6
BABII
TINJAUAN DAN  LANDASAN TEORI
11.1
Tinjauan Umum
11.1.1 Wisma Atlet
Judul 
proyek 
yang  akan 
diselesaikan
dalam 
Tugas  Akhir 
ini
yaitu  berupa
Wisma
Atlet 
yang 
berlokasi
di 
Senayan.
Wisma,
dalam 
Kamus
Besar 
Bahasa
Indonesia,
2010, 
bermakna
bangunan
untuk 
tempat
tinggal
maupun
kantor 
atau
gerha.
Sedangkan
atlet, 
dalam
Kamus Besar 
Bahasa Indonesia
(2010),
bermakna
olahragawan,
terutama
yang
mengikuti perlombaan
atau
pertandingan
(kekuatan,
ketangkasan,
dan 
kecepatan).
Menurut
Monty 
P.Satiadarma
(2007)
seorang
atlet
adalah
individu
yang
merniliki
keunikan
tersendiri.
Ia
merniliki
bakat 
tersendiri,
pola 
perilaku
dan 
kepribadian
tersendiri
serta 
latar 
belakang
kehidupan
yang
mempengaruhi secara
spesifik
pada 
dirinya.Dari
makna diatas 
maka 
dapat
disimpulkan
bahwa 
wisma atlet
merupakan
bangunan tempat 
tinggal
bagi
olahragawan, antara lain
yang
mengikuti perlombaan atau
pertandingan.
11.1.2 Hotel
Jika 
ditinjau
dari 
latar 
belakang
proyek
dan 
defrnisinya, wisma
menjadi
bangunan
yang 
sejenis
dengan
hotel 
yaitu 
berupa
hunian
bagi  masyarakat..Oleh
karena
itu,  hotel 
menjadi
acuan 
secara 
literatur
yang 
dapat 
mendukung
perancangan wisma atlet.
Pengertian 
hotel  
ini
dapat  
disimpulkan 
dari  
beberapa 
definisi 
hotel
seperti tersebut di
bawah
ini :
Salah 
satu  
jenis   
akomodasi  
yang   
mempergunakan 
sebagian 
atau
keseluruhan
bagian
untuk
jasa
pelayanan
penginapan,
penyedia
makanan
dan 
minuman
serta 
jasa 
lainnya
bagi 
masyarakat
umum 
yang 
dikelola
secara
komersil
(Keputusan
Menteri
Parpostel
no
Km  94/HK103/MPPT
1987)
Bangunan
yang 
dikelola
secara 
komersil
dengan
memberikan
fasilitas
penginapan untuk
masyarakat
umum 
dengan fasilitas sebagai berikut  :
Jasa
penginapan
  
7
Pelayanan
makanan
dan
minuman
Pelayanan
barang
bawaan
Pencucian  pakaian
Penggunaan    fasilitas  
perabot  
dan   hiasa-hiasan 
yang   ada di
dalarnnya. (Endar
Sri, 1996:8)
Sarana   tempat   tinggal   umum   untuk   wisatawan   dengan   memberikan
pelayanan
jasa
kamar,
penyedia
makanan
dan minuman
serta
akomodasi
dengan
syarat pembayaran (Lawson,
1976:27)
Hotel
itu sendiri terdapat
beberapa
istilah
yang perlu
diperhatikan:
Jenis  Kamar.  Kamar   )lotel   biasanya   dibagi   dalam   beberapa   jenis
menurut  
ukuran   ruangannya.    Kamar   paling  
kecil   biasanya  
disebut
standard-room, superior,  deluxe,
suite
dan
presidential.  Tidak
ada
ukuran
baku
jenis
kamar
untuk
tiap-tiap 
hotel,
tapi
biasanya
ukuran
kamar
tidak
jauh
berbeda
untuk
kelas
yang
sama
pada
hotel
dengan
rating
yang
sama.
Kamar  superior  di
semua  hotel
bintang  5
memiliki  ukuran  yang
hampir
sama,  tapi
kamar  superior  di
hotel  bintang  3
bisa
jadi
memiliki 
ukuran
yang
lebih
kecil.
Tempat  tidur (bed).
Biasanya
dikenal sebagai
double-bed
dan
twin
bed.
Double 
bed  adalah 
1  tempat 
tidur 
besar  dapat  dipakai 
berdua,  biasa
disebut  juga king-size.  Sedangkan  pada
kamar
twin-bed  akan
terdapat  2
tempat
tidur
dengan
ukuran
lebih kecil
(cukup 1 orang).
Kamar 
mandi.  Biasanya tersedia
bath-up  atau shower. 
Untuk 
hotel
dengan  rating  bintang  4
&
5
bath-up  adalah  keharusan.  Untuk  kelas  di
bawalmya hanya
disediakan shower.
Rate. Terdapat beberapa istilah
rate
hotel, ada
rack-rate/publish
rate,
ada
promo
rate.
Rack
Rate/publish
rate adalah
tarif
resmi
hotel,
namun
dalam
praktiknya 
tarif
yang
diberlakukan di
bawah
publish
rate.
Sebaiknya
ditanyakanjuga apakah sudah
nett atau
++.
Tarifnett berarti Anda
hanya
membayar 
sejurnlah  tarif  tersebut. 
Sedangkan 
++ berarti tarif tersebut
masih  
harus  
ditambahkan 
pajak   dan   service  
yang   besaruya  
untuk
Indonesia
adalah
21%, dan bisa berbeda-beda
untuk
hotel di luar
negeri.
  
8
Block-out  Date.
Jika   Anda  
memesan
kamar  
online
istilah
ini 
sering
digunakan 
untuk  
menandakan 
tanggal-tanggal
tertentu 
dimana 
kamar
tidak  bisa
dipesan melalui
online atau
travel 
biro.
High/Peak  Season  Surcharge. 
Tarif  kamar 
biasanya
ditentukan
6
bulan
atau 
1 tahun 
sebelumnya.
Untuk 
kondisi 
ramai 
tamu 
biasanya
hotel
mengenakan
biaya   
tambahan  
sebesar  
nilai   
tertentu.  
High   
season
surcharge
ini 
biasanya
ditambahkan
saat 
libur 
sekolah.
Sedangkan
Peak
season  surcharge dikenakan saat
Iibur
lebaran, atau
tahun 
baru.
Breakfast.
Saat 
pemesanan
kamar 
sebaiknya
ditanyakan
apakah
harga
termasuk
dengan
sarapan
dan  untuk 
berapa
orang.
Kode 
RIO
atau  Room
Only
merupakan penanda bahwa harga
kamar  tidak 
termasuk sarapan.
Check-in
Time 
&
Late  Check-out  Time. 
Check-in
Time 
adalah 
jam
dimana tamu 
sudah 
diperbolehkan
melakukan
checkin.
Check-in
time 
ini
juga   bervariasi 
dan 
sangat 
situasional,
artinya 
di 
saat   banyak 
kamar
kosong
Anda 
masih
dimungkinkan
check-in
jam 
9
pagi. 
Check-in
time
rata-rata
adalah
antara
jam
mulai 
jam 
1
atau 
siang. 
Check-out
time
adalahjam
dimana
Anda 
sudah 
harus
meninggalkan
hotel
di
hari
terakhir
menginap.
Biasanya
berkisar
jam
11
a/s
12.
Seperti
halnya 
check-in
time,
check-out
time
juga 
situasional
dan
tergantung
kebijakan
masing-masing
hotel. 
Bahkan
beberapa
hotel 
masih 
memberi
kelonggaran
late
check-out
hingga
3
sore. 
Tapi 
jika 
semua
kamar 
sudah 
terpesan
maka 
Anda 
harus
segera bergegas check-out sesuai 
batas
waktu.
Walk-In  guest.
Adalah
tamu-tamu
yang 
langsung
datang
ke
hotel 
tanpa
reservasi sebelumnya.
Oleh 
sebab 
itu, 
dapat 
disimpulkan
bahwa 
wisma
atlet 
yang 
dirancang
akan 
mengikuti
kriteria
sebuah
hotel, 
namun
disini 
diberi 
pembatasan yaitu
diperuntukkan
secara 
khusus
dari 
wisma
ini 
yaitu 
untuk 
atlet. 
Sehingga
dalam
program  ruang  
akan  
disesuaikan
antara  kebutuhan
umum  
dari 
sebuah  
hotel
kemudian 
dikombinasikan 
dengan  fasilitas 
untuk  
atlet  
yang   harus  
dipenuhi.
Fasilitas
utama 
dan 
penunjang
yang 
kurang
lebih
harus 
dimiliki
dalam 
desain
sebuah
wisma atlet
antara lain
sebagai berikut :
  
9
Ruang-ruang
Utama
Ruang
Tinggal
I
Kamar  Tidur
Atlet
Ruang-ruang Penunjang
Ruang 
Olahraga (indoor)
Ruang 
Makan
Dapur
Ruang 
Briefing
Ruang
Serbaguna
Ruang 
Fitness  (untuk 
latihan fisik)
Klinik 
Kesehatan
Musholla
ATM
Money  Changer
Ruang-Ruang Service
Lahan 
Parkir
Ruang
Tunggu Supir
Ruang 
Keamanan
Ruang 
Mekanikal dan
Elektrikal
WC/KM
Janitor
Gudang
  
