7
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Bisnis
2.1.1 Pengertian Bisnis
Bisnis menurut Raymond E Glos yang dikutip oleh Umar (2005, p3) dalam
bukunya yang berjudul “Business : its nature and environment: An Introduction
adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan orang-orang yang berkecimpung
dalam bidang perniagaan dan industri yang menyediakan barang dan jasa untuk
kebutuhan mempertahankan dan memperbaiki standar dan kualitas hidup mereka.
Sementara menurut pendapat Griffin dan Elbert (2007, p4) bisnis adalah
organisasi yang menyediakan barang atau jasa dengan maksud untuk
mendapatkan laba.
Menurut Boone dan Kurtz (2008, p5) bisnis adalah semua jenis aktivitas
dan usaha untuk mencari keuntungan dengan menyediakan barang dan jasa yang
dibutuhkan bagi sistem perekonomian.
Dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa pengertian bisnis adalah suatu
aktivitas atau kegiatan
yang dilaksanakan oleh seluruh elemen didalam organisasi
dengan menyediakan barang atau jasa untuk mendapatkan keuntungan (laba) yang
maksimal.
2.1.2 Pemangku Kepentingan Utama dalam Bisnis
Menurut Madura (2007, p18)
setiap bisnis melibatkan transaksi dengan
manusia. Orang-orang tersebut dipengaruhi oleh bisnis dan oleh karena itu
  
8
memilliki kepentingan dalam bisnis tersebut. Mereka disebut sebagai pemangku
kepentingan (stakeholders), atau orang-orang yang memiliki kepentingan dalam
bisnis tersebut. Dalam uraian pada Gambar
2.1 Interaksi di antara Pemangku
Kepentingan dijelaskan lima jenis pemangku kepentingan yang terlibat dalam
suatu bisnis, yaitu:
1.
Pemilik, setiap bisnis dimulai sebagai hasil dari suatu ide mengenai produk
atau jasa oleh satu atau lebih usahawan.
2.
Kreditor, perusahaan biasanya membutuhkan dukungan keuangan
melampaui apa yang disediakan oleh pemiliknya.
Ketika suatu perusahaan
didirikan pada awalnya, perusahaan tersebut mengeluarkan beban sebelum
dapat menjual suatu produk atau jasa.
3.
Karyawan, perusahaan memperkerjakan karyawan untuk melaksanakan operasi
bisnisnya. Beberapa perusahaan hanya memiliki sedikit karyawan; sementra
perusahaan lain, seperti General Motors dan IBM, memiliki lebih dari
2.000.000 karyawan. Karyawan yang bertanggung jawab untuk mengelola
penugasan kerja dari karyawan lain dan membuat keputusan bisnis
penting
disebut (manager).
4.
Pemasok, perusahaan pada umumnya menggunakan bahan baku guna
menghasilkan produknya. Perusahaan tidak dapat menyelesaikan proses
produksi jika mereka tidak dapat memperoleh bahan baku. 
5.
Pelanggan, perusahaan tidak dapat bertahan hidup tanpa pelanggan. Untuk
menarik pelanggan, suatu perusahaan harus menyediakan produk atau jasa
yang diinginkan pada harga yang wajar. Perusahaan juga harus memastikan
  
9
bahwa produk atau jasa yang dihasilkan memiliki kualitas yang memadai
sehingga pelanggan puas.
Berikut adalah interaksi di antara pemangku
kepentingan :
Gambar 2.1 Interaksi di antara pemangku kepentingan
2.1.3
Rencana Bisnis
Menurut Boone dan Kurtz (2008, p242) meskipun
tugas paling penting
yang dihadapi oleh seorang calon
pemilik bisnis adalah menciptakan suatu
rencana bisnis. Suatu rencana bisnis yang efektif dapat membuat perbedaan antara
perusahaan yang berhasil dan perusahaan yang gagal. Rencana bisnis (Business
Plan) adalah dokumen tertulis yang menyediakan pernyataan yang tersusun
mengenai sasaran suatu perusahaan, metode yang digunakan perusahaan tersebut
untuk mencapai sasaran itu, dan standar yang digunakan perusahaan untuk
mengukur pencapaian.
2.1.4
Perbedaan Antara Produk Barang dengan Produk Jasa
Menurut Heizer dan Render (2009, P13), dalam bisnis membedakan antara
produk barang dan produk jasa bisa dengan mudah ditelaah:
Pemilik
Perusahaan
Perusahaan
DijalankanOleh
Karyawan
Pelanggan
Kreditor
Pemasok
  
10
Tabel 2.1 Perbedaan antara Produk dan Jasa
No
Ciri-ciri barang
Ciri-ciri jasa
1
Barang dapat dijual kembali
Penjualan kembali tidak biasa
dilakukan
2
Barang dapat dijadikan
persediaan
Banyak jasa tidak dapat
disimpan
3
Beberapa aspek kualitas dapat
diukur
Banyak aspek kualitas sulit
diukur
4
Penjualan berbeda dari
produksi
Penjualan biasanya merupakan
bagian dari jasa
5
Barang dapat dipindahkan
Penyedia jasa bukan jasa
biasanya dapat berpindah
6
Lokasi fasilitas sangat
memengaruhi biaya
Lokasi fasilitas penting untuk
hubungan dengan pelanggan
7
Mudah diproduksi secara
otomatis
Jasa biasanya sulit diproduksi
secara otomatis
8
Penghasilannya adalah dari
barang nyata
Penghasilannya dari jasa yang
tidak nyata
2.2 Investasi
2.2.1 Pengertian Investasi
Menurut pendapat Halim (2007, p4) Investasi pada hakikatnya
merupakan
penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh
keuntungan di masa mendatang. 
2.2.2 Macam-macam Investasi
Menurut pendapat Halim (2007, p4) umumnya investasi dibedakan
menjadi dua, yaitu: investasi pada aset-aset finansial (financial assets) dan
  
