6
BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1
Gambaran Umum Obyek Penelitian
2.1.1
Kampus Anggrek
Universitas
Bina
Nusantara adalah
sebuah
universitas swasta
yang berlokasi di
Jakarta,
Indonesia.
Universitas Bina
Nusantara
memiliki
3
(tiga)
buah
kampus
yang
digunakan
untuk
kegiatan
kuliah
Strata
1
dan
saling
berhubungan. Ketiga
kampus
tersebut
adalah
Kampus
Anggrek,
Kampus
Syahdan, dan
Kampus
Kijang.
Masing-
masing  
dari
ketiga
kampus
tersebut
memiliki lahan
parkir
untuk
melayani
civitas
akademika  Universitas  Bina  Nusantara.  Universitas  Bina  Nusantara  bekerja  sama
dengan Secure Parking dalam mengelola lahan parkir yang ada.
Pada
penelitian
ini,
lokasi penelitian yang dipilih sebagai
daerah
studi
adalah
Kampus Anggrek
Universitas Bina
Nusantara yang
berlokasi di Jl.
Kebon
Jeruk
Raya
No.  27,  Kebun  Jeruk,  Jakarta  Barat.  Kampus  Anggrek 
merupakan  kampus 
yang
memiliki lahan parkir terbesar dari ketiga kampus yang ada dengan jumlah petak parkir
sebanyak 713 lot.
  
7
Gambar 2.1   Denah Lokasi Kampus Anggrek Universitas Bina Nusantara
2.1.2
Kebijakan Parkir Mobil Kampus Anggrek
Berdasarkan
Peraturan
Tata
Tertib
Kehidupan Kampus
Universitas Bina
Nusantara yang dikeluarkan pada 14 Desember 2002, kebijakan parkir yang berlaku saat
ini adalah sebagai berikut:
  
8
1.
Identitas Parkir:
Kelompok
Jenis Kendaraan
Identitas
Mahasiswa
Motor (Kampus Anggrek)
BINUSIAN Card (+STNK)
Mobil
BINUSIAN Card Mahasiswa
Dosen
Motor
BINUSIAN Card (+STNK)
Mobil
BINUSIAN Card Dosen
Karyawan
Motor
BINUSIAN Card (+STNK)
Mobil
BINUSIAN Card Karyawan
Umum
Motor
Kartu Umum
Mobil
Kartu Umum
2.
Jam Operasional:
Senin – Jumat : 06.30 – 21.00 WIB
Sabtu : 06.30 – 19.00 WIB
Apabila
melebihi
jam
operasional parkir
di
atas
maka
akan
dikenakan beban
menginap.
3.
Kartu Hilang:
Untuk  kelompok
mahasiswa,  Dosen  dan  Karyawan,
segera
menghubungi
BINUSIAN Card untuk diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Untuk kelompok umum dikenakan denda Rp. 20.000,- per kartu.
4.
Pemeriksaan STNK:
Petugas parkir berhak memeriksa STNK asli. Apabila tidak ada, maka kendaraan
tersebut tidak dapat di keluarkan dari areal parkir.
5.
Perangkapan Status:
Untuk   kelompok   Mahasiswa/Dosen   yang   merangkap   menjadi   Karyawan,
diberlakukan berbagai kelompok karyawan.
  
9
6.
Lain-lain:
Tidak  diperkenankan 
untuk 
meninggalkan  barang-barang  berharga 
atau
identitas untuk tanda parkir pada kendaraan anda (tidak disediakan penitipan
helm, jaket dan lainnya).
Segala kerusakan/kehilangan terhadap kendaraan/barang-barang di dalamnya
adalah resiko
sendiri, pihak
BINUS
UNIVERSITY
tidak
akan
mengganti
dalam bentuk apapun.
Setiap pihak
wajib
mematuhi ketentuan di
atas, dan bila di
langgar
maka
petugas  berhak 
untuk 
menolak  dan 
tetap 
menjalankan  sesuai  dengan
prosedur.
Khusus   untuk   hari   Minggu,   area   parkir   di   Kampus   Anggrek   tidak
dioperasionalisasikan dan tiap kegiatan disentralisasikan di Kampus Syahdan.
Setiap pengguna kendaraan, agar
memarkir kendaraannya dengan rapi
dan
tidak mengganggu pengguna lainnya (bila paralel jangan di ”hand rem”).
BINUSIAN
kuliah tahun
pertama tidak diijinkan
membawa dan
memarkir
mobil di kampus. Termasuk pelanggaran juga bila masuk dengan BINUSIAN
Card orang lain.
Pelanggaran
menggunakan BINUSIAN
Card
orang
lain
untuk
kepentingan
parkir
akan
dikenakan
sanksi
skorsing
termasuk
mahasiswa
yang
meminjamkan BINUSIAN Card.
Selalu mengunci mobil/motor saat meninggalkannya (lebih baik bila terdapat
kunci tambahan).
  
10
Parkir  motor  harus  di  tempat 
yang  disediakan  dan  khusus  di  Kampus
Syahdan 
hanya 
untuk 
yang 
berstiker 
(karyawan, 
dosen 
dan  pengurus
UKM/HMJ).
Petugas
parkir
akan
memberikan
surat
peringatan pelanggaran
parkir
bila
terdapat pelanggaran di atas (parkir paralel di hand rem, tidak dikunci, kunci
ketinggalan, dll).
Ketentuan di atas juga berlaku untuk di Kampus Kijang.
2.2
Analisis Parkir
Parkir merupakan salah satu unsur sarana yang tidak dapat dipisahkan dari sistem
transportasi
jalan  raya  secara  keseluruhan.
Dengan  meningkatnya
jumlah  penduduk
suatu
kota
akan
menyebabkan meningkatnya kebutuhan
melakukan
berbagai
macam
kegiatan. Kebanyakan penduduk di kota-kota besar
melakukan kegiatan atau bepergian
dengan
menggunakan kendaraan
pribadi
sehingga
secara
tidak
langsung
diperlukan
jumlah lahan parkir yang memadai (Tamin, 2005).
Perparkiran merupakan
masalah yang sering dijumpai dalam sistem transportasi
perkotaan,
baik
dikota-kota
besar
maupun
kota
yang
sedang
berkembang. Masalah
perparkiran tersebut akhir-akhir
ini terasa sangat
mempengaruhi pergerakan kendaraan,
di
mana kendaraan yang
melewati tempat-tempat yang
mempunyai aktivitas tinggi,
laju
pergerakannya akan terhambat oleh kendaraan yang parkir di pinggir jalan berada sekitar
tempat atau pusat kegiatan seperti : perkantoran, sekolah, pusat kegiatan ekonomi (pasar
swalayan, bioskop, rumah makan), dan lain-lain. Dalam rangka mengatasi permasalahan
tersebut, maka diperlukan, pengadaan lahan parkir yang cukup. Kebutuhan lahan parkir
  