10
11.1.3
Survey Komplek Olahraga Ragunan (Wisma DKI/nasional)
OBSERVASILANGSUNG
Foto 2.1.1
Denah Lokasi
Komplek 0/ahraga
Rag.man
Sumber: Dokumentasi
Pribadi
Alamat: Jalan
Harsono RM-Pasar Minggu, Jakarta
Selatan
Fasilitas bersama di
komplek olahraga Ragunan
:
Auditorium
Foto 2.1.2 Auditorium  Komplek
0/ahraga
Ragunan
Sumber
:
Dokumentasi Pribadi
Dari   segi  
penempatan,  auditorim 
ini 
dapat   dengan  
mudah  
dijumpai
karena
letaknya
yang 
tidak  
jauh  
dari   gerbang  
masuk  
Komplek  Olahraga 
Ragunan.
Auditorium ini
digunakan untuk  acara
pertemuan, briefing dan
seminar. Sebagai
kemudahan, tepat  di
depan  pintu
masuk  auditorium disediakan tempat 
parkir.
Lapangan olahraga indoor  dan
outdoor
  
11
Foto 2.1.3 Berbagai Jenis Lapangan di Komp/ek 0/ahraga
Ragunan
Sumber :
Dokumentasi Pribadi
Semua  atlet  yang  ada
di
wisma
ini
boleh  memakai  semua  fasilitas  yang  ada,
walaupun
fasilitas
tersebut
tidak berhubungan
dengan
cabang
olahraga
yang
bersangkutan.
Dapur
Foto 2.1.4 Dapur Komplek 0/ahraga
Ragunan
Sumber:
Dokumentasi Pribadi
Didapur
inilah
makanan
atlet diolah dan semua
menu
makanan
telah
ditentukan
oleh pihak
pengelola
Tinggi plafon
dapur
Luasdapur
Ruangmakan
:3.00m
:
IO.OOmx 12.00m
Ruang
makan ini
digunakan
oleh
seluruh
atlet
yang
berada
di komplek
olahraga
Ragunan .
Semua  atlet  Wisma  DKI/nasional 
makan  di
ruang  makan  bersama
yang berkapasitas
180 orang. Sedangkan
untuk atlet
Asrama
Raguuan
di
  
12
ruangan  yang  terpisah.  Disini,  sistem  pengambilan  makanan  diambil  sendiri
(prasmanan), namun tetap diawasi oleh penanggungjawab ruang makan.
Foto 2.1.5 Suasana di Ruang Makan Bersama Komp/ek 0/ahraga
Ragunan
WCumum
Klinik
Sumber:
Dokumentasi Pribadi
WISMA DKI/NASIONAL
Foto 2.1.6 Tampak Depan Wisma DKJ!Nasional Komplek 0/ahraga
Ragunan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Foto 2.1.7
Denah Wisma DKJ!Nasional
Komplek 0/ahraga
Ragunan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
  
13
Fasilitas bersama di
Wisma 
DKI/nasional :
Ruang 
serbaguna
(untuk
±  50
-
60  orang,
biasanya
digunakan
untuk 
seminar,
berkumpulnya
pelatih, briefing) terletak di
Iantai
satu.
Foto
2.1.8  Ruang Serbaguna Wisma DKI/Nasional Komplek Olahraga Ragunan
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Ruang
serbaguna
ini
biasanya
digunakan
untuk 
briefing
atau 
seminar.
Iuasan
dari 
ruang
serbaguna
ini
cukup 
untuk 
menampung
±100 
orang.
Di
dalam 
ruang
serbaguna 
ini 
juga   terdapat 
kamar  
mandi  
dan  
kolom-kolom 
pada   tengah
ruangan
digunakan
sebagai
shaft 
instalasi
Iistrik 
dan 
air
dari 
bangunan
Wisma
DKI/Nasional.
Musholla terletak di
Iantai
dua.
Ruang tamu
terletak
dilantai satu
Laundry
(baju 
kotor 
dimasukan
ke 
dalam 
keranjang
yang 
telah 
diberi 
nomor
kamar. keranjang
ini
akan
diambil oleh
petugas)
Keterangan lainnya
:
Bangunan
Wisma
DKI/Nasional terdiri 
dari  3
lantai 
(lantai
1
:
atlet 
permpuan,
Iantai
2
:
atlet
laki-Iaki, lantai  3
:
pelatih dan
pelatnas taekwando)
Memiliki
lahan
parkir  untuk mobil  dan
motor  di
bagian
depan 
wisma.
Ada
76
kamar  secara 
keseluruhan (Iantai  1 : 20
kamar, lantai
2
:
26
kamar, lantai
3
:
26
kamar).
Ada
sebanyak
17
kamar 
yang
disewakan.
Standar kamar 
Wisma
DKI/Nasional pada  awalnya (lantai 1
:
2
ranjang,
lantai  2
:
3
ranjang, lantai  3
:
4
ranjang)
Jarak
antar
kolom             
:
4.00m
Tinggi 
plafon                             
:
4.00m
Koridor berjarak                    
:
l.SOm- 1.80
m
  
14
Lebar  tangga
:
1.60m  
(21 
anak 
tangga
dengan  
tinggi   masing-
masing 21cm 
dan
1ebar
pijakan 28cm)
Gambar 2.1.1  Layout Kamar Tidur  Wisma DKJ/Nasional Komplek 0/ahraga
Ragunan
Satu  kamar 
di
Wisma DKI!Nasional paling
banyak
ditempati oleh  4
orang 
atlet
dari
cabang olahraga yang
sama.
Kebersihan kamar adalah  tanggungjawab setiap 
atlet
masing-masing.
Wisma
DKI!Nasional Ragunan bisa
disewakan kepada pelatih atau
atlet
luar.
Baik   sekolah, 
tempat 
tinggal, 
makan 
3  
kali/hari,  fasilitas 
dalam 
komplek
olahraga Ragunan.
  
15
Kekurangan  yang dirasa
oleh atlet
yang
menempati  Wisma
DKI/Nasional :
Tidak adanya
transportasi di dalam komplek  olahraga
Ragunan
Perlengkapan 
olahraga   yang   dijanjikan  
oleh   pemerintah   belurn   dirampung
(misalnya, 
sepatu  yang  dijanjikan  4
pasang  setiap  tahunnya, 
raket  untuk  atlet
bulu tangkis,
perlengapan  taekwando)
Televisi   yang  ada  di  ruang 
tamu 
dirasakan   kurang 
Iayak  karena  tempat  ini
merupakan
tempat
hiburan
satu-satunya.
WAWANCARA
Tabe/2.1.1 Tabel Wawancara Atlet Wisma DKI/Nasional
Komplek 0/ahraga
Ragunan
NO
NAMA(usia)
ATLET
KEGIATAN
LAIN-LAIN
1
Ruth 
(15)
Basket
05.30-07.00
lari
pagi
07.00-08.00
persiapan sekolah
08.00
-
12.00 
sekolah
12.00- 13.00 
makan  siang,
istirahat
13.00- 17.30 
latihan fisik
+
teknik
17.30-19.30
mandi, makan
malam, istirahat
19.30-21.00
pendalaman materi
pelajaran sekolah
Jumlah
atlet
untuk cabang
olahraga
basket
ada 
12
orang 
yang
menempati
Wisma
DKI/nasional
2
Lila
(13)
Renang
04.30-07.00
lari 
pagi 
(diadakan
hanya
2
kalilminggu)
07.00- 08.00 
persiapan sekolah
08.00- 12.00 
sekolah
12.00
-14.30
makan
siang,
istirahat
14.30-16.00
latiban fisik
16.00- 17.30 
latihan tekuik
17.30- 19.30 
mandi, 
makan
malam, istirahat
19.30-21.00 
pendalaman
materi
pelajaran sekolah
Jumlah
atlet
untuk   
cabang
olahraga
renang   ada·
4
orang
(2
orang
perempuan, 
2
orang 
laki-
laki)yang
menempati
Wisma
DKI/nasional
  
16
NO
NAMA(usia)
ATLET
KEGIATAN
LAIN-LAIN
3
Dita
(15)
Sasa
(15)
Taekwondo
05.30-07.00
1ari pagi
07.00
-
08.00 
persiapan
seko1ah
08.00 - 12.00 
seko1ah
12.00- 16.00 
1atihan
16.00- 17.30 
makan,  istirahat
17.30-19.30
mandi, 
makan
ma1am,
istirahat
19.30-21.00
penda1aman   materi
pe1ajaran
seko1ah
Jum1ah  
at1et
untuk 
cabang
o1ahraga
taekwando
ada
8
orang  (5
orang
perempuan, ³
orang 
1aki-
1aki) 
yang
menempati
Wisma
DKI/nasiona1
4
Anggoro
Sigit
(15)
Nur
Cahyadi (15)
Faisa1
(15)
Deandra (15)
Bu1utangkis
05.00-07.00
1ari pagi
07.00 - 08.00 
persiapan
seko1ah
08.00-12.00 
seko1ah
12.00-13.00
makan 
siang,
istirahat
13.00-17.30
1atihan 
fisik 
+
teknik
17.30- 19.30 
mandi, 
makan
ma1am,
istirahat
19.30-21.00
pendalaman
materi
pe1ajaran
seko1ah
Jum1ah
at1et
untuk   
cabang
o1ahraga
bu1utangkis
ada  
14   orang
(4 orang
perempuan,
10
orang        
1aki-
1aki) 
yang
menempati
Wisma
DKI/nasiona1
Sumber: Has1l Wawancara
  
17
11.1.2 Survey
Wisma Fajar
Foto 2.1.9
Suasana
Lokasi Wisma Fqjar Senayan
Sumber
:
Dokumentasi Pribadi
Alamat : :
n.
Pintu
Satu
Senayan, Kecamatan Tanah
Abang, Jakarta Pusat
Batasan wisma :
Batas 
utara 
:
Jalan 
Pintu 
Satu 
Senayan
(bersebrangan
dengan
Gelora 
Bung
Karno)
Batas
samping
kiri :
Kantor Pusat  KONI
Batas
samping kanan : Hotel
Atlet
Century
Batas  belakang : Jalan
Manila
(bersebrangan dengan
Wisma Serba
Guna)
Penjelasan tentang Wisma Fajar
:
llantai terdiri  dari
2
unit
apartment.
  
