BABII
TINJAUAN DAN  LANDASAN TEORI
11.1.
Tinjauan  City Hotel
11.1.1.  Definisi
Hotel
Terlepas  dari
sejarah  perhotelan,
secara  harifah,  kata
hotel  dulunya  berasal
dari  kata 
hospitium
bahasa  Latin  ),  yang  artinya  ruangan 
tamu.  Dalam 
jangka
waktu 
lama
kata
hospitium
mengalami
proses perubahan 
pengertian
yaitu
menjadi
hostel. 
Sesuai
dengan 
perkembangan
dan
tuntutan 
orang
-orang yang
ingin
mendapatkan
kepuasan,  kata
hoste/lambat
laun berubah
menjadi 
hotel
yang
seperti
yang kita kenal sekarang.
Menurut  Menteri  Perhubungan,
hotel
adalah  suatu  bentuk  akomodasi 
yang
dikelola    secara  
komersial,    disediakan    bagi  
setiap   orang  
untuk  
memperoleh
pelayanan  
penginapan    berikut   makan   dan   minum  
(   SK.   MenHun.RI.No.PM
1O/PW.391/PHB-77).
Menurut  Peraturan  gubernur
Provinsi
Daerah
Khusus
lbukota
Jakarta No. 41
Tahun  2009  tentang  Penyelenggaraan
Usaha  Hotel  pasal  1
ayat  (10),  Hotel  yaitu
jenis  
usaha   akomodasi  
yang   menyediakan 
tempat   dan   fasilitas   kamar   untuk
menginap    dengan  
perhitungan 
pembayaran 
harlan    serta   dapat   menyediakan
berbagai  
jenis  
fasilitas  
pelayanan    seperti  
fasilitas  
penyediaan    makanan    dan
  
minuman,
fasilitas
konvensi
dan 
pameran,
fasilitas
rekreasi
dan 
hiburan,
fasilitas
olahraga
dan 
kebugaran,
fasilitas
jasa 
layanan
bisnis
dan 
perkantoran,
fasilitas
jasa
layanan
keuangan,
fasilitas
perbelanjaan,
serta 
pengembangan
fasilitas
penunjang
lainnya yang
diperlukan
untuk  aktivitas tamu
dan
pengtmjung.
Menurut
AHMA
(American Hotel &
Motel
Association),
hotel  adalah  suatu
tempat
dimana
disediakan
penginapan,
makanan,
miniman,
serta
pelayanan
lainnya,
untuk 
disewakan
bagi 
para  tamu 
atau 
orang 
-
orang 
yang 
tinggal
untuk 
sementara
waktu.
SK 
Menparpostel
No. 
KM 
37/PW.340/MPPT-86
tentang
peraturan
usaha
dan
pengelolaan
hotel
menyebutkan
bahwa 
hotel 
adalah suatu 
jenis  akomodasi
yang
mempergtmakan  
sebagian   atau   
seluruh  
bangtman  
untuk   
menyediakan 
jasa
penginapan,
makanan
dan 
minuman
serta 
jasa  penunjang
lainnya
bagi 
umum
yang
dikelola secara komersial.
11.1.2 
Klasifikasi Hotel Bintang
4
Kriteria 
klasifikasi 
hotel   
di  
Indonesia 
secara    resmi    dikeluarkan 
oleh
peraturan
pemerintah
dan 
menurut
Diljen
Pariwisata
dengan SK
:
Kep-22/UNI/78.
Berikut 
klasifikasi
hotel
bintang 4 antara 
lain
:
a.   Jumlah
Kamar
Hotel 
bintang empat 
(****) :
1.  
Jumlah kamar standar,
minimum
50
kamar.
2.  
Kamar suite,
minimum 3
kamar 
dengan
luas
minimum 48m²
  
3.  
Kamar
mandi  di
dalam.
  
4.  
Luas
kamar  standar, minimum 24m
2
b
Jenis  Tamu
Jenis- jenis 
tamu 
yang 
menginap
maksudnya
adalah
dari  mana 
asal­
usul
tamu 
menginap
dengan Jatar
belakangnya
:
I.
Family 
Hotel
Adalah tamu 
yang
menginap
bersama
keluarganya.
2.  
Business
Hotel
Adalah
tamu 
yang 
menginap
para 
businessman, maka
dengan
dernikian
diperlukan 
tata 
cara 
praktis
dan 
cepat  
dalam  
pelayanan
serta  fasilitas business sebagai penunjang.
3.  
Commercial
Hotel
Adalah tamu  hotel
dari
kalangan
pengusaha.
4. 
Tourist
Hotel
Adalah
tamu 
yang 
mengmap
kebanyakan
para 
wisatawan, baik
domestic
maupun luar
negeri.
c.
Jenis
kamar
Jenis  
-
jenis  
kamar  
yang  
tersedia  sesuai  
dengan 
jenis  
tamu  
yang
menyewa:
1.   Standart room
2.  
Deluxe  room
3.  
Suite  room
  
d. 
Fasilitas
Definisi
fasilitas
hotel 
menurut
Zakiah
Daradjat
"fasilitas
adalah
segala
sesuatu
yang 
dapat   mempermudah
upaya
dan 
memperlancar
kerja 
dalam
rangka 
mencapai suatu
tujuan."
Menurut
Suryo  
Subroto
"
fasilitas
adalah   segala   sesuatu 
yang 
dapat
memudahkan  dan  
memperlancar 
pelaksanaan  suatu  
usaha  
dapat  
berupa
benda-benda maupun
uang."
Lebih 
luas 
lagi 
tentang
pengertian  fasilitas 
Suhaisimi
Arikonto
berpendapat,
"fasilitas  dapat  
diartikan
sebagai
segala   sesuatu
yang 
dapat
memudahkan dan
memperlancar pelaksanaan segala  sesuatu usaha.
Berikut fasilitas
hotel
bintang empat  (****)
:
1.  
Pool
Table
2.  
Kolam renang
3.  
Restaurant
4.  
Bar
5. 
Room
service
6.  
Meeting
room
7.  
Internet service
8.  
Parking area
9.  
Laundry
service
10.
Massage and
Reflexology
  
11.
Fitness
Center
12.
Elevator and
Shops in
Hotel
11.2.
Tinjauan Lokasi
11.2.1.  Lokasi
Tapak
dan
Tinjauan Kota
Tua
"'-"' :
,..,
:
:
..,,..,
"
:':
Gambar II.2.1.1. Lokasi Tapak
Sumber : Dinas Tata  Kota
Lokasi 
tapak 
terletak di
Jalan
Hayam
Muruk
G!odok
Jakarta
Barat, 
yang
bertempat
pada
bangunan
HWI 
Glodok.
Lokasi 
tapak 
ini
merupakan
bagian 
dari
kawasan
Kota
Tua
Jakarta.
  
Berikut gambar
kawasan Kota
Tua
Jakarta :
Gambar II.2.1.2. Pela  Kola
Tua  Jakarta
Sumber : Guidelines Kola  Tua
Kota  Tua
Jakarta
adalah
daerah sebagai
icon  sejarah
atau
eagar 
budaya
yang
sangat
penting, karena
Kota 
Tua
Jakarta
merupakan
budaya
warisan
yang 
harus
dipertahankan
serta 
dilestarikan. Kota 
Tua
Jakarta
memiliki
identitas kawasan
yang
berbeda
-
beda, 
bentuk
dan 
ragam 
bangunan
yang 
memiliki
karakter
berbeda,
serta
ruang publik.
  
