6
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 
Kemacetan
2.1.1
Pengertian Kemacetan
Kemacetan adalah keadaan di mana kendaraan mengalami berbagai jenis
kendala yang mengakibatkan turunnya kecepatan kendaraan di bawah keadaan
normal. Kemacetan akan sangat merugikan bagi para
pengguna jalan, karena
akan menghambat waktu perjalanan mereka. Menurut Administration
(2005),
terdapat 7 penyebab kemacetan, yaitu physical bottlenecks, kecelakaan lalu lintas
(traffic incident), area pekerjaan (work zone),
cuaca buruk (bad weather), alat
pengatur lalu lintas
yang kurang memadai (poor signal timing),
acara khusus
(special event), dan fluktuasi pada arus normal (fluctuations in normal traffic)
.
Kata macet telah sering didengar di
kota-kota besar yang transportasi
massalnya
masih kurang diminati. Salah satu penyebab kemacetan disebabkan
oleh banyaknya masyarakat yang lebih memilih untuk menggunakan kendaraan
pribadi dibanding kendaraan umum. Kemacetan akan terus meningkat apabila
jumlah kendaraan pribadi semakin bertambah setiap harinya. Hal tersebut dapat
dilihat pada ibukota Jakarta, karena kendaraan di Jakarta semakin meningkat
setiap tahunnya. Berdasarkan data dari direktorat lalu lintas Polda Metro Jaya,
jumlah kendaraan bermotor pada tahun 2010 berjumlah sekitar 11.362.396
unit
yang terdiri dari kendaraan roda dua sebanyak 8.244.346 unit dan kendaraan roda
empat sebanyak 3.118.050 unit. Jumlah ini meningkat sebanyak 15% dari tahun
sebelumnya yang berjumlah 9.993.867
unit. Sehingga, transportasi umum yang
dapat diandalkan sangatlah dibutuhkan untuk mengurangi tingkat kemacetan di
Jakarta (Suhendi, 2011).
Sebagian orang lebih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi
dibanding kendaraan umum, karena kendaraan umum terkadang tidak dapat
diandalkan dan sulit  untuk mendapatkan transportasi tersebut. Salah satu yang
dapat mengurangi tingkat kemacetan adalah dengan cara menyediakan Bus Rapid
Transit (BRT). Di Jakarta sebenarnya telah disediakan kendaraan umum yang
  
7
bersifat BRT yaitu TransJakarta. TransJakarta harusnya dapat menjadi andalan
bagi
masyarakat yang ingin berpergian. Namun, TransJakarta tidak dapat
beroperasi secara optimal, karena jalan khusus TransJakarta (busway) masih
sering digunakan oleh kendaraan pribadi.
2.1.2 
Penyebab Kemacetan
Menurut penelitian
Administration
(2005), terdapat 7 penyebab
kemacetan, yaitu:
1. Physical Bottlenecks: Kemacetan yang disebabkan oleh jumlah kendaraan
yang melebihi batas atau berada pada tingkat tertinggi. Kapasitas tersebut
ditentukan dari faktor jalan, persimpangan jalan, dan tata letak jalan.
2. Kecelakaan Lalu Lintas
(traffic incident): Kemacetan yang disebabkan oleh
adanya kejadian atau kecelakaan dalam jalur perjalanan.
Kecelakaan
akan
menyebabkan
macet, karena
kendaraan yang terlibat kecelakaan tersebut
memakan ruas jalan. Hal tersebut mungkin akan berlangsung lama, karena
kendaraan yang terlibat kecelakaan tersebut perlu waktu untuk disingkirkan
dari jalur lalu lintas.
3. Area Pekerjaan (work zone): Kemacetan yang disebabkan oleh adanya
aktivitas kontruksi pada jalan. Aktivitas tersebut akan mengakibatkan
perubahaan keadaan lingkungan jalan. Perubahan tersebut seperti penurunan
pada jumlah atau lebar jalan, pengalihan jalur, dan penutupan jalan.
4. Cuaca
yang Buruk (bad weather): Keadaan cuaca
dapat meyebabkan
perubahan perilaku pengemudi, sehingga dapat mempengaruhi arus lalu lintas.
Contohnya: hujan deras, akan mengurangi jarak penglihatan pengemudi,
sehingga banyak pengemudi menurunkan kecepatan mereka.
5. Alat Pengatur Lalu Lintas (poor signal timing): Kemacetan yang disebabkan
oleh pengaturan lalu lintas
yang bersifat kaku dan tidak mengikuti tinggi
rendahnya arus lalu lintas. Selain lampu merah, jalur kereta api juga
mempengaruhi tingkat kepadatan jalan, sehingga jalur kereta api yang
memotong jalan harus seoptimal mungkin.
  
8
6. Acara Khusus
(special event): Merupakan
kasus khusus dimana terjadi
peningkatan arus yang disebabkan oleh adanya acara-acara tertentu. Misalnya,
akan terdapat banyak parkir liar
yang memakan ruas jalan pada suatu acara
tertentu.
7. Fluktuasi pada Arus Normal (fluctuations in normal traffic): Kemacetan yang
disebabkan oleh naiknya arus  kendaraan pada jalan dan waktu tertentu.
Contohnya, kepadatan jalan akan meningkat pada jam masuk kantor dan
pulang kantor.
Berdasarkan penyebab kemacetan yang dijelaskan oleh Federal Highway
Administration (2005), setiap penyebab kemacetan memiliki tingkat keseringan
yang berbeda-beda.
Tiga penyebab kemacetan terbesar, yaitu physical
bottlenecks
dengan persentase 40%, kecelakaan lalu lintas dengan
persentase
25%, dan keadaan cuaca yang buruk dengan persentase 15%.
Secara
keseluruhan, perkiraan banyaknya masing-masing sumber kemacetan dapat
dilihat pada Gambar 2.1.
Sumber: Federal Highway Administration (2005)
Gambar 2.1 Penyebab dan Persentase Kemacetan
  
9
2.1.3 
Dampak Negatif Kemacetan
Kemacetan lalu lintas memberikan dampak negatif seperti:
1.
Pemborosan waktu, karena kendaraan tidak dapat melaju dengan kecepatan
normal. Contohnya, waktu perjalanan
yang
seharusnya 1 jam untuk tiba di
tujuan dengan kecepatan normal, menjadi 2 jam karena  macet. Hal tersebut
menyebabkan banyaknya waktu pengendara yang terbuang sia-sia di jalan.
2.
Pemborosan energi, karena ketika macet kendaraan akan terus menggunakan
bahan bakar.
Hal tersebut berdampak pada pengeluaran pengendara,
pengendara harus menyediakan uang ekstra untuk bahan bakar.
3.
Meningkatnya polusi udara, karena pada kecepatan rendah konsumsi energi
lebih tinggi dan mesin tidak beroperasi pada kondisi optimal.
4.
Meningkatnya stress bagi pengguna jalan.
Akibatnya, pengendaraan
cenderung dalam kondisi emosional saat mengendarai kendaraan, sehingga
dapat menimbulkan kecelakaan.
5.
Mengganggu kelancaran kendaraan darurat seperti ambulan, pemadam
kebakaran, dan sejenisnya.
Akibatnya, keselamatan jiwa masyarakat yang
membutuhkan pertolongan darurat menjadi terhambat.
2.1.4 
Penanganan Kemacetan
Terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi
masalah kemacetan, yaitu:
1.
Peningkatan kapasitas, salah satu langkah untuk menangani
kemacetan
adalah dengan meningkatkan kapasitas jalan seperti:
a)
Memperbesar jalan.
b)
Merubah sirkulasi lalu lintas menjadi satu arah.
c)
Meningkatkan kapasitas persimpangan dan flyover.
2.
Pengalihan
terhadap transportasi umum, yaitu dapat dilakukan dengan cara
mengoptimalkan angkutan umum yang efisien dalam penggunaan ruang
jalan, seperti:
  
10
a)
Pengembangan jaringan pelayanan angkutan umum.
b)
Pengembangan jalur khusus bus atau yang dikenal sebagai busway
di
Jakarta.
c)
Pengembangan kereta api kota, seperti yang dikenal sebagai Metro di
Prancis, Subway di Amerika, dan MRT di Singapura.
3.
Pembatasan kendaraan pribadi, langkah ini biasanya tidak populer, tetapi bila
kemacetan semakin parah maka harus dilakukan manajemen lalu lintas yang
lebih ekstrim seperti:
a)
Pembatasan pemilikan kendaraan pribadi melalui peningkatan biaya
pemilikan kendaraan, pajak bahan bakar, pajak kendaraan bermotor, dan
sebagainya.
b)
Pembatasan lalu lintas tertentu dalam memasuki kawasan atau jalan
tertentu, seperti yang diterapkan di Jakarta yang dikenal sebagai kawasan
3 in 1, atau contoh lainnya adalah pembatasan sepeda motor untuk masuk
jalan tol, pembatasan mobil pribadi masuk jalur busway.
2.2 
Waktu Perjalanan (Travel Time)
Waktu perjalanan adalah jumlah waktu yang diperlukan dari asal sampai
pada tujuan. Waktu perjalanan dapat berbeda dari setiap
pengukuran, hal ini
dipengaruhi oleh keadaan jalan, seperti lamanya waktu terkena lampu merah,
terkena macet, berhenti karena ada kereta api yang melintas, dan sebagainya.
Waktu perjalanan akan dikatakan konsisten apabila waktu perjalanan yang
diperoleh setiap harinya sama atau tidak berbeda jauh dari sebelumnya.
Bagi para pengguna jalan, waktu perjalanan sangatlah penting dalam
berpergian, karena dengan adanya waktu perjalanan yang konsisten akan
membantu para pengguna jalan untuk merencanakan waktu perjalanannya.  
Waktu perjalanan  dapat diperoleh dengan rumus:
  
11
2.3 
Reliabilitas Waktu Perjalanan (Travel Time Reliability)
2.3.1 
Pengertian Reliabilitas Waktu Perjalanan 
Reliabilitas waktu perjalanan adalah tingkat konsistensi atau banyaknya
variasi waktu perjalanan dari beberapa kali pengukuran. Semakin kecil variasi
yang ada, maka semakin konsisten waktu perjalanan 
atau semakin baik
reliabilitas waktu perjalanannya.
Sedangkan semakin besar variasi waktu
perjalanan maka konsistensi waktu perjalanan semakin sulit diprediksi.
Reliabilitas waktu
perjalanan digunakan untuk menunjukkan seberapa
konsisten waktu perjalanan yang dilalui, sehingga reliabilitas waktu perjalanan
sangat berguna bagi pengguna jalan dalam merencanakan perjalanannya.
2.3.2 
Pentingnya Reliabilitas Waktu Perjalanan (Travel Time Reliability)
Tingkat kemacetan tidak sama setiap harinya, hal ini disebabkan karena
penyebab kemacetan pada lalu lintas selalu berubah-ubah sesuai dengan keadaan
pada saat itu. Karena ketepatan waktu sangat penting, maka masyarakat harus
merencanakan masalah
ini dengan berangkat lebih awal
untuk menghindari
keterlambatan. Pada jaman modern ini
reliabilitas waktu perjalanan sangatlah
berguna, reliabilitas waktu perjalanan dapat menunjukkan tingkat konsistensi
pada setiap segmen jalan, sehingga akan sangat berguna bagi
para pengguna
jalan untuk memperkirakan waktu mereka untuk sampai pada tujuan. Contohnya,
apabila seorang pebisnis terlambat datang ke pertemuan, maka akibat yang
ditimbulkan adalah kegagalan dalam berbisnis. Untuk mencegah pebisnis
tersebut
terlambat, maka ia harus mengetahui waktu tempuh dan konsistensi
waktu perjalanan pada segmen-segmen yang akan dilalui. Oleh karena itu,
reliabilitas waktu perjalanan sangatlah penting dan berguna di jaman modern
untuk memperkirakan waktu perjalanan dengan tepat saat berpergian
(Administration, Final Report, 2005).
  
12
2.3.3 
Variabilitas Waktu Perjalanan (Travel Time Variability)
Variabilitas waktu perjalanan menunjukkan
ketidakpastian untuk para
pengguna jalan, sehingga  mereka tidak tahu persis kapan mereka akan tiba di
tujuan, hal ini disebabkan oleh keadaan jalan yang berbeda setiap harinya.
Semakin tinggi variabilitas waktu perjalanan akan membuat para pengguna jalan
lebih sulit untuk memperkirakan waktu yang diperlukan untuk tiba di tujuan. 
2.3.4 
Perbedaan antara Reliabilitas Waktu Perjalanan (Travel Time Reliability)
dan Variabilitas Waktu Perjalanan (Travel Time Variability)
Menurut Administration (2004), reliabilitas waktu perjalanan dan
variabilitas
waktu perjalanan
hampir sama pengertiannya, tetapi dari kedua
istilah tersebut berbeda pada fokus mereka masing-masing, yaitu dari cara
mereka diukur dan bagaimana mereka dikomunikasikan.
Reliabilitas (reliability)
umumnya digunakan untuk menerangkan tingkat
konsistensi dari suatu mode transportasi, perjalanan, rute atau koridor dalam
jangka waktu tertentu.
Variabilitas (variability)
menunjukkan suatu tingkat operasi yang tidak
konsisten dan biasanya terjadi pada keadaan transportasi.
2.3.5 
Indeks Waktu Bufer (Buffer Time Index)
Indeks
waktu bufer adalah waktu ekstra yang harus ditambahkan oleh
para pengguna jalan untuk tepat waktu sampai pada tujuan. Waktu ekstra
ditentukan berdasarkan persentase
yang sesuai dengan kenyataannya. Indeks
waktu bufer digunakan untuk memperkirakan kemungkinan terburuk yang akan
terjadi pada hari-hari tertentu. 
Apabila indeks waktu perjalanan dengan tingkat kepercayaan 95%, dari
data-data yang diperoleh akan terdapat 5% data yang diluar dari hasil
pengukuran. Contohnya, apabila terdapat 100 orang yang akan melakukan
perjalanan dengan tingkat kepercayaan 95%, maka akan didapatkan 5% waktu
perjalanan yang tidak memenuhi syarat, yang artinya dari 100 orang melakukan
  
13
perjalanan selama 30 hari maka akan terdapat 5% atau 5 dari 100 orang akan
terlambat.
Untuk memperkecil kemungkinan para pengguna jalan
terlambat, maka
perlu ditambahkan waktu ekstra dalam melakukan perjalanan yang biasa disebut
dengan indeks waktu bufer.
Contoh perhitungan dari indeks
waktu bufer
(buffer time index)
dapat
dilihat pada perhitungan berikut:
Misalnya, sebuah indeks
waktu bufer
(buffer index)
adalah 40%, waktu
perjalanan biasanya adalah 20 menit, maka:
Rata-rata waktu perjalanan
=
20 menit 
Indeks waktu perjalanan
=
40%
Jadi, para pengguna jalan harus mempertimbangkan penambahan waktu
sebesar 8 menit untuk tiba sampai pada tujuan tepat pada waktunya. Tambahan 8
menit disebut sebagai waktu bufer. Sehingga, para pengguna jalan sebaiknya
mengantisipasi perjalanan tersebut menjadi 28 menit agar tepat waktu di tujuan
(Administration, Final Report, 2005).
2.3.6  
Penyebab Waktu Perjalanan Tidak Dapat Diandalkan
Semakin tinggi tingkat
variabilitas waktu perjalanan akan menurunkan
tingkat konsistensi dari waktu perjalanan tersebut. Begitu juga sebaliknya, jika
variabilitas waktu perjalanannya rendah, maka konsistensi waktu perjalanan yang
diperoleh akan meningkat. Hal ini sangat jelas, karena apabila kondisi jalan
setiap harinya stabil atau tidak berbeda jauh, akan menghasilkan waktu
perjalanan yang sangat stabil.
Waktu perjalanan tidak dapat dipercaya apabila selalu berbeda setiap
harinya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor kemacetan yang sering terjadi
pada segmen jalan tersebut. Kemacetan, kecelakaan lalu lintas, acara tertentu,
cuaca buruk, banyaknya lampu merah, dan area pekerjaan akan berkontribusi
terhadap kemacetan dalam menghasilkan variabilitas waktu perjalanan yang
sangat bervariasi (Administration, 2004).
  
