5
BAB II
DATA DAN ANALISA
2.1 Data dan Literatur
Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek tugas akhir ini
berasal dari berbagai sumber yaitu :
1.
Wawancara/Interview
Pak Dayat selaku staff Museum layang-layang
Pak Rahman selaku perwakilan dari Le Gong Kites Society.
2.
Studi pustaka
Buku Making kites: How to Build and Fly your Very Own Kites,
oleh Rhoda Baker dan Miles Denyer.
Layang Layang Indonesia, oleh Endang W. Puspoyo.
3.
Website
id.wikipedia.org
ancol.com
4.   Kuesioner
Pengisian  kuesioner  online  mengenai  layang-layang  dan  acara
Jakarta International Kite Festival.
  
6
2.1.1 Hasil Wawancara.
Dari
museum layang-layang saya
mendapatkan
banyak
informasi
mengenai
sejarah
layang-layang, jenis
layang-layang,
bagaimana
pembuatan  layang-layang,  dan  festival-festival  yang  pernah  diadakan
oleh Museum Layang Layang. Sedangkan dari wawancara dengan pihak
Le Gong Kite Society, saya mendapatkan informasi mengenai acara
Jakarta International Kite festival itu sendiri.
2.1.2. Hasil Survey Kuesioner.
Dari 
hasil 
kuesioner 
yang 
disebarkan 
melalui 
Internet, 
dengan
responden 2 orang dibawah 18 tahun, 50 orang berumur 18-24 tahun dan
9 orang berumur 24 -30 tahun, dapat disimpulkan bahwa:
1.  80%
dari
responden
tidak
mengetahui
diadakannya
Jakarta
International Kite festival.
2.  65%
dari
responden
memiliki
ketertarikan
untuk
menghadiri
acara
tersebut..
3.  82% 
dari  responden 
telah 
mengetahui 
terdapat 
berbagai 
macam
layang-layang di dunia.
4.  63% dari responden
mentetahui bagaimana cara memainkan
layang-
layang.
  
7
5.  82%  dari  responden  tertarik  untuk  memainkan  layang-layang
pada acara Jakarta International Kite Festival dan mengikuti workshop
cara membuat layang-layang.
6. Sebagian 
dari 
masyarakat 
telah 
menyadari 
bahwa 
permainan
tradisional mulai ditinggalkan dan ingin kembali kepada permainan
tradisional
karena
permainan
tradisional karena lebih melibatkan
interaksi secara aktif dibandingkan online game.
2.2 Data Umum
2.2.1 Layang layang.
Layang-layang
(disebut
juga Wau
di
Malaysia)
merupakan
lembaran bahan tipis berkerangka yang diterbangkan ke udara
dan terhubungkan dengan tali atau benang ke daratan atau
pengendali. 
Layang-layang  memanfaatkan 
kekuatan
hembusan
angin sebagai alat pengangkatnya. Dikenal luas di
seluruh dunia sebagai alat permainan, layang-layang diketahui
juga memiliki fungsi ritual, alat bantu memancing atau
menjerat,
menjadi
alat
bantu penelitian
ilmiah,
serta
media
energi
alternatif.
Masyarakat
sudah
mengenal
layang-layang
sejak 3.000 sebelum Masehi, sehingga layang-layang menjadi
bagian dari sosio-kultur di masyarakat. Layang-layang adalah
  
8
suatu
hasil
bentuk
budaya
yang memiliki bentuk
multi
dimensi.
2.2.1.1 Sejarah layang-layang
Catatan pertama yang menyebutkan permainan layang-layang
adalah
dokumen
dari
Cina
sekitar
3.000
Sebelum Masehi.
Tahun
500 sebelum
masehi,
Jenderal
Han
Hsin
dari
Dinasti
Han
menerbangkan
layang-layang untuk mengukur seberapa
jauh pasukan nya
harus menggali terowongan. Dengan
mengetahui jarak tersebut, pasukannya akan mencapai pusat
kota tempat
usuhnya berada. Perkiraan yang akurat ini
membantu Jenderal Han Hsin mengalahkan musuh-musuhny
dalam berbagai pertempuran pada masa itu.
Dari Cina, pembuatan layang-layang menyebar ke Korea,
Jepang, Malaysia dan India, di Negara dimana layang-layang
masih  popular 
hingga 
saat 
ini. 
Layang-layang 
di 
Eropa
dipakai pada saat perang Hastings tahun 1066, disaat benang
layang-layang mengudara sebagai tanda peperangan. Layang-
layang dikenal dengan sebutan “kite”,
nama
kite
sendiri
dalam bahasa
Inggris
diambil
dari
burung
pemangsa
yang
anggun dan
lemah gemulai sayapnya bila
terbang, bernama
‘kite’.
Tetapi  kemudian  penemuan  sebuah  lukisan  gua  di  Pulau
  
9
Muna, Sulawesi
Tenggara, pada awal
abad ke-21 yang
memberikan
gambaran
orang
bermain
layang-layang
menimbulkan spekulasi mengenai tradisi yang berumur lebih
dari  3.000  Sebelum  Masehi  di  Indonesia.  Diduga  terjadi
perkembangan yang saling bebas antara tradisi di Cina dan di
Indonesia  karena  di  Indonesia  banyak  ditemukan  bentuk-
bentuk primitif layang-layang yang terbuat dari daun-daunan.
Di Indonesia sendiri catatan pertama mengenai layang-layang
adalah dari Sejarah Melayu (Sulalatus Salatin) (abad ke-17)
yang
menceritakan suatu festival
layang-layang yang diikuti
oleh seorang pembesar kerajaan.
2.2.1.2 Fungsi layang-layang.
2.2.1.2.1 Sebagai sarana permainan.
Penggunaan  layang-layang  mencakup  berbagai
aspek kehidupan manusia. Dari aspek
permainan,layang-layang  sudah  dikenal  sejaka
dahulu sebagai salah satu hiburan bagi berbagai
lapisan masyarakat, baik anak-anak maupun
dewasa.Secara lebih spesifik lagi, petani
menerbangkan
layang-layang
di sore hari, terutama
pada
saat
padi
menguning
dan harus dijaga dari
serangan burung pemakan padi.
  
10
2.2.1.2.2.   Sebagai   alat   untuk   penelitian
ilmiah.
Pada bulan Juni 1752, Benjamin Franklin dan
Alexander  Wilson  menggunakan  layang-layang
untuk mempelajari cuaca.Mereka menerbangkan
layang-layang  dengan  menggantungkan  sebuah
kunci 
logam 
pada 
talinya 
saat 
cuaca 
mendung.
Kedua ilmuwan tersebut ingin membuktikan bahwa
petir bukanlah tenaga supranatural, melainkan
fenomena
alam yang
bermuatan
listrik.Percobaan
ilmiah  tersebut  membuktikan  bahwa  petir  dengan
arus
dan
tenaga
yang
luar biasa
dapat
disalurkan
melalui perantara bahan logam seperti tembaga, lalu
saat
mencapai
ujung tembaga
yang ditanamkan
ke
dalam tanah
sang
petir
akan
diserap
bumi
atau
dinetralisir air tanah. Temuan inilah yang kemudian
menjadi penangkal petir.
Selain  Benjamin  Franklin,  terdapat  beberapa
ilmuwan lainnya yang mennggunakan layang-layang
sebagai alat penelitian, yaitu:
1.
George Pocock
yang
menggunakan
layang-
layang   untuk   menarik   kereta.   Kecepatan
  