Kota Tua adalah
morfologi  kota yang memiliki
perjalanan  sejarah
yang amat
panjang,  481  tahun.  Dimulai 
dari  sebuah  kota 
yang  diberi 
nama  Jayakarta 
pada
1527,yang
luasnya  hanya  15
hektar  dan
berlokasi  pada
sisi barat
sungai  Ciliwung
(Kalibesar). 
Dahulu dalam Kota
Tua Jakarta
terbagi
dalam 4 sub
zona yaitu :
1.   Pusat
Transportasi = Sunda
Kelapa
2.   Pusat
Pemerintahan
=
Fatahillah
3.   Pusat
Perdagangan
=
Kali
Besar
4.   Downtown=
Pecinan
Gambar 1!.2.1.3. Peta
sub
zona
Kota
Tua
Sumber : Guidelines Kota
Tua
  
Dan  Seiring 
berkembangnya
jaman 
kawasan  Cagar 
Budaya  Kota  Tua  ini
terbagi  dalam  5
zona
berdasarkan
SK.
Gubemur
DKI
Jakarta  No.
34
tahun  2005.
Luas dari kawasan
Cagar
Budaya Kota Tua adalah 846 Ha :
1.   Zona 1: ( Kawasan
Sunda
Ke1apa)
:
Karakter
Bahari
2.   Zona   2:   (   Kawasan  
Fatahillah  
:
Karakter   Pusat   Kota   Lama  
&
merupakan  inti dari seluruh
kawasan  Kota Tua.
3.   Zona 3 : ( Kawasan
Pecinan)
:
Karakter
Budaya-Etnis
4.   Zona 4 : ( Kawasan
Pekojan) : Karakter
Budaya- Religius
5.   Zona
5: ( Kawasan
Peremajaan): Karakter
Peremajaan  baru
Dan
Tipo1ogi kawasan 
Kota
Tua
terdapat  4
Tipo1ogi
bangunan 
yang
dapat
dibedakan  sesuai
masyarakat danjaman:
1. 
Bangunan  masyarakat  Ko1onial Eropa
Gambar Il.2.1.4. Museum Bank 
Mandiri
Sumber: Website Museum Jakarta
  
2. 
Bangunan masyarakat Cina
Gambar II.2.1.5. Rumah Chandra Naya
Sumber: Website Rumah Chandra Nava
3. 
Banguanan
masyarakat Pribumi  ( Kolonial  Indische)
Gambar II.2.1.6. Museum Wayang
Sumber: Website Museum Jakarta
4. 
Bangunan Modem
Indonesia
(
International Style
)
11.2.2. 
Tinjauan Kawasan Pecinan
Kawasan
Pecinan    adalah 
kawasan
yang 
merujuk  pada  suatu  bagian  kota
yang dari
segi
penduduk,
bentuk  hunian,
tatanan  sosial
serta
suasana  lingkungannya
merniliki  ciri
khas
karena  pertumbuban
bagian  kota
tersebut  berakar  secara  historis
dari
masyarakat berkebudayaan Cina (Lilananda 1998:1).
  
Kawasan  Pecinan  Jakarta  adalah  bagian  dari
zona  Cagar  Budaya  Kota
Tua
Jakarta  dimana 
Pecinan 
termasuk
dalarn  zona  3
Karakter 
Budaya- Etnis  dengan
Tipologi  bangunan  masyarakat cina.
Kawasan 
Pecinan    Kota    Tua   Jakarta    merupakan
salah  
satu  
kawasan
perdagangan
tertua   dan  terbesar   di  Kota  Jakarta 
bahkan 
di  Asia 
Tenggara
dan
sebagai    permukiman
bagi  etnis  Cina.  Sesuai 
pengarnatan 
juga  diperkuat
dengan
adanya 
klenteng
di  daerah 
tersebut,
yang 
tidak 
hanya 
berfungsi
sebagai   tempat
ibadah  saja
tetapi
juga
memiliki peran
yang
besar
dalarn kehidupan komunitas
Cina
di  masa 
larnpau.  Sarnpai 
saat 
ini  di  Kawasan   Pecinan 
masih 
berdiri 
bangunan­
bangunan
dengan 
aplikasi 
budaya  Cina, 
yaitu  dengan  bentuk  atap  lengkung
yang
dalarn arsitektur Cina
disebut  atap
pelana  sejajar  gavel.
Bentuk  atap
yang
ditemui  di
Kawasan  Pecinan  harnpir
sarna
dengan  bentuk  atap
yang
ditemukan
di daerah
Cina
selatan.  
Karenan 
kebanyakan 
imigran-imigran 
Cina 
yang   datang   ke 
Indonesia
merupakan 
irnigran   yang 
berasal   dari 
propinsi-propinsi  di  Cina 
bagian   selatan
seperti   Fukien,   Chekian,   Kiang   Si,  dan 
Kwang   Tung,  karena   propinsi-propinsi
tersebut 
mempunyai
tingkat 
kemakmuran
yang  rendah 
dan  panen 
hasil  pertanian
mereka
sering
gaga! karena
sering
terkena  bencana  alarn
(Lilananda 1998:9).
Selain
itu, ada juga
bangunan
pecinan  dengan  ciri tembok 
yang tebal,
plafon
yang 
tinggi, 
lantai 
marmer,
dan 
beranda 
depan 
dan  belakang   yang 
luas 
hal  ini
menandakan 
adanya  
gaya   Eropa   atau   arsitektur 
carnpuran  
Cina-Eropa 
dalarn
bangunan  yang 
terdapat  di  Kawasan   Pecinan.   Hal  tersebut   dikarenakan  bangsa
Belanda  yang pemah
masuk
ke Indonesia.
  
Seiring   dengan   revolusi   Kota 
Tua  Jakarta   saat 
jaman 
Belanda,
kawasan
Pecinan 
Jakarta  juga 
mengalami
perubahan
kawasan 
ini
mempengaruhi
perubahan
lingkungan serta
bentuk  bangunan.
1. 
Perubahan lingkungan
Dalam    kawasan 
pecinan    Jakarta  
perubahan   lingkungan 
dilihat
berdasarkan 5 zona
utama
kawasan pecinan  antara
lain
:
a.  
Landmark
Masa
Kerajaan Hindu(<
1527)  : Belum  terdap,at landmark pada
kawasan 
Pecinan  karena  pada 
masa  ini  belum 
terbentuk
wujud
fisik
kawasan, hanya
terdapat  komunitas pedagang
Cina.
Masa 
Kerajaan   Islam 
(1527-1619)
Belum  terdapat   landmark
karena  pada 
Kawasan
Pecinan   hanya 
terdapat   bangunan   yang
terbuat  dari kayu dan gedek
beratap
jerami.
Masa   Pemerintahan 
VOC   (1619-1791) 
:
Landmark  
kawasan
adalah  Klenteng
Jin
De Yuan
yang
merniliki  bangunan 
arsitektur
Cina
yang khas dan berbeda
dengan  bangunan  di sekitarnya.
Masa  Peralihan
ke 
Pemerintahan
Baru 
(1791-1920)
:
Klenteng
Jin  De  Yuan 
masih 
merupakan
landmark
kawasan
karena
merupakan
bangunan klenteng  utama
di Kawasan  pecinan.
Masa  Perkembangan
Jakarta  Modem
(1920-2009)
:
Sampai  saat
ini
belum  teljadi 
perubahan
landmark
kawasan,
yaitu  Klenteng
  
