BABII
TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
11.1.
Tinjauan City Hotel
11.1.1. Definisi
Hotel
Terlepas dari
sejarah perhotelan,
secara harifah, kata
hotel dulunya berasal
dari kata
hospitium
(
bahasa Latin ), yang artinya ruangan
tamu. Dalam
jangka
waktu
lama
kata
hospitium
mengalami
proses perubahan
pengertian
yaitu
menjadi
hostel.
Sesuai
dengan
perkembangan
dan
tuntutan
orang
-orang yang
ingin
mendapatkan
kepuasan, kata
hoste/lambat
laun berubah
menjadi
hotel
yang
seperti
yang kita kenal sekarang.
Menurut Menteri Perhubungan,
hotel
adalah suatu bentuk akomodasi
yang
dikelola secara
komersial, disediakan bagi
setiap orang
untuk
memperoleh
pelayanan
penginapan berikut makan dan minum
( SK. MenHun.RI.No.PM
1O/PW.391/PHB-77).
Menurut Peraturan gubernur
Provinsi
Daerah
Khusus
lbukota
Jakarta No. 41
Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan
Usaha Hotel pasal 1
ayat (10), Hotel yaitu
jenis
usaha akomodasi
yang menyediakan
tempat dan fasilitas kamar untuk
menginap dengan
perhitungan
pembayaran
harlan serta dapat menyediakan
berbagai
jenis
fasilitas
pelayanan seperti
fasilitas
penyediaan makanan dan
|
minuman,
fasilitas
konvensi
dan
pameran,
fasilitas
rekreasi
dan
hiburan,
fasilitas
olahraga
dan
kebugaran,
fasilitas
jasa
layanan
bisnis
dan
perkantoran,
fasilitas
jasa
layanan
keuangan,
fasilitas
perbelanjaan,
serta
pengembangan
fasilitas
penunjang
lainnya yang
diperlukan
untuk aktivitas tamu
dan
pengtmjung.
Menurut
AHMA
(American Hotel &
Motel
Association),
hotel adalah suatu
tempat
dimana
disediakan
penginapan,
makanan,
miniman,
serta
pelayanan
lainnya,
untuk
disewakan
bagi
para tamu
atau
orang
-
orang
yang
tinggal
untuk
sementara
waktu.
SK
Menparpostel
No.
KM
37/PW.340/MPPT-86
tentang
peraturan
usaha
dan
pengelolaan
hotel
menyebutkan
bahwa
hotel
adalah suatu
jenis akomodasi
yang
mempergtmakan
sebagian atau
seluruh
bangtman
untuk
menyediakan
jasa
penginapan,
makanan
dan
minuman
serta
jasa penunjang
lainnya
bagi
umum
yang
dikelola secara komersial.
11.1.2
Klasifikasi Hotel Bintang
4
Kriteria
klasifikasi
hotel
di
Indonesia
secara resmi dikeluarkan
oleh
peraturan
pemerintah
dan
menurut
Diljen
Pariwisata
dengan SK
:
Kep-22/UNI/78.
Berikut
klasifikasi
hotel
bintang 4 antara
lain
:
a. Jumlah
Kamar
Hotel
bintang empat
(****) :
1.
Jumlah kamar standar,
minimum
50
kamar.
2.
Kamar suite,
minimum 3
kamar
dengan
luas
minimum 48m²
|
3.
Kamar
mandi di
dalam.
|
4.
Luas
kamar standar, minimum 24m
2
b
Jenis Tamu
Jenis- jenis
tamu
yang
menginap
maksudnya
adalah
dari mana
asal
usul
tamu
menginap
dengan Jatar
belakangnya
:
I.
Family
Hotel
Adalah tamu
yang
menginap
bersama
keluarganya.
2.
Business
Hotel
Adalah
tamu
yang
menginap
para
businessman, maka
dengan
dernikian
diperlukan
tata
cara
praktis
dan
cepat
dalam
pelayanan
serta fasilitas business sebagai penunjang.
3.
Commercial
Hotel
Adalah tamu hotel
dari
kalangan
pengusaha.
4.
Tourist
Hotel
Adalah
tamu
yang
mengmap
kebanyakan
para
wisatawan, baik
domestic
maupun luar
negeri.
c.
Jenis
kamar
Jenis
-
jenis
kamar
yang
tersedia sesuai
dengan
jenis
tamu
yang
menyewa:
1. Standart room
2.
Deluxe room
3.
Suite room
|
d.
Fasilitas
Definisi
fasilitas
hotel
menurut
Zakiah
Daradjat
"fasilitas
adalah
segala
sesuatu
yang
dapat mempermudah
upaya
dan
memperlancar
kerja
dalam
rangka
mencapai suatu
tujuan."
Menurut
Suryo
Subroto
"
fasilitas
adalah segala sesuatu
yang
dapat
memudahkan dan
memperlancar
pelaksanaan suatu
usaha
dapat
berupa
benda-benda maupun
uang."
Lebih
luas
lagi
tentang
pengertian fasilitas
Suhaisimi
Arikonto
berpendapat,
"fasilitas dapat
diartikan
sebagai
segala sesuatu
yang
dapat
memudahkan dan
memperlancar pelaksanaan segala sesuatu usaha.
Berikut fasilitas
hotel
bintang empat (****)
:
1.
Pool
Table
2.
Kolam renang
3.
Restaurant
4.
Bar
5.
Room
service
6.
Meeting
room
7.
Internet service
8.
Parking area
9.
Laundry
service
10.
Massage and
Reflexology
|
![]() 11.
Fitness
Center
12.
Elevator and
Shops in
Hotel
11.2.
Tinjauan Lokasi
11.2.1. Lokasi
Tapak
dan
Tinjauan Kota
Tua
"'-"' :
,..,
:
:
..,,..,
"
:':
Gambar II.2.1.1. Lokasi Tapak
Sumber : Dinas Tata Kota
Lokasi
tapak
terletak di
Jalan
Hayam
Muruk
G!odok
Jakarta
Barat,
yang
bertempat
pada
bangunan
HWI
Glodok.
Lokasi
tapak
ini
merupakan
bagian
dari
kawasan
Kota
Tua
Jakarta.
|
![]() Berikut gambar
kawasan Kota
Tua
Jakarta :
Gambar II.2.1.2. Pela Kola
Tua Jakarta
Sumber : Guidelines Kola Tua
Kota Tua
Jakarta
adalah
daerah sebagai
icon sejarah
atau
eagar
budaya
yang
sangat
penting, karena
Kota
Tua
Jakarta
merupakan
budaya
warisan
yang
harus
dipertahankan
serta
dilestarikan. Kota
Tua
Jakarta
memiliki
identitas kawasan
yang
berbeda
-
beda,
bentuk
dan
ragam
bangunan
yang
memiliki
karakter
berbeda,
serta
ruang publik.
|
![]() Kota Tua adalah
morfologi kota yang memiliki
perjalanan sejarah
yang amat
panjang, 481 tahun. Dimulai
dari sebuah kota
yang diberi
nama Jayakarta
pada
1527,yang
luasnya hanya 15
hektar dan
berlokasi pada
sisi barat
sungai Ciliwung
(Kalibesar).