11
investasi asset-aset riil (real assets). Investasi pada asset-aset finansial dilakukan
di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat
berharga pasar uang, dan lainnya. Investasi dapat juga dilakukan di pasar modal,
misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi, dan lain-lain. Sedangkan investasi
pada asset-aset riil dapat berbentuk pembelian asset produktif, pendirian pabrik,
pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya.
2.2.3 Proses Investasi
Proses investasi
menunjukkan bagaimana seharusnya seorang investor
membuat keputusan investasi pada efek-efek yang dapat dipasarkan, dan kapan
dilakukan. Untuk itu diperlukan tahapan sebagai berikut:
1.
Menentukan tujuan
investasi. Ada tiga
hal yang perlu dipertimbangkan dalam
tahap ini, yaitu: (a) tingkat pengembalian yang diharapkan (expected of return),
(b) tingkat risiko (rate of risk), dan (c) ketersediaan
jumlah dana yang akan di
investasikan.
2.
Melakukan investasi. Dalam tahap ini investor melakukan analisis terhadap
suatu efek atau sekelompok efek. Salah satu tujuan penilaian ini adalah untuk
mengidentifikasi efek yang salah harga (misspriced), apakah harganya terlalu
tinggi atau terlalu rendah.
3.
Membentuk portofolio. Dilakukan identifikasi terhadap efek-efek mana yang
akan dipilih dan beberapa proporsi dana yang akan diinvestasikan pada
masing-masing efek tersebut.
  
12
4.
Mengevaluasi kinerja portofolio. Dilakukan evaluasi atas kinerja portofolio
yang telah dibentuk, baik terhadap tingkat pengembalian yang diharapkan
maupun terhadap risiko yang ditanggung.
5.
Merevisi kinerja portofolio. Tahap ini merupakan tindak lanjut dari tahap
evaluasi kinerja portofolio. Dari hasil evaluasi inilah selanjutnya dilakukan
revisi (perubahan) terhdapa efek-efek yang membentuk portofolio tersebut jika
dirasa bahwa komposisi portofolio yang sudah dibentuk tidak sesuai dengan
tujuan investasi.
2.3 Studi Kelayakan Bisnis
2.3.1
Pengertian Studi Kelayakan Bisnis
Berdasarkan pendapat Kamaludin (2004, p1-2) pengertian Studi
Kelayakan Bisnis adalah:
Suatu penelitian tentang tidaknya suatu bisnis
dilaksanakan dengan pertimbangan akan mendapatkan manfaat ekonomis suatu
bisnis. Pengertian tersebut mempunyai tendensi bagi pelaku bisnis yang profit.
Artinya, jika hasil penilitian dari bisnis yang dilakukan memberikan tambahan
kekayaan bagi pelaku bisnis maka bisnis dianggap mengguntungkan dengan
demikian ia akan mengambil (menjalankan) bisnis tersebut. Sebaliknya jika hasil
penelitian cenderung menunjukkan pengurangan kekayaan bagi pelaku bisnis.
Menurut Umar (2005, p8), Studi Kelayakan Bisnis merupakan
penelitian
terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak
bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasikan secara rutin dalam rangka
pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan.
  
13
Menurut
Ibrahim (2009, p1)
studi kelayakan yang juga sering disebut
feasibility study
merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu
keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha atau proyek
yang direncanakan.
Sementara menurut pendapat Susilowati (2006) Studi kelayakan usaha
merupakan suatu penilaian tentang layak tidaknya suatu usaha dilaksanakan dan
memberi keuntungan terus menerus. Studi kelayakan berfungsi sebagai laporan
pedoman dan sebagai alat pertimbangan untuk: (1) merintis usaha baru, (2) untuk
mengembangkan usaha yang sudah ada, (3) untuk memilih jenis usaha atau
proyek yang paling
menguntungkan sehingga bisnis yang akan
dilakukan
meyakinkan bagi wirausaha itu sendiri maupun bagi pihak yang berkepentingan
diantaranya para investor dan juga bagi pemerintah dan masyarakat umum.
2.3.2
Manfaat Studi Kelayakan Bisnis
Berdasarkan pendapat Kamaludin (2004, p2) ada tiga manfaat yang timbul
dari adanya suatu studi kelayakan bisnis, yaitu :
1.
Manfaat Finansial, artinya bisnis tersebut dirasa sangat mengguntungkan bagi
pelaku bisnis sendiri apabila bisnis tersebut dibandingkan dengan resiko yang
akan ditanggung.
2.
Manfaat Ekonomi Nasional, artinya bisnis tersebut akan dijalankan mampu
menunjukan manfaat makro bagi negara, hal ini ditunjukan dengan semakin
banyak tenaga kerja yang terserap, GNP meningkat dan lain-lain.
3.
Manfaat Sosial, artinya
masyarakat sekitar lokasi bisnis tersebut merasa
memperoleh manfaat atau bisnis yang dilakukan.
  
14
2.3.3
Tahapan Studi Kelayakan Bisnis
Dalam melaksanakan studi kelayakan
bisnis, ada beberapa tahapan studi
yang hendaknya dikerjakan. Tahapan-tahapan yang disajikan di bawah ini bersifat
umum.
1.
Penemuan Ide. Produk yang akan dibuat haruslah berpotensi untuk laku dijual
dan menguntungkan. Oleh karena itu, penelitian terhadap kebutuhan pasar dan
jenis produk dari proyek harus dilakukan.
2.
Tahap Penelitian. Dimulai dengan mengumpulkan data, lalu mengolah data
berdasarkan teori-teori yang relevan, menganalisis dan menginterpretasikan
hasil pengolahan data dengan alat-alat analisis yang sesuai, menyimpulkan
hasil sampai pada pekerjaan membuat laporan hasil penelitian tersebut.
3.
Tahap Evaluasi. Ada tiga macam evaluasi. Pertama, mengevaluasi usulan
proyek yang akan didirikan; kedua, mengevaluasi proyek yang sedang
dibangun; dan ketiga, mengevaluasi bisnis yang sudah dioperasionalkan secara
rutin.
4.
Tahap Pengurutan Usulan yang Layak. Jika terdapat lebih dari satu usulan
rencana bisnis yang dianggap layak dan terdapat keterbatasan-keterbatasan
yang dimiliki manajemen untuk merealisasikan semua rencana bisnis tersebut.
5.
Tahap Rencana Pelaksanaan. Setelah rencana bisnis dipilih untuk
direalisasikan, perlu dibuat rencana kerja pelaksanaan pembangunan proyek.
6.
Tahap Pelaksanaan. Setelah semua persiapan yang harus dikerjakan selesai
disiapkan, tahap berikutnya adalah merealisasikan pembangunan proyek
tersebut. Kegiatan ini membutuhkan manajemen proyek.
  