Jin 
De 
Yuan 
yang 
berfungsi
sebagai
pusat 
kegiatan
keagamaan
dan
peribadatan.
Tahun 2009 
Tahun 1850 
Tahun 2009
Gambar II.2.2.1.1.  Perubahan pada  Jl.
Pintu Kecil
Sumber : Skripsi : Mauliandini Nur  Noviasri,
Antariksa, Fadly
Usman
Universitas Brawijaya
b.  
Node
Masa
Kerajaan
Hindu
(< 
1527)
:Belum
terbentuk
permukiman
Cina.
Masa
Kerajaan
Islam  (1527-1619): Pasar 
tradisional
yang 
berada
di 
sepanjang 
Kali  
Besar 
bagian
barat  
merupakan
node  
utama
kawasan 
yang   saat   itu 
juga  
menjadi  pusat  
perdagangan
Kota
Jakarta.
Masa
Pemerintahan
VOC
(1619-1791)
:Pasar
tradisional
tetap
menjadi
node 
utama
kawasan
tetapi 
terjadi
perpindahan
lokasi,
yang  
awalnya 
berada 
di  
sepanjang 
Kali  
Besar 
bagian 
barat
menjadi
di 
Kawasan
Glodok.
Selain
itu 
Klenteng
Jin 
De 
Yuan
  
juga
menjadi node
pada 
Kawasan Pecinan.
  
Masa 
Peralihan
ke  Pemerintahan
Baru  (1791-1920)
:  Pasar 
di
Kawasan 
Glodok  dan
Klenteng
Jin De Yuan
masih
menjadi 
node
pada Kawasan Pecinan.
Masa
Perkembangan
Jakarta  Modem
(1920-2009)
:
Saat
ini
node
utama   di 
Kawasan  
Pecinan   adalah   Pasar   Glodok  
dan 
Pasar
Asemka 
berupa 
komplek
pertokoan
yang  merupakan
pusat
kegiatan  
perdagangan
skala 
kota.  Selain   itu 
Klenteng   Jin 
De
Yuan   dan   Sekolah  
Regina   Pacis   juga   menjadi  
node 
lain   di
Kawasan  Pecinan.
Gambar II.2.2.1.2.  Perubahan pada  Jl.
Toko Tiga
Surnber: Skripsi:
Mauliandini Nur
Noviasri, Antariksa, Fadly Usrnan
Universitas Brawijaya
c.  
Path
Masa  Kerajaan
Hindu  (<  1527)  :Belum 
terbentuk
permukiman
Cina
Masa  Kerajaan  Islam  (1527-1619)
:
Kali  Besar 
merupakan
path
utama 
pada
kawasan karena 
saat
itu
transportasi
air
digunakan
sebagai
jalur
utama
perdagangan di Kota
Jakarta
Masa  Pemerintahan
VOC  (1619-1791)
:
Kali  dan  kana!masih
  
menjadi 
path  utama  pada  kawasan
yang  juga  berfungsi
sebagai
  
jalur  distribusi
perdagangan. Selain  itu
juga  terdapat  jalan  darat
berupa
jalan
tanah.
Masa  Peralihan
ke
Pemerintahan
Baru
(1791-1920)
:
Jalur  kana!
diganti
menjadi
jalan
darat
yang
terbuat
dari
aspal. Munculnya
permukiman
baru
turut 
mempengaruhi
pembangunan jalan 
di
kawasan
Pecinan.
Masa   Perkembangan 
Jakarta   Modem (1920-2009) :  Saat 
ini
seluruh   jalan 
di  Kawasan   Pecinan   berupa 
jalan 
aspal 
dengan
kondisi
perkerasan
baik
yang
terdiri
dari
jalan arteri,
kolektor 
dan
lingkungan.
Gambar II.2.2.1.3.
Perubaban pada
Jl.
Kemenangan
Sumber : Skripsi : Mauliandini Nur
Noviasri, Antariksa, Fadly Usman
Universitas Brawijaya
  
d.  
District
Masa  Kerajaan
Hindu 
(< 
1527)  ; Belum  terbentuk
permukiman
Cina
Masa   Kerajaan    Islam  
(1527-1619) 
Kawasan   permukiman
berada 
di    sepanjang    Kali     Besar     bagian     barat     dengan 
perbandingan lahan
terbangun dan tidak
terbangun adalah 25:75
Masa  Pemerintahan
VOC  (1619-1791)
:
Kawasan  permukiman
Cina 
berada 
di  kawasan   Glodok  
yang  saat 
itu  berada 
di  luar
tembok 
kota
dengan
perbandingan lahan
terbangun dan
tidak
terbangun adalah
40:60.
Masa 
Peralihan   ke 
Pemerintahan  Baru 
(1791-1920) 
:
Tetjadi
perluasan
kawasan 
permukirnan
Cina
hingga
ke Jalan
Keagungan
dan 
Pinangsia
dengan 
perbandingan
luas 
lahan 
terbangun
dan
tidak
terbangun adalah
80:20.
Masa
Perkembangan
Jakarta  Modem
(1920-2009)
:
Saat
ini
luas
kawasan   permukiman 
Cina   menjadi   semakin   kecil 
dibanding
masa
sebelumnya
dengan  perbandingan
luas
lahan
terbangun
dan
tidak
terbangun sebesar  95:5.
Gambar 1!.2.2.1.4. Perubaban pada  JJ.
Gajah Mada
Sumber : Skripsi : Mauliandini Nur
Noviasri, Antariksa, Fadly Usman
  
e.  
Edge
Masa  Kerajaan
Hindu  (<
1527)  : Belum  terbentuk
permukiman
Cina.
Masa   Kerajaan  
Islam  
(1527-1619) 
Batas   kawasan  
adalah
sebelah   timur   dengan   Kali   Besar,   sebelah   selatan   dan   barat
berupa
sawah  dan kebun, dan sebelah  selatan  berupajalan
Masa 
Pemerintahan
VOC 
(1619-1791)
:
Terdapat   bartas 
yang
signifikan
pada
masa
ini,
yaitu
tembok  kota di
bagian 
utara,
Kali
Krukut 
di  bagian timur, kanal
di  bagian
barat,  dan 
jalan 
serta
ruang
terbuka hijau di bagian
selatan
Masa
Peralihan
ke
Pemerintahan
Baru
(1791-1920):
Pada
masa
ini  semua  batas  kawasan   Pecinan 
baik 
itu  di  sisi  barat,  timur,
utara dan selatan  berupa
jalan.
Masa  Perkembangan
Jakarta 
Modem
(1920-2009)
:
Pada  masa
ini
batas
Kawasan  Pecinan 
sebelah
utara
dan
timur  berupa
jalan,
sedangkan sebelah 
timur
dan
selatam 
berupa
sungai,
yaitu
Kali
Krukut.
---· .....-    . l::t.
Tahun 1900
Gambar
II.2.2.1.5. Perubaban pacta II. Pintu Besar
Selatan
Sumber : Skripsi : Mauliandini
Nur Noviasri,
Antariksa, Fadly
Usman
Universitas
Brawijaya
  
