan/keganjilan objek yang perlu dilakukan audit.
Mencegah terjadinya kecurangan,
mendeteksi
maupun
pemeriksaan kecurangan.
c.   Audit Rinci
Merupakan audit keuangan yang
lebih rinci, bukan
hanya
audit terhadap laporan keuangan seperti yang disebutkan
diatas,  melainkan  yang  sudah  bersifat 
lebih 
mendalam
  
14
(special assisgnment misalnya audit/pemeriksaan tuntas,
due diligent) atau pemeriksaan bersifat investigasi
(investigative audit).
d.   Information Systems Audits
Information systems (IS), information technology (IT), atau
electronic 
data 
processing 
(EDP) 
audit 
mengevaluasi
aspek
aspek penting
pada
lingkungan
sistem informasi.
Perusahaan mungkin
memiliki
berbagai
platform:
mainframe, mini
computer,
microcomputer,
local
area
networks (LANs), wide area networks (WANs), electronic
data
interchange
(EDI),
dan Internet
hosts (servers,
electronic commerce).
2.1.4.3
Perlunya audit terhadap sistem informasi
Menurut Weber (1999, p6-9),
beberapa alasan penting
mengapa  audit  TI  perlu  dilakukan,  antara  lain  supaya  tidak
terjadi :
a.   Kerugian akibat kehilangan data
b.   Kesalahan dalam pengambilan keputusan
c.   Risiko kebocoran data
d.   Penyalahgunaan Komputer
e.   Kerugian akibat kesalahan proses perhitungan
  
15
f.
Tingginya  nilai  investasi  perangkat  keras  dan  perangkat
lunak komputer.
2.1.4.4
Standard Audit Sistem Informasi
Mengacu pada ISACA (2008), standard audit sistem
informasi
mendefinisikan
persyaratan – persyaratan yang wajib
dipenuhi
dalam pelaksanaan
dan
pelaporan
atas
audit
sistem
informasi.
Information  System  Audit  and  Control  Association
(ISACA) menetapkan standar audit sistem informasi, sebagai
berikut:
S1 : Audit Charter
Bahwa audit
charter harus
disetujui oleh
level
organisasi
yang
tepat dan harus memuat
tujuan, tanggung jawab, otoritas, dan
pertanggungjawaban dari fungsi audit sistem informasi.
S2 : Independence
Memuat
mengenai
pentingnya independensi
professional
dan
independensi organisasi.
S3 : Professional Ethics and Standards
Bahwa
auditor
sistem informasi
harus
setia
pada
kode
etika
profesional ISACA dan bersikap profesional dalam menjalankan
tugasnya.
  
16
S4 : Professional Competence
Bahwa auditor sistem informasi harus kompeten secara
profesional dan selalu memelihara kompetensi profesional yang
dimilikinya tersebut
dengan
cara mengikuti
pendidikan dan
pelatihan profesional secara berkelanjutan.
S5 : Planning
Berkaitan dengan perencanaan atas cakupan audit sistem
informasi, pengembangan dan pendokumentasian pendekatan
audit berbasis risiko, rencana audit, program audit beserta
prosedur-prosedurnya.
S6 : Performance of Audit Work
Berkaitan
dengan   pengawasan   terhadap   staf   audit   sistem
informasi, pengumpulan bukti
audit, dan pendokumentasian atas
proses
audit
dalam rangka
mendukung
temuan
dan
kesimpulan
auditor sistem informasi.
S7 : Reporting
Berkaitan dengan
rincian
keterangan
dalam laporan
audit
yang
diperlukan, penyediaan laporan audit
yang dibuat
pada
akhir
penyelesaian audit harus berdasarkan bukti yang memadai, dan
bahwa
laporan
ketika
diterbitkan
harus
ditandatangani, diberi
tanggal,
dan
didistribusikan
sesuai dengan persyaratan yang
tertuang pada surat perjanjian.
  
17
S8 : Follow-Up Activities
Berkaitan
dengan
pengevaluasian atas
informasi
yang
relevan
untuk   mengetahui   apakah   tindakan   yang   semestinya   telah
diambil oleh pihak manajemen dalam rangka menyikapi temuan
dan rekomendasi dari auditor.
S9 : Irregularities and Illegal Acts
Berkaitan  dengan  pertimbangan  dan  prosedur-prosedur  audit
yang diperlukan dalam melakukan penilaian atas adanya risiko
tindakan  yang  tidak  biasa  dan  melanggar  hokum;  pentingnya
surat representasi dari manajemen; pengkomunikasian
mengenai
temuan   yang   diperoleh,   dan   juga   dokumentasi   mengenai
tindakan-tindakan tidak biasa dan melanggar hokum materil.
S10 : IT Governance
Berkaitan dengan
penilaian
fungsi
sistem informasi
yang
harus
sejalan dengan misi, visi, tujuan, strategi perusahaan; penilaian
terhadap
hasil
yang dicapai dan keefektifan penggunaan sumber
daya sistem informasi
serta kepatuhan terhadap
hokum, kualitas
informasi, dan persyaratan keamanan yang ada.
S11 : Use of Risk Assessment in Audit Planning
Berkaitan dengan penggunaan
teknik penilaian
risiko yang
tepat
atas
rencana
audit
dan
dalam penentuan
prioritas
untuk alokasi
sumber daya audit sistem informasi yang efektif.
  
