2
BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1
Data dan Literatur
Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dengan
menggunakan beberapa metode, antara lain :
1.   wawancara
2.   internet
3.   survey lapangan ke tempat pembuatan Mochi-Mochi
2.1.1
Wawancara
Berikut  adalah  hasil  wawancara  dengan  pemilik  Mochi-Mochi  yang
sudah dirangkum dalam paragraf sebagai berikut.
Awal berdirinya Mochi-Mochi di prakarsai oleh Rudyanto Indra,
yang  akrab  dipanggil  ko  Atet.  Mochi-Mochi 
menyodorkan 
identitas
mochi khas Taiwan. Pada tahun 1999 –
2006, beliau belajar membuat
mochi Taiwan di negara asalnya sembari sekolah. Setelah beliau kembali
ke Jakarta, beliau meneruskan usaha toko bangunan milik keluarga.
Karena beliau tidak suka dengan pekerjaan yang ada dan lebih ingin
membuka usaha mochi, maka beliau mencoba untuk membuka counter
yang pertama kali di mall Lippo Karawaci pada bulan Februari 2009.
Ciri khas mochi Taiwan, isinya mencapai 20-an jenis. Mochi rata-
rata  memiliki  daya  tahan  selama  3  hari.  Adapun  mochi  kacang  hijau
hanya tahan 1 hari. Namun daya tahannya bisa bertahan hingga seminggu
jika disimpan di kulkas.
Nama Mochi-Mochi tercipta hanya karena muncul begitu saja di
pikiran dan beliau meminta desainer untuk membuat logonya. Dan
terciptalah logo yang sekarang
ini,
dengan tagline “Cherish
the
Memories”. Mochi-Mochi
sendiri
memiliki 9
rasa,
yaitu
kacang
tanah,
kacang hijau, kacang merah, kacang asin, wijen hitam, wijen putih, abon
ayam, green tea dan coklat. Harga yang ditawarkan untuk semua rasa Rp
4.000,-. Mochi isi coklat dihargai Rp 5.000,- karena memakai coklat asli
dan
murni.
Etalase
counter
yang
ada
di
mal-mall mengangkat
tema
tradisional dari Taiwan.
Saat ini, mochi-mochi sudah memiliki 30 cabang di pusat-pusat
perbelanjaan Jakarta dan sekitarnya. Usaha ini masih dipegang sendiri
  
3
oleh  beliau  dan  tidak  ada  rencana  untuk  dijadikan  usaha  franchise.
Jumlah karyawan sampai saat ini mencapai 30 orang.
Tempat pembuatan Mochi-Mochi awalnya beralamat di Taman
Duta Mas blok C5 no 55, Jakarta Barat, tepatnya di rumahnya sendiri.
Setelah
usahanya
semakin
maju
dan
membutuhkan
tempat
yang
lebih
luas, beliau pindah ke tempat yang lebih besar dengan pegawai yang lebih
banyak juga, di perumahan Rasa Sayang blok C 27, Jakarta Barat.
2.1.2
Literatur Internet
Beberapa refrensi literatur yang di ambil dari internet antara lain:
Sebuah
blog
yang
mempromosikan
Mochi-Mochi
karena etalasenya
yang menarik dan beda dari
yang lain. Rasanya pun enak dan banyak
pilihan rasanya.
Sebuah  web  yang  menjelaskan  letak-letak  counter etalase  Mochi-
Mochi yang ada di mall.
2.1.3
Survei Lapangan
Penulis menyadari pentingnya merasakan sendiri rasa mochinya, proses
pembuatan dan atmosfer
dari Mochi-Mochi itu sendiri. Oleh karena itu
penulis juga melakukan survei lapangan dengan metode pengamatan
langsung dan dokumentasi.
Gambar 2.1
  
4
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
  
5
2.2
Definisi
2.2.1
Definisi Mochi
Bentuknya   yang   bulat,   kenyal   dan   berisi,   membuat   orang
menyukai
mochi,
kue
tradisional
Jepang
yang
terbuat
dari beras ketan
yang ditumbuk sampai
lembut dan lengket, lalu dibentuk bulat-bulat.
Meski lengket dan lembut, mochi
termasuk
makanan
yang
mudah
mengeras dan mudah rusak sehingga harus dikonsumsi sesegera mungkin.
Mochi ini sering ada saat perayaan Tahun Baru Jepang.
Pada zaman dahulu, hanya ada 1 jenis mochi. Tapi seiring dengan
berjalannya waktu, banyak variasi mochi. Mulai dari ragam isinya, hingga
es krim mochi. Karena sudah terkenalnya makanan ini, rasa mochi ini pun
sudah bisa diterima masyarakat dunia, tidak hanya di Jepang saja.
Saat   ini,   pengolahan   mochi   sudah   menggunakan   teknologi
modern, tidak lagi ditumbuk menggunakan kayu seperti dulu. Bahan yang
digunakan pun bukan lagi beras ketan utuh, tetapi yang sudah berbentuk
tepung. 
Di tempat lain masih banyak
juga yang menggunakan metode
tradisional ini karena ingin menjaga rasa & teksturnya yang lembut.
2.2.2
Tradisi Kue Mochi untuk Perayaan Tahun Baru di Jepang
Di tengah majunya peradaban modern Bangsa Jepang, ternyata
masih ada tradisi kerjasama yang sangat kuat antar penduduk di daerah
tersebut, yaitu pembuatan kue mochi atau kalau di
Indonesia seperti kue
ketan tapi sudah ditumbuk dengan halus,
atau
orang
jawa
mengenal
dengan kue “jadah”.
Kue tersebut bisa dibuat manis atau tanpa rasa. Untuk kue mochi
yang  tanpa  rasa  biasanya  dimakan  dengan  sup,  setelah  kue  tersebut
dibuat bulatan lonjong kecil-kecil. Mochi yang dimaksud di sini,
merupakan
mochi polos tanpa bumbu garam atau lainnya, dan dimakan
(sebagai
pengganti
nasi)
bersama
sayur
talas , wortel ,
honeywort
dan
kamaboko berwarna merah dan putih yang biasa disebut zoni. Jadi mirip
ketupat tetapi dari ketan kalau di tempat kita. Kanji zoni sendiri berarti
“rebusan campur-campur”.
Menurut Wikipedia, zoni dulunya merupakan hidangan kaum
samurai  (prajurit)  terutama  saat  pergi  berperang.  Mochi  digunakan
karena  ia  merupakan  penganan  yang  awet.  Kalