Layer
Nama
Protocol 
Data
Unit
Fungsi
BAB2
LANDASAN TEORI
2.1
Teori Umum
2.1.1 OSI 
Layer
Open  
System  
Interconnection  
(OSI)  
merupakan 
model    referensi 
jaringan
komputer 
yang
digunakan
dalam
rancangan
jaringan  komputer,
spesifikasi
operasi,  dan
juga 
dalam 
memecahkan 
kesulitan  dalam 
koneksi   jaringan   yang  bermasalah
(Diane
Teare,   2008,   p.5). 
Model   OSI 
menyediakan
refensi   umum   dalam 
mempertahankan
konsistensi pada semua
protokol  jaringan  dan
layanan  jaringan  yang ada saat
ini.
Pemodelan
OSI  berupa  lapisan-lapisan
(layer).
OSI  memiliki
tujuh  layer, yang
jika dijabarkan dari layer teratas
ke layer
terbawah, yaitu
application layer, presentation
layer,  session  layer,  transport  layer,  network  layer,
data  link  layer,  dan
physical  layer.
Tujuannya
untuk  mempermudah
dalam  mempelajari
konsep  jaringan  dan
memudahkan
vendor  bebas
(independent) untuk  mengembangkan suatu bagian tertentu dari
teknologi
jaringan   komputer.
Model   OSI 
itu 
sendiri   bukanlah   merupakan 
arsitektur 
jaringan,
karena  
model  
ini   tidak   menjelaskan 
secara   pasti   layanan 
dan   protokolnya 
untuk
digunakan
pada 
setiap 
lapisannya.
Model   OSI  hanya 
menjelaskan  tentang   apa 
yang
harus
dikerjakan oleh sebuah  lapisan.
Akan
tetapi
ISO juga
telah
membuat standar
untuk
semua   lapisan,  walaupun  
standar-standar 
ini  bukan   merupakan 
model   referensi   itu
sendiri.
Setiap
lapisan  telah dinyatakan
sebagai
standar
intemasional
yang
terpisah.
Tabel2
.
1
Tujuh  OSI Layer
  
8
yang   
membutuhkan  
komunikasi  
melalui
jaringan komputer.
6
Presentation
Data
Menspesifikasikan  jenis  
atau  
bentuk 
dari
data.
5
Session
Data
Mengatur
awal
koneksi, mempertahankan
koneksi
yang 
sudah
dibangun, dan
mengakhiri
koneksi tersebut
antaraplikasi
dari
host-host yang berbeda.
4
Transport
Segment
Mengenali
aplikasi
yang 
digunakan,
melakukan
segmentasi
terhadap
data,  
dan
juga 
memberikan
pengalamatan port,
serta
mengatur transmisi segment.
3
Network
Packet
Memberikan pengalamatan
secara
logikal
dan
juga
penentuan
jalur 
terbaik
yang
harus
dilewati oleh
sebuah
paket.
2
Data Link
Frame
untuk
berkomunikasi
dengan
network
layer,   
memberikan 
pengalamatan 
secara
fisik,
dan 
mengatur 
cara 
  
frame
ditumpangkan di
atas
media.
1
Physical
Bits
Menumpangkan
frame  dalam
bentuk bit
ke
atas  
media 
dalam   
bentuk 
sinyal   
listrik,
cahaya, atau
gelombang
radio
  
9
2.1.2
Jaringan Komputer
Jaringan   adalah 
kumpulan   beberapa 
komputer   yang 
tergabung   dalam 
suatu
lingkungan  yang
dapat
saling berkomunikasi  satu
dengan  yang
lain. 
Konsep  jaringan
komputer 
lahir  pada  tahun  1940-an  di  Amerika  dari  sebuah 
proyek  pengembangan
komputer   MODEL 
I  di  laboratorium   BeU
dan 
grup  riset  Harvard 
University   yang
dipimpin 
profesor 
H. 
Aiken. 
Pada 
mulanya 
proyek 
tersebut 
hanyalah 
ingin
memanfaatkan    sebuah   perangkat  
komputer  
yang   harus 
dipakai   bersama.  
Untuk
meningkatkan  kinerja
sistem  yang sudah  ada,
perlu  adanya  sistem
komputerisasi 
yang
menggunakan 
teknologi  sistem  jaringan.
Penggunaan  sistem  jaringan  bertujuan 
untuk
menghemat 
waktu  dan  pada  gilirannya  akan  menghemat 
biaya 
yang  bermuara 
pada
efisiensi
kerja.
Teknologi  sistem
jaringan
pertama
kali
diperkenalkan  pada
tahun
1969,
ketika 
dibentuk 
suatu  proyek 
yang  dinamakan 
Advanced   Research 
Project 
Agency
Network (ARPANET) yang dibuat oleh Department
of Defense
(DoD) Amerika
Serikat.
Tujuan  proyek
tersebut  untuk
menangani  masalah  agar
tetap
dapat
berkomunikasi  jika
terjadi perang dan sebagian besar jaringan telepon
rusak.
Jaringan
komputer
lokal atau kerap
dikenal
dengan
sebutan
Local
Area
Network
(LAN)
merupakan
kumpulan
beberapa
komputer
yang saling
terhubung
dalam
cakupan
geografis
yang sempit atau boleh dikatakan
satu ruangan
atau satu
gedung (Diane
Teare,
2008,
p.ll).
Beberapa  karakteristik  dari
LAN  adalah  transfer rate
yang
tinggi,  relatif
tidak  mahal, 
dan  selalu  dalam  keadaan 
on-connection   (tidak perlu dial-up 
terlebih
dahulu saat akan berkomunikasi
data). Beberapa
variasi dari teknologi dalam
LAN:
Ethernet  dan IEEE 802.3. Bandwidth 
tipikal  pada  Ethernet
adalah  10
Mbps
dan menggunakan  teknologi Carrier
Sense Multi Access Collision
  
