BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1 Data
Umum
Kasus
2.1.1 Anak Berkebutuhan
Khusus
Anak berkebutuhan
khusus adalah anak
dengan karakteristik khusus
yang
berbeda
dengan anak
pada
umumnya tanpa
selalu
menunjukan
pada
ketidakmampuan
mental,
emosi
atau
fisik. Yang
termasuk
kedalam ABK
antara lain: tunanetra,
tunarungu,
tunagrahita, tunadaksa,
tunalaras, kesulitan
belajar, gangguan prilaku, anak
berbakat,
anak
dengan
gangguan
kesehatan.
istilah lain bagi anak berkebutuhan
khusus adalah
anak
luar biasa dan anak
cacat. Karena karakteristik
dan hambatan
yang
dimilki,
ABK
memerlukan
bentuk
pelayanan pendidikan khusus
yang disesuaikan
dengan kemampuan dan
potensi mereka, contohnya
bagi
tunanetra
mereka
memerlukan
modifikasi teks
bacaan menjadi tulisan Braille
dan
tunarungu
berkomunikasi menggunakan
bahasa
isyarat.
Anak berkebutuan khusus
biasanya bersekolah
di
Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya
masing-masing.
SLB
bagian
A
untuk tunanetra, SLB
bagian B untuk tunarungu,
SLB bagian
C
untuk tunagrahita,
SLB
bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian
E
untuk
tunalaras dan
SLB
bagian G untuk cacat ganda.
2.1.2 Tuna
Rungu
Tunarungu adalah
individu
yang memiliki
hambatan dalam pendengaran baik
permanen
maupun
tidak permanen.
Berdasarkan penyebabnya,
tuna
rungu
dalam
kedokteran
dibagi
atas
3
jenis:
1. Tuna Rungu/Gangguan
Dengar Konduktif yaitu
gangguan
dengar
yang disebabkan kelainan
di telinga
bagian
luar dan/atau telinga
bagian
tengah,
sedangkan saraf
pendengarannya
masih
baik, dapat
terjadi pada
orang
dengan infeksi
telinga tengah, infeksi
telinga luar atau adanya
serumen di
liang telinga.
2. Tuna Rungu/Gangguan
Dengar Saraf atau Sensorineural
yaitu
gangguan dengar
akibat
kerusakan saraf
pendengaran,
meskipun tidak
ada
gangguan
di telinga
bagian
luar atau
tengah.
3. Tuna Rungu/Gangguan
Dengar Campuran
yaitu gangguan yang
merupakan
campuran kedua jenis gangguan
dengar di atas,
selain
mengalami
kelainan di telinga bagian
luar
dan tengah
juga mengalami
gangguan pada saraf
pendengaran.
Orang
normal dapat
menangkap suara
atau
bunyi pada
kisaran 0-25 dB. Di
atas ukuran
tersebut
dapat
dikategorikan
mempunyai gangguan
pendengaran
.
Klasifikasi tunarungu
berdasarkan
tingkat
gangguan pendengaran
adalah:
1. Gangguan
pendengaran sangat
ringan
/
Mild hearing
lost 
(27-40dB),
2. Gangguan
pendengaran ringan
/
Moderate
hearing
lost (41-55dB),
3. Gangguan
pendengaran sedang / Moderate/Severe
hearing lost  (56-70dB),
4. Gangguan
pendengaran berat
/
Severe hearing lost
(71-90dB),
5. Gangguan
pendengaran ekstrim /tuli /  Profound hearing
lost (di atas
91dB).
2
  
3
Berikut
ini adalah
diagram
Tingkatan Gangguan
Pendengaran:
Gambar 2.1 Tingkat Gangguan
Pendengaran
2.1.3
Penyebab Ketulian
a. Penyebab
Sebelum kelahiran
(pre-natal)
Ada
kenyataan bahwa
ketidakdengaran
disebabkan
karena suatu
hal yang
bersifat
genetik
(keturunan ). Ketulian dapat
menurun
di dalam keluarga-
keluarga meskipun
ayah
ibunya tersebut
tidak
tuli.
Bisa
saja hal
ini
muncul
dari
asal keturunan
kakek
nenek atau
moyang
kita sebelumnya.
Ketulian dapat juga disebabkan oleh masalah
selama kehamilan.
Berbagai
macam
penyakit seperti
rubella, cytomegalovirus
(CMV), toksoplasmosis
dan
herpes
dapat menyebabkan
seorang anak
yang
dilahirkan menjadi tuli.
Ada
juga
pengaruh
obat, yang dikenal sebagai ototoxic drugs, yang
dapat
merusak sistem
pendengaran
bayi
sebelum
dilahirkan.
b. Penyebab
setelah kelahiran
(post
natal)
Sebagaimana
penyebab tuna rungu sebelum
kelahiran,
ada
sejumlah alasan
mengapa
seorang
anak mungkin
menjadi
yang tuli setelah mereka
dilahirkan.
Dilahirkan secara
prematur
dapat meningkatkan
resiko
menjadi
  
4
tuli atau akan menjadi
tuli. Bayi-bayi
prematur lebih
cenderung rentan
terhadap
infeksi
yang dapat
menyebabkan
ketulian.
Infeksi/peradangan
seperti meningitis, measles-mumps,
radang selaput
otak,sumsum
belakang, campak dan penyakit
gondok dapat menyebabkan
ketulian. Ototoxic drugs, obat yang
digunakan untuk
mengatasi
jenis-jenis
lain
infeksi/peradangan
pada
bayi,
juga
dapat
menjadi
penyebabnya.
Adakalanya ketulian
dapat juga disebabkan oleh satu luka/benturan
di
kepala atau karena
efek suara yang nyaring/keras
yang terjadi satu kali
atau
terus menerus. Hal
itu
semua
dapat
menyebabkan
kerusakan
pada sistim
pendengaran.
2.1.4 Deteksi
Tuna Rungu
Deteksi dini
gangguan
pendengaran
pada bayi sudah dimulai sejak
usia 2 hari (
sebelum keluar
dari RS), bila hasilnya refer
(gagal) atau ada faktor
risiko
(misalnya
lahir
kuning, berat
badan
kurang dari 1500 gr, waktu hamil
ibu
mengalami
infeksi
toksoplasma
atau Rubela)
perlu pemeriksaan
pendengaran
lanjutan .
Pada
usia 3 bulan sudah
harus
dipastikan ada
tidaknya gangguan pendengaran
sehingga
habilitasi
sudah
dimulai sebelum
usia
6
bulan.
Dengan habilitasi
yang
baik
diharapkan kemampuan
wicara pada
saat usia 3 tahun
bisa
mendekati anak
normal.
Pemeriksaan pendengaran
harus
menggunakan
cara cara yang
obyektif
(
sensitivitas mendekati
100%) yaitu Oto Acoustic
Emission
(OAE) dan BERA (
Brainstem
Evoked
response Audiometry) . OAE
untuk menentukan
fungsi sensor
bunyi
rumah siput pada
(
usia 2 hari , 1 dan 3 bulan). BERA
untuk mengukur
aktifitas potensial
listrik
pada jalur saraf
pendengaran
sampai batang
otak
terhadap
bunyi
(
diperiksa  saat
usia
1- 3 bulan).
Keterlambatan
deteksi tuna rungu
Kebanyakan anak usia 3-10 tahun
baru
diperiksakan
ke pelayanan kesehatan,
itu
pun
karena orangtua/keluarganya
mengamati
adanya kelambatan kemampuan
bicara pada anaknya. Hal
ini seringkali
diakibatkan:
1) orangtua anak
kurang menyadari/mengerti
adanya ketulian pada
anaknya
2) perasaan malu/takut apabila
ternyata anak menderita
ketulian
3) masalah biaya
pada
orangtua
4) orangtua/keluarga
belum atau tidak mengerti ke mana
anak
tersebut
harus
diperiksakan.
Kadang kala kelambatan deteksi
tuna
rungu
pada anak justru disebabkan oleh
kurang
seriusnya
petugas
kesehatan menanggapi
keluhan
orangtua anak. Hal ini
dapat
pula
diakibatkan
petugas kesehatan kurang
memahami/mengenali
gejala
awal ketulian pada
anak.
  