 ' r  -
18
t
I
-
-
I
I
§
J
Total ada 3 tower
dengan
masing-masing tower terdiri dari 11 Iantai.
Lantai  
merupakan   area   yang   sudah   tak   terpakai,   sedangkan    10 
Iantai
berikutnya
merupakan  Iantai apartment.
Ada 1 ruang penge1ola di lantai 3 di karnar bemomor 46.
Untuk
satu
unit apartment
dapat ditempati
oleh
±
15 orang.
Harga sewa perbulan
adalah
Rp. 6,000,000.00-, ditambah
PPN 
10%
Biaya Iistrik dan telepon
bayar sendiri per masing-masing
unit.
Yang  menyewa  disini  kebanyakan 
adalah  para  pegawai  asing  yang  bekelja 
di
Indonesia
danjarang sekali disewa
oleh atlet.
Sejarah
singkat
:
o
1974 
dibangun   (berada   dibawah   kepemilikan  salah   seorang
warga 
Singapore)
0
1980 
resmi beroperasi
o
1985-1995
masih  ditinggali  oleh  pelatnas  (kira-kira  saat  itu  ada  50
atlet)
o
2004 
kepemilikan 
berpindah   tangan   kepada   pihak 
pengelola
Gelora
Bung Kamo)
Gambar
2.1.2
Denah
Eksisting Unit Pada Wisma Fajar
........ 
""""
'I
il
_,.
u
··-----
---
-
-
-----
I
-T
i
_L
"""-' 
f
A
B
II
l
I
/
I
'
c
I
j
:
#:> \_
\
,
"
"
,_
-- 
b
!
li
!
/-
2
-j
-
r-
-!
'
nap unit tudiri
RuangT11mu
11
!i
'\
'
3
1ool-     
"
!
R.umgM:alutn
!I
1
1
:.!1 _j
i! 
I"
\
11
?
L
,- ·n
11
I
!
I
j
D:tpur
Ruang Jfmur
3
K.lidur+
lK..lidur ki ;tmRum.:th Tangga
"
2KM+lKMUtmut
;I---- ----  f
I
'
'
I
_I
Ruang Jland
IJ
I
i
I
I
,_
I,J.,.h.!,aJ.,,J.,;;-,..,1
'
_,_
Rwmg Pornp11
"
B:tlkon
  
19
Keterangan gambar denah  :
Foto 2.1.10
Keadaan
Luar
Unit Lantai
Wisma
Fajar Senayan
Sumber
:
Dokumentasi Pribadi
Ruang 
penerima
eli
masing-masing
unit 
berupa 
ruang 
perantara
yang 
berukuran
2250xl250,
dimana ruang 
perantara
ini
menghubungkan
antara  pintu  utama 
dan
pintu 
service.
Keadaan
di 
lobby 
unit 
yaitu 
antara 
tangga
dan 
lift
mendapatkan
cahaya
alami  
yang 
sangat
kurang.
Bukaan
kecil 
berupa  
lubang-lubang
angin
pada 
sisi 
tangga
tidak 
cukup 
menjangkau
hingga 
ujung 
tangga
lainnya,
apalagi
jarak
dari
ujung
tangga hingga pintu
lift
masih  selebar 2m.
I. RUANO
TAMU
5250x4500
2.  
RUANO MAKAN
5250x3500
Foto 2.1.11 Keadaan Ruang Tamu dan  Ruang Makan Wisma Fajar Senayan
Sumber: Dokumentasi Pribadt
Kondisi
pada 
ruang 
tamu 
dan 
ruang  
makan   adalah
dua 
ruangan
yang 
dibuat
menyatu
tanpa 
sekat. 
Dimana
pencahayaan
alami 
di 
kedua 
ruangan
ini 
cukup
terang
pada 
siang 
hari. 
Hal 
ini 
disebabkan
oleh 
bukaan
pada 
hampir
seluruh
dinding
menuju
balkon, 
dengan
penggunaan
jendela
mati 
dan 
pintu 
geser 
yang
setinggi 210cm. Sedangkan
tinggijloor to plafondyaitu
250cm.
  
20
3.   DAPUR
3250x2750
Foto 2.1.12 Keadaan Dapur Wisma Fajar Senayan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Dapur  dalam  unit  wisma 
ini  mendapatkan 
cahaya 
yang  cukup  terang  secara
alami.Hal   ini 
dikarenakan   salah   satu 
sisi 
bangunan   yang 
menjadi   bukaan
maksimal.
Bukaan
ini
juga
memberikan
sinar
langsung
pada
bidang  kerja
utama
dapur,
yaitu
pada
meja
dapur. Namun
untuk
kondisi
tertentu,
rnisalnya
adanya
jemuran   baju   pada 
bagian   luar, 
maka   cahaya   yang 
masuk   akan   semakin
berkurang.
RUANGTIDUR
(A)4525x3750
Foto 2.1.13
Keadaan Ruang Tidur (A) Wisma Fajar Senayan
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Pada  kamar  tidur 
utama 
ini,
pencahayaan 
alarni
dimanfaatkan  dengan  adanya
bukaan  pada
dua
sisi
dinding 
yang
menghadap  pada ruang
luar,
sehingga  saat
siang hari, penerangan
ruangan tidak
memerlukan pencahayaan buatan.
  
1
(B)4500x3000
Foto 2.1.14 Keadaan Ruang Tidur (B) Wisma Fajar Senayan
I
I
I
I
Sumber:  Dokumentasi Pribadi
I
Sarna seperti
pada
kamar sebelumnya,
kamar
tidur
ini juga
terdiri
dari dua sisi
dinding yang diberikan bukaan.
(C)3750x3000
Foto 2.1.15 Keadaan Ruang Tidur (C) Wisma
Fajar Senayan
(Sumber:  Dokumentasi Pribadi)
Kamar tidur
ini berada diantara kamar tidur sebelumnya dan ruang rnakan, oleh
karena itu, hanya ada satu sisi dinding yang terdapat bukaan berupa jendela.
KAMAR MANDl UTAMA2000xl475
Foto 2.1.16
Keadaan Kamar Mandi Utama Wisma Fajar Senayan
,·r
I
f--.
I
I
I
Kamar
mand'
Sumber.·
!Jolrtmten!tlfl
!!lklfl/
1
d
eng
an  .
d
1
Yang 
terletak 
didafpn. k
""" 
amar
utam
a
1. ,
:t:t.:
I
.
)en eJa
Yang 
terJ
"
'111
meDJJJw  
pencabar'OPJi
111engikuti lebar  k
etak
180cm  dari lantaJ
':!' '
I
lllnar 11latJdi.  
Hal
ini membuat '
namun 
dibuat
memanjar/
krunar
mand· .
I
I
  
JUga
senantia/'
  
21
(B)4500x3000
Foto
1.1.14 Keadaan Ruang Tidur  (B)
Wisma Fajar
Senayan
Sumber :
Dokumentasi Pribadi
Sarna
seperti  pada  kamar  sebelumnya,
kamar  tidur ini
juga terdiri 
dari 
dua
sisi
dinding
yang diberikan  bukaan.
(C)3750x3000
Foto
1.1.15 Keadaan Ruang  Tidur  (C)
Wisma Fajar
Senayan
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Kamar
tidur
ini
berada
diantara
kamar
tidur
sebelumnya  dan ruang
makan,
oleh
karena
itu,
hanya ada satu sisi dinding
yang terdapat
bukaan berupajendela.
KAMAR
MANDl   UTAMA  2000xl475
Foto
1.1.16 Keadaan Komar Mandi Utama Wisma Fajar  Senayan
JrJ
!..-_
f
Sumber :
Dokumentasi Pribadi
Kamar 
mandi 
yang  terletak 
didalam  kamar 
utama  ini
memiliki 
pencahayaan
dengan   jendela   yang 
terletak   180cm   dari 
lantai, 
namun   dibuat 
memanjang
mengikuti 
Iebar
kamar  mandi.  Hal  ini
membuat  kamar  mandi  juga  senantiasa
terang pada siang hari dengan
cahaya
alarni.
  