11
kereta itu mencapai 20 mil per jam.
2.   Wright     bersaudara     juga     menggunakan
layang-layang sebagai alat penelitian pada
proses pembuatan  pesawat.
3.
Pada  Perang  Dunia  II,  Angkatan  Laut
Amerika  Serikat  menggunakan  layang-
layang   untuk   menghalau   pesawat   musuh
yang terbang rendah dan mencari target
sasaran dan untuk mengangkat pilot yang
tercebur
ke    laut    dengan    menggunakan
layang-layang 
boks 
yang 
disebut 
Gibson-
Girl.
4. Angakatn 
Laut 
Amerika 
Serikat 
juga
menggunakan layang-layang untuk sasaran
menembak  dengan  layang-layang  yang
dibuat oleh Paul Garber.
2.2.1.2.3 Ritual Agama dan budaya.
Seperti di Indonesia, layang-layang
memegang
peranan  penting  dalam  berbagai  ritual  keagamaan
dan budaya penduduk dari berbagai negeri lain di
Asia. 
Di 
Cina, 
layang-layang 
dianggap 
sebagai
  
12
symbol  penjelmaan  para  Dewa,  karena  itu
sebagian 
besar
layang-layang
di
Cina
dibuat
berbentuk naga yang merupakan salah satu lambing
Dewa.
Bentuk
layang-layang
tradisional 
Cina
lainnya adalah burung, kupu-kupu, bahkan kelabang.
Di Malaysia, menerbangkan layang-layang di malam
hari dipercaya dapat menjauhkan roh jahat.
Sementara itu, di Korea nama bayi yang baru lahir
dituliskan pada
layang-layang lalu diterbangkan dan
dibiarkan
lepas.
Mereka percaya
layang-layang
tersebut akan membawa roh jahat yang menghadiri
kelahiran sang bayi. Di Jepang, menaikkan layang-
layang merupakan bagian peringatan dari kelahiran
anak laki-lalki. Di negeri ini, kegiatan layang-layang
sudah
merupakan kegiatan sosial. Penduduk di satu
desa
bersama-sama
membuat layang-layang yang
sangat besar dan diterbangkan pada saat festival
dengan seluruh
penduduk desa membantu
menerbangkannya. Masyarakat di Thailand pun
memiliki
kepercayaan
bahwa
layang-layang dapat
menghalau hujan, sehingga mereka akan
menerbangkan layang-layang di saat mendung.
Sedangkan di Indonesia,
fungsi layang-layang pada
  
13
acara
ritual
lebih
terkait
dengan
proses
budidaya
pertanian.
Layang-layang
Kapean
berasal
dari 
Banyuwangi 
diterbangkan 
untuk 
merayakan
masa panen dan untuk menghalau burung pada masa
itu. 
Layang-layang  paling  sederhana  terbuat  dari
helai  daun  yang  diberi  kerangka  dari  bambu  dan
diikat dengan
serat rotan.
Layang-layang semacam
ini masih dapat dijumpai di Sulawesi.
2.2.1.2.4 Olah raga.
Penggunaan bahan-bahan kain seperti nilon, ripstop,
fiberglass dan carboinfiber membuat layang-layang
lebih kuat, ringan, kaya warna, dan lebih tahan lama.
Pada tahun 1972, Peter Powell memperkenalkan
permainan layang-layang ketangkasan dengan dua
kendali. Setelah itu masyarakat
mulai mengenal
layang-layang tak hanya untuk permainan namun
juga  untuk  olah  raga.  Layang-layang  yang  lebih
besar kemudian mulai idrancang pada tahun 1980an.
Peter Lynn dari Selandia Baru memperkenalkan
layang-alayng yang yang dapat menarik sepeda roda
tiga yang disebut buggy terbuat dari baja nirkarat,
Pada  tahun  1990-an  permainaan  layang-layang  di
  
14
atas roda, air dan es menjadi sangat digemari
di berbagai negeri. Layang-layang dengan berbagai
bentuk dan ukuran dipadukan sedemikian rupa akan
tercipta olah-gerak yang dinamis,
yang
baik
untuk
kesehatan.
Di beberapa negara maju, layang-layang sudah
dimanfaatkan
sebagai
sarana olah raga air dan es,
olah raga pantai, paragliding, dan gantole.
2.2.1.3 Layang-layang Indonesia.
2.2.1.3.1 Jenis layang-layang tradisional Indonesia.
Muna, Sulawesi tenggara.
Layang-layang dari daerah ini terbuat dari daun dan disebut
dengan  istilah  kaghati.  Keistimewaan  dari  layangan  ini  adalah
cara pembuatannya. Bahan-bahan yang digunakan adalah bambu,
serat daun nanas, serat kulit batang kololonda, daun ubi hutan,
agel, dan rotan.
Tapi, Kalimantan Selatan
Di daerah ini dikenal layang-layang dandang, ada 2 jenis yaitu
Dandang Laki dan Dandang Bini. Betuknya dari bentuk burung
yang menjadi lambang kedigjayaan masyarakat Dayak, yaitu
burung  Enggang.Pada  Dadang  Laki  dipadang  alat  bunyi  yang
  
15
disebut dengung.
Kalimantan Barat.
Layang-layang tradisional di daerah ini dikenal dengan nama
Kelayang Sepit. Kelayang Sepit terbuat
dari
kertas dan
menggunakan
nasi
untuk
perekat. Kelayang
ini
diberi
gambar
berupa huruf, angka dan binatang yang beraneka warna dan diberi
ekor.
Aceh.
Di  Nanggroe  Aceh  Darussalam,  ada  jenis  layang-layang
tradisional yang disebut sebagai Geulayang Kleung. Geulayang
Kleung merupakan alat hiburan bagi masyarakat Aceh yang
dimainkan  selesai  panen.  Adu  Geulayang  dilakukan  di
persawahan seusai membersihkan sawah dari tumpukan padi.
Asahan, Sumatera Utara.
Di kawasan ini terdapat beberapa jenis layangan tradisional, yaitu
layangan Jalagudi, layangan Kepetek
Bawal,
layangan
Tuntung,
dan layang-layang Sri Bulan. Layangan Jalagudi terkenal dengan
dengungannya dengan ukuran lebar sayap 1-2 meter dan terdapat
tonjolan untuk
menjaga keseimbangan pada ujungnya dan diberi
hiasan. Layangan Kepetek Bawal tidak mempunyai dengungan
dengan bentuk dasar sayap yang mirip dengan Jalagudi. Bentuk
layang-layang
Tuntung
lebih
sederhana,
rangkanya
terbuat
dari
  
16
kayu nipah dan menggunakan deungngan sebagai sumber
bunyi dan alat keseimbangan. Sedangkan layang-layang Sri Bulan
lebih cocok dimainkan di daerah
pantai, bentuknya menyerupai
layang-layang tuntung tapi badan dan ekor terpisah. Layang-
layang ini juga dilengkapi dengan dengungan dan ornamen yang
ditempel
pada
ujung-ujungnya.
Selain layang-layang di atas,
terdapat
jenis
layang-layang
Dengung
dan
Koala
yang
dibawa
oleh perantau dari Minagkabau.
Palembang, Sumatera Selatan.
Layang-layang
dari
daerah
ini
berasal
dari
Cina
ketika
masuk
pada saat Kerajaan Sriwijaya tenggelam, sekitar abad 13. Pada
masa itu terdapat permainan adu ketangkasanyang masih berlanjut
hingga sekarang untuk mereayakan 17 Agustus, proklamasi
Kemerdekaan.Layang-layang  yang  diperbolehkan  untuk
mengikuti  permainan  ini  pada  masa  itu  hanya  layangan
Kuncungan   dan   Kedeberan.   Terdapat   beberapa   reko   yang
terkenal,
yaitu
reko
simbar
yang berupa gambar sejenis pohon
yang tumbuh seoerti parasit, reko Rekan yang melukiskan
keagungan pemerintahan Kasunanan Palembang pada masa
lampau,  reko  burung  Merak  merupakan  lukisan  berisi  pujian
rakyat Palembang kepada sunan pada masa itu, reko Kalong yang
melambangkan tingginya daya piker serta akurat terhadap situasi
pemerinitahan, reko Naga Besaung yang menggambarkan pernah
  
17
bermukimnya orang-orang Cina dan menguasai Palembang
selama 50 tahun.
Sumatera Barat.
Ada beragam jenis layang-layang di daerah ini yang telah dikenal
sejak jaman dahulu. Oleh masyarakat Minang Kabau yang lebih
dikenal
dengan
istilah
langlang.
Yang
pertama
jenisnya
antara
lain adalah langlang Darek, Patah Siku Danguang, dan Langlang
Moco. Juga ada langlang Cikapak dan Langlang Pau-pau.
Langlang  Darek  dan  Patah 
siku 
sangat  popular  di  kawasan
daratan,
dengan
bentuk
yang
mirip yaitu bagian atas yang
melengkung dan bagian bawah berbentuk segitiga. Sedangkan
Langlang Dangluang berasal dari
daerah pesisir pantai, dengan
bentuk bagian atas elips dan bagian bawah seperti bulan sabit.
Jawa Barat.
Layang-layang
khas
daerah
Jawa Barat
adalah
layang-layang
gugubahan dan layang-layang pepetengan, layang-layang
gugubahan berbentuk wajik dengan tinggi 120-150 cm, layang-
layang ini diperlombakan pada acara khusus seperti perayaan Hari
Proklamasi. Layang-layang pepetengan dibuat untuk kegunaan
praktis, dimainkan petani di pematang sawah untuk menghalau
burung-burung pemakan padi karena itu layang-layang
ini diberi
alat dengungan yang bias menakuti burung.
  
18
Kebumen, Jawa  Tengah.
Masyarakat Kebumen memiliki tiga jenis layang-layang
tradisional. Jenis pertama adalah layang-layang Senderan atao
Bapangan.  Layang-layang  ini  berbentuk  oval  dan  bagian
bawahnya melebar dengan bagian atas dilengkungkan. Layang-
layang jenis ini biasanya diberikan dengungan tambahan. Jenis
kedua adalah layang-layang Tanggalan atau layang-layang bulan
sabit,  bagian  bawah  pada  layang-layang  ini  berbentuk  seperti
bulan sabit. Jenis layang-layang tradisional yang ketiga adalah
jenis Kepetan, bentuknya sama seperti Bapangan dan Tanggalan
hanyabagian bawahnya berbeda, layang-layang Kepetan memiliki
bagian bawah sperti ekor ikan.
Cilacap, Jawa Tengah.
Terdapat 5 jenis layang-layang tradisional dari daerah Cilacap,
yang pertama
adalah layang-layang Doplangan Tanggalan.
Layang-layang ini rangkanya terbuat dari kayu pohon waru,
penutupnya menggunakan kertas pilus, dengungannya dibuat dari
daun kelapa. Jenis yang kedua adalah layangan layang-layang
Daplangan  Kalong.  Disebut  demikian  karena  ekornya  seperti
sayap kelelawar, jenis selanjutnya adalah Daplangan Iwak yang
terinspirasi dari bentuk ikan, layang-layang kapal Mabur yang
menggunakan baling-baling, layang-layang slade/kodokan
biasanya dimainkan oleh anak-anak.
  
19
Muntilan, Jawa Tengah.
DI daerah ini ada layang-layang tradisional yang disebut layang-
layang Penanggalan karena ekornya yang
berbentuk bulan
sabit
dan oleh orang Jawa Tengah pada jaman dahulu sering digunakan
untuk menentukan tanggal. Layang-layang tradisional jenis kedua
adalah layang-layang Montholan,
karena
ekornya
bulat
sperti
Monthol, kedua layang-layang ini dilengkapi dengan dengungan.
Kudus, Jawa Tengah.
Layang-layang
tradisional
daerah ini
mengambil
bentuk
dari
seekor burung merpati yang sedang terbang bebas mengepakkan
sayapnya,
oleh
akrena
itu
dinamakan Doro Keplok. Rangka
layang-layang ini menggunakan bambu yang sudah tua dan benar-
benar kering pada rumpunnya, ditutup dengan kertas Gtuk atau
kertas
Jepon,
tapi
sekarang lebih
banyak
yang
menggunakan
plastik.
Setelah
selesai,
akan diwarnai, dulu diwarnai dengan
warna Jelaga yang dicampur minyak kelapa.
Jepara, Jawa Tengah.
Layang-layang
tradisional
daerah ini
disebut
layang-layang
sumbulan,
bagian
atasnya berbentuk
oval
dengan ujung
lancaip
yang disebut siwiwi. Bagian bawahnya berbentuk setengah
lingkaran,  antara  bagian  tengah  badan  dan  bagian  bawahnya
diberi tambahan arit-aritan. Bagian atasnya diberi hiasan kembang
  
20
manggar, yang diletakkan di ujung kepala
yang berbentuk
segitiga. 
Layang-layang 
jenis 
ini  juga  menyebar  ke  Demak,
Mataram dan berbagai daerah di Jawa Tengah.
Yogyakarta.
Layang-layang tradisional di daerah ini awalnya dibuat dari daun
gadung yang sudah kering,berbentuk oval, disebut layang-layang
Mancungan. 
Kayang-layang 
yang 
bagian 
atasnya 
lancip 
ini
sampai sekarang masih dapat ditemui di daerah Srandakan, galur
dan Naggulan. Bagian bawah layang-layang berbentuk beberapa
bulatan.
Di kawasan perkotaan ada juga
layang-layang tradisional untuk
diadu yang bernama layang-layang Mataraman, Ciri khas layang-
layang ini terdapat pada hiasannya yang menunjukkan karakter
masing-masing layang-layang ketika diadu. Gambar-gambar itu
antara  lain  adalah  gambar  Pojulu  (alat  pembelah  kayu),  iket-
iketan  (kain  penutup  kepala),  sanggan  pienthongan  (bulatan),
Ndas gento, dan encik-encikkan.
Jawa Timur.
Di ibu kota Jawa Timur, Surabaya dikenal 3 jenis layang-layang
tradisional, yang pertama
adalah layang-layang merakan yang
dimainkan
setelah
panen
padi
selesai
dan
sebelum musim
tembakau, 
memiliki  dengungan  dari  serutan  rotan  atau  daun
  
21
Woro.  Sedangkan  2  jenis  layang-layang  lainnya  adalah
Giwangan dan Paheran Panah. Perbedaan ketiganya terletak pada
ekor masing-masing.
Di kawasan tuban dikenal juga layang-layanag Giwangan dan
Paheran Sungut. Hanya saja, kedua
jenis layang-layang tersebut
tidak berekor, ada juga layang-layang Bokongan.
Di Banyuwangi ada 
layang-layang Dadap,
laang-layang Tapean,
layang-layang Barong Sowangan, dan layang-layang Lele
Blambangan. 
Layang-layang 
Dadap 
dibuat 
dari 
daun 
dadap
dengan kerangka terbuat dari lidi.
Layang-layang Tapean untuk kerangka batangnya digunakan
batang kayu pinang dan untuk sayapnya digunakan bambu. Untuk
penahan anginnya digunakan kain Ketapas
atau kertas singkong.
Layang-layang ini biasanya diberi gambar burung bersisik melik.
Masyarakat
Madura
juga
punya dua
jenis
layang-layang
tradisional.   Yang   ekornya   berbentuk   burung   dengan   ujung
layang-layang
terbuat
dari
kertas sampul
atau
bekas
kantung
plastik kresek disebut layang-layang sekap atau gagak. Tali
bentang
layang-layang
ini
tidak selalu ditarik dan ujung
layangannya diberi besi sebagai pemberat serta dihiasi rumbai-
rumbai.
  
22
Masyarakat  Tulungagung  mengenal  beberapa  layangan
tradisional,   yang   pertama   adalah   layang-layang   Tanggalan,
dengan bagian bawah berbentuk bulan sabit dan bagian atasnya
diberi dengungan, jenis kedua adalah layang-layang Badholan,
yang ketiga adalah jenis Babin Angrem. Layang-layang ini pada
umumnya menggunakan warna merah, kuning, hitam dan putih.
Bali.
Jenis layangan yang paling awal dimainkan
di
masyarakat
Bali
pada
zaman
dahulu
terbuat
dari daun-daunan
yang
diberi
tali,
disebut layang-layang daun.Kemudian
seiring
dengan
perkembangan waktu, terbentuk lah berbagai kreasi layang-layang
lainnya. Yang pertama adalah layang-layang tekut atau
pecukandengan bentuk menekuk, rangkanya
terbuat
dari bambu
dengan memakai dedaunan, awalnya penutupnya terbuat dari
kertas namun sekarang banyak menggunakan bahan kain.
Jenis yang kedua adalah layang-layang yang berasosiasi pada ular
atau  naga,  dikenal  dengan  nama  Janggan  yang  berarti  ekor.
Bentuk ini perbedaannyaterletak pada pebambahan kepala
berbentuk   naga   atau   ular   dan   bagian   bawahnya   berbentuk
segitiga.
Selain
itu
juga
terdapat
layangan
tradisional
Bali
yang
disebut
  
23
Bebean,
yang
berbentuk
ikan
yang
besar.
Layang-layang
ini
memiliki
10
sudut
menjadi
symbol
arah mata
angin
alam
semesta.
Tedapat
3
warna
pokok
pada
layang-layang tradisional Bali,
dikenal
dengan
warna
Tridatu
yaitu
merah,
putih,
hitam. Ketiga
warna  itu  bersumber  dari  trimurti  sebagai  manifestasi  tuhan.
Warna
merah
merupakan
symbol dari
Dewa
Brahma-sang
pencipta, warna putih adalah lambing dari dewa Siwa-pemelihara,
warna hitam merupakan lambang dari dewa Wisnu-pelebur.
Dengan
menggunakan
ketiga
warna
tersebut diharapkan akan
tercapai kesempurnaan. Di samping warna Tridatu yang dianggap
utama, ada juga warna-warna
lain sebagai tambahan diambil dari
penginderide
atau
warna
dari lambing
deata
Nawa
Sanga
di
Sembilan penjuru mata angin.
Nusa Tenggara Barat.
Masyarakat di daerah ini membuat
layang-layang dengan
bahan
yang disediakan oleh alam. Kerangka layangandibuat dari bambu,
dengan layar terbuat dari pelepah pohon pisang, benangnya
diambil dari serat ogave.Layang-layang tersebut disebut layang-
layang Goang. Layang-layang tidak dapat
sembarang waktu
diterbangkan, biasanya diterbangkan
pada
masa
panen,
sebelumpanen tiba layangan Goang tidak boleh dinaikkan karena
  
24
akan berpengaruh buruk pada tanaman padi mereka.
2.2.1.3.2 Jenis layang-layang kreasi baru.
Bentuk  dan  jenis 
layang-layang 
memang 
tidak 
terpaku  pada
bentuk dan jenis layang-layang tradisional, seiring perkembangan
jaman, 
para 
pelayang,  pembuat 
dan 
penikmat 
layang-layang
selalu
mencari
ide segar
untuk
menciptakan kreasi bari yang
dianggap  lebih  sesuai  dengan  zamannya.  Beragam
bentuk  dan
jenis layang-layang pun diciptakan
mulai
dari
yang
berbentuk
wajik sampai berbentuk 3 dimensi, mulai dari sekedar digambar
penampangnya sampai
sberbentuk benda-benda uang ada di
seputar kehidupan manusia dengan tampilan 3 dimensi.
Bahan
utnuk
pembuatannya
juga
tak terbatas pada kertas dan
bambu.
Begitupula dengan tali untuk
menaikkan layang-layangm
tidak hanya dari serat pepohonan, enang katun, benang gelasan
atau
kenur. Ada
layang-layang
yang
harus
dinaikkan
dengan
menggunakan   tambang   untuk   para   pemanjat   tebing,   yang
memang sangat kuat.
Fungsi
layang-layang pun
menjadi lebih
variatif,
bukan
sekedar
untuk lata bermain dalam mengisi
waktu luang, tetapi menjadi
bagian   
dari   
ritual   
keyakinan   
masyarakat,   
atau   
untuk
  
25
diperlombakan dana adu ketangkasan.
2.2.2 Permainan Tradisional.
Permainan   tradisional   memiliki   nilai   lihur   yang   tersirat   di
dalamnya.   Bagi   Prof.   Dr.   N.   Driyarkara   S.J,   ahli   filsafat,
pendidikan kebudayaan lokal seperti
permainan
merupakan
awal
daei pendidikan kepribadian nasional. Beberapa ahil psikologi
berpendapat
bahwa
dalam permainan
tradisional
dangat
besar
pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak. Dengan bermain
bersama,
anak-anak
dilatih
untuk bias saling menghargai bahwa
setiap orang memiliki karakter dan nasi yang berbeda. Sesama
manusia harus hidup tolong menolong. Selain itu, pada setiap
permainan
ini
anak-anak
sudah
melatih diri untuk bersikap ulet,
jujur, setia kawan, dan disiplin agar dapat mencapai yang dicita-
citakan.
Permainan tradisional juga dapat mengasah kemampuan
motorik
anak serta gerak refleknya. Selain gerak motorik, anak juga dilatih
bersikap sekatan, berkonsentrasi, dan melihat peluang dengan cepat
untuk mengambil keputusan terbaik. Permainan tradisional juga
memicu anak-anak agar lebih kreatif.
Permainan modern yang saat ini menjadi idola baru bagi anak-anak
dinilai kurang mendidik, cenderung
individual, amterialistis,
ingin
  
