BAB2
LANDASAN  TEORI
2.1
Percetakan
Percetakan adalal). sebuah proses
industri untuk
memproduksi secara
massal
tillisan  dan
gambar,  terutama dengan  tinta
di
atas
kertas
menggunakan sebuah
mesin
cetak.
Teknik percetakan
umunya terbagi
menjadi
4,
yaitu:
Teknik cetak  tinggi
(letter
press)
Merupakan
suatu 
teknik 
cetak 
dimana 
bagian 
yang 
mencetak
posisi/letaknya
lebih
tinggi 
dibandingkan
bagian 
yang
tidak 
mencetak. Rol-rol 
tinta
hanya
menyentuh
bagian-bagian
yang
lebih
tingi
dan
menintainya
kemudian
cetakan
akan 
memindahkan
tinta 
tersebut
ke
permukaan
bahan 
cetak_.
Contoh:
koran,
stempel, dll.
Teknik  cetak
dalam 
(rotogravure)
Merupakan
suatu
teknik 
cetak 
dimana 
bagian 
yang 
mencetak
posisi/letaknya
lebih  rendah 
dibandingkan
bagiaiJ. yang
tidak 
mencetak.
Pada 
proses 
cetak 
ini
tinta
akan
masuk
ke
bagian 
yang
dalam 
dari
cetakan
dan
kemudian
permukaan
cetakan akan 
dibersihkan
oleh
"doctor-blade"
hingga 
tinta 
yang  tersisa 
hanya
ada
di
bagian 
dalam 
cetakan. 
Kemudian
tinta  dari
bagian 
dalam  cetakan
akan
  
52
dipindahkan
ke  permukaan
bahan  cetak  dengan 
bantuan 
tekanan.  Contoh:
kemasan
indomie,
shampoo,
Blueband, dll.
·
Teknik
cetak
sablon
(screen
printing)
Merupakan
suatu
teknik
cetak
dimana
acuan
cetaknya
tidak
tinggi,
tidak
datar,
dan 
juga 
tidak 
dalam,   tetapi 
pencetakan  
teijadi   karena   tinta   dilewatkan
diantara   anyaman   (saringan)   yang   halus,   yang 
terdiri   dari   bagian   yang
meneruskan
tinta  (teks
dan
gambar)  dan
bagian  yang
menahan  tinta
(bagian
bukan  gambar).  Tinta 
yang  Jewat dari  saringan 
akan 
mengenai  permukaan
bahan  cetak  dan
menghasilkan
suatu  gambar
tertentu  sedangkan  bagian
tinta
Jainnya 
tidak   tersalurkan 
ke  permukaan   bahan   cetak   karena   tertahan   di
anyaman.
Teknik cetak datar/o.ffiet (lithography)
Merupakan  suatu
teknik
cetak dimana
bagian
yang mencetak  dan bagian yang
.   tidak
mencetak  sama posisi/Ietaknya.proses cetak teljadi
karena adanya proses
.
kimia  yang
terjadi  antara 
air 
dan
tinta.
Teknik  cetak  datar
ini
menggunakan
''plate"
sebagai acuan
cetak
yang
terdiri dari
bagian
yang bergambar
dan tidak
bergambar.
Bagian 
bergambar  akan  meriarlk  tinta 
yang 
menempel 
di
plate
sedangkan
bagian  yang
tidak
bergambar  akan
menolak 
tinta dan
menarik
air
sehitigga   akhimya 
bagian   yang 
mengandung 
tinta   hanya   ada 
di 
bagian
bergambar 
saja 
untuk 
kemudian   dipindahkan   ke  permukaan   bahan 
cetak
dengan
bantuan
tekanan.
  
53
Banyak
buku,
koran,
brosur,
flyer, dan
majalah sekarang
ini biasanya
dicetak
menggunakan teknik.cetak datar (Offset).
Selain
itu dikenal
pula beberapa
teknik cetak
seperti: cetak poly
untuk
.memberi kesan emas
dan perak
ke atas permukaan
dan cetak emboss
untuk
memberi
kesan
menonjol kepada
kertas..
2.1.1    Kertas
Kertas   mempakan 
bahan   yang  sangat   penting   di  dalam 
pekeljaan 
cetak
.
sehingga 
penyesuaian
kualitas  dari  kertas
(bahan  cetakan)  akan  sangat  dorriirian di
dalam   menentukan/menghasilkan 
kualitas   cetak. · Tingkat   brightness  dan 
kondisi
permukaan
kertas 
akan 
mempimgaruhi   hasil  cetak  tinta  pada  kertas  (Dr.  Wilson,
.
Daniel G, dkk, Colour
Quality
Assurance
for Package Printing,
2005).
Keitas
dap·at dibagi
menjadi
beberapajenis:
1. 
Uncoated
Kertas  ini'mempunyai
sifat
penyerapan  besar,
permukaan  yang
kasar,
mudah
teljadi
picking
(tercabut),
PH
rendah
sehingga
lambat
kering,
dan karena
permukaannya
bergelombang
(tidak
rata)
maka
hasil
cetak
tidak
menimbulkan
gloss.  Yang termasuk
kedalam  kategori 
ini  antara 
lain:
HVS,  HVO,  kertas
koran,
dll.
2.
Coated
Yang
termasuk  coated antara
lain
:
art paper, coated paper, mat coated,
cast
coated,
art karton,
coated
karton.
  
54
3.   NonAbsorptionPaper
..
Sesuai 
dengan   namanya, 
malca jenis  kertas 
ini
tidak 
memiliki 
daya  serap.
Karena
itu, pengeringan
akan
teljadi
secara
oksidasi
penuh
dan
pada
akhirnya
menimbulkan
masalah 
set  off  atau lambat kering sehingga akan dip ;:rlukan
penanganan khusus.
2.1.2 
Tinta Cetak
Susunan  umuni  suatu  tinta
terdiri  atas
varnish
(vehicle)  atau
bahan
pengikat,
.
pigffien  (zat  warna/   dai),  aditional  agent. atau  bahan  penolong.  Varnish, pigmen,
additional  agent  diproses
menjaditinta
cetak
melalui
proses
produksi  mulai
dari pre
mixing,  grinding,
mixing  (color  matching),
sampai  canning melalui  standar  proses
produksi
yang sudah  baku dan akan
mendapat
hasil kualitas
yang baku pula.
Untuk 
memperoleh
gambar-cetak
yang
tanpa
cacat,  tinta
tidak  boleh
terlalu
encer, 
dan 
tidak   terlalu   kental.   Ukuran   untuk  keadaan   encer-kentalnya
tinta 
ini
disebut 
viskositas.
Viskositas   adalah  kekentalan 
tinta 
cetak 
atau  ukuran 
tekanan
dalam  (internalfriction)
dari
suatu 
zat
cair
terhadap  alirannya  yang
diukur  dengan
alat 
ukur  Viscometer
dengan 
satuan  Centipoise
(cP).  Tinggi 
rendalmya 
viskositas
tinta
cetak
dipengaruhi
oleh
sifat
mesin
cetak
dan
bahan
cetakan  (kertas).
Viskositas
tinta 
ditentukan  oleh 
bahan 
pengikatnya  
(pembawa 
wamanya). 
Dengan
menambahkan
bahan
pengencer 
atau
vernis
dari
berbagai
tingkat
viskositas,
pencetak
dapat
mengubah  viskositas tintanya.
  
55
Pada· tiap  pengalihan
lapisan  tinta  dan  satu  permukaan 
ke  permukaan 
lain,
terjadi  pembagian
lapisan 
tinta 
itu.
Ketahanan 
itu
dinamakan 
kelekatan 
atau
kelengketan
tinta
atau
yang
sering
disebut
tackness.
Tackness
adalah
sifat lengket
(kelengketan).
Tinggi  rendalmya  kelengketan 
tinta
cetak
akan
ditentukan 
oleh
sifat­
sifat
mesin
cetak/kecepatan,
sifat
bahancetakail
(kertas),
jenis
cetakan,
dan
lain-lain.
Alat  pengukur  tackness adalah  tack meter. Viskositas 
dan  kelengketan 
tinta  dapat
_diubah
dengan   penambahan 
pasta,   bahan   pengencer,   dan   vernis   dari   berbagai
kelengketan. Minyak  cetak
membuat  tinta encer
dan
pendek.
Tinta
off.set yang
encer
·dan  pendek  
sangat 
mudah  mengendap  pada  rol
hantar  air.
Sedangkan  pasta
cetak
membuat
tinta pendek,
tetapi tidak encer, jadi baik terhadap
pencabutan.
·
Baik  buruknya
pengalihan
tinta  ke  kertas  tergantung  pada  beberapa  faktor,
antara  lain  :
(I)
tekanan  antara  rol-rol  tinta,  (2)  kekerasan  rol-rol  tinta  (karet),
(3)
kerataan/  kelicinan  pemiukaan
kertas,  (4)  ke:inudahan kertas  untuk  dibasahi  dengan
tinta,
(5) ketebalan
lapisan
tinta cetak,
(6) sifat
alir
tinta
cetak (reologi),
(7)
kecepatan
mesin
cetak,
(8)
tekanan
cetak,
dan
(9)
bahan
acuan
(pelat
cetak). Disamping
itu,
kekenyalan  kain
karet
juga
mempengaruhi  alih
tinta
sehingga  tinta
dapat
melekat
di
kertas · dengan 
sempuma
pada  lapisan 
yang  sangat  tipis.  Ro-lrol  tinta  yang  sudah
mengeras,  besamya  diameter 
antara  tepi  kanan-tengah-tepi
kiri  rol
tidak  sama
atau
diameter
rol
tinta
menjadi
lebih
kecil
akaiJ.
sangat
sulit
Untuk dapat
mengalirkan  tinta
dengan  baik; Alangkah 
lebih  baiknya  rol
tinta  seperti 
ini diganti.
Derajat  kekerasan
dari  rol  kirret  dinyatakail.  dengan   derajat 
shore. 
Berikut 
derajat 
kekerasan   yang
umumnya  lazim
dipakai  : (I) rol hantar
tinta
28-32°  shore,
(2) rol
jilat
tinta 38-42°
  
56
shore,
(3)
rol
penyalur. 38-42°  shore,
(4)
rol
jilat
air
20-22°
shore,
dan
(5)
rol
hantar
air 18-20°
shore.
Sistem
penintaan
dapat dibagi
nie!1iadi 4 bagian:
a. Bak tinta,
tempat
persediaan tinta
b. Rol  bak,
fungsinya  mengeluarkan
tinta  dari  bak
ke
rol-rol  distribusi 
melalui  rol
jilat.
c. Rol-rol  distribusi  atau  seksi  distribusi,  yang
menerima  Japisan tinta
tebal
dari
rol
bak,
menyebarkannya
menjadi 
Japisan
yang
tipis  merata,  dan
menghantarkannya
ke rol acuan
(pelat).
d.  Rol-rol   acuan   atau   rol-rol   pelat,   yang   menghantarkan 
lapisan   tinta   kepada
permukaan
pelat ofset dengan
ketebalan  yang tepat.
2.1.3   
Air Pembasah
Pengalihan 
tinta  yang  baik
hingga  ke permukaan  kertas  jika
tidak  didukung
oleh  pembasahan 
yang  baik,  hasil  cetak  akan  tidak  sesuai  yang  diharapkim,  antara
lain  :
warna  tinta 
akan  pudar, 
lama  mengering,
warna 
tinta  pucat,  dan  lain-lain.
Penyaluran   air 
yang 
tanpa 
cacat  pada 
tempat-terripat 
tak  bergambar,   tergantung
3(tiga)  faktor,  yaitu  :
(1) 
sifat  penarikan  air  bagian-bagian
yang  tak  mencetak,  (2)
sifat 
dan  susunan   air 
pembasah   yang 
diberikan   pada 
pelat, 
dan  (3) 
bekerjanya
peralatan air secara
teratur,
Untuk
mencapai  pemisahan  antara
bidang
gambar dan tidak bergambar,
maka
digunakanfountain
solution. Fountain  solution  mempunyai
beberapa  fungsi,
antara
  
57
lain : (1)
standarisasi dan stabilisasi  nilai
pH, (2)
memampukan
air membasahi  pelat
c
.
etak s
.
ecara  tipis
dan
merata,  (3)
melindungi  pelat
cetak,
(4) perlindungari  terh
.
adap
alga
dan
bakteri
dalam
sirkulasi
fountain  solution,
dan
(5)
mempercepat 
standarisasi
dari  ink-water 
balance
(keseimbangan
antara  tinta  dan  air).
Faktor  penting  laiunya
yang
menentukan
kualitas
basil
cetak
yang optimal
adalah
air
yang digunakan.
Untuk
menjaga  kualitas 
air
yang
baik,
disarankan  menggunakan
sistim  water conditioning
··.agar    enjamin
kualitas 
air 
yang  konstan 
(Wasono, 
Teknik   Grafika 
dan  Industri
Grafika,
2008).
2.1.4   
Warna
Untuk  dapat
melihat  warna
kita
membutuhkan 
cahaya,  dimana  warna
timbul
saat
kita  melihat  cahaya  yang  dipantUlkan.   Cahaya  adalah  radiasi  yang  menyebar
sangat
cepat
dengan
kecepatan
yakni
300.000
kilometer
per detik.
Cahaya
memiliki
gelombang,
namun
hanya
gelombang
elektromagnetik yang berjarak
sangat kecil saja
...· ·.   
yang dapat dilihat
oleh kita sebagai cahaya
yang berwarna.
Warna
primer 
terdiri dari
3,
yaitu:
biru,
merah,
dan
hijau.
Gelombang 
warna
biru 
sekitar   400nm,   hijau 
550nm, 
dan 
merah   700nm.   Ketiga   warna   ini 
dapat
bercampur satu
sama
lain
dan
menghasilkan  warna
lain
seperti
yang ditunjukkan
pada
Tabel2.1.
  
