3
BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1
Sumber Data
Data-data  untuk  mendukung  proyek  Tugas  Akhir  ini  diperoleh  dari  sumber
sebagai berikut:
-
Pencarian data literatur melalui buku, artikel, dan website yang berhubungan
dengan pembahasan materi
-
Wawancara dengan narasumber dari pihak terkait
-
Questionare kepada target audience
Adapun sumber data yang Penulis gunakan untuk isi buku adalah:
Gambar 2.1
Judul
: Wajah Cantik nan Misterius Borobudur dan Prambanan
Cetakan Pertama, September 2010
Penulis
: Rusdi
Penerbit
: Flashbooks
Sampangan Gg. Perkutut No.325-B
Jl. Wonosarti, Baturetno
Banguntapan Jogjakarta
Distributor
: Buku Kita
Jl. Kelapa Hijau No.22 RT. 006 / 03
Jagakarsa, Jakarta Selatan 12620
2.1.1
Daftar Isi
Kata Pengantar
Petunjuk Augmented Reality
Pendahuluan
Cikal Bakal Borobudur
3
  
4
Pengertian Kata Candi
BAB 1  Sejarah Candi Borobudur
1.1
Berdirinya Candi Borobudur
1.2
Penemuan dan Pemugaran
BAB 2 Struktur dan Filosofi
2.1
Struktur Bangunan
2.2
Patung Budha
2.3
Relief
2.4
Stupa Candi
2.5
Augmented Reality
2.5.1
Candi Borobudur
2.5.2
Patung Buddha
2.5.3
Relief Jataka
2.5.4
Stupa Teras
2.5.6
Film Candi Borobudur
BAB 3 Sejarah Dinasti Syailendra
3.1
Asal Usul Dinasti Syailendra
3.2
Syailendra dan Kerajaan Mataram Kuno
BAB 4 Sejarah Samaratungga
4.1
Kisah Raja Samaratungga
2.1.2
Sinopsis Buku
Kebesaran
dari Kerajaan
Mataram Kuno
yang berpusat
di
Jawa
Tengah ini
tidak
terlepas dari keterlibatan
dua, wangsa
(keluarga)
yang
sama-sama pernah memerintah di dalamnya. Kedua wangsa tersebut tidak
lain
adalah
Wangsa
Sanjaya dan Wangsa
Syailendra.
Dua dinasti
inilah
yang telah
banyak
menorehkan
catatan
sejarah
berikut
dengan
bukti
peradabannya   yang   sampai   saat   ini   masih   bisa   disaksikan   oleh
masyarakat. Wangsa
Sanjaya
merupakan
wangsa
yang
melatarbelakangi
berdirinya
Candi
Pram¬banan
yang anggun.
Sementara
Wangsa
Syailendra merupa kan
sebuah
dinasti
yang
melahirkan
kemegahan
bangunan Candi Borobudur.
Indonesia
termasuk
negara
yang memiliki banyak
sekali koleksi
candi-candi
yang tersebar
hampir
di
seluruh
pulau
Jawa.
Namun,
dari
sekian banyak candi itu, tampaknya Candi Borobudurlah yang merupakan
candi terbesar di antara beberapa candi-candi lainnya. Candi yang terletak
di Kota
Magelang,
Jawa Tengah
ini,
selain dijadikan
objek wisata
yang
ramai dikunjungi oleh para wisatawan, baik domestik maupun asing, juga
menjadi
pusat
ibadah
bagi
penganut
agama
Buddha di
Indonesia,
khususnya pada setiap perayaan Waisak.
Meskipun
sudah
banyak
kalangan
yang mencoba
menggali
data-data
sejarah
mengenai
Candi
Borobudur, namun
keberadaan
candi
itu masih
tetap
menyisakan
misteri
yang belum
berhasil
diungkap
dengan
jelas.
Salah  satu  misteri  Candi  Borobudur  yang  masih  tersisa  di  antaranya
  