5
2.1.5 Alat Bantu
Dengar
Untuk membantu
meningkatkan
kemampuan
pendengaran,
penderita
tuna rungu
dapat
dibantu
dengan menggunakan
alat bantu dengar. Alat bantu dengar
merupakan suatu
alat akustik
listrik
yang dapat
digunakan oleh manusia
dengan
gangguan fungsi pendengaran
pada
telinga.
Biasanya alat ini dapat
dipasang pada
bagian dalam
telinga
manusia ataupun pada
bagian sekitar
telinga. Alat bantu
dengar
tersebut
dibuat
untuk
memperkuat
rangsangan
bahagian sel-sel
sensorik
telinga
bagian
dalam
yang rusak
terhadap
rangsangan
suara dan
bunyi-bunyian
dari
luar.
Alat
Bantu
dengar tersebut merupakan
sebuah alat elektronik
yang
menggunakan
batere dimana
dalam
pemakaiannya
terdapat mikrofon
yang
mengubah
gelombang
dari suara tersebut menjadi energi
listrik yang
kemudian
diterima amplifier yang
dapat memperbesar
volume
suara dan
mengirimkannya
pada speaker yang
ada pada bagian
dalam
telinga.
Jika ingin
menggunakan
alat
Bantu dengar
ini maka terlebih dahulu harus memeriksakan
ambang pendengaran
dengan
alat yang
dinamakan
audiogram.
Setelah
itu barulah dapat ditentukan
jenis
dan
model
apa yang
cocok
digunakan untuk
kasus
kerusakan pendengaran yang
dialami.
Bentuk
Dasar
Alat Bantu Dengar
Gambar
2.2 Alat Bantu Dengar
Model
dalam
telinga
(
ITE
)
Alat
bantu
dengan Model
dalam
telinga
(In the ear aids
(ITC) dapat
digunakan
untuk penderita
gangguan pendengaran
kategori
ringan sampai
dengan
kategori
sedang. Alat ini
memberikan
kenyamanan
yang lebih
kepada
pemakainya
karena terletak pada
bagian dalam dan tidak tampak dari
luar. Didalam
komponen alat
ini
terpasang telecoil
yang merupakan
suatu
kumparan
magnet
kecil yang
dapat
memungkinkan
pengguna
alat
bantu
dengar tersebut untuk lebih
nyaman dalam bertelpon.
Model
belakang
telinga (BTE)
Jenis ini dipasang pada bagian
belakang
telinga.dapat
digunakan
pada kondisi
gambar   kerusakan
telinga kategori
ringan
sampai
berat.
alat ini menggunakan
komponen
cetakan teliga
yang
berfungsi
sebagai
penjernih
suara.
  
6
Bentuk canal
Bentuk
Canal
tersebut terdiri
atas
dua jenis
yaitu
ITC
dan ICC. Alat
Bantu
dengar
jenis ITC bentuk
dan ukurannya
dapat disesuaikan
dengan
penggunanya.
Alat
bantu
jenis ini relatif
berukuran kecil. Jenis
lain adalah ICC.
Alat
ini terletak
di
dalam saluran
telinga.
Kedua alat ini memang sangat nyaman digunakan
karena
ukurannya
yang kecil.
Namun
untuk kedua macam lat bantu
ini hanya
memiliki
ruang
sedikit yang
dapat digunakan
untuk
menyimpan
cadangan batere dan
mikrofon
yang terpasang
di dalamnya.
Alat
ini
kurang dianjurkan
untuk
penderita
dengan
gangguan
pendengaran
yang cukup
berat
dan juga kurang
disarankan untuk
dipakai
oleh
anak anak.
Alat
bantu
dengar
untuk bayi
Body
Aids
Merupakan alat
bantu
dengar yang dipergunakan
untuk
anak
dalam
usia
balita.
Cenderung lebih ekonomis
dibandingkan
model sekelasnya.
Mudah untuk
digunakan
karena mempunyai kemampuan
penggeseran
pada mikrofon yang
digunakan,
jadi
tidak harus
mendekatkan
telinga
ke sumber suara. alat ini tidak
mudah
hilang, pasalnya
penggunaan mirip
dengan
radio ukuran
kecil
atau
walkman. Alat ini memiliki
kekurangan pada
penerimaan
suara
yang sama antara
telinga
kiri dan
kanan.
Anak
yang
menggunakan
alat ini juga tidak mampu
mengetahui
sumber suara
karena hanya memiliki
satu
pengeras
suara dan
penerima. Kemungkinan
adanya
feedback
terhadap suara
dapat
terjadi
jika
cetakan telinga
tidak
sesuai
dengan
ukuran.
OTE
Memiliki
kemampuan
untuk
memebedakan
arah suara karena
memiliki alat
pengolah
suara
yang cukup
baik. Memiliki pengaturan yang
dapat disesuaikan
dengan
kebutuhan dengar
balita
yang
menggunakannya.
Alat ini dapat
memebedakan
arah sumber
suara
baik kanan,
kiri,
depan,
dan belakang,
kenyamanan
alat ini
juga
sudah diakui.
2.1.6 Cara
Kerja
Alat Bantu Dengar
Pernahkah
anda mendengar seseorang berbicara menggunakan
mikrofon dan suara
tersebut keluar dari speaker?  Pada dasarnya begitulah cara kerja Alat Bantu
Dengar. Perbedaannya
pada ukuran
yang disesuaikan
dengan bentuk
telinga.
Dapat dikatakan bahwa
Alat Bantu
Dengar adalah
barang elektronik yang
paling
kecil dan berteknologi
tinggi.
  