18
S12 : Audit Materiality
berkaitan dengan pertimbangan mengenai materialitas audit dan
hubungannya
terhadap risiko
audit;
pertimbangan
mengenai
kelemahan pengendalian yang berpengaruh secara materil dalam
sistem informasi; dan pengungkapan mengenai hal tersebut pada
laporan auditor.
S13 : Using the Work of Other Experts
berkaitan dengan penggunaan pekerjaan dari pakar lainnya untuk
keperluan  audit  dan  penilaian  terhadap  kompetensi,
independensi, dan pengalaman dari pakar tersebut.
S14 : Audit Evidence
Berkaitan dengan pengumpulan bukti audit yang memadai dan
layak untuk menarik kesimpulan yang wajar dan pengevaluasian
atas kecukupan bukti audit.
S15 : IT Controls
Berkaitan dengan pengevaluasian dan pemantauan atas
pengendalian teknologi informasi; dan pemberian masukan
kepada pihak manajemen mengenai perancangan, implementasi,
operasi, dan peningkatan atas pengendalian teknologi informasi
yang ada.
S16 : E-commerce
Berkaitan dengan pengevaluasian atas pengendalian-
pengendalian
yang
berlaku
dan
penilaian
terhadap
risiko
yang
  
19
ada dalam rangka
menjamin terkendalinya transaksi-transaksi e-
commerce.
2.1.5
Teknik Pengumpulan Data
Menurut
Sugiyono
(2008,
p194), ada
tiga
teknik pengumpulan
data
dalam metode survey yaitu :
1.
Wawancara (Interview)
Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan
tentang diri sendiri atau self report, atau setidak –tidaknya pada
pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Wawancara dapat dilakukan
secara 
terstruktur 
maupun  tidak 
terstruktur 
dan  dapat 
dilakukan
melalui tatap muka maupun dengan menggunakan telepon.
a.
Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan
data bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan
pasti tentang informasi apa yang diperoleh. Dengan wawancara
terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan
pengumpul data mencatatnya.
  
20
b.
Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara
tidak terstruktur
adalah
wawancara
yang
bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya.  Pedoman  wawancara  yang  digunakan  hanya  berupa
garis – garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
2.
Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis
kepada
responden
untuk
dijawabnya. Kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti
variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari
responden. 
Kuesioner 
dapat 
berupa 
pertanyaan   atau   pernyataan
tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara
langsung atau dikirim melalui pos, atau internet.
3.
Observasi (Observation)
Observasi  sebagai  teknik  pengumpulan  data  mempunyai  ciri
yang
spesifik
bila
dibandingkan dengan
teknik
yang
lain,
yaitu
wawancara  dan  kuesioner.  Teknik  pengumpulan  data  dengan
observasi   digunakan   bila,   penelitian   berkenaan   dengan   prilaku
  
21
manusia, proses kerja, gejala –
gejala alam dan bila responden yang
diamati tidak terlalu besar.
2.2
Teori Khusus
2.2.1
Audit Sistem Informasi
2.2.1.1
Pengertian Audit Sistem Informasi
Menurut Weber (1999, p10), Information Systems Auditing
is the process of collecting and evaluating evidence to determine
whether a computer system safeguards assets, maintains data
integrity, allows organizational goals to be achieved effectively,
and
uses
resources
efficiently.
Audit
sistem informasi
adalah
proses untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bukti –
bukti
untuk
menentukan
apakah
sistem komputer
dapat
melindungi
aktiva perusahaan, mampu menjaga integritas data, dapat
membantu
pencapaian
tujuan
organisasi secara efektif, serta
menggunakan sumberdaya yang dimiliki secara efisien.
Menurut Alberts dan Dorofee (2003, p6), “Information
System 
audits  are 
independent 
appraisals 
of  a 
company’s
internal controls to assure management, regulatory authorities,
and company shareholders that information is accurate and
valid”. Audit sistem informasi adalah penilaian
independen atas
pengendalian  internal  suatu  perusahaan  yang  dilakukan  untuk
  
22
meyakinkan
pihak
manajemen,
pemerintah dan para
pemegang
saham bahwa informasi yang ada adalah akurat dan benar.
Dari kedua definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Audit
Sistem  Informasi 
adalah 
proses 
pengumpulan 
dan
pengevaluasian
bukti-bukti
untuk penilaian
independen
atas
pengendalian internal suatu perusahaan dan untuk meyakinkan
bahwa informasi yang ada adalah akurat dan benar.
2.2.1.2
Tujuan Audit Sistem Informasi
Menurut  
Weber  
(1999,  
p11),   tujuan  
Audit  
Sistem
Informasi terdiri dari:
1.
Asset Safeguarding Objectives
Asset 
berupa  hardwaresoftware,
personal, 
data 
file,
sistem dokumentasi dan perlengkapannya merupakan harta
yang
harus
dilindungi
dengan
suatu
sistem pengendalian
internal yang baik. Hardware dapat rusak karena perbuatan
jahat, software
dan
data
dapat
dicuri.
Karena
harta
ini
merupakan pusat, maka
pengamanan terhadap harta ini
merupakan hal-hal yang utama.
  