Dahulu dalam Kota
Tua Jakarta
terbagi
dalam 4 sub
zona yaitu :
1. Pusat
Transportasi = Sunda
Kelapa
2. Pusat
Pemerintahan
=
Fatahillah
3. Pusat
Perdagangan
=
Kali
Besar
4. Downtown=
Pecinan
Gambar 1!.2.1.3. Peta
sub
zona
Kota
Tua
Sumber : Guidelines Kota
Tua
|
![]() Dan Seiring
berkembangnya
jaman
kawasan Cagar
Budaya Kota Tua ini
terbagi dalam 5
zona
berdasarkan
SK.
Gubemur
DKI
Jakarta No.
34
tahun 2005.
Luas dari kawasan
Cagar
Budaya Kota Tua adalah 846 Ha :
1. Zona 1: ( Kawasan
Sunda
Ke1apa)
:
Karakter
Bahari
2. Zona 2: ( Kawasan
Fatahillah
)
:
Karakter Pusat Kota Lama
&
merupakan inti dari seluruh
kawasan Kota Tua.
3. Zona 3 : ( Kawasan
Pecinan)
:
Karakter
Budaya-Etnis
4. Zona 4 : ( Kawasan
Pekojan) : Karakter
Budaya- Religius
5. Zona
5: ( Kawasan
Peremajaan): Karakter
Peremajaan baru
Dan
Tipo1ogi kawasan
Kota
Tua
terdapat 4
Tipo1ogi
bangunan
yang
dapat
dibedakan sesuai
masyarakat danjaman:
1.
Bangunan masyarakat Ko1onial Eropa
Gambar Il.2.1.4. Museum Bank
Mandiri
Sumber: Website Museum Jakarta
|
![]() 2.
Bangunan masyarakat Cina
Gambar II.2.1.5. Rumah Chandra Naya
Sumber: Website Rumah Chandra Nava
3.
Banguanan
masyarakat Pribumi ( Kolonial Indische)
Gambar II.2.1.6. Museum Wayang
Sumber: Website Museum Jakarta
4.
Bangunan Modem
Indonesia
(
International Style
)
11.2.2.
Tinjauan Kawasan Pecinan
Kawasan
Pecinan adalah
kawasan
yang
merujuk pada suatu bagian kota
yang dari
segi
penduduk,
bentuk hunian,
tatanan sosial
serta
suasana lingkungannya
merniliki ciri
khas
karena pertumbuban
bagian kota
tersebut berakar secara historis
dari
masyarakat berkebudayaan Cina (Lilananda 1998:1).
|
Kawasan Pecinan Jakarta adalah bagian dari
zona Cagar Budaya Kota
Tua
Jakarta dimana
Pecinan
termasuk
dalarn zona 3
Karakter
Budaya- Etnis dengan
Tipologi bangunan masyarakat cina.
Kawasan
Pecinan Kota Tua Jakarta merupakan
salah
satu
kawasan
perdagangan
tertua dan terbesar di Kota Jakarta
bahkan
di Asia
Tenggara
dan
sebagai permukiman
bagi etnis Cina. Sesuai
pengarnatan
juga diperkuat
dengan
adanya
klenteng
di daerah
tersebut,
yang
tidak
hanya
berfungsi
sebagai tempat
ibadah saja
tetapi
juga
memiliki peran
yang
besar
dalarn kehidupan komunitas
Cina
di masa
larnpau. Sarnpai
saat
ini di Kawasan Pecinan
masih
berdiri
bangunan
bangunan
dengan
aplikasi
budaya Cina,
yaitu dengan bentuk atap lengkung
yang
dalarn arsitektur Cina
disebut atap
pelana sejajar gavel.
Bentuk atap
yang
ditemui di
Kawasan Pecinan harnpir
sarna
dengan bentuk atap
yang
ditemukan
di daerah
Cina
selatan.
Karenan
kebanyakan
imigran-imigran
Cina
yang datang ke
Indonesia
merupakan
irnigran yang
berasal dari
propinsi-propinsi di Cina
bagian selatan
seperti Fukien, Chekian, Kiang Si, dan
Kwang Tung, karena propinsi-propinsi
tersebut
mempunyai
tingkat
kemakmuran
yang rendah
dan panen
hasil pertanian
mereka
sering
gaga! karena
sering
terkena bencana alarn
(Lilananda 1998:9).
Selain
itu, ada juga
bangunan
pecinan dengan ciri tembok
yang tebal,
plafon
yang
tinggi,
lantai
marmer,
dan
beranda
depan
dan belakang yang
luas
hal ini
menandakan
adanya
gaya Eropa atau arsitektur
carnpuran
Cina-Eropa
dalarn
bangunan yang
terdapat di Kawasan Pecinan. Hal tersebut dikarenakan bangsa
Belanda yang pemah
masuk
ke Indonesia.
|
Seiring dengan revolusi Kota
Tua Jakarta saat
jaman
Belanda,
kawasan
Pecinan
Jakarta juga
mengalami
perubahan
kawasan
ini
mempengaruhi
perubahan
lingkungan serta
bentuk bangunan.
1.
Perubahan lingkungan
Dalam kawasan
pecinan Jakarta
perubahan lingkungan
dilihat
berdasarkan 5 zona
utama
kawasan pecinan antara
lain
:
a.
Landmark
Masa
Kerajaan Hindu(<
1527) : Belum terdap,at landmark pada
kawasan
Pecinan karena pada
masa ini belum
terbentuk
wujud
fisik
kawasan, hanya
terdapat komunitas pedagang
Cina.
Masa
Kerajaan Islam
(1527-1619)
:
Belum terdapat landmark
karena pada
Kawasan
Pecinan hanya
terdapat bangunan yang
terbuat dari kayu dan gedek
beratap
jerami.
Masa Pemerintahan
VOC (1619-1791)
:
Landmark
kawasan
adalah Klenteng
Jin
De Yuan
yang
merniliki bangunan
arsitektur
Cina
yang khas dan berbeda
dengan bangunan di sekitarnya.
Masa Peralihan
ke
Pemerintahan
Baru
(1791-1920)
:
Klenteng
Jin De Yuan
masih
merupakan
landmark
kawasan
karena
merupakan
bangunan klenteng utama
di Kawasan pecinan.