15
2.3.4
Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis
Ada beberapa aspek menurut Umar (2005, p24-29) yang akan diteliti dalam
studi kelayakan bisnis, yaitu:
1.
Aspek pasar, yang meneliti permintaan tentang permintaan suatu produk atau
jasa, berapa luas pasar, pertumbuhan permintaan, dan market share dari produk
yang bersangkutan.
2.
Aspek pemasaran, yang meliputi segmen, target, dan posisi produk, kepuasan
konsumen dan hal hal lainnya yang berkaitan dengan urusan marketing.
3.
Aspek teknis dan teknologi, yang meneliti kebutuhan apa yang diperlukan dan
bagaimana secara teknis, proses produksi akan dilaksanakan.
4.
Aspek sumber daya manusia, yang meneliti peran SDM dalam pembangunan
proyek bisnis dan juga peran SDM dalam operasional rutin bisnis setelah
proyek selesai dibangun.
5.
Aspek manajemen, yang meneliti tentang manajemen pada saat pembangunan
proyek bisnis dan juga manajemen saat bisnis dioperasionalkan secara rutin.
6.
Aspek keuangan, meneliti tentang penghitungan perkiraan jumlah dana
yang diperlukan untuk keperluan modal kerja awal dan untuk pengadaan harta
tetap proyek.
7.
Aspek ekonomi, sosial, dan politik, yang menganalisis kondisi-kondisi
eksternal diluar perusahaan yang dinamis dan tidak bisa dikendalikan, seperti
politik, ekonomi negara, dan juga sosial.
8.
Aspek lingkungan industri, yang meneliti tentang persaingan dan kondisi
lainnya yang mempengaruhi  perjalanan suatu bisnis.
  
16
9.
Aspek yuridis, yang meneliti tentang hal-hal yang menyangkut badan hukum
perusahaan, izin operasional, dan lainnya.
10.
Aspek lingkungan hidup, dimana analisis dilakukan untuk meneliti
operasional bisnis terhadap lingkungan sekitarnya, seperti kesehatan, polusi,
pencemaran, dan lainnya.
2.3.4.1 Aspek Pasar
Definisi pasar menurut Umar (2005, p35) pasar, menurut ahli, merupakan
tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, atau saling bertemunya antara
kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga. 
Sementara menurut Fuad, Christin, Nurlela (2009, p120) pasar adalah
tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, atau lebih jelasnya, daerah, tempat,
wilayah, area yang mengandung kekuatan permintaan dan penawaran yang saling
bertemu dan membentuk harga.
Berdasarkan pendapat dari para ahli,
peneliti dapat menyimpulkan, bahwa
definisi pasar adalah area publik dimana terjadinya saling transaksi antara penjual
dan pembeli yang mengandung situasi permintaan dan penawaran untuk
membentuk suatu harga yang telah disepakati kedua belah pihak.
Bentuk pasar juga dapat dilihat dari sisi produsen atau penjual
dan sisi
konsumen. Dari sisi produsen atau penjual, pasar dapat dibedakan atas pasar
persaingan sempurna, persaingan monopolistik, oligopoli, dan monopoli.Berikut
ini dijelaskan secara singkat bentuk-bentuk pasar produsen.
1.
Pasar Persaingan Sempurna. Pada jenis pasar persiangan sempurna, aktivitas
persaingannya tidaklah nampak karena tidak terbatasnya jumlah produsen
  
17
(sehingga pangsa pasar mereka menjadi terkotak-kotak atau kecil-kecil) dan
konsumen dapat menjual atau membeli berapa saja tanpa ada batas asal
bersedia membeli atau menjual pada harga pasar.
2.
Pasar Monopoli. Pasar monopoli adalah sebuah bentuk pasar yang dikuasai
oleh seorang penjual saja. Dalam hal ini tidak ada barang substitusi terhadap
barang yang dijual oleh penjual tunggal tersebut, serta terdapat hambatan untuk
masuknya pesaing dari luar.
3.
Pasar Oligopoli. Sebenarnya pasar oligopoli merupakan perluasan dari pasar
monopoli. Dalam menentukan tingkat harga dan kuantitas produksi, karena
pengaruh dari pesaing sangat terasa.
4.
Pasar Persaingan Monopolistik. Pasar ini merupakan bentuk campuran antara
persaingan sempurna dan monopoli. Dikatakan mirip persaingan sempurna
karena ada kebebasan bagi perusahaan untuk masuk keluar pasar, selain itu,
barang yang dijual pun tidak homogen. Oleh karena barang-barang yang
heterogen itu dimiliki oleh beberapa perusahaan besar saja, pasar ini mirip
dengan monopoli.
Menurut Subagyo (2007, p73-76), metode proyeksi permintaan ini
digunakan di hampir semua bidang usaha yang berjangka waktu 3 sampai 5 tahun
dan cukup efektif karena biasanya disesuaikan dengan siklus hidup suatu produk.
Pengunaan didasarkan pada kondisi historis
permintaan produk beberapa tahun
sebelumnya secara deret waktu. Proyeksi permintaan serta kaitannya dengan
forecasting (peramalan). Peramalan adalah seni dan ilmu memprediksi peristiwa-
peristiwa masa depan. Model forecasting yang digunakan adalah proyeksi trend,
  
18
yaitu mencocokkan garis trend
ke rangkaian titik historis dan kemudian
memproyeksikan garis itu ke dalam ramalan jangka menengah hingga jangka
panjang. Metode peramalan yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil (Least
Square Method). Metode kuadrat  terkecil merupakan metode statistic
yang tepat
untuk mengembangkan garis trend linier. Pedekatan ini menghasilkan garis lurus
yang meminimalkan jumlah kuadrat perbedaan dari garis setiap observasi actual.
Rumusnya:
Untuk persamaan linear, garis trend
diperoleh dari penyelesaian simultan
nilai a dan b pada dua persamaan normal, sebagai berikut:
Y = Perkiraan permintaan atau penjualan dalam suatu periode
a = Perpotongan sumbu Y di a (konstanta)
b = Kelandaian garis regresi
X = Deret waktu tertentu (variabel bebas)
N = Jumlah tahun yang ada
Pemberian kode sangat mudah dilakukan. Apabila ada sejumlah periode
waktu ganjil, titik tengah periode waktu ditentukan sebagai X=0, sehingga jumlah
plus dan minus akan sama dengan nol.
Y = a + bx
  
19
2.3.4.2 Aspek Pemasaran
2.3.4.2.1 Pengertian Pemasaran
Marketing atau pemasaran menurut Kotler & Keller (2009, p5) adalah
mengidentifikasikan dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Salah satu
identifikasi yang baik dan singkat dari pemasaran adalah “memenuhi kebutuhan
dengan cara menguntungkan”. Sementara manajemen pemasaran adalah sebagai
seni dan ilmu
memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta
menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan,
menghantarkan, dan
mengomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.
2.3.4.2.2 Bauran Pemasaran
Berdasarkan pendapat Fuad, Christine, Nurlela (2009, p128) Bauran
pemasaran adalah kegiatan pemasaran yang terpadu dan saling menunujang satu
sama lain. Keberhasilan perusahaan di bidang pemasaran didukung oleh
keberhasilan dalam memilih produk yang tepat, harga yang layak, saluran
distribusi yang baik, dan promosi yang efektif.
Empat kebijaksanaan pemasaran yang sering disebut konsep Empat P atau bauran
pemasaran (marketing mix) tersebut adalah produk (product), harga (price),
saluran distribusi (place), dan promosi (promotion).
1.
Produk (Product), adalah barang atau jasa yang bisa ditawarkan di pasar untuk
mendapatkan perhatian, permintaan, pemakaian, atau konsumsi yang dapat
memenuhi keinginan atau kebutuhan.
2.
Harga (Price), adalah sejumlah kompensasi (uang maupun barang) yang
dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang atau jasa
  
20
3.
Saluran distribusi (Place), adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk
menyalurkan produk sampai ke konsumen atau berbagai aktivitas perusahaan
yang mengupayakan agar produk sampai ke tangan konsumen.
4.
Promosi (Promotion), adalah bagian dari bauran pemasaran yang besar
peranannya. Promosi merupakan kegiatan-kegiatan yang secara aktif dilakukan
perusahaan untuk mendorong konsumen membeli produk yang ditawarkan.
Tindak lanjut dari penentuan
pasar adalah melakukan segmentasi pasar
karena sifat pasar yang heterogen. Menurut Djatmiko (2012, p46) pasar sasaran
dapat didefiniskan sebagai kelompok konsumen atau pelanggan yang secara
khusus menjadi sasaran usaha pemasaran bagi sebuah perusahaan.Untuk
menetapkan pasar sasaran, perlu dibuat komponen strategi pemasaran yang
meliputi:
1.
Segmentasi pasar. Segmentasi pasar adalah kegiatan membagi-bagi pasar yang
beragam dari suatu produk ke dalam satuan-satuan pasar (segmen pasar) yang
sejenis.
2.
Penetapan pasar sasaran (Targeting). Pada bagian ini, perusahaan memilih,
menilai, dan menetapkan segmen pasar yang akan dimasuki, dengan
menghitung dan menilai profit (keuntungan)
3.
Penempatan produk (Positionng). Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan
adalah merumuskan penempatan produk dalam persaingan serta menetapkan
bauran pemasaran secara terperinci.
  
21
2.3.4.3 Aspek Teknis dan Teknologi
Menurut Evans dan Collier (2007, p5) “Operations Management is the
science and art of ensuring that goals and services are created delivered
succesfully to customer”, yang berarti bahwa Manajemen Operasional adalah
sebuah ilmu dan seni yang mempelajari bagaimana pelayanan dan hasil dapat
tersampaikan dengan baik ke konsumen
Menurut Boone & Kurtz (2007, p41) Manajemen produksi dan operasi
adalah pengelolaan karyawan dan mesin untuk mengubah bahan baku dan
sumber-sumber daya menjadi barang dan jasa.
Sementara menurut Heizer dan Render (2009, p4), Manajemen Operasi
(operation management-OM) adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan
nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output.
Kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa berlangsung di semua organisasi.
Menurut Boone & Kurtz (2007,p39) Produksi adalah menggunakan
sumber daya seperti tenaga kerja dan mesin untuk mengubah bahan baku menjadi
barang jadi dan jasa. Berikut uraian Gambar 2.2 Proses Produksi, sebagai berikut:
Gambar 2.2 Proses Produksi
Berdasarkan pendapat Madura (2007, p519) desain adalah ukuran dan
struktur dari sebuah pabrik atau kantor, sedangkan
tata ruang adalah pengaturan
Input
Sumber daya
Bahan Baku
Proses
Konversi
Manambah
nilai
Output
Barang atau 
Jasa
  
22
mesin atau peralatan dalam sebuah pabrik atau kantor. Keputusan desain dan tata
ruang secara langsung memengaruhi beban-beban operasi karena mereka juga
menetukan biaya sewa, mesin, dan peralatan.
2.3.4.4 Aspek Sumber Daya Manusia (SDM)
Setiap organisasi atau perusahaan memerlukan adanya sumber daya
manusia (SDM) sebagai tenaga kerja. Menurut Boone & Kurtz (2007, p420)
sebagian besar organisasi memberikan perhatian besar kepada manajemen sumber
daya manusia (manajemen SDM), yaitu fungsi dalam menarik, mengembangkan,
dan mempertahankan para karyawan yang memiliki kualifikasi untuk
melaksanakan aktivitas yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan-tujuan
organisasi.
Sementara menurut Dessler (2004, p2) Manajemen sumber daya manusia
adalah Kebijakan dan praktik menentukan aspek “manusia” atau sumber daya
manusia dalam posisi manajemen, termasuk merekrut, menyaring, melatih,
memberi pengharaan dan penilaian.
Berdasarkan pendapat Fuad, Christine, Nurlela (2009, p110) fungsi fungsi
manajemen sumber daya manusia memiliki tujuh tahap, yaitu:
1.
Perencanaan sumber daya manusia. Yaitu peramalan secara sistemik terhadap
permintaan (demand) dan penawaran (supply) tenaga kerja organisasi di waktu
yang akan datang.
2.
Rekrutmen. Yaitu proses pencarian dan penarikan calon tenaga kerja yang
kompeten.
  
23
3.
Seleksi. Yaitu serangkaian kegiatan yang digunakan untuk memutuskan apakah
pelamar diterima atau ditolak.
4.
Orientasi (induksi). Memperkenalkan karyawan baru pada peranan atau
kedudukan mereka dalam organisasi dan pada karyawan lain
5.
Latihan dan pengembangan. Latihan bertujuan untuk memperbaiki penguasaan
berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci, dan rutin.
Sedangkan pengembangan bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan
pengetahuan, kemampuan, sikap, dan kepribadian.
6.
Pemeliharaan. Merupakan fungsi personalia yang berkaitan dengan pemberian
kompensasi, hubungan perburuhan, pelayanan karyawan, dan program
kesehatan serta keamanan kerja.
7.
Pemberhentian. Pemberhentian atau pemutusan hubungan kerja bisa terjadi
karena karyawan mengundurkan diri, pensiun, tidak mampu atau produktif,
dipecat atau dikeluarkan.
2.3.4.5 Aspek Manajemen
2.3.4.5.1 Pengertian Manajemen
Menurut Robbins & Coutler
(2007, p8) manajemen adalah proses
pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehinga pekerjaan tersebut
terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain
Sementara menurut Griffin (2006) yang dikutip oleh (Djatmiko, p2) men
definisikan manajemen sebagai perencanaan, pengorganisasian,
pengoordinasian,
dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien.
Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sedangkan
  
24
efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisasi, dan
sesuai dengan jadwal.
2.3.4.5.2
Hierarki Manajemen
Menurut pendapat Boone & Kurtz (2007, p379) Manajemen sebuah
perusahaan biasanya memiliki tiga tingkat: puncak, menengah, dan penyelia. Para
manajer di setiap tingkatan akan melakukan  aktivitas yang berbeda-beda.
1.
Manajemen puncak. Manajer-manajer puncak meliputi posisi-posisi seperti
CEO, direktur keuangan (chief financial officer-CFO), dan wakil presiden
eksekutif. Manajer puncak mendedikasikan sebagian besar waktu mereka
untuk mengembangkan rencana-rencana jangka panjang organisasi.
2.
Manajemen menengah, tingkat kedua dalam hierarki manajemen, meliputi
posisi-posisi seperti para manajer umum, manajer pabrik, manajer divisi, dan
manajemen cabang. Perhatian manajer tingkat menengah berfokus pada
operasi-operasi yang spesifik, produk, atau kelompok konsumen di dalam suatu
organisasi.
3.
Manajemen supervisor, atau manajemen lini pertama, meliputi posisi-posisi
seperti penyelia, ketua seksi, dan pimpinan tim. Para manajer ini bertanggung
jawab langsung dalam pemberian tugas-tugas spesifik kepada karyawan non-
manajerial dan mengevaluasi kinerja mereka.
2.3.4.6 Aspek Ekonomi, Politik, dan Sosial
Menurut pendapat Umar (2005, p245) cukup banyak data makro ekonomi
yang tersebar di berbagai media yang secara langsung maupun tidak langsung
dapat dimanfaatkan perusahaan. Data makro ekonomi tersebut banyak yang dapat
  
25
dijadikan sebagai indikator ekonomi yang dapat diolah menajdi informasi penting
dalam rangka studi kelayakan bisnis, misalnya: PDB, investasi, inflasi, kurs valuta
asing, kredit perbankan, anggaran pemerintah, pengeluaran pembangunan,
perdagangan luar negeri, dan neraca pembayaran.
Aspek sosial. Tujuan utama perusahaan adalah mencari keuntungan yang
sebesar-besarnya. Namun demikian, perusahaan tidak dapat hidup sendirian.
Perusahaan hidup bersama-sama dengan komponen lain dalam suatu tatanan
kehidupan yang prulalistis dan kompleks, walau hendaknya selalu berada dalam
keseimbangan.
Aspek politik. Adanya isu atau rumor atau
spekulasi yang timbul akibat
kondisi politik yang diciptakan pemerintah akan mempengaruhi permintaan dan
penawaran
suatu produk, baik itu produk barang maupun jasa. Dalam
menganalisis kelayakan bisnis, hendaknya aspek politik perlu pula dikaji untuk
memperkirakan bahwa situasi politik saat bisnis dibangun dan diimplementasikan
tidak akan sangat mengganggu sehingga kajiannya menjadi layak.
2.3.4.7 Aspek Lingkungan Hidup
Berdasarkan pendapat Umar (2005, p303)
Analisis Dampak Lingkungan
sudah dikembangkan oleh beberapa negara maju sejak tahun 1970 dengan nama
Environmental Impact Analysis
atau Environmental Impact Assessment
yang
keduanya disingkat EIA. AMDAL diperlukan untuk melakukan suatu studi
kelayakan dengan dua alasan pokok, yaitu:
1.
Karena undang-undang dan peraturan pemerintah menghendaki demikian.
Jawaban ini cukup efektif untuk memaksa para pemilik proyek yang kurang
  