7
Gambar
2.3 Cara Kerja
Alat
Bantu
Dengar
Komponen
dasar
Alat Bantu Dengar:
1. Microphone,
merubah suara menjadi signal elektronik, signal elektronik
ini
kemudian diperkeras
oleh
amplifier.
2. Amplifier,
berfungsi untuk memperkeras
elektronik signal dari
mikrofon
menjadi
signal
yang lebih
besar.
3. Receiver
atau loudspeaker,
merubah elektronik signal yang
sudah
diperkeras
menjadi
suara.
Gambar 2.4 Cara Kerja Suara Pada
Alat
Bantu Dengar
2.1.7 Akibat ketunarunguan:
Tuna rungu dapat
menyebabkan
gangguan
sekunder
yaitu gangguan
bahasa dan
aspek
pribadi lainnya,
seperti:
1.   Reaksi
orang
tua dan masyarakat
2.   hambatan
bahasa dan komukasi
3.   hambatan
pengetahuan
dan intelektual
4.   hambatan
interaksi sosial
5.   hambatan
emosi
6.   mempersempit
kesempatan untuk
pendidikan
dan kerja
  
8
Menurut
Helen
Keller,
tuna rungu
mempunyai
lebih
banyak
hambatan
daripada
tuna
netra
karena
menghambat
interaksi
dengan
orang
lain,
sedangkan
tuna rungu
hanya
konsep ruangnya saja yang
terhambat
Tuna   rungu   bukan   diakibatkan   karena   tidak   bisa   mendengar,   tetapi   tidak
mempunyai
bahasa.
Alat bantu
dengar
bukan
untuk
menyembuhkan
tetapi
mengoptimalkan
perolehan bahasa.
.Bahasa itu apa?
Bahasa  merupakan 
suatu 
kode  dimana 
gagasan  /  ide  tentang 
dunia 
lingkungan
diwakili
oleh seperangkat
simbol
yang
telah
disepakati
bersama
guna
mengadakan
komunikasi (Bloom & Lahay
1978)
Anak
tuna rungu tidak mengenal
bahasa sehingga:
?
tidak
mengenal
lambang
bahasa
yang
digunakan
lingkungan
(tidak
mengerti
kode
/
nama guna
mewakili suatu
benda
/
peristiwa
/
kegiatan)
?
tidak
memahami
aturan / sistem bahasa
yang berlaku
di lingkungan.
Anak
tuna
rungu sering kali berbicara dengan
kalimat
yang
terbalik
balik susunannya.
?
Tidak  menguasai 
media  komunikasi 
dalam
bahasa  tersebut  yaitu
tidak
bisa
bicara
/
menyimak, belum bisa menulis atau membaca.
2.1.8 Metode
Pengajaran
Bahasa bagi
Anak
Tunarungu
Terdapat 
tiga 
metode 
utama 
individu 
tunarungu 
belajar 
bahasa, 
yaitu 
dengan
membaca 
ujaran, 
melalui 
pendengaran, 
dan 
dengan 
komunikasi 
manual, 
atau
dengan kombinasi
ketiga
cara tersebut.
1)   Belajar Bahasa Melalui Membaca Ujaran (Speechreading)
Orang  
dapat  
memahami  
pembicaraan  
orang  
lain   dengan  
“membaca”
ujarannya
melalui
gerakan
bibirnya.
Akan tetapi,
hanya sekitar
50%
bunyi
ujaran
yang
dapat
terlihat
pada
bibir
(Berger,
1972).
Di
antara
50%
lainnya,
sebagian
dibuat
di
belakang
bibir
yang
tertutup
atau
jauh
di
bagian
belakang
mulut
sehingga
tidak
kelihatan,
atau
ada
juga bunyi
ujaran
yang
pada
bibir
tampak
sama
sehingga
pembaca
bibir tidak
dapat
memastikan
bunyi apa yang
dilihatnya.
Hal
ini sangat
menyulitkan
bagi
mereka
yang
ketunarunguannya
terjadi
pada
masa
prabahasa.
Seseorang
dapat
menjadi
pembaca
ujaran
yang
baik 
bila 
ditopang 
oleh 
pengetahuan 
yang 
baik 
tentang 
struktur 
bahasa
sehingga
dapat
membuat
dugaan
yang tepat
mengenai
bunyi-bunyi
yang
“tersembunyi”
itu. Jadi,
orang
tunarungu
yang
bahasanya
normal
biasanya
merupakan 
pembaca
ujaran
yang
lebih
baik
daripada
tunarungu
prabahasa,
dan bahkan
terdapat
bukti
bahwa
orang
non-tunarungu
tanpa
latihan
dapat
membaca
bibir
lebih
baik daripada
orang
tunarungu
yang
terpaksa
harus
bergantung      
pada       cara       ini       (Ashman      
&       Elkins,      
1994).
Kelemahan
sistem
baca
ujaran
ini
dapat
diatasi
bila
digabung
dengan
sistem
cued  speech 
(isyarat  ujaran).  Cued  Speech  adalah  isyarat  gerakan  tangan
untuk
melengkapi
membaca ujaran
(speechreading).
  
9
Delapan
bentuk
tangan
yang
menggambarkan
kelompok-kelompok
konsonan
diletakkan
pada
empat
posisi
di
sekitar
wajah
yang
menunjukkan
kelompok-
kelompok
bunyi
vokal.
Digabungkan
dengan
gerakan
alami
bibir
pada saat
berbicara,
isyarat-isyarat
ini membuat
bahasa
lisan
menjadi
lebih
tampak
(Caldwell,
1997).
Cued
Speech
dikembangkan
oleh
R.
Orin
Cornett,
Ph.D.
di
Gallaudet
University
pada
tahun
1965
66.
Isyarat
ini
dikembangkan
sebagai
respon
terhadap
laporan
penelitian
pemerintah
federal
AS yang
tidak
puas
dengan 
tingkat 
melek  huruf
di
kalangan 
tunarungu 
lulusan 
sekolah
menengah.
Tujuan
dari
pengembangan
komunikasi
isyarat
ini adalah
untuk
meningkatkan
perkembangan
bahasa
anak
tunarungu
dan memberi
mereka
fondasi
untuk
keterampilan
membaca
dan
menulis
dengan
bahasa
yang
baik
dan
benar.
Cued
Speech
telah
diadaptasikan
ke
sekitar
60
bahasa
dan
dialek.
Keuntungan  dari  sistem  isyarat  ini
adalah  mudah  dipelajari  (hanya  dalam
waktu
18
jam),
dapat
dipergunakan
untuk
mengisyaratkan
segala
macam
kata
(termasuk  kata-kata 
prokem) 
maupun  bunyi-bunyi 
non-bahasa. 
Anak
tunarungu 
yang 
tumbuh 
dengan 
menggunakan 
cued 
speech 
ini 
mampu
membaca
dan menulis
setara
dengan
teman-teman
sekelasnya
yang non-
tunarungu
(Wandel, 1989
dalam
Caldwell,
1997).
2)   Belajar Bahasa Melalui
Pendengaran
Ashman  &  Elkins 
(1994)  mengemukakan 
bahwa 
individu  tunarungu  dari
semua 
tingkat 
ketunarunguan 
dapat 
memperoleh 
manfaat 
dari  alat  bantu
dengar
tertentu.
Alat
bantu
dengar
yang
telah terbukti
efektif
bagi jenis
ketunarunguan  
sensorineural  
dengan   tingkat  
yang  
berat   sekali  
adalah
cochlear
implant.
Cochlear
implant
adalah
prostesis
alat pendengaran
yang
terdiri
dari
dua
komponen,
yaitu
komponen
eksternal
(mikropon
dan
speech
processor)
yang
dipakai
oleh pengguna,
dan komponen
internal
(rangkaian
elektroda 
yang
melalui  pembedahan 
dimasukkan 
ke
dalam  cochlea  (ujung
organ 
pendengaran)   di 
telinga 
bagian 
dalam. 
Komponen 
eksternal 
dan
internal
tersebut
dihubungkan
secara elektrik.
Prostesis
cochlear
implant
dirancang
untuk menciptakan
rangsangan
pendengaran
dengan
langsung
memberikan
stimulasi
elektrik
pada syaraf pendengaran
(Laughton,
1997).
Akan
tetapi,
meskipun
dalam lingkungan
auditer
terbaik,
jumlah
bunyi
ujaran
yang
dapat
dikenali
secara
cukup
baik oleh
orang
dengan
klasifikasi
ketunarunguan
berat untuk memungkinkannya
memperoleh
gambaran
yang
lengkap
tentang
struktur
sintaksis
dan
fonologi
bahasa
itu terbatas.
Tetapi
ini
tidak
berarti
bahwa
penyandang
ketunarunguan
yang
berat
sekali
tidak
dapat
memperoleh
manfaat
dari bunyi
yang
diamplifikasi
dengan
alat bantu
dengar.
Yang
menjadi
masalah
besar
dalam
hal
ini
adalah
bahwa
individu
tunarungu
jarang 
dapat 
mendengarkan 
bunyi 
ujaran 
dalam  kondisi  optimal.  Faktor-
faktor
tersebut
mengakibatkan
individu
tunarungu
tidak dapat
memperoleh
manfaat
yang
maksimal
dari
alat bantu
dengar
yang
dipergunakannya.
Di
samping
itu, banyak
penelitian
menunjukkan
bahwa sebagian
besar
alat
bantu
dengar  yang 
dipergunakan 
individu 
tunarungu 
itu  tidak 
berfungsi  dengan
baik akibat kehabisan batrai dan earmould
yang tidak
cocok.
  
10
3)   Belajar Bahasa secara
Manual
Secara 
alami,  individu 
tunarungu 
cenderung 
mengembangkan 
cara
komunikasi
manual
atau
bahasa
isyarat.
Untuk
tujuan
universalitas,
berbagai
negara
telah
mengembangkan
bahasa
isyarat
yang
dibakukan
secara
nasional.
Ashman
&
Elkins
(1994)
mengemukakan
bahwa
komunikasi
manual
dengan
bahasa  isyarat  yang  baku 
memberikan 
gambaran 
lengkap  tentang 
bahasa
kepada
tunarungu,
sehingga
mereka
perlu mempelajarinya
dengan
baik.
Kerugian
penggunaan
bahasa
isyarat
ini adalah
bahwa
para
penggunanya
cenderung
membentuk
masyarakat
yang
eksklusif.
2.1.9 Metode Komunikasi
Tuna
Rungu
1. Oral
?
Pendidikan
anak
gangguan
pendengaran
harus
membawa dan
mengarahkan
mereka
kepada kehidupan
yang
mendekati
kehidupan normal
atau
kehidupan
seperti layaknya
orang-orang pada
umumnya di
komunitasnya.
?
Oralisme sangat
meyakini cara
komunikasi
oral dapat mengantar
anak
gangguan
pendengaran
kedalam kehidupan
yang normal.
?
dalam
pelaksanaannya
menitik beratkan kepada
pengucapan dalam
penyampaian
pesan
(mengekspresikan
gagasan/pikiran/perasaan)
dan
membaca
ujaran
(speech
reading)
dalam menerima pesan
Tujuan
?
agar anak
yang mengalami
gangguan pendengaran
baik dalam menerima
pesan
atau
mengekspresikan
gagasan,
pikiran,
dan perasaannya
diharapkan melalui
cara-cara
yang
lazim digunakan oleh anak-anak
yang mendengar pada
umumnya,
dan
juga
diharapkan
anak yang
memiliki gangguan pendengaran
dapat menerima
akses kebahasaan
yang
lebih besar
dari
lingkungannya
Jenis
metode
oral
?
Pendekatan
Oral
Kinestetik
suatu pendekatan oral yang mengandalkan
membaca
ujaran, peniruan
melalui
penglihatan, serta
rangsangan
perabaan, dan kinestetik
tanpa memanfaatkan
sisa pendengaran
?
Pendekatan
Unisensory
suatu pendekatan yang
memberikan
penekanan terhadap
penggunaan
ABM
yang
bermutu tinggi serta latihan
mendengar. Dalam
pendekatan
ini membaca
ujaran
dinomorduakan.
?
Pendekatan
Oral
Grafik
pendekatan
oral
yang
menggunakan
tulisan sebagai
sarana dalam
mengembangkan
kemampuan
komunikasi
oral.
Kelebihan
metode
oral
?
Metode
komunikasi
oral
lebih
fleksibel,
baik
pembicara
maupun
lawan
bicara,
lebih
bebas
?
Metode
komunikasi
oral
lebih
berdifrensiasi,
dapat
mengungkapkan
nuansa
perasaan dan hal-hal yang
abstrak
?
Menggembirakan,
karena dapat
digunakan untuk melakukan komunikasi
lebih
luas dengan masyarakat pada
umumnya
  