26
menang sendiri, dan masih banyak efek negatif lainnya.
Sebagai ibukota Republik Indonesia, kota Jakarta mengalami
perubahan secara pesat dari tata kotanya. Lahan yang luas semakin
sedikit karena pesatnya pembangunan gedung-gedung tinggi dan
pusat hiburan baru. Semakin berkurangnya lahan untuk bermain di
kota Jakarta ini menjadi salah satu penyebab berkurangnya minat
untuk memainkan permainan tradisional.
2.2.3 Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta, Jakarta Raya) adalah
ibu kota
negara Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di
Indonesia yang memiliki
status
setingkat provinsi.
Jakarta
terletak
di bagian barat laut Pulau Jawa. Dahulu pernah dikenal dengan
nama  Sunda  Kelapa/Kalapa  (sebelum  1527),  Jayakarta  (1527-
1619), Batavia (1619-1942), dan Djakarta (1942-1972).
Pada tahun 2004, luasnya sekitar 740 km²; dan penduduknya
berjumlah 8.792.000 jiwa. Jakarta bersama metropolitan Jabotabek
dengan penduduk sekitar 23 juta jiwa merupakan wilayah
metropolitan terbesar di
Indonesia atau
urutan keenam dunia. Kini
wilayah  Jabotabek  telah  terintegrasi  dengan  wilayah 
Bandung
Raya, di mana megapolis Jabotabek-Bandung Raya mencakup
sekitar 30 juta
jiwa,
yang
menempatkan
wilayah
megapolis
ini di
urutan kedua dunia, setelah megapolis Tokyo.
  
27
Saat  ini  pintu  masuk  internasional  Jakarta  dapat  melalui
Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok. Sejak tahun
2004 di bawah kepemimpinan gubernur Sutiyoso, Jakarta
memiliki
moda  transportasi 
terpadu, 
yang 
dikenal 
dengan 
Transjakarta.
Selain istana negara, Jakarta juga merupakan kantor pusat Bank
Indonesia dan Bursa Efek Indonesia.
2.3. Data pendukung
2.3.1. Festival Layang Layang Dunia.
Festival layang-layang bertaraf Internasioanl tidak hanya diadakan
di Indonesia saja, tetapi sudah banyak diadakan di Negara-negara
lain seperti di Asia ada di Thailand, Malaysia, Singapura, Kamboja,
Vietnam, sedangkan uuntuk di Eropa sudah seringkali diadakan,
beberapa diantaranya adalah di Perancis dan Itali. Akan dijelaskan
beberapa dari festival layang-layang yang diselenggaran secara
internasional.
2.3.1.1. Thailand International Kite Festival.
  
28
Gambar 2.3.1.1. Thailand International Kite Festival
Pada tahun ini Thailand International Kite Festival diadakan
pada  tanggal  13-14  Maret,  di  provinsi  Phetchaburi.  Setiap
tahun
festival
ini
telah
menarik pecinta layang-layanag dari
seluruh Thailand. Acara ini diadakan dibawah “Summer Musik
and Sport Festival” sebagai bagian dari kampanye “Thailand
Grand Festival”. Acara untuk tahun ini adalah penerbangan
layang-layang oleh lebih dari 100 peserta dari berbagai negara,
seperti Australia, Belgia, Kamboja, Cina, Inggris, Perancis,
Ghana, jerman, India, Indoneisa, Itali, Jepang, Kuwait,
Malaysia,
New
Zealand,
Filipin, Singapurm
Korea
Selatan,
Spanyol, Swedia, Swiss, Amerika, Vietnam.
Selain  itu  juga  terdapat  pameran  layang-layang  dari  negara
  
29
yang  ikut  berpasrtisipasi,  workshop  membuat  layang-
layang untuk anak-anak, pertunjukan layang-layang Chula
terbesar, penjualan layang-layang, aktivitas layang-layang dan
sains
untuk anak-anak oleh
Geo-Informatics and
Space
Technology Development Agency (GISTDA), pertunjukan
balon
(menyala
di
malam hari),
kunjungan
ke
istana
Mrigadayavan
dan
Sirindhorn
International Environmental
Park, kompetisi layang-layang.
2.3.1.2. Dieppe International Kite Festival.
Gambar 2.3.1.2. : poster Dieppe International Kite Festival
Festival
layang-layang ini
diadakan
di
Perancis,
Dieppe.
Festival
ini
merupakan
salah satu
festival
layang-layang
terbesar di dunia, dimulai dengan pertemuan antara negara-
negara Eropa
yang
menjadi peserta acara ini pada September
  
30
1980.
Pada
tahun
1992
peserta
acara
ini
mencapai 22
negara dengan 500 penerbang layang-layang dan 150.000
pengunjung, acara
ini
terus
berhasil
dan
pada
tahun
2006
dengan tema flora dan fauna, festival ini menampung lebih dari
1
juta
pengunjunga.
Dieppe
mempererat keamanan dengan
sponsor Nicolas hulot Foundation. Festival ini dengan bantuan
tim Maori
melakukan
penyimpanan
layang-layang
tradisional
dari seluruh dunia dan melakukan pameran.
Gambar 
2.3.1.2. 
suasana 
Dieppe 
International 
Kite
Festival.
Acara
yang diadakan
pada
festival
ini
tidak jauh
berbeda
dengan
festival
layang-layang
Internasional lainnya, yaitu
terdapat
kontes
layang-layang,
penerbangan berbagai
macam
layang-layang, workshop layang-layang untuk anak-anak, dan
terdapat  pula  kompetisi  instalasi  wind  garden.  Acara  yang
  
31
cukup  berbeda  adalah  terdapat 
‘street  theater’,  yaitu
pertunjukan teater yang diadakan di tengah kota, pertunjukkan
‘The
Giants
from the
south’
yang
mempertunjukkan
boneka
berukuran sangat besar, serta acara musik.
2.3.1.3. Cape Town International Kite Festival.
Gambar 2.3.1.3. : Logo cape town international kite festival.
Acara   yang   telah   diselenggarakan   selama   15   tahun   ini
diadakan di Cape Town, Afrika. Festival ini bertepatan dengan
hari kesehatan, oleh karena itu Cape Mental Health juga
berpartisipasi dengan mengajak penderita
cacat
mental
untuk
mengikuti acara ini. Untuk orang dengan kekurangan dalam
bidang
mental
maupun
psikologi, mereka ingin dilihat dan
didengar
sehingga
diikutsertakan
dalam acara
ini
membuat
mereka  tidak  didiskriminasi  dan  direndahkan.  Penerbangan
  
32
layang-layang
membawa dampak
yang
baik
bagi
otak
yang sehat.
Seperti acara-acara festival layang-layang lainnya, pada acara
ini terdapat banyak layang-layang yang diterbangkan, stan
makanan, workshop cara membuat layang-layang, pameran
hasil karya seni untuk disumbangkan kepada keperluan
kesehatan.  Acara 
ini  telah 
menarik  pengunjuung  sebanyak
25.000 pengunjung setiap tahunnya dalam 2 hari.
2.4. Data Mandatoris.
2.4.1. Le Gong Kite Society.
2.4.1.1. Latar Belakang
Gambar 2.4.1.1. Logo Le Gong Kite Society
Berawal dari keinginan untuk
mengangkat kekayaan seni dan
budaya Indonesia, Le Gong Kite Society dibentuk pada tahun
1989 oleh orang-orang muda yang berdomisili di Jakarta. Seni
dan  budaya  Indonesia  mempunyai  kekayaan  tak  terhingga
yang
tidak
mungkin untuk dibiarkan mati
tenggelam tergerus
  