26
memperhatikan kualitas lingkungan dan hanya memikirkan keuntungan
proyeknya sebesar mungkin tanpa menghiraukan dampak samping yang
timbul. 
2.
AMDAL harus dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak dengan
beroperasinya proyek-proyek industri.
2.3.4.8 Aspek Yuridis
Menurut pendapat Umar (2005. p286) setiap usaha yang legal sudah tentu
harus mengikuti aturan-aturan yang berlaku baik dalam bentuk undang-undang
maupun peraturan-peraturan lain sebagai penjabaran dari undang-undang tersebut,
seperti Keputusan Menteri (Kepmen), Surat Keputusan (SK), Dirjen dan
Peraturan Daerah (Perda). Dengan mengikuti aturan-aturan yang ada, maka secara
yuridis formal bisnis atau usaha yang akan dijalankan menjadi layak.
2.3.4.9 Aspek Lingkungan Industri
Menurut Umar (2005, p268) aspek lingkungan industri lebih mengarah
pada aspek persaingan di mana bisnis perusahaan berada. Akibatnya, faktor-faktor
yang mempengaruhi kondisi persaingan, seperti ancaman pada perusahaan dan
kekuatan yang dimiliki perusahaan termasuk
kondisi persaingan itu sendiri
menjadi perlu untuk dianalisis guna studi kelayakan bisnis. Michael E. Porter
mengemukakan konsep competitive strategy yang menganalisis persaingan bisnis
berdasarkan 5 aspek utama yang disebut Lima kekuatan bersaing.
1.
Ancaman masuk pendatang baru. Masuknya perusahaan
sebagai pendatang
baru akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang sudah ada,
  
27
misalnya kapasitas menjadi bertambah, terjadinya perebutan pangsa pasar serta
perebutan sumber daya produksi yang terbatas.
2.
Persaingan sesama perusahaan dalam industri. Persaingan dalam industri
sangat mempengaruhi kebijakan dan kinerja perusahaan. Dalam situasi
persaingan yang oligopoli, perusahaan mempunyai kekuatan yang cukup besar
untuk mempengaruhi pasar.
3.
Ancaman dari produk pengganti. Perusahaan-perusahaan yang berada dalam
suatu industri bersaingpula dengan produk pengganti. Walaupun
karakteristiknya berbeda, barang substitusi dapat memberikan fungsi atau jasa
yang sama.
4.
Kekuatan tawar menawar pembeli. Pembeli mampu mempengaruhi perusahaan
untuk memotong harga, meningkatkan mutu dan pelayanan serta mengadu
perusahaan dengan kompetitor melalui kekuatan yang mereka miliki.
5.
Kekuatan tawar menawar pemasok. Pemasok dapat mempengaruhi industri
lewat kemampuan mereka menaikkan harga atau mengurangi kualitas produk
atau servis
2.4.4.10
Aspek Keuangan
Tujuan dari analisis keuangan adalah untuk menetukan dan
mengembangkan rencana investasi perusahaan dengan melakukan perhitungan
biaya dan manfaat yang akan diterima perusahaan pada saat rencana investasi
tersebut dikembangkan. Perhitungan tersebut dilakukan dengan membandingkan
pengeluaran dan pendapatan dari perusahaan.
  
28
Berdasarkan pendapat Keown, Martin, Petty, Scott (2011, p4) Manajemen
keuangan berkepentingan dengan bagaimana cara menciptakan dan menjaga nilai
ekonomis atau kekayaan. Konsekuensinya, semua pengambilan keputusan harus
difokuskan pada penciptaan kekayaan.
1.
Kebutuhan Dana dan sumbernya
Untuk merealisasikan proyek bisnis dibutuhkan dana untuk investasi.
Menurut Umar (2005, p178) dana tersebut dapat diklasifikasikan atas dasar aktiva
tetap berwujud seperti tanah, bangunan, pabrik, dan mesin-mesin serta aktiva
tetap tak berwujud seperti paten, lisensi, biaya-biaya pendahuluan, biaya-biaya
sebelum operasi. 
Setelah menetapkan jumlah dana yang diperlukan untuk melaksanakan
rencana investasi tersebut maka langkah selanjutnya adalah menetukan sumber
dana. Beberapa sumber dana yang penting antara lain:
a.
Modal pemilik saham yang disetorkan.
b.
Saham yang diperoleh dari penerbitan saham di pasar modal.
c.
Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dan dijual di pasar modal.
d.
Kredit yang diterima dari bank.
e.
Sewa guna (leasing) dari lembaga non-bank.
2.
Aliran Kas (Cash Flow)
Laporan perubahan kas (cash flow statement) disusun untuk menunjukkan
perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai
perubahan kas tersebut menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan
Aliran kas masuk bersih = Laba setelah pajak + Penyusutan + (1-Tarif pajak . Bunga)
  
29
penggunaan-penggunaannya. Perusahaan perlu untuk menerapkan prinsip kehati-
hatian dalam menentukan tingkat likuiditas dari aliran kas (cash flow) perusahaan
karena jika tingkat likuiditas terlalu tinggi, yang mungkin disebabkan oleh tingkat
perputaran kas yang rendah, keuntungan yang diterima oleh perusahaan akan
menjadi rendah. Demikian juga sebaliknya, jika tingkat likuiditas aliran kas
tersebut terlalu rendah, yang mungkin disebabkan oleh perputaran kas yang tinggi,
perusahaan akan mendapat keuntungan yang tinggi namun aliran kas menjadi
tidak likuid terjadi kebutuhan dana yang mendadak.
3.
Biaya Modal (Cost of Capital)
Konsep cost of capital
(biaya-biaya untuk menggunakan modal)
dimaksudkan untuk menentukan berapa besar biaya riil dari masing-masing
sumber dana yang dipakai dalam berinvestasi. Perusahaan perlu menentukan
biaya pengunaan modal rata-rata dari keseluruhan dana
yang akan dipakai,
sehingga berdasarkan hal ini patokan tingkat keuntungan yang layak (cut off rate)
dari proyek bisnis ini dapat diketahui. Menurut Umar (2005, p181) untuk
menghitungnya, karena garis besar sumber-sumber pembelanjaan terbagi atas
utang dan modal sendiri, biaya modal dari masing-masing sumber harus dihitung,
misalnya penilaian investasi dari biaya utang, aliran kas yang dihitung setelah
pajak, demikian pula terhadap biaya modal sendiri.
a.
Biaya Utang, biaya utang dapat dibagi menjadi dua jangka waktu, yaitu biaya
utang dalam jangka panjang dan biaya utang jangka pendek dimana keduanya
dapat dihitung dengan menggunakan konsep present value.
  