11
Kekurangan metode
oral
?
Sulit
dilaksanakan
bagi
anak yang mengalami
gangguan
pendengaran
yang
mengalami
gangguan
lain,
seperti:
gangguan
penglihatan,
gangguan
kecerdasan
?
Terdapat beberapa konsonan yang dasar pengucapannya
tidak dapat
diamati
secara
kasat mata,
karena dibentuk
di bagian
belakang
mulut,
seperti:
k, g, serta
yang
tidak dapat
dibedakan pada
waktu
diucapkan,
seperti pada kata ”babi
papi,
palu
malu,
baju
maju”
?
Sulit
diamati
pada
jarak panjang yang
agak
jauh
?
Banyak
kata-kata dalam gerak bentuk
bibir
sama tetapi
memiliki
makna yang
berbeda.
2.   Isyarat
adalah bahasa
dengan
menggunakan
tangan, walaupun dalam kenyataan, ekpresi
muka
dan lengan
juga
digunakan atau berperan
(Bunawan,
1997)
Jenis
metode isyarat
?
Dactylology atau bahasa
jari, ejaan
jari
?
Bahasa Tubuh (body
language).
?
Bahasa Isyarat asli/alami.
?
Bahasa Isyarat formal
Keunggulan
metode
isyarat
?
cepat
dapat
difahami sesama
anak yang
memiliki gangguan pendengaran
?
pembelajaran
dapat
berjalan
secara
aktif
?
membantu
mengisyaratkan
pengucapanpengucapan
konsonan
yang tidak
teramati
dalam
bentuk bibir (konsonan yang diproduksi
di belakang mulut)
Kekurangan
metode
isyarat
?
Orang
lain (masyarakat
pada umumnya)
terbatas memiliki
isyarat
?
Banyak gerakan-gerakan
isyarat, banyak variasi
sehingga sulit difahami
oleh
masyaraka
?
Tidak semua kata-kata dapat
diisyaratkan
?
Memerlukan
cahaya
yang cukup
?
Sulit
dilakukan
bagi
yang sedang
membawa sesuatu
?
Anggota
tubuh
untuk mengisyaratkan
terbatas
0
3.   Komunikasi
Total
Pengertian
komunikasi
total
Suatu
cara
komunikasi yang memanfaatkan
segala
media
komunikasi
(
berbicara,
membaca ujaran,
menulis, membaca,
mendengarkan,
isyarat
alamiah,
isyarat
baku, abjad jari, gerak
tubuh,
mimik dll yang
dilakukan
secara terpadu).
Tujuan
Tercapai
komunikasi yang efektif
antara
sesama
tunarungu
ataupun
dengan
masyarakat luas dengan
menggunakan
media
berbicara, membaca bibir,
mendengar dan
berisyarat  Pengertian Sistem
Isyarat Bahasa
Indonesia
  
12
Faktor yang
mendorong
metode
komunikasi total
?
Ketidakpuasan
dengan hasil
pendidikan
yang
diperoleh
melalui
metode
oral.
?
Penggunaan
komponen
manual tidak
merugikan
perkembangan
anak.
?
Penghargaan
terhadap bahasa
isyarat
?
Kesadaran akan kebutuhan
kelompok minoritas
?
Bertambahnya
pengetahuan
tentang fase – fase perkembangan anak dan ATR
Permasalahan
Kebahasaan Anak
Tunarungu
Anak
Tunarungu
tidak
dapat
atau
kurang mampu
berbicara
dengan
baik.
Berbicara bukan satu-satunya cara untuk
berkomunikasi,
karena bicara
merupakan salah satu cara
dari
sekian cara
berkomunikasi
Permasalahan
utama
Anak Tunarungu bukan pada
ketidak-mampuannya
dalam
berkomunikasi
melainkan
akibat
dari hal tersebut
terhadap perkembangan
kemampuan
berbahasanya,
yaitu
ketidakmampuan
untuk memahami
lambang
dan
aturan
bahasa.
2.1.10 Deaf
Culture
Deaf culture
pertama kali
didirikan pada
tahun 1965
American Sign Language
(ASL)
dianggap
sebagai
aset yang
paling
bernilai
dalam
Deaf Culture.
Berbicara
bahasa Inggris
hampir sepenuhnya
sia – sia bagi kaum
tuna
rungu. Bahkan jika
mereka
bisa membaca
gerak bibir,
percakapan bahasa
Inggris
sama sekali tidak
mendekati ASL.
Jika
telinga mereka tidak berfungsi,
mengapa
Anda
memaksa mereka
untuk
berbicara
normal?
Tidak
berbicara
sangat dihargai dalam budaya ini. Seperti
yang telah
disebutkan
sebelumnya,
berbicara
biasanya dipaksakan
kepada anak tuna rungu dan mewakili
pembatasan
dan perampasan kepada tuna rungu
dewasa. Ketika
berbicara
dipaksakan,
anak tuna rungu
kehilangan
salah satu kebutuhan
mendasar mereka, yaitu bahasa.
Satu
satunya bahasa
yang
memungkinkan
dan paling efektif adalah
ASL.
2.1.11 Pemilihan
Media
Permainan
video (bahasa Inggris: video game) adalah
permainan yang
menggunakan
interaksi dengan antarmuka
pengguna melalui
gambar
yang dihasilkan
oleh
piranti
video.
Permainan
video umumnya
menyediakan
sistem
penghargaan
misalnya skor
yang dihitung
berdasarkan tingkat
keberhasilan
yang dicapai
dalam
menyelesaikan
tugas-tugas yang ada di dalam permainan. Video
games
dibagi
menjadi 2 jenis,
Console games
(Playstation,
Nintendo,
Xbox,
Sega)
dan Computer games.
Permainan
komputer
(bahasa
Inggris:
computer
game)
adalah
permainan
video yang
dimainkan
pada
komputer
pribadi, dan bukan
pada konsol
permainan,
maupun
mesin
ding-dong.
Permainan
komputer
telah
berevolusi
dari sistem
grafis
sederhana
sampai
menjadi
kompleks dan
mutakhir.
2.1.11.1 Manfaat games
Menurut
Kemp
dan Dayton (1985),
mengidentifikasikan
tidak
dari
delapan
manfaat media dalam kegiatan
pembelajaran.
Bila
media
game dimasukkan
ke
  
13
dalam kedelapan
manfaat
media
pembelajaran
menurut
Kemp
dan Dayton,
maka
media game
dapat
dimasukkan
ke dalam
salah satu bentuk
media
pembelajaran.
Kedelapan
manfaat itu adalah :
1. Penyampaian
materi pelajaran
dapat
diseragamkan
Dengan
menggunakan
media
game
dalam kegiatan
belajar,
maka
akan
ada
penyeragaman
penafsiran
dari guru
mata
pelajaran
terhadap
mata
pelajaran
yang
akan disampaikan
kepada
para
siswa.
2. Proses pembelajaran
menjadi
lebih
menarik
Media
game
terdiri dari unsur
visual
(dapat dilihat), audio
(dapat didengar) dan
gerak (dapat
berinteraksi).
Jadi media
game ini dapat
membangkitkan
keingintahuan
siswa,
merangsang reaksi mereka terhadap
penjelasan guru,
memungkinkan
siswa menyentuh objek
kajian
pelajaran, membantu
mereka
mengkonkretkan
sesuatu
yang abstrak dan sebagainya.
3. Proses belajar siswa
menjadi lebih interaktif
Adanya
unsur AI (artificial Inteligence)
atau
kecerdasan
buatan pada media
game,
maka akan
terjadi
komunikasi
dua
arah
dimana pertanyaan muncul
secara
acak
pada layar
komputer
dan siswa
menjawab pertanyaan tersebut.
Dengan
semakin tingginya pemrograman
komputer
pada AI, maka game
yang
dibuat
dapat semakin
komplek disesuaikan
dengan
tingkat kemampuan
dari
siswa itu sendiri. Contohnya adalah game simulasi.
4. Jumlah
waktu belajar mengajar
dapat
dikurangi
Dengan
media
game,
maka guru
tidak
perlu menghabiskan
waktu banyak untuk
menjelaskan
materi. Dengan media game, siswa dapat
melatih dirinya dengan
cara
berinteraksi
dengan
media
game mengenai
suatu materi yang
mereka
ingin
pelajari.
Seperti yang
terjadi
pada beberapa sekolah
sekolah setingkat
kursus,
dimana waktu
yang
diperlukan untuk belajar
cukup
sedikit tetapi
dituntut untuk
memahami
materi
dengan
sesegera mungkin. Biasanya mereka
menggunakan
media
game dalam bentuk
simulasi ataupun quiz untuk memudahkan
dan
mempercepat
penyerapan
materi
yang
digunakan.
5. Kualitas
belajar siswa dapat ditingkatkan
Selain
lebih efisien dalam proses
belajar-mengajar
seperti
diuraikan
diatas,
media game dapat membantu
siswa menyerap
materi
pelajaran
secara lebih
mendalam dan
utuh. Hal ini disebabkan
media
game
lebih
menarik karena
ada
unsur visual dan audio
tetapi juga interaktif yang membuat siswa bisa
ber-
interaksi dengan
program game
tentang
suatu mata
pelajaran.
Contohnya
adalah
Quiz
game.
6. Proses belajar dapat terjadi
dimana saja dan
kapan saja
Perkembangan
teknologi
yang semakin
pesat,
memungkinkan
siswa
saat
ini
dapat memiliki
laptop dengan
harga
yang murah. Perangkat
ini
mempunyai
kelebihan
dapat dibawa kemana – mana dan dapat digunakan
kapan
saja. Media
game biasanya
berbentuk CD
interaktif
yang
dapat
dipergunakan
kapan saja.
Sehingga
media
game sebagai media pembelajaran
dapat dipergunakan
kapan
saja dan dimana
saja.
  