14
2.3.7 
Pengukuran Reliabilitas Watu Perjalanan (Travel Time Reliability)
Pengukuran pertama adalah persentase variasi yang menjelaskan
hubungan antara jumlah variasi dan waktu perjalanan rata-rata dalam persentase.
Kedua, waktu bufer (buffer
time)
yang menambahkan ekstra waktu
perjalanan (travel time) dari 95 persen perjalanan agar tiba tepat waktu.
  
15
2.4 
Boxplot
2.4.1
Pengertian Boxplot
Menurut
Junaidi (2010), boxplot merupakan suatu cara dalam statistik
diskriptif yang digunakan untuk menampilkan gambar secara grafik dari data-
data numerik melalui lima ukuran, yaitu sebagai berikut:
1.
Nilai observasi terkecil atau nilai minumum.
2.
Kuartil terendah atau kuartil pertama (Q1), yang memotong 25% dari data
terendah.
3.
Median (Q2) atau nilai tengah.
4.
Kuartil tertinggi atau kuartil ketiga (Q3), yang memotong 25% dari data
tertinggi.
5.
Nilai observasi terbesar atau nilai maksimum.
Boxplot
juga dapat digunakan untuk menunjukkan perbedaan antar
populasi tanpa menggunakan asumsi distribusi statistik yang mendasarinya.
Karena itu, boxplot tergolong dalam statistik non-parametrik. Jarak antara
bagian-bagian dari box
menunjukkan derajat penyebaran
dan
kecondongan
dalam data. Dalam penggambarannya, boxplot
dapat digambarkan secara
horizontal maupun vertikal. Untuk informasi lebih lanjut dapat dilihat pada
Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Penjelasan Boxplot
  
16
Selain itu, boxplot juga dapat menunjukkan ada atau tidaknya nilai outlier
dan ekstrim. Nilai yang berada di atas batas atas atau berada di bawah batas
bawah dinamakan dengan nilai outlier atau ekstrim.
Nilai outlier adalah nilai data yang letaknya lebih dari 1.5 kali panjang
kotak Interquartile Range (IQR) yang diukur dari kuartil 3 atau kuartil 1. 
Rumus yang digunakan untuk menghitung outlier di atas adalah:
Rumus yang digunakan untuk menghitung outlier di bawah adalah:
Nilai ekstrim adalah nilai-nilai yang letaknya lebih dari 3 kali panjang
kotak Interquartile Range (IQR) yang diukur dari kuartil 3 atau kuartil 1. 
Ekstrim bagian atas apabila nilai berada di atas
Ekstrim bagian bawah apabila nilai lebih rendah dari
2.4.2 
Kelebihan dari Boxplot
Menurut Benjamini (1988), kelebihan dari penggunaan boxplot yaitu:
1.
Ringkasan dari data ditampilkan dalam bentuk 1 grafik yang mengandung
informasi mengenai location, spread, skewness, dan longtailedness
yang
dapat terlihat dengan cepat. Location ditunjukkan dengan garis potong pada
median (tengah kotak boxplot), spread ditunjukkan dengan panjang kotak
boxplot, skewness ditunjukkan dengan deviasi garis median dari pusat kotak
boxplot
yg relatif terhadap panjang kotak boxplot, dan longtailedness
ditunjukkan oleh jarak antara ekor boxplot terhadap panjang kotak boxplot.
2.
Boxplot menunjukkan informasi detail tentang observasi pada bagian akhir.
Jika terdapat suatu angka yang menarik dari observasi, angka tersebut
biasanya akan terlihat pada bagian akhir boxplot
3.
Distribusi dari kumpulan data-data dapat dibandingkan dengan mudah
dengan cara memperlihatkan boxplot data-data tersebut secara berdampingan. 
4.
Boxplot
didesain dengan metode grafik back-of-the-envelope, sehingga
mudah dihitung dan diimplementasikan pada komputer.
  
17
5.
Arti dari boxplot sangat mudah dijelaskan kepada pengguna statistik.