22
11.1.5
Studi 
Literatur Beijing
Athlete's
Village
Gambar
2.1.3 Suasana Perkampungan Atlet di Beijing Athlete's
Village
Komplek    Olahraga    SeaGames    Beijing    menjadi     "green  building"
terbesar
didunia.
Berdiri
diatas
laban
seluas
160
ha,
berisi 42
bangunan
hunian.
Dengan
kombinasi  dari
solusi
berteknologi
tinggi
dan
berteknologi
rendah
untuk
secara
radikal
mengurangi
energi
dan meilingkatkan
efisiensi,
termasuk
insulasi,
jendela
hemat
energi,
matahari dan atap
hijau
,
dan
sistem
pertukaran
panas
yang
mengumpulkan
dan
kembali 
menggunakan
air
hujan 
untuk
pemanasan dan
pendinginan,
penghematan
energi 
yang 
teljadi 
sebesar 
40  persen  dari 
sistem
HVAC.
Keistimewaan
dari  kompleks 
olahraga 
ini 
adalah 
gedung 
"pusat
penyambutan
atlet
tanpa
energi".
Dibangun  bekelja  sama
dengan  Berkeley 
Lab
Lingkungan   Teknologi 
Energi 
Divisi  dan  Beijing 
Tsinghua 
University, 
yaitu
pemanas 
inovatif  dan  sistem  pendinginan
yang 
menggabungkan
pompa  panas
dengan
sumber
tanah,
lantai
berseri-seri, 
dan
pendinginan pengering 
dengan
regenerasi
surya aktif, serta
sistem
penyimpanan suhu
musiman.
Seluruh  pembangunan
lahir  dari
pembicaraan
yang
dimulai  pada  tahun
2002  antara  pemerintah 
Beijing,  Departemen  Ilmu
dan
Teknologi, 
Departemen
Energi  AS, dan
wakil  dari Jerman  dan
Jepang.
Sebagai  bukti
bahwa
pekeljaan
tersebut  berlangsung,
proyek  ini  menjadi  bangunan  pertama  di
Beijing  dengan
bersertifikat  
LEED.   Seorang   pengembang,   Guo   Ao, 
dan   desainer,   Beijing
Tianhong  
Yunfang   Arsitektur  
Group,   dipilih  
untuk   bertanggungjawab
atas
pengembangan
perkampungan
atlet
ini.
Kemudian, 
EMSI,
insinyur  "
bangunan
hijau" dan
Departemen  Energi
AS ditunjuk
menjadi konsultan.
  
23
Disini, 
desain 
atap
bangunan
menggunakan
panel
surya
dan
vegetasi 
dan
toilet   siram 
dengan  
graywater 
(air 
bekas  
yang 
masib   dapat   dipakai  
ulang).
Kebanyakan
parkir
telah
disiapkan
di
bawah
tanah
sehingga
tersedia
lahan 
untuk
ruang 
hijau,
yang 
me!iputi 
90
persen 
dari
lansekap
tapak, 
bersama  dengan 
jalur
pejalan  kaki
dan
sepeda. Untuk 
mengatasi
kekhawatiran
pasokan 
air
kota,
sistem
irigasi 
hemat 
air
serta
tanaman
tahan 
kekeringan
membantu
untuk 
mewujudkan
penghematan
energi. 
Di 
samping
fasilitas
yang 
cukup, 
akses 
ke 
sistem 
kereta
bawah   
tanah    juga  
menciptakan 
kenyamanan  
di  
kota  
sebesar    China  
ini,
khususnya
Beijing. 
Jacques Rogge,
ketua
IOC,
telah
menyebutnya
dengan
"perkampungan atlet
terbaik".
Kompleks
ini  resmi 
yang 
pertama
menerima
"USGBC's LEED
Neighborhood 
Development"
di 
luar  
Amerika
Serikat.
Ini
juga  
merupakan
komplek
hunian  pertama  yang
menerima penghargaan LEED
di
Beijing.
Ketika 
harga 
energi 
meningkat
seiring 
dengan keluhan 
atas
polusi,
Departemen
Pembangunan
Perkotaan
dan  Pedesaan
China, 
Menteri 
Konstruksi,
demam
yang 
berkembang saat 
ini
adalah 
efisiensi
energi 
pada
hunian. 
"Para
pernimpin 
Cina 
mengetahui  perkembangan 
bangunan 
hijau  
merupakan
kebutuhan
kritis
dan
Perkampungan
Atlet
untuk 
SeaGames
dapat
menjadi 
model
untuk 
pembangunan," kata
Menteri 
Keuangan
AS,
Henry 
Paulson 
dalam
sebuah
upacara kecil
di
Beijing.
Mengenai Asrama Atlet
:
Gambar
2.1.4 Suasana Kamar Tidur Asrama Atlet di Beijing Athlete's Village
Sumber:
Tersedia
layanan
bus
yang
terbuka 
untuk 
atlet,
pejabat 
delegasi,
pejabat 
dan
staf. 
Pengunjung
bisa 
masuk  
ke 
daerah  
perumahan
hanya 
ketika 
mereka
disertai  oleh
warga
terdaftar.
  
24
Ada  42  bangunan  di
komplek 
ini.
Asrama  Olahragawan  adalah  bangunan
permanen 
yang  terdiri 
dari 
enam 
hingga  sembilan   lapis.  Kompleks   ini
memiliki
9.000
kamar
dan dapat
menampung
sekitar
17.000
orang pada
saat
yang
sama.
Menurut
data
resrni, 16.000
orang
akan
tinggal
disana
selama
Olimpiade
Beijing.
Semua   42 
bangunan   berfungsi   sebagai   hotel 
independen, 
menyediakan 
layanan 
lengkap  
untuk  
penduduk.    Dua   belas  
pusat-pusat   pelayanan
perumahan 
telah 
ditugaskan   mengelola 
semua 
layanan  dan 
memberikan
informasi
yang tepat waktu kepada penduduk.
Di antara
12 pusat
layanan
merupakan 
pusat
pelayanan 
umum,
pusat
bisnis
dan
pusat 
permukiman. 
Warga 
akan dapat
bertemu 
dengan 
seorang
konsultan,   masalah   keluhan, 
mencari 
tukang   dan 
mendapatkan  
layanan
binatu  di  pusat  pelayanan 
umum  setiap  saat.  Layanan  fax  dan 
mencetak
tersedia   di 
pusat   bisnis.   Video   game   atau 
internet   tersedia 
di 
tengah
permukiman,
yang akan buka dari jam 8:00 sampai
tengah malam.
Semua   furnitur
di   asrama  
secara   khusus    dirancang  
untuk  
memberi
kenyamanan  bagi
semua
orang,
termasuk
orang-orang  cacat.
Tinggi
tempat
tidur
dapat
disesuaikan
dan meja
ruang
konferensi
telah
dibangun
untuk
pengguna
kursi
roda bisa duduk
pada
pada
posisi
yang
paling
nyaman
untuk
mereka.
Mengenai Ruang Makan dan Dapur
Atlet
:
Gambar 2.1.5 Suasana
Ruang Makan Bersama Atlet di Beijing Athlete's Village
Sumber:
Ruang makan terletak
berdekatan dengan asrama.
Ruang
makan terbagi atas 3 ruangan
yang
masing-masing
dapat menampung
1000, 3000 dan 4000 orang.
  
25
Ada 
tiga 
menu 
utama: 
makanan
Asia, 
makanan
Mediterania
dan 
makanan
internasional.
Ada  
beberapa
kulkas  
besar 
di 
sebelah
ruang  
makan  
yang
memiliki 
berbagai 
jenis  
minuman, 
yang  
sebagian 
besar  
produk-produk
sponsor
Olimpiade.
Dapur
besar
dipisahkan dari
ruang
makan  dengan 
30
meja
prasmanan.
Piring  
makan  
terbuat    dari  
kertas  
yang  
dapat  
didaur-ulang 
dan   ramah
lingkungan.
Ruang
makan
utama
akan
memberikan layanan 24-jam.
Dalam 
satu  hari
ruang 
makan 
ini
digunakan
oleh  9000
atlet  dan
3000 
orang
staff
yang
bertugas.
Mengenai Klinik  Kesehatan Atlet
:
Gambar
2.1.6 Suasana
Ruang
Klinik Atlet di Beijing Athlete's  Village
Sumber:
Klinik  komprehensif dengan staf
dari
626
dokter  dan
perawat yang
berada
di
antara  3.223
staf
medis
langsung berpartisipasi dalam
program dukungan
Olirnpiade medis.
Tanggung jawab
utamanya
menyediakan
penanganan
darurat 
(tidak
melayani
operasi), pelayanan kesehatan medis
awal
dan
selama lebih
dari
16.000
atlet
dan
pejabat
selama
Olirnpiade. Selain 
itu,
klinik
akan
memberikan uji
pengendalian doping selama  24
jam
IOC
sehari,
7
hari
seminggu.
Tersedia
unit
gawat
darurat, dermatologi, kedokteran internal, 
kedokteran
olahraga, operasi, fisioterapi ortopedi, dan
bahkan
ginekologi, terutama
berkaitan dengan
pengobatan cedera  olahraga.
  