Perubahan kawasan
pecinan 
berdasarkan
lingkungan
di
ikuti
pula
dengan 
perubahan
morfologi
kawasan
pecinan   berdasarkan
masa 
-
masa
pemerintahanjaman
dahulu:
Masa Pemlihan ke Pemerintuhan Baru (1791w1920)
t..:lasa
Perkembangan
JakarteModern (1920-2009)
Gambar 11.2.2.1.6. Perkembangan Kawasan Pecinan
  
2. 
Bangunan
Berdasarkan
parameter  perubahan
bangunan
eagar  budaya  Kawasan
Pecinan 
Kota  Tua  Jakarta  dapat 
diketahui   bahwa 
terdapat 
bangunan 
yang
telah berubah  dan bangunan yang
tidak
mengalami perubahan  :
Tidak 
berubah,
yaitu 
hila 
bangunan   tidak 
mengalami
perubahan
dari
bentuk
awalnya  sebanyak 17 bangunan  atau
20,24%.
Perubahan
kecil,  yaitu  apabila  sifat  perubahannya
pada  masing-masing
bagian  
bangunan 
tidak  
secara   sempuma 
atau   tidak   mempengaruhi
bentuk  kerangka 
bangunan,
seperti  diperbaiki
sebagian  dan  sebagainya
serta 
mengalarni  
kerusakan,  
namun   
kerusakannya    tidak   
sampai 
mengganggu fungsi
bagian
tersebut  sebanyak 20 bangunan atau 23,81%.
Perubahan
besar,
yaitu
apabila  perubahan
pada bagian  bangunan  bersifat
sempuma
atau  telah  mempengaruhi
bentuk 
kerangka
bangunan,
seperti
diganti   dan   mengganggu 
fungsi   bagian   yang   rusak   atau   mengubah
konstruksi utama
bangunan sebanyak 47 bangunan  atau
55,95%.
Perubahan
yang  teljadi   pada 
bangunan
eagar 
budaya 
di  Kawasan
Pecinan  
Kota 
Tua 
Jakarta,  
yaitu 
penambahan  atau 
pengurangan
omamen/hiasan,
penambahan
ruangan, 
pengubahan wajah
bangunan,
pengubahan
interior 
bangunan, pengubahan/penambahan
wama 
cat,
dan
pengubahan
bentuk
atap.
  
0
=
Kondisi awal
-  = Pcriodc pcmbahan
... = Pcriodc pcmbahan
....... =
Kctcrkaitan
0
=
Tidnk
nda pcrubnhan
lilY 
=
Pcmbahan kccil
/IJ  
=
Pcmbahan sedung
=
Pembnlmn
besar
Gam bar II.2.2.2.1.
Sinkronik-Diakronik Kawasan  Pecinan
Sumber  : Skripsi
:
Mauliandini Nur
Noviasri,  Antariksa, Fadly
Usman
Universitas Brawijaya
11.3.
Tinjauan Lokalitas
11.3.1. Definisi
Lokalitas
Lokalitas
(locality) 
berdasar
ruang. 
Proses 
cenderung terkonsenstrasi
acuannya 
ke
. satu  
kelompok  
data  
yang   berdekatan. 
Dan   data  
cenderung
mengelompok
ke range 
lokasi  tertentu.  BegitU suatu 
lokasi  diacu,  cenderung
akan
mengacu  ke lokasi-lokasi
didekatnya. (
Sumber: Website  :Locality)
Lokalitas
dalam  arti 
ia  berada  dalam 
identitas 
yang  saling  berbeda, 
plural
dalam 
pengertian 
horizontal  (gender,
suku,  ras) 
maupun   vertikal   (berupa   akses
ekonomi  dan politik).  (
Sumber: Website: Locality)
Lokalitas
adalah   energi   paling   krusial   dalam   tarik 
menarik   kepentingan
globalisasi dari penyeragaman citarasa
dunia. (
Sumber: Website: Locality)
  
Lokalitas
dalam 
arsitektur
adalah  "
sistem 
masyarakat
yang 
berhubungan
dengan   sistem   pola   perkotaan 
serta   tanda   pengenal 
yang   bersifat   arsitektural.
Dengan 
hubungan
tersebut
setiap 
orang  akan 
menyesuaikan
gambar 
mental 
dari
lingkungan
sosial  kedalam  sebuah  budaya  yang  terwujud
secara  konkret.( Sumber
:
 
-P. PietroHammel,pl66)
Lokalitas 
adalah   tentang  
bagaimana 
melihat   bahwa   seharusnya 
sebuah
tempat 
memiliki
sentuhan 
personal, 
untuk  sebuah 
keindahan
yang  tidak 
terduga.
Yang
terpenting
dari
semua  yang kita
lakukan  adalah 
membuat  orang-orang
merasa
seperti   di 
rumah   dalam  
lingkungannya. 
Lokalitas 
harus   dimunculkan 
karena
memang   dibutuhkan
sebagai   sebuah 
jawaban   terhadap
kebutuhan
manusia.
Ada
kebutuhan
sosial
-
ekonomi  bahkan  politik
serta
lingkungan
dalam
jiwa
lokalitas  itu
sendiri..( Sumber :
"Critical 
Regionalism
-Architecture
and
Identity
in
a
Globalized 
World"
Liane Lefaivre
dan Alexander
Tzonis- (2003).)
11.3.2. 
Tinjauan
Tipologi
Kawasan
Pecinan
11.3.2.1.   Definisi Tipologi
Tipologi  adalah  suatu  ilmu  yang
mempelajari
segala
sesuatu  tentang
tipe.
Tipologi
arsitektur
atau
dalam
hal
ini
tipologi  bangunan
erat
kaitannya
dengan 
suatu
penelusuran
elemen-elemen pembentuk
suatu
sistem 
objek
bangunan
atau 
arsitektural.
Elemen-elemen
tersebut 
merupakan
organisme
arsitektural  terkecil   yang   berkaitan 
untuk   mengidentifikasi 
tipologi  
dan
untuk 
membentuk
suatu  sistem, 
elemen-elemen
tersebut 
mengalami
suatu
  
proyek 
komposisi,
baik  penggabungan,
pengurangan,
stilirisasi 
bentuk 
dan
sebagainya. (
Sumber : Website Tipologi )
II.3.2.2. Jenis-
jenis
Bangunan pada
Kawasan  Pecinan
Kawasan 
Pecinan 
merupakan kawasan
yang 
didominasi oleh
masyarakat
keturunan
Cina  atau  Tiong  Hoa,  dimana  kawasan
ini
memiliki
ciri khas
bangunan  dengan  berlnggam  cina maupun  campuran
Cina-Eropa.
Adapun 
jenis 
-
jenis  bangunan
yang  ada  dalam  kawasan 
Pecinan
Glodok 
ini yaitu
bangunan
rumah  dan
tempat  dagang  dalam  satu
atap,
tidak
heran
jika
dilihat 
pada
jaman
sekarang karena
kawasan 
Pecinan 
Glodok
merupakan kawasan perdagangan
terbesar  di Asia
Tenggara jaman
dahulu.
Berdasarkan
:fungsi  bangunanya 
jenis 
-
jenis   bangunan   Pecinan
dalam
Kawasan  ini
ada 5 type antara
lain :
I.
Rumah
Tinggal
2.   Perdagangan atau
Tempat  Dagang
3.   Rumah  Toko
atau
Rumah  dan Tempat  Dagang
4.   Peribadatan atau Rumah  Abu
5.   Klenteng
  