14
7. Sikap
positif siswa
terhadap bahan pelajaran
maupun
terhadap
proses
belajar
itu sendiri
dapat
ditingkatkan
Dengan
media, proses belajar
mengajar
menjadi
lebih menarik.
Hal
ini
dapat
meningkatkan
kecintaan
dan apresiasi
siswa
terhadap ilmu pengetahuan dan
proses
pencarian ilmu itu sendiri.
8. Peran guru dapat berubah ke arah yang
lebih
positif
dan
produktif
Pertama, guru tidak
perlu mengulang – ulang penjelasan
mereka
bila media
digunakan dalam pembelajaran.
Kedua,
dengan
mengurangi
uraian verbal
(lisan), guru dapat memberi
perhatian
lebih banyak
kepada aspek – aspek lain
dalam
pembelajaran.
Ketiga, peran guru tidak
lagi sekedar “pengajar”, tetapi
juga
konsultan,
penasihat, atau manajer
pembelajaran.
2.1.11.2 Jenis – jenis
games
Aksi
Genre ini merupakan macam
game
yang
paling
populer. Game jenis ini
membutuhkan
kemampuan
refleks pemain dan
timing
yang tepat.
Salah
satu
subgenre
action
yang populer adalah First
Person Shooter (FPS).
First Person Shooter
Banyak
sekali game sukses di pasaran yang termasuk dalam genre
ini. Game
jenis
ini memerlukan
kecepatan berpikir.
Game
ini dibuat
seolah-olah
pemain
yang
berada dalam suasana tersebut.
Contoh
game genre ini, misalnya Half
Life,
Crysis, Call of Duty:
Modern
Warfare,
dan lain
sebagainya.
Aksi-Petualangan
Genre ini memadukan
gameplay
aksi
dan petualangan.
Pemain diajak untuk
menelusuri gua bawah tanah
sambil
mengalahkan
musuh, mencari artefak kuno,
menyeberangi
sungai dan
sebagainya.
Saat ini kebanyakan
genre
ini sudah
mengadopsi
3D. Tom
Clancy’s Splinter Cell,
Hitman,
Tomb
Tider
dan Prince of
Persia termasuk dalam game
ini.
Simulasi, Konstruksi,
dan Manajemen
Pemain dalam game
ini diberi keleluasaan
untuk
membangun,
berekspansi,
dan
mengatur komunitas
fiksi
atau
proyek tertentu dengan bahan
baku yang
terbatas.
Contohnya adalah SimCity, The
Sims, dan Spore.
Role
Playing
Games
(RPG)
Dalam
RPG
pemain
dapat memilih satu karakter
untuk
dimainkan.
Seiring dengan
naiknya level
game,
karakter
tersebut
dapat
berubah, bertambah
skill-nya,
bertambah
senjatanya,
bertambah
hewan peliharaannya
dan lain
sebagainya. Final
Fantasy,
World
of Warcraft, Fallout, dan Dragon
Quest
termasuk
dalam
genre
ini.
Strategi
Cikal
bakal genre ini adalah board game. Genre strategi menitikberatkan
pada
kemampun
berpikir dan organisasi.
Game
strategi dibedakan
menjadi dua, yaitu
Turn Based
Strategy
dan Real
Time Strategy.
  
15
Real
Time Strategy
Genre
ini mengharuskan
pemain membuat keputusan
dan secara
bersamaan
pihak lawan juga beraksi
hingga menimbulkan
serangkaian kejadian
dalam
waktu
yang
sebenarnya. Contohnya adalah
Age
of Empires,
Starcraft,
Rise
of
Nation
dan Command
and Conquer.
Turn
Based
Strategy
Dalam
game
ini pemain bergantian
menjalankan
taktiknya. Saat pemain
mengambil
langkah,
pihak
lawan
menunggu.
Demikian
juga sebaliknya.
Termasuk
dalam
genre
ini adalah
Heroes
of Might and Magic, Front
Mission
dan Master
of Orion.
Balapan
Pemain dapat
memilih
kendaraan,
mendandani
lalu melaju
di arena
balap.
Tujuannya
hanya
satu, yaitu mencapai garis
finish
tercepat. Misalnya Need
For
Speed,
Grand
Turismo, Top Gear,
Daytona
dan lain
sebagainya.
Olahraga
Genre ini membawa
olahraga ke dalam
komputer atau konsol.
Biasanya
gameplay
dibuat semirip mungkin
dengan kondisi olahraga
yang sebenarnya.
Termasuk
dalam genre
ini adalah FIFA, Winning
Eleven,
PES, NBA, Tony
Hawk Pro
Skater,
dan lain-lain.
Puzzle
Genre puzzle menyajikan
teka-teki,
menyamakan
warna bola,
perhitungan
matematika,
menyusun
balok, dan sebagainya.
Misalnya Tetris,
Bejeweled,
Minesweeper,
dan Bomberman.
Dance/Rhythm
Dance Dance
Revolution
mungkin adalah
satu – satunya
franchise terbesar
dalam
genre
ini. Dari sekian banyak
jenis game ini, banyak yang memerlukan
konsol
spesial,
seperti DDR, namun
ada beberapa tidak.
Genre
ini dibedakan dengan
musik yang digabungkan
dengan waktu.
Contoh
lainnya adalah
Parappa
the
Rapper, Bust a Groove,
Gitaroo
Man, Space Channel 5, Frequency,
Beatmania,
Para Para Paradise, Donkey Konga,
and Eyetoy
Groove.
Hybrid
Penting untuk
diketahui
banyak games
yang tidak hanya terbatas
pada
satu
genre
saja. Beberapa merupakan gabungan dari dua atau
lebih
genre. Bahkan pada
kenyataannya,
games selalu berkembang,
batas
pembeda antara
genre menjadi
semakin kabur.
Salah satu contoh
dr jenis
hybrid
adalah Myst.
Game
ini
merupakan gabungan antara petualangan
dan
puzzle.
2.2 Data Khusus
Kasus
2.2.1 Situasi Permasalahan
Kerurangan tuna rungu dalam pendengarannya
menyebabkan
komunikasi
menjadi terhambat karena
mereka
kesulitan untuk berbicara. Hal ini bukan
disebabkan
karena
tidak
mampu
berbicara
namun karena
mereka tidak
memiliki
bahasa.
Solusinya adalah dengan mengajarkan
mereka tentang
pengucapan
  