5
adalah
mengenai
susunan
batu,
cara mengangkut
batu dari daerah asal
sampai ke tempat tujuan, apakah batu-batu itu sudah dalam ukuran yang
dikehendaki
atau
masih
berupa bentuk
asli
batu
gunung,
berapa lama
proses pemotongan batu-batu
itu
sampai pada
ukuran yang dikehendaki,
bagaimana cara menaikkan batu-batu itu dari dasar halaman candi sampai
ke puncak, alas derek apakah yang digunakan untuk melakukan itu semua
dan masih banyak lagi misteri lain yang belum terpecahkan.
2.1.3
Pengertian Candi
Candi 
adalah 
istilah 
dalam 
yang 
merujuk
kepada
sebuah bangunan tempat
ibadah dari
peninggalan
masa
lampau
yang berasal
dari
peradaban Hindu-Buddha. Digunakan sebagai
tempat
pemujaan
ataupun
memuliakan
Akan
tetapi,
istilah
'candi' tidak
hanya
digunakan
oleh
masyarakat
untuk
menyebut
tempat
ibadah saja, banyak
situs-situs purbakala
non-religius dari
masa Hindu-
Buddha atau
klasik
baik sebagai
ton),
pemandian
(petirtaan), gapura, dan sebagainya, juga disebut dengan istilah candi.
"Antara  abad 
ke-7  dan 
ke-15 
masehi, 
ratusan 
bangunan
keagamaan
dibangun dari
bahan
bata merah atau
batu
andesit di pulau
Jawa, Sumatera, dan Bali. Bangunan ini
disebut candi.
Istilah ini
juga
merujuk
kepada berbagai
bangunan
pra-Islam
termasuk
gerbang,
dan
bahkan
pemandian,
akan
tetapi
manifestasi
utamanya tetap
adalah
bangunan
suci
keagamaan."
(Soekmono,
R.
"Candi
:
Symbol
of the
Universe")
Selain itu candi pula berfungsi sebagai:
•   
Candi 
Stupa: 
didirikan 
sebagai 
lambang  Budha, 
contoh: 
candi
Candi Pintu
Gerbang: didirikan
sebagai
gapura atau
pintu
masuk,
contoh: candi Bajang Ratu
Candi Balai Kambang / Tirta: didirikan didekat / di tengah kolam,
contoh: candi Belahan dan candi Tikus
Candi Pertapaan: didirikan di
lereng –
lereng tempat
Raja bertapa,
contoh: candi Jalatunda
Candi  Wihara:  didirikan  untuk  tempat  para  pendeta  bersemedhi,
contoh: candi Sari dan Plaosan
Struktur bangunan candi terdiri dari 3 bagian:
•   
Kaki  candi  adalah  bagian  dasar  sekaligus  membentuk  denahnya
(berbentuk segi empat, ujur sangkar atau segi 20)
•   
Tubuh candi. Terdapat kamar–kamar tempat arca atau patung
Atap candi: berbentuk limasan, bermahkota stupa, lingga, ratna atau
wajra
  
6
Ada dua system dalam
pengelempokan
atau tata letak
kompleks
candi,
yaitu:
Sistem  Konsentris  (hasil  pengaruh  dari  India)  yaitu  posisi  candi
induk
berada di
tengah–tengah
anak–anak
candi
(candi
perwara),
contohnya kelompok candi Prambanan
System  Berurutan  (hasil  kreasi  asli  Indonesia)  yaitu  posisi  candi
induk
berada di
belakang
anak–anak
candi,
contohnya
candi
Penataran
Suatu   candi   di   masa   lampau   biasanya   berfungsi   dan   digunakan
masyarakat
dari
latar
belakang agamanya,
yaitu
Hindu-Saiwa,
Budha
Mahayana, Siwa Buddha dan Rsi.
Bangunan candi terbagi menjadi:
1.
Candi   Kerajaan yaitu  yan digunaka ole seluruh  warga
kerajaan. Contoh: C.Borobudur, C.Prambanan, C.Sewu, C.Plaosan (
Jawa Tengah), C.Panataran di Jawa Timur.
2.
Candi  Wanua/watak,yaitu candi
yang  digunakan  oleh  seluruh
masyarakat pada daerah tertentu pada suatu kerajaan. Contoh:candi
yang berasal dari masa Majapahit,C.Sanggrahandi (Tulung Agung,
Jawa
Tengah),
C.Gebang (Yogya),C.Pringapus
(tulung Agung,
Jawa Tengah).
3.
Candi
pribadi,
yaitu candi
yang digunakan
untuk
mendharmakan
seorang tokoh.
Contoh:
C.Kidal
(pendharmaan
Anusapati,raja
Singhasari), C.Jajaghu (Pendharmaan Wisnuwardhana,raja
Singhasari), C.Ngrimbi
(pendharmaan Tribuanatunggadewi, ibu
Hayam Wuruk),C. Tegawangi
(pendharmaan
Bhre Matahun), dan
C. Surawana (pendharmaan Bhre Wengker).
2.1.4
Candi Borobudur
Gambar 2.2
Candi Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak
di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih
100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut
Candi 
ini  didirikan  oleh  para  penganut  agama Buddha
  