10
listening-before-transmit
untuk  mengetahui
jikalau  ada
node  dalam  satu
LAN
yang
sedang
mengirimkan
data.
Jika
memang ada, maka node
yang
akan
mengirimkan data
akan
menunggu
hingga 
tak
ada
node
yang
mengirimkan data.
Fast  Ethernet.
Bandwidth
yang  tipikal 
untuk 
teknologi 
ini  adalah  100
Mbps. 
Teknologi
ini
mengikuti
standar  yang
diatur  dalam  IEEE  802.3u
dan
tetap
menggunakan teknologi
CSMA/CD.
•  Gigabit
Ethernet.
Bandwidth
yang  tipikal 
untuk 
teknologi 
ini  adalah  1
Gbps.
Teknologi
ini
masih
menggunakan CSMAICD 
dan
diatur
dalam
standar  IEEE 802.3z
dan
802.3ab.
Pada  jaringan  komputer
ada
pengertian
mengenai 
end  device  dan intermediary
device.  End  device 
memiliki   pengertian
peralatan   yang 
merupakan
inisiator 
(sumber)
atau
tujuan  dalam
komunikasi data.
Yang  merupakan
permisalan dari
end
device
adalah
personal 
computer,
IP
printer,
IP
phone,  server, dan lain-lain.
Tiap  end device hams
memiliki  
Network 
Interface    Card   (NIC)  agar  dapat 
melakukan 
komunikasi 
data.
Intermediary
device  dapat didefinisikan
sebagai  peralatan  dalam  jaringan  yang
berguna
untuk 
meneruskan
pesan 
atau  perantara   antara  dua  end device
(sumber 
dan 
tujuan).
Berikut   ini 
merupakan  beberapa   intermediary
device   yang
kerap   digunakan  
dalam
jaringan  komputer:
Repeater.
Repeater
berfungsi
sebagai 
penguat 
sinyal 
listrik 
atau 
signal
amplifier antara
dua
device
dalam
berkomunikasi
data.
Jika
dua
device
tersebut 
terpisah  sejauh  100  meter,  maka  sinyal 
listrik  akan 
mengalami
peredaman
sehingga
membutuhkan
amplifier.
Ciri  khas  dari 
Repeater
  
11
adalah  hanya  memiliki  dua
buah
port.
Repeater  merupakan
intermediary
device
yang bekerja pada physical layer dari OSI.
Hub.
Hub
merupakan
nodes.
aggregator,
artinya  hub
menjadi 
pengumpul
dari 
beberapa   end
device   atau   intermediary 
device   karena 
memiliki
sejumlah
port.  Hub  juga berfungsi
sebagai 
signal 
amplifier.
Pada 
saat
sebuah  node
mengirimkan
sinyal  menuju  hub, maka  hub akrur langsung
meneruskan 
sinyal   tersebut   keluar   dari 
semua   port  yang 
terkoneksi,
kecuali  port yang
menjadi 
sumber  sinyal.  Karakteristik
dari  hub
adalah
bersifat 
half-duplex,
membagi  bandwidth
yang 
ada  dengan 
jumlah 
port
yang
terkoneksi  dengan
device,
dan
bekelja pada physical layer
dari
OSI.
Bridge.
Bridge
merupakan
intermediary
device 
yang
dihubungkan
antara
hub
dan end
device. Bridge  berfungsi untuk  melakukan
inspeksi  terhadap
MAC   address
tujuan.   Jika 
frame 
tersebut   tidak   ditujukan 
untuk   end
device   yang
terkoneksi,
maka 
bridge   akan
men-drop  frame   tersebut.
Bridge 
hanya  memiliki  dua
buah
port  saja. 
Bridge  bekerja
hingga  data
link layer
dari
OSI.
Switch.
Switch
dapat
dikatakan 
gabungan
antara hub dan bridge pada
satu
device. 
Semua 
fitur  dari 
hub  dan
bridge 
dimiliki 
oleh 
switch.
Tetapi,
switch  bekelja
secara  full-duplex
dan  tidak 
membagi
bandwidth
dengan
port-port 
yang  terkoneksi.
Switch 
merupakan
intermediary
device 
yang
paling  tipikal
pada
sebuah  LAN,
artinya
switch
hanya 
mampu 
digunakan
untuk  komunikasi   data  antara  end device yang  berada 
pada  satu 
buah
jaringan  saja.Pada 
umumnya 
switch  bekerja hingga data  link  layer  dari
  
12
OSI, 
namun   pada   perkembanganya 
switch   sekarang
ada 
yang   dapat
bekelja hingga  network layer dari OSI layer.
Router. 
Router  
merupakan 
intermediary 
device  
yang  berguna   untuk
menentukan
jalur 
terbaik 
yang 
harus 
ditempuh
oleh  paket  data 
hingga
tuj.uannya
yang  
berada    pada  
jaringan   
yang   berbeda.   Router   juga
digunakan
sebagai 
penghubung
antara 
beberapa  jaringan 
yang  berbeda. 
Router
bekerja  hingga  network layer dari
OSI.
Access 
point.
Access  point 
merupakan
intermediary
device 
yang 
serupa
dengan
switch, tetapi bekelja atas media
nirkabel.
Wireless
router. 
Wireless   router 
merupakan  intermediary
device 
yang
sebenarnya terdiri  atas switch, router,
dan access point.
Jaringan  
komputer 
juga    mengenal  
istilah    topologi.   Topologi   
merupakan
pengaturan  komunikasi 
data  dalam   jaringan   komputer, 
baik   secara 
logikal   maupun
fisikal. 
Topologi 
secara  logikal 
mengatur
tentang 
alur  frame dari  sebuah  node menuju
node 
lain. 
Topologi   secara 
fisikal 
mengatur
tentang   koneksi   antar-node
dalam   satu
jaringan  secara
fisik
dan
dapat
dilihat
dengan
mata manusia.
2.1.3 
Virtual LAN
Virtual  LAN (VLAN)
adalah  sekelompok
device  pada satu atau
beberapa  LAN
yang
dikonfigurasi
secara  software sehingga  komunikasi
data
dapat
berlangsung
seakan­
akan
mereka  terhubung langsung
walau
keberadaannya
berbeda
secara  geografis
(Diane
Teare,  2008,  p.47).  Awalnya 
semuaport pada switch  tergabung
dalam  sebuah 
VLAN,
yaitu
VLAN  1.
Konsep 
VLAN  hanya  dapat  diimplementasikan
pada
managable switch
  
13
saja.
Jumlah  VLAN  pada
sebuah 
switch
menentukan jumlah 
broadcast domain
yang
ada
pada
switch
tersebut. Satu
VLAN
mewakili
sebuah
broadcast domain.
VLAN 
dikenal
secara 
unik
dengan
menggunakan angka.
Namun, 
pada
saat
mengkonfigurasi
VLAN 
sebuah  VLAN 
tertentu 
dapat 
diberikan
nama 
sehingga
memudahkan
network
administrator
dalam 
mengenali 
VLAN. 
Field 
untuk  penomoran
VLAN  pada
802.1q,
yang disebut  sebagai
VLAN  ID,
memiliki
kapasitas  12 bit
sehingga
VLAN   ID 
memiliki 
jangkauan  0  -
4095. 
Jangkauan
ini 
terbagi 
menjadi   dua  jenis
VLAN:
Normal 
VLAN.   Jangkauannya  adalah   antara   0  -
1005. 
Namun,   yang 
dapat
digunakan
hanyalah
1
-
1001.
VLAN
0, 1002-1005 tidak
dapat
digunakan karena
telah 
reserved.
Untuk  VLAN 
2- 1001  hams  dibuat  terlebih 
dahulu, 
lalu  dapat
digunakan.
VLAN 
0-1,  1002-1005
tidak  dapat  dihapus. 
Informasi
VLAN 
akan
disimpan pada
VLAN
database.
Extended
VLAN. 
Jangkauannya
adalah 
antara  1006 
-
4095. 
Extended 
VLAN
biasa
digunakan oleh
ISP.
Keanggotaan
sebuah 
host 
pada  sebuah 
VLAN  adalah  dengan 
mengkonfigurasi
port  
pada 
switch 
dengan   sebuah   VLAN   tertentu.   Sebuah  
port  
yang 
sudah 
menjadi
anggota
dari  salah  satu  VLAN 
disebut  sebagai 
access
port.
Keanggotaan
sebuah 
port
dalam
sebuah  VLAN  dapat
dikonfigurasi dengan
dua
cara:
Statis. 
Network 
administrator 
mengkonfigurasi
port  
tertentu   menjadi   anggota
dari  VLAN  tertentu  sehingga 
sebuah 
device 
yang  terhubung
pada 
port 
tersebut
akan
menjadi  anggota  dari
VLAN  tersebut.  Jika host
tersebut  terhubung dengan
port  yang
lain, maka
perlu
dilakukan
konfigurasi
lagi.
  
--------------------------
----- .
14
Dinamis.  Konfigurasi
VLAN 
secara  dinamis 
membutuhkan
sebuah server
yang
disebut  sebagai 
VLAN  Membership
Policy  Server  (VMPS). VMPS menampung
informasi
mengenai
pemetaan
MAC  address dengan 
VLAN. Jadi,
tergabungnya
sebuah   host  pada   sebuah   VLAN  
adalah   berdasarkan   MAC   address 
yang
dimilikinya.
Implikasinya.,     saat   
host    tersebut   berpindah   port     network
administrator tidak
perlu
mengkonfigurasi switch.
Ada beberapajenis VLAN,  yaitu:
Default 
VLAN.  VLAN 
ini  sudah  ada  pada  switch
dan  semua  port merupakan
anggota
dari default
VLAN.
VLAN
1
merupakan default
VLAN.
Data  atau access 
VLAN. 
VLAN 
digunakan 
untuk  berkomunikasi
data.  Secara
default, data atau access  adalah VLAN
1.
Management
VLAN. 
VLAN 
yang  diberikan
IP  address sehingga 
switch 
dapat
diakses 
dari  jarak  jauh 
dan  dapat  digunakan 
untuk 
menguji 
koneksi   
Internet
Control   Management  Protocol   (ICMP).  Secara  default, 
management
VLAN
adalah
VLAN
1.
Voice  VLAN.    VLAN    yang  
dikhususkan 
untuk    layanan    voice 
dan   akan
memberikan
layanan
Quality  of Service
kepadajenis traffic
ini.
Native  VLAN. VLAN ini bermanfaat
untuk
mendukung
backward  compatibility
bagi
unmanagable
switch  atau switch  yang tidak
mendukung konsep  VLAN.
Jika  ada
dua  buah  switch yang  memiliki 
informasi
VLAN-VLAN
yang  serupa
dan ingin berkomunikasi,
maka
ada dua buah cara
yang dapat
dilakukan:
Melalui 
access  port.  Konsep
ini  mengatakan
agar  tiap  access port untuk 
tiap
  
VLAN  digunakan
untuk  mengirimkan
frame
secara  intraVLAN
dari
satu  switch
  
15
ke switch yang
lain.
Konsep 
ini
dinilai  tidak  baik karena  port pada  switch akan
terpakai 
secara
tidak
efisien
pada
saat
kondisi 
switch
memiliki banyak
VLAN
sedangkan jumlah
port pada
switch
terbatas.
VLAN1
Gambar 2.1
Koneksi  Intra-VLAN denganAccess
Port
Melalui  trunk
port.
Trunk  port
merupakan
aggregator
port
pada  konsep  VLAN.
Berbeda  dengan  access port
yang
hanya  dapat
melewatkan
sebuahframe
dengan
VLAN  ID
tertentu,  tnmk port
dapat
melewatkanframe
dengan  semua  VLAN  ID
yang
ada. Kelebihan dari konsep
ini adalah
penggunaan port secara
efisien.
  
16
VLAN 1 
VLAN i
Trunk link
VlAN? 1,2, 3
Gambar
2.2 Koneksi  Intra-VLAN dengan  Trunk
Port
Dengan  adanya  konsep  VLAN  frame pada  Ethernet
mengalami
modifikasi
agar
dapat
membawa informasi VLAN.
Ada dua buah
standar:
Protokol   Inter-Switch
Link 
(ISL). 
ISL 
merupakan
cisco 
proprietary
sehingga
hanya  didukung
oleh  switch yang  diproduksi
oleh  Cisco  System,  Inc.
ISL  tidak
hanya 
mendukung
Ethernet
frame,
melainkan juga  token ring,
FDDI,  dan
ATM
over  Ethernet
ISL.  ISL  akan 
mengenkapsulasi
Ethernet
frame 
dengan 
header
sebesar 
26  Byte  dan  trailer sebesar  4  Byte  ketika 
frame 
akan  melewati   trunk
port. ISL disebut juga double tagging.
Access
link 
Trunk link
1-----------, -
·-1-
Frame
(variable length)
ISLheader 
GRG
(26 bytes)
(4 bytes)
Gambar
2.3
Bentuk
Frame  dengan enkapsulasi
ISL
  
17
Protokol
IEEE  802.lq.
802.lq
merupakan protokol  standar 
untuk  trunldng
saat
ini.
802.1q  hanya
akan
menyisipkan.field tambahan sebesar  4 Byte
pada
Ethernet
frame  antarafield
dari  destination
address 
danfield dari
type/length. Padafield
tambahan
ini  juga 
terdapat   3  bit 
yang  diperuntukkan
untuk 
Class  of  Service
(802.lp).
2.1.4 Inter-VLAN Routing
Inter-VLAN
routing  merupakan
metode 
yang
digunakan
untuk  komunikasi
data
antar 
VLAN 
yang 
berbeda 
Inter-VLAN routing 
sebenarnya
merupakan
konsep
menghubungkan
dua
buah  jaringan  agar
dapat  berkomunikasi
dengan 
sebuah  peralatan
yang beketja hingga  network layer
dari OSI, seperti
router
atau
multilayer switch.
Ada beberapa metode  yang digunakan dalam
inter-VLAN
routing:
Tradisional.
Metode
ini
menerapkan
beberapa  koneksi  dari
switch  terhubung
ke
interface  dari  router.   Tiap  koneksi  merupakan
access   port   yang   tergabung
dengan  sebuah  VLAN 
tertentu.  Metode 
ini
memiliki
kerugian 
berupa  borosnya
penggunaan 
interface  pada   router.   Padahal,  router   bukanlah
peralatan 
yang
ditujukan
untuk
memiliki Ethernet interface yang banyak.
  
18
VLAN
E
VLAN VLAN
VLAN
M
E
A
M
Gambar 2.4
Inter-VLAN Routing Secara
Tradisional
Router-on-a-stick.
Metode  ini
hanya
menggunakan
sebuah  koneksi 
antara
router
dan  switch.
Koneksi   tersebut   berada   dalam   mode 
trunk 
port 
sehingga   dapat
melewatkan
frame 
yang  berasal  dari  berbagai
VLAN 
yang  ada  pada  database
VLAN  pada
switch.
Metode
ini
mengatasi
kekurangan
dari
metode 
inter-VLAN
routing 
secara 
tradisional.
Metode 
ini
sendiri 
memiliki
kekurangan berupa
kegagalan pada
satu
titik.
  
19
Router
Trunk
VLANs
E,A&M
VLAN  VLAN
VLAN
E.
A
M
Gambar 2.5
Inter-VLAN
Routing
Secara
Router-On-A-Stick
2.1.5
Access
Control List
Access
Control
List 
(ACL)
merupakan
konsep 
mengenai
kebijakan
padajaringan
komputer 
yang 
mengatur  komunikasi
data 
yang  boleh 
terjadi   dan 
yang  tidak 
boleh
terjadi   (Diane   Teare,   2008,   p.820).   ACL   berisikan   sejumlah 
peraturan 
yang   akan
melakukan 
filtrasi   terhadap   paket 
berdasarkan 
IP 
address 
asal, 
IP 
address 
tujuan,
protokol 
asal,   dan   protokol  
tujuan.   ACL   diterapkan 
pada  
interface 
dari  
router.
Penerapan
ACL 
memiliki 
dua  jenis,  yaitu 
inbound
ACL  dan 
outbound
ACL. 
Inbound
ACL
berarti
router
akan
memfiltrasi paket
saat
paket
tersebut 
tiba
di
interface
yang
bersangkutan.
Sedangkan,
outbound 
ACL 
berarti 
router
akan 
memfiltrasi
paket 
pada
saat 
router 
tersebut   akan 
mentransmisikan  paket 
tersebut   keluar 
dari 
interface 
dari
router.
Sebuah  interface
dari  router
dapat  memiliki 
masing-masing
satu  inbound
ACL
dan outbound ACL.
Konsep
ACL ada dua jenis, yaitu
standard
ACL dan
extended
ACL.
  
20
Extended
ACL
mampu  memfiltrasi paket
berdasarkan
IP address asal, IP address
tujuan,
protokol
asal, dan
protokol tujuan.
2.2
Teori Khusus
2.2.1  Quality
of Service
Quality
of  Service  (QoS)
merupakan
kemampuan
jaringan  dalam 
menyediakan
layanan  khusus
atau
lebih  baik  kepada  sejumlah 
pengguna
atau  aplikasi  atau
keduanya
(Amir
S.
Ranjbar,
2007,  p.68).
Penerapan
QoS
adalah  dengan 
mengklasifikan
beberapa
tipe
data
traffic 
yang
ada pada  sebuah  jaringan 
dan
tiap
klasifikasi
diperlakukan
secara
berbeda   sesuai  
kebutuhan 
masing-masing 
traffic   dari  data.  Ada  beberapa 
sumber
masalah  yang
menjadi  alasan penerapan QoS
menjadi  penting:
Kekurangan
kapasitas
dari
bandwidth
yang
disebabkan
kapasitas
bandwidth
yang
ada  tidak 
mumpuni
untuk 
melayani
transmisi   gambar 
yang 
memiliki   resolusi
tinggi, 
penggunaan
multimedia
di  atas  jaringan, 
dan 
peningkatan
penggunaan
suara
dan
video.
End-to-end
delay 
yang  cukup  signifikan
yang  terdiri  dari  dua  jenis,  yaitu  fixed
network   delay 
dan  variable  network  delay. Fixed  network  delay
merupakan
akumulasi
dari
serialization
delay
dan
propagation delay.
Serialization
delay
merupakan
waktu 
yang  dibutuhkan
untuk 
meletakkan
satu  buah  frame di  atas
media.  Semakin  tinggi  kecepatan
media 
yang  digunakan,
maka
semakin  singkat
juga  waktu 
yang 
dibutuhkan.
Propagation
delay 
merupakan
waktu 
yang
dibutuhkan
untuk 
melewatkan
frame-frame
di  atas  media.  Sedangkan, variable
network  delay
merupakanprocessing delay,
yang
berarti  waktu  yang dibutuhkan
  
21
sebuah   peralatan
jaringan 
untuk 
melakukan
proses  routing,
mengubah
header
dariframe, dan
melakukan switching.
Jitter
dapat
diartikan sebagai  variasi
perbedaan
end-to-end
delay
antara  dua
buah
paket.
Packet
loss
yang
diakibatkan oleh congestion
yang
teijadi  di jaringan.
Ada
tiga buah
permodelan
QoS:
1.   Best-effort
model.
Model 
ini 
sebenarnya
tidak 
mengimplementasikan
QoS
sarna  sekali. 
Tidak   ada  klasifikasi   bagi 
data  traffic   sehingga
semua   data
traffic  diperlakukan
setara.  Kelebihan
dari
model 
ini
adalah 
skalabilitas
dan
kemudahan
karena     tidak   
perlu   
melakukan  
konfigurasi.   
Sedangkan,
kekurangan
dari
model  ini
adalah  tidak  adanya 
garansi 
terhadap 
paket-paket
data
yang hilang,
delay, dan juga
ketersediaan bandwidth.
2.   Integrated
Services    model  
(IntServ). 
IntServ  
model  
mempakan 
model
pertama 
yang   mengimplementasikan 
end-to-end 
QoS.   Model   ini   sangat
dibutuhkan
untuk  real-time
applications. Model
ini  didasarkan
pada  teknik
signaling  secara  eksplisit  dan
mengatur 
serta   menyediakan 
ketersediaan
sumber   daya 
jaringan  
untuk   aplikasi   yang 
membutuhkan.  IntServ   model
menggunakan 
Resource  
Reservation 
Protocol  
(RSVP)  
sebagai  
signaling
protocol.
Aplikasi 
yang  membutuhkan
spesifikasi
bandwidth
tertentu 
hams
menunggu
RSVP  berkeija pada
jalur
dari source ke
destination (hop  by
hop)
dan 
meminta 
bandwidth 
reservation
untuk   aplikasi 
tersebut.   Jika   RSVP
bekeija dengan  baik,
maka
aplikasi
tersebut
bam
beroperasi.
  
22
3.   Differentiated Services model
(DiffServ).  Model 
ini
memanfaatkan  per-hop
basis (PHB)
yang
berarti
setiap network
device yang
akan
dilalui
harus
diatur
terlebih  dahulu 
untuk 
menyediakan 
layanan 
QoS  bagi  setiap  data traffic.
Dengan 
DiffServ 
model 
data 
traffic 
akan  diklasifikasikan 
dan 
akan
mendapatkan
marking
yang menentukan
level of service.
2.2.1.1
Classification
dan
Marking
Classification   dapat  didefinisikan  sebagai  proses  pengenalan  terhadap  data
traffic 
dan 
melakukan   pembagian   menjadi 
kelas-kelas.   Classification  menggunakan
traffic  descriptor 
untuk  mengkategorikan   sebuah 
data 
untuk  digolongkan   ke  dalam
sebuah
kelas.
Traffic
descriptor
bisa
merupakan
interface
yang menjadi
asal
data,
IP
Precedene, 
Differentiated   Services  Code  Point  (DSCP), source  dan atau destination
address,  dan juga aplikasi. Classification 
sebaiknya 
diimplementasikan
dekat  dengan
access   layer   pada  campus   architecture   atau  dekat  dengan  wiring   closet.   Cisco
menyarankan 
agar
classification 
diadakan 
dekat
dengan  source
host.
Penerapan
classification
pada.frame
sering dikenal
sebagai Class of Service (CoS).
Marldng
tidak berbeda
jauh
dengan
classification.
Perbedaan
mendasar
adalah
classification   mengkategorikan  sebuah  data
berdasarkan   isi 
dari  frame,
sedangkan
marking 
berdasarkan   isi 
dari  paket. 
Penerapan   marldng
pada  paket  sering 
disebut
sebagai Type of Service (ToS). Marldng
juga menggunakan  traffic descriptor,
yaitu:
Data Link Layer
o
Class
of Service field (Inter-Switch
Link, 802.1p).
IEEE
menetapkanjield
802.1q  dengan 
ukuran  4
Byte.  Ada  sebuah  field yang  disebut  sebagai
  
23
priority
field  (PRI)
sebesar 
3  bit, 
yang 
disebut   juga 
sebagai   Class
of
Service  (CoS,
802.1p)  sehingga
memiliki 8 kemungkinan level
of service.
Tabel
2.2  Bit  pada  Class of Service, Representasi Dalam 
Desimal,
dan
Definisinya
CoS
(bit)
CoS
(desimal)
IETFRFC791
Aplikasi
000
0
Routine
Best-effort data
001
1
Priority
Medium   priority
data
010
2
·Immediate
High 
priority
data
011
3
Flash
Call
signaling
100
4
Flash-override
Video
conferencing
101
5
Critical
Voice
bearer
110
6
Internet
Reserved 
(inter-
network  protocol)
111
7
Network
Reserved
(network
control)
  
24
I
Ethernet 802.10/P
Frame
Preamble
SFD 
DA 
SA 
802.10/P
llYpe
Data 
FCS
TPID
Ox8100
16
bits
PRI
3
bits
CFI
!bit
VLAN ID
12 bits
t
CoS
Gambar 2.6
Field
untuk  Class
of Service  pada
Ethernet
o
Multiprotocol
Label  Switching
(MPLS) 
experimental
(EXP)
bits.
Header
pada
MPLS
memiliki
sebuah.field
yand
disebut 
experimental
(EXP)field
sebesar 
3
bit.
Field 
ini  memang
dirancang
sedemikian
rupa 
agar
mendukung
IP precedence dan CoS.
MPLS
Header
48 
48
16 
3
1
8
IP
Packet
Bils
Bits
Bit
Bits     
Etherlyp&
O)(S847
means
MPLS·IP.Unlcast
t
Experimental
Field Used for
OoSMarking
Gambar 2.
7
Field
untuk
EXP pada
MPLS
o
Discard eligible bit  padaframe
relay.  Header   padaframe
relay  terdapat
discard 
eligible 
(DE)  field
yang  berukuran
1  bit.  Jika  bernilai 
0,
maka
frame 
tersebut   tidak 
boleh   di-drop.  Sebaliknya,
jika  bernilai   1, 
maka
frame tersebut akan
mendapatkan prioritas  untuk  di-drop.
  
25
Frame Relay Frame
Flag
.
Frame Relay
Header
lnformallon
////
.......................
//
........
["I "'I "I ""I ''"'I "'"I
"1' 1
t
Discard
El ibilily
(Oort)
Gambar
2.8 Field
untuk
DE pada Frame Relay
Network
layer
o
IP  precedence.
Marldng   teJjadi pada field 
dari 
Type  of  Service   (ToS)
pada  IP header
sebesar  3 bit
sehingga 
memiliki
karakteristik
yang
sama
persis
dengan  Class of Service
pada Ethernet frame.
o  
Differentiated Services   Code 
Point 
(DSCP).   DSCP   merupakan  teknik
marking 
terbaru 
yang  memiliki 
backward 
compatibility
dengan 
IP
precedence.
DSCP   pada 
field   dari
ToS  
memiliki 
bit, 
tetapi   yang
terpakai   sebagai  
QoS 
hanyalah   6  bit 
pertama   saja, 
sedangkan 
bit
terakhir   disebut 
sebagai 
Explicit   Congestion
Notification 
(ECN).   3  bit
pertama
memiliki
makna  sama
dengan  IP precedence
dan
tiga
berikutnya
merupakan
prioritas 
untuk  melakukan
packet 
dropping
jika
teJjadi
congestion. Nilai
dari DSCP
dapat
didefinisikan
menjadi  empat:
Class   selector  
PHB.   Jika   ada   networking
device  
yang   tidak
mendukung DSCP,  maka hanya
akan dilihat
3
bit pertama  saja.
  
26
Nilai
dari
DSCP
dapat
juga direpresentasikan dalarn
nilai
desimal.
Pernyataan 
nilai 
DSCP   dalarn  bentuk   desimal   disebut   sebagai
nilai  dari  Type
of  Service 
(ToS), 
yaitu  field
yang 
ada  pada 
IP
header
untuk 
menunjukkan bahwa 
paket 
tersebut 
diberikan
prioritas.
Default  
PHB.    Tiga   bit   pertarna   bernilai    000.   Default 
PHB
digunakan untuk
Best
Effort
(BE) service. Nilai
ToS adalah
0.
Assured 
Forwarding
(AF)  PHB.  Tiga  bit  pertarna  dapat  bernilai
001  (AF1), 
010  (AF2),   011   (AF3),   dan  100 
(AF4).   AF 
PHB
digunakan untuk  service yang
membutuhkan
kapasitas
bandwidth
tertentu  
yang   teljarnin.  
AF   PHB  
memiliki 
formula   AFxy.   X
merupakan
nilai
prioritas
dari
paket  untuk 
mendapatkan
jaminan
bandwidth
atau 
transmisi 
yang 
lebih 
cepat, 
sedangkan 
y
merupakan 
nilai  
kemungkinan 
paket  
tersebut  
untuk  
di-drop.
Nilainya
berkisar 
antara  11
(high  drop  preference), 10 (medium
drop  preference), dan 01
(low  drop  preference).
Bit  ketiga  dari
tiga bit
yang digunakan sebagai  drop
preference selalu
bernilai  0.
Tab
e
l23
0    
Represen
t
as1
.
A
ssuredF:
orwar
d'
m
g
dalam DSCP
d
an
T
0
S
Class
Drop
probability
Low drop
Medium drop
High
drop
  
27
Class 1
AF11
DSCP
10: 001010
AF12
DSCP
12: 001100
AF13
DSCP
14: 001110
  
28
·
ToS:
40
ToS:48
ToS:56
Class 2
AF21
AF22
AF23
DSCP
18:
010010
DSCP
20: 010100
DSCP  22: 010110
ToS:
72
ToS:
80
ToS:
88
Class 3
AF31
DSCP 26:
011010
AF32
DSCP 28: 011100
AF33
DSCP
30:011110
ToS:
104
ToS: 112
ToS:
120
Class
4
AF41
AF42
AF43
DSCP
34:
100010
DSCP
36: 100100
DSCP  38: 100110
ToS: 136
ToS: 144
ToS:
152
Expedited Forwarding
(EF)  PHB.
Tiga  bit  pertama  bernilai  101.
Field  
pada   DSCP   pada   EF   PHB   pasti   bernilai    101110   dan
digunakan 
untuk  service
yang 
membutuhkan
delay 
yang  sangat
singkat.  Nilai ToS adalah
184.
2.2.1.2 Congestion Management
Metode
ini  akan 
membuat   beberapa  
queue  
pada  saat 
terjadi 
congestion. 
Ada
beberapa teknik  yang dikenal  pada
metode  ini:
First-In,
First-Out
(FIFO).  Teknik  ini
merupakan
yang
paling
sederhana.
Paket
yang
pertarna  sarnpai
di
queue 
akan
ditransmisikan
terlebih  dahulu.
Teknik  FIFO  tidak  akan  melihat  prioritas  dari
paket  data
sehingga
tidak
  