30
b.
Biaya Modal Sendiri, biaya modal sendiri dapat dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu biaya saham prefen, biaya saham biasa, dan biaya laba ditahan.
Untuk menghitung besar biaya saham prefen, dapat digunakan cara yang
sama dengan poenghitungan biaya modal utang.
Sedangkan biaya laba yang ditahan memiliki prinsip yang sama dengan biaya
saham biasa, namun perbedaanya adalah bahwa pada biaya ini tidak
dikeluarkan biaya untuk melaksanakan proses saham (floattation cost).
4.
Initial dan operational cash flow
Initial cash flow adalah dana yang
digunakan untuk mendanai dalam
pelaksanaan proyek investasi, sedangkan operational cash flow
adalah rencana
keluar-masuknya dana jika proyek sudah dioperasikan.
5.
Analisiskepekaan (Sensitivity Analysis)
Ketidakpastian adalah unsur yang perlu mendapat perhatian
khusus dari
perusahaan karena dengan adanya unsur tersebut hasil perhitungan di atas kertas
dapat menyimpang jauh dari kenyataan yang terjadi. Ketidakpastian ini dapat
menyebabkan berkurangnya kapabilitas suatu proyek bisnis dalam beroperasi
untuk mencapai keuntungan maksimal bagi perusahaan. Manfaat dari kepekaan
analisis ini adalah untuk  memaksa manajer mengidentifikasi variabel-variabel
yang belum diketahui dan mengungkapkan taksiran-taksiran yang tidak tepat.
Kekurangan dari analisis ini adalah bahwa nilai-nilai dari optimistis dan pesimistis
bersifat sangat relatif dan bahwa, bisa jadi variabel-variabel yang mendasarinya
saling berhubungan.
  
31
6.
Penilaian dan Pemilihan Investasi
Perusahaan yang memiliki beberapa usulan proyek investasi dengan dana
terbatas maka perlu menerapkan prioritas terhadap beberapa usulan tersebut.
Penilaian terhadap investasi dan melakukan analisis terhadap urutan prioritas
dapat dilakukan dengan beberapa cara :
a.
Metode Penilaian Investasi.
Dalam aspek keuangan perlu dilakukan analisis terhadap aliran kas yang
akan terjadi. Terjadi empat metode yang dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan untuk dipakai dalam penilaian aliran kas dari investasi, yaitu :
metode Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return, dan
Profitability Index serta break even point.
Menurut Keown, Scott, Martin, dan Petty (2011, p308) Payback Period
(PP) merupakan suatu kriteria penganggaran modal yang digambarkan sebagai
jumlah tahun yang diperlukan untuk mengembalikan investasi kas awal. jumlah
tahun yang dibutuhkan untuk menutupi pengeluaran awal. Dengan kata lain,
metode ini merupakan rasio antara initial cash invesment dengan cash inflow
nya dan hasilnya ditetapkan dalam satuan tahun. Rumus nya :
Adapun kriteria dari penilaian dengan metode ini adalah bahwa jika
Payback Period lebih pendek daripada maksimum payback periodnya maka
proyek investasi tersebut layak untuk dijalankan.
  
32
Menurut Keown, Scott, Martin, dan Petty (2011, p314) Internal rate of
Return (IRR) didefinisikan sebagai kriteria keputusan penganggaran modal yang
mencerminkan tingkat pengembalian yang didapat dari suatu proyek. Secara
matematis merupakan tingkat diskonto yang menyamakan
nilai sekarang dari
pemasukannya dengan nilai sekarang dari pengeluarannya. Rumusnya :
Di mana :
t
= Tahun ke-
n
= Jumlah tahun
I
0
= Nilai Investasi awal
CF
= Arus kas bersih
IRR
= Tingkat bunga yang dicari harganya
Menurut Umar (2005, p199) Nilai IRR dapat dicari misalnya dengan coba-
coba (trial and error). Caranya, hitung nilai sekarang dari arus kas dari suatu
investasi dengan menggunakan suku bunga yang wajar, misalnya
10% lalu
dibandingkan dengan biaya investasi.
Kriteria penilaian dari metode ini adalah jika IRR yang didapat lebih besar
dari rate of return
yang ditentukan maka investasi dapat diterima. Rumus IRR
untuk interpolasi adalah :
Di mana :
P1
= Tingkat bunga ke 1
  
33
P2
= Tingkat bunga ke 2
C1
= NPV ke 1
C2
= NPV ke 2
Berdasarkan pendapat
Keown, Scott, Martin, dan Petty (2011, p307) Net
Present Value
(NPV) atau nilai bersih sekarang adalah kriteria keputusan
anggaran modal yang ditentukan dari nilai sekarang arus kas bebas setelah
dikurangi pajak dan pengeluaran. Rumusnya :
Di mana :
CF
= Aliran kas per tahun pada periode t
I0
= Investasi awal pada tahun 0
K
= Suku bunga (discount rate)
Kriteria penilaian dari metode ini adalah :
Jika NPV > 0, maka usulan proyek diterima
Jika NPV < 0, maka usulan proyek ditolak
Sementara itu, menurut Mulyani (2008)
Kombinasi dari beberapa faktor
menjadikan keputusan investasi sebagai keputusan yang paling penting bagi
pengelolaan keuangan. Semua bagian di dalam perusahaan sangat terpengaruh
pada keputusan ini. Kenyataan bahwa akibat keputusan ini berlanjut untuk suatu
jangka waktu yang panjang membuat pengambil keputusan kehilangan
fleksibilitasnya. Perusahaan harus membuat komitmen untuk masa depan. Suatu
  