Masa Perkembangan
Jakarta Modem
(1920-2009)
:
Sampai saat
ini
belum teljadi
perubahan
landmark
kawasan,
yaitu Klenteng
|
![]() Jin
De
Yuan
yang
berfungsi
sebagai
pusat
kegiatan
keagamaan
dan
peribadatan.
Tahun 2009
Tahun 1850
Tahun 2009
Gambar II.2.2.1.1. Perubahan pada Jl.
Pintu Kecil
Sumber : Skripsi : Mauliandini Nur Noviasri,
Antariksa, Fadly
Usman
Universitas Brawijaya
b.
Node
Masa
Kerajaan
Hindu
(<
1527)
:Belum
terbentuk
permukiman
Cina.
Masa
Kerajaan
Islam (1527-1619): Pasar
tradisional
yang
berada
di
sepanjang
Kali
Besar
bagian
barat
merupakan
node
utama
kawasan
yang saat itu
juga
menjadi pusat
perdagangan
Kota
Jakarta.
Masa
Pemerintahan
VOC
(1619-1791)
:Pasar
tradisional
tetap
menjadi
node
utama
kawasan
tetapi
terjadi
perpindahan
lokasi,
yang
awalnya
berada
di
sepanjang
Kali
Besar
bagian
barat
menjadi
di
Kawasan
Glodok.
Selain
itu
Klenteng
Jin
De
Yuan
|
juga
menjadi node
pada
Kawasan Pecinan.
|
![]()
Masa
Peralihan
ke Pemerintahan
Baru (1791-1920)
: Pasar
di
Kawasan
Glodok dan
Klenteng
Jin De Yuan
masih
menjadi
node
pada Kawasan Pecinan.
Masa
Perkembangan
Jakarta Modem
(1920-2009)
:
Saat
ini
node
utama di
Kawasan
Pecinan adalah Pasar Glodok
dan
Pasar
Asemka
berupa
komplek
pertokoan
yang merupakan
pusat
kegiatan
perdagangan
skala
kota. Selain itu
Klenteng Jin
De
Yuan dan Sekolah
Regina Pacis juga menjadi
node
lain di
Kawasan Pecinan.
Gambar II.2.2.1.2. Perubahan pada Jl.
Toko Tiga
Surnber: Skripsi:
Mauliandini Nur
Noviasri, Antariksa, Fadly Usrnan
Universitas Brawijaya
c.
Path
Masa Kerajaan
Hindu (< 1527) :Belum
terbentuk
permukiman
Cina
Masa Kerajaan Islam (1527-1619)
:
Kali Besar
merupakan
path
utama
pada
kawasan karena
saat
itu
transportasi
air
digunakan
sebagai
jalur
utama
perdagangan di Kota
Jakarta
Masa Pemerintahan
VOC (1619-1791)
:
Kali dan kana!masih
|
menjadi
path utama pada kawasan
yang juga berfungsi
sebagai
|
![]() jalur distribusi
perdagangan. Selain itu
juga terdapat jalan darat
berupa
jalan
tanah.
Masa Peralihan
ke
Pemerintahan
Baru
(1791-1920)
:
Jalur kana!
diganti
menjadi
jalan
darat
yang
terbuat
dari
aspal. Munculnya
permukiman
baru
turut
mempengaruhi
pembangunan jalan
di
kawasan
Pecinan.
Masa Perkembangan
Jakarta Modem (1920-2009) : Saat
ini
seluruh jalan
di Kawasan Pecinan berupa
jalan
aspal
dengan
kondisi
perkerasan
baik
yang
terdiri
dari
jalan arteri,
kolektor
dan
lingkungan.
Gambar II.2.2.1.3.
Perubaban pada
Jl.
Kemenangan
Sumber : Skripsi : Mauliandini Nur
Noviasri, Antariksa, Fadly Usman
Universitas Brawijaya
|
![]() d.
District
Masa Kerajaan
Hindu
(<
1527) ; Belum terbentuk
permukiman
Cina
Masa Kerajaan Islam
(1527-1619)
:
Kawasan permukiman
berada
di sepanjang Kali Besar bagian barat dengan
perbandingan lahan
terbangun dan tidak
terbangun adalah 25:75
Masa Pemerintahan
VOC (1619-1791)
:
Kawasan permukiman
Cina
berada
di kawasan Glodok
yang saat
itu berada
di luar
tembok
kota
dengan
perbandingan lahan
terbangun dan
tidak
terbangun adalah
40:60.
Masa
Peralihan ke
Pemerintahan Baru
(1791-1920)
:
Tetjadi
perluasan
kawasan
permukirnan
Cina
hingga
ke Jalan
Keagungan
dan
Pinangsia
dengan
perbandingan
luas
lahan
terbangun
dan
tidak
terbangun adalah
80:20.
Masa
Perkembangan
Jakarta Modem
(1920-2009)
:
Saat
ini
luas
kawasan permukiman
Cina menjadi semakin kecil
dibanding
masa
sebelumnya
dengan perbandingan
luas
lahan
terbangun
dan
tidak
terbangun sebesar 95:5.
Gambar 1!.2.2.1.4. Perubaban pada JJ.
Gajah Mada
Sumber : Skripsi : Mauliandini Nur
Noviasri, Antariksa, Fadly Usman
|
![]() e.
Edge
Masa Kerajaan
Hindu (<
1527) : Belum terbentuk
permukiman
Cina.
Masa Kerajaan
Islam
(1527-1619)
:
Batas kawasan
adalah
sebelah timur dengan Kali Besar, sebelah selatan dan barat
berupa
sawah dan kebun, dan sebelah selatan berupajalan
Masa
Pemerintahan
VOC
(1619-1791)
:
Terdapat bartas
yang
signifikan
pada
masa
ini,
yaitu
tembok kota di
bagian
utara,
Kali
Krukut
di bagian timur, kanal
di bagian
barat, dan
jalan
serta
ruang
terbuka hijau di bagian
selatan
Masa
Peralihan
ke
Pemerintahan
Baru
(1791-1920):
Pada
masa
ini semua batas kawasan Pecinan
baik
itu di sisi barat, timur,
utara dan selatan berupa
jalan.
Masa Perkembangan
Jakarta
Modem
(1920-2009)
:
Pada masa
ini
batas
Kawasan Pecinan
sebelah
utara
dan
timur berupa
jalan,
sedangkan sebelah
timur
dan
selatam
berupa
sungai,
yaitu
Kali
Krukut.
---· .....- . l::t.
Tahun 1900
Gambar
II.2.2.1.5. Perubaban pacta II. Pintu Besar
Selatan
Sumber : Skripsi : Mauliandini
Nur Noviasri,
Antariksa, Fadly
Usman
Universitas
Brawijaya
|
![]() Perubahan kawasan
pecinan
berdasarkan
lingkungan
di
ikuti
pula
dengan
perubahan
morfologi
kawasan
pecinan berdasarkan
masa
-
masa
pemerintahanjaman
dahulu:
Masa Pemlihan ke Pemerintuhan Baru (1791w1920)
t..:lasa
Perkembangan
JakarteModern (1920-2009)
Gambar 11.2.2.1.6. Perkembangan Kawasan Pecinan
|
2.