7
Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa
Banyak teori
yang berusaha
menjelaskan
nama
candi
ini.
Salah
satunya
menyatakan
bahwa nama ini
kemungkinan
berasal
dari
kata
Sambharabhudhara, yaitu artinya "gunung" (bhudara) di mana di lereng-
lerengnya  terletak  teras-teras.  Selain  itu  terdapat  beberapa  etimologi
rakyat
lainnya.
Misalkan
kata borobudur
berasal
dari
ucapan
"para
Buddha" yang karena pergeseran bunyi
menjadi
borobudur. Penjelasan
lain
ialah
bahwa
nama
ini berasal
dari
dua kata
"bara"
dan
"beduhur".
Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan
lain di
mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya kompleks
candi
atau biara dan beduhur artinya ialah
"tinggi", atau
mengingatkan
yang berarti
"di
atas".
Jadi
maksudnya ialah
sebuah
biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.
Sejarawan
dalam
disertasinya
untuk
mendapatkan  gelar  doktor  pada  1950 berpendapat  bahwa  Borobudur
adalah  tempat
pemujaan.
Berdasarkan
Casparis 
memperkirakan 
pendiri 
Borobudur 
adalah 
raja
dari
wangsa
bernama
yang
melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M. Bangunan raksasa itu baru
dapat
diselesaikan 
pada 
masa
putrinya,
Ratu    Pramudawardhani.
Pembangunan
Borobudur diperkirakan
memakan
waktu
setengah
abad.
Dalam prasasti Karangtengah pula disebutkan mengenai penganugerahan
tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çir Kahulunan (Pramudawardhani)
untuk   memelihara   Kamula yang   disebut   Bhumisambhara.   Istilah
Kamulan sendiri berasal dari kata mula yang berarti tempat asal muasal,
bangunan  suci  untuk  memuliakan  leluhur,  kemungkinan  leluhur  dari
wangsa  Sailendra.  Casparis  memperkirakan  bahwa  Bhumi Sambhara
Bhudhara 
dalam 
bahasa 
sansekerta 
yang 
berarti 
"Bukit 
himpunan
kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", adalah nama asli Borobudur.
2.1.4.1
Struktur Candi Borobudur
Candi 
Borobudur  memiliki 
struktur  dasar 
berundak, dengan enam pelataran berbentuk bujur sangkar,
tiga
pelataran
berbentuk
bundar melingkar dan
sebuah stupa utama
sebagai
puncaknya.
Selain
itu tersebar
di
semua
pelatarannya
beberapa
stupa.
Sepuluh
pelataran
yang dimiliki
Borobudur
menggambarkan
secara
jelas
filsafat
mazhab
Bagaikan
sebuah
kitab,
Borobudur menggambarkan
sepuluh
tingkatan
yang harus
dilalui
untuk
mencapai
kesempurnaan menjadi Buddha.
Bagian kaki Borobudur
melambangkan Kamadhatu, yaitu
dunia
yang masih
dikuasai
oleh
kama
atau
"nafsu
rendah".
Bagian
ini sebagian besar tertutup
tumpukan batu yang diduga
  