58
Tabel2.1 Pencarnpuran
Warna
Campuran
Basil
Green +Red
Yellow
Green+
Blue
Cyan
Blue+
Red
Magenta
Green + Blue + Red
White
Sumber:
Wasono, 2008
Garnbar
berwarna.
dicetak
dengan
menggunakan
empat
warna,
yaitu cyan,
magenta,  yellow,
dan
black.  
Tinta
cetak
hitarn
roeningkatkan/menaikkan
ketajarnan
dan  kedalarnan/lebar 
garnbar.  Hal  ini  karena,  sifat-sifat   pigmen 
warna  kromatik,
·  
warna  hitarn  berikutnya 
dicarnpur  dari
cyan,
magenta  dan kuning,
yang
tak
pernah
gehip seperti
hitam.
Mencetak 
bertujuan
untuk
menyalin  warna  yang
konstan  dalarn
keseluruhan
proses  cetak.  'untuk 
tinta  cetak
dan  warna  persediaan  cetak,
pararnater  yang
paling
.
pentirtg
adalah
ketebalan
film
tinta, nilai
halftone,
keseimbangan
warna,
pemasangan
tintadan
rangkaian   warna  (Wasono,  Teknik  Grafika  dan  Industri 
Grafika,  2008).
Untuk  itu
dalarn
percetakan
offset
terdapat  beberapa  hal
yang
harus
dikontrol,  yaitu
(Press
Operator's Guide, 2008):
1.  
Density
Density
adalah 
nilai kepekatan
tinta
yang
dihasilkan.
Berdasarkan
sfandar
ISO  yang  dihasilkan, 
density 
dihitung ·
dengan 
nilai 
Lab  yang 
meliputi
warna
CMYK
serta
dihiturig pula
hasil
untuk
warna
RGB
yang
tercetak.
Dalarn  penelitian   ini,  wama 
RGB  akan  dhitung 
melalui 
nilai  trapping
(penumpukkan warna).
·
  
59
2.  
Dot gain
Setelah 
density
telah  memenuhi  standar  ISO,  maka  kontrol  selanjutnya
.
yang 
harus· dilakukan 
adalah  nilru
dot  gain.
Dot  gain 
merupakan 
efek
pembesaran
dot  di daerah halftone  yang teJjadi
pada  proses  cetak.
Dot
gain
merupakan efek
dari
percetakan
yang
dapat
diukur,
diprediksi,
dan
dikendalikan
(Lawler,  Brian  P.,
Know  The  Enemy:  Understanding
Dot
Gain and
I(s Efficts, 1997).
3.  
Gray
balance
Mata manusia
akan
sangat
sulit
menangkap gray balance
dan oleh karena
itu; ISO 12647-2
mendefmisikan gray balance sebagai
CSO%,
M40%,
Y40%,KO%.
Menurut  
L.Bergman, 
kualitas  
hasil 
cetak 
dipengaruhi   oleh   baik 
density
maupun  dot gain yang  oleh  kareml
itulah  kedua  hal  tersebut  menjadi  pengukuran
yang   harus  
dilakukan    dalam   proses   cetak.   Pengontrolan  
terhadap   hasil   cetak
khususnya 
dalam  hal
warna
sebaiknya 
menggunakan  sampel
yang diambil
per
1.000
lembar  cetilk
untuk  order   cetak
sebanyak  10.000  lembar.
(Press  Operator's Guide,
2008)
2.2
Kualitas
Perubahan-perubahan  
yang  
cepat  
dalam   era   globalisasi  
saat   ini   akan
membawa  implikasi  pada perusahaan
di seluruh
dunia.
Respon
yang
cepat dan
tepat
terhadap  
segala   perubahan  
tersebut   pun   akan   sangat   menentukan  
keberhasilan
  
60
pertisahaan.
Dewasa
ini semakin banyak perusahaan yang telah mengubah
strateginya
dari   perusahaan 
yang  
berusaha  
menguasai  
sumber  
daya   dalam   negeri  
untuk
menguasai   pasar 
domestik   ke  perusahaan   yang 
berusaha   menemukan   kombinasi
optimal  dari  sumber  daya  lokal  dan  luar
negeri  untuk  dapat  bersaing  baik di pasar
>
dorr:iestik  maupun  pasar  luar  negeri.  Dengan  kondisi  yang
seperti  ini
maka  produk
dan
jasa
yang  bermutulah
yang
akan
memenangkan
persaingan. Perusabaan 
dituntut
untuk  dapat 
menjaga 
konsistensi   mutu  produk 
maupun 
jasa  yang  dihasilkan,  dan
tintuk
itu
diperlukan
adanya  pengendalian
mutu atas aktivitas
proses yang dilakukan.
·
Produk
atau jasa
yang bermutu
adalab produk
atau
jasa yang sesuai
dengan apa
yang
diinginkan  konsumennya.
(Ariani, 1999,
hal.2)
Mutu  memerlukan
suatu
proses
perbaikan  yang
terus
menerus  dan dukungan
dari  
manajemen, 
karyawan,   serta   pemerintab.    Perbaikan  
yang   terus  
menerus
·  • 
:
memerlukan
komitrnen 
perusahaan  terhadap 
mutu.
Komitrnen  terhadap
mutu
adalab
suatu
sikap
yang
diformulasikan
dan
didemonstrasikan
dalam
setiap
lingkup
kegiatan
dan  kehidupan.
Mutu 
sangat 
penting 
bagi 
suatu 
organisasi 
atau
perusahan,
dikarenakan  beberapa
alasan
sebagai
berikut :
·
.
Sebagai
reputasi
perusabaan
Perusabaan 
yang
menghasilkan
produk  atau jasa
yang
bermutu
akan dikenal
oleh
inasyarakat 
luas   dan   mendapatkan  
nilai 
lebih  
di  
mata 
masyarakat   sehingga
·
nantinya
dipercaya oleh masyarakat
luas.
  
61
•  Penurunan biaya
· Penurunan biaya
Produk
ataujasa
yang
bermutu,
perusahaantidak
perlu
mengeluarkan
biaya
tinggi.
Hal 
ini 
dikarenakan 
perusahaan 
berorientasi   pada 
customer   satisfaction,
yaitu
dengan  menda.sarkanjenis, tipe, waktu
danjumlah
produk  yang
dihasilkan  sesuai
·
dimgan kebutuhan dan
harapan pelanggan:
Peningkatan pangsa
pasar
Pangsa  pasar  akan 
meningkat 
bila
minimasi  biaya
tercapai,
sehingga  harga
dapat
ditekan
walau rnutti tetap
menjadi
yang terutarna.
Pertanggungjawaban produk
Dengan
semakin meningkafilya 
mutu
produk
atau
jasa
yang
dihasilkan,
maka
perusahaan
akan
nampak  semakin  bertanggung
jawab
terhadap  desain,
proses dan
·
··· 
pendistribusian 
produk 
tersebut 
untuk 
memenulii. 
kebutuhan 
dan 
harapan
·
·
pelanggan. 
·
Dampak
Intemasional
Dengan
menawarkan produk  ataujasa yang bermutu,
maka
selain dikenal
di pasar
·. · 
lokal, produk
atau jasa akan dikenal dan diterima di pasar internasional.
Penampilan produk  danjasa
Mutu
.
akan   membuat   produk   atau   jasa 
dikenal,   dan 
hal   ini 
akan   membuat
perusahaan· juga
akan
dikenal
dan
dipercaya
masayarakat 
luas
sehingga
tingkat
kepercayaan
masyarakitt  terhadap  produk  apapun  yang
nantinya  ditawarkan 
oleh
perusahaan  tersebut  akan diterirria dengan baik oleh
masyarakat.
  
62
Mutu
yang dirasakan
Persaingan  saat
ini bukan lagi
masalah  harga  melainkan 
mutu  produk.  Hal
inilah
.
yang
mendorong konsumen  untnk
niau
membeli  produk atau
barang
dengan
harga ·
.
tinggi
narnun bermutu  tinggi pula.
2.2.1 
Sejarah
Perkembangan Mutu
Mutu  telah  dikenal 
sejak  empat  ribu  tahuu 
lalu,  ketika  bangsa  Mesir · kuno
.
mengnkur 
dimensi  batu-batu  ·yang 
digunakan  
untnk 
membangun  pirarnida.  Pada
zarnan modern,.fungsi
mutu
berkembang melalui
beberapa
tahap,
yaitu :
I.
Inspeksi
(Inspection)
Konsep 
mutu  modern dirnulai
pada  tahun  1920-an.  Kelompok
mutu  yang
utarna
adalah
bagian
inspeksi.
Selarna
prodUksi, para
inspektor
mengnkur 
hasil
produksi
berdasarkan  
spesifikasi. 
Bagian  
inspeksi   tidak   independen, 
biasanya   mereka
melapor 
ke . pabrik. 
Hal 
ini  menyebabkan 
perbedaan   kepentingan.
Seandainya
irispeksi
menolak 
hasil  satu  alur  produksi 
yang  tidak  sesuai 
maka  bagian
pabrik
·   berusaha   meloloskannya 
tanpa   mempedulikan 
mutu.   Pada   masa 
ini  terdapat
beberapa  orang  ahli
di
bidang
statistic  yang antara  lain
Walter  A. Sewhart (1924)
yang 
menemukan
konsep  statistic 
untnk  pengendalian
variabel-variabel
produk,
·
seperti  panjang,  Iebar,
berat, tinggi
dan  sebagainya.
Sedang  HF Dodge
dan
HG
·. 
Romig
(akhir 1920)
merupakan  pelopor  dalarn
pengarnbilan
sarnpel
untnk
menguji
penerimaan  produk
(acceptance  sampling).
  
63
2.
Pengendalian Mutu
(Quality
Control)
Pada tahun
1940-an; kelompok; inspeksiberkembang
menjadi  bagian
pengendalian
·  
mutu.  Adanya  perang  dunia  II
mengharuskan
produk 
militer 
yang  bebas  cacat.
Mutu 
produk 
militer 
menjadi  salah  satu 
faktor 
yang 
menentukan  kemenangan
dalam  peperangan.
Hal  ini  harus  dapat  diantisipasi
melalui 
pengendalian 
yang
·
dilala,ikan
selania  proses 
produksi. 
Tanggung 
jawab 
mutu 
diahlikan 
ke  bagian
qu
lity  control
yang
independen.
Bagian
lni memiliki  otonomi  penuh dan terpisah
dari  bagian 
pabrik.  Para 
pemeriksa  
mutu  dibekali   dengan 
perangkat   statistika
seperti
diagram
kendali
dan penarikan  sampel.
3.
Pemastian  Mutu (Quality
Assurance)
•       
Rekomendasi
yang dihasilk;an
dari
teknik-teknik
statisyis 
sering 
kali
tidak  dapat
dilayani 
oleh 
stiuktur
pengambilan keputusan 
yang 
ada. 
Pengendalian
mutu
berkembang
.
men
.
jadi pemastian  mutu (quality assurance). Bagian
pemastian  mutu
difokuskan
untuk
niemastikan  proses
dan
mutu
produk  melalui  pelaksanaan  audit
..  operasi,
pelatihan,  analisis  kinerja
teknis, dan petunjuk  operasi  untuk
peningkatan
mutu.
Pemastian 
mutu
bekerja
sama
dengan
bagian-bagian
Jain
yang
bertanggung
jawab
penuh terhadap
mutu
kinerja masing-masing bagian.
4.
Manajemen  Mutu (Quality
Management)
Pemastian
mutu
bekerja
berdasarkan
status
quo,
sehingga
upaya
yang dilakukan
hanyalah 
memastikan    pelaksanaan    pengendalian  
mutu,    tapi  
sangat  
sedikit
pengaruh 
untuk 
meningkatkannya.
Karena  itu  untuk 
mengantisipasi  persaingan,
  
64
aspek 
mutu 
perlu 
selalu 
dievaluasi
dan
direncanakan
perbaikannya melalui
p'enerapan
fungsi-fungsi manajemen
mutu.
5. 
Manajemen
Mutu
Terpadu (Total
Qil(ility Management)
Dalam  
perkembangan
·manajemen
mutu, 
temyata
bukan  
fungsi  
produksi 
yang
mempengaruhi
kepuasan
pelanggan
terhadap
mutu.
Dalam 
hal
ini
tanggungjawab
terhadap mutu 
tidak 
cukup 
hanya 
dibebankan
kepada suatu 
bagian 
tertentu,
tetapi
sudah 
menjadi
tanggung
jawab 
seluruh
individu
di 
perusahaan.
Pola 
inilah 
yang
disebut
Total
Quality Management.
Total 
Quality . .
itu 
sendiri
memiliki
definisi 
suatu
pendekatan 
untuk
·
.  'melaksanakan
bisnis 
yang 
berusaha
memaksimumkan
persaingan
organisasi
melalui
perbaikan
secara 
menyeluruh
dalam 
mutu 
produk,
pelayanan, orang, 
proses, 
dan
lingkungail..
Pendekatan
tersebut
mempunyai
karakteristik
sebagai
berikut 
:
(Ariani,
·  
1999,
ha!S)
·  
Ilei:fokus
pada
pelanggan, baik
pelanggan internal 
maupun eksternal
Tujuan
utamanya adalah 
mutu
Menggunakan
pendekatan
ilmiah 
dalam  pengambilan
keputusan
dan 
penyelesaian
masalah
Komitffien  terhadap mutu
dalamjangka
panjang
Mengadakan
kerja
tim
·
Mengadakan
perbaikan
proses
secara  terus
menerus dan
berkesinambungan
• 
· 
Memberdayakan pendidikan dan
pelatihan
  
65
•  Adanykebebasan
· Adanykebebasan
dalam
mengadakan
pengendalian
·
Adanya
keseragaman dan kesamaan
tujuan
Keterlibatan dan
pemberdayaan  karyawan
maupun seluruh personil
organisasi
·  . 2.2.2 · 
·
Definisi
Kualitas  ·
Defmisi
kualitas
menurut
beberapa ahli yang banyak dikenal, antara lain :
Juran   
(1962)    : 
"Kualitas   
adalah   kesesuaian    dengan    tujuan    atau
manfaatnya. '
Crosby   (1979) ·:
"Kualitas   adalah   kesesuian   dengan   kebutuhan  
yang
meliputi 
availability, 
·  delivery, ·.·reliability, 
maintainability,  
dan   cost
effectiveness."
Deming
(1982)
:
"Kualitas
hanis bertujuan
memenuhi
kebutuhan
pelanggan
sekarang
dan di masa
mendatang."
Feigenbaum    (1991) 
:
''Kualita.S  merupakan   keseluruhan
·
karakteristik
produk
dan
jasa
yang meliputi
marketing,
engineering,
manufacture,
dan
maintenance,
dalam  mana  produk  dan
jasa tersebut  dalam
pemakaiannya
akan sesuai
dengan kebutuhan
dan harapan pelanggan."
Scherkenbach
(1991) 
:
"Kualitas 
ditentukan 
oleh  pelanggan, 
pelanggan
rrienginginkan  produk 
dan
jasa
yang
sesuai 
dengan
kebutuhan 
dan
harapannya   pada 
suatu 
tingkat 
harga  tertentu 
yang 
menunjukkan   nilai
produk
tersebut."
  
66
Elliot 
(1993) 
:
"Kualitas
adalah  sesuatu 
yang  berbeda  untuk  orang  yang
berbeda   dan 
tergantung
pada 
waktu 
dan  tempat,  atau 
dikatakan 
sesuai
dengan
tujuan."
Goetch
dan 
Davis
(1995)  :
"Kualitas
adalah  suatu  kondisi  dinamis  yang
berkaitan
dengan
produk,
pelayanan,
orang,
proses,
dan lingkungan
yang
memenuhi atau
melebihi
apa yang
diharapkan."
Perbendaharaan
istilah
ISO
8402 
dan dari Standar
Nasional
Indonesia
(SNI
19-8402-1991)
"Kualitas
adalah   keseluruhan   ciri   dan   karaktreristik
produk 
atau  jasa
yang  kemampuannya
dapat
memuaskan  kebutuhan,  baik
yang
dinyatakan
secara
tegas
maupun
tersamar.
Istilah
kebutuhan 
diartikan
sebagai  spesifikasi 
yang
tercantum  dalam
kontrak 
maupun  kriteria-kriteria
yang
harus
dldefinisikan terlebih
dahulu.
Secara 
garis 
besar, 
mutu 
atau 
kualitas 
adalah 
keseluruhan 
ciri  atau
karakteristik  produk   atau 
jasa 
dalam 
tujuannya   untuk 
memenuhi   kebutuhan 
dan
harapan
pelanggan (Ariani,
1999,
hal
6).
Suatu
produk
dikatakan
bermutu
apabila
mempunyai 
nilai  subyektifitas
yang
tinggi 
antara  satu
konsumen  dengan  konsumen
lain. Hal
inilah yang
biasa disebut dengan
dimensi
mutu yang berbeda
satu
sama lain.
  
67
2.2.3 
Konsep
Kiialitas  pada
lndustri Maimfaktur
Kualitas   pada
·
industri  
manufaktur   selaill 
menekankan 
pada 
produk 
yang
dihasilkan,  juga 
perlu   diperhatikan  kualitas   pada 
proses 
produksi.   Bahkan 
yang
·
terbaik  adalah  apabila 
perhatian
pada
kualitas  bukan  pada
produk  akhir,
melaiukan
proses
produksinya
atau· produk ·yang 
masih  ada  dalam  proses  (work in  process),
sehingga 
bila  diketahui   ada  cacat  atau  kesalahan 
masih  dapat  diperbaiki.  Dengan
demikian, produk
akhir
yang dihasilkan  adalah
produk
yang
bebas cacat dan tidak ada
lagi
pemborosan 
yang
harus
dibayar
mahal karena
produk
tersebut
harus
dibuang
atau
dilakukan
pengerjaan ulang.
Ada
beberapa 
dimensi 
kualitas 
untuk
industri  manufaktur. 
Dimensi
ini
digunakan
untuk
me!ihat
dari
sisi
manakah
kualitas
dinilai.
Yang dimaksud
dimensi
kualitas
tersebut,
telah
diuraikan  oleh Garvin
,
antara
lain
:
·Performance,
yaitu kesesuiari produk
derigan
fungsi
utama
produk
itU sendiri
atau
karakteristik operasi
dari suatu produk.
· 
Feature,   yaitu 
ciri   khas   produk  
yang   membedakan 
dari   produk  
lain   yang
menipakan
karakteristik
pelengkap   dan  mampu 
menimbulkan
kesan  yang  baik
bagi pelanggan.
Reliability,
yaitu  kepercayaan
pelanggan  terhadap  produk  karena  kehandalannya
atau karena
kemungkinan
kerusakan
yang
rendah.
  
68
Conformance,
yaitu 
kesesuaian
produk
dengan
syarat 
atau. ukuran 
tertentu
atau
sej11uh mana
karakteristik
desain  
dan 
operasi 
memenuhi
standar
yang 
telah
ditetapkart.
·Durability,
yaitu
tingkat
ketahanan atau.awetnya produk atau
lama
umur
produk.
Serviceability,
yaitu 
kemudahan
produk
itu  hila 
akan 
diperbaiki
atau 
kemudahan
memperoleh
komponen produk tersebut.
Aesthetic,
yaitu 
keindahan atau
daya
tarik  produk tersebut.
·• 
Perception,
ya.itu
fanatisme
konsumen
akan 
merek
suatu 
produk
tertentu
karena
citra
atau
reputasi produk
itu
sendiri.
·2.2,4 
Alat dan TeknikPerbaikan Mutu
·Ada  beberapa
alat 
yang 
sering 
digunakan
dalam 
memperbaiki
kondisi
perusahaan
untUk 
dapat 
meningkatkan
mutu 
produk
atau 
jasa 
yang 
dihasilkannya.
Teknik 
atau
alat
tersebut
dapat 
berwujud
2
jenis,  yaitu
yang
menggunakan
data
verbal
dan
yang
inenggunakan data
numeric. Yang
menggunakan data
verbal
adalah:
i.
Flow  chart 
yang
menunjukkan
seluruh  
lartgkah 
dalam 
proses 
dan 
menunjukkan
bagaimana langkah itu
saling
berinteraksi.
2. 
Brainstorming
untuk 
memacu
pemikiran
kreatif 
guna 
mengumpulkan
ida-ide 
dari
suatu
kelompok
waktu 
yang
relatif  singkat.
3.
Cause  and  effict
diagram  yang
digrinakan
untuk 
melljelaskan
sebab-sebab
suatu
persoalan. Diagram ini
disebut 
juga
dengan diagram
kerangka ikan
atau
Fishbone.
  
69
4.
Affinity  Diagram 
yang 
berguna
untuk 
menyaring
data 
yang 
berjumlah
besar 
dan
· 
menciptakan pola
pikir 
baru.
Sedangkan
yang
menggunakan data
numerik sbb:
I.
Check sheet
untuk  menghitung seberapa sering 
sesuatu teljadi.
2.
Pareto  chart 
yang 
digunakan
untuk 
membandingkan
baebagai
kategori 
kejadian
yang
disusun
menurut
ukurannya untuk 
menentukan prioritas.
3. 
Histogram  
yang  
digunakan  untuk  
menunjukkan 
variasi  
data  
pengukuran
dan
variasi  setiap 
proses.
4.
Scatter
diagram 
yang 
menunjukkan
kemungkinan
hubungan
antara 
pasangan
dua
macam 
variabel
dan
menunjukkan keeratan hubungap.
antara 
dua
variabel 
tersebut.
5.. Run  chart 
yang 
menunjukkan
variasi 
ukuran
sepanjang
waktu,
kecenderungan,
daur,
dan
pola-pola lain
dalam
suatu
proses.
23
Six sigma.:
2.3.1 
Sejarah
Six sigma
Ide 
six  sigma 
dimulai
tahun 
1981 
ketika 
Robert  Galvin 
menantang
sektor
komunikasi 
Schaumburg
untuk 
perbaikan
mutu 
dalam   5 
tahun.   Pada 
tahun  
1986,
Galvin
menetapkan
tujuan 
yang
lebih 
menantang
dengan
perbaikan sepuluh
kali
lipat
dalam 
semua
area  fungsional
Motorola 
pada  tahun 
1989, 
seratus kali
lipat 
perbaikan
pada
tahun  1991,
dan
kemampuan
six sigma
pada
tahun  1992  (Ariani, 1999,
hal156).
  
70
Six
sigma
Motorola
merupakan
suatu metode
atau
teknik
pengendalian
dan
peningkatan  kualitas
dramatik  yang diterapkan
oleh perusahaan Motorola sejak tahun ·
1986,  yang  inenipakan
terobosan  baru  dalam  bidang  manajemen 
kualitas.  Banyak
ahli 
manajemen 
kualitas 
menyatakan
.  
bahwa 
metode 
Six 
sigma 
Motorola
dikembangkan 
dan 
diterima   Secara  luas  oleh  dunia 
industri,   karena 
manajemen
industri 
frustasi 
terhadap  sistem-sistem   manajemen 
kualitas 
yang  ada,  yang ·tidak
mampu  melakukan  peningkatan 
kualitas  secara  dramatik  menuju  tingkat  kegagalan
no! (zero defect). Prinsip-prinsip
pengendalian 
dan  peningkatan 
kualitas  Six
sigma
Motorola   mampu. menjawab  tantangan
ini,  dan 
membuktikan  bahwa  perusahaan
Motorola  selama
kurang
lebih  I 0 tahun
setelah
implementasi  konsep
six sigma telah
mampu
mencapai  tingkat
kualitas 3,4
DPMO (defects
per million
opportunities)  atau
kegagalan
per sejuta
kesempatan.
2.3.2 
Pengertian
Six
sigma
Kata
sigma
adalah
istilah
yang secara
statistik
berarti
standar
deviasi
yang
menggambarkan seberapa
jauh
variasi proses dari
nilai
rata-ratanya  dalam arah
positif
dan
negatif.. Sigma
merupakan 
ukuran
statistik
mengenai
variabilitas  sekitar
rata-rata.
Six
sigma
merupakan
suatu
visi peningkatari
kualitas
menuju
target
3,4
kegagalan
per
sejuta 
kesempatan   (DPMO)   untuk  setiap 
produk . (barang 
ataupun 
jasa). 
Adapun
istilahcistilah
yang terkait
dengan
metode six sigma, yaitu : (Gaspersz, 2002,
hal. 6)
  
71
•  BlackBelt
·
Merupakan
pemimpin
tim 
(team
leader) 
yang 
bertanggung
jawab  
untuk
pengukuran,
analisis,
peningkatan
dan 
pengendalian
proses-proses
kunci
yang
mempengaruhi   
kepuasan   
pelanggan   
dan!atau     
pertumbuhan
produktivitas.
Seorang
black belt
menempati
posisi
pemimpin
penuh 
waktu
(full
time position) 
dalam
proyek 
six sigma.
Green
Belt
Seorang
green
belt
memiliki tanggungjawab
yang
sama
dengan 
Black Belt,
kecuali
posisinya tidak
penuh
waktu 
(not full time position).
Master
Black
Belt
Merupakan
seorang
guru
yang 
melatih  
Black  Belt, 
sekaligus
merupakan
mentor
dan/atau
konsultan
proyek 
six
sigma 
yang 
sedang   ditangani  
oleh
BiackBelt.
• 
Champion
Merupakan
individu
yang  berada 
pada  manajemen
atas
(top
management)
· 
yang 
memahami
six sigma
dan
bertanggung jawab 
untuk 
keberhasilan
dari
six sigma
yang
sedang
dijalankan tersebut.
Critical  to Quality
(CTQ)
Merupakan
atribut-atribut
yang 
sangat 
penting
untuk 
diperhatikan
karena
berkaitan
langsung 
dengan  
kebutuhan 
dan  
kepuasan 
pelanggan. 
Juga
  
72
·
inerupakan
elemen
dari 
suatu 
produk,
proses
atau 
praktek-praktek
yang
· 
berdampak
Iangsung pada
kepuasan.pelanggan.
Defect
Merupakan
kegagalan
untuk 
memberikan
apa  yang 
diinginkan
oleh
pelanggan.
Defects
per Million
Opportunity 
(DPMO)
Meiupakan
ukuran
kegagalan
yang 
dihitung
dalam 
program
peningkatan
kualitas
six sigma,
yang 
menunjukkan
banyaknya
cacat  atau
kegagalan
per
sejuta kesempatan.
Process
Capability
Menipakan 
kemampuan 
proses  
untuk 
memproduksi
atau  
menyerahkan
output 
sesuai
dengan 
ekspektasi
dan  kebutuhan
pelanggan.
Process
Capability 
merupakan 
suatu  
ukuran  
kinerja 
kritis  
yang  
menunjukkan
proses
mampu
menghasilkan sesuai 
dengan 
spesifikasi
produk 
yang
ditetapkan
oleh 
manajemen 
berdasarkan
kebutuhan  dan 
ekspektasi
pelanggan.
Variation
Merupakan
apa 
yang 
pelanggan
Iihat 
dan 
rasakan
dalam 
proses 
transaksi
antara  
pemasok
.
dan 
pelanggan.
Semakin 
kecil  
variation 
akan 
semakin
disukai, karena 
menunjukkan
konsistensi dalam 
kualitas. Variasi 
mengukur
  
73
suatu 
perubahan
dalam  proses  yapg 
mungkin 
mempengaruhi   hasil  yang
diharapkan...
·  2.3.3
Konsep
Six
sigma
Motorola
Penerapan 
konsep 
six 
sigma 
dalam 
industri 
manufakturing, 
harus
memperhatikan_enam aspek
berikut,
yaitu:
(Gaspersz, 2002,
hal9)
I.
Identifikasi karakteristik   
produk    yang    akan  
memuaskan    pelanggan,
sesuaikan  dengan
kebutuhan
dan
ekspektasi
pelanggan.
·  
2.  Mengklasifikasikan semua
karakteristik kualitas
itu sebagai CTQ.
3.  Menentukan   apakah    CTQ  
dapat  
dikendalikan 
melalui    pengendalian
material,
mesin, proses kerja, dll.
4.
Menentukan batas
maksimum
toleransi
untuk
setiap
CTQ
sesuai
dengan
keinginan 
pelanggan [nilai
Upper
Spesification 
Limit
(USL)
dan
Lower
Spesification Limit
(LSL)].
5.  Menentukan
maksimum  variasi proses
untuk
setiap
CTQ
atau dengan
kata
lain
menentukan
nilai.maksimum standar deviasi
untuk setiap CTQ.
6.
Mengubah    desain   produk   atau   proses   sedemikian 
rupa   agar   mampu
mencapai  nilai
target
six sigma.
Nilai  dari
target  six
sigma   dapat  tercapai apabila indeks kemampuan proses
.  atau 
biasa 
disebut   dengan   Cpm 
bemilai   minimum   2  (Cpm 
?. 
2). 
Pendekatan
pengendalian proses 6-sigma Motorola mengizinkan  adanya pergeseran
nilai
rata-rata
  
74
(mean)
dari  setiap  CTQ 
dari  proses 
industri 
terhadap   ni1ai
spesifikasi   target 
(T)
sebesar
±
1,5
sigma,  sehinggan
nantinya  akan
menghasilkan 3;4
DPMO.  Proses
six
·
sigma
dengan   distribusi  
normal   yang 
mengizinkan 
ni1ai
rata-rata 
(mean) 
proses
·bergeset
1,5 ·sigma 
dari  ni1ai spesifikasi 
target 
kualitas 
(T)  yang  diinginkan 
o1eh
pe1anggan, dapat
dilihat
pada
Gambar
2.1.
Adapun  hubungan  antara
batas spesifikasi,
persentase
yang memeimhi  spesifikasi  dan DPMO
terlihat
pada Tabe12.2.
Sumber:
Gaspersz, 2002
Gambar
2.L Konsep
Pergeseran  1,5 Sigma
pad a Distribusi
Normal
  
75
Tabel2.2 Hubungan  Batas Spesiftkasi,
Persentase dan DPMO
Batas
Spesifikasi
Persentase yang
Memenuhi
Spesiiikasi
DPMO
±
1
sigma
30,8  38%
..
691.462
±2 sigma
69,1462%
308.538
±3 sigma
93,3193%
66.807
±4sigma
99,3790%
6.210
±5
sigma
99,9767%
233
±6 sigma
99,99966%
3,4
Sumber:Gaspersz, 2002
·  
2.3.4 
Metode DMAIC pada Peningkatan
Kualitas
Six
sigma
.Metode  
Define,.· Measure, 
Analyze, 
Improve  
and 
Control 
(DMAIC)
merupakan
proses
untuk
peningkatan 
terus-menerus
menuju
target
six
sigma. DMAIC
dilakukan 
secara
sistel:natis,  berdasarkan 
ilmu 
pengetahuan  dan  fakta  (systematic,
·   scientific and fact based).
Adapun
terbagi
menjadi 5 tahap, yaitu:
1. 
Define,  merupakan  langkah  operasional 
pertama   dalam   program   peningkatan
kualitas six sigma. Dalam
tahap
ini dideftnisikan  beberapa
hal
yang terkait
dengan
identi
.
ftkasi 
masalah  dengan  project
statement,
i
.
dentiftkasi 
kebutuhan 
pelanggan
(voice  of  customer),  pemilihan  produk
terkait 
dengan   proyek 
six  sigma,  dan
penggambaran  diagram
SIPOC.
  
76
2;
Measure,  merupakan ·
Iangkah   operasional   kedua   dalam   program   peningkatan
·
_        kualitas  six sigma. Hal pokok
yang
harus dilakukan  dalam -tahap measure adalah
melakukan  pengukuran kineija sekarang
baik pada tingkat
output ataupun proses.
3.
Analyze,   meiupakan
Iangkah   openisional   ketiga   dalam   program   peningkatan
kualitas 
six  sigma.  Pada tahap ini dilakukan
hal  yaitu  menentukan 
stabilitas
(stability)    dan  kapabilitas
atau   kemampuan 
(capability) 
dari   proses,    serta
mengidentifikasi sumber-sumber dan akar penyebab
kecacatan atau kegagalan.
4.
Improve,    merupakan
rencana  
tindakan 
(action   plan) 
untuk 
melaksanakan
peningkatan  kua!itas six sigma.
5.
Control, 
merupakan 
tahap   operasional  
terakhir  
dalam   program  
peningkatan
.
·
.
.   kualitas  six sigma. Pada  tahap  ini,  basil  peningkatan 
kualitas 
didokumentasikan
·
·dan  disebarluaskan,  prosedur   didokumentasikan 
dan  dijadikan   pedoman   keija
standar.
·  
2.3.4.1 Tahap
Define
Tahap   define •   
merupakan  .
tahap.
pertama  
dalam  
metode  
DMAIC  
yang
mengidentifikasi 
masalah; 
mengidentifikasi  kebutuhan  
pelanggan, 
melakukan
pemilihan   prciduk  terkait 
dengan  proyek  six sigma,
serta  penggambaran
diagram
SIPOC.·
1. ·      
Project
Statement
Project statement  merupakan pemyataan proyek yang
terbagi  menjadi  beberapa
komponen,
yaitu :
  
77
Business  Case,
merupakan  Jatar belakang
dari
proyek
yang dijalankan  dan/atau
dari permasalahan yang teJ.jadi.
Problem Statement, merupakan
pemyataan
mitsalah yang akan dibahas.
_      • Project Scope,
merupakan 
ruang  lingkup 
dan  pembatasan
dari  proyek 
yang
dijalankan.
Goal
Statement, merupakan
peinyataan
tujuari dari proyek
yang dijalankan.
·  
Milestone, merupakan batas.waktu
penelitian
dan pengeJ.jaan proyek.
2. 
Voice
of Customer (VOC)
Prciyek
six
sigma
merupakan
suatu
stnitegi
dan sistem
yang
secara
terus­
menerus
riienelusuri
dan memperbaharui
kebutuhan
pelanggan,
aktivitas
pesaing,
perubahan 
pasar, dll.
Dengan
demikian,  program
six sigma
menjadi
suatu
sistem
Voice of Customer.
(Gaspersz,
2002, hal
53)
3. 
Pemilihan Produk
Pemilihan
produk 
merupakan 
salah 
satu  komponen 
dalam  tahap  define
guna  penelitian 
atau  proyek  six sigma yang  dijalankan 
menjadi 
lebih  terfokus
pada produk
tertentu.
4.
Diagram SIPOC
(Suppliers-Inputs-Processes-Outputs-Customers)
Diagram
SIPOC
merupakan
suatu
alat
yang berguna
dan
paling
banyak
dipergunakan
dalam 
manajemen
dan  ningkatan
proses  (Gaspersz, 
2002, 
hal
47). Nama SIPOCmerupakan lima elemen
utama dalam sistem
kualitas,
yaitu:
  
78
•·  Suppliers,
merupakan
orang
atau
kelompok
orang 
yang
memberikan
informasi
kunci, 
material, atau
sumber 
daya
lain
kepada
proses. Jika
suatu 
proses  terdiri
dari  
beberapa 
sub-proses, 
maka  
sub-proses 
sebelumnya 
dapat  
dianggap
sebagai
pemasok internal
(internal suppliers).
!(!puts,
adalah
segala sesuatu
yang
diberikan oleh
pemasok
(suppliers).kepada
proses.
Processes,
merupakan
sekumpulan
langkah
yang 
mentransformasi
dan
secara
ideal, 
menambah
nilai
kepada 
inputs
(proses 
tranformasi
nilai
tambah 
kepada
inputs).
Suatu  proses 
biasanya terdiri
dari
beberapa sub-proses.
Outputs,
merupakan
produk
(barang 
dan/atau
jasa) 
dari 
suatu 
proses. 
Dalam
industri 
manufaktur, 
outputs  
dapat  
berupa  
barang 
setengah 
jadi 
maupun
barang
jadi 
(final  product). 
Termasuk
ke 
dalam  
outputs 
adalah  
informasi­
informasi kunci: dari
proses.
Customers,
merupakan 
orang 
atau 
kelompok
orang,
..
tau 
sun-proses
yang
menerima
outputs. 
Jika 
suatu 
pro 
es  terdiri 
dari 
beberapa
sub-proses,
maka
sub-proses
sesudahnya
dapat  dianggap
sebagai
pelanggan internal 
(internal
customers).
  
79
Proses I
Proses II·
Proses III
I  .
Suppliers
I
I  
Inputs
I
Processes
I  
Outputs 
I
I
Customers 
I
·
Keteratigan
Keterang8.n
Keterangan
Keterangan
t
l
Sumber: Gaspersz, 2002
Gambar 2.2 Diagram SIPOC
2.3.4.2
Tahap
Measure
Tahap 
Measure
merupakan 
tahap
kedua  dalam  metode  DMAIC,  pada
tahap
ini dilakukan pengukuran DPMO dan level sigma.
1.
Uji
Kenormalan
Data
Uji
kenormalan
data
ildalah
suatu
uji
yang dilakukan  pilda sampel  yang diamati
untuk
mengetahui 
apakah
data-data
sampel tersebut
menyebar
mengikuti
pola sebarim
normal.
Suatu
kumpulan
sampel
data
yang berdistribusi
normal,
memiliki
arti
bahwa
data"data
atau
sampel 
yang
diamati  memiliki  sebaran  yang
mendekati  nilai
rata-rata
dan nieiniliki
nilai
simpangan  baku yang cukup kecil.
.
.
Sebaran 
normal 
dari 
data  sampel 
yang  diamati 
mengindikasikan
bahwa
parameter  atau
ukuran  karakteiistik
dari
data
sampel
tersebut
valid 
untuk
digunakan
·  padaperhitungan
yimgnantinya diharapkan
dapat mewakili
populasi.
  
80
Kurva  normal 
digambarkan
menyerupai 
bentuk 
lonceng
atau
genta
yang
merupilkan  sebuah  kurva 
yang  simetris 
terhadap 
garis  vertikal,  yang  digambarkan
seperti berikut:
Gambar 2.3 Kurva Normal
Uji  kenormalan   data  dapat  dilakukan   menggunakan   sojlware
Minitab 
14.
Adaj:mn
langkah-langkah
uji
kenormalan 
dengan
software
minitab
14
adalah
sebagai
berikut:
I.
Bukasoftware minitab
14
2.   Tuliskan 
judul  data  yang  mewakili 
gambaran  data  yang  akan  dihitung.
pada baris paling
atas kiri
(
C
I) dari tabel
yang telah
tersedia .
·
3. ·
Masukkan   data-data 
yang  akan  dihitung 
pada 
kolom-kolom   di  bawah
judul
data tersebut
secara.berurut
4.   Pilih
menu Stat pada toolbar
5.   Pilih pilihan
Basic Statistic.
6.   Pilih
Normality
Test
  
81
7.   Klik 2 kali
pada
tabel
yang
memuat
judul data
yang
akan dihitung,
untuk
menampilkan judul data pada text "variable"
8.   Pilih kolmogorov-smirnov pada "test for normality"
9.   KlikOK
10. Akan
tam
pi! grafik probability
plot dari data perhitungan yang diinginkan
11. Kenormalan
data
dapat
dilihat  dari
nilai
p-value,  dimana untuk p-value
>
0,15 menunjukkan bithwa data normal,
2. 
UjiKecukupan
Data·
Pengujian 
ini  dilakukan   untuk  mengetithui  apakith  jumlith  sampel 
yang  telith
diambil  dapat 
mewakili 
populasi  data  secara 
keseluruhan.
Rumus
yang 
digunakan
adalith:
Keterangan:
Za
12  
=
Titik
Z
yang
diperoleh  dengan
mencari
nilai area kurva
sebesar a/2
pada
tabel distribusi
normal
(Lampiran
3)
S
adalith persentase
tingkat
ketelitian
N' adalith jumlah
pengukuran  yang diperlukan
N
adalith jumlith pengukuran
yang telith dilakukan
  
82
Xij adalah hasil pengukuran
yang telah dilakukan
Jika 
hasil  perhitungan 
uji
kecukupan 
data 
tersebut 
adalah 
jurnlah
pengukuran 
Yl!llg
diperlukan
lebih
kecil
atau  sarna  dengan 
jurnlah  pengukuran
yang  telah 
dilakukan 
(N'SN),
maka  jumlah  pengukuran   tersebut  telah  cukup
dengan
asumsi
bahwa
jumlah
pengukuran
telah
mewakili
populasi
yang ada.
Sedangkan
apabila
jumlah
pengukuran
yang
diperlukan
lebih
besar
dari jumlah
pengukuran  
yang  telah  dilakukan 
(N'>N),
maka 
harus
dilakukan 
pengukuran
kernbali
dengan
kondisi
dan
keadaan
yang sarna
pula, sarnpai
jumlah
pengukuran
yang telah dilakukan
lebih dari atau sarna dengan jurnlah yang diperlukan.
Tingkat 
ketelitian  
menunjukkan  
penyimpangan  maksimum  
hasil
pengukuran   
dari  
spesifikasi    sebenarnya    yang    dinyatakan    dalarn   persen.
Sedangkan 
tingkat
keyakinan
menunjukkan  besarnya
keyakinan pengukur  bahwa
hasil yangdiperoleh
memenuhi
syarat ketelitian
yang digunakan
tersebut.
3.-
Rencana  Pengukuran  pada Tingkat Proses dan 
Output
Pengukuran 
pada  tingkat  proses  adalah 
mengukur 
setiap 
langkah 
atau
aktivitas  dalarn    proses  dan  karakteristik 
kualitas 
input 
yang  diserahkan 
oleh
pemasok  .
(supplier)  
yang  
mengendalikan    dan  
mempengaruhi    karakteristik
kualitas
output 
yang diingirtkan.
Tujuan
dari
pengukuran  pada
tingkat
ini
adalah
niengidentifikasi  perilaku 
yang 
mengatur 
setiap 
langkah 
dalarn 
proses
operasional  serta memperkirakan 
output
yang akan
dihasilkan
sebelum
output 
itu
diproduksi   atau 
diserahkan   kepada 
pelanggan.   Sedangkan   pengukuran   pada
  
83
tingkat
output
adalah
mengukur
karakteristik
kualitas
output
yang
dihasilkan dari
suatu  proses 
dibandingkan
terhadap
spesifikasi
karakteristik
kualitas
yang
diinginkan oleh
pelanggan. (Vincent Gaspersz, 2002,
hal.I 0I)
Berkaitan
.dengan 
pengukuran
karakteristik 
kualitas 
baik 
pada 
tingkat
proses 
maupun
oufput,
maka
kita
perlu
membedakan
apakah 
data
yang
diukur 
itu
merupakan
data
variabel  atau
data
atribut.
(Gaspersz, 2002,  ha1.104).
Data   
vadabel  
merupakan 
data  
kuantitatif  
yang    dapat   
diukur   
dengan
menggunakan 
alat  
pengukuran 
tertentu  
untuk  
keperluan 
pencatatan 
dan
analisis.
Data 
variabel 
bersifat 
kontinu. 
Jika
suatu 
catatan 
dibuat 
berdasarkan
keadaan
aktual,
diukur  
secara  
langsung, 
maka  
karakteristik 
kualitas 
yang
diukur
itU
disebut
sebagai 
variabel.
Contoh: 
diameter
pipa, 
ketebalan
produk
kayu
lapis,  berat
semen  dalam
kantong,
dan
lain-lain.
Data 
atribut  
merupakan  data 
kualitatif  
yang 
dihitung 
menggunakan 
daftar
pencacahan·
untuk  
keperluan 
pencatatan  dan 
analisis,  
Data 
atribut  
bersifat
·
diskrit.
Jika 
suatu 
catatan 
hanya 
merupakan
suatu 
ringkasan
atau 
klasifikasi
yang 
berkaitan
dengan 
sekumpulan
persyaratan
yang 
telah 
ditetapkan,
maka
catatan 
itu  
disebut 
atribut.  
Contoh:  
kesalahan 
proses  
administrasi 
buku
tabungan
nasabah,
banyaknya
jenis 
cacat 
pada 
produk,
ketiadaan
label 
pada
kemasan produk, dan
lain-lain.
  
84
4. 
Pengukuran
Baseline
Kinerja
Sebelum
suatu 
proyek  Six
sigma
dimulai, 
kita 
harus 
mengetahui
tingkat
.kinelja
yang 
sekarang
atau 
sering 
disebut 
baseline 
kinelja.
Setelah 
mengetahui
baseline 
kinerja,
maka 
kemajuan
peningkatan-peningkatan
yang 
dicapai 
setelah
memulai
proyek 
Six
sigma
dapat 
diukur  sepanjang
masa 
berlangsung
proyek 
Six
sigmaitu.
Baseline 
kinelja
biasanya
ditetapkan
menggunakan
satuan 
pengukuran
DPMO 
(defects   per 
million 
opportunities)  
dan!atau  
kapabilitas
sigma  (level
sigma).
Pengukuran
Baseline
Kinerja pada Tingkat Proses
Pengukuran 
baseline 
kinelja
pada 
tingkat  
proses,  
biasa 
dilakukan 
apabila
suatu 
proses 
terdiri 
dari
beberapa  sub-proses. Pengukuran
pada
tingkat 
proses
.
akim 
memberikan 
baganan  
secara  
jdas
dan 
komprehensif 
tentang  
segala
sesuatu
yang 
teljadi  
dalam 
sub-proses
itu, 
yang 
biasanya
masalah-masalah
kualitas
tidak 
tampak   apabila 
pengukuran
kinerja 
itu 
hanya 
dilakukan
pada
tingkat 
output
(Gaspersz, 2002,
hal.l13).
• 
Pengukuran
Baseline
Kinerja
pada
Tingkat
Output
Pengukuran
baseline  kinelja
pada 
tingkat 
output  dilakukan
secara 
langsung
pada 
prodUk
akhir 
yang
akan
diserahkan
kepada
pelanggan.
Hasil
pengukuran
pada 
tingkat
output 
dapat 
berupa 
data 
variabel 
atau  data 
atribut, 
yang 
akan
ditentukan
kineljanya
menggunakan
satuan 
pengukuran
DPMO 
(defects  per
million
opportunities)
dan
kapabilitas Sigma
(nilai
sigma).
  
85
Pengukuran  Baseline  Kinerja 
Variabel 
Karakteristik 
Kualitas 
pada
Tingkat
Output untuk
Contoh Berukuran
Lima  Unit
(n =
5)
Penggunaan  .ukuran  
contoh 
sebanyak 
lima  
unit  
(n   =  
5)   adalah  
hanya
berdasarkan 
pertimbangan
praktis
dan 
.um.um
dilak.ukan 
di 
dalam  
industri-
industri
manufaktur.
Atau 
dapat 
menggunakan
ukuran 
contoh 
yang 
berkisar
antara
5-19 
unit, 
tergantung
situasi
dan
kondisi
di
dalam 
ind.ustri
itu
(Vincent
Gaspersz, 2002, hal.120).
Tabel 
2.3
Contoh Tabel  Data
Hasil
Peng.ukuran
Sampel
Pengukuran pada Unn Contoh (1F5)
Perhitongan yang Diperlukan
XI
x,
x,
X.
x,
Jwnlah
Rata-rata
--·-·-·--·--·---·--
(X-bar)
e-
(R)
Standar Deviasi
--------·-··----·--·-
--
s
=Rid,
I
yl
Yz
Y,
y,
Y,
.
2
Yo
y,
Ys
y•
YIO
Jwnlah
Rata-Rata
Rumus
yang
diperlukan:
J.umlah 
Yij
.
_LYij
Rata-rata
(X )
=
--
n
Range 
(R)
=(Max Y1- Ys)- (Min
Y1 - Ys)
StandarDeviasi (S)
=
R/d2
R.umus
yang
digunakan untuk 
perhitungan proses  secara 
keseluruhan:
Rata-rata (mean)
proses=
X-double bar
Standar Deviasi Proses=
S
=
R-Barld2
Keterangan:
  
86
X-double  bar= Rata-rata dari
X-bar
R
Bar
=Rata-rata dari Range
d2
=  koefisien 
untuk
·
pendugaan
standar   deviasi, 
tergantung
pada 
ukuran
contoh  (Lampiran
5)
Setelah  
melakukan   pengukuran 
peildahuluan    selanjutnya 
dalah  
melakukan
perhitungan DPMO dan
Kapabilitas Sigma
(Level
Sigma).
Perhitungan
DPMO 
dan  Level  Sigma  yang  rilemiliki  dua  batas
spesifikasi  atas
dan bawah
(USL
dan LSL).
Langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
1.
Terttukan
batas
spesifikasi atas dan bawah
(USL
dan
LSL)
2.
Hitung   kemungkinai:t 
cacat   yang   berada  · diatas   nilai   USL   per 
satu 
juta
kesempatan (DPMO) ·
DPMO  USL: P[z 2:
(USL-
X
)/S] x 1.000.000
3..
Hitung 
kemungkinan · cacat 
yang  berada 
di  bawah 
nilai 
LSL  per  satu  juta
kesempatan (DPMO)
DPMO  LSL: P[z
:5 (LSL- X)/S]
x
1.000.000
4.
Hitung
total DPMO dengan
menjumlahkan DPMO
USL dengan DPMO
LSL.
5.  Konversi  nilai
DPMO
ke dalam
nilai sigma
(lihat Lampiran
4).
Perhitungan
DPMO  dan  Level
Sigma  yang
memiliki  satu  batas
spesifikasi  atas
(USL).
Langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut:
1.
Tentukan
batas
spesifikasi atas (USL).
  
87
2.
Hitung
kemungkinan cacat persatujuta kesempatan (DPMO)
DPMO: 1000000-NORMSDIST[abs(USL- x )/S]*IOOOOOO
•. 3. Konversi riilai DPMO
ke dalam
nilai sigma (lihat
Lampiran  4).
.
Perhitungan DPMO  dan
Level
Sigma
yang memiliki  satu batas spesifikasi  bawah
(LSL). Langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
1.
Tentukan batas spesifikasi bawah
(LSL).
2.
Hitung kemungkinan cacat per satu juta kesempatan (DPMO)
DPMO: 1000000-NORMSDIST[(X-LSL)/S]*IOOOOOO
3.
Konversi  nilai DPMO
ke dalam nilai sigma (lihat
Lampiran  4).
2.3.4;3 Tahap
Analyze
Pada   tahap  
analyze    dilakukan   hal  yaitu 
menentukan    stabilitas   dan
kapabilitas
atau
kemampuan
(capability)
dari
proses,
serta  mengidentifikasi
sumber­
sumber
dan akar
penyebab kecacatan  atau kegagalan.
·1. 
Menentukan Stabilitas  dan Kapabilitas Proses
Target 
dari  program 
six  sigma 
adalah 
membawa
proses 
industri 
yang
memiliki 
stabilitas 
(stability)
dan  kemampuan   (capability),
sehingga 
nantinya
mencapai   tingkat   kegagalan  
nol 
(zero   defocts 
oriented).
Dalam 
menentukan
apakah  suatu  proses  berada  dalam  kondisi  stabil  dan
mampu,  maka
dibutuhkan
alat-alat
atau
metode
statistika
sebagai
alat analisis.
  
88
Pemahaman
tentang  proses 
industri 
yang  diperlukan
adalah 
memahami
bagaimana  suatu  proses  itu
bervariasi  dari
waktu
ke
waktu  dalam  menghasilkan
· 
produk, 
sehingga
nantinya   dapat  diambil 
tindakan-tindakan
yang  tepat 
untuk
meningkatkan
keija  dari
proses 
industri 
tersebut  menuju  tingkat  kegagalan 
no!
dengan
menggunakan
bantuan  alat-alat  statistika  (stastical tools).
Variasi
adalah
ketidakseragaman
dalam
sistem
industri
sehiil.gga
menimbulkan
perbedaan
dalam
kualitas   pada 
produk   (barang 
dan/atau 
jasa) 
yang  dihasilkan.
Pada 
dasamya
dikenal  ada
dua
sumber 
atau
petiyebab  timbulnya 
variasi,  yang
diklasifikasikan
sebagai
berikUt : (Vincent  Gaspersz,
2002,
ha1.205).
a.
Variasi
Penyebab Khusus
(Special
Causes
Variation)
·· 
·
Merupakan 
kejadi!m-kejadian  
diluar   sistem  
industri  
yang   mempengaruhi
variasi   dalam 
sistem 
industri   itu.  Penyebab   khusus   dapat 
bersumber   dari
faktor-faktor .seperti  manusia,  peralatan, 
material,  Iingkungan, 
metode  kerja,
dll.   Penyebab 
.khusus 
ini   mengambil  
pola-pola  
non   acak   (non  random
patterns) 
sehingga  dapat  diidentifikasi
atau  ditemukan,
sebab  mereka 
tidak
.                                                                                                     
.
selalu 
aktif 
dalam 
proses 
tet
pi  memiliki 
pengaruh
yang  Iebih  kuat  pada
proses
sehingga 
menimbulkan
variasi.
Dalam
konteks 
pengendalian proses
statistikal   menggunakan
peta-peta 
kontrol 
(control  charts),
jenis  variasi 
ini
sering  ditandai  dengan  titik-titik 
pengamatan 
yang  melewati  atau
keluar  dari
batas-bataspengendalian yang ·didefinisikan (defined control
limits).
  
89
p.
Variasi
Penyebab  Umum (Common
Causes Variation)
·
Merupakan ·faktor
faktor 
di  dalam  sistem  industri 
atau  yang  melekat  pada
proses 
industri 
yang 
menyebabkan 
ti
bulnya
variasi  dalam  sistem 
industri
serta  hasil-hasilnya.
Penyebab 
umum  sering  disebut 
juga  sebagai  penyebab
acak  (random causes) atau  penyebab  sistem  (system
causes).  Oleh karena
penyebab · 
umum     ini
selalu    melekat   
pada   
sistem,   
maka   
untuk
menghilangkannya
harus 
menelusuri 
pada  elemen-elemen
dalam  sistem 
itu
dan 
himya  pihak 
manajemen 
irtdustri 
yang  dapat 
memperbaikinya, 
karena
pihak  manajemen   industri  yang 
mengendalikan   sistem 
industri 
itu.
Dalam
konteks  
pengendalian    proses 
statistikal    menggunakan    peta-peta  
kontrol
(control  charts),
jenis variasi .ini sering ditandai dengan
titik-titik  pengamatan
yang 
berada 
dalam   batas-batas   pengendalian  
yang 
didefinisikan   (defined
control
limits).
Suatu
proses
dimana
hanya
mempimyai
variasi
penyebab  urnurn (common
causes 
variation)   yang
mempengaruhi   output
merupakan   proses 
yang 
stabil
karena   penyebab   sistem   yang 
mempengaruhi   variasi   biasanya   relatif   stabil
_sepanjang
waktu.
Variasi  penyebab
umum
dapat
diperkirakan
dalam
batas-batas
perigendalian   yang   ditetapkan   secara  · statistikal.   Sedangkan  
apabila   variasi
penyebab   khusus 
te!jadi 
dalani. proses, 
maka 
akan 
menyebabkan   proses 
itu
menjadi
tidak stabil. Upaya-upaya
menghilangkan
variasi
penyebab
khusus
akan
membawa  proses
ke  dalam  pengendalian  statistikal. 
(Vincent  Gaspersz,  2002,
hal.205).
  
90
Pemahaman. dan
pengendalian variasf
merupakan  inti
dari
teori
Deming.
Dr. 
William  Edwards  Deming 
menyatakan  .bahwa  sasaran  dari  pengendalian
proses 
industri 
guna 
meningkatkkualitas
dan  produktivitas
industri  adalah
mengurangi 
variasi 
sebanyak 
mungkin. 
Pendekatannya
adalah
menstandarcil  asikan  proses  melalui  setiap  orang  menggunakan 
prosedur  kerja,
material 
dan  peralatan 
yang  sama, Di
samping 
itu  pihak 
manajemen 
industri
harus  
mempelajari    proses,  
mencari  
sumber-sumber 
potensial    dari   variasi,
mengumpulkail
data,  dan  kemudian 
menghilangkan
variasi 
penyebab  khusus.
Kohtribusi  utama
dari penggunaan  metode-metode statistika
dalam
pengendaliari
sistem 
industri 
adalah 
memisahkan 
variasi 
total 
dalam  proses 
ke  dalam 
dua
sumber  
diatas.  
Suatu  
sistem  
industri .  disebut   berada   dalam   pengendalian
statistikal   apabila  
sistem   itu   terbebas ·   dari   variasi  
yang   ditimbulkan    oleh
·
penyebab  khusus.  Kinerja  dari
sistem
industri  yang  berada
dalam  pengendalian
statistikal  akan dapat di prediksi
dengan baik.
Analisis Stabilitas
dan
Kapabilitas Proses
Analisis 
untuk
melihat
apakah
proses
sudah stabil
atau
belum,
dilakukan  dengan
membangun
peta  kontrol  kualitas.  Apabila  proses  sudah  berada .dalam  batas­
batas  koritrol.
yarig  ada, 
maka  proses  dapat  dikatakan 
stabil.  Namun 
apabila
proses
berada diluar batas, maka proses dapat dikatakan
belum stabil.
  
91
I.
Peta Kontrol X-Bar
dim R
Peta 
kontrol 
x-bar  dan
·R  digUnakan tuk
memantau   proses 
yang
mempunyai
kara,kteristik
berdimensi
kontinu,
sehingga
peta
kontrol
x-bar
dan
R
sering
disebut
sebagai
peta
kontrol
untuk
data variabel.
Peta
kontrol
X-bar
menjelaskan
kepada 
kita
tentang 
apak<!h
perubahan-perubahan
telah 
terjadi
dalam
ukuran
titik
pusat
(central
tendency)
atau rata-rata
dari suatu
proses.
Sedangkan
peta
kontrol R
menjelaskan  tentang  apakah  perubahan-perubahan
telah   teijadi    dalam  
ukuran   variasi,   dengan   demikian  
berkaitan   dengan
perubahan  homogenitas produk
yang dihasi!kan me!alui
suatu proses.
Untuk   membangtn   suatu 
peta  kontrol, 
maka  perlu  adanya 
batasan
pengendalian. Batasan
pengendalian
untuk peta kontrol
x-bar adalah:
=
ucL=
x
+A2R
LCL=
x
-A2
R
sedangkan batasan
untuk peta kontrol R adalah:
LCL=D3x 
R
2.   Kapabilitas Proses
Setelah
membuat
peta
kontrol, selanjutnya
adalah
melakukan
analisis
kemampuan
proses,  dimana 
analisis 
ini  dapat  dilakukan 
apabila  proses  sudah
stabil.  Apabila  ditemukan
adanya
instabilitas  dalam  nilai
rata-rata  proses   pada
  
92
tingkat
sigma
tertentu,  malca haruslah
proses. distabilkan  terlebih
dahulu sebelum
dilakukan.analisis kapabilitas proses. (Gaspersz,
2002,
hal.210)
Kemampuan 
proses   berkaitan   dengan   keseragaman 
proses . sehingga
variabilitas
merupakan
ukuran
keseragrunan
proses.
Analisis  kemampuan 
proses
merupakan
suatU studi
guna
menaksir
kemampuan  proses
dalam
bentuk
distribusi
probabilitas  
yang    mempunyai   
bentuk,    rata-rata    (mean),
dan   penyebaran
(standard
deviation).
Manfaat 
mempelajari   analisis 
kemampuan   proses  antara
lain:
.
Dapat
menciptakan output
yang seragam
Kualitas  dapat
dipertahankan atau bahkan ditingkatkan
Membantu dalam
membuat  perancangan produkmaupun proses
· 
Membantu dalam
pernilihan pemasok
yang memenuhi  persyaratan
Mengurangi
biaya  mutu  total  dengan  memperkecil
biaya  kegagalan 
internal
dan ekstemal
Memperkirakan seberapa
baik proses akan
memenuhi
toleransi
·
Mengurangi variabilitas dalam proses produksi
· 
Membantu
dalam  pembentukan
interval  untuk  pengendalian 
interval  antara
pengambilan
sampel
Merencanakan
urutan  proses  produksi  apabila
ada
pengaruh  interaktif  proses
pada toleransi
Menetapkan persyaratan penampilan  bagi alat baru.
  
93
Cp
,
Terdapat
index  
kapabilitas
yang 
digunakan
secara
luas 
(Kolarik,
1999, 
hal
305),  yaitu:
·I. 
Cp
index, merupakan
kapabilitas proses 
produksi potensial
Cp 
USL-LSL
6cr
Dari
hasil  perhitungan, apabila:
Cp
>
Iberarti proses masih baik
(capable),
Cp
<
I
Bearti proses tidak  baik
(not
capable).
Cp
=.I 
berarti proses sama
dengan spesifikasi
konsumen.
.
2.  Cpk 
index, merupakan kapabilitas proses produksi aktual
.
.   (USL-J.t
J.t
LSLJ
k
=mm
.
·
3cr
3cr.
Apabila produk hanya 
memiliki satu
spesifikasi, maka 
digunakan index
kapabilitas Cpu dan
CpL
USL- J.t
·
-:----'- 7 untuk 
index 
kemampuan atas
3cr
·
J.t
:
LSL  
7
untuk
index kemampuan bawah
· 
3cr
Nilai 
Cpk?: 1 
menunjukkan
bahwa   
proses 
disebut
baik 
(capable),
namun 
bila
Cpk 
<
I
maka 
proses
disebut
kurang 
baik
(not
capable).
Selain 
itu,
untuk 
dapat
melakukan
perhit1Jngan 
Cp 
dan 
Cpk, 
maka 
data 
yang 
diambil
adalah 
data 
yang
berdistribusi 
capability  index).
Dalam  
perhitungan
Cpk, 
akan 
dipilih
nilai   Cpu   
atau 
CpL
yang 
paling  
kecil.
  
94
Apabila
nilai
Cpk
yang
terpilih  berasal dari
nilai
CpL,
maka
hal ini
menunjukkan
bahwa  
proses  
kurang    mampu    dalam  
memenuhi    spesifikasi    bawah  · yang
diinginkan 
pelanggan,
dan  begitu  juga.s
baliknya
apabila  yang  terpilih  adalah
Cpu
maka
menunjukkan
bahwa
proses
kurang
mampu  dalam
memenuhi  batasan
spesifikasi  atas.
2. 
Mengidentifikasi Sumber dan
Akar
J>enyebab Kecacatan
Di dalam  proyek
six
sigma
dibutuhkan  identifikasi 
masalah  secara
tepat,
menemukan   sumber   dan 
akar 
penyebab   dari 
masalah   kualitas 
tersebut   dan
·
mengajukan   solus1
masalah   yang  efektif  dan  efisien.  Masalah 
kualitas 
dapat
didefinisikan 
sebagai  kesenjangan · atau  gap  antara  kine!ja  kualitas  aktual  dan
target
kine!ja  yang
diharapkan.  Oleh karena
target
kine!ja
dari
six sigma
adalah
menuju
tingkat kegagalan
no!atau  tingkat kepuasan  !00%
bagi pelanggan,
maka
masalah
kualitas
yang berkaitan
dengan segala
bentuk
ketidakpuasan  (kebutuhan
pelanggan  yang
tidak
terpenuhi)  harus
segera
diselesaikan. (Gaspersz,  2002,
hal
236).
Suatu  solusi 
masalah 
yang  efektif  adalah  apabila 
berhasil  menemukan
.
sumber-sumber
dan
akar-akar  penyebab  dari
masalah 
itu,
kemudian  mengambil
tindakan
untuk
menghilangkan
akar-akar
penyebab
itu.
Untuk
dapat
menemukan
akar  penyebab   dari  suatu 
masalah, 
maka  perlu 
memahami   dua  prinsip 
yang
berkaitan dengan
hukum
sebab-akibat,
yaitu :
  
95
I.
Suatu  akibat  terjadi  atau  ada
hanya jika
penyebabnya
itu
ada
pada titik
yang
sama dalam
ruang dan
waktu.
2.
Setiap  akibat  mempunyai  paling
sedikit  dua
penyebab
dalam
bentuk,
sebagai
berikut:
a.  Penyebab   yang  dapat  dikendalikan
(controllable
causes),
berarti  penyebab
tersebut 
berada    dalam    lingkup   tanggung  
jawab   
dan   wewenang    yang
bersangkutan
sehingga     dapat    · diambil     tindakan    
(actionable)   
untuk
menghilangkan penyebab
tersebut.
b.
Penyebab  
yang 
tidak   dapat   dikendalikan   (uncontrollable
causes),   berarti
diluar
pengendalian
pihak
yang
bersangkutan. Penyebab 
yang
tidak
dapat
dikendalikan
ini
terbagi terbagi
menjadi  dua
penyebab 
yaitu  penyebab  yang
dapat
diperkirakan
(predictable 
causes)  sehingga
memungkinkan
pihak  yang
bersangkutan
u.ntuk
mengantisipasi   dan 
mencegahnya,
kemudian 
penyebab
yang tidak
dapat
diperkirakan
(unpredictable
causes)
dikarenakan
belum
ada
referensi  atau pengetahuan
tentang kejadian
itu sebelumnya.
Diagram Sebab
Akibat
· 
Diagram  sebab
akibat dikembangkan  oleh Dr. Kaoru
Ishikawa pada tahun
1943,
sehingga  sering
disebut  dengan
Ishikawa  Diagram.
Diagram
sebab
akibat
menggambarkan
garis
dan
simbol-simbol yang
menunjukkan
hubungan
antara
akibat  
dan   penyebab    suatu  
masalah.  
Diagram  
tersebut    digunakan    untuk
mengetahui  
akibat   dari   suatu   masalah  
untuk   selanjutnya 
diambil   tindakan
  
96
perbaikan.    Dari    akibat    tersebut    kemudian  · dicari    beberapa    kemungkinan
penyebabnya.
Penyebab   masalah 
ini  pun  da]iat  berasal 
dari  berbagai 
sumber
utama,
misalnya
yaitu
metode kelja,
bahan
atau
material,
peralatan,
karyawan,
lingkung, dan
sebagainya.
Selanjutnya, dari
sumber-sumber
utama
tersebut
diturunkan 
menjadi
beberapa 
sumber 
yang  Iebih  kecil  dan  mendetail, 
misalnya  dari
metode  kerja
dapat   diturunkan
·
menjadi   pelatihan,   pengetahuan,   kemampuan, 
karakteristik
fisik,dan
sebagainya.
Untuk
mencari
berbagai
penyebab
tersebut  dapat
digunakan
tekriik 
brainstorming
dari 
seluruh 
personil 
yang 
terlibat  dengan  proses·
yang
sedang dianalisis.   .
Adapun
manfaat
diagram sebab
akibat antara lain
:
Dapat   menggunakan  kondisi   yang 
sesungguhllya  
untuk   tujuan   perbaikan
kualitas  produk  atau
jasa,
Iebih efisien  dalam  penggunaan  sumher  daya,
dan
dapat mengurangi biaya.
Dapat     mengurangi   ·   dan   
menghilangkan  
kondisi     yang   
menyebabkan
ketidaksesuaian produk atau jasa dari keluhan pelanggan.
• Dapat  
membuat  
suatu 
standardisasi  
operasi 
yang  
ada 
maupun 
yang
direncanakan.
Dapat
memberikan pendidikan
dan
pelatihan
bagi
karyawan
dalam
kegiatan
pembuatan  keputusan
dan
melakukan
tindakan
perbaikan.
  
97
Adapun
bentuk
dari
diagram
sebab  akibat  adalah mirip
seperti 
tulang ikan
(Gambar
2.4), 
sehingga
dalam 
penggunaannya
sering 
disebut  
dengan  
diagram
tulang
ikan  
(/ishbone   diagram).
Langkah-langkah
pembuatan  diagram
tulang
.
ikan
dapat
dikemukaan sebagai 
berikut  :
1.  Mulai 
dengan pemyataan masalah  utama
yang
penting untuk  diselesaikan.
2. 
Tuliskan
pemyataan
masalah
tersebut 
pada 
"kepala
ikan",
yang 
merupakan
akibat
(effect).
3.
Tuliskan
faktor-faktor
penyebab utama 
(sebab-sebab)
yang 
mempengaruhi
masalah
kualitas pada 
masing-inasing
cabang 
"tulang
ikan".
Faktor-faktor
tersebut
dapat  
meliputi 
manusia,
mesin, 
peralatan,
material,
metode 
kerja,
lingkungan kerja, dll.
.
4. 
Tuliskan  
penyebab-penyebab   sekunder 
yang   
mempengaruhi  
penyebab­
penyebab 
utama 
·pada  
cabang
dari. 
cabang  
"tulang
ikan"
faktor  
penyebab
utama.
5.  Tuliskan
penyebab-penyebab
tersier 
yang 
mempengarubi
penyebab-penyebab
· 
sekunder pada  cabang dari
cabang
"tulang ikan" faktor
penyebab sekunder.
·
6. 
Tentukan
item-item
yang
penting  dari
setiap 
faktor  dan
tandailah
faktor-faktor
penting 
tertentu  
yang   
kelihatannya   memiliki  
pengaruh  
nyata   
terhadap
hrakteristik
kualitas.
7. Catat 
informasi yang
perlu
di
dalam
diagram
sebab-akibat
tersebut.
  
98
Sumber: Kolarik,
1999
AKIBAT
Gambar
2.4 Bentuk
Diagram
Sebab
Akibat
Sumber-sumber 
·
dari 
penyebab 
terbagi 
menjadi 
beberapa 
faktor,
diantaranya yaitu
(Gaspersz, 2002, hal.241)
:
1. 
Man 
(Tenaga  
Keija) :
Berkaitan 
dengan 
kekuranngan  dalam 
pengetahuan
(tidak 
terlatih, 
tidak  berpengalaman),
kekurangan  dalam  keterampilan 
dasar
yang 
berkaitan 
dengan 
mental  dai.l fisik,  kelelahan,  stress, ketidakpedulian,
dll.
2.   Machines
(Mesin-Mesin
dan  Peralatan)  :
Berkaitan  dengan  tidak  ada
sistem
perawatan
preventif 
terhadap 
mesin-mesin
produksi, 
termasuk 
fasilitas  dan
  
99
peralatan  lain,  tidak  sesuai  dengan  spesifikasi 
tugas,
tidak
dikalibrasi,  terlalu
complicated, terlalu panas,
dll.
3.   Methods (Metode  Keija) 
:
Berkaitan  dengail."tidak ada
prosedur  dan
metode
kerja 
yang 
benar,  tidak 
jelas,  tidak 
diketahui, 
tidak 
terstandardisasi,
tidak
cocok, dll.
4.   Materials
(Bahan 
Baku  dan  Bahan  Penolong)  :
Berkaitan 
dengan  ketiadaan
spesifikasi
kualitas 
dari
bahan 
baku dan
bahan
penolong 
yang
diguriakan,
ketidaksesuaian
dengan 
spesifJkasi
kualitas  bahan  baku
dan  bahan
penolong
yang
ditetapkaiJ., ketiadaan  penanganan
yang
efektif terhadap  bahan
baku
dan
bahan
penolong
itu, dll.
5.   Environments
(Lingkungan) : Berkaitan  dengan
tempat  dan
waktu 
kerja
yang
tidak  
merriperhatikan
aspek-aspek 
kebersihan,   kesehatan   dan 
keselarnatan
kerja, 
dan 
lingkungan
kerja 
yang  kondusif, 
kekurangan 
dalam 
larnpu
penerangan, ventilasi
yang
buruk, kebisingan  yang berlebihan, dll.
FailureMode and
Effect Analysis (FMEA)
FMEA
merupakan suatu  prosedur  terstruktur  untuk
mengidentifikasi  dan
mencegah  
sebanyak 
mungkin   mode 
kegagalan   (failure  modes). Suatu 
mode
kegagalan
adalah  apa saja
yang
termasuk  dalarn kecacatan  atau kegagalan  dalarn
desain,  kondisi
diluar  batas  spesifikasi  
yang
telah  ditetapkan, 
atau  perubahan­
perubahari. dalarn ·produk   yang  menyebabkan 
terganggunya
fungsi  dari
produk
itu..Dengan  menghilangkan
mode  kegagalan, 
maka  FMEA  akan  meningkatkan
  
100
keandalan   dari 
produk 
dan 
pelayanan 
sehingga    meningkatkan   kepuasan
pelanggan 
yang
menggunakan
produk  dan
pelayanan 
tersebut.  (Gaspersz,  2002,
·hal.246).
Langkah-langkah dalam
proses FMEA, yaitu sebagai  berikut
:
1.
Mimgidentifikasi masalah-masalah potensial
yang dapat
muncul.
2.
Mengidentifikasi  akibat 
serta 
menganalisa penyebab  dari 
masalah-masalah
:
potensial
yarig muncul
tersebut.
3.
Menilai  masalah  kerumitan  (severity) dengan
menggunakan penilaian
skala
1-
10, dimana
masalah  yang
lebih
rumit
mendapat
nilai.Jebih tinggi.
.
.
4. Menilai   probabilitas  kejadian
(occurance), 
peni!aian 
dilakukan    dengan
memberibn skor pada
masing-masing masalah
potensial  yang ada.
5.
Memberikan
rating 
detection 
(deteksi 
dalam 
menghilangkan
mode
kegagalan).
6.
Menghitung Risk
Priority
Number
atau RPN, dengan
rumus sebagai berikut :
RPN
=
severity
x
occurance  x detection.
7.
Selanjutnya adalah  menentukan  rencanasolusi-solusi
tindakan  perbaikan  dari
masalah
potensial  yang terjadi.
Severity
(S)
atau
pengaruh  buruk
merupakan
suatu
estimasi
atau
perkiraan
subyektif 
tentang 
bagaimana 
buruknya  pengguna 
akhir  akan .merasakan  akibat
dari kegagalan  itu. Digunakan skala
1
sampai  I 0, sebagai
berikut
:
  
101
Tabe1
2.4
Severity
Rating
Ranking 
Kriteria
Negligible Severity (pengaruh buruk yang
dapat 
diabaikan)
1
Tidak perlu 
memikirkan bahwa  akibat 
ini
akan 
berdampak pada
kineija
oroduk.
Mild  Severity (pengaruh buruk
yang
ringan I sedikit)
2,3 
Akibat yang
ditimbu1kan
hanya  bersifat
ringan, pengguna l;lkhir tidak
akan
merasakan·perubahan kinerja.
Moderate Severity (pengaruh
buruk 
yang  moderat)
4,5,6   
.
Pengguna akhir  akan
merasakan penurunan kinelja atau
penampilan, namun
masih 
berada 
dalam  batas
to1eransi.
High
Severity (pengaruh buruk yang
tinggi)
7,8 
Pengguna akhir  akan
merasakan akibat 
buruk 
yang  tidak  dapat 
diterima,
berada 
·
di1uar
batas
toleransi.
Potential
Safety Problems (masalah
keselamatanlkeamanan potensial)
9,1 
Akibat yang
ditimbulkan
sangat berbahaya
yang  dapat 
terjadi  tanpa
pemberitiiliuan atau
peringatan terlebih dahulu.
Bertentangan dengan
hukum.
Sumber: Gaspersz, 2002
Occurance (0) atau 
probabilitas 
kejadian 
merupakan 
suatu  
perkiraan
subyektif
tentang
probabilitas
atau  
peluang
bahwa  
penyebab
itu 
akan 
terjadi,
akan  
memberikan 
mode  
kegagalan 
yang  
memberikan 
akibat  
tertentu. 
Sarna
seperti severity, digunakan skala
1
sampai 
dengan 10,
yaitu  sebagai 
berikut 
:
  
.
102
Tabel2.5
Occurance
Rating
Ranking
Kriteria Verbal
Tingkat
Kegagalan/
Kecacatan
1
Adalah tidak
mungkin
bahwa
penyebab
ini
yang
mengakibatkan
mode
kegagalan
1
dalam 
1.000.000
2
3
Kegagalan akan
jarang teJjadi
1
dalam 
20.000
1
dalam 
4.000
4
5
6
Kegagalan .agak mungkin
teJjadi
1
dalam 
1.000
1
dalam 
400
1
dalam 
80
7
8
Kegagalan
adalah sangat 
mungkin
terjadi
1
dalam 
40
1
dalam 
20
9
10
Hampir dapat 
dipastikan
bahwa
kegagalan akan
terjadi
1
dalam 
80
1
dalam 
2
Sumber. Gaspersz, 2002
Detection 
(0)
atau  
efektivitas 
merupakan 
suatu 
perkiraan 
subyektif
tentang   
bagaiman:a    
efektivitas ·   dari · 
metode
.  
pencegahan   
atau    
deteksi
menghilangkan
mode 
kegagalan. Digunakan skala 1
sampai
10,
sebagai berikut  :
Tabel2.6.
Detection Rating
·.
Ranking
Kriteria Verbal
Tingkat
Kegagalan/
Kecacatan
1
Metode pencegahan atau
deteksi sangat 
efektif.
Tidak  ada
kesempatan bahwa  penyebab mungkin
masih muncul atau
teJjadi.
1
dalam 
1.000.000
2
3
Kemungkinan
bahwa 
penyebab itu
teJjadi
adalah
rendah.
..
1
dalam  20.000
1
dalam 
4.000
Sumber: Gaspersz, 2002
  
103
Ranking
'
Kriteria Verbal
Tingkat
Kegagalan/
Kecacatan
4
5
6
keni.ungkinan penyebab  terjadi
bersifat
moderat.
Metode pencegahan atau deteksi
masih
.
memungkinkan
kadang-kadang penyebab
ituteriadi.
1
dalam
1.000
1
dalam400
1
dalam
80
7
8
Kemungkinan bahwa penyebab
itu terjadi
masih
tinggi.
Metode
pencegahan  atau deteksi
kurang
efektif,
karena
penyebab  masih
berulang
kembali.
1
dalam
40
1
dalam
20
9
10
Kemungkinan bahwa penyebab
itu terjadi
sangat
tinggi. 
.
Metode
pencegahan  atau deteksi
tidak efektif.
Penyebab akan
selalu terjadi
kembali.
1
dalam
80
1
dalam
2
Tabe1 2.6. Detection
Rating (Lanjutan)
Sumber: Gaspersz,
2002
Angka
Prioritas  Resiko  (RPN 
=
Risk Priority  Number)  merupakan
hasil
perkalian   antara 
severity 
ranking,   occurance 
ranking   dan
detection 
ranking.
Masing-masing  
dari. 
mode   kegagalan    memiliki    satu  
nilai  
RPN.  
Melalui
menyusun
RPN
dari
yang terbesar
sampai
yang
terkecil,
maka
akan
mampu
menentukan
mode.kegagalan
mana
yang
paling kritis sehingga  perlu
didahulukan
tindakan 
korektifuya
pada 
mode 
kegagalan 
tersebut. 
Berikutnya  adalah
memberikan
rekomendasi-rekomendasi
untuk
menurunkan
kemungkinan
bahwa
mode   kegagalan 
itu 
akan 
terjadi,   atau 
untuk   meningkatkan 
efektivitas   dari
metode-metode
pencegahan
atau deteksi.
  
104
2.3.4.4 Tahap
Improve
Setelah  
sumber-sumber  dan 
akar 
penyebab  
dari 
masalah  
kualitas
teridentifikasi,
tuaka
perlu
dilakukan  penetapan  rencana
tindakan  (action plan)
untuk
melaksanakan 
penlngkatan 
kualitas   six
sigma. 
Pengembangan  rencana   tindakan
.  ·ffierupakan
salah  satu
aktivitas
yang penting  dalam
program
peningkatan 
kualitas
six
sigma,
yang
berarti
bahwa
dalam
tahap
ini
tim peningkatan
kualitas
six
sigma
harus
memutuskan
apa
yang
harus
dicapai
(berkaitan  dengan
target
yang
ditetapkan),
alasan
kegunaan  (mengapa)
rencana  tindakan  itu
hai:us dilakukan,  dimana  rencana
tindakan
ihi
akan
diterapkan
atau
dilakukan;
bilamana
rencana
tindakan  itu,
bagaimana
melaksanakan 
rencana 
tindakan   itu,  dan  berapa 
besar  biaya  untuk 
melaksanakan
rencana  tindakan 
itu  seiia  manfaat  positif  yang
diterima  dari  implementasi
rencana
tindak:an itu.
AnaJisis
menggunakan
metode 
5W-2H 
dapat
digunakan 
pada
tahap
pengetubangan rencana
tindakan
ini.
.
5W-2H  adalah  what (apa), why
(mengapa);
where
(dimana),
when
(bilamana),
who 
(siapa),   how
(bagaimana),
dan  how much (berapa). 
Pengembangan
rencana
.
tindakan
perbaikan
I
peningkatan kualitas
six sigma dapat
menggunakan
metode
5W-
2H.
Petunjuk   penggunaan
metode 
5W-2H untuk  pengembangan
rencana  tindakan
dapat
dilihat
pada Tabel
2.7. (Gaspersz,
2002, ha1.283)
  
·
105
·
Tabel.2.7  Penggunaan Metode 5W-2H
Jenis
5W-2H
Dekripsi
Tindakan
Tujuan
Utama
What
(Apa)?
Apa yang menjadi target utama
dari perbaikan/peningkatan kualitas?
Merurnuskantarget
sesuai dengan
kebutuhan
pelanggan
Alasan
Kegunaan
Why
(Mengapa)?
Mengapa rencana tindakan itu diperlukan?
Penjelasan tentankegunaan dari rencana
tindakan yang dilakukan.
Lokasi
Where
(Dimana)?
Dimana rencana tindakan itu akan
dilaksanakan?
Apakah aktivitas itu harus dikerjakan disana?
Mengubah sekuens
(urutan) aktivitas
atau mengkombinasikan
aktivitas-aktivitas
yang dapat
dilaksanakan bersama
$ekuens
(Urutan)
When
(Bilarnana)?
Bilarnana aktivitas rencana tindakan itu akan
terbaik untuk dilaksanakan?
Apakah aktivitas itu dapat dikerjakan
kerimdian? · ·
Orang
Who
(Siapa)?
Siapa yang akan mengerjakan aktivitas
rencana tindakan itu?
Apakah ada orang lain yang dapat
mengerjakan aktivitas rencana tind!\kan itu?
Mengapa harus orang itu yang ditunjuk
untuk mengerjakan aktivitas itu?
Metode
How
(Bagaimana)
Bagaimana mengerjakan aktivitas rencana
tindakan itu?
Apakah metode yang digunakan sekarang,
merupakan metode terbaik?
Apakah ada cara lain yang lebih mudah?
Menyederhanakan
aktivitas-aktivitas
rencana tindakan
yang ada
.   Biaya!
Manfaat
How Much
(Berapa)?
Berapa biayayang dikeluarkan untuk
melaksanakan aktivitas rencana tindakan itu?
Apakah akan memberikan darnpak positif
pada pendapatan dan biaya (meningkatkan
efektivitas dan efisiensi), setelah
melaksanakan rencana tindakan itu?
Memilih rencana tindakan
yang paling efektif dan
efisien
Sumber: Gaspersz, 2002
  
106
2.3.4.5 Tahap
Control
Tahap  
control 
merupakan 
tahap 
operasional  terakhir 
dalarn 
proyek
pehingkatan
kualitas
six sigma.
Pada
tahap
ini
basil-basil
peningkatan
kualitas
didokumentasikan dan
disebarluaskan,
praktek-praktek
terbaik
yang
sukses
dalarn
meningkatkan
proses 
distandardisasikan
dan
disebarluaskan, prosedur-prosedur
didokumentasikan
dan
dijadikan  pedoman  keija
standar.
Selanjutnya,
proyek-proyek
·  six.
sigma 
pada 
area 
lain  dalarn  proses 
atau  organisasi   bisnis  diterapkan 
sebagai
·  
proyek-proyek
baru
yang
barus
mengikuti  siklus
DMAIC
(Define, Measure, Analyze,
Improve and Control).
Melalui
cara
ini,
maka
akan
teijadi
peningkatan
integrasi,
iilstitusionalisasi,
pembelajaran,
dan
sharing 
atau
transfer 
pengetahuan-pengetahuan
baru dalarn organisasi six sigma.
Standardisasi dimaksudkan tintuk
mencegah  masalah  yang sarna atau praktek-
praktek
lama terulang
kembali.  Terdapat
dua
alasan
melakukan
standardisasi,
yaitu :
• 
Apabila 
tindakan  .    peningkatan
kualitas 
atau 
solusi 
masalah 
itu 
tidak
..-..•
terstandardisasikan,
terdapat 
kemungkinan
bahwa  setelah  periode  waktu  tertentu,
.
.
manajemen  
dan   karyawan 
akan   kembali  
menggunakan 
cara-cara   keija   lama
sebingga
memunculkan kembali
masalah
yang sudah pernah diselesaikan  itu.
Apabila     tindakan     peningkatan     kualitas     atau   
solusi   
masalah     itu    tidak
distandardisasikarn
dan
didokumentasikan, maka
terdapat
kemungkinan
setelah
periode
waktu
tertentu
apabila
terjadi
pergantian 
manajemen
dan karyawan,
orang-
orang   baru   akan   menggunakan 
cara-cara  
kerja   yang   memunculkan  
kembali
  
107
masalah yang 
sudah
pemah
diselesaikan oleh
manajemen dan  karyawan terdahulu
itu...