11
(demand) dan prasarana yang akan dibutuhkan (supply) harus seimbang dan disesuaikan
dengan
karakteristik perparkiran.
Secara
umum parkir
dapat
dibagi
atas
2
(dua)
jenis,
yaitu:
a.   Parkir di badan jalan (on-street parking)
b.   Parkir di luar badan jalan (off-street parking)
2.2.1    Kebutuhan Parkir
Metode yang sering digunakan untuk menentukan kebutuhan lahan parkir, yaitu
(Tamin, 2005):
a.       
Metode Berdasarkan Pada Kepemilikan Kendaraan
Metode
ini
mengasumsikan adanya
hubungan
antara
luas
lahan
parkir
dengan jumlah kendaraan yang tercatat di pusat kota. Semakin meningkat jumlah
penduduk, maka
kebutuhan lahan
parkir
akan
semakin
meningkat karena
kepemilikan kendaraan meningkat.
b.        Metode Berdasarkan Luas Lantai Bangunan
Metode ini
mengasumsikan bahwa kebutuhan
lahan parkir sangat terkait
dengan jumlah kegiatan yang dinyatakan dalam besaran luas lantai bangunan di
mana kegiatan tersebut dilakukan, misalnya: perbelanjaan, perkantoran, dan lain-
lain.
  
12
c.
Metode
Berdasarkan
Selisih
Terbesar
Antara
Kedatangan
Dan
Keberangkatan Kendaraan
Kebutuhan 
lahan 
parkir 
didapatkan 
dengan 
menghitung 
akumulasi
terbesar pada suatu selang waktu pengamatan. Akumulasi
parkir adalah
jumlah
kendaraan parkir pada suatu tempat pada selang waktu tertentu, di
mana jumlah
kendaraan parkir
tidak
akan
pernah
sama
pada
suatu
tempat
dengan
tempat
lainnya dari waktu ke waktu.
2.2.2
Karakteristik Parkir
Informasi
mengenai
karakteristik parkir
sangatlah
diperlukan
pada
saat
kita
merencanakan
suatu
lahan parkir.
Beberapa parameter karakteristik
parkir
yang
harus
diketahui adalah (Tamin, 2005) :
a.
Durasi Parkir
Salah satu faktor yang mempengaruhi kapasitas penggunaan ruang parkir,
selain luas ruang parkir adalah lamanya kendaraan parkir (durasi parkir). Tujuan
dilakukannya analisis
terhadap
durasi
parkir
adalah
untuk
mengetahui
rerata
lamanya
kendaraan parkir
pada
lahan
parkir
tersebut.
Informasi
ini
sangat
dibutuhkan untuk
mengetahui lama
suatu
kendaraan parkir.
Informasi
ini
diperoleh dengan cara mengamati waktu kendaraan masuk dan waktu kendaraan
tersebut keluar,
selisih
dari
waktu
tersebut adalah durasi
parkir.
Durasi
parkir
dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
Durasi Parkir = T
out
T
in
  
13
T
in 
=
waktu saat kendaraan masuk lokasi parkir
T
out
=
waktu saat kendaraan keluar lokasi parkir
Rerata durasi parkir dapat dicari dengan perhitungan sebagai berikut :
_
?
fx
X
=
+
median interval durasi parkir
volume kendaraan
di mana:
fx
=
x
×
f
X
=
rerata
durasi parkir
x = median
f = jumlah kendaraan
b.
Akumulasi Parkir
Informasi  ini  sangat  dibutuhkan  untuk  mengetahui  jumlah  kendaraan
yang  sedang  berada  pada  suatu 
lahan  parkir  pada  selang 
waktu  tertentu.
Informasi ini dapat diperoleh dengan cara
menjumlahkan kendaraan
yang telah
menggunakan lahan
parkir
ditambah
dengan
kendaraan
yang
masuk serta
dikurangi dengan kendaraan yang keluar. Akumulasi parkir dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Akumulasi = Q
in
Q
out
+ Q
s
dimana :
Q
in   
= ? kendaraan yang masuk lokasi parkir
Q
out
= ? kendaraan yang keluar lokasi parkir
  
14
Q
s
=
?
kendaraan
yang telah berada di
lokasi
parkir
sebelum
pengamatan
dilakukan
c.
Tingkat
Pergantian
(Parking
Turn-over)
dan
Tingkat
Penggunaan
(Occupancy rate)
Tingkat pergantian
diperoleh dari jumlah kendaraan yang telah
memanfaatkan  lahan  parkir  pada  selang  waktu  tertentu  dibagi  dengan  ruang
parkir yang tersedia. Semakin tinggi tingkat pergantian, maka akan semakin
menguntungkan apabila di lihat dari sisi pendapatan parkir. Nilai tingkat
pergantian
juga
sangat
tergantung dari durasi kendaraan parkir.
Semakin
kecil
rerata durasi parkir kendaraan yang parkir di ruang parkir tersebut, maka akan
semakin tinggi nilai tingkat pergantian.
Q
p
Parking Turn - over
=
petak parkir tersedia
dimana :
Qp = ? kendaraan yang parkir per periode waktu tertentu, semisal dari jam 06:00
s/d 23:00
Sedangkan, tingkat penggunaan diperoleh dari akumulasi kendaraan pada
selang waktu tertentu dibagi dengan ruang parkir yang tersedia dikalikan dengan
100%.
Occupancy Rate =
akumulasi parkir
petak parkir tersedia
×
100%
  
15
d.
Volume Parkir
Jumlah kendaraan yang telah menggunakan ruang parkir pada suatu lahan
parkir
tertentu
dalam satu
satuan
waktu
tertentu
(biasanya
per
hari).
Volume
parkir pada suatu selang waktu tertentu didapat dengan menjumlahkan jumlah
kendaraan pada selang waktu sebelumnya
ditambah
dengan
jumlah kendaraan
masuk pada selang waktu tersebut.
e.
Kapasitas Parkir
Banyaknya kendaraan yang dapat dilayani oleh suatu lahan parkir selama
waktu
pelayanan.
Kapasitas
parkir
secara
umum dapat
didefinisikan
sebagai
jumlah maksimum kendaraan yang dapat diparkir pada suatu lahan parkir dalam
suatu selang waktu tertentu. Besar kecilnya kapasitas suatu lahan parkir akan
sangat menentukan besarnya volume kendaraan yang dapat ditampung. Hal ini
berarti tingkat kapasitas sangat mempengaruhi dimensi lahan parkir tersebut.
Untuk itu kapasitas parkir ini harus diperhitungkan sedemikian rupa
sehingga  tidak  hanya  didasarkan  pada  volume  maksimum  pada  kondisi  jam
sibuk, namun juga harus memperhatikan dan mempertimbangkan keseluruhan
perilaku kendaraan baik durasi waktu maupun akumulasi parkir selama masa
waktu tertentu.
Hal ini sangat penting, karena penentuan kapasitas
yang tidak optimal
pada  akhirnya 
akan 
mengakibatkan 
perencanaan  daerah  parkir 
yang 
tidak
optimal
pula.
Kondisi
ini
akan
mewujudkan
kemungkinan
suatu
lahan
parkir
dapat menampung kendaraan pada kondisi jam sibuk, namun pada waktu lainnya
  