Rumah Tinggal
Perdagangan 
Rumah Toko 
Peribadatan
Gambar II.3.2.2.1. Type -type
bangunan Pecinan
Sumber : Skripsi : Mauliandini Nur  Noviasri, Antariksa, Fadly Usman
Universitas Brawijaya
Gambar Il.3.2.2.2.
Klenteng
Sumber: Website Klenteng Jakarta
Dan   berdasarkan 
presentase 
jenis   bangunan  di 
kawasan 
Pecinan
Glodok sebagai  berikut  :
1.   Rumah  
tinggal 
dan tempat  dagang  yaitu
sebesar  55,9%  dengan
jumlah  47
bangunan,
2.   Rumah  tinggal  sebesar  23,8% denganjumlah 20 buah
bangunan,
  
3.   sedangkan
untuk 
Peribadatan
dan  Perdagangan  masing-masing
berjumlah 13
buah
dan
4
buah
bangunan  atau
sebesar  15,4%  dan
4,9%.
11.3.2.3.  
Arsitektur
bangunan
Pecinan
Arsitektur
bangunan 
pecinan 
Jakarta 
merupakan
bangunan
bergaya
arsitektur
cina
hal ini
dikarenakan  para
imigrasi  cina
yang datang
ke
Jakarta
berasal dari cina selatan.  Selain
itu adapula  bangunan  bergaya
Cina-
Eropa.
Salah   satu   bentuk   aplikasi   budaya   Cina   yang   dapat   ditemui   di
Kawasan 
Pecinanadalah
gaya
bangunannya
yang
menonjolkan
budaya
Cina
yakni  dalam  bentuk  atap
lengkung,
yang
dalam  arsitektur
Cina
disebut 
atap
pelana   sejajar   gavel.   Sedangkan  dalam   arsitektur  Cina  -
Eropa   adalah
bentuk  
plafon  
yang   tinggi,   berlantai  
marmer,  
dan   beranda   depan   dan
belakang  yang luas.
Pada 
buku 
tulisan   Gin  Djin  Su 
(1964) 
dijelaskan
bahwa 
karakter
arsitektur Cina dapat
dilihat
pada:
I. 
Pola  tata 
Ietaknya
Pola
tata
letak
bangunan dan
lingkungan
merupakan
pencerminan
keselarasan,  harmonisasi 
dengan  
alam. 
Ajaran  
Konghucu
dimanifestasikan
dalam  bentuk  keseimbangan
dan
harmonisasi
terhadap
adanya 
konsep 
ganda. 
Keseimbangan antara
formal 
dan
non-formal.
Formalitas dicapai  dengan  bentuk
denah
rumah
atau peletakan  bangunan
  
yang 
simetris.  Non-formalitas  dicapai   dalam   bentuk   penataan   taman
  
yang  
khas   
dinamis 
dan  
tidak 
simetris. 
Keduanya 
memhentuk 
satu
kesatuan yang
seimhang dan
hannonis
2.  
Keberadaan panggung dan  teras  depanlbalkon
Panggung
dan 
teras
depan!balkon
digunakan
sehagai
ruang
transisi,
dan
3.  
Sistem struktur
bangunan
Sistem
struktur
merupakan
sistem
rangka
yang 
khas  dan 
merupakan
struktur
utama
yang 
mendukung
hohot
mati 
atap. 
Behan
yang 
disangga
struktur
utama
disalurkan
melalui
kolom.
Rangkaian
sistem
kolom
dan
halok 
merupakan
suatu
hal
yang 
spesiflk.
Umumnya,
struktur hangunan
merupakan
rangka
kayu 
di 
mana
rangka
tersehut
menerima
hehan
atap
yang  
diteruskan 
ke 
hawah 
melalui 
kolom-kolom.  Pintu  
dan  
jendela
merupakan 
pengisi
saja,   
oleh   
karena   itu    hisa   
bersifat
fleksihel,
sedangkan
pintu
dan 
jendela
pada  
hagian
teras  
menggunakan
sistem
hongkar-pasang 
(knock 
down). 
Sistem 
kuda-kuda 
yang  
digunakan
merupakan khas 
arsitektur
Cina, 
yaitu 
kuda-kuda segi
empat. Lantai atas
umumnya
merupakan
lantai-lantai papan
yang 
disangga
oleh 
halok. Plat
heton  
ini 
juga 
dipakai
untuk
lisplank
serta 
atap.   Behan
hergerak
dan
hehan
mati 
yang 
diterima
lantai 
diteruskan
ke
dinding
untuk 
diteruskan
ke
pondasi.
Semua
proporsi
dan  aturan
tergantung
pada
sistem
standart
dimensi
kayu 
dan  standard
pemhagiannya.
Keseluruhan
hangunan
Cina
dirancang 
dalam  
modul-modul 
standard 
dan  
modular 
dari  
variahel
  
ukuran
yang 
ahsolut 
proporsi
yang
henar
melindungi
dan
  
mempertahankan 
hubungan 
harmoni
bagaimanapun
besarnya
struktur.
Di  
dapat 
satu  
kenyataan 
bahwa 
arsitektur 
Cina 
berkembang 
sesuai
dengan
jamannya.
Semua
evolusi
yang 
teljadi
adalah
pada 
proporsinya.
Skala
arsitektur 
bangunan
Cina,  
berbeda
dengan 
bangunan
di 
Eropa,
lebih
menunjukkan
skala
manusia
daripada
Tuhan.
Terasan
yang 
rendah
digaris
beranda
depan
dan 
ketinggian
wuwungan
yang 
masih
empat
kali
tinggi
manusia
memberikan
inpreresi
masih
bisa 
dicapai
oleh 
manusia
yang 
hidup
di
halaman
sekitarnya. Bahkan
bangunan
dua 
lantai
yang
tingginya
lima  
sampai 
enam
kali 
tinggi 
manusia,
dengan
pengaturan
teritisan
yang 
rendah
tetap
memberikan
kesan
kehangatan
yang 
sangat
manusiawi,
4.  
Tou-Kung
Siku 
penyangga
bagian
atap  yang 
di
depan
(teras)
merupakan
bentuk
yang  
khas  
dari 
arsitektur
Cina   dan 
karena
keunikannya,
disebut
tou­
kung.
Merupakan
sistem
konsol
penyangga
kantilever
bagian teras
sehingga
keberadaannya
dapat
dilihat
dari 
arah 
luar. 
Ornamen tou-Kung
ini
akan 
terlihat
jelas 
pada 
bangunan-bangunan
istana,
kuil  atau 
tempat
ibadah
dan 
rumah
tinggal
keluarga
kaya.
Ujung
balok  
dihiasi
dengan
kepala singa
yang 
berfungsi
menangkal
pengaruh rohjahat,
5.  
Bentuk
atap
Ada  
beberapa
tipe 
atap  
yaitu,  
wu 
tien, 
hsieh
han, 
hsuah
han 
dan
ngang 
shan 
ti.  
Studi  
arkeologis
menerangkan
bahwa, 
terdapat 
dua
  