33
perkembangan
jaman.
Sejak
tahun
1989
tersebut,
muncul  berbagai 
ide 
untuk 
melakukan 
banyak 
hal 
yang
berhubungan  dengan  seni  dan  budaya  untuk 
mengangkat,
memperkenalkan dan
mengharumkan nama Indonesia di mata
dunia akan kekayaan budaya Indonesia.
Salah satu aspek budaya yang menjadi fokus perhatian dari Le
Gong
Kite
Society sejak
berdirinya
tahun
1989
adalah
seni
permainan
layang-layang. Di
masyarakat, seni berlayang tidak
mendapatkan perhatian yang semestianya. Permainan layang-
layang hanya dilihat sebagai kegiatan pengisi waktu luang.
Tetapi sesungguhnya layang-layang
Indonesia
mempunyai
ikatan  yang  kuat  dengan  sistem  budaya  Indonesia.  Cerita
dibalik layang Indonesia sangatlah unik. Selain itu keragaman
jenis layangan Indonsia mempunyai keistimewaan dalam
bentuk, warna dan ragam
hias yang tidak dimiliki bangsa lain
di dunia.
Melihat potensi budaya yang besar pada layang-layang
menjadikannya  tidak mungkin
untuk diabaikan
begitu saja di
tengah perkembangan jaman yang
modern.
Layang-layang
harus mendapatkan perhatian sebaik mungkin agar tidak hilang
  
34
di
tengah
masyarakat
Indonesia
seiring
dengan
masuknya ragam permainan elektronik di Indonesia.
Atas 
dasar 
keinginan 
mengangkat 
potensi 
budaya 
dalam
layang-layang, Le Gong Kite Society melakukan serangkaian
upaya yang sudah berjalan sejak tahun 1989 tersebut yang
mendapatkan dukungan dari banyak pihak dan terbukti
keindahan laying-layang Indonesia telah mendapatkan respon
positif dari berbagai bangsa di dunia.
Tujuan dari Le Gong Kite Society adalah:
1.         Mengangkat
kekayaan
budaya
yang
ada
di
Indonesia
dari Sabang hingga Merauke dan menyebarluaskan serta
melestarikannya pada masyarakat luas di dalam dan lua negeri.
2.         Menjadikan   seni   dan   budaya  
Indonesia   sebagai
identitas bangsa yang dapat dibanggakan di mancanegara yang
pada akhirnya dapat mengangkat dan mengharumkan nama
Indonesia di mata dunia.
Pendiri dari Le Gong Kite Society ini adalah Sari Sabda Bhakti
Madjid dan Lukito, dengan pekerja sebagai berikut:
Sari Sabda Bhakti Madjid
: Ketua
  
35
Tinton Prianggoro                   : Wakil Ketua
Trihastusti                               : Administrasi
Eka Januarsih                          : Publikasi
SH Ningsih
: Promosi
Rahman
: Dokumentasi
Supriyanto
: Pengrajin
La Masili                                 : Pengrajin
La Sirma                                
: Pengrajin
Agus S.                                  
: Pengrajin
2.4.1.2. Lingkup kegiatan.
Kegiatan dari Le Gong Kita Society antara lain adalah:
1. Mengadakan festival berlayang di Indonesia sejak tahun
1989  hingga  2009  yang  bertajuk  Jakarta  International
Festival.
2. Mengorganisir kegiatan berlayang di berbagai daerah di
Indonesia
yang  
bertajuk:  
Indoneisa  
Kite   Festival,
kegiatan berlayang dari daerah ke daerah di Indonesia.
3. Mengadakan 
pameran 
ragam 
layangan 
Indonesia 
di
dalam dan luar negeri.
4. Melakukan
kerja
sama
dengan
berbagai
negara di
dunia
untuk terus memperkenalkan ragam layangan Indonesia.
  
36
2.4.2.
Dinas
Pariwisata
dan
Kebudayaan
provinsi
DKI
Jakarta.
Menurut Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No.10 Tahun 2008
mengenai organisasi perangkat daerah, dinas pariwisata dan
kebudayaan merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang
kepariwisataan dan kebudayaan.
Untuk menyelenggarakan tugas melaksanakan urusan
kepariwisataan dan kebudayaan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
mempunyai fungsi:
1. 
Penyusunan, dan pelaksanaan rencana kerja dan anggaran
dinas pariwisata dan kebudayaan;
2. Perumusan  
kebijakan  
teknis  
pelaksanaan  
urusan
kepariwisataan dan kebudayaan;
3.   Penyelenggaraan urusan kepariwisataan dan kebudayaan;
4.
Pembinaan dan pengembangan industri pariwisata dan
budaya;
5. 
Pengkajian dan pengembangan urusan kepariwisataan dan
kebudayaan;
6.   Pengawasan,   pengendalian   dan   penindakan   di   bidang
urusan kepariwisataan dan kebudayaan;
7. Pelayanan,
pembinaan,
dan
pengendalian
rekomendasi
sertifikasi
dan/atau    
perizinan    
usaha    
di    
bidang
kepariwisataan dan kebudayaan;
  
37
8.   Pemungutan, penatausahaan,
penyetoran,
pelaporan,
dan  pertanggungjawaban  penerimaan  retribusi  di  bidang
kepariwisataan dan kebudayaan;
9.   Pembinaan   dan   pengembangan   tenaga   fungsional   dan
tenaga teknis di bidang kepariwisataan dankebudayaan;
10. Perlindungan,
pengembangan
dan
pemanfaatan
lingkungan
dan benda cagar budaya;
11. Pemanfaatan  pelestarian,  pemeliharaan,  dan  pengawasan
lingkungan dan benda cagar budaya;
12. Pengembangan
hubungan
kepariwisataan
dan
kebudayaan
dalam dan luar negeri;
13. Penyelenggaraan      
pelayanan      
kepariwisataan      
dan
kebudayaan;
14. Pengembangan kawasan destinasi pariwisata;
15. Promosi dan pemasaran kepariwisataan dan kebudayaan;
16. Pengelolaan   prasarana   dan   sarana   kepariwisataan   dan
Kebudayaan seperti Monumen Nasional, Taman Ismail
Marzuki, dan Taman Hiburan Rakyat Lokasari;
17. Penegakan    peraturan    perundang-undangan    di    bidang
kepariwisataan dan kebudayaan;
18. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan
perawatan
preasarana   dan   sarana   kepariwisataan   dan
kebudayaan;
  
38
19. Pemberian dukungan
teknis kepada
masyarakat dan
perangkat daerah;
20. Pengelolaan
kepegawaian,
keuangan,
barang,
dan
ketatausahaan dinas pariwisata dan kebudayaan; dan
21. Pelaporan, dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan
fungsi.
2.4.2.1. Visi dan misi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.
Visi: 
menjadikan 
Jakarta 
sebagai 
destinasi 
wisata 
utama
melalui pemberdayaan
masyarakat
yang berperan serta dalam
dinamika pariwisata global.
Misi:
1. 
Mengembangkan jati diri dan citra kota Jakarta yang
berwawasan pariwisata.
2.   Mendorong perkembnagan pariwisata yang berkualitas
dan
meiliki   daya   saing   dalam   rangka  
memacu
pertumbuhan ekonmi kota Jakarta.
3.   Mengembangkan destinasi wisata kota Jakarta melalui
peran serta masyarakat.
2.4.3. Taman Impian Jaya Ancol.
2.4.3.1. Sejarah.
  