Bangunan
Berdasarkan
parameter perubahan
bangunan
eagar budaya Kawasan
Pecinan
Kota Tua Jakarta dapat
diketahui bahwa
terdapat
bangunan
yang
telah berubah dan bangunan yang
tidak
mengalami perubahan :
Tidak
berubah,
yaitu
hila
bangunan tidak
mengalami
perubahan
dari
bentuk
awalnya sebanyak 17 bangunan atau
20,24%.
Perubahan
kecil, yaitu apabila sifat perubahannya
pada masing-masing
bagian
bangunan
tidak
secara sempuma
atau tidak mempengaruhi
bentuk kerangka
bangunan,
seperti diperbaiki
sebagian dan sebagainya
serta
mengalarni
kerusakan,
namun
kerusakannya tidak
sampai
mengganggu fungsi
bagian
tersebut sebanyak 20 bangunan atau 23,81%.
Perubahan
besar,
yaitu
apabila perubahan
pada bagian bangunan bersifat
sempuma
atau telah mempengaruhi
bentuk
kerangka
bangunan,
seperti
diganti dan mengganggu
fungsi bagian yang rusak atau mengubah
konstruksi utama
bangunan sebanyak 47 bangunan atau
55,95%.
Perubahan
yang teljadi pada
bangunan
eagar
budaya
di Kawasan
Pecinan
Kota
Tua
Jakarta,
yaitu
penambahan atau
pengurangan
omamen/hiasan,
penambahan
ruangan,
pengubahan wajah
bangunan,
pengubahan
interior
bangunan, pengubahan/penambahan
wama
cat,
dan
pengubahan
bentuk
atap.
|
![]() 0
=
Kondisi awal
- = Pcriodc pcmbahan
... = Pcriodc pcmbahan
....... =
Kctcrkaitan
0
=
Tidnk
nda pcrubnhan
lilY
=
Pcmbahan kccil
/IJ
=
Pcmbahan sedung
-
=
Pembnlmn
besar
Gam bar II.2.2.2.1.
Sinkronik-Diakronik Kawasan Pecinan
Sumber : Skripsi
:
Mauliandini Nur
Noviasri, Antariksa, Fadly
Usman
Universitas Brawijaya
11.3.
Tinjauan Lokalitas
11.3.1. Definisi
Lokalitas
Lokalitas
(locality)
berdasar
ruang.
Proses
cenderung terkonsenstrasi
acuannya
ke
. satu
kelompok
data
yang berdekatan.
Dan data
cenderung
mengelompok
ke range
lokasi tertentu. BegitU suatu
lokasi diacu, cenderung
akan
mengacu ke lokasi-lokasi
didekatnya. (
Sumber: Website :Locality)
Lokalitas
dalam arti
ia berada dalam
identitas
yang saling berbeda,
plural
dalam
pengertian
horizontal (gender,
suku, ras)
maupun vertikal (berupa akses
ekonomi dan politik). (
Sumber: Website: Locality)
Lokalitas
adalah energi paling krusial dalam tarik
menarik kepentingan
globalisasi dari penyeragaman citarasa
dunia. (
Sumber: Website: Locality)
|
![]() Lokalitas
dalam
arsitektur
adalah "
sistem
masyarakat
yang
berhubungan
dengan sistem pola perkotaan
serta tanda pengenal
yang bersifat arsitektural.
Dengan
hubungan
tersebut
setiap
orang akan
menyesuaikan
gambar
mental
dari
lingkungan
sosial kedalam sebuah budaya yang terwujud
secara konkret.( Sumber
:
-P. PietroHammel,pl66)
Lokalitas
adalah tentang
bagaimana
melihat bahwa seharusnya
sebuah
tempat
memiliki
sentuhan
personal,
untuk sebuah
keindahan
yang tidak
terduga.
Yang
terpenting
dari
semua yang kita
lakukan adalah
membuat orang-orang
merasa
seperti di
rumah dalam
lingkungannya.
Lokalitas
harus dimunculkan
karena
memang dibutuhkan
sebagai sebuah
jawaban terhadap
kebutuhan
manusia.
Ada
kebutuhan
sosial
-
ekonomi bahkan politik
serta
lingkungan
dalam
jiwa
lokalitas itu
sendiri..( Sumber :
"Critical
Regionalism
-Architecture
and
Identity
in
a
Globalized
World"
Liane Lefaivre
dan Alexander
Tzonis- (2003).)
11.3.2.
Tinjauan
Tipologi
Kawasan
Pecinan
11.3.2.1. Definisi Tipologi
Tipologi adalah suatu ilmu yang
mempelajari
segala
sesuatu tentang
tipe.
Tipologi
arsitektur
atau
dalam
hal
ini
tipologi bangunan
erat
kaitannya
dengan
suatu
penelusuran
elemen-elemen pembentuk
suatu
sistem
objek
bangunan
atau
arsitektural.
Elemen-elemen
tersebut
merupakan
organisme
arsitektural terkecil yang berkaitan
untuk mengidentifikasi
tipologi
dan
untuk
membentuk
suatu sistem,
elemen-elemen
tersebut
mengalami
suatu
|
proyek
komposisi,
baik penggabungan,
pengurangan,
stilirisasi
bentuk
dan
sebagainya. (
Sumber : Website Tipologi )
II.3.2.2. Jenis-
jenis
Bangunan pada
Kawasan Pecinan
Kawasan
Pecinan
merupakan kawasan
yang
didominasi oleh
masyarakat
keturunan
Cina atau Tiong Hoa, dimana kawasan
ini
memiliki
ciri khas
bangunan dengan berlnggam cina maupun campuran
Cina-Eropa.
Adapun
jenis
-
jenis bangunan
yang ada dalam kawasan
Pecinan
Glodok
ini yaitu
bangunan
rumah dan
tempat dagang dalam satu
atap,
tidak
heran
jika
dilihat
pada
jaman
sekarang karena
kawasan
Pecinan
Glodok
merupakan kawasan perdagangan
terbesar di Asia
Tenggara jaman
dahulu.
Berdasarkan
:fungsi bangunanya
jenis
-
jenis bangunan Pecinan
dalam
Kawasan ini
ada 5 type antara
lain :
I.