Dari  studi 
banding 
dan 
studi 
literatur 
pada  tinjauan
umum 
dapat 
disimpulkan
beberapa hal berikut  ini :
Tersedianya
ruang 
tinggal,
baik 
berupa 
unit-unit
kamar 
seperti 
hotel, 
maupun
unit 
yang 
!ebih  luas 
seperti 
apartment,
namun 
dalam 
hal 
efisiensi 
dan
kenyamanan,
unit-unit 
seperti 
hotellebih
tepat  untuk 
diterapkan
mengingat
unit
apartment 
lebih   banyak  
menghabiskan 
space
jika 
atlet  
yang  
membutuhkan
hanya 
dalam 
jumlah
kecil 
yang 
akan 
ditempatkan
dalam 
ruangan 
yang 
sama
(biasanya
berdasarkan
cabang 
o!ahraga tertentu,
daerah/negara
asal,
gender,
maupun usia).
Dari
hasil 
wawancara dapat 
diperoleh
kesimpulan
bahwa 
walaupun
dari
cabang
olahraga
yang
berbeda-beda,
kegiatan
sehari-hari
yang
dilakukakan
hampir 
sama
yaitu
tidak
lepas
dari
latihan  dan
istirahat
yang
cukup.
Baik 
di
dalam 
maupun 
di  luar
negeri, 
ruang 
bersama 
berupa 
ruang 
makan 
dan
duduk  sangat  diperlukan
mengingat
kebutuhan atlet  yang
hampir 
sama  baik
carl
cabang 
olahraga manapun, pola
makan  yang
diterapkan sama.
Layanan
penunjang berupa 
minimarket
dan
ATMjuga sangat
penting
karena 
hal
tersebut mempermudah pemenuhan
kebutuhan atlet.
Pelayanan transportasijuga
tidak
kalah
penting  untuk
menunjang kegiatan atlet.
Kenyamanan
bangunan
juga 
menjadi
hal 
yang 
perlu 
dipertimbangkan
dalam
sebuah 
bangunan 
yang  
diperuntukkan 
bagi  
atlet  
karena  
kesehatan 
adalah
prioritas 
utama  
bagi 
seorang  atlet.  
O!eh 
sebab   itu, 
analisa  
lingkungan 
dan
bangunan
dalam 
perencanaan dan
perancagan
wisma 
atlet  sangat 
penting
di!akukan.
26
  
27
.
11.2 Tinjauan Khusus Topik
.
Dalam 
kesempatan 
menyelesaikan
penulisan 
Tugas 
Akhir 
ini, 
penulis
mengaml;>il topik  sustainable architecture (arsitektur  berkelanjutan)
yang
menuju  pada
J
konsep 
hemat  energi 
sebagai 
penekanan
khusus  pada  perencanaan
dan  perancangan
bangunan.
Menurut 
Jason  F.
McLennan
(2004:4) 
dalam 
The 
Philosophy
of  Sustainable
Design,  Sustainable
Design
is a design
philosophy
that
seek to maximize  the
quality
of
the
built  environment,
while  minimizing
or
eliminating
negative  impact  to
the
natural
environment.
Tujuan  dari  sustainable
adalah  untuk  lebih  bertanggung
jawab  terhadap
lingkungan
dan  juga
responsif 
terhadap 
manusia.  Memanfaatkan
potensi-potensi
alam
yang
ada
di
sekitar
tapak
adalah
kunci
dari
sustainable  design.
Namun,
tidak
hanya
itu,
hal lain
yang harus diperhatikan selain
lingkungan juga dari segi sosial dan
ekonomi.
Gambar 2.2.1 Element dari Sustainable Design
Sumber: Daniel E. Williams, FAlA, Sustainable Design Ecology Architecture
and Planning, 2007:15
Daniel 
E.  Williams 
(2007:18-19)
dalam 
bukunya 
Sustainable 
Design 
Ecology,
Architecture,  and 
Planning,  
prinsip-prinsip 
dalam 
mendesain  
bangunan 
agar
berkelanjutan antara
lain:
Connectivity:
Design
to
reinforce  the
relationship 
between  the
project,
the site,
the
community,
and
the
ecology.
Make
minimal
changes
to
the natural
system
fUnctioning. Reinforce  and
steward  those
natural  characteristics
specific
to
the
place.
Indigenous:  Design
with
and for what
has
been resident
and sustainable  on the
site for centuries.
Long   life,   loose   fit:   Design   for   foture   generations 
while   reflecting   past
generations.
  
28
Kesimpulan  
yang   
bisa   
diambil  
yaitu   
untuk   
membuat  
desain  
arsitektur 
yang
berkelanjutan,
bangunan
juga 
harus 
memperhatikan
pasokan
energi  
yang 
digunakan
untuk 
mendukung
bangunan tersebut
sehingga
bangunan mendukung
keberlanjutan
lingkungannya.
Hemat 
energi 
menurut
Tri 
Harso
Karyono
(2007)
adalah
suatu 
kondisi
dimana
energi  
dikonsumsi
secara
hemat  
(minimal),
tanpa
barus 
mengorbankan
kenyamanan
fisik 
manusia. Dalam 
penerapan
konsep
bemat
energi,
ada 
dua 
hal 
yang 
menjadi
pengbematan
terbesar
yang 
dapat 
dilakukan,
yaitu  pada 
sistem
pengbawaan
dan
sistem
pencahayaan.
Kedua
poin 
ini
juga 
diuraikan
dalam
jurnal 
Daryanto
mengenai
Konsep
Selubung 
Ganda 
Pada  
Rumah 
Susun 
Hemat 
Energi. 
Untuk  
sistem  
pencahayaan
bangunan
bertingkat
tinggi  
mengkonsumsi
energi  
sekitar
15 
hingga
20 
persen 
(Tim
Audit  Energi 
DJLPE, 2006)
Sebagai 
bentuk   
penerapan 
konsep 
hemat   
energi    dalam  
perencanaan 
dan
perancangan wisma
atlet, 
dalam
penulisan
Tugas 
Akhir
ini,
penulis
mengambil
pencahayaan alami 
sebagai penekanan khusus.
11.2.1 Sifat Cahaya Matahari
Dalam 
bukunya
yang 
berjudul
Matahari,
Angin
dan
Cahaya,
GZ.
Brown
(1994)
bercerita
secara 
garis 
besar 
tentang
pembahasan secara 
teknis
mengenai
matahari,
angin 
dan 
cahaya.
Ia
berpendapat
bahwa 
jumlah
cahaya
yang 
masuk:
kedalam
ruangan
selalu
berubah,
hal
ini
tergantung
dari
waktu  (pagi,
siang,
sore)
dan
juga
keadaan
cuaca.
Hal
ini
berakibat
kepada
penerangan
pada 
bidang
kerja
yang 
akan 
selalu
berubah. Akan 
tetapi, 
perbandingan
tingkat
penerdangan
pada
tempat 
terbuk:a
pada 
saat 
yang  sama 
akan 
mempunyai
nilai 
tetap.
Perbandingan
tersebut disebut faktor 
penerangan alami  siang  hari.
11.2.2 Kebutuhan Pencahayaan Untuk Tiap-Tiap Kegiatan
Y.B.
Mangunwijaya
(1997)
menyatakan
bahwa
penerangan
cahaya
alami
siang 
hari 
dimanfaatkan
antara 
jam 
08.00 
pagi 
sampai
jam 
16.00 
sore. 
Pada
waktu 
tersebut, cahaya
yang  masuk:
ke
dalam 
ruangan
melalui buk:aan
atau
celah
dapat 
berasal 
dari  cahaya
langit 
dan 
cahaya
matahari
langsung.
Ia
juga
mengungkapkan
bahwa 
cahaya dan  terang 
adalah
prasayarat
untuk 
penglihatan
  
29
manusia.
Dalam
kegelapan
total
kita
tidak
dapat
melihat
apa-apa. Namun,
sebaliknya dalam
terang
yang
sangat
berlebihan
kita
tidak
tahan
juga
kesilauannya.Ukuran
terang
yang
seharusnya tergantung dari kegiatan kerja apa
yang kita lakukan dalam ruangan tersebut.
11.2.3 Tujuan
Pencahayaan
AJami
Norbert
Lechner
(1991:132)
dalam
bukunya
yang berjudul
Heating,
Cooling, 
Lighting 
memaparkan 
bahwa 
sejak 
pertengahan 
abad  ke-20,
pencahayaan
alami kurang
diperhatikan
lagi
karena
adanya
pencahyaan
buatan
yang
dapat
dijadikan
pilihan
utama.
Dimana
pencahyaan utama
dianggap
menguntungkan
karena
perencana
bangunan
tidak
memperdulikan
lagi
bukaan
(jendela) pada perancangan bangunannya.
"There
is no
need for
great
precision in daylight calculations, because
daylight is only one aspect of lighting"
(Peter R. Smith, 1983:144)
Selain  cahaya
matahari  sebagai
sumber
kehidupan, pencahyaan
alami
juga bertujuan
untuk
menghemat
energi
yang
tak-terbarui.
Mengapa kita
harus
terus
mengeksploitasi
sesuatu yang
terbatas sedangkan tersedia
yang melimpah.
Dalam buku
Prasasto Satwiko
yang berjudul Arsitektur Sadar
Energi dijelaskan
bahwa
matahari
adalah
sumber
energi
bumi. Boleh
dikatakan
hamper
semua
energi  yang  ada  di  bumi  dapat
dilacak  asal  usulnya  dari matahari. Dengan
kelimpahan
ini,
sudah
seharusnya
potensi
cahaya
matahari dapat
dimanfaatkan
dalam
perancangan
bangunan
yang
tentunya
juga
memperhatikan
aspek-aspek
lain yang menyangkut lingkungan dan manusia.
11.2.4 Kelebihan
Dan Kelemahan Pencahayaan
Alami
Beberapa 
kelebihan 
cahaya 
matahari 
menurut
Prasasto
Satwiko
(2004:80) dalam bukunya Fisika Bangunan, antara lain sebagai berik:ut:
Bersifat alami (natural)
Tersedia berlimpah
Tersedia secara gratis
Terbarui
Memeliki spectrum cahaya Jengkap
  