kolom
dan
perbedaan
sistem  penyangga
atap.
Dua
sistem  konstruksi
tadi
adalah 
Tai 
Liang 
dan  Chuan 
Dou. 
Dua 
sistem   struktur   ini, 
menurut
arkeolog  berasal   dari 
dua 
cara 
membangun 
rumah   tinggal.   Tailiang
berasal
dari
gua
prirnitifyang
berkembang
di Cina
Utara
dan
Chuan
Dou
berasal
dari rumah di
atas pohon  (Knapp,  1986:
6-7). Sistem
struktur  Tai
Liang   adalah  
sistem  
tiang  
dan   balok  
yang  
mana  
balok   terendah
diletakkan
di
atas
kolom  ke arah  Iebar
bangunan.  Sistem  struktur  kedua
dinarnakan    Chuan    Dou.    Sistem   
ini
merniliki    Kolom-kolom 
yang
didirikan kearah
tranvesal  dan saling
di ikat, dan
6.  
Penggunaan
warna
Penggunaan
warna  pada  arsitektur
Cina  juga  sangat  penting  karena
jenis  warna  tertentu 
melarnbangkan
hal
tertentu
pula.  Hal
ini  berkaitan
dengan 
kepercayaan-kepercayaan
yang  berkaitan
dengan 
orientasi 
baik
dan
buruk.
Prinsip 
dasar
komposisi warna
adalah
harmonisasi
yang
mendukung 
keindahan 
arsitekturnya 
Umumnya  warna   yang   dipakai
adalah 
warna  primer  seperti  kuning,  biru,
putih,  merah  dan
hitarn  yang
selalu  dikaitkan
dengan 
unsur-unsur
alarn
seperti  air,
kayu,  api,  logarn
dan
tanah.
Warna
putih
dan
biru
dipakai 
untuk
teras,
merah
untuk
kolom
dan 
bangunan,
biru  dan 
hijau  untuk  balok,  siku 
penyangga,
dan 
atap.
Warna-warna
di
sini 
memberikan
arti  tersendiri,
warna  biru  dan 
hijau
berada  di
posisi  timur  dan  memberikan
arti  kedarnaian
dan  keabadian,
warna 
merah  berada 
di  selatan 
dan 
memberikan
arti  kebahagiaan
dan
  
nasib
baik, sedangkan warna
kuning
melarnbangkan kekuatan, kekayaan,
  
dan 
kekuasaan.
Putih
berada
di
barat 
dengan arti
penderitaan
(duka
cita)
dan 
kedamaian.
Hitam
berada
di 
utara 
yang 
melambangkan
kerusakan.
Wama-wama tersebut di
antaranya:
a.
Wama
merah yang 
melambangkan kebahagiaan;
b.  
Wama 
kuning 
juga   
melambangkan 
kebahagiaan 
dan    wama
kemuliaan;
c. 
Wama 
hijau 
melambangkan
kesejahteraan,
kesehatan,
dan
keharmonisan;
d.
Wama putih 
melambangkan kematian dan
berduka
cita;
e.   Wama 
hitam 
merupakan 
wama 
netral    dan  
digunakan 
dalam
kehidupan
sehari-hari; dan
f.
Wama biru
gelap 
juga 
merupakan wama
berduka cita,
7.  
Gerbang
Gih   Djin  
Su 
memasukkan  pintu 
gerbang  sebagai  Ciri  
Arsitektur
Cina,  
khususnya 
bangunan 
rumah 
tinggal. 
Pintu 
gerbang 
biasanya
berhadapan 
langsung 
dengan 
jalan  
menghadap 
ke   selatan 
(orientasi
baik). 
Pintu 
gerbang  ini  
berfungsi  sebagai 
ruang 
transisi  antar  
luar
bangunan dan
di
dalam
bangunan. Pada 
pintu
gerbang
biasanya dipasang
tanda 
pengenal 
penghuni  dan 
juga  
gambar-gambar
dewa  
atau  
tokoh
dalam
Mitos
Cina 
atau 
tulisan-tulisan
yang 
berfungsi
sebagai
penolak
bala, 
dan
  
8.  
Detail balkon
Detail  
balkon   atau   angin-angin 
biasanya 
menggunakan 
bentuk­
bentuk  tiruan  bunga  krisan  atau  bentuk  kura-kura
darat,  yang  memiiki
makna
panjang  umur.
Sedangkan
pada  arsitektur
campuran
Cina  -
Eropa, 
hanya  dengan
tambahan 
teras   depan   dan   teras   belakang  
untuk   duduk   -
duduk   atau
meminum
teh dan kopi.
Beberapa contoh
bentuk
arsitektur bangunan  dikawasan pecinan  :
Gambar Il.3.2.3
.I.
Arsitektur
Bangunan
Peeinan
Sumber: Website Pecinan
Jakarta
  
II. 4. 
Studi  Banding
11.4.1.  Studi  Literatur
The
Scarlet
Hotel
Singapore
Gambar II.4.1.1. The  Scarlet Hotel
Sumber: Website Scarlet Hotel Singapore
Hotel
The
Scarlet 
Berlokasi
dekat 
dengan 
Central 
Business District 
dan
Chinatown 
dimana   hotel 
ini 
membentang 
sepanjang 
12 
ruko 
shop
house  )
dengan  modul
struktur  yang
sama.
Hotel  The  Scarlet 
mernilki   
84  kamar 
unit  dengan  5  kamar  suite  dengan
individual tema,
antara
lain : Splendour, Passion,  Opulent,  Lavish,
dan
Swank.
Gambar II.4.1.2. Suite Splendour, Opulent, dan  Lavish
  
Hotel   Scarlet 
ini
berkonsep boutique   hotel   dan 
didesain   arnat 
mewah
dengan
perabot  dan elemen  dekorasi  berkelas.
Konfigurasi
seluruh  ruangnya sebagai  berikut  :
TipeRuang
Jumlah
Luasan
Standard Room
8
15-20 sqm
Deluxe Room
28
16-20 sqm
Executive Room
17
16-20 sqm
Executive Room with
balcony
8
18-24 sqm
Premium Room
14
26-30 sqm
Opulent Suite
1
36 sqm
Lavish Suite
1
42sqm
Swank Suite
I
33 sqm
Passion Suite
1
25
sqm,  Terrace Area  32
sqm
Splendour Suite (2
br)
1
51
sqm
Tabel II.4.1.1. Type Kamar Hotel
Sumber: Website Scarlet Hotel Singapore
The   Scarlet   memiliki 
3  restoran   dan   bar 
:
Bold,   Desire,   dan   rooftop
restaurant
bertajuk   Breeze. 
Juga 
terdapat 
2  fasilitas
kesehatan
:
Soda  Spa  dan
Flaunt  Fitness,  dan
satu
ruang  pertemuan
yaitu 
The
Sanctum.  Semua 
fasilitas
ini
menerapkan 
desain   interior  
yang   menawan, 
kuliner   kelas   satu,   dan 
fasilitas
  
lengkap. 
Salah  
satu  
restorannya,   Desire, 
bahkan    mendapat    penghargaan
Singapore's Top
restaurant 2008.
Gambar  II.4.1.3.
Spa soda,
Bar
Desire
dan
ruang pertemuan Sanctum
Sumber: Website  Scarlet
Hotel
Singapore
Fasilitas  
yang   dimiliki   The   Scarlet   boleh   jadi   relatif   sedikit   dari   segr
kuantitas,  tapi   sangat   maksimal  dari 
segi   kualitas, 
selain   aspek   sejarah   dan
lokasinya yang
strategis.
Hotel 81
Chinatown
Singapore
Garnbarll.4.1.4. Hotel81
Chinatown
Sumber: Website
Hotel81  Singapore
  