Rumah
Tinggal
2. Perdagangan atau
Tempat Dagang
3. Rumah Toko
atau
Rumah dan Tempat Dagang
4. Peribadatan atau Rumah Abu
5. Klenteng
|
![]() Rumah Tinggal
Perdagangan
Rumah Toko
Peribadatan
Gambar II.3.2.2.1. Type -type
bangunan Pecinan
Sumber : Skripsi : Mauliandini Nur Noviasri, Antariksa, Fadly Usman
Universitas Brawijaya
Gambar Il.3.2.2.2.
Klenteng
Sumber: Website Klenteng Jakarta
Dan berdasarkan
presentase
jenis bangunan di
kawasan
Pecinan
Glodok sebagai berikut :
1. Rumah
tinggal
dan tempat dagang yaitu
sebesar 55,9% dengan
jumlah 47
bangunan,
2. Rumah tinggal sebesar 23,8% denganjumlah 20 buah
bangunan,
|
3. sedangkan
untuk
Peribadatan
dan Perdagangan masing-masing
berjumlah 13
buah
dan
4
buah
bangunan atau
sebesar 15,4% dan
4,9%.
11.3.2.3.
Arsitektur
bangunan
Pecinan
Arsitektur
bangunan
pecinan
Jakarta
merupakan
bangunan
bergaya
arsitektur
cina
hal ini
dikarenakan para
imigrasi cina
yang datang
ke
Jakarta
berasal dari cina selatan. Selain
itu adapula bangunan bergaya
Cina-
Eropa.
Salah satu bentuk aplikasi budaya Cina yang dapat ditemui di
Kawasan
Pecinanadalah
gaya
bangunannya
yang
menonjolkan
budaya
Cina
yakni dalam bentuk atap
lengkung,
yang
dalam arsitektur
Cina
disebut
atap
pelana sejajar gavel. Sedangkan dalam arsitektur Cina -
Eropa adalah
bentuk
plafon
yang tinggi, berlantai
marmer,
dan beranda depan dan
belakang yang luas.
Pada
buku
tulisan Gin Djin Su
(1964)
dijelaskan
bahwa
karakter
arsitektur Cina dapat
dilihat
pada:
I.
Pola tata
Ietaknya
Pola
tata
letak
bangunan dan
lingkungan
merupakan
pencerminan
keselarasan, harmonisasi
dengan
alam.
Ajaran
Konghucu
dimanifestasikan
dalam bentuk keseimbangan
dan
harmonisasi
terhadap
adanya
konsep
ganda.
Keseimbangan antara
formal
dan
non-formal.
Formalitas dicapai dengan bentuk
denah
rumah
atau peletakan bangunan
|
yang
simetris. Non-formalitas dicapai dalam bentuk penataan taman
|
yang
khas
dinamis
dan
tidak
simetris.
Keduanya
memhentuk
satu
kesatuan yang
seimhang dan
hannonis
2.
Keberadaan panggung dan teras depanlbalkon
Panggung
dan
teras
depan!balkon
digunakan
sehagai
ruang
transisi,
dan
3.
Sistem struktur
bangunan
Sistem
struktur
merupakan
sistem
rangka
yang
khas dan
merupakan
struktur
utama
yang
mendukung
hohot
mati
atap.
Behan
yang
disangga
struktur
utama
disalurkan
melalui
kolom.
Rangkaian
sistem
kolom
dan
halok
merupakan
suatu
hal
yang
spesiflk.
Umumnya,
struktur hangunan
merupakan
rangka
kayu
di
mana
rangka
tersehut
menerima
hehan
atap
yang
diteruskan
ke
hawah
melalui
kolom-kolom. Pintu
dan
jendela
merupakan
pengisi
saja,
oleh
karena itu hisa
bersifat
fleksihel,
sedangkan
pintu
dan
jendela
pada
hagian
teras
menggunakan
sistem
hongkar-pasang
(knock
down).
Sistem
kuda-kuda
yang
digunakan
merupakan khas
arsitektur
Cina,
yaitu
kuda-kuda segi
empat. Lantai atas
umumnya
merupakan
lantai-lantai papan
yang
disangga
oleh
halok. Plat
heton
ini
juga
dipakai
untuk
lisplank
serta
atap. Behan
hergerak
dan
hehan
mati
yang
diterima
lantai
diteruskan
ke
dinding
untuk
diteruskan
ke
pondasi.
Semua
proporsi
dan aturan
tergantung
pada
sistem
standart
dimensi
kayu
dan standard
pemhagiannya.
Keseluruhan
hangunan
Cina
dirancang
dalam
modul-modul
standard
dan
modular
dari
variahel
|
ukuran
yang
ahsolut
proporsi
yang
henar
melindungi
dan
|
mempertahankan
hubungan
harmoni
bagaimanapun
besarnya
struktur.
Di
dapat
satu
kenyataan
bahwa
arsitektur
Cina
berkembang
sesuai
dengan
jamannya.
Semua
evolusi
yang
teljadi
adalah
pada
proporsinya.
Skala
arsitektur
bangunan
Cina,
berbeda
dengan
bangunan
di
Eropa,
lebih
menunjukkan
skala
manusia
daripada
Tuhan.
Terasan
yang
rendah
digaris
beranda
depan
dan
ketinggian
wuwungan
yang
masih
empat
kali
tinggi
manusia
memberikan
inpreresi
masih
bisa
dicapai
oleh
manusia
yang
hidup
di
halaman
sekitarnya. Bahkan
bangunan
dua
lantai
yang
tingginya
lima
sampai
enam
kali
tinggi
manusia,
dengan
pengaturan
teritisan
yang
rendah
tetap
memberikan
kesan
kehangatan
yang
sangat
manusiawi,
4.
Tou-Kung
Siku
penyangga
bagian
atap yang
di
depan
(teras)
merupakan
bentuk
yang
khas
dari
arsitektur
Cina dan
karena
keunikannya,
disebut
tou
kung.
Merupakan
sistem
konsol
penyangga
kantilever
bagian teras
sehingga
keberadaannya
dapat
dilihat
dari
arah
luar.
Ornamen tou-Kung
ini
akan
terlihat
jelas
pada
bangunan-bangunan
istana,
kuil atau
tempat
ibadah
dan
rumah
tinggal
keluarga
kaya.
Ujung
balok
dihiasi
dengan
kepala singa
yang
berfungsi
menangkal
pengaruh rohjahat,
5.
Bentuk
atap
Ada
beberapa
tipe
atap
yaitu,
wu
tien,
hsieh
han,
hsuah
han
dan
ngang
shan
ti.
Studi
arkeologis
menerangkan
bahwa,
terdapat
dua
|
kolom
dan
perbedaan
sistem penyangga
atap.
Dua
sistem konstruksi
tadi
adalah
Tai
Liang
dan Chuan
Dou.