23
2.
Data Integrity Objectives
Data yang terpadu merupakan konsep utama pada EDP
(Electronic
Data
Processing) audit,
data
yang
cepat
dan
akurat akan memberikan informasi yang tepat bagi
manajemen. 3 (Tiga) faktor utama yang membuat data
berharga bagi organisasi dan pentingnya untuk menjaga
keutuhan data adalah :
a.
Nilai  informasi  data  bagi  pengambilan  keputusan
perorangan
b.
Peningkatan    data    sehingga    dapat    memberikan
informasi bagi para pengambil keputusan
c.
Nilai
data
bagi
pesaing,
jika
data
tersebut
berguna
bagi pesaing maka kehilangan data akan memberikan
dampak buruk bagi organisasi tersebut, pesaing dapat
menggunakan data tersebut untuk mengalahkan
organisasi
sehingga   
mengakibatkan   
organisasi
menjadi  kehilangan  market,  berkurangnya
keuntungan dan lain-lain.
3.
System Effectiveness Objectives
Pengolahan  data  secara  efektif  merupakan  tujuan  yang
harus  dicapai,  evaluasi  terhadap  efektivitas  pengolahan
data 
harus 
dilakukan.  Agar 
dapat 
mengetahui 
apakah
  
24
informasi yang dihasilkan telah efektif atau belum seorang
auditor harus mengetahui karakter pemakai.
Efektivitas 
yang 
dicapai 
baru 
dapat 
diketahui 
setelah
sistem berjalan
beberapa
lama,
manajemen
memerlukan
audit untuk mengetahui apakah sistem telah berjalan sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan.
4.
System Efficiency Objectives
Sebuah
sistem pemrosesan
data
yang
efesien
terjadi
bila
menggunakan sumber data yang minimal untuk
menghasilkan
output
yang
diperlukan.
Sistem informasi
menggunakan
banyak sumber
daya seperti hardware,
alat
pendukungnya, software dan tenaga kerja, sumber daya ini
langka
dan
sistem aplikasi
yang
lain
biasanya
bersaing
menggunakan sumber daya itu.
2.2.1.3
Tahapan Audit Sistem Informasi (Audit Life Cycle)
Menurut Hunton (2004, p208), Seluruh audit TI mengikuti
sebuah siklus proses
yang disebut sebagai “Siklus Kehidupan
Audit
TI”.
Itu mencakup proses: perencanaan, perkiraan resiko,
pengembangan    
program    
audit,    
mengumpulkan    
bukti,
  
25
memperoleh kesimpulan,
mempersiapkan pendapat auditor, dan
menindaklanjuti.
a.  Perencanaan
Langkah awal menyangkut perencanaan dalam penelitian
audit
TI.
Ini
berarti
menentukan
resiko
apa
yang
melekat
dalam audit,
membiasakan
diri
dengan
klien
audit
dan
lingkungan di setiap tempat kerja klien, dan berada diluar
rencana
untuk melakukan audit, termasuk siapa staff audit
dan bagaimana audit sering dilakukan.
Standart ISACA 050.010, “Perencanaan Audit”,
menyatakan:
“Auditor
sistem informasi
adalah
untuk
merencanakan kerja audit sistem informasi untuk
menunjukkan tujuan audit dan untuk menyusun dengan
menggunakan  standart  audit  profesional.”  Pedoman
ISACA 050.010.020 menyediakan berbagai macam
pedoman yang spesifik dalam perencanaan. Tiap pedoman,
auditor 
harus 
melakukan 
pelaksanaan  tugas  selama
tahapan perencanaan:
1.   Menetapkan
batasan
dan
tujuan
kontrol
dalam
melakukan tugas audit;
2.   Melakukan  perkiraan  awal  dalam 
mengontrol  yang
berhubungan dengan proses auditor dalam mengaudit;
  
26
3.
Keuntungan dalam memahami
setiap organisasi dan
perusahaan
tersebut,   keuangan   dan   resiko,   serta
lingkungan
persoalan  
yang  
berhubungan   dengan
industri atau klien;
4.   Identifikasi    seberapa    besar    klien    percaya    pada
outsource;
5.
Mengembangkan
program audit
memuat
spesifikasi
prosedur audit mengenai auditor dapat melakukan
selama kerja lapang audit;
6. 
Mengembangkan perencanaan audit untuk melakukan
semua kegiatan audit; dan
7.   Dokumen 
laporan 
kerja 
audit  dengan 
perencanaan
audit
dan
program audit
dan
kebutuhan
dokumen
lainnya untuk membenarkan setiap pemahaman dalam
operasi perusahaan dan lingkungan operasi.
b.
Perkiraan Resiko, atau ” Kesalahan
Apa
Yang Dapat
Terjadi?”
Karena
kemungkinan
resiko pembicaraan
yang
sangat
penting di audit TI, menyediakan segala bab untuk
mendiskusikan  resiko.  Untuk  setiap  alasan,  kita
menyimpan  laporan  singkat  diskusi  mengenai
kemungkinan resiko.
  