16
akan banyak ruang kosong. Atau, dapat pula terjadi sebaliknya dimana pada jam
normal sekalipun, banyak
kendaraan
yang tidak
tertampung.
Hal
ini
tentu saja
sangat tidak efektif dan efisien bila dilihat dari sudut investasi.
Luas
suatu
lahan
parkir
tidak
hanya ditentukan
oleh
besaran
kapasitas
dari lahan parkir yang besarnya dimanifestasikan dalam bentuk banyaknya petak
parkir yang dibutuhkan, namun juga akan sangat dipengaruhi oleh tipe dari petak
parkir tersebut serta jenis dan ukuran dari kendaraan yang akan di parkir. Bentuk
dan tipe petak parkir pada dasarnya dibuat sedemikian rupa yang berusaha untuk
memanfaatkan lahan yang ada semaksimum mungkin, serta dapat mengantisipasi
kebutuhan akan manuver dan sudut putar kendaraan.
2.3
Teknik Sampling
2.3.1
Tahap Sebelum Mengumpulkan Data (Pra-survei)
Berdasarkan  Nazir  (2005)  ada  11  (sebelas) 
langkah 
yang  perlu  dilakukan
sebelum mengumpulkan data (survei), yaitu:
(1)
Tentukan tujuan survei
Tujuan survey
harus dijelaskan seterang-terangnya sehingga kita tidak akan
lari
dari sasaran
atau
tidak bias
nantinya, jika kita kerja yang
lebih
mendetail
akan
kita kerjakan.
(2)
Tetapkan populasi yang akan di survei
Berilah definisi
sejelas-jelasnya
mengenai
populasi
yang
akan
disurvei.
Jika
populasi
adalah
besar
usaha
tani,
maka
jelaskan
apa
yang
dimaksud
dengan
  
17
usaha tani dan apa yang dimaksud dengan besar usaha tani. Jika populasi adalah
berat kerbau, maka beri definisi yang sejelas-jelasnya mengenai itu.
(3)
Pilihlah data yang relevan
Data yang akan dikumpulkan haruslah yang relevan dengan tujuan penelitian.
Jauhi pertanyaan-pertanyaan yang terlalu banyak memakan waktu. Tidak perlu
data yang banyak sekali, padahal nantinya data tersebut tidak dianalisis.
(4)
Tentukan derajat ketepatan
Bagaimana
presisi yang kita inginkan dari hasil survei nantinya. Apakah
diperlukan survei yang mendetail atau tidak. Harus ditentukan berapa besarnya
sampel dan
teknik
mana
yang
dipilih
dalam menarik sampel
tersebut.
Apakah
desain sederhana ataukah yang agak sedikit ruwet?
(5)
Tentukan teknik mengumpulkan keterangan
Teknik mengumpulkan data harus sesuai dengan biaya serta waktu yang tersedia,
sesuai dengan tenaga serta dengan presisi yang diinginkan. Ada beberapa teknik
mengumpulkan
data.
Pertama
dengan
teknik interview,
dengan
menggunakan
interview guide. Interview ini bisa dengan interview telepon atau interview tatap
muka. Kedua
dengan
menggunakan
schedule atau questionnaire. Jika kita
mengirimkan daftar pertanyaan dan kita suruh responden mengisi jawaban, maka
daftar
pertanyaan
disebut questionnaire.
Questionnaire
ini
biasanya
dikirim
dengan
pos.
Satu
macam
lagi,
adalah
daftar pertanyaan
tersebut
diisi
oleh
enumerator di depan responden (tatap muka). Daftar pertanyaan tersebut
dinamakan schedule.
  
18
(6)
Carilah frame untuk menetapkan sampel
Untuk mengambil sampel terhadap populasi maka harus ada list, peta atau bahan
lain yang dapat digunakan sebagai frame.
(7)
Tentukan unit sampling
Pembagian populasi atas unit sampling harus tegas. Tipe elemen populasi
harus
ada dalam unit sampling.
(8)
Buat interview guide, questionnaire atau schedule
Sesuai dengan teknik pengumpulan data. Pertanyaan harus jelas dan tidak berarti
dua (ambigu/membingungkan).
(9)
Adakan training
Suksesnya survei bergantung dari cara enumerator atau interview dan supervisor
melakukan tugas dilapangan. Dari situ enumerator, interviewer harus dipilih
mereka-mereka
yang
mempunyai
cukup
kualifikasi
terhadap kerja tersebut.
Latihan
serta
bimbingan
terhadap
enumerator
dan
supervisor
harus
diberikan
lebih dahulu sebelum mereka turun ke lapangan.
(10)
Adakan pretest
Quistionaire atau schedule harus dicoba lebih dahulu di
lapangan dengan scope
yang kecil. Dari hasil pretest akan dapat diperbaiki pertanyaan-pertanyaan dalam
bentuk yang lebih sesuai dengan kenyataaan lapangan.
  
19
(11)
Tetapkan waktu penelitian
Waktu survei harus ditegaskan. Waktu harus ditetapkan sesuai dengan jadwal
penelitian 
yang 
telah 
ditentukan 
sewaktu 
membuat 
outline  dari
penelitian
(project proposal).
2.3.2
Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling)
Jika sebuah sampel yang besarnya r ditarik dari sebuah populasi finite yang
besarnya n sedemikian rupa, sehingga tiap unit dalam sampel mempunyai peluang yang
sama untuk dipilih, maka prosedur sampling dinamakan sampel acak sederhana (simple
random sample). Jumlah sampel yang besarnya r yang ditarik dari sebuh populasi yang
besarnya N adalah
nCr =
n!
r!(n - r)!
Misalnya sebuah populasi mempunyai lima anggota, yaitu Abidin (A), Hong (H), Risyad
(R), Syamsuddin
(S),
dan
Ibrahim (I).
Kita ingin
menarik
sampel
yang besarnya
dua
orang untuk dikirim ke luar negeri. Kemungkinan sampel yang bisa ditarik dari populasi
yang besarnya lima tersebut adalah
nCr
Di mana:
n = 5
r = 2
Jumlah sampel adalah
5!
=
2!(5 - 2)!
5!
2!3!
=
5
×
4
×
3
×
2
×
1
=
10
2
×
1
×
3
×
2
×
1
  