30
I;
!
Memiliki daya panas dan kimiawi yang diperlukan bagi
makhluk
hidup di
bumi
Dinamis
Sedangkan 
beberapa 
kelemahan  cahaya 
matahari 
menurut 
Prasasto
Satwiko (2004:80) dalam bukunya Fisika Bangunan, antara lain sebagai berikut :
Pada
bangunan berlantai
banyak dan berdenah
rumit
sulit
untuk
memanfaatkan cahaya alami matahari
Intensitas
tidak 
mudah
diatur,
dapat
sangat
menyilaukan atau
sangat redup
Pada malam hari tidak tersedia
Sering membawa serta panas masuk kedalam ruangan
Dapat meudarkan warna
Adapun
hal
yang
dilakukan
untuk
mencapai
penerapan konsep
hemat
energi
tersebut
menurut
yaitu
dengan
memasukkan
cahaya
!ami
yang
berasal
dari
rnatahari
kedalam
bangunan.
Hal
yang
perlu
diperhatikan dalam
perencanaan
bukaan
jendela
yaitu
kualitas
penggunaan
ruang
yang
ditunjang.
Y.B. Mangunwijaya
(1997:246)
menjelaskan
kualitas tersebut
terbagi tiga
yaitu
kualitas ke.tja
halus,
ke.tja sedang
dan
ke.tja
kasar
yang
masing-masing memiliki
tuntutan minimum kekuatan penerangan.
Ke.tja halus : peke.tjaan cermat terus menerus, seperti menggambar detail
kecil dan sebagainya (300 lux)
•  Ke.tja sedang : pekerjaan tanpa konsentrasi yang besar dari si pelaku (150
lux)
•  Kerja kasar : pekerjaan detail besar seperti gudang (80 lux)
Maria
Wall
(2007)
dalam
bukunya
Sustainable Solar
Housing
menjelaskan
perbandingan
prosentase
bukaan
terhadap luasan
dinding (wall
to
window ratio -
WWR) serta
nilai
cahaya
yang diterima (lux) dengan diagram
sederhana  dibawah
ini :
  
31
Diagram 2.2.1 Perbandingan Bukaan Terhadap Luasan Dinding
,.,., 
-
--
--
---  - --
" 300
-
-
­
.
-
"
200 
100 
..
.
';J!
0
"'
Sumber: Maria Wall, Siustainable Solar
Housing,
2007:22
Jadi, 
kesimpulannya,
berapa 
jumlah
lux 
yang 
kita 
butuhkan
tergantung
dari 
jenis 
kegiatan
dalam  
ruang,
sedangkan
untuk 
menentukan
bukaan,
ratio
jendela
berbanding terhadap
luasan 
dinding.
G.Z. 
Brown
(1994)
dalam 
bukunya
yang 
beijudul
Matahari,
Angin 
dan
Cahaya
menjelaskan
bagaimana efektifitas
masuknya
cahaya
kedalam
bangunan
juga
didukung
dengan
perancangan
bangunan yang
memperthatikan
hal-hal
dibawah
ini
:
Orientasi bangunan terhadap cahaya
matahari.
Luas  
jendela 
harus   dibatasi
sampai 
20%  
dari  
luas  
dinding. 
Hal  
ini
dikarenakan 
banyaknya 
cahaya 
yang  
datang, 
atau  
yang  
biasa  
disebut
iluminasi, 
pada  
eksterior 
sering    500  
kali  
lebih  
banyak  
daripada 
yang
diperlukan di
bagian  dalam.
Kedalaman
ruangan
maksimum
harus 
2-2Y.
kali 
ketinggian
dinding
jendela
guna 
menjaga
suatu 
tingkat
iluminasi
minimum
dan
suatu 
distribusi
cahaya
yang
merata.
  
32
Diagram 2.2.2 Perbandingan Kedalaman Jendela dan Minimal(%)
Cahaya Yang Masuk Dalam
Ruangan
Sumber ;G.Z Brown, Matahari Angin dan Cahaya, 1994:102
Ruangan
yang 
diorganisasikan
ke 
dalam 
bangunan
tipis 
akan 
mempunyai
penerangan siang
hari
yang
tersedia bagi
tiap
ruang.
Gambar 2.2.2 Bentuk Bangunan Yang Memungkinkan Cahaya Matahari Masuk Dengan
Optimal
Sumber: Norbert Lechner, Heating Cooling Lighting, 1991:307
Zoning   
ruangan  
untuk     membantu  
mengelompokkan  
kegiatan  
yang
memerlukan
tingkat
penerangan
yang 
lebih 
tinggi 
pada 
daerah 
yang 
dekat
denganjendela atau
bukaan.
Wama
pada
perrnukaan
dapat 
memantulkan cahaya 
siang 
dan
meningkatkan
tingkat
penerangan.
  
33
Tabe/2.2.1
Tabe/ Daya Pantu/an Warna
putih
80-90%
kuning
muda,
merah
muda
80%
'beige' muda,
lilac
70%
biru
muda,
hijau
70-75%
kuning
35%
coklatmuda
25%
biru, hijau
muda
20-30%
hitam
10%
Sumber:
G.Z Brown,
Mataharz Angm dan Cahaya,
1994:122
Tabe/2.2.2
Tabel Daya Pantulan yang Dianjurkan
langit-langit
70-80%
dinding
40-80%
lantai
20-40%
Sumber: G.Z Brown, Mataharz Angm dan Cahaya, 1994:122
Pada atap,
dapat
diletakkan
skylight, 
sebingga
pencahayaan
alami
menjadi
semakin optimal dalam bangunan.
II.2.5
Teknik Pencahayaan
Alami
Dalam
buku
Norbert
Lechner
(1991)
yang
berjudul
Heating, Cooling,
Lighting
,pencahayaan
alami
dapat
dilakukan
dengan
2 teknik
bukaan,
yaitu
unilateral
(menempatkan
jendela
hanya
pada
satu
sisi
dinding) dan
bilateral
(menempatkanjendela pada dua sisi bangunan)
Gambar 2.2.3 Teknik Bukaan Pada Dinding
D
UNilATERAI.   
O
BilATERAL
Sumber : Norbert Lechner, Heating Cooling Lighting, 1991:326
Teknik 
memasukan 
cahaya 
alami 
ke 
dalam 
bangunan  terdiri 
atas 
teknik
langsung  dan  teknik  tidak  langsung.  Jika  memasukkan  cahaya  alami secara
langsung,
maka
penggunaan
jendela berupa
material kaca
polos.
Disini, cahaya
beserta  radiasi  diterima  secara
maksimal  tanpa  adanya
halangan.
Sedangkan,
  
   n
34
-=
memasukkan 
cahaya  alami  secara 
tidak 
langsung 
yaitu  dengan  memasukkan
cahaya
dengan
memantulkan
cahaya
pada bidang
tertentu
terlebih
dahulu
baru
dimasukkan
kedalam ruangan
yang membutuhkan  cahaya
tersebut.
Gombar
2.2.4 Datangnya Cahaya Matahari
- w
.
..
/..
"
n
J:J
"
':.;s(;
,,q.""
"-......
.t;"/
/,..\'"
""<9
,.
Ct......... ,_
"r',
'-.....!-.../
'
//;;, WHITE
BUILDING
oCi"
z/;,;;
,
.
;,; ,
J.
/
....if!'"' 
lVE
f'
:,.,..-t
GLAZING
Sumber: Norbert Lechner, Heating Cooling Lighting, 1991:313
Berikut  ini persentase  cahaya 
yang  dapat  dipantulkan 
melalui  bahan  material
tertentu.
Tabe/2.2.3 Tabel Material dan Persentase Pemantulan Cahayanya
Material
Reflectance
(%)
Aluminum,
polished
70-85
Asphalt
10
Brick, red 
25--45
Concrete 
30-50
Glass
Clear or
tinted 
7
Reflective 
20-40
Grass
Dark green 
10
Dry 
35
1\HJTor (glass) 
80-90
Paint
White
70-90
Black 
4
Po.-.:elain enamel
60-90
(white)
Snow 
60-75
Stone
5-5<1
Vegetation, ave....age
25
Wood
5-40
Sumber:  Norbert Lechner, Heating Cooling Lighting, 1991:314
  
  \     /
35
\
/
'
'
optimal 
radiasi matahari
'
.
/
Teknik  pemantulan  cahaya 
itu  sendiri masih beragam, antara lain sebagai
berikut:
Tabe/2.2.4 Tabel Teknik Pemantu/an
Cahaya
Teknik 
Kelebihan
Kekurangan
Pantulan
melalui
dinding- 
cahaya  
pantulan  
tidak 
bukaan 
jendela  
yang
dinding ruangan
terlampau 
silau, 
namun
terlalu 
banyak
juga
tengah 
ruangan
harus
"
menerima
cahaya 
mempertimbangkan
\
/
'
'
\
/
'/
/'.
,
'
'
/
\
/
'
Pantulan
melalui
lantai 
cahaya 
tetap 
dapat 
perkerasan
pada
lantai
dipantulkau, 
namun
dasar semakin
luas
tergantung
dengan
jenis
''\,/
;·.
pemantul
pada
lantai
0
dankanopi
Pantulan  
melalui   kanopi  
atau 
cahaya   tidak  
langsung 
cahaya 
sulit
overstack
masuk
ke 
dalam 
menjangkau
tengah
,.f I
,.,
ruangan
namun 
di 
bangunan.
i/."...-
':.
'
.
'
\
\
,1
'
'
'
'
Pantulan 
melalui 
kisi-kisi 
cahaya 
masuk
secara   jika 
tidak 
hati-hati
jendela 
optimal
kedalam
dalam  pemilihan  kisi-
:
:
bangunan
kisi, 
cahaya 
yang
":
'
.,
'
'
masuk
justru 
tidak
optimal
-
"'i ---
0
  