27
Banyak auditor sekarang menggunakan pendekatan dasar
resiko audit
untuk
melakukannya dalam audit. Dalam tipe
audit, kemungkinan resiko berkisar pertanyaan ”Kesalahan
apa yang dapat terjadi?” Merupakan fokus auditor sistem
informasi
dalam menentukan
langkah
awal
proses
pendukung kritik apa yang diberikan untuk proses audit.
Berikutnya, mereka
bertanya pada diri sendiri kesalahan
apa mungkin bisa terjadi dalam proses dukungan
mereka.
Ini membantu auditor mengidentifikasi kontrol pada
tempatnya untuk melindungi keutuhan proses dengan
campur tangan audit. Auditor termasuk kontrol
menganggap  bahwa  kepentingan  semua  hal  dapat  diuji
coba dalam program audit.
Tentunya, internal kontrol merespon ke manajemen.
Beberapa
perusahaan,
mengakui
dan
merangkum respon
tersebut, melakukan semua sendiri untuk kontrol internal.
Tipe dari lingkungan kontrol
dapat sangat membantu
auditor dalam menilai efektivitas kontrol.
c.  Program Audit
Disini tidak terdapat standard program audit untuk audit TI
sejak  prosedur  audit  harus  disesuaikan  untuk  hardware
dan software klien, jaringan dan topologi, dan sebuah
lingkungan  dan  industri-pertimbangan  spesifik.  Program
  
28
audit
menyediakan laporan di bab
ini
umumnya program
audit, rincian akan menyesuaikan keperluan auditor.
Umumnya
program
audit
meliputi
melaksanakan
komponen:
1.   Batasan audit;
2.   Tujuan audit;
3.   Prosedur audit; dan
4.   Rincian
administasi
seperti
perencanaan
dan
pelaporan.
Program audit,
yang
mana
harus
berupa dokumen
kertas
kerja, melayani sebagai contoh untuk pekerjaan yang harus
dilakukan.
Setelah
audit
lengkap,
program audit
menyediakan dokumen untuk siapa yang melakukan
prosedur audit perorangan dan referensi untuk kertas kerja
dimana hasil setiap test dan langkah audit dapat dilihat.
d.  Mengumpulkan Bukti
Mengumpulkan barang bukti adalah inti dari melakukan
audit, sejauh itu menyediakan dasar untuk pendapat audit
akhirnya itu dibuat.
Pedoman ISACA 060.020.030 mengidentifikasi beberapa
tipe dari bukti auditor TI sangat umum untuk bagian kerja
lapang, termasuk:
  
29
1.   Mengamati proses dan keberadaan perihal fisik seperti
operasi komputer dan prosedur backup data;
2.   Bukti
dokumen
seperti
program
perubahan
log,
mengakses sistem log, dan otorisasi tabel;
3.   Representasi
seperti
menyediakan
klien
diagram,
narasi, kebijakan tertulis dan prosedur; dan
4.   Analisis   seperti   prosedur   berjalan   CAATs   dalam
menyediakan klien file data.
Jika auditor tidak mendapatkan cukup bukti, mereka
mungkin dapat meminta lebih sesuai kebutuhan dari klien
dalam  pemesanan  untuk  memuaskan  pemberian  tujuan.
Jika bukti yang cukup tidak didapatkan, auditor harus
mempertimbangkan kepentingan dari bukti dan efek dari
batasan dalam audit.
Tidak semua bukti dibuat sama. Sebaliknya, auditor harus
melihat kualitas atau keandalan, bukti yang
mereka
kumpulkan selama melakukan audit.
e.  Memperoleh Kesimpulan
Sesudah semua bukti audit terkumpul, auditor melakukan
tugasnya untuk mengevaluasi bukti dan memperoleh
kesimpulan mengenai apakah tujuan audit ditemukan dan
kecukupan
melakukan
prosedur audit
ketika
datang
dari
semua      pendapat      audit.      Auditor      harus      selalu
  