8
dibuat
untuk
memperkuat
konstruksi candi.
Pada bagian
yang
tertutup
struktur tambahan
ini
terdapat
120
panel
cerita
Kammawibhangga.
Sebagian
kecil
struktur tambahan
itu
disisihkan sehingga orang dapat melihat relief pada bagian ini.
Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para
ahli dinamakan Rupadhatu.
Lantainya
berbentuk persegi.
Rupadhatu
adalah
dunia
yang
sudah
dapat
membebaskan
diri
dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk. Tingkatan
ini
melambangkan
alam
antara yakni,
antara alam
bawah
dan
alam atas.
Pada bagian
Rupadhatu
ini
patung-patung
Buddha
terdapat pada ceruk-ceruk dinding di ballustrade atau selasar.
Mulai
lantai
kelima hingga
ketujuh
dindingnya
tidak
berelief.  Tingkatan  ini  dinamakan  Arupadhatu (yang  berarti
tidak berupa
atau tidak
berwujud).
Denah lantai
berbentuk
lingkaran.
Tingkatan
ini
melambangkan
alam atas,
di
mana
manusia
sudah
bebas
dari
segala
keinginan
dan
ikatan
bentuk
dan rupa,
namun belum mencapai
Patung-patung
Buddha
ditempatkan
di
dalam
stupa
yang ditutup
berlubang-
lubang seperti
dalam
kurungan.
Dari
luar
patung-patung itu
masih tampak samar-samar.
Tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud
dilambangkan
berupa stupa
yang
terbesar
dan
tertinggi. Stupa
digambarkan   polos   tanpa   lubang-lubang.   Di   dalam   stupa
terbesar
ini
pernah
ditemukan
patung
Buddha
yang tidak
sempurna atau
disebut
juga unfinished
Buddha,
yang
disalahsangkakan
sebagai
patung Adibuddha,
padahal
melalui
penelitian  lebih  lanjut  tidak  pernah  ada  patung  pada  stupa
utama,
patung
yang tidak
selesai
itu
merupakan
kesalahan
pemahatnya pada zaman
dahulu.
menurut
kepercayaan
patung
yang
salah
dalam
proses
pembuatannya
memang tidak
boleh
dirusak. Penggalian arkeologi
yang dilakukan di
halaman candi
ini menemukan banyak patung seperti ini.
Di masa lalu, beberapa patung Buddha bersama dengan 30
batu dengan
relief,
dua
patung
singa,
beberapa
batu
berbentuk
kala,
tangga
dan
gerbang dikirimkan
kepada
yang
mengunjungi
(kini
Indonesia) pada tahun
sebagai
hadiah
dari
pemerintah
Hindia Belanda ketika itu.
Borobudur
tidak
memiliki
ruang-ruang pemujaan
seperti
candi-candi
lain.
Yang
ada ialah
lorong-lorong
panjang
yang
merupakan
jalan
sempit.
Lorong-lorong dibatasi
dinding
mengelilingi candi tingkat demi tingkat. Di lorong-lorong inilah
umat Buddha
diperkirakan melakukan upacara
berjalan
kaki
mengelilingi
candi
ke
arah kanan. Bentuk bangunan tanpa
ruangan
dan
struktur
bertingkat-tingkat
ini
diduga
merupakan
  