36
-
-
Pantulan
melalui
bidang
massive
pantulan  
cabaya   dapat 
membutuhkan
dua
lainnya 
diarabkan 
masa  bangunan 
untuk
sating
mendukung
.... 
-
=
'!(..-::
:-:.·7!
/l
''\
-
SKYLIGHT
pemantulan cabaya
'l
/
/
'
''•
0
Sumber: Norbert Lechner, Heatmg Coolmg
Lzghtmg, 1991
Selain dari bidang
dinding  yang diletakkan  bu1<aan pada
bidang
dinding,
bagian atap
bangunan
juga
dapat dimanfaatkan sebagai  bukaan
untuk
menerima
cahaya  
matahari.  
Selain   dapat   menggunakan 
teknik  
memasukkan 
cahaya
matahari
secara
langsung, teknik
memantu1kan cahaya
juga dapat diterapkan.
Gambar
2.2.5 Skylight Sebagai
Bukaan Untuk Menerima Cahaya Dari Langit-Langit Bangunan
Sumber: Norbert Lechner, Heating Cooling
Lighting, 1991:307
Sun  shading  juga diperlukan
dalam  merancang 
sebuah  bangunan 
agar
cahaya  optimal  dapat  masuk  kedalam  bangunan, 
namun  untuk  kasus  tertentu
cahaya 
yang
terlalu  silau  dapat  direduksi.  
Dalam  buku
Design  With  Climate,
Victor 
(1992) 
memberikan 
contoh 
pola  sun shading
yang  dapat 
diterapkan
kedalam
bangunan.
  
     §    ·      e
'
run
.
'
 
mJJ
ffi] .
...
.
1.><1
 
1/V
-.
.,
.......
?
c: c
..,. --
.:t
·
...:,
;
y
-
..·
JX1  I
I
][
::,..11
.
.rK
J
- ·
S
t
I
i![
:e
:
·\
Gambar
2.2.6 Vertical Blind Pada Dalam Dan Luar Jendela
Sumber:Victor 0/gyay, 
Design With Climate,
/992:70-71
Walaupun 
sama-sama 
menggunakan
sama-sama 
menggunakan
sunshading 
berupa 
vertical
blind,   namun
dengan    material,  
warna 
dan
perletakkan
yang berbeda, radiasi
yang dapat
dikurangi
berbeda
jumlahnya.
Gambar  berikut  ini  memperlihatkan
jenis  sun  shading 
lainnya  dan  bagaimana
responnya terhadap
matahari.
Gambar
2.2.7 Berbag ai
.!<
enis
S
e
l
u
b
un<!
L
\)
I
lo
""!),
-
/
c:"
.
",'
b>
Jl
!
'
\
.
.
.
'
'
'
'
:r;-x
•'
'
j_
l
\
.
?
_::....:L_
.
Sumber:Victor 0/gyay,  Design Wzth Clzmate, 1992:82-83
Tabel  berikut  ini memperlihatkan
jenis  selubung  bangunan  dan tingkat
penerangan 
alarni  berdasarkan 
penelitian 
yang  telah  dilakukan.  Data  ini
bisa
  
menjadi  acuan  dalam 
menentukan
selubung 
bangunan 
pada  perencanaan
dan
perancangan Wisma Atlet di Senayan.
37
  
        0
38
KOPEAAS
@]
l
1\Ul!ITA!III SWISS 
1>
HORIZONTA
C)
S. WlJOYO  CEf/TER
}>
/
' iCURTAI" W/lll)
0
llm
t;l
'
(A.\.l<lPAGUEI
'
01
""
·-- 
-
-
-
IJ"..>·.·
""""'
·
-
p..,. -.n
&_.
.,
Tompai<Url '"
P.,mm.ngon liPKM <bn Tongbl
'
SIF!!P VERTIMI.
CJ 
--l 
DEPARJ'E!.!EN
UIIll1
n
M,MW   
/
1/ 
T<lotO<Jl"'
'
S'RIP HO!l='ITAI.
0
V<IS!M 0HARMALA
{
7'
"
56,4UW     /
/
Kor.miNAsl
sum>
vauuw.OA.'I
HORIZONl'/ll
18,91Wim'   
/
/Tdii>.Ooulcut.llail<
•   
KOMIIINI\Si SIRIP
VERTIKo\!. DAM
T
:12,46 Wlrfl
D'NOif«l
Tl'<l\1 
INOOSAT
1/
0
m•wrm'   
/
--l
1/
l(utatlg D.•l
MASIF, SOLID
KOMPUTHl
--l 
SA.'<K
I>I 'O'< Su>.
 
1!1.59\'/.'m'     
/
/
K
,St>oJ ""'
Sumber :Jimmy S. Juwana, Sistem Bangunan Tinggi, 2005:208-
Penelitian Jr. Daryanto, MSA­
FTSP Universitas Trisakti
Berdasarkan
hasil 
studi 
penelitian
terhadap
tritisan
pada 
bangunan yang
dilakukan
oleh
perusahaan
PT.
SemenTigaRoga terhadap
dimensi
dan
bentuk
tritisan
di
Jakarta,
maka 
tabel 
di
bawah 
ini
dapat 
menjadi 
pertimbangan
dalam
desain  
Wisma
Atlet   di 
Senayan.
Adapun
metode
dalam  
penelitian
ini 
yaitu
dengan
metode pensimulasian computer dengan program sketch-up terhadap :
Tabe/2.2.6 Tabel Penelitian PT. SemenTigaRoda Terhadap Tritisan
tlTARA
mAJ!.'i
BAIAT 
]']XIIDR:
I!
Jmdtla  
1=&\:m,
SJl
!iJt\H{\l,t   
T=b,
Slftu-dua  
f=9{Jrm,
SH dm 
T=SOolli,
'If
bpi&,
&m.
lapiY, Wru:ia1i 
bpk,sv '.llliam
\'.llliam
ltl!ian dtjtla,
sv ru:i:lli
!ram 
1=7<\'m,   lromhinam
i=500ll.,  
l(llllbin:t.<:i
T"J{I,SHtiga.
i=70',lf l1anpiY
W
&SHdll.tlani!;        
'V&
S1l                       
lalliY'··    ·'..  aa.                                               1:
fmdth
1=&\:m,  
S1l 
am   
T=55tm,   SB  dua     
T=911rm,'H
if   
T=Slfdualapis,     
1i
lhl      
l:IJiiY, W omi:lli            
lapis                             
\l.;gi::n dqru!,    
'V
'Mi.lsi
&1111!
T=«km
!mmrun:!M
i= 5C111.,  
bllllbinalli
T'=<r{ltlll,
S1l
fita
i=i!O, k<llllbinali
lil-l&.W
·v
lapi>fl;gi::n delt1n,
Sll '\1
I'=15.'m, !Il-l
&m.
T=2!mt,    
'H
tlua
I'=3<itlll, SH
&11.1
1=1.\o:m,Slfdt1a Japiy,
b.1\IW1l    
JapSiV wrria i
l.lpili.,
!t.:mbill.;!i   
hpi<>
SVvaria1i
Ji1)t
r=f5-3{1cnt,
'V
T=b,l<(llllbinalli
kombiaa1i SH 'V
Sll&SV
"
"
'
.
"
Sumber :
Penelitian PT. SemenTigaRoda
  
39
Lokasi :
Jakarta
Waktu: pukul
09.00,
12.00,
15.00
Utara, pada tanggal 21
Juni
sesuai dengan peredaran
matahari
utara.
Barat  dan  Timur,  pada  tanggal 
22Maret/23   September 
sesuai 
dengan
peredaran
matahari tengah.
Selatan,   pada   tanggal   22 
Desember   sesuai   dengan   peredaran   matahari
selatan.
Jendela
Dua
Daun
Tinggi
=150
em
Lebar=
120em
variasi 
SH
satu
lapis
atas
variasi SH
satu
lapis
atas
T=
100em
tetapi  perln
penambahan
hingga 
3lapis
variasi SH
pada
Satu
Daun
Tinggi
=150
em
Lebar=
60em
Bouve
nlight
Tinggi
=50
em
Lebar=
30em
em
variasi SH
dua
lapis
pada
bagian
atas
T=25 em variasi
SH
dna
lapis  pada
bagian 
atas
T=
variasi SH
dna
lapis
atas
em
variasi SH
dna
lapis
atas
T=
em
tetapi perln
penambahan
hingga  3
lapis
variasi SH
pada
T=30em
variasi SH
dna
lapis
pada
bagian
atas
T=
em variasi
SH
dna  lapis
pada bagian  atas
T=25 em variasi
SH
dua lapis
pada
bagian atas
  