Dua
sistem struktur ini,
menurut
arkeolog berasal dari
dua
cara
membangun
rumah tinggal. Tailiang
berasal
dari
gua
prirnitifyang
berkembang
di Cina
Utara
dan
Chuan
Dou
berasal
dari rumah di
atas pohon (Knapp, 1986:
6-7). Sistem
struktur Tai
Liang adalah
sistem
tiang
dan balok
yang
mana
balok terendah
diletakkan
di
atas
kolom ke arah Iebar
bangunan. Sistem struktur kedua
dinarnakan Chuan Dou. Sistem
ini
merniliki Kolom-kolom
yang
didirikan kearah
tranvesal dan saling
di ikat, dan
6.
Penggunaan
warna
Penggunaan
warna pada arsitektur
Cina juga sangat penting karena
jenis warna tertentu
melarnbangkan
hal
tertentu
pula. Hal
ini berkaitan
dengan
kepercayaan-kepercayaan
yang berkaitan
dengan
orientasi
baik
dan
buruk.
Prinsip
dasar
komposisi warna
adalah
harmonisasi
yang
mendukung
keindahan
arsitekturnya
Umumnya warna yang dipakai
adalah
warna primer seperti kuning, biru,
putih, merah dan
hitarn yang
selalu dikaitkan
dengan
unsur-unsur
alarn
seperti air,
kayu, api, logarn
dan
tanah.
Warna
putih
dan
biru
dipakai
untuk
teras,
merah
untuk
kolom
dan
bangunan,
biru dan
hijau untuk balok, siku
penyangga,
dan
atap.
Warna-warna
di
sini
memberikan
arti tersendiri,
warna biru dan
hijau
berada di
posisi timur dan memberikan
arti kedarnaian
dan keabadian,
warna
merah berada
di selatan
dan
memberikan
arti kebahagiaan
dan
|
nasib
baik, sedangkan warna
kuning
melarnbangkan kekuatan, kekayaan,
|
dan
kekuasaan.
Putih
berada
di
barat
dengan arti
penderitaan
(duka
cita)
dan
kedamaian.
Hitam
berada
di
utara
yang
melambangkan
kerusakan.
Wama-wama tersebut di
antaranya:
a.
Wama
merah yang
melambangkan kebahagiaan;
b.
Wama
kuning
juga
melambangkan
kebahagiaan
dan wama
kemuliaan;
c.
Wama
hijau
melambangkan
kesejahteraan,
kesehatan,
dan
keharmonisan;
d.
Wama putih
melambangkan kematian dan
berduka
cita;
e. Wama
hitam
merupakan
wama
netral dan
digunakan
dalam
kehidupan
sehari-hari; dan
f.
Wama biru
gelap
juga
merupakan wama
berduka cita,
7.
Gerbang
Gih Djin
Su
memasukkan pintu
gerbang sebagai Ciri
Arsitektur
Cina,
khususnya
bangunan
rumah
tinggal.
Pintu
gerbang
biasanya
berhadapan
langsung
dengan
jalan
menghadap
ke selatan
(orientasi
baik).
Pintu
gerbang ini
berfungsi sebagai
ruang
transisi antar
luar
bangunan dan
di
dalam
bangunan. Pada
pintu
gerbang
biasanya dipasang
tanda
pengenal
penghuni dan
juga
gambar-gambar
dewa
atau
tokoh
dalam
Mitos
Cina
atau
tulisan-tulisan
yang
berfungsi
sebagai
penolak
bala,
dan
|
![]() 8.
Detail balkon
Detail
balkon atau angin-angin
biasanya
menggunakan
bentuk
bentuk tiruan bunga krisan atau bentuk kura-kura
darat, yang memiiki
makna
panjang umur.
Sedangkan
pada arsitektur
campuran
Cina -
Eropa,
hanya dengan
tambahan
teras depan dan teras belakang
untuk duduk -
duduk atau
meminum
teh dan kopi.
Beberapa contoh
bentuk
arsitektur bangunan dikawasan pecinan :
Gambar Il.3.2.3
.I.
Arsitektur
Bangunan
Peeinan
Sumber: Website Pecinan
Jakarta
|
![]() II. 4.
Studi Banding
11.4.1. Studi Literatur
The
Scarlet
Hotel
Singapore
Gambar II.4.1.1. The Scarlet Hotel
Sumber: Website Scarlet Hotel Singapore
Hotel
The
Scarlet
Berlokasi
dekat
dengan
Central
Business District
dan
Chinatown
dimana hotel
ini
membentang
sepanjang
12
ruko
( shop
house )
dengan modul
struktur yang
sama.
Hotel The Scarlet
mernilki
84 kamar
unit dengan 5 kamar suite dengan
individual tema,
antara
lain : Splendour, Passion, Opulent, Lavish,
dan
Swank.
Gambar II.4.1.2. Suite Splendour, Opulent, dan Lavish
|
![]() Hotel Scarlet
ini
berkonsep boutique hotel dan
didesain arnat
mewah
dengan
perabot dan elemen dekorasi berkelas.
Konfigurasi
seluruh ruangnya sebagai berikut :
TipeRuang
Jumlah
Luasan
Standard Room
8
15-20 sqm
Deluxe Room
28
16-20 sqm
Executive Room
17
16-20 sqm
Executive Room with
balcony
8
18-24 sqm
Premium Room
14
26-30 sqm
Opulent Suite
1
36 sqm
Lavish Suite
1
42sqm
Swank Suite
I
33 sqm
Passion Suite
1
25
sqm, Terrace Area 32
sqm
Splendour Suite (2
br)
1
51
sqm
Tabel II.4.1.1. Type Kamar Hotel
Sumber: Website Scarlet Hotel Singapore
The Scarlet memiliki
3 restoran dan bar
:
Bold, Desire, dan rooftop
restaurant
bertajuk Breeze.
Juga
terdapat
2 fasilitas
kesehatan
:
Soda Spa dan
Flaunt Fitness, dan
satu
ruang pertemuan
yaitu
The
Sanctum. Semua
fasilitas
ini
menerapkan
desain interior
yang menawan,
kuliner kelas satu, dan
fasilitas
|
![]() lengkap.
Salah
satu
restorannya, Desire,
bahkan mendapat penghargaan
Singapore's Top
restaurant 2008.
Gambar II.4.1.3.
Spa soda,
Bar
Desire
dan
ruang pertemuan Sanctum
Sumber: Website Scarlet
Hotel
Singapore
Fasilitas
yang dimiliki The Scarlet boleh jadi relatif sedikit dari segr
kuantitas, tapi sangat maksimal dari
segi kualitas,
selain aspek sejarah dan
lokasinya yang
strategis.
Hotel 81
Chinatown
Singapore
Garnbarll.4.1.4. Hotel81
Chinatown
Sumber: Website
Hotel81 Singapore
|
![]() Hotel
81
Chinatown
Singapore
terletak
ditengah
kawasan
sibuk
New Bridge
Road
and
Upper Cross Street
di
jantung
kota
China
Singapore
yang
kental
dengan budaya
China.