16
bahasa seperti
menirukan gerak bibir dan membaca ujaran.
Namun pada
kenyataannya,
berbicara
tetaplah
hal yang
sulit untuk dilakukan.
Meskipun sudah
dilatih bertahun
tahun
ucapan mereka tentunya
tidak
akan sejelas
orang pada
umumnya.
Selain
itu, berbicara juga bukanlah
hal yang mudah
bagi
kaum
tuna
rungu, mereka harus
mengeluarkan
energi
ekstra
untuk mengeluarkan
suara
dan
mengatur
pernafasan. Ditambah lagi apabila
anak tersebut mengalami
kerusakan
pada pita
suara atau mempunyai cacat ganda,
seperti
autis. Karenanya diperlukan
suatu
bahasa yang dikhususkan
untuk
membantu
mereka yang
berkekurangan
itu, yaitu
bahasa isyarat.
2.2.2 Tujuan
? 
Membantu anak
tuna
rungu untuk mengenal dan
menghafal
bahasa isyarat
dengan
cara yang
lebih menyenangkan
? 
Memasok
kosakata – kosakata baru pada anak
dengan cara yang mudah
diingat
? 
Meningkatkan
atusiasme
mereka
akan
bahasa isyarat
? 
Meningkatkan
minat mereka pada proses
pembelajaran,
sehingga
belajar
tidak
dipandang sebagai proses
yang
membosankan.
? 
Menjadi
sebuah sarana
hiburan bagi anak
tuna
rungu
2.2.3 Sasaran
Anak Usia Dini
Setelah
kelahiran
sampai dengan
usia
sekitar 6 tahun, banyak terjadi perubahan
yang luar
biasa. Perubahan
ini,
misalnya,
sebutan
yang pada
awalnya
adalah bayi
kemudia menjai
anak – anak;
munculnya
refleks – refleks yang merupakan dasar
kepekaan terhadap stimulus, munculnya celoteh yang akan
berkembang
menjadi
kemampuan
berkomunikasi.
Adapun usia
setelah itu (lebih dari
6
tahun) sering disebut
sebagai
usia
sekolah
dimana
anak sudah
berkembang
fisiknya
sehingga
membentuk
tubuh
yang
proporsional,
mampu berjalan,
meloncat,
berlari,
mampu memegang
pensil
dengan
baik,
mampu
berkomunikasi
dengan
orang
lain mengguankan
bahasa
verbal, mampu memahami emosi yang
dirasakan
oleh
orang
lain berdasarkan
bahas
tubuh
yang
ditujukan. Oleh karena itu batasan
perngertian
anak usia dini
adalah 0-6 tahun.
Golden Age
Usia dini
pada anak kadang –kadang disebut sebagi usia emas atau
golden
age.
Masa-masa tersebut merupakan masa
kritis dimana seorang anak membutuhkan
rangsangan-rangsangan
yang
tepat untuk
’mencapai’
kematangan
yang
sempurna.
Arti kritis
adalah sangat mempengarhui
keberhasilan
pada
masa
berikutnya. Apabila masa
kritis ini tidak memperoleh
rangsangan
yang
tepat
dalam
bentuk
latihan
atau
proses belajar
maka diperkirakan
anak akan
mengalami
kesulitan
pada
masa – masa perkembangan
berikutnya. Misalnya,
secara fisiologis
anak sudah cukup berkembang
dan mampu dilatih
bicara,
namaun demikian
rangsangan yang diperoleh
dari
lingkungan sangat
kurang,
akibatnya anak mengalami kesulitan untuk
berbicara.
Usia dini
juga
merupakan
masa yang
penting sebagai
landasan
untuk
perkembangan
pada masa – masa berikutnya.
Menurut Freud, pencetus
teori
  
17
psikoanalisis
(1856-1939),
masa
usia
dini harus diberi
landasan yang
kuat
agar
terhindar
dari gangguan
kepribadian
ataupun emosi.
Lebih lanjut Freud
menyatakan
bahwa
gangguan – gangguan yang
dialami
pada
masa dewasa dapat
ditelusuri
penyebabnya
dengan
melihat
kehidupan pasa
masa kanak-kanaknya.
Misalnya
orang
yang
agresif secara
verbal, sering marah –marah,
mengumpat,
ternyata pada usia – usia awalnya tidak
memperoleh
kepuasan
terhadap
kebutuhannya.
Erik
Erikson
(1902-1994)
menambahkan
bahwa anak
yang
tidak mengalami
dan
memperoleh
kasih sayang
serta tidak memperoleh
kepuasan dari kebutuhannya
akan mengalami
kegagalan
utnuk mengembangkan
rasa
percaya pada orang lain.
Berbeda dengan Freud
dan Erikson yang
lebih berorientasi
pada
patologis, Piaget
menyatakan
bahwa
tahun
tahun awal
perkembangan
manusia merupakan saat
yang tepat
untuk mengenalkan
berbagai konsep
sederhana sebagai landasan
untuk
mengembangkan
cara berpikir yang
lebih kompleks pada tahap – tahap
perkembangan
berikutnya.
Sejumlah
ahli
psikologi menyatakan
bahwa
tahun – tahun awal perkembangan
dapat
dikatakan
sebagi
dasar
pembentuk
kepribadian
seseorang.
Apabila
masa ini
sudah
memperoleh
rangsangan
yang tepat
untuk mengembangkan
dan
mengaktualisasi
potensi,
maka
masa – masa
berikutnya tinggal memodifikasi
struktur
dan fungsi
dari kepribadian
itu sehingga
terbentuk
kepribadian
yang
sesuai dengan
harapan.
Life Span
Development
Perkembangan
manusia
terjadi
sepanjang rentang kehidupannya,
yang terbagi –
bagi
ke dalam
beberapa
periode perkembangan.
Masing
masing
periode
perkembangan
tersebut akan
mempengaruhi
periode
perkembangan
yang lain.
Salah
satu
teori
tentang perkembangan
sepanjang
rentag kehidupan
dikemukakan
oleh
Papalia
&
Olds (1986), yang intinya bahwa kehidupan
manusia dapat
dibedakan berdasarkan kelompok kronologisnya,
yaitu sebagai berikut:
1.   Periode prenatal (saat
konsepsi sampai
dengan
sesaat
sebelum
kelahiran)
Tahan prenatal ditandai
oleh
perkembangan
fisik
yang paling besar
sepanjang
rentang kehidupan,
karena manusia
berawal
dari
sebuah sel yang kemudian
berkembang
menjadi bermilyar sel. Masa
ini juga ditangdai oleh
terbentuknya
struktur tubuh dan
organ
,
yang
membuatnya
sering
disebut
dengan
waktu
yang luar biasa terutama pada tiga
bulan
pertama
masa
kehamilan.
2.   Periode bawah
3
tahun (mulai kelahiran sampai dengan
usia
3
tahun)
Sejak
lahir
sampai
dengan usia sekitar
2
tahun sering disebut sebagi masa
bayi. Meskipun
mereka
masih
tergantung pada
orang dewasa,
namun
sesungguhnya
mereka
memiliki kemampuan
atau kompetensi yang
luar
biasa. Bayi akan mengembangkan
kemampuan
indera
dan mulai belajar
hal –
hal sederhana. Mereka akan membentuk
kelekatan
pada orang tuanya,
kakak
laki
laki atau perempuan,
serta
pengasuhnya.
Mulai usia 18 bulan
sampai
dengan
3
tahun, sering disebut
dengan
batita (toddler), anak akan
terampil
berbahasa
dan menggunakan
kemampuan
motoriknya
serta mampu
mengembangkan
sikap mandiri.
Meskipun sebagian
besar waktunya
masih
  