29
akan 
memberikan
jaminan   delay  dan 
bandwidth  terhadap  paket  data.
FIFO
merupakan konfigurasi default pada Ethernet.
Priority
Queueing
(PQ).
Teknik  ini
akan
memastikan
traffic  yang
penting
akan
ditransmisikan
lebih  cepat.  Priority
queueing 
akan
membuat 
empat
queue, 
yaitu  high
priority,
medium  
priority,
Normal 
priority,
dan  low
priority.
Priority  queueing  akan
mentransmisikan
semua  paket  data
yang
berada  pada  queue
dengan 
prioritas
tertinggi 
terlebih  dahulu, 
lalu  baru
queue
setelahnya.
Priority  queueing 
dapat
melakukan
klasifikasi
prioritas
paket 
berdasarkan
network
protocol
(IP,
IPX,
AppleTalk,
atau
DECnet),
asal 
interface, ukuran
paket, 
source 
atau 
destination
address,
dan
sebagainya.
Custom Queueing
(CQ).  Teknik 
ini  akan  membuat
beberapa
queue  dan
akan  memproporsikan
bandwidth
minimum
untuk 
tiap  queue
yang  ada.
Lalu,
custom  queueing 
akan
mentransmisikan
paket 
data
dari
tiap
queue
yang
ada dengan  teknik  round-robin. Custom queueing
mampu 
membuat
hingga
16 queue.
Weighted 
Fair  Queueing
(WFQ). 
Teknik 
ini  akan  memberikan
proposi
bandwidth
yang setara
bagi
setiap
queue  yang
ada.
Class-based
Weighted  Fair
Wueueing
(CBWFQ). 
Teknik  ini perlu
dibuat
kelas-kelas
yang diberikan
porsi
minimum
untuk  bandwidth-nya,
sisanya
akan
diperlakukan dengan  teknik weighted fair queue.
  
30
2.2.2 
Wireless LAN
Wireless
LAN  merupakan
koneksi  dengan  cakupan 
LAN  dengan 
menggunakan
frekuensi
radio  sebagai 
medianya
(Diane 
Teare,  2008, 
p.435). 
Berbeda 
dengan 
wired
LAN 
yang
menggunakan
standar   IEEE  802.3, 
Wireless 
LAN 
menggunakan
standar
IEEE  
802.11.   
Wireless 
LAN  
menggllnakan 
komunikasi 
half-duplex  
karena  
untuk
transmisi  dan   penerimaan 
menggunakan 
frekuensi  
yang   sama.   Nama   populer   dari
wireless
LAN
adalah 
Wireless Fidelity
(Wi-Fi).
Sinyal  
frekuensi 
radio   me1ewati 
udara   sebagai  
gelombang 
elektromagnetik.
Sinyal   
frekuensi
radio 
akan 
dipengaruhi
oleh  objek 
ataupun   material   yang 
ditemui
selama  
trasmisi 
dari   sumber    ke   tujuan.  
Beberapa  
masalah    yang   timbul  
dengan
penggunaan frekuensi radio
sebagai
media:
1.   Refleksi.
Jika  sinyal 
frekuensi 
radio  menemui 
materi 
yang  padat, 
maka 
sinyal
akan
terefleksikan. Contoh
material  padat
adalah
materi
besi.
Gambar
2.9 Refleksi  pada
Wireless
Signal
2. 
Refraksi.
Jika 
sinyal 
frekuensi   radio 
melewati   sebuah   media   yang 
memiliki
kepadatan
yang  berbeda,
maka  sinyal 
tersebut  akan  dibiaskan
atau  dibelokkan
  
31
sehingga
berakibat
data
rate 
akan
berkurang.
Contohnya
adalah  saat
sinyal  akan
melewati: dinding ruangan.
Gambar 2.10 
Refraksi  pada
Wireless Signal
3.   Absorpsi.
Sinyal   frekuensi  radio   dapat 
mengalami 
peredaman
jika 
mengenai
bahan  materi  tertentu 
yang
dapat
menyerap
kekuatan
dari
sinyal.  Semakin 
padat
materinya, maka  semakin
besar
juga
redaman 
yang  terjadi.  Contoh  
materi  yang
dapat  menyerap
kekuatan
sinyal 
frekuensi 
radio  adalah  air.
Misalkan,
air  yang
ada pada pohon  atau tubuh
manusia yang
menghalangijalur
wireless.
  
31
Gambar 2.11 
Absorpsi pada Wireless Signal
4.  
Difraksi.  Hal
ini
teJjadi
saat
sinyal  frekuensi 
radio
mengenai
sebuah  objek  yang
tidak 
dapat 
ditembus
oleh 
sinyal 
sehingga
sinyal 
akan 
terbelokkan
dan  akan
bertemu  kembali.
Transmitter
Gambar 2.12 
Difraksi  pada
Wireless  Signal
Access   point 
merupakan
peralatan   pada 
wireless   LAN  yang
berfungsi  untuk
menyebarkan
sinyal    wireless
(beacon)    sehingga
peralatan 
wireless 
client 
dapat
  
mendeteksi
beacon.
Sinyal   yang 
berasal   dari 
wireless   client 
dikenal   dengan   istilah
  
32
probe.
Jarak 
antara 
wireless  client 
dan 
access  point 
akan 
mempengaruhi
data  rate.
Semakin 
dekat 
dengan 
access  point,
maka 
wireless  client 
akan 
mendapatkan
transfer
rate 
yang.
lebih 
tinggi. 
Satu 
kosa 
kata 
cukup 
penting
dalam 
jaringan 
nirkabel  
adalah
Service Set Identifier 
(SSID).
SSID 
merupakan
pengenal
dari
sebuah 
access
point
yang
menandakan
kita   
sedang  
tergabung  
dengan   
jaringan  
yang   
frekuensi   radionya
dipancarkan
oleh
access point
tertentu.
Wireless  
LAN   memiliki 
beberapa  standar  
yang  
diatur  
dalam  
IEEE  
802.11.
Semua  
peralatan 
nirkabel  
harus   mengikuti 
salah  
satu   atau 
lebih   standar
yang  
ada.
Standar
ini
mengatur
operasi 
dari
wireless
LAN
hanya
pada
physical
layer
dan 
data
link
layer
dari
OSI.
Beberapa standar 
dari
wireless
LAN
adalah:
1.   802.11b. 
Standar  
ini  
mendefinisikan 
wireless  
LAN  
untuk  
beroperasi 
pada
frekuensi   
2,4  
GHz.  
Standar  
ini  
memiliki  
14  
channel,  
tetapi  
jika  
teljadi
overlapping,
maka
harus
cakupan 
area
yang
overlapped
harus
berbeda 
minimal
5
channel
sehingga pada  umunmya
channel
yang
kerap 
digunakan adalah 
channel
1, 
6, 
dan 
11. 
Peralatan  yang 
beroperasi
pada 
standar  
802.11b 
menggunakan
modulasi 
Direct   Sequence   Spread   Spectrum  
(DSSS).   
Transfer   rate  
yang
mungkin
untuk 
modulasi
ini 
adalah  
1, 
2, 
5,5 
dan 
11 
Mbps. 
Semakin 
dekat
dengan
access point,
maka
semakin baik
transfer rate
yang
didapatkan.
2.  
802.11g. Standar 
ini
dibangun
dari
802.11b
dengan 
perbaikan
pada 
transfer
rate
yang  1ebih
baik. 
hnplikasinya,
peralatan
nirkabel 
yang 
beroperasi
pada 
standar
802.11g
memiliki
backward 
compatibility  
dengan  
802.11b.
Perbedaan
kedua
buah 
standar 
ini
adalah 
802.11g
menggunakan
modulasi
Orthogonal  Frequency
Division  Multiplexing 
(OFDM).
Peralatan
dapat 
memiliki
transfer  rate
dengan
  
33
802.11a
802.11b
802.1lg
802.11n
Frekuensi
5.7 GHz
2.4 Ghz 
2.4
Ghz
2.4 Ghz
Jumlah
channel
yang tidak
overlapping
4
3
3
3
Modulasi
Othogonal
Frequency
Division
Multiplexing
(OFDM)
Direct
Sequence
Spread
Spectrum
(DSSS)
OFDM-DSSS
Multiple
I
Multiple Ou
(MIMO)        
-
OFDM
Transfer
rates
6, 9, 12,
18, 24,
36,  48,  dan 
54
Mbps
1, 
2,   5.5,  
dan
11 Mbps
6, 9, 12,
18, 24,
36,  48,  dan 
54
_Mbps
Hingga 
450
Mbps
terdapat 
pengguna
dengan 
peralatan 
nirkabel 
&02.11b,
maka 
pengguna
dengan
peralatan nirkabel  802.11g akan
menyesuaikan
dengan 
transfer rate
pada
standar
&02.11b.
3.   &02.11a.
Standar 
ini 
menggunakan
frekuensi   5  GHz.  802.11a
memiliki
empat
overlapping
channel. Transfer rate 
pada
standar  ini
adalah  6, 9, 12,
18,
24,
36,
48, dan 54
Mbps.
4. 
&02.11n.
Standar
ini
merupakan
pengembangan
dari  standar 
802.11g.
Peralatan
yang  bekeJja  pada  standar 
ini
menggunakan
modulasi
Multiple-In
Multiple-Out
(MIMO).
T
a
b
e
12
.
4Perband"mgan
T1pe-f1pe
w.z·re ess
less
  
34
Frame  untuk wireless 
LAN  pun
memiliki
standarisasi
agar
sesuai  dengan  IEEE
802.11. ada
beberapa tipe frame:
1.   Management
frames.  Frame  ini
digunakan oleh  access point untuk 
menyatakan
kehadirannya
dan
untuk 
mengasosiasikan keanggotaan
wireless 
client.
Contoh
dariframe
tipe
ini
adalah:
a.   Beacon dari access
point
b. 
Client
association, client
reassociation, dan client
disassociation
c. 
Client
authentication dan client
disauthentication
2. 
Control  frames.  Frame  ini
digunakan
untuk  mengontrol
asosiasi  wireless
client
dengan
access
point. Contoh dariframe tipe
ini adalah:
a.   Probe
request
dan probe response
b.   Pesan
RTS dan CTS
3.
Data  dari
frames. 
Frame 
yang
berisikan
informasi
dan
digunakan
untuk
berkomunikasi
data.
2.2.2.1
Wireless security
Jaringan  
802.11  
memiliki 
beberapa 
metode  
autentikasi 
antara   access  point
dengan
wireless  client:
1.   Open authentication. Metode ini tidak
menggunakan
autentikasi
2.   Pre-Shared
Key  (PSK).
Kata  kunci 
yang  sama  digunakan
oleh  wireless
client
untuk 
mengautentikasi
dirinya  dengan  kata  kunci  yang  telah  didefinisikan
pada
access  point.  PSK biasa diimplementasikan
bersama 
dengan 
Wired 
Equivalent
Privacy  (WEP).
WEP juga
menyediakan
fitur
enkripsi. Tetapi,  PSK
dengan  WEP
memiliki dua buah kelemahan,
yaitu:
  
35
a. 
Sangat   tidak   aman. 
Alasannya 
adalah   kata 
kunci   yang 
bersifat  statis
sehingga
sangat 
rentan 
tehadap 
aktivitas
negatif 
dari  man-in-the-middle
yang 
mampu   
meretas    kata    kunc     yang    dipakai    dengan    reverse-
engineering.
b. 
Kata
kunci  yang
perlu  dimasukkan
oleh  wireless client
cenderung
sangat
panjang dan merepotkan.
3.   Wi-Fi  Protected
Access 
(WPA).  IEEE  802.11i 
merupakan
sebuah  standar 
yang
untuk
permasalahan
keamanan
pada
jarigan 
nirkabel.  WPA
merupakan
draft
dari
IEEE
802.11
i.
WPA  mengatur beberapa  hal sebagai  berikut:
a. 
Autentikasi
dengan  wireless client dengan
protokol 802.1x  atau
PSK
b.   Privasi  
data   dengan   menggunakan 
Temporal 
Key   Integrity 
Protocol
(TKIP)
c. 
Integritas data dengan
menggunakan Message Integrity Check
(MIC)
4.   WPA 
2.  Wi-Fi 
Protected   Access 
versi  2  (WPA 
2)  meruapakan
standar   akhir
untuk 
IEEE  802.11i.   Perbedaan
mendasar
dengan 
versi 
pendahulunya 
adalah
privasi  data pada
WPA 2 mengguoakan Advanced Encryption Standard (AES).