Hotel 81
ini tersedia 99
kamar
sewa
Standar
atau
Guest room
untuk
tarnu
turis.
Gambar
!1.4.1.5.
Guest
Room
Sumber: Website
HotelS!Singapore
Fasilitas yang tersedia pada Hotel 81
ini
antara lain
:
1. safe
deposit boxes
2.
car parking
3.
a
tour
and travel
desk
4.
a
postal
and parcel
service
5.
laundry services, and
medical services.
6. Spring Court
Chinese cuisine
|
![]() Hotel
81 Chinatown
ini
bermodul sama
atau
seperti ruko
( shop
house
)
dengan bangunan deret
memanjang ,
memiliki lorong
atau koridor
Gambar Il.4.1.6.
Eksterior Hotel 81
dan
Koridor
Sumber:
Website Hotel81
Singapore
Hotel Salak The Heritage Bogor
HQTll(.
.,DIBBETS
Burri!l'IZOR
o.-. N,
.......
Gambar Il.4.1.7. Semasa hotel masih bernama Hotel Dibbet
Sumber:
Website Hotel Salak Bogar
Hotel Salak The Heritage
dibangun
pada tahun 1856 dengan
nama
Hotel
Bellevue-Dibbets,
dan
dikategorikan sebagai hotel
khusus
bagi
|
![]() Kalangan
Istana Bogor dan dimiliki oleh
seorang
Belanda yang
memiliki
hubungan keluarga dengan Gubemur
Jenderal.
Hotel
Salak
The
Heritage
adalah hotel
eagar budaya yang
bertempat
di seberang
Istana Kepresidenan
Bogor di
samping
City Hall di
Jalan Ir.
H.
Juanda No. 8 Bogor di atas
area seluas 8,227
m2.
Hotel
ini
terdiri
dari empat
bagian
utama. Pertama,
bagian
depan
yang
dikenal
dengan
nama
Heritage
Building -
berupa dua bangunan
bersejarah
yang
direnovasi.
Dua bagian
lagi
adalah
sayap
kiri
dan
kanan
dengan dua dan empat
lantai. Bagian keempat
adalah bagian belakang
hotel
yang berlantai lima,
dilengkapi dua
lift
tamu dan
satu
lift
service.
Hotel
Salak
terus
meningkatkan
layanan
dan fasilitasnya
hingga
mencapai
standar
klasifikasi hotel
bintang
empat.
Gambar II.4.1.8. Hotel Salak saat ini
Sumber : Website Hotel Salak Bogar
Ruang-ruang
yang
tersedia di
hotel
Salak dibagi menjadi beberapa tipe
sesuai
luasan,
fasilitas, dan pemandangan yang
dimiliki :
|
1.
Colonial
Presidential Suite
=
10
x
8
m
Fasilitas yang
tersedia Double
bed,
Interior
bergaya
colonial,
Butler
service 24jam, Koneksi internet
2.
Colonial Super
Executive
Fasilitas yang tersedia Double bed,
Interior bergaya
colonial
3.
Salak
View Room=
7,2
x
6
m
Fasilitas yang
tesedia Double bed,
Interior
bergaya
modem
4.
Colonial Executive Heritage
=
4
x
8
m
Fasilitas yang tesedia Double
bed,
Interior
bergaya
colonial
5. Deluxe Suite
Room
Fasilitas yang
tesedia Double
bed
room, living room+
diningset
6. Deluxe
Room
Fasilitas
yang
tersedia
Twin
room,
Double
bed
room,
connecting
room, extra
Wi-Fi
Internet
Access
7.
Superior Room
Fasilitas
yang
tersedia
Twin
room,
double
room,
connecting
room
(Sumber:
Website Hotel
Salak
Bogor)
Fasilitas
penunjang
yang
tersedia di
Hotel
Salak
:
1.
Business Center
2.
Fitness
Center
3.
Paradise Travel
|
![]() I
I
I
I
4.
Smart
Kids Planet
&
Children Playground
5.
Swimming Pool
&
Inner Garden
6.
Bellevue Wellness Salon, Spa and
Barbershop
7.
Herbal
Place
8.
Drugstore & Art
shop
9.
Internet Corner
10.
Aesthetic
Dentist
11.
ATMCenter
12.
Security
&
Safety
System
Hotel
Salak
memiliki 6 restoran dan
cafe dengan kuliner bervariasi dan
12 ruang
pertemuan
berkapasitas 10-1500 orang.
Keterangan mengenai ruang-
ruang pertemuan diuraikan dalam
tabel
:
Class
Round
I
Room
Size
U-shape
Theater
I
Room
Table
'
i
Padjadjaran
I
12.5m
x
I
0.5m
20-40
40-70
30-50
70-100
,I
'
Padjadjaran
II
llmx7m
20-30
40-60
20-40
50-80
!
I
Padjadjaran
III
llmx7m
20-30
40-60
20-40
50-80
I
I
Batutulis
I
I
I
1.5mx82m
I
10-25
10-20
10-20
20-30
I
I
Batutuli s II
I
7mx8.2m
15-20
15-18
15-20
20-30
I
Batutulis
III
I
7mx7m
]{)- 15
10-16
10-18
110-20
I
Batutulis
IV
5.5m
x4.5m
4-8
4-8
4-6
8-10
I
|
![]() Galuh
14.4mx 8m
I
20-40
I
30 _ 70
I
30
_50
Pakuan
14.4m
x
8m
I
25-40
I 50-70
I
30
_50
150-100
Burangrang
_j
8.5 mx 9.5
m
I
15 _
25
I 20 _
25
_l
20
_
25
30-50
I
Istana
28.8m x 18m
I 50- 100 I 75
_!50
100-150
150-400
1
Tabe111.4.1.2. Type ruang
pertemuan kamar
Hotel·Salak
Burnber: Website Hotel
Balak
Bogor
Gambar 11.4.1.9. Fasilitas
Hotel
Salak
Surnber
:
Website
Hotel
Salak
Bogor
|
![]() Il.4.2. Studi Lapangan
Il.4.2.1.
Studi
Lapangan Hotel
Ambhara Hotel
Jakarta
****
Gambar Il.4.2.1.1. Ambhara Hotel
Sumber : Website Ambhara Hotel
Hotel Ambhara
ini terletak
di pusat
kawasan
CBD Blok M dekat
dengan
pusat
perbelanjaan
utama
dan
pusat
distrik bisnis.
Hotellni
memiliki
ciri khas
bangunan Tropis Modern.
Hotel
Ambhara
memiliki 203
kamar
yang
dirancang
standar
internasional. Jenis
-jenis kamar
Ambhara Hotel
ada 4 jenis
:
|
![]() 1.