30
mengidentifikasi apapun kondisinya dilaporkan. Mengacu
pada situasi apapun saat datang untuk diperhatikan auditor
bahwa mewakili banyak kontrol yang lemah. Melaporkan
kondisiya
adalah
selalu
melengkapi
di
dalam surat
manajement,  yang  mana  untuk  diskusi  dengan  komite
audit
dan
manajement
klien
dalam
mencari
jalan
keluar
dari kesimpulan yang diaudit.
Kesimpulan auditor pernah menjadi kejutan untuk staff
manajemen. Jika auditor mengungkap kelemahan
substansial
dalam kontrol
internal
dan/atau
kepentingan
yang
salah
dalam pernyataan
keuangan,
auditor
harus
memberikan anomali untuk perhatian manajemen kapan
mereka temukan. Kesimpulan audit,
manajemen harus
menyelesaikan dan melepaskan masalahnya. Jika tidak,
auditor mungkin membutuhkan kualitas pendapat audit.
f.  Pendapat Audit
Hanya
disini
tidak
ada
standar
program
audit
TI,
disini
tidak ada standar laporan audit. Beberapa tipe audit TI
mempunyai kriteria khusus untuk apa yang termasuk
kedalam laporan
audit.
Laporan
audit
untuk
pengesahan,
menemukan, dan rekomendasi, audit SAS 70, dan audit
SAS 94 laporan diskusi dari bab ini.
  
31
Pedoman untuk hal umum sudah termasuk didalam laporan
audit
adalah
disediakan
oleh
pedoman
ISACA
070.010.010. Hal mengikuti sudah termasuk dalam laporan
audit:
1.   Nama organisasi yang diaudit;
2.   Judul, tandatangan, dan tanggal;
3. Pernyataan
dari
tujuan
audit
dan
apakah
audit
menemukan tujuan ini;
4.
Batasan
audit,
termasuk
“area
fungsi
audit, periode
pelaksanaan audit,
dan
sistem informasi,
aplikasi
atau
lingkungan proses audit”;
5.
Pengakuan dari pembatasan lingkup dimana audit
melakukan tugas audit;
6.   Laporan ditujukan untuk peserta, termasuk pembatasan
apapun dalam distribusi laporan;
7. 
Mengikuti standar dan kriteria yang mana digunakan
auditor dalam melaksanakan kerja audit;
8.   Penjelasan terinci dari temuan yang penting;
9. Kesimpulan
dalam
area
evaluasi
audit,
termasuk
signifikan reservasi atau qualisifikasi;
10. Saran  untuk  melakukan  pembenaran  atau  perbaikan
dimana yang sesuai; dan
  
32
11. Penting
untuk
event
yang
terjadi selanjutnya sesudah
kerja lapang untuk audit selesai.
g. Menindaklanjuti
Tahap terakhir life cycle audit
TI adalah menindaklanjuti.
Sesudah  auditor  melakukan  pembicaraan  hasil  audit  ke
klien dan menyampaikan pendapat audit ke klien, auditor
membuat ketentuan untuk menindaklanjuti dengan klien
apapun  kondisi  yang  dilaporkan  atau  kekurangan  audit
yang diungkap selama melakukan audit. Sebagai contoh,
jika kekurangan kontrol yang penting adalah mencatat,
auditor dapat membuat rencana untuk meninjau kembali
masalah dengan klien dalam 30 hari untuk menentukan jika
kekurangan tersebut dapat diperbaiki.
Tentu, semua kekurangan yang penting membutuhkan
waktu yang lama untuk klien menyelesaikannya. Selama
ditemukan
jalan
keluar,
auditor
dan
klien harus
setuju
sejauh dan waktu yang tepat untuk prosedur
menindaklanjuti. Menindaklanjuti
dapat
lewat
bentuk
menelepon ke manajemen dan selanjutnya dokumen
percakapan atau
auditor
membuat
tambahan
jadwal
prosedur audit untuk memuaskan semua pihak dari
manajemen untuk membenarkan kepentingan kelemahan
control internal.
  
33
2.2.2
Pengendalian Dan Risiko Sistem Informasi
2.2.2.1
Pengendalian Internal
Mengacu pada pendapat Weber(1999, p35), pengendalian
adalah
suatu
sistem
untuk
mencegah, mendeteksi, dan
mengkoreksi  kejadian  yang  timbul  saat  transaksi  dari
serangkaian pemrosesan yang
tidak terotorisasi secara sah, tidak
akurat, tidak lengkap, mengandung kelebihan, tidak efisien dan
efektif. Dengan demikian, tujuan dari pengendalian adalah untuk
mengurangi risiko atau mengurangi pengaruh yang sifatnya
merugikan akibat suatu kejadian.
Menurut Mulyadi (2001, p613),
Pengendalian
Internal
meliputi struktur organisasi, mengecek ketelitian, dan keandalan
data  akuntansi,  mendorong  efisisensi  dan  mendorong
dipatuhinya kebijakan manajemen. Definisi system pengendalian
intern tersebut menekan tujuan yang hendak dicapai, dan bukan
pada unsur-unsur yang membentuk system tersebut.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal
adalah
merupakan kebijakan, praktek, prosedur, dan perangkat
yang
dirancang
untuk
mengecek
ketelitian,
dan
keandalan data
akuntansi, mendorong efisisensi dan
mendorong
dipatuhinya
kebijakan manajemen.
  