34
kesalahan dalam pengambilan keputusan dapat memiliki konsekuensi yang
serius. Jika perusahaan terlalu besar dalam aktiva, maka hal itu dapat
menimbulkan beban penyudutan dan beban lainnya yang tinggi, yang sebesarnya
tidak perlu terjadi. Ada 5 (lima) metode yang digunakan untuk
menilai layak
tidaknya suatu investasi akan dijalankan. Namun setelah dikaji satu per satu dari
setiap metode dapat diambil kesimpulan bahwa
NPV merupakan metode yang
lebih representatif, dibandingkan dengan metode-metode yang lain. Hal tersebut
dapat dibuktikan dengan beberapa kasus yang dengan metode lain tidak
diterapkan, selain dengan menggunakan metode NPV.
Menurut Keown, Scott, Martin, dan Petty (2011, p312) Profitability Index
(PI) adalah suatu kriteria keputusan penganggaran modal yang
digambarkan
sebagai rasio nilai
sekarang arus kas bersih masa depan terhadap pengeluaran
awal. Rumusnya :
Kriteria penilaian :
Jika PI > 1, maka usulan proyek dikatakan menguntungkan
Jika P1 < 1, maka usulan proyek tidak menguntungkan
Menurut Umar (2005, p202) analisis pulang pokok (Break Event Point)
adalah suatu media analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara
beberapa variabel di dalam kegiatan perusahaan, seperti luas produksi atau
tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan, serta pendapatan
yang diterima perusahaan dari kegiatannya. Biaya yang dikeluarkan perusahaan
  
35
yang dimaskud adalah biaya yang terbagi menjadi tiga, yaitu : biaya tetap, biaya
variabel, dan biaya semi-variabel. Dengan menggunakan linier yang mempunyai
persamaan sebagai berikut :
Di mana :
Y
= Jumlah biaya semi-variabel
a
= Jumlah biaya tetap
b
= Biaya variabel per unit
X
= Luas produksi
Setelah menentukan konstanta diatas, selanjutnya perhitungan pulang
pokok dapat dilakukan dengan rumus :
atau
Di mana :
Q
= Tingkat produksi (unit)
P
= Harga jual per unit
A
= Biaya Tetap
b.
Pilihan Leasing atau Beli
Perusahaan terkadang dihadapkan pada suatu dilema dimana perusahaan
harus memilih antara membeli atau menyewa, katakanlah, suatu sistem
informasi. Maka untuk mencari jalan keluarnya adalah dengan membandingkan
biaya leasing dengan harga yang ditawarkan jika perusahaan ingin
  
36
mengembagnkan sistem informasi untuk memperlancar operasionalnya. Rumus
menghitung nilai leasing adalah :
Di mana :
NAL
= Net Advantage of Leasing
I
0
= Harga Fasilitas (Aktiva tetap)
L
t
= Pembayaran sewa secara periodik
DEP
t
= Jumlah beban penyusutan dalamperiode t
K
b
= Biaya utang sebelum pajak
T
= Tarif pajak
n
= Umur penyusutan ekonomis
Kriteria penilaian metode ini :
Jika nilai NAL = 0, maka biaya membeli sama dengan biaya leasing
Jika nilai NAL > 0, maka biaya membeli lebh besar dari biaya leasing
Jika nilai NAL < 0, maka biaya membeli lebih kecil dari biaya leasing
c.
Urutan Prioritas
Menurut Umar (2005, p207-209) terdapat lima skenario pengurutan prioritas:
1.
Skenario Mutually Exclusive
(saling meniadakan) Skenario ini dipakai
jika
suaut proyek A dipilih, maka proyek lain harus ditiadakan. Tolak ukur untuk
pemilihan proyek dapat menggunakan Net Present Vaue (NPV) atau Internal
Rate Return ( IRR).
  
37
2.
SkenarioContigency
(saling terkait) Skenario ini dipakai jika perusahaan
memilih proyek A yang erat hubungannya dengan proyek B, maka proyek B
atau yang lainnya diikutsertakan juga. Metode-metode yang dapat digunakan
dalam skenario ini adalah Profitability Index (PI), Net Present Value (NPV),
Internal Rate Return (IRR), dan sebagainya.
3.
Skenario Indepedence (saling bebas) Skenario ini, digunakan jika perusahaan
memilih proyek A dianggap yang paling layak direalisasikan, tidak ada
hubungannya dengan Proyek B (atau proyek lainnya) yang juga layak
direalisasikan. Apakah proyek B yang ditundan, dihapus, atau diikutsertakan
akibat pembangunan Proyek A akan
dipelajari kemudian,
karena dianggap
tidak berkaitan.
4.
Skenario Capital Budget Constrain
(keterbatasan keuangan) Jika, ada
beberapa proyek yang layak untuk dibangun tetapi dana tidak mencukupi
untuk membangun seluruh proyek, tentulah yang akan direalisasikan hanya
satu atau beberapa proyek yang memenuhi syarat saja.
5.
Skenario Cost Effectiveness
(biaya efektif), Pengurutan proyek-proyek
dengan cara ini didasarkan pada sumber daya yang mendesak untuk segera
digunakan, seperti tenaga kerja yang menganggur.
  
BIisnis Bisnis Kelayakan BIisnis
38
2.4
Kerangka Pemikiran
Berikut ini akan dipaparkan dalam Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran, sebagai
berikut:
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
ABUBA
Analisis Studi Kelayakan
Aspek Eksternal Perusahaan
Aspek Internal Perusahaan
Aspek Lingkungan Industri
Aspek Pasar & Pemasaran
Aspek Lingkungan Industri
Aspek Operational
Aspek Politik, Ekonomi
dan Sosial
Aspek Manajemen & SDM
Aspek Yuridis
Aspek Keuangan
Kesimpulan Hasil Analisis Kelayakan
Layak
Tidak Layak
Aspek Pasar & Pemasaran
Aspek Lingkungan Hidup