Hotel 
81
Chinatown
Singapore
terletak
ditengah
kawasan
sibuk 
New  Bridge
Road 
and 
Upper   Cross   Street 
di 
jantung 
kota  
China
Singapore
yang  
kental
dengan budaya
China.
Hotel   81 
ini tersedia 99
kamar
sewa 
Standar
atau 
Guest  room 
untuk  
tarnu
turis.
Gambar
!1.4.1.5. 
Guest
Room
Sumber: Website
HotelS!Singapore
Fasilitas yang  tersedia pada  Hotel  81
ini
antara lain
:
1.   safe
deposit  boxes
2.  
car parking
3.  
a
tour
and travel
desk
4.  
a
postal
and parcel
service
5.  
laundry  services,  and
medical  services.
6.   Spring Court
Chinese  cuisine
  
Hotel 
81  Chinatown
ini 
bermodul sama 
atau 
seperti   ruko 
shop
house 
)
dengan  bangunan deret
memanjang , 
memiliki lorong
atau koridor
Gambar Il.4.1.6.
Eksterior Hotel 81
dan
Koridor
Sumber:
Website Hotel81
Singapore
Hotel Salak The  Heritage Bogor
   HQTll(.
.,DIBBETS
Burri!l'IZOR
o.-. N,
.......
Gambar Il.4.1.7. Semasa hotel masih bernama Hotel Dibbet
Sumber:
Website Hotel Salak Bogar
Hotel  Salak  The  Heritage
dibangun
pada  tahun  1856  dengan 
nama
Hotel 
Bellevue-Dibbets,
dan 
dikategorikan   sebagai    hotel 
khusus 
bagi
  
Kalangan
Istana   Bogor   dan  dimiliki   oleh 
seorang
Belanda   yang 
memiliki
hubungan keluarga dengan  Gubemur
Jenderal.
Hotel
Salak 
The
Heritage
adalah  hotel
eagar  budaya  yang
bertempat
di seberang
Istana  Kepresidenan
Bogor  di
samping
City  Hall  di
Jalan  Ir.
H.
Juanda  No. 8 Bogor  di atas
area seluas  8,227
m2.
Hotel 
ini
terdiri 
dari  empat 
bagian 
utama.  Pertama,
bagian 
depan
yang  
dikenal  
dengan  
nama  
Heritage 
Building   -
berupa   dua   bangunan
bersejarah 
yang 
direnovasi.
Dua  bagian 
lagi 
adalah 
sayap 
kiri
dan 
kanan
dengan  dua  dan  empat 
lantai.  Bagian  keempat 
adalah  bagian  belakang 
hotel
yang  berlantai  lima,
dilengkapi  dua
lift
tamu  dan
satu
lift
service.
Hotel
Salak
terus 
meningkatkan
layanan
dan  fasilitasnya
hingga 
mencapai 
standar
klasifikasi hotel
bintang
empat.
Gambar II.4.1.8. Hotel  Salak  saat  ini
Sumber : Website Hotel Salak Bogar
Ruang-ruang
yang
tersedia di
hotel
Salak  dibagi  menjadi  beberapa  tipe
sesuai
luasan,
fasilitas, dan pemandangan yang
dimiliki  :
  
1. 
Colonial
Presidential Suite
=
10
x
8
m
Fasilitas yang 
tersedia Double
bed, 
Interior
bergaya
colonial,
Butler
service 24jam, Koneksi internet
2. 
Colonial Super
Executive
Fasilitas yang  tersedia Double bed,
Interior bergaya
colonial
3.  
Salak
View Room=
7,2
x
6
m
Fasilitas yang
tesedia Double bed,
Interior
bergaya
modem
4.  
Colonial Executive  Heritage
=
4
x
8
m
Fasilitas yang  tesedia Double
bed,
Interior
bergaya
colonial
5.   Deluxe Suite
Room
Fasilitas yang 
tesedia Double
bed
room, living room+
diningset
6.   Deluxe
Room
Fasilitas
yang  
tersedia
Twin
room,
Double
bed 
room,
connecting
room, extra
Wi-Fi 
Internet
Access
7.
Superior  Room
Fasilitas
yang 
tersedia
Twin
room,
double
room,
connecting
room
(Sumber:
Website Hotel 
Salak 
Bogor)
Fasilitas
penunjang
yang
tersedia di
Hotel 
Salak
:
1.
Business  Center
2. 
Fitness
Center
3. 
Paradise  Travel
  
I
I
I
I
4.
Smart
Kids  Planet 
&
Children Playground
5.
Swimming Pool
&
Inner  Garden
6.
Bellevue Wellness Salon, Spa  and
Barbershop
7.
Herbal
Place
8.
Drugstore & Art
shop
9. 
Internet Corner
10. 
Aesthetic
Dentist
11. 
ATMCenter
12. 
Security
&
Safety 
System
Hotel
Salak
memiliki 6 restoran  dan
cafe dengan  kuliner  bervariasi dan
12 ruang
pertemuan
berkapasitas 10-1500  orang.
Keterangan mengenai  ruang-
ruang pertemuan diuraikan dalam
tabel
:
Class 
Round
I
Room 
Size 
U-shape 
Theater
I
Room 
Table
'
i
Padjadjaran
I
12.5m
x
I
0.5m 
20-40
40-70
30-50
70-100
,I
'
Padjadjaran
II 
llmx7m
20-30
40-60
20-40
50-80
!
I   
Padjadjaran
III 
llmx7m
20-30
40-60
20-40
50-80
I
I
Batutulis
I
I
I
1.5mx82m
I
10-25
10-20
10-20
20-30
I
I
Batutuli s II
I
7mx8.2m
15-20
15-18
15-20
20-30
I
Batutulis
III
I
7mx7m
]{)- 15
10-16
10-18 
110-20
I
Batutulis
IV 
5.5m
x4.5m
4-8
4-8
4-6
8-10
I
  
Galuh 
14.4mx 8m 
20-40
I  
30 _ 70   
30
_50
Pakuan 
14.4m
x
8m 
25-40
50-70
I
30
_50
150-100
Burangrang
_j
8.5 mx 9.5
m
I
15 _
25 
20 _
25 
_l
20
_
25 
30-50
I
Istana 
28.8m  x 18m 
50- 100   75
_!50
100-150
150-400
1
Tabe111.4.1.2. Type ruang
pertemuan kamar
Hotel·Salak
Burnber: Website  Hotel
Balak
Bogor
Gambar 11.4.1.9. Fasilitas
Hotel
Salak
Surnber
:
Website
Hotel
Salak
Bogor
  
Il.4.2. Studi  Lapangan
Il.4.2.1.
Studi
Lapangan Hotel
Ambhara Hotel
Jakarta 
****
Gambar Il.4.2.1.1. Ambhara Hotel
Sumber : Website Ambhara Hotel
Hotel  Ambhara
ini  terletak
di  pusat 
kawasan 
CBD  Blok  M  dekat
dengan
pusat
perbelanjaan
utama
dan
pusat
distrik  bisnis.
Hotellni
memiliki
ciri khas
bangunan Tropis  Modern.
Hotel
Ambhara 
memiliki 203
kamar 
yang
dirancang
standar
internasional. Jenis
-jenis kamar
Ambhara Hotel
ada 4 jenis
:
  