9
perkembangan dari bentuk punden berundak,
yang merupakan
bentuk arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia.
Struktur Borobudur bila dilihat
dari
atas
membentuk
struktur
Struktur Borobudur tidak
memakai
semen
sama sekali,
melainkan
sistem
interlock
yaitu
seperti
balok-
balok Lego yang bisa menempel tanpa lem.
2.1.4.2
Relief Candi Borobudur
Di  setiap  tingkatan  dipahat  relief-relief 
pada  dinding
candi. Relief tersebut dibaca sesuai arah jarum jam atau disebut
mapradaksina  dalam bahasa Jawa Kuna
yang  berasal  dari
yang
artinya ialah timur
Isi cerita
relief tersebut bermacam-macam,mengenai cerita jataka.
Pembacaan
cerita-cerita
relief ini senantiasa dimulai,
dan
berakhir
pada
pintu
gerbang sisi
timur
di
setiap
tingkatnya,
mulainya di
sebelah
kiri
dan
berakhir di
sebelah
kanan
pintu
gerbang itu.
Maka
secara
nyata
bahwa
sebelah
timur
adalah
tangga
naik
yang sesungguhnya
(utama)
dan
menuju
puncak
candi, artinya bahwa candi menghadap ke timur walau sisi-sisi
serupa lainnya benar.
2.1.4.3
Arca Buddha
Selain wujud buddha
dalam kosmologi buddhis
yang
terukir
di
dinding,
di
Borobudur
terdapat banyak
arca buddha
duduk bersila dalam posisi lotus serta menampilkan mudra atau
sikap tangan simbolis tertentu.
Patung buddha dalam relung-relung di tingkat Rupadhatu,
diatur berdasarkan barisan di sisi luar pagar langkan. Jumlahnya
semakin
berkurang pada
sisi
atasnya.
Barisan
pagar
langkan
pertama terdiri dari
104
relung,
baris
kedua 104
relung,
baris
ketiga 88 relung , baris keempat 72 relung, dan baris kelima 64
relung.
Jumlah
total
terdapat
432
arca Buddha di
tingkat
Rupadhatu. Pada bagian Arupadhatu (tiga pelataran melingkar),
arca
Buddha diletakkan
di
dalam
-stupa berterawang
(berlubang).  Pada  pelataran  melingkar  pertama  terdapat  32
stupa, pelataran kedua 24 stupa, dan pelataran ketiga terdapat 16
stupa, semuanya total 72 stupa.
Dari jumlah asli sebanyak 504
arca
Buddha, lebih dari
300 telah rusak (kebanyakan tanpa
kepala)
dan
43
hilang (sejak
penemuan
monumen
ini,
kepala
buddha sering dicuri sebagai
barang koleksi,
kebanyakan
oleh
museum luar negeri).
Secara  sepintas  semua  arca  buddha  ini  terlihat  serupa,
akan tetapi
terdapat perbedaan halus
diantaranya,
yaitu pada
mudra atau posisi sikap tangan. Terdapat lima golongan mudra:
Utara,   Timur,   Selatan,  
Barat,   dan  
Tengah,  
kesemuanya
  
10
berdasarkan lima arah utama kompas menurut ajaran Mahayana.
Keempat pagar
langkan
memiliki
empat mudra:
Utara,
Timur,
Selatan,
dan
Barat,
dimana
masing-masing arca
buddha
yang
menghadap arah tersebut
menampilkan mudra yang khas.
Arca
Buddha pada pagar langkan kelima dan arca buddha di dalam
72
stupa
berterawang di
pelataran
atas
menampilkan
mudra:
Tengah atau Pusat. Masing-masing mudra melambangkan lima
Dhyani
Buddha;
masing-masing dengan
makna
simbolisnya
tersendiri.
2.1.5 Tahap Pembangunan Candi Borobudur
1. Tahap pertama
Masa pembangunan Borobudur
tidak
diketahui pasti
(diperkirakan
antara
750 dan 850 M). Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya
dirancang  sebagai  piramida  berundak.  tetapi  kemudian  diubah.  Sebagai
bukti ada tata susun yang dibongkar.
2. Tahap kedua
Pondasi
Borobudur
diperlebar,
ditambah
dengan
dua
undak
persegi
dan
satu undak lingkaran yang langsung diberikan stupa induk besar.
3. Tahap ketiga
Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dibongkar dan dihilangkan
dan  diganti  tiga 
undak 
lingkaran.  Stupa-stupa  dibangun  pada 
puncak
undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.
4. Tahap keempat
Ada  perubahan 
kecil 
seperti  pembuatan 
relief 
perubahan 
tangga  dan
lengkung atas pintu.
2.2
PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Rawa Boko
PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan, Ratu Boko adalah badan
yang
dipercayakan
untuk
perawatan
Borobudur,  Prambanan,
dan
Ratu
Boko.
Situs
ini bertujuan untuk menjadi sumber daya berguna bagi
mereka yang ingin
mencari
tahu
tentang
situs
tersebut,
dan
juga
untuk
menghargai budaya
lokal
Jawa Tengah.
Kantor Pusat
Jalan Raya Jogya - Solo Km 16 Prambanan
Sleman, Yogyakarta 55571, Indonesia
Phone +62 274 496 402
Fax +62 274 496 404
  