34
2.2.2.2
Komponen - komponen Pengendalian
Mengacu pada pendapat Weber (1999, p49) Sistem
Pengendalian internal terdiri atas lima komponen yang saling
terkait, yaitu:
1.
Lingkungan pengendalian
Elemen ini memperlihatkan bahwa hal yang tergantung pada
pengendalian terutama pada sistem akuntansi pada prosedur
harus dijalankan.
2.
Penaksiran risiko
Elemen ini mengidentifikasi dan menganalisa risiko yang
dihadapi organisasi dengan cara risiko tersebut dikelolah.
3.
Aktivitas pengendalian
Elemen ini memastikan bahwa setiap transaksi telah
diotorisasi oleh yang berwenangm telah
ada
pemisahan
fungsi,
dokumentasi
dan
pencatatan
yang
memadai,
harta
dan catatan telah diamankan dan pengecekan oleh pihak
independent telah dilakukan serta penilaian terhadap
pencatatan telah dilaksanakan.
4.
Informasi dan komunikasi
Pada elemen ini informasi diidentifikasikan, diambil, dan
diubah sepanjang waktu dan menyediakan formulir untuk
memperbolehkan karyawan mengubah tanggung jawabnya.
  
35
5.
Pemantauan
Elemen
yang
berfungsi
untuk
memastikan
bahwa
pengendalian internal telah berjalan dengan baik
Dalam setiap
pemeriksaan
auditor
harus
memperolah
pemahaman yang memadai atas masing-masing dari kelima
unsure
tersebut
diatas
untuk
merencanakan audit dengan cara
melaksanankan prosedur untuk memahami rancangan kebijakan
dan prosedur
yang relevan dengan perencanaan audit dan untuk
menentukan apakah rancangan tersebut dilaksanakan.
2.2.2.3
Fungsi Sistem Pengendalian Intern
Menurut
Mulyadi
(2001,
p163),
fungsi
Sistem
Pengendalian Intern yaitu :
a.
Untuk 
melindungi 
harta 
perusahaan 
dari 
tindakan 
dan
keadaan yang merugikan
b.
Untuk
memeriksa,
meneliti kecermatan, dan keandalan data
akuntansi
sehingga   
informasi    yang    disajikan    dapat
diandalkan
dalam pengambilan
keputusan
dan
penyusunan
laporan keuangan
c.
Untuk meningkatkan efisiensi usaha
d.
Untuk mendorong ditaatinya kebijakan manajemen yang
telah digariskan.
  
36
2.2.2.4
Risiko Audit Sistem Informasi
Menurut Hunton (2004, p48)
Risiko adalah sesuatu yang
terjadi yang memungkinkan   
menghasilkan sesuatu yang
negative.
Dalam menjalankan
usaha,
sebuah
perusahaan
menghadapi berbagai risiko, seperti : Business Risk ( Risiko
Bisnis), Audit Risk (Risiko
Audit),  
Security
Risk (Risiko
Keamanan) dan Continuity Risk.
1.
Risiko Bisnis (Business Risk)
Risiko bisnis adalah  
suatu kemungkinan bahwa suatu
organisasi tidak dapat mencapai tujuan bisnis nya.
Terdapat
dua
faktor
yang
mempengaruhi 
risiko
tersebut
,
yaitu factor internal dan factor external. Untuk memahami
risiko bisnis pada suatu organisasi, seorang auditor harus
terlebih
dahulu  
mengenal  
(familiar) dengan   strategi
rencana
kegiatan 
perusahaan (enterprise’s strategic
plan)
Risiko timbul dari lingkungan luar (external environment),
misalnya : risiko dimana kompetitior baru akan memasuki
pasar atau risiko poor economy.
  
37
Contoh
risiko
dari
pihak
dalam (internal) adalah ketidaktaatan
karyawan, 
kegagalan 
equiptment,  atau  kecurangan  yang
dilakukan oleh manajer.
2.    
Risiko Audit (Audit Risk)
Risiko Audit adalah suatu kemungkinan bahwa auditor
external 
suatu organisasi membuat 
kesalahan 
dimana
penyampaian opini yang membuktian kepatutan laporan
keuangan atau kegagalan auditor TI 
dalam 
menemukan
kesalahan
material atau kecurangan material.
3.    
Risiko Keamanan (Security Risk)
Risiko keamanan IT meliputi risiko yang terkait dengan
akses data dan
integritas. Akses tidak sah ke data
tersebut
dapat  berupa  fisik  maupun 
logis.  Banyak  risiko 
yang
terkait dengan kedua hal tersebut baik logis maupun fisik
dapat meningkatkan risiko akses. Risiko mereka meningkat
dengan integrasi sistem informasi
dan
kemampuan
akses
jarak
jauh.
Dalam sebuah
usaha
yang
memiliki
sistem
terintegrasi tapi tidak menggunakan password
terpisah
untuk akses ke berbagai bagian dari sistem, seorang
pengguna yang tidak sah tidak hanya dapat mengakses data
perusahaan yang
sensitif
tapi
juga
mungkin
bahkan
memanipulasinya.
  