Executive Suite
Executive Suite : 2
Bedrooms
with Queen Bed and balcony, Living
room with sofa, 51 TV Chanels
&
VCD Player,
IDD Telephone
Line, 3
Minibar
&
Coffee/Tea
Making
Facilities,
Compendium,
Fax Machine
&
Writing Desk,
Bathroom
Amenities,
Hairdryer
&
Bathrobe, 2 Bathroom
with
Bath
tub &
Shower, Internet Connection , Private Safety
Box.
Gambar II.4.2.1.2. Executive Suite room
Sumber:
Website Ambhara Hotel
2. Business Suite
Business
Suite
: Living
room with sofa, 51 TV Chanels,
IDD
Telephone
Line, Dining Round
Table
&
Coffee/Tea Making
Facilities,
2
Minibar,
Compendium,
&
Writing Desk,
Bathroom
Amenities,
Hairdryer
&
Bathrobe,
Bathroom
with Bath tub &
Shower,
Internet Connection,
Private
Safety Bo
|
![]() Gambar Il.4.2.1.3. Business Suite room
Sumber:
Website Ambhara Hotel
3.
Junior
Suite
Junior
Suite
:
Guest
Sofa,
44
TV
Chanels&
VCD
Player, 3
Telephone sets
(Bed
room
&
Bathroom),
Dining
Round
Table
&
Coffee/Tea
Making
Facilities,
Minibar,
Compendium,
Fax
Machine
&
Writing
Desk,
Bathroom
Amenities,
Hairdryer
&
Bathrobe,
Bathroom
with
Bath
tub
&
Shower
Gambar 1!.4.2.1.4. Junior Suite
Sumber: Website Ambhara Hotel
4.
Deluxe
Suite
Deluxe
Suite
:
Amenities,
Work
Desk,
Hairdryer,
24-hour
room
service,
Concierge,
Daily
local
newspaper,
Iron/Ironing
Board
(available
|
![]() upon
request),
High
speed
Internet
Access,
Complimentary
Safe
Deposit
Box
Gambar II.4.2.1.5. Deluxe Suite
Sumber: Website Ambhara Hotel
Karena
sekitar hotel
Ambhara dikelilingi oleh
pusat
perbelanjaan dan
perdagangan
karena
hotal
Ambhara
letaknya
stratgis
di
pinggir
jalan
atau
hoek
sehingga
dari
segala penjuru bisa
melihat hbtel
ini.
Gambar II.4.2.1.6. Eksterior Ambhara Hotel
Sumber : Dokumentasi Pribadi
|
![]() 11.4.2.2.
Studi
Lapangan Pecinan
1. Keluarga Souw
Gambar II.4.2.2.1.1. Tampak depan Rumah Souw
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Rumah
Keluarga Souw
di Jalan
Patekoan (sekarang
Jalan
Perniagaan).
Rumah ini
dibangun pada
1816
dan
selalu menjadi rumah
tinggal secara
turun
temurun
Keluarga
Souw
yang
dikenal
sangat kaya.
Menurut sejarawan
Batavia
Alwi Shahab,
begitu kayanya. keluarga
Souw
hingga
beberapa di antara
mereka
diangkat
sebagai
Luitenant
der
Chineezen.
Pangkat
letnan
dan kapitein
yang kala
itu
hanya
diberikan
Kompeni
bagi
keluarga
terkaya di suatu
daerah tertentu dengan kewenangan
mengatur
secara
administratif daerah
tersebut.
Keluarga Souw yang
terkenal di
masanya adalah kakak beradik
Souw Siauw
Tjong dan
Souw
Siauw
Keng. Souw
Siauw
Tjong
dikenal
|
![]() orang terkaya
di
Batavia
pada
masa
itu
dan
memiliki
tanah
luas
di
Paroeng
Koeda,
Kedawoeng
Oost
(Wetan),
dan
Ketapang,
Tan erang,
Banten.
Ia
juga
dikenang berjiwa
sosial
terhadap
masyarakat
sekitar,
sehingga
memerintahkan
untuk
mendirikan sekolah
bagi
anak
bumiputera
di
tanah
miliknya,
menyantuni
orang
miskin, dan
menyumbang
makanan
dan
bahan
bangunan
ketika
kebakaran
terjadi. Souw Siauw
Tjong
yang menjadi
donatur pemugaran
Klenteng
Boen
Tek
Bio
Tangerang pada 1875 dan
Klenteng Kim
Tek
Ie Batavia
pada 1890 juga rendah
hati. Dia
menolak
kedudukan
luitenant
de
chineezen
yang ditawarkan Kompeni.
Meski begitu,
pada Mei 1877 dia dianugerahinya
gelar luitenant
titulair
(letnan
kehormatan).
Sedangkan
saudaranya,
Souw Siauw Keng menjadi
luitnenant
der chineezen di Tangerang pada
1884.
Gambar II.4.2.2.1.2. Tampak depan Rumah Souw
Sumber : Dokumentasi Pribadi
|
![]() Gambar 11.4.2.2.1.3. Tampak
atas
dan
Taman belakang
Sumber : Dokumentasi Pribadi
2. Ruko
-
Ruko
Pecinan
a. Rumah Toko
LAY
AN TONG
Gambar II.4.2.2.2.l._Tampak Samping
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Toko atau ruko LAY AN TONG terletak di
Jalan Perniagaan
yang
berada
tepat
dipinggir
jalan
utarna,
Toko
LAY
AN
TONG
ini sudah
ada
semenjak
jarnan
penjajahan
Belanda dan
terkenal
hingga
saat
ini.
Selain
|
![]() berfungsi
sebagai tempat
usaha/dagang
took
ini
juga berfungsi
sebagai
rumah
tinggal.
Pembagian
fungsi ruang
pada
rumah
took
LAY
AN
TONG
:
Lantai 1 :
Bagian depan
merupakan
tempat
usaha I
dagang,
bagian tengah
area penghubung
I
taman
dalam
( void ),
bagian
belakang tempat
tinggal area
service
Lantai 2:
Bagian
depan
tempat
tinggal
dan tempat
penyimpanan
barang,
bagian
tengah
void,
bagian
belakang tempat
tinggal.
b. Ruko
Perdagangan
Gambar Il.4.2.2.2.2.
Ruko Tampak Depan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
|
Terletak
di
Jalan Perniagaan
ruko perdagangan
ini
merupakan
ruko
tempat usaha, dimana fungsi dari ruang berbeda
dengan
rumah tinggal
took antara
lain
:
Lantai
1
berfungsi
sebagai
tempat
usaha
I dagang secara
keseluruhan
Lantai 2
berfungsi
sebagai
ruang
gudang
penyimpanan
dan
tempat
service pedagang
|