18
tergantung
pada orang
dewasa, namun
demikian mereka mulai
mengembangkan
kepedulian
terhadap anak
lain.
3.   Periode anak – anak
awal
(
usia
3
6
tahun)
Masa
ini sering
disebut sebagai masa
prasekolah, meskipun
istilah tersebut
saat ini menjadi
kurang tepat
karena sudah banyak
dikembangkan
model –
model sekolah untuk
anak pada
masa ini. Anak
yang berada
pada
masa ini
mulai
peduli
terhadap
kehadiran
anak lain. Demikian
juga tentang bahasa
yang digunakan, karena
dengan
bahasa tersebut mereka dapat
berkomunikasi
dengan
teman
sepermainan
maupun orang
dewasa. Mereka juga mulai
mengembangkan
cara
meminta dan memperoleh
yang
diinginkan
dengan
lebih baik dari sebelumnya,
lebih peduli
terhadap diri
mereka sendiri, serta
mulai
melatih
kendali
diri.
4.   Periode anak – anak
madya (usia 6 – 12 tahun)
Masa
ini ditandai
oleh
sebagian besar waktu yang ada digunakan untuk
sekolah. Anak – anak
pada
masa ini mengalami
perkembangan
cara berpikir
logic
sebagai hasil
dari sekolah formal
yang
dijalaninya. Namun demikian,
faktor keluarga
masih
tetap
harus
dipertimbangan
andilnya
dalama
perkembangan
anak
yang
bersangkutan.
5.   Periode remaja
(
usia 12 – 20 tahun)
Kunci utama pada
periode ini adalah
pencarian
identitas diri, yang sangat
diperlukan
sepanjang hidup manusia.
Selain
itu, terjadi
juga
perubahan fisik
yang menunjukan
perubahan
menuju
kedewasaan,
perubahan kognitif
menuju cara
berpikir
yang abstrak, sehingga cakrawala
intelektual
merek
semakin meluas, perubahan ,keterlibatan
dari
orang
tua menuju
teman
sebaya. Pada budaya barat,
tidak ada tanda – tanda pasti tentang berakhirnya
masa
remaja ini.
6.   Periode dewasa awal ( usia
20 – 40 tahun)
Masa
ini merupakan
masa yang
menjadi
dasar untuk rasa
cinta dan pekerjaan,
karena
orang – orang pada
masa
ini mulai
menjalin hubungan
yang
intim dan
mulai
memilih serta
menentukan
pekerjaan.
Meskipun terjadi perubahan
pasangan maupun pekerjaan,
setidak-tidaknya
masa
ini menjadi
dasar
untuk
mengembangkan
kemampuan
memilih
pasangan
dan pekerjaan
yang
lebih
tepat.
7.   Periode tengah
baya
(
usia 40 -65
tahun)
Periode ini sering disebut
dengan generasi
sandwich
(roti
lapis daging)
karena berada
diantara anak – anaknya
yang sudah menginjak
remaja dan
orang
tuanya yang
sudah
memasuki usia tua. Karena berada
diantara
duan
generasi,
maka
kadang – kadang timbul krisis
yang sering disebut
dengan
krisis
tengah baya.
Selain
itu, orang yan
berada pada periode ini sudah
mulai
menikmati
puncak
karir
dari
pekerjaan
yang dipilihnya,
serta mulai
memikirkan
tentang
kematian sehingga berusaha
introspeksi
tentang
apa
yang masih dapat dilakukan
pada
sisa hidupnya.
8.   Periode dewasa akhir ( usia 65 tahun
keatas)
Sebagian
besar
orang pada
periode
ini mulai mempersiapkan
diri
secara
mental
tentang kemungkinan
berpisah dengan keluarga,
pasangan
hidup,
komunitas, teman – teman sebaya ataupun
aktivitas yang
digeluti.
Selain
itu,
  
19
mereka juga
menyadari
berkurangnya
kemampuan
indera, kekuatan tubuh
ataupun stamina.
Berdasarkan
teori
teori diatas, dapat disimpulkan
kisaran
umur yang paling
tepat
untuk
belajar adalah masa
anak – anak awal
yaitu usia
3-6 tahun. Periode ini dipilih
karena merupakan masa
kritis bagi anak untuk memperoleh
pengetahuan yang
menjadi
landasan
periode
periode
setelahnya.
Dalam periode
ini anak juga mulai
mengembangkan
kemampuan
berbahasanya
dan berinteraksi
dengan teman
sebaya.
2.3 Analisa Kasus
a) 
Strenght
? 
Pendekatan
yang dilakukan
lebih
relevan dengan target, yaitu
anak –
anak.
? 
Mengajarkan
tentang
bahasa isyarat yang
baku, bukan isyarat
lokal.
b) 
Weakness
? 
Kosakata yang
disediakan tidak
mencakup semua
kosakata yang
ada..
c)   Opportunity
? 
Media
pembelajaran
yang masih berkesan kuno dan membosankan
bagi
anak.
? 
Seiring dengan
perkembangan
teknologi, semakin
banyak
anak
yang
menggemari
games.
? 
Masih
banyak tuna rungu yang belum mengenal
isyarat baku
d) 
Threat
?
Masyarakat yang
masih
malu untuk
menerima kekurangan
dari anak
tuna
rungu, sehingga
mereka cenderung ‘memaksakan’
anak
untuk
berkomunikasi
secara oral.
?
Belum banyak
orang
tua yang mengerti cara menangani
anak tuna
rungu.