11
Kantor Perwakilan
Menara Batavia 25th Floor,
Jl. K.H. Mas Mansyur Kav 126
Jakarta 10220, Indonesia
Phone : +62 21 5793 0331
Fax : +62 21 5793 0330
2.3
Kompetitor
Gambar 2.3
2.3.1
Kompetitor Langsung
Kompetitor langsung
dianalisa berdasarkan
bidang
buku
yang
serupa
yaitu
mengenai
Sejarah
dan
Budaya dan
biasanya diletakkan
bersebelahan
langsung dengan buku ini,
yaitu buku berjudul
Ramayana,
Airlangga, Diponegoro,
Gajah
Mada, Lawang Sewu, Bali, Ajisaka, Dan
Torch Mar, Borobudur Golden Tales of The Buddhas, Klenteng Klenteng
Kuno di Indonesia.
2.3.1
Kompetitor Tidak Langsung
Kompetitor tidak langsung dianalsia berdasarkan bidang dan yang
memiliki target market serupa. Yang tergolong kompetitor tidak langsung
adalah buku-buku yang dijual di toko buku yang sama, walaupun bidang
  
12
bahasannya  berbeda  hal  ini  tentunya  dapat  mempengaruhi  konsumen
untuk tidak
membeli buku
ini. Seperti
misalnya majalah
serta buku
lain
yang tampak lebih menarik.
Selain
itu
e-book  
juga menjadi
salah
satu
kompetitor tidak
langsung,
karena
kebanyakan
orang sekarang ini
lebih
memilih sesuatu
yang
praktis
dan
baru,
ketimbang
repot
membawa
banyak
buku
akan
lebih
efektif dan
praktis
bila membawanya dalam bentuk data.
Dan
e-
book ini pun sudah banyak yang diperjual belikan lewat website tertentu,
dan tentunya dengan hal tersebut orang-orang cukup mengaksesnya lewat
internet
tanpa
perlu
pergi
ke
toko
buku.
Padahal
di
lain
sisi, buku
ini
hanya ada di toko buku dan tidak menggunakan promosi.
2.4
Target Konsumen
2.4.1
Target Primer
Demografi
-
Pria
-
Cakupan umur 22-27 tahun
Gambar 2.4
-
Status ekonomi sosial B hingga A
-
Penghasilan 5-10 juta rupiah per bulan
Geografi
-
Tinggal di daerah perkotaan
Psikografi
a.   Personality
-
Mandiri
-
Mengutamakan logika
  
13
-
Cenderung memilih yang serba cepat
-
Menyukai hal-hal baru
-
Tidak nyaman dengan aturan yang mengekang
b.   Behaviour
-
Bergaya hidup instan, praktis, serba cepat
-
Suka bepergian ke tempat wisata
-
Lebih memilih makanan cepat saji
-
Memperhatikan perkembangan teknologi gadget
-
Menggunakan internet sebagai salah satu alat komunikasinya
c.   Lifestyle
-
Suka menonton acara televisi Indonesia
-
Memilih
motor trendy seperti Honda Vario atau city car
Honda
Jazz
-
Membeli buku di Gramedia atau Times
-
Berolahraga di gym
2.4.2
Target Sekunder
Demografi
-
Pria dan wanita
-
Cakupan umur
27 - 35 tahun
-
Status ekonomi sosial B hingga A
-
Penghasilan 5-15 juta rupiah per bulan
Geografi
-
Tinggal di daerah perkotaan/ perumahan di mana akses ke segala area
mudah
Psikografi
a.   Personality
-
Suka bersosialisasi
-
Tertarik terhadap perkembangan teknologi
-
Tidak suka menyia-nyiakan waktu
b.   Behaviour
-
membicarakan hal-hal umum
-
menyukai sejarah dan budaya
-
suka berkumpul dengan kerabat atau teman
-
Menggunakan internet sebagai salah satu alat komunikasinya
c.   Lifestyle
-
Suka menonton acara televisi Indonesia
-
Memilih mobil keluarga seperti Toyota Avanza atau Innova
-
Menyukai sesuatu yang khas
  
14
2.5
Analisa Buku Interaktif Candi Borobudur
2.5.1
Strenght
-
Tema tentang Candi Borobudur sudah cukup familiar di masyarakat
2.5.2
Weakness
-
Terlalu banyak informasi yang ingin dimasukkan dalam bentuk teks
-
Belum menggunakan layout dan sistem grid yang baik
2.5.3
Opportunities
-
Belum ada buku sejenis yang interaktif, biasanya hanya berupa text
book saja
2.5.3
Threats
-
Pandangan orang-orang bahwa membaca buku sejarah dan budaya itu
membosankan