1.         
Executive  Suite
Executive  Suite  : 2
Bedrooms
with  Queen  Bed  and  balcony,  Living
room  with  sofa,  51  TV  Chanels 
&
VCD  Player, 
IDD  Telephone
Line,  3
Minibar 
&
Coffee/Tea
Making 
Facilities,
Compendium,
Fax  Machine  
&
Writing   Desk, 
Bathroom  
Amenities,
Hairdryer
Bathrobe, 2  Bathroom
with
Bath
tub &
Shower,  Internet  Connection , Private  Safety 
Box.
Gambar II.4.2.1.2. Executive Suite  room
Sumber:
Website Ambhara Hotel
2.          Business Suite
Business  
Suite 
:  Living  
room   with   sofa, 51   TV   Chanels,  
IDD
Telephone
Line,  Dining  Round 
Table 
Coffee/Tea Making 
Facilities,
2
Minibar,
Compendium,
&
Writing  Desk,
Bathroom
Amenities,
Hairdryer
&
Bathrobe,
Bathroom
with  Bath  tub  &
Shower,
Internet  Connection,
Private
Safety   Bo
  
Gambar Il.4.2.1.3. Business Suite room
Sumber:
Website Ambhara Hotel
3.         
Junior
Suite
Junior  
Suite 
Guest 
Sofa,  
44  
TV  
Chanels& 
VCD  
Player,  3
Telephone sets
(Bed 
room 
&
Bathroom),
Dining
Round
Table 
&
Coffee/Tea
Making
Facilities,
Minibar,
Compendium,
Fax 
Machine
Writing
Desk,
Bathroom
Amenities,
Hairdryer
Bathrobe,
Bathroom
with 
Bath 
tub 
&
Shower
Gambar 1!.4.2.1.4. Junior Suite
Sumber: Website Ambhara Hotel
4.         
Deluxe
Suite
Deluxe 
Suite 
Amenities,
Work  
Desk,
Hairdryer,
24-hour 
room
service,
Concierge,
Daily
local  
newspaper,
Iron/Ironing
Board
(available
  
upon
request),
High
speed
Internet
Access,
Complimentary
Safe
Deposit
Box
Gambar II.4.2.1.5. Deluxe Suite
Sumber: Website Ambhara Hotel
Karena
sekitar hotel 
Ambhara dikelilingi oleh 
pusat 
perbelanjaan dan
perdagangan
karena
hotal  
Ambhara
letaknya
stratgis
di 
pinggir
jalan 
atau
hoek 
sehingga
dari
segala penjuru bisa
melihat hbtel 
ini.
Gambar II.4.2.1.6. Eksterior Ambhara Hotel
Sumber : Dokumentasi Pribadi
  
11.4.2.2. 
Studi
Lapangan Pecinan
1.   Keluarga Souw
Gambar II.4.2.2.1.1. Tampak depan Rumah Souw
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Rumah   
Keluarga     Souw   
di    Jalan   
Patekoan     (sekarang  
Jalan
Perniagaan).
Rumah   ini
dibangun pada 
1816 
dan 
selalu   menjadi   rumah
tinggal   secara 
turun 
temurun
Keluarga
Souw  
yang 
dikenal 
sangat   kaya.
Menurut   sejarawan
Batavia
Alwi  Shahab, 
begitu  kayanya. keluarga 
Souw
hingga
beberapa  di antara
mereka
diangkat 
sebagai
Luitenant
der
Chineezen.
Pangkat 
letnan 
dan  kapitein 
yang  kala 
itu 
hanya 
diberikan
Kompeni 
bagi
keluarga
terkaya   di  suatu 
daerah   tertentu   dengan   kewenangan 
mengatur
secara
administratif daerah
tersebut.
Keluarga  Souw   yang 
terkenal   di 
masanya  adalah   kakak   beradik
Souw   Siauw 
Tjong  dan 
Souw 
Siauw 
Keng.  Souw 
Siauw 
Tjong 
dikenal
  
orang  terkaya 
di
Batavia 
pada
masa
itu
dan
memiliki
tanah 
luas
di
Paroeng
Koeda, 
Kedawoeng
Oost 
(Wetan),
dan 
Ketapang,
Tan  erang,
Banten. 
Ia
juga 
dikenang berjiwa 
sosial
terhadap
masyarakat
sekitar, 
sehingga
memerintahkan
untuk 
mendirikan sekolah 
bagi
anak
bumiputera
di
tanah
miliknya,
menyantuni
orang 
miskin,  dan
menyumbang
makanan
dan
bahan
bangunan 
ketika  
kebakaran 
terjadi.    Souw   Siauw  
Tjong  
yang   menjadi
donatur   pemugaran 
Klenteng 
Boen 
Tek 
Bio 
Tangerang  pada  1875   dan
Klenteng   Kim 
Tek 
Ie  Batavia 
pada  1890  juga  rendah 
hati.  Dia 
menolak
kedudukan
luitenant
de
chineezen
yang ditawarkan Kompeni.
Meski  begitu,
pada    Mei    1877    dia    dianugerahinya  
gelar    luitenant  
titulair   
(letnan
kehormatan).
Sedangkan
saudaranya,
Souw  Siauw  Keng  menjadi 
luitnenant
der chineezen di Tangerang pada
1884.
Gambar II.4.2.2.1.2. Tampak depan Rumah Souw
Sumber : Dokumentasi Pribadi
  
Gambar 11.4.2.2.1.3. Tampak
atas
dan
Taman belakang
Sumber : Dokumentasi Pribadi
2.   Ruko
-
Ruko
Pecinan
a.   Rumah  Toko
LAY
AN TONG
Gambar II.4.2.2.2.l._Tampak Samping
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Toko  atau  ruko  LAY  AN  TONG  terletak  di
Jalan  Perniagaan
yang
berada
tepat
dipinggir
jalan
utarna,
Toko
LAY
AN
TONG
ini sudah
ada
semenjak
jarnan
penjajahan
Belanda  dan
terkenal 
hingga
saat
ini.
Selain
  
berfungsi
sebagai  tempat 
usaha/dagang
took 
ini
juga  berfungsi
sebagai
rumah
tinggal.
Pembagian
fungsi  ruang
pada
rumah
took
LAY
AN
TONG
:
Lantai  1 :
Bagian  depan 
merupakan
tempat 
usaha  I
dagang,
bagian  tengah
area  penghubung
taman 
dalam 
void ),
bagian 
belakang   tempat
tinggal  area
service
Lantai  2:
Bagian 
depan 
tempat 
tinggal 
dan  tempat 
penyimpanan
barang,
bagian
tengah
void,
bagian
belakang tempat
tinggal.
b.   Ruko
Perdagangan
Gambar Il.4.2.2.2.2.
Ruko Tampak Depan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
  
Terletak
di
Jalan  Perniagaan
ruko  perdagangan
ini
merupakan
ruko
tempat  usaha,  dimana  fungsi  dari  ruang  berbeda 
dengan 
rumah  tinggal
took antara
lain
:
Lantai 
berfungsi  
sebagai  
tempat  
usaha  
dagang   secara
keseluruhan
Lantai   2 
berfungsi 
sebagai  
ruang  
gudang  
penyimpanan 
dan
tempat
service  pedagang