38
4.
Risiko Berkelanjutan (Continuity Risk)
Risiko
Berkelanjutan
mencakup
risiko Assosiation dengan
ketersediaan
backup dan recovery
pada
sistem informasi.
Avaibility mengacu
pada
keamanan
yang
memastikan
bahwa
suatu
sistem informasi
selalu
dapat
diakses
oleh
pengguna.
misalnya,
hacker
dapat
mengancam avaibility
dengan
membuat  
system  
penuh  
dengan  
mail  
dan
overloading pada server
sehingga
untuk
menutup
intranet
atau situs web perusahaan tidak tersedia, dan juga
kehilangan konsumen yang membeli di tempat lain karena
takut tentang keandalan
2.2.3
Sistem Informasi yang di Audit
2.2.3.1
Sistem Informasi Reservasi
Kegiatan
reservasi
merupakan salah satu kegiatan yang
penting
dalam perusahaan
jasa
travel,
karena
dari
reservasi
diperoleh  pendapatan  untuk 
membiayai 
kelangsungan
perusahaan, bahkan memperoleh keuntungan bagi perusahaan.
Menurut Kesrul (2003, p126), reservasi merupakan suatu
komunikasi melalui surat atau telepon untuk menyediakan kamar
atau  tempat  duduk  di  pesawat  yang  dipesan  oleh  seseorang
  
39
supaya 
tidak  kehabisan 
tempat  pada  waktu  datang  di  hotel
ataupun di bandara.
Berdasarkan penjelasan diatas,
maka
dapat
disimpulkan
bahwa
sistem informasi
reservasi
adalah
sistem yang
memudahkan
pelanggan
dalam melakukan
pemesanan,
agar
mendapatkan kepastian dalam melakukan perjalanan sesuai
dengan rencana perjalanan dan kepastian untuk mendapatkan
permintaan atau pelayanan khusus lainnya sesuai dengan
pemesanan.
2.2.3.2
Pengendalian Sistem Informasi
Menurut
Hunton
(2004,
p106), Kategori
kontrol
utama
yang 
terlibat 
dalam 
fungsi  TI 
yaitu 
keamanan, 
input,
pemrosesan, output, database, cadangan, dan pemulihan data.
Masing-masing kategori ini dimaksudkan untuk meminimalkan
risiko  bisnis  dan  audit  melalui  pengendalian  internal,  seperti
yang dibahas selanjutnya.
1.
Pengendalian Keamanan(Security Controls)
Manajer  TI  bertanggung  jawab  memastikan  bahwa
infrastruktur
komputasi aman
dari
ancaman baik
ancaman
  
40
internal maupun eksternal. Yang akan dibahas disini adalah
mengenai: keamanan fisik dan keamanan logis.
a.
Keamanan Berwujud (Physical Security)
Keamanan fisik fokus pada pemeliharaan fasilitas,
komputer,   peralatan   komunikasi,   dan   aspek   nyata
lainnya dari infrastruktur komputasi yang aman dari
bahaya. Hanya petugas yang berwenang yang diizinkan
masuk
ke
fasilitas,
dan
pengunjung harus
diawasi
oleh
personil yang berwenang setiap saat. Ingat, karyawan
yang tidak bekerja untuk fungsi TI sering memasuki
fasilitas, seperti mesin penjual, persediaan kertas, dan
persediaan  kebersihan,  dan  pengunjung  harus  secara
hati-hati diperiksa dan dipantau terus -
menerus. Ini
adalah
kelemahan
keamanan
dalam banyak
sistem
melalui penyusup yang bisa menembus. Pembatasan
akses
dapat
dicapai
dengan
berbagai
cara, seperti
penggunaan penjaga keamanan, kunci dan mengunci,
pembaca kartu, dan perangkat biometrik (contoh:
pembaca sidik jari
atau pemindai
gambar
retina)
pada
semua pintu masuk dan keluar dari fasilitas.
b.
Keamanan tidak Berwujud (Logical Security)
  
41
Bagian
paling
berharga dari
infrastruktur Logical
asset
yaitu data perusahaan dan perangkat lunak komputer
(contoh : pengguna aplikasi, sistem jaringan, sistem
komunikasi,
dan
sistem
operasi). Data dan perangkat
lunak yang alami dikenal sebagai komponen-komponen
"logis" dari infrastruktur. Bagian dari sistem keamanan
komponen logis ditangani melalui kontrol fisik; yaitu,
sebagian besar data perusahaan dan perangkat lunak
terletak  di  komputer,  server,  dan  perangkat
penyimpanan disimpan di fasilitas komputasi utama dan
situs lainnya di seluruh perusahaan. Bagian lain dari
sistem keamanan
logis
ditangani
melalui
akses
dikendalikan
komputer,
monitor,
dan
sistem review.
Salah satu pendekatan keamanan logis didapatkan
dengan cara yang sama seperti keamanan
fisik;
sesuai,
auditor TI perlu mengenal banyak jalur akses ke
komponen logis, meninjau kontrol akses, memeriksa
kontrol pemantauan, memahami
prosedur pemeriksaan,
dan melakukan tes penerobosan.
2.
Pengendalian Informasi (Information Control)
Proses
input,
memproses,
dan
mendistribusikan
informasi  akuntansi 
yang  timbul  dari  peristiwa-peristiwa
  