39
Keberadaan
Ancol sebagai kawasan
wisata, resor dan
pemukiman 
telah 
menjadikannya  sebagai 
landmark 
kota
Jakarta.  Sejak  awal  berdirinya  tahun  1966,  Ancol  sudah
ditujukan
sebagai
kawasan
wisata
terpadu oleh
Pemerintah
provinsi
Jakarta.
Untuk
mewujudkannya,
Pemda
DKI
menunjuk PT
Pembangunan
Jaya sebagai
Badan
Pelaksana
Pembangunan Proyek Ancol yang dilakukan secara bertahap
sesuai dengan peningkatan perekonomian nasional serta daya
beli masyarakat.
Sejalan dengan perkembangan perusahaan yang semakin
meningkat di tahun 1992 status Badan Pelaksana
Pembangunan (BPP) Proyek Ancol diubah menjadi PT
Pembangunan Jaya Ancol sesuai dengan akta perubahan No.
33 tanggal 10 Juli 1992 sehingga terjadi perubahan
kepemilikan dan prosentase kepemilikan saham, yakni 20%
dimiliki oleh PT Pembangunan
Jaya dan 80% dimiliki oleh
Pemda                                 
DKI                                  Jakarta.
Pada   2   Juli   2004   Ancol   melakukan   “go   public”   dan
mengganti statusnya menjadi PT Pembangunan Jaya Ancol
Tbk.,
dengan
kepemilikan
saham 72%
oleh
Pemda
DKI
Jakarta dan 18% oleh PT Pembangunan Jaya dan 10% oleh
masyarakat.
Langkah
“go public” ini dilakukan
untuk
lebih
  
40
meningkatkan
kinerja
perusahaan,
karena
akan
lebih
terkontrol,
terukur,
efisien
dan
efektif
dengan
tingkat
profesionalisme yang tinggi serta
menciptakan sebuah Good
&
Clean Governance. Kinerja dan citra
yang positif ini akan
menjadikan perusahaan terus tumbuh dan berkembang secara
sehat                       di                       masa                       depan.
PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk juga melakukan upaya
repositioning dengan diluncurkannya logo Ancol yang baru
pada   10   Juli   2005.   Perubahan   tersebut   tidak   semata
mengganti logo perusahaan, tetapi juga untuk memacu
semangat dan budaya perusahaan secara keseluruhan.
2.4.3.2. Visi dan Misi
Visi
Menjadi   perusahaan   properti   dan   pengembang   kawasan
wisata terpadu, terbesar dan terbaik di Asia Tenggara yang
memiliki                              jaringan                              terluas.
Misi
Sebagai komunitas pembaharuan kehidupan masyarakat yang
menjadi kebanggaan bangsa. Senantiasa menciptakan
lingkungan kehidupan sosial yang lebih baik melalui sajian
hiburan  
berkualitas  
yang  
berunsur  
seni,  
budaya  
dan
  
41
pengetahuan  dalam 
rangka 
mewujudkan  komunitas
pembaharuan
kehidupan
masyarakat
yang
menjadi
kebanggaan bangsa.
2.4.3.3. Core Value
Menjadi Selalu Lebih Baik
Belajar Terus Menerus
peduli Dengan Yang Lain
Berpikir "Kreatif"
Terpanggil
Bertanggung Jawab
Intergritas.
2.5. Jakarta International Kite Festival.
Le Gong Kite society bersama dengan pemerintah daerah ibukota DKI
Jakarta
mempunyai
satu
misi
untuk meningkatkan kecintaan
masyarakat
kepada layang-layang dan memberikan pengetahuan kepada masyarakat
betapa beragamnya layang-layang Indonesia dengan mengadakan Jakarta
International Kite Festival (JIKF) ini. JIKF telah dilaksanakan secara
berkala sejak tahun 1989 dengan area pertama diadakannya adalah di
daerah kemayoran- bandara Halim Perdana Kusuma, kemudian pindah ke
Monumen Nasional dan mengalami beberapa hambatan lagi sehubungan
dengan
massa yang terlalu banyak dan tempat
yang tidak boleh memiliki
  
42
konsentrasi  massa  terlalu  banyak,  maka  pindah 
lagi  ke  Pantai
Karnaval   Ancol   hingga   tahun   lalu.   Untuk   tahun   ini,   JIKF   akan
dipindahkan  lagi  karena  area  di  Pantai  karnaval  Ancol  telah  semakin
sempit dengan adanya berbagai acara lainnya.
Acara yang rutin diadakan adalah lomba
layang-layang
2
dimensi
dan
3
dimensi, workshop cara membuat layang-layang, pameran layang-layang
tradisional, penerbangan layang-layang tradisional dan kreasi. Selain dari
acara-acara pokok tersebut, panitia juga menambahkan acara yang berbeda
setiap  tahunnya  dengan  tema  tertentu.  Salah  satunya  adalah  diadakan
lomba rally photo dan sky gallery yang menerbangkan layang-layang
berukuran besar dengan visual lukisan. JIKF tahun 2009 diikuti
oleh
10
negara
asing
dan
15
provinsi
di Indonesia juga mengundang berbagai
komunitas layang-layang yang ada di Indonesia.
Menurut ibu Endang, pengamat dan pecinta layang-layang, respon dari
masyarakat yang datang ke acara ini sangat kurang. Berdasarkan
penuturannya,
dalam setiap
festival di
Jakarta
jumlah
pengunjung
hanya
mencapai
100
orang
saja.
Faktor
yang
menentukan
keberhasilan dari
penyelenggaraan
festival
ini
adalah factor
dana,
yaitu
subsidi
untuk
pelayang daerah yang akan datang ke festival.
  