40
i  E 3::i::l_.
j
::t::::J::::Jl::'_!_ 
j
j
11.2.6 Data Statistik Dari BMKG
Diagram 2.2.3 Rata-rata (jam) Lamanya Matahari
Bersinar Tahun 2007
Rata-rata ijam)
Lamanya Matahari
Bersinar
Tahun2007
Novermber
DeOsketmobber
September
Agustus
Juli
Juni
Mei
April
Maret
Januari
0
1
2
3
4
5
6
7
Sumber : BMKG Kemayoran
Diagram
2.2.4 Rata-rata (jam) Lamanya Matahari Bersinar Tahun 2008
Rata-rata (jam) Lamanya Matahari
Bersinar
Tahun2008
Desember
Novermber
Oktober
September
Agustus
Juli
Juni
April
Maret
Februarl
Mei
Januari
0
1
2
3
4
5
6
7
Sumber: BMKG Kemayoran
Dari diagram
diatas
dapat
diambil
rata-rata
pada
tahun
2007,
lamanya
matahari  
bersinar   yaitu   5jamlhari.  
Sedangkan   pada   tahun   2008,   lamanya
matahari
bersinar
dalam
satu
hari
yaitu
4jamlhari.
Hal
ini
menunjukkan bahwa
intensitas
cahaya
matahari
cukup
tinggi
dan dapat
dimanfaatkan.
Selain
itu,
dari
diagram 
diatas 
juga  dapat  dilihat  bahwa  pada  bulan-bulan 
tertentu, 
rata-rata
  
41
lamanya 
matahari  bersinar  sangat  tinggi 
yaitu  antara  bulan  Mei  hingga  bulan
Oktober.  Sedangkan 
dari  hasil  survey  tanggal  28
Maret  2011  yang
lalu,  pada
pukul  10.40  WIB,
suhu  dalam  bangunan  30,1°C  dan
suhu
pada  luar
bangunan
yaitu 31,5°C.
Kesimpulannya, penentuaan 
bukaan
pada
sebuah
bangunan 
harus
memperhatikan
kondisi
pencahayaan
alami 
yang
didapat  berdasarkan  pada
data
statistik 
BMKG 
yang  menunjukkan
rata-rata 
lamanya 
matahari  bersinar 
serta
kondisi
nyata pada lingkungan  tapak.
Hal ini
berguna
untuk
menentukan  strategi
bukaan
apakah
pada
dinding
maupun
langit
bangunan
dapat terencana
sehingga
cahaya
alami
benar-benar
dapat
menjadi
sumber
pencahayaan
yang mendukung
penghematan
energi.
Strategi
bukaan
maupun
tritisan
(penghalang 
untuk
bagian­
bagian
tertentu) 
merupakan
basil analisa  yang
nantinya  dijadikan  pertimbangan
dalam   perencanaan    dan   perancangan 
bangunan  
yang   menguluarkan 
basil
(output)
berupa konsep
dan
desain.
  
42
11.2.7 Studi
Literatur Genzyme Center, Cambridge,
Massachusetts
Gambar 2.2.8 Tampak Depan Genzyme Center
Sumber :
Genzyme
Center  
adalah  
sebuah
kantor 
yang 
dirancang
oleh 
Behnisch
and 
Partner
eli
California
ditempati
oleh 
lebih 
dari 
900 
karyawan
bioteknologi
dan 
hampir  
400 
orang  
dalam   satu 
minggu
datang  
mengunjungi
kantor  
yang
terletak
eli Cambridge,
Massachusetts.
Bangunan
ini 
adalah 
bangunan
yang
menerima
LEED
Platinum, yaitu 
sebuah
penghargaan
bagi 
bangunan
yang
elibangun
dengan dasar
pernikiran arsitektur
berkelanjutan.
Gambar 2.2.9 Suasana Dalam Ruangan Yang Tetap Terang Dengan PencahayaanAlami
Sesuatu 
yang  
ditonjolkan 
dari  
bangunan 
ini  
yaitu   sistem  
bangunan
dinding
menggunakan
kaca, 
penghematan
air 
hingga 
32%, 
taman 
yang 
luas 
di
dalam 
bangunan
dan
salah
satu
aspek 
yang
mengesankan
yaitu
adanya atrium
berketinggian
12 
lantai 
sebagai
pusat 
bangunan.
Atrium
terbuka 
ini 
berfungsi
sebagai 
dua 
hal 
yaitu 
sebagai
penerima
cahaya
alarni 
dan 
juga 
saluran
udara.
Sehingga hal ini
membuat
75%  karyawan dapat 
menikmati
pemandangan
eliluar
  
43
serta 
90% 
dari 
karyawan
yang 
bekerja
dapat 
menggunakan
cabaya
alami 
dan
menghasilkan penghematan biaya
listrik 
hlngga sebesar 42%.
Gombar
2.2.10
Atrium Luas Di Tengah
Bangunan Membantu Masuknya Cahaya Matahari Ke
Dalam Bangunan
Fasade 
bangunan 
mayoritas 
menggunakan  kaca  
dan 
40%  
nya
menggunakan  
'secondary 
skin
'.Hal
ini 
berguna 
untuk  
membantn 
bangunan
mereduksi radiasi 
dari
panas  matahari yang
masuk 
ke
dalam 
bangunan.
  
Gambar 2.2.11 
Suasana Ruang Kerja Yang Nyaman
Dengan Pencahayaan A/ami
Sumber:
Sistem   peningkatan  cahaya alami
di Genzyme Center
juga
memasukkan
cahaya
alami
dengan
menggunakan 
atap-heliostats (yaitu
cermin)
untuk
memantulkan 
cahaya   matahari   yang   gerakannya   dipantau   secara   otomatis.
Cermin
ini
terletak
di bagian atas
dari
atap
atrium
yang
kemudian 
memantulkan
difusi 
cahaya 
yang 
mengisi 
seluruh   atrium 
bertingkat 
dua  belas. 
Di  dalam
atrium, 
cahaya 
ini  terpancar 
ke 
semua 
lantai 
bangunan 
dengan 
cara
menggantungkan
prismatik,  panel
reflektif
dan
bidang-bidang  reflektif.
Pantulan
cahaya
ini dapat
dinikmati
oleh
seluruh
pengguna
bangunan
termasuk
didalam
ruangan
namun
tetap mendapatkan cahaya
alami.
Gambar
2.2.12  Sistem Cermin
Untuk Memantulkon Cahaya Kedalam Bangunan
Sumber:  www.google.co.id
Dari
hasil
studi  literatur 
ini
didapat  kesimpulan  bahwa
di setiap  negara
yang cahaya
mataharinya 
berlimpah,
potensi
dimanfaatkan
sebagai
pencahayaan
alami
dalam
suatu
bangunan.
Apalagi
dengan
kondisi
bahwa memang
benar
pemakaian 
energi
yang
cukup  besar
adalah pada
sistem
pencahayaan
bangunan.
Sehingga  ketika
bangunan  dari
perancangan 
dapat
menjawab  permasalahan  ini,
maka
bangunan  tersebut  telah
memberikan
sumbangsih  yang
sangat  besar
bagi
penghematan
energi.
44
  
ll.3 Kesimpulan Basil
Tinjauan
Umum
dan Tinjauan
Khusus
Dari
basil
tinjauan  umum  dan tinjauan
khusus  daripada
proyek  Wisma
Atlet
di
Senayan,
maka didapat
kesimpulan  sebagai
berikut
:
Dalam  sebuah
hunian  yang disebut  wisma atlet,
temyata  dalam
penyediaan
ruang  tinggalnya  (kamar 
tidur)  harus
memperhatikan
kebutuhan  atlet  yang
berkaitan
dengan:
Faktor 
lama 
tinggal 
seorang 
atlet  dapat  mempengaruhi   efektivitas
bangunan  sehingga 
hal ini dapat
menjadi  acuan  dalam
perimbangan
perencanaan 
dan
perancangan
kamar
atlet (single,  double,  dsb).
Hal
ini
juga
menjadi  pertimbangan 
untuk
menggabungkan
fungsi 
wisma
dengan 
hotel  agar  bangunan 
tetap  berfungsi 
saat  tidak  digunakan
untuk atlet.
Kegiatan  atlet  yang  perlu  ditunjang  (berkaitan 
dengan  penyediaan
fasilitas)
Hunian  yang
nyaman  bukan  berarti  dapat  mengeksplorasi  berbagai  energi
dengan  sesuka  hati  tanpa 
memperhatikan
faktor  lingkungan,
manusia  dan
bangunan.  
Hal  
ini  
terbukti    dari  
banyaknya    bangunan    yang  
dalam
perencanaan   dan   perancangan 
bangunan  
yang   dibuat   sedemikian  
rupa
sehingga 
bangunan    tidak    sekedar  
bangunan    namun  
dapat  
memberi
sumbangsih  dalam penghematan energi.
Optimalisasi 
pencahayaan
alarni
pada
bangunan 
wisma
atlet
juga
memberi
citra  bagi  seluruh 
atlet 
bahwa  dimana 
mereka  berprestasi 
untuk  negara,
bangunan
juga
berperan
memperkenalkan negara
kepada
atlet
(dunia)
intemasional.
Optimalisasi 
membantu  penghematan
energi  dan pengeluaran  negara
untuk
bangunan
yang menerima
subsidi.
Bentuk
optimalisasi 
cahaya
dapat
diterapkan  melalui
desain
bangunan
yang
memperhatikan
potensi-potensi
yang
telah. tersedia
secara
cuma-cuma
dalam
hal   ini  cahaya  
matahari    sebagai   potensi  
yang   didayagunakan 
untuk
mencapai
tujuan
sustainable architecture.
45