42
ekonomi
dapat
diklasifikasikan
ke
dalam kegiatan
input,
proses, dan output. Risiko audit sangat tinggi, terutama jika
pengendalian internal yang lemah, seperti pemisahan yang
tidak
tepat otorisasi dan pencatatan seluruh transaksi input-
output-proses dalam siklus sistem akuntansi
rentan terhadap
penyalahgunaan,
yang   
dapat   
mengakibatkan   
materi
misstatements dalam pernyataan rekening.
a.    Pengendalian Masukan (Input Controls)
Auditor TI harus melihat apakah perusahaan mengikuti
prosedur tertulis tentang
otorisasi
yang
tepat,
persetujuan,
dan
input
transaksi
akuntansi. Ini
adalah
fungsi yang bertentangan, sehingga mereka harus
dipisahkan sedapat mungkin dan dikendalikan.
b.  
Pengendalian Keluaran (Output Controls)
Akses ke output komputer harus dikontrol sehingga
informasi
perusahaan
yang diminta
pemilik
dan 
pihak
berwenang agar laporan dicetak tetap berada dalam
lokasi perusahaan. Sebuah kontrol logis adalah untuk
memastikan bahwa hanya pihak berwenang dapat
meminta output tertentu, apakah itu mengambil bentuk
layar   
komputer   
atau   
dicetak   
laporan.   
Seperti
  
43
pengendalian   logis   dapat   dilakukan   melalui   ID  /
password .
3.
Pengendalian Berkelanjutan (Continuity Controls)
Risiko bisnis utama yang berkaitan dengan fungsi TI
adalah suatu gangguan kegiatan usaha komputer karena
kegagalan dan bencana. Sejauh mana perusahaan siap untuk
secara efektif menghadapi keadaan seperti itu sangat penting
untuk kelangsungan hidup ekonomi organisasi.
a.
Pengendalian Cadangan (Backup Controls)
Sangat penting bahwa organisasi mengembangkan dan
melakukan
strategi
cadangan;
Kalau
tidak,
tidak
akan
ada tersisa untuk pulih setelah bencana.
Backup Data
Sebagai  strategi  cadangan  khusus  yang  dipekerjakan
oleh perusahaan tergantung pada sejumlah faktor
tambahan, seperti volume transaksi, ketersediaan
dukungan teknis, lokasi penyimpanan
cadangan,
dan
redundansi hardware.
Namun,
bahkan
kenyataannya
strategi cadangan dapat dicapai, mengingat sumber daya
yang cukup.
  
44
Sekarang mari kita membahas dua isu utama saat
merancang strategi cadangan untuk sebuah organisasi -
lokasi penyimpanan. ketika file / tabel yang didukung,
mereka   ditempatkan   pada   beberapa   media,   seperti
digital  kaset,  CD,  dan  magnetik  disk.  Pilihan  media
yang digunakan tergantung
pada faktor-faktor seperti
kecepatan,
kehandalan, kapasitas,
dan
biaya.
Setelah
pilihan dibuat, pertanyaannya adalah tempat untuk
menyimpan
medium di
mana
cadangan
file
/
tabel
tersimpan.
Ada
dua
solusi umum –
media fisik dan
media  elektronik.
Dengan media fisik, itu diduga bahwa media akan
dihapus dari perusahaan komputer dan dibawa ke luar
lokasi
situs,
seperti
lemari
besi
bank
atau
perusahaan
lain lokasi geografis terpisah dari situs pemrosesan.
Media Elektronik cadangan melibatkan pengiriman data
melalui jaringan komunikasi (seperti
internet) ke semua
situs media penyimpanan, biasanya menghitung lain.
b.
Pengendalian Pemulihan (Recovery Controls)
Perusahaan  tidak  sanggup  untuk  menanggulangi
bencana terjadi dan kemudian bertanya-tanya apa yang
harus dilakukan;
mereka
harus proaktif, bukan reaktif.
  
45
Perusahaan  harus  memiliki  perencanaan  untuk  pulih
dari bencana dan  
menguji rencana
tersebut secara
berkala. Fungsi TI manajer dan auditor IT harus
mengadopsi sikap "Apa
yang akan kita lakukan ketika
terjadi bencana?" bukan "Apa yang akan kita lakukan
jika terjadi bencana?" Perencanaan kontingensi Pikirkan
cara ini: Ini masalah waktu saja, bukan probabilitas!
2.2.3.3
Data Flow Diagram (DFD Diagram Aliran Data)
Menurut Whitten (2004, p326-347), data flow diagram
adalah alat yang
menggambarkan aliran data
melalui sistem dan
kerja
atau
pengolahan
yang
dilakukan
oleh
sistem tersebut.
Simbol  yang  akan  digunakan  dalam  penggambaran  DFD  ini
yakni dengan menggunakaan notasi Gane dan Sarson, dengan
alasan popularitas yang sudah tersebar luas.