43
Jakarta                 International                 Kite                 Festival.
1. Pihak pelaksana             : Le Gong Kite Society.
2. Pihak penyelenggara      : Departemen Pariwisata dan Kebudayaan.
3. Acara                            
:    kompetisi  layang-layang  2  dimensi  dan  3
dimensi, penerbangan layang-layang tradisional dan kreasi, workshop cara
membuat
layang-layang,
rally photo competition, pameran layang-layang,
bazaar, penerbangan
layang-layang
di
malam hari,
videomaping
di
atas
layang-layang.
4. Tanggal                          : 24-24 Juli 2010
5. Lokasi                            : Pantai Karnaval Ancol
6. Waktu                           
: 10.00 – 21.00
Run Down Acara
24 Juli 2010
08.45 – 11.00
: daftar ulang lomba layang-layang 2&3dimensi
eksibisi layang-layang Internasional
pameran KAP dan bazaar
Sky Gallery oleh seniman Bali.
11.00-12.00            : Lomba layangan kreasi 2&3 dimensi
12.00-13.00            : Makan siang
  
44
13.00-13.30
: Lomba layangan kreasi 2&3 dimensi
13.30-15.00
: Peresmian JIKF oleh gubernur Jakarta
15.00-17.30
:lomba layangan kreasi 2&3 dimensi
17.30-18.30
: makan malam
18.30-21.00
:night 
flying  dan  pemutaran  video 
mapping  diatas
layang-layang.
25 Juli 2010
10.00-12.00
: Lomba layangan 2&3 dimensi
12.00-17.00
: eksibisi layang-layang Internasional
Pameran KAP dan bazaar
Lomba lukis di atas layang-layang
Sky Gallery oleh seniman Bali.
12.00-13.00
:makan siang
13.00-14.00
:workshop layang-layang.
13.00-17.00
:lomba kreasi layang-layang 2 dimensi dan 3 dimensi,
penerbangan layang-layang bersama pengunjung.
15.00 – 16.00
: workshop layang-layang
Denah lokasi acara.
  
45
Gambar 2.5 : Denah acara
keterangan:
1.
Cina
2.
India
3.
Jerman
4.
Kamboja
5.
Swedia
6.
Taiwan
7.
Perancis
8.
Malaysia
9.
Jepang
  
46
10.  Sekretariat
11.  sekretariat
12.  Jawa timur
13.  D.I. Yogyakarta
14.  Jawa Tengah
15.  Jaw Tengah
16.  Jawa Barat
17.  DKI Jakarta
18.  DKI Jakarta
19.  Kalimantan Barat
20.  Kalimantan Selata & Timur
21.  Lampung
22.  Kep. Riau
23.  Riau
24.  Sumatera Selatan
25.  Jambi
26.  Sumatera Utara
27.  N. Aceh Darusalam
28.  Tour Travel
  
47
29.  Lomba foto & YMLI
30.  Ibu Ida + KFC+NU Green Tea+Prim-a
31.  Eyan+Uti
32.  Le Gong Kite Society
33.  Usaha kecil Menengah (UKM)
34.  Workshop + L. Lukis
2.6. Kompetitor
2.6.1. Bali Kite Festival.
Festival yang diadakan di pantai Sanur ini merupakan acara tahunan.
Layang-layang tradisional berukuran besar telah dibuat dan
diterbangkan unuk kompetisi dari setiap daerah di Denpasar. Acara
ini merupakan festival relijius dengan maksud menyampaikan pesan
kepada
Dewa-Dewi
Hindu
agar memberikan
panen
yang
baik.
Babean, Janggan, dan Pecukan adalah jenis dari layang-layang
tradisional yang diterbangkan pada acara ini. Kompetisi layang-
layang kreasi juga diselenggarakan, yang termasuk layang-layang 3
dimensi, dibuat dari bahan kain dan bambu. Pada acara ini, musik
gamelan  juga  dimainkan.  Acara  ini  menarik  banyak  turis
Internasional dan lokal serta pecinta layang-layang mancanegara.
  
48
2.6.1.1.  Karakteristik Bali Kite Festival.
1.   Bali Kite festival dilaksanakan
sebagai
salah
satu acara ritual
kepercayaan 
Bali, 
sehingga 
layang-layang 
tradisional 
Bali
lebih  banyak  dimunculkan  dengan  iringan  lagu  tradisional
Bali.
2.   Bali Kite Festival diadakan di pantai Sanur, dimana pantai ini
merupakan salah satu objek wisata Bali yang dituju oleh
wisatawan asing dan lokal.
3.   Diikuti oleh peserta dari mancanegara serta lokal.
2.6.1.2. Keunggulan Jakarta International Kite Festival.
1.   Jakarta   International   Kite   Festival   mengajak   masyarakat
Jakarta 
yang  setiap  harinya  berurusan  dengan  kemacetan,
situasi bisnis yang ketat, dan polusi udara untuk dapat
menikmati  rekreasi  dan  hiburan  yang  sehat  dengan  tempat
yang mudah dijangkau.
2.   Jakarta International Kite Festival bersifat lebih umum dengan
penerbangan
layang-layang   yang   sangat   beragam,   tidak
didominasi dengan layang-layang tradisional sehingga
masyarakat  yang  datang  tidak  hanya  pecinta  layang-layang
saja.
3.   Jakarta International Kite Festival mengajak masyarakat untuk
  
49
ikut 
membuat 
layang-layang  serta 
menghias 
layang-
layang dan menerbangkannya. Terdapat unsur nostalgic bagi
orang dewasa yang pada masa
mudanya
sering
memainkan
layang-layang.
2.6.1.3. Keunggulan Bali Kite Festival.
1. Memiliki
keunikan
sendiri
dalam
format
acara
dengan
melibatkan kebudayaan Bali.
2. Memiliki
lokasi
yang
strategis,
dimana
Bali
itu
sendiri
merupakan tempat tujuan wisata dan memiliki pantai-pantai
yang indah dan luas.
2.7. Target Sasaran
1. Geografis          
: Domisili Indonesia dan Internasional.
2. Demografis
: 30-45 tahun (pekerja), B
Wanita dan pria (primer)
7-16 tahun (pekerja), B
Wanita dan pria (sekunder)
3. Psikografis         : Pria
dan
wanita
yang
menyukai dengan
kegiatan di
luar       
ruangan,
memiliki keterstarikan kepada seni dan alam,
gemar
berwisata, mengeksplor alam, menyukai permainan.
  
50
2.8. Analisa SWOT.
Strength (Kekuatan)
1. 
Acara ini berskala Internasional sehingga menampilkan keragaman
layang-layang di dunia yang dapat menjadi daya tarik pariwisata.
2.
Acara
ini
melibatkan
anak-anak dengan
tujuan
memperkenalkan
permainan layang-layang sejak kecil.
3.   Acara
ini
bukan
hanya
menawarkan
permainan
layang-layang
adu,
tetapi menawarkan berbagai jenis perlombaan lainnya yang masih
tergolong
jarang
dimainkan
oleh
masyarakat
awam juga
terdapat
berbagai kegiatan yang dapat diikuti masyarakat dan dapat menjadi
sarana entertainment.
4. 
Lomba kreasi layang-layang pada Jakarta International Kite Festival
menjadi  ajang  untuk  memacu  kreativitas  bagi  pelayang  Indonesia
untuk  membuat  kreasi  baru  berdasarkan  layang-layang  tradisional
yang sudah ada.
Weakness (Kendala)
1.   Promosi yang kurang meluas.
2.   Tempat diselenggarakan acara yang kurang luas.
3.   Keterbatasan dana.
  
51
Opportunities (peluang)
1.   Permainan 
tradisional  seperti 
layang-layang 
memberikan 
dampak
positif terhadap psikologis masyarakat dan anak-anak.
2.   Jakarta sebagai ibukota Indonesia memiliki statistik turis mancanegara
kedua terbesar setelah Bali.
3.   Masyarakat  memiliki  ketertarikan  kepada  hiburan  alternatif 
yang
berkenaan dengan alam.
Threat (Ancaman)
1.   Ketertarikan 
masyarakat 
untuk 
bermain  di 
alam 
sudah 
semakin
berkurang.
2.   Teriknya matahari dan suhu udara yang panas di Jakarta.