20
Jadi,
terdapat
kemungkinan sepuluh
buah
sampel
untuk
ditarik
dari
populasi
di
atas,
yaitu  Abidin  Hong  (AH),  Abidin  Risyad  (AR),  Abidin  Syamsuddin  (AS),  Abidin
Ibrahim
(AI),
Hong
Risyad (HR),
Hong
Syamsuddin
(HS),
Risyad
Syamsuddin (RS)
Risyad
Ibrahim
(RI),
Syamsuddin
Ibrahim
(SI).
Tiap
sampel
mempunyai peluang
(probability)
yang
sama
untuk
dipilih.
Besarnya
probability  ini
adalah
1/10
(Nazir,
2005).
2.3.3    Bilakah Simple Random Sampling Digunakan
Simple random sampling hanya dapat digunakan jika (Nazir, 2005):
1)
Teknik
sampling
lain
yang
lebih
efisien
tidak
ada
atau
tidak
memungkinkan
untuk dilakukan;
2)
Keterangan-keterangan 
atau   nama-nama 
dari   semua   unit   elementer 
telah
diketahui
lebih
dahulu.
Walaupun
demikian,
keterangan
tentang
homogenitas
unit elementer, pembagian dalam kelompok, tidak perlu diketahui lebih dahulu.
2.3.4    Sifat Populasi Yang Ingin Dicari
Sampling
dilakukan
untuk
mengadakan estimasi
terhadap
parameter
populasi.
Misalnya,  populasi  adalah 
luas 
sawah  di 
Aceh.  Maka  kita 
menarik  sampel  dan
mengambil
statistiik dari
sampel
untuk
mengadakan
estimasi
terhadap parameter dari
populasi. Parameter yang penting adalah (Nazir, 2005):
•   
mean (rata-rata luas sawah di Aceh);
•   
rasio antara dua total atau dua mean;
  
21
proporsi, yaitu bagian dari unit yang termasuk dalam suatu kelas tertentu (misalnya
bagian dari populasi yang tidak beririgasi);
variance
2.3.5
Besar Sampel
Besarnya
sampel
untuk
mengadakan estimasi
terhadap
populasi
harus
diperhatikan dalam
kita
melaksanakan survei
sampel.
Terlalu
besar
sampel
berarti
pemborosan tenaga dan uang, dan terlalu kecil sampel dapat menjurus kepada besarnya
error. Marilah kita lihat contoh di bawah ini. Misalnya, kita
ingin mengetahui rata-rata
luas sawah
yang
dipunyai
petani
pada
satu
kampung.
Berapa
besar
sampel
yang
akan
kita tarik? Apakah cukup 100, 250, ataukah cukup dengan hanya 70 saja?
Sebelum kita dapat menentukan besarnya sampel ini, maka ada dua hal perlu kita
jawab lebih dahulu.
Berapa derajatkah ketepatan yang diinginkan?
Misalnya, dalam survei sawah di atas, kita ingin memperoleh derajat ketepatan 0,5
ha.
Ini artinya,
jika
misalnya rata-rata luas sawah petani adalah 4,0
ha,
maka kita
dapat menerima hasil survei dalam suatu range: 3,5 ha ataupun 4,5 ha per petani.
Berapa persen benar baru kita dapat
menerima derajat ketepatan di
atas? Apakah
100% benar, atau 95% benar, ataukah kita bisa menerima ketepatan di atas dengan
hanya 10 persen error saja (90 persen benar)?
Jika
kedua
pertanyaan di
atas
telah
terjawab,
maka
baru
kita
dapat
mencari
besarnya sampel. Jika derajat ketepatan adalah B, jaminan memperoleh ketepatan dapat
  
  2
22
2
kita lihat pada tabel t. Misalnya, jika kita menginginkan 95 persen jaminan ketepatan,
maka dalam hal ini, t=1,96 dan untuk seterusnya kita bulatkan menjadi 2.
Besarnya  sampel  yaitu  n  dapat  kita  hitung  dengan  memecahkan
persamaan
berikut.
2  V(X)
=
2
s
.
N
-
n
=
B
n
N
-
1
Pemecahannya adalah:
N
s
2
n
=
(N - 1)D +
s
2
Di mana:
D
=
B
4
Parahnya,
variance
populasi
s²  tidak
kita
ketahui.
Tetapi
biasanya
kita
mengetahui variance sampel dari penelitian sebelumnya dan
s²  dapat digunakan untuk
maksud di atas (Nazir, 2005).
Kita
juga
dapat
menentukan berapa
besarnya
sampel
yang
diperlukan untuk
mengadakan estimasi terhadap total populasi dengan bound of error B. Besarnya sampel
adalah (Nazir, 2005)
Ns
2
n
=
di mana :
(N - 1)D + s
2
B
2
D
=
4N
2
2.3.6
Mengadakan Estimasi Terhadap Proporsi
Ada
kalanya
survei
dilakukan untuk
melihat
proporsi
dari
populasi yang
mempunyai sifat
tertentu.
Misalnya,
ingin
diketahui
berapa
bagian
dari
petani
yang
melakukan pemupukan terhadap tanamannya. Untuk tiap observasi, X1, observasi yang
  
23
2
mempunyai sifat
yang
diingini diberi
nilai
1
dan
yang tidak
mempunyai sifat
tersebut
diberi nilai 0.
Jika kita tarik sebuah sampel yang besarnya n, maka proporsi sampel p adalah rasio dari
unsur
dalam
sampel
yang
mempunyai
sifat-sifat
yang
diinginkan.
Dengan
perkataan
lain, …. adalah rata-rata dari harga 0 dan 1 dari nilai observasi sampel.
Estimator dari proporsi populasi p (Nazir, 2005):
p
=
?=
X
i
n
Estimate dari variance:
  
p(1 - p)
?
N
-
n
?
V(p) =
?
?
n - 1  
?
N
?
Bound of error estimasi:
 
p(1
-
p)
?
N
-
1
?
B
=
2
V(p)
=
2
?
?
n
-
?
N
?
2.3.7
Besar Sampel Untuk Mengestimasi Proporsi
Besarnya
sampel
dapat
dicari dengan
cara
yang
sama
seperti
besarnya sampel
untuk
mengestimasikan mean populasi. Untuk
mengadakan estimasi terhadap proporsi
maka besar sampel, adalah
n
=
N.p(1 - p)
(N - 1)D +
p(1
-
p)
di mana: D
=
B
4
  
24
Dalam survei kita tidak mengetahui
p
.
Biasanya
p
ini dapat diketahui dari hasil
survei sebelumnya. Jika ini juga tidak ada, maka p dianggap 0,5 saja (Nazir, 2005).
2.4
Kuesioner
2.4.1
Pengertian Dan Jenis-jenis Kuesioner
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang akan digunakan oleh periset untuk
memperoleh  data  dari  sumbernya  secara  langsung  melalui  proses  komunikasi  atau
dengan mengajukan pertanyaan.
a.
Kuesioner Terstruktur yang Terbuka
Tingkat
struktur
dalam
kuesioner
adalah
tingkat
standarisasi yang
diterapkan pada suatu kuesioner. Pada kuesioner terstruktur yang terbuka dimana
pertanyaan-pertanyaan diajukan dengan susunan kata-kata dan urutan yang sama
kepada semua responden ketika kita mengumpulkan data. Contoh:
Apakah anda merasa bahwa Negara kita membutuhkan lebih banyak atau
lebih sedikit peraturan perundang-undangan mengenai antipolusi?
o
Membutuhkan lebih banyak
o
Membutuhkan
lebih
sedikit
o
Tidak lebih maupun kurang
o
Tidak memberikan pendapat
Pertanyaan di
atas
merupakan contoh
yang
baik
tentang
pertanyaan
terstruktur
yang
terbuka,
karena:
pertama,
tujuannya jelas,
pertanyaan di
atas
berusaha 
untuk   menentukan 
sikap   subjek 
terhadap 
peraturan 
perundang-
  
25
undangan antipolusi
dengan
cara
yang
langsung.
Kedua,
pertanyaan di
atas
menggunakan format
yang
sangat
terstruktur,
para
responden
dibatasi
untuk
memilih salah satu diantara 4 (empat) jawaban.
b.
Kuesioner Tak Terstruktur yang Terbuka
Kuesioner tak
terstruktur yang terbuka dimana tujuan studi
adalah
jelas
tetapi
respon
atau
jawaban
atas
pertanyaan yang
diajukan
bersifat
tebuka.
Perhatikan pertanyaan berikut:
“Bagaimana pendapat
anda
mengenai
polusi
dan
perlunya
lebih
banyak
lagi
peraturan perundang-undangan antipolusi?”
Pertanyaan
di
atas
mempunyai tujuan
yang
jelas.
Selanjutnya
pewawancara mencoba
untuk
membuat
subjek
berbicara
bebas
mengenai
sikapnya terhadap polusi. Hal ini
merupakan pertanyaan dengan tujuan terbuka,
dan seringkali berakhir dengan wawancara yang sangat tidak terstruktur.
c.
Kuesioner Tidak Terstruktur yang Tersamar
Kuesioner
tidak
terstruktur
yang
tersamar
berlandaskan pada
riset
motivasi.
Para
periset
telah
mencoba
untuk
mengatasi
keengganan responden
untuk
membahas
perasaan
mereka
dengan cara
mengembangkan
teknik-teknik
yang  terlepas  dari  masalah  kepedulian  dan  keinginan  untuk  membuka  diri.
Teknik tersebut dikenal dengan
metode proyektif. Kekuatan utama dari metode
proyektif adalah
untuk
menutupi tujuan
utama
riset
dengan
menggunakan
stimulus yang disamarkan.
  
26
Metode proyektif merupakan cara yang digunakan untuk menggambarkan
kuesioner
yang
mengandung stimulus
yang
memaksa
para
subjek
untuk
menggunakan emosi, kebutuhan, motivasi, sikap, dan nilai-nilai yang dimilikinya
sendiri dalam memberikan suatu jawaban atau respon.
Stimulus yang paling sering digunakan adalah asosiasi kata, kelengkapan
kalimat, dan bercerita atau penuturan cerita.
d.
Kuesioner Terstruktur yang Tersamar
Kuesioner terstruktur yang tersamar merupakan teknik yang paling jarang
digunakan
dalam
riset
pemasaran.
Kuesioner
ini
dikembangkan sebagai
cara
untuk  menggabungkan  keunggulan  dari  penyamaran  dalam  mengungkapkan
motif dan sikap di bawah
sadar dengan
keunggulan
struktur
pengkodean
serta
tabulasi jawaban.
Sebagai  contoh, 
salah 
satu 
teori 
menyatakan 
bahwa 
pengetahuan,
persepsi,
dan
ingatan
individu
akan
suatu
subjek
disesuaikan oleh
sikapnya
terhadap
subjek
tersebut.
Jadi
untuk
mendapatkan informasi
mengenai
sikap
seseorang
apabila pertanyaan
langsung
akan
menghasilkan
jawaban
yang
bias,
teori ini menyarankan agar kita hanya menanyakan hal-hal yang mereka ketahui,
bukan
apa
pendapat
mereka.
Jadi dapat disimpulkan
bahwa
pengetahuan
yang
lebih
banyak
mungkin
mencerminkan kekuatan
dan
arah
dari
suatu
sikap.
Misalnya,
para pendukung Partai
Demokrat
mungkin mengetahui lebih banyak
tentang calon-calon dari partai demokrat dan platform partai itu daripada mereka
yang akan memilih Partai Golkar
  
27
2.4.2
Merancang Kuesioner
Berdasarkan  Churchill,  Gilbert 
A  (2005)  ada  9  (sembilan)  langkah  dalam
merancang kuesioner, yaitu:
a.
Langkah 1: Tetapkan Informasi yang Ingin Diketahui
1.   Pastikan bahwa
anda
mempunyai
pemahaman
yang
baik
tentang suatu
isu
dan apa yang ingin anda ketahui (kecuali untuk belajar). Susunlah pertanyaan
riset anda sedemikian rupa, tetapi
jangan
mengulang pertanyaan-pertanyaan
yang sudah ada dalam kuesioner pada waktu ini.
2.   Buatlah daftar pertanyaan riset
anda. Review pertanyaan
itu secara periodik
ketika anda sedang menyusun kuesioner.
3.
Gunakan
tabel
contoh
atau
dummy
ketika
melakukan analisis
data
guna
menentukan pertanyaan yang akan dicantumkan dalam kuesioner.
4.   Lakukan pencarian atas pertanyaan mengenai isu-isu yang ada.
5.   Revisilah pertanyaan tentang
isu-isu yang ada, dan susunlah pertanyaan baru
mengenai isu yang akan anda bahas dalam riset.
b.
Langkah 2: Tentukan Jenis Kuesioner dan Metode Administrasinya
1.   Gunakan jenis data yang dikumpulkan sebagai dasar untuk memutuskan jenis
kuesioner.
2.   Gunakan
tingkat struktur dan samaran serta faktor biaya
untuk
menentukan
metode administrasinya.
  
28
3. Bandingkan
kemampuan
dan
keterbatasan
utama
dari
setiap
metode
administrasi, serta
nilailah
data
yang
dikumpulkan oleh
masing-masing
metode untuk keperluan survei.
c.
Langkah 3: Tentukan Isi dari Masing-masing Pertanyaan
1.   Untuk setiap pertanyaan riset yang diajukan kepada anda sendiri. “Mengapa
saya
ingin
mengetahui hal
ini?”. Jawabannya
harus
dapat
membantu
riset
anda.
“Hal
itu
penting
untuk
diketahui” adalah
bukan
suatu
jawaban
yang
dapat diterima.
2.   Pastikan bahwa setiap pertanyaan adalah penting dan hanya berkaitan dengan
isu-isu yang penting.
3.   Tanyakan pada diri anda sendiri apakah pertanyaannya berlaku
untuk semua
responden atau suatu ketentuan harus dibuat untuk mengabaikannya.
4.   Pecahlah satu pertanyaan
yang dapat dijawab
dari kerangka
referensi
yang
berbeda
menjadi   pertanyaan-pertanyaan   terpisah,  
yang   mencerminkan
kerangka acuan atau referensi yang mungkin digunakan.
5. 
Tanyakan
pada
diri
anda sendiri
apakah
responden mempunyai informasi
tentang, dan dapat mengingat, isu-isu yang disampaikan dalam pertanyaan.
6.   Tentukan  periode  waktu  pertanyaan  berkaitan  dengan 
signifikasi 
topik.
Gunakan teknik-teknik aided-recall seperti buku harian atau catatan tertulis.
7.
Hindari
pertanyaan-pertanyaan yang
membutuhkan
upaya
ekstra,
yang
mempunyai jawaban
yang
sulit
untuk
diutarakan
dengan
baik,
dan
yang
berhubungan dengan isu-isu yang mengancam atau memalukan.
  
29
8.   Jika pertanyaan-pertanyaan yang mengancam memang diperlukan,
Sembunyikan pertanyaan itu dalam kelompok pertanyaan lain yang lebih
aman.
Gunakan pernyataan yang menetralisir.
Susunlah pertanyaan itu dengan mencontohkan orang lain dan bagaimana
mereka mungkin merasa atau bertindak.
Tanyakan  para 
responden  apakan 
mereka  pernah  ditugaskan  dalam
aktivitas 
yang  tidak  menyenangkan,  dan  kemudian  bertanya  apakah
mereka saat ini sedang melakukan aktivitas semacam itu.
Gunakan sejumlah kategori atau rentang selain nomor khusus.
Gunakan model respons acak.
d.
Langkah 4: Tentukan Bentuk Respons atas Setiap Pertanyaan
1.   Tentukan  mana  jenis  pertanyaan  open-endeddichotomous,  atau  pilihan
ganda yang menyediakan data yang sesuai dengan informasi yang diperlukan
proyek.
2.   Gunakan pertanyaan terstruktur bila memungkinkan.
3.   Gunakan  pertanyaan  terbuka  atau  open-ended
yang 
hanya 
memerlukan
jawaban singkat untuk mengawali suatu kuesioner.
4.
Cobalah
untuk
mengubah
pertanyaan open-ended
atau
tebuka
menjadi
pertanyaan dengan respons tetap guna mengurangi beban kerja responden dan
upaya pengkodean pada studi deskriptif serta kausal.
  
30
5.
Jika
pertanyaan open-ended
dinilai
penting,
maka
buatlah
pertanyaan-
pertanyaan
langsung   secukupnya   untuk  
memberikan   para   responden
kerangka acuan atau referensi ketika menjawab.
6.   Apabila
menggunakan pertanyaan dichotomous,
nyatakan sisi negative atau
alternatif secara rinci.
7.   Menyediakan jawaban “tidak tahu”, “tiada pendapat”, dan “keduanya”.
8.   Menyadari bahwa mungkin ada responden yang bersikap netral.
9.   Sensitif terhadap “kehalusan” dan “kekerasan” alternatif.
10. Apabila 
menggunakan  pertanyaan  pilihan  berganda,  pastikan  pilihannya
lengkap
serta
bersifat
mutually
exclusive,
dan
jika
kombinasi keduanya
memungkinkan, maka masukkan.
11. Pastikan kisaran alternatifnya jelas dan semua jawaban alternatif yang masuk
akal telah dimasukkan.
12. Jika  respon  yang  mungkin  sangat  banyak,  maka  pertimbangkan  dengan
menggunakan
lebih
dari
satu pertanyaan untuk
mengurangi
informasi
yang
belebihan.
13. Apabila menggunakan pertanyaan dichotomous atau pilihan berganda,
maka
gunakan prosedur split-ballot untuk mengurangi bias urutan.
14. Tunjukkan apakah item-item telah diberi peringkat atau hanya satu item yang
ada pada daftar yang akan dipilih.
e.
Langkah 5: Kata-kata yang Digunakan untuk Setiap Pertanyaan
1.   Gunakan kata-kata sederhana.
  
31
2.   Hindari kata-kata dan pertanyaan yang bermakna ganda.
3.   Hindari pertanyaan yang mengandung jawabannya atau menuntun.
4.   Hindari alternatif implisit.
5.   Hindari asumsi-asumsi implisit.
6.   Hindari generalisasi dan estimasi.
7.   Gunakan kalimat-kalimat yang sederhana dan
hindari kalimat-kalimat yang
sama.
8.   Ubahlah kalimat
dengan kata-kata
yang
panjang dan
tanggung
atau
frasa-
frasa yang pendek.
9.   Hindari pertanyaan double-barreled.
10. Buatlah setiap pertanyaan sespesifik mungkin.
f.
Langkah 6: Tentukan Urutan Pertanyaan
1.   Gunakan pertanyaan yang sederhana dan menarik sebagai pembuka.
2.   Gunakan
pendekatan corong, dengan
pertama kali
mengajukan pertanyaan
yang bersifat umum, baru kemudian yang bersifat khusus.
3.   Ajukan
pertanyaan
yang sulit
atau sensitive
pada bagian akhir kuesioner,
ketika hubungan yang baik telah terjalin.
4.   Ikuti urutan kronologis ketika mengumpulkan informasi historis.
5.   Jawablah pertanyaan mengenai suatu topic sebelum melangkah ke pertanyaan
selanjutnya.
6.   Susunlah suatu bagan arus apabila pertanyaan bercabang digunakan.
7.   Ajukan pertanyaan saringan sebelum mengajukan pertanyaan yang terinci.
  
32
8.   Ajukan  pertanyaan-pertanyaan  tentang  demografi  terakhir 
sehingga 
jika
responden menolak menjawabnya, data yang lain masih dapat digunakan.
g.
Langkah 7: Tentukan Karakteristik Fisik Kuesioner
1.   Buatlah kuesioner dengan professional dan secara relative mudah dijawab.
2.   Gunakan
kertas
dan
cetakan
yang
berkualitas,
jangan
menggunakan
kuesioner yang difotocopy.
3.   Upayakan   untuk   membuat   kuesioner   sesingkat   mungkin   dan   hindari
kuesioner yang terlalu padat.
4.   Gunakan
format
buku
kecil
atau
booklet
untuk
memudahkan analisis
dan
mencegah halaman-halaman yang hilang.
5.   Cantumkan nama organisasi yang melakukan survei pada halaman pertama.
6.   Berilah nomor pertanyaan untuk memudahkan permrosesan data.
7.   Jika responden harus melewati lebih dari satu pertanyaan, gunakan “go to”.
8.   Jika
responden
harus
melewati
seluruh bagian, maka gunakan kode warna
pada bagian-bagian tertentu.
9.   Nyatakan bagaimana respons akan dilaporkan, seperti memberi tanda check
mark, nomor, lingkaran, dan lain sebagainya.
  
33
h.
Langkah 8: Uji Kembali Langkah 1 sampai 7 dan Lakukan Perubahan Jika
Perlu
1.
Periksa
beberapa
kata
dari
setiap
pertanyaan
untuk
memastikan bahwa
pertanyaan
itu tidak
membingungkan, bermakna
ganda,
bersifat
menyerang,
atau mengandung jawabannya (menuntun).
2.   Mintalah evaluasi dari teman sebaya anda mengenai draft kuesioner.
i.
Langkah
9:
Lakukan
Uji
Awal
atas
Kuesioner
dan
Lakukan
Perubahan
Jika Perlu
1.   Lakukan uji awal atas kuesioner pertama melalui wawancara pribadi di antara
para responden seperti yang digunakan dalam studi aktual.
2.   Mintalah komentar dari para pewawancara dan responden untuk menemukan
setiap
masalah
dalam
kuesioner, dan
revisi
kuesioner
tersebut
jika
perlu.
Apabila revisinya adalah substansial, ulangi langkah 1 dan 2 dari 9 langkah.
3. Lakukan
uji
awal
atas
kuesioner
melalui
pos
atau
telepon
untuk
mengungkapkan masalah-masalah unik pada mode administrasinya.
4.   Berilah kode dan buatlah
tabulasi atas respons uji awal dalam tabel contoh
atau
dummy
untuk
menentukan
apakah
pertanyaan-pertanyaan menyediakan
informasi yang memadai.
5. 
Eliminasi
pertanyaan-pertanyaan yang
tidak
menyediakan
informasi
yang
memadai, dan revisilah pertanyaan yang menimbulkan masalah.
  
34
2.5
Studi Pelayanan Parkir Di Universitas Bina Nusantara
Sebelumnya pada
semester
genap
2000/2001
pernah
dilakukan
penelitian
mengenai
tingkat
pelayanan
parkir
di
Universitas Bina
Nusantara
oleh
Bernardous
Nasution
dengan
judul
“Evaluasi
Tingkat
Pelayanan
Parkir
Di
Universitas Bina
Nusantara”. Data pelat nomor kendaraan yang digunakan pada penelitian tersebut adalah
data pada Hari Selasa tanggal 10 April 2001. Hal
ini
menunjukkan bahwa penelitian di
lakukan
pada
semester
genap
2000/2001.
Dengan
mengacu
pada
penelitian
tersebut
maka dapat diketahui beberapa karakteristik parkir Kampus Anggrek pada tanggal 10
April 2001 sebagai berikut :
2.5.1
Jumlah Lot Parkir
Adapun
jumlah lot parkir
Kampus Anggrek
pada Tahun
2001 adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.1   Jumlah Lot Parkir Mobil Kampus Anggrek Tahun 2001
Lokasi Parkir
Jumlah Lot Parkir
Basement Kampus Anggrek
242
Pekarangan Kampus Anggrek
109
Total
351
2.5.2
Durasi Parkir
Dengan
mengacu
pada
penelitian “Evaluasi Tingkat
Pelayanan
Parkir
Di
Universitas Bina Nusantara” maka dapat diketahui jumlah kendaraan berdasarkan durasi
parkir pada Hari Selasa tanggal 10 April 2001  seperti pada Tabel 2.2 di bawah ini.
  
35
Tabel 2.2   Jumlah Kendaraan Berdasarkan Durasi Parkir
Waktu (menit)
Jumlah Kendaraan
Persentase (%)
0-15
183
12,4321
15-30
130
8,8315
30-45
65
4,4158
45-60
63
4,2799
60-75
46
3,1250
75-90
42
2,8533
90-105
44
2,9891
105-120
39
2,6495
120-135
35
2,3777
135-150
48
3,2609
150-165
30
2,0380
165-180
33
2,2418
180-195
41
2,7853
195-210
44
2,9891
210-225
46
3,1250
225-240
59
4,0082
240-255
54
3,6685
255-270
64
4,3478
270-285
42
2,8533
285-300
40
2,7174
>300
324
22,0109
Total
1472
100
Gambar 2.2   Jumlah Kendaraan Berdasarkan Durasi Parkir pada Tanggal
10 April 2001
  
36
Berdasarkan Tabel
2.2
dan
Gambar
2.2
dapat
dilihat
bahwa
persentase
durasi
parkir
0-15
menit
sangatlah
tinggi
sebesar
12,4321%.
Hal
ini
menunjukkan bahwa
kemungkinan   banyak   kendaraan   yang   masuk   area   tempat   parkir   hanya   untuk
menurunkan
penumpang
atau  tidak  mendapat
tempat  parkir,  sehingga  keluar  tanpa
parkir.
2.5.3
Akumulasi Parkir
Dengan
mengacu
pada
penelitian “Evaluasi Tingkat
Pelayanan
Parkir
Di
Universitas Bina Nusantara” maka dapat diketahui jumlah kendaraan masuk, kendaraan
keluar, dan akumulasi parkir pada Hari Selasa tanggal 10 April 2001  seperti pada Tabel
2.3 di bawah ini.
Tabel 2.3 
Data Jumlah Kendaraan Masuk, Kendaraan Keluar, Akumulasi Parkir Per 15
Menitan pada Tanggal 10 April 2001
No
Waktu
Masuk
Keluar
Akumulasi Parkir
1
10
2
06.30-06.45
8
0
18
3
06.45-07.00
20
1
37
4
07.00-07.15
53
1
89
5
07.15-07.30
71
4
156
6
07.30-07.45
60
10
206
7
07.45-08.00
36
4
238
8
08.00-08.15
21
2
257
9
08.15-08.30
18
6
269
10
08.30-08.45
14
3
280
11
08.45-09.00
32
5
307
12
09.00-09.15
34
14
327
13
09.15-09.30
40
12
355
14
09.30-09.45
28
8
375
15
09.45-10.00
18
8
385
16
10.00-10.15
20
8
397
17
10.15-10.30
14
11
400
18
10.30-10.45
15
13
402
  
37
No
Waktu
Masuk
Keluar
Akumulasi Parkir
19
10.45-11.00
23
13
412
20
11.00-11.15
41
36
417
21
11.15-11.30
39
49
407
22
11.30-11.45
27
35
399
23
11.45-12.00
15
25
389
24
12.00-12.15
17
25
381
25
12.15-12.30
31
19
393
26
12.30-12.45
38
10
421
27
12.45-13.00
31
13
439
28
13.00-13.15
38
46
431
29
13.15-13.30
26
59
498
30
13.30-13.45
24
43
379
31
13.45-14.00
16
37
358
32
14.00-14.15
28
19
367
33
14.15-14.30
25
20
372
34
14.30-14.45
25
27
370
35
14..45-15.00
15
31
354
36
15.00-15.15
21
54
321
37
15.15-15.30
19
23
317
38
15.30-15.45
21
23
315
39
15.45-16.00
10
23
302
40
16.00-16.15
18
20
300
41
16.15-16.30
19
24
295
42
16.30-16.45
25
25
295
43
16.45-17.00
14
41
268
44
17.00-17.15
18
58
228
45
17.15-17.30
23
38
213
46
17.30-17.45
8
25
196
47
17.45-18.00
12
15
193
48
18.00-18.15
30
18
205
49
18.15-18.30
24
14
215
50
18.30-18.45
15
12
218
51
18.45-19.00
20
28
210
52
19.00-19.15
10
45
175
53
19.15-19.30
14
25
164
54
19.30-19.45
11
10
165
55
19.45-20.00
2
7
160
56
20.00-20.15
7
10
157
57
20.15-20.30
2
13
146
58
20.30-20.45
12
39
119
59
20.45-21.00
6
41
84
60
21.00-21.15
8
24
60
61
21.15-21.30
9
32
28
Total
1339
1304
  
38
Jumlah kendaraan masuk, kendaraan keluar, dan akumulasi parkir pada Tabel 2.3
di
atas
dihitung
dengan
selang
waktu 15
menitan.
Untuk
memudahkan perbandingan
karakteristik parkir pada Semester Genap 2000/2001 dengan Semester Genap 2009/2010
maka dibuatlah perhitungan dengan selang waktu 30
menitan seperti pada Tabel 2.4 di
bawah ini.
Tabel 2.4 
Data Jumlah Kendaraan Masuk, Kendaraan Keluar, Akumulasi Parkir dan
Volume Parkir Per 30 Menitan pada Tanggal 10 April 2001
No
Waktu
Masuk
Keluar
Akumulasi Parkir
Volume Parkir
1
06.00-06.30
10
2
06.30-07.00
28
1
37
28
3
07.00-07.30
124
5
156
152
4
07.30-08.00
96
14
238
248
5
08.00-08.30
39
8
269
287
6
08.30-09.00
46
8
307
333
7
09.00-09.30
74
26
355
407
8
09.30-10.00
46
16
385
453
9
10.00-10.30
34
19
400
487
10
10.30-11.00
38
26
412
525
11
11.00-11.30
80
85
407
605
12
11.30-12.00
42
60
389
647
13
12.00-12.30
48
44
393
695
14
12.30-13.00
69
23
439
764
15
13.00-13.30
64
105
398
828
16
13.30-14.00
40
80
358
868
17
14.00-14.30
53
39
372
921
18
14.30-15.00
40
58
354
961
19
15.00-15.30
40
77
317
1001
20
15.30-16.00
31
46
302
1032
21
16.00-16.30
37
44
295
1069
22
16.30-17.00
39
66
268
1108
23
17.00-17.30
41
96
213
1149
24
17.30-18.00
20
40
193
1169
25
18.00-18.30
54
32
215
1223
26
18.30-19.00
35
40
210
1258
27
19.00-19.30
24
70
164
1282
28
19.30-20.00
13
17
160
1295
29
20.00-20.30
9
23
146
1304
30
20.30-21.00
18
80
84
1322
  
39
No
Waktu
Masuk
Keluar
Akumulasi Parkir
Volume Parkir
31
21.00-21.30
17
56
45
1339
Total
1339
1304
Tabel 2.4 di atas dapat di plot dalam bentuk grafik seperti pada Gambar 2.3 di bawah
ini.
Gambar 2.3   Jumlah Kendaraan Masuk, Kendaraan Keluar, Volume Parkir,
dan Akumulasi Parkir Per 30 menit pada Tanggal 10 April 2010
Berdasarkan  Tabel  2.4  dan  Gambar  2.3  di  atas  dapat  dilihat  bahwa
akumulasi tertinggi terjadi pada pukul 12.30-13.00 sebesar 439 kendaraan. Volume
parkir
mulai
pukul
06.00
sampai
dengan
pukul
21.30
adalah
sebanyak 1339
kendaraan.
2.5.4
Tingkat Penggunaan (Occupancy Rate)
Jumlah Lot Parkir Kampus Anggrek = 351
Akumulasi kendaraan tertinggi : 439 (12.45-13.00)
  
40
Tingkat penggunaan =
akumulasi
×
100%
kapasitas
=
439
×
100%
351
=
125%
Berdasarkan perhitungan tingkat penggunaan di
atas
dapat disimpulkan bahwa
jumlah
kendaraan yang parkir telah melebihi kapasitas sebesar 25% dari kapasitas yang tersedia.
Akibatnya banyak tempat yang bukan tempat parkir digunakan untuk tempat parkir.
Selain
itu,
berdasarkan penelitian
“Evaluasi
Tingkat
Pelayanan
Parkir
Di
Universitas Bina Nusantara” kita juga dapat mengetahui service time, arrival rate, dan
antrian pada parkir mobil Kampus Anggrek di Semester Genap 2000/2001, dimana pada
penelitian
“Kajian
Pola
Penggunaan Kendaraan
Bermotor
Roda
Empat
Civitas
Akademika Universitas Bina Nusantara
(Studi Kasus:
Kampus
Anggrek)” hal tersebut
tidak di kaji.
2.5.5    Service Time
Berdasarkan
hasil perhitungan
service
time pada   penelitian
“Evaluasi
Tingkat
Pelayanan Parkir Di
Universitas Bina Nusantara” maka dapat diketahui bahwa rata-rata
service time di loket layanan pintu masuk parkir Kampus Anggrek pada Semester Genap
200/2001
adalah
5,3830
detik.
Dapat
disimpulkan
bahwa
service
time
pada
saat
itu
dirasa
sudah  cukup
memadai.
Hal  tersebut
menunjukkan bahwa
antrian
pada  pintu
masuk mestinya tidak terjadi.
  
41
2.5.6
Arrival Rate
Dengan
mengacu
pada
penelitian “Evaluasi Tingkat
Pelayanan
Parkir
Di
Universitas Bina Nusantara” maka dapat diketahui hasil perhitungan arrival rate dimana
jumlah kedatangan kendaraan setiap jamnya adalah seperti pada Tabel 2.5 di bawah ini.
Tabel 2.5   Jumlah Kedatangan Kendaraan Per-jam
Waktu
Periode Puncak
Jumlah Kedatangan (Kendaraan / Jam)
Pagi
07.15-07.30
284
Siang
12.30-12.45
152
Sore
16.30-16.45
100
Malam
18.00-18.15
120
2.5.7
Panjang Antrian
Dengan
mengacu
pada
penelitian “Evaluasi Tingkat
Pelayanan
Parkir
Di
Universitas Bina
Nusantara” maka
dapat
diketahui
panjang
antrian
kendaraan pada
Semester Genap 2000/2001 seperti pada Tabel 2.6 di bawah ini.
Tabel 2.6   Panjang Antrian Kendaraan
Pagi
Siang
Sore
Malam
07.15-07.30
12.30-12.45
16.30-16.45
18.00-18.15
d
9,3506 detik
6,9632 detik
6,3268 detik
6,5573 detik
w
3,6149 detik
1,6149 detik
0,6149 detik
1,6149 detik
q
0 kendaraan
0 kendaraan
0 kendaraan
0 kendaraan
Berdasarkan
Tabel  2.6  di  atas  dapat  dilihat  bahwa  panjang  antrian  adalah  0  (nol)
kendaraan. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak perlu penambahan loket layanan.