22
album.
Lalu rekaman Guruh Gipsy fase 2 berlangsung dari Mei
hingga
Juni
1976
yang
menghasilkan
3
lagu
masing
masing Djanger 1897 Saka, Indonesia Maharddhika dan
Smaradhana.Pada fase ini ada 3 komposisi yang direkam
lagi dan disempurnakan yaitu Barong Gundah,Chopin
Larung dan Geger Gelgel.
Menurut penata rekamannya Alex Kumara dalam
proses perekaman Indonesia
Maharddhika dan Geger
Gelgel termasuk sulit penggarapannya secara
teknis,karena begitu banyak bunyi-bunyian yang harus
direkam serta
jumlah
pemainnya
yang
mencapai
25
orang
hingga studio berukuran 50 meter persegi terasa begitu
sesak
dan
pengap.
Namun,kendala
ini tak membuat satu pendukung pun yang
menyerah. Mereka bagaikan pejuang yang tengah berjuang
di
medan
laga.
Penempatan microphone pun harus tepat di tengah
sesaknya
studio
Tri
Angkasa.
Lagu Indonesia Maharddhikamisalnya membutuhkan
proses
dubbing
berupa
pengisian suara
gitar
elektrik,
keyboard, piano elektrik dan synthesizers
sebanyak 200
kali.
Sesuatu
yang
pasti
tak akan
ditemui
pada
proses
perekaman di zaman sekarang yang telah didukung
teknologi mutakhir.
Beruntunglah pemusik sekarang yang tertolong oleh
kemudahan teknologi.
Dulu saat
harus
mengadopsi banyak
bunyi-bunyian
keyboard
dalam berbagai
layer
harus
melakukan
overdub ratusan kali. Keenan Nasution dan
Chrisye
menjadi
vokalis
utama
dalam Guruh
Gipsy.
Keenan membawakan Indonesia Maharddhika dan Geger
Gelgel. Chrisye menyanyikan Chopin Larung dan
Smaradhana.
Sementara
pada lagu
Djanger1897
Saka
dinyanyikan secara bergantian oleh Keenan dan Chrisye.
|