| 50  menyebutkan    satu-satu   contoh   dari   informasi   konteks   dan   kategorisasi.   Yang  kedua   adalah  definisi   umum   dari   konteks  dan   menggunakan   pendekatan   yang  lebih   operational.    Tetapi,   yang   pertama   tidak   bisa   mengeksploitasi    informasi  konteks   di  luar  dari  range   yang  telah  didefinisikan   dan  yang  terakhir   tidak  bisa  diaplikasikan   untuk  mengimplementasi  aplikasi  yang  sadar  konteks  karena  ambiguitas  definisi.  Untuk   memecahkan   masalah   ini,  Jang  dan   Woo   mendefinisikan   ulang  konsep   konteks   pada   context   aware-computing  sebagai   informasi   berorientasi  user   di  antara   variasi   situasi   dalam   lingkungan   service,   yang   diinterpretasikan  dalam  term  5W1H,   oleh  aplikasi.  Konteks   yang  didefinisikan   ulang  ini  berfokus  lebih   pada    situasi   berorientasi    user   daripada    pengaruhnya    pada   fisik    atau  computing  environment. Alasannya  adalah  situasi  yang  berorientasi  user  bisa  menyediakan   petunjuk   fundamental   untk  ekspresi   implisit   user  dalam  menggunakan    service.   Hal   ini   didasarkan    berdasarkan    fakta   bahwa   sebuah  sasaran  dari  ubiquitous   computing  adalah  untuk  menyediakan   layanan  bagi  user  di   mana  saja  kapan   saja.    Sebagai   tambahan,   Jang  dan  Woo   mengkonkritkan  target  dari  kesadaran   konteks  dengan  mengklasifikasikan  situasi  berorientasi  user  ke   dalam   5W1H.   Hal   ini   menyediakan   sebuah   cara   untuk   merepresentasikan  situasi  user  dengan  mengatumya  ke  dalam  6  kategori  dan  untuk  mengaplikasikan  informasi  ini  untuk  implementasi  aplikasi  berorientasi  konteks  secara  praktikal.  2.2.9   Case  Based  Reasoning (CDR)  Menurut   Nurul  Huda   di  [http5],   Metode  case  based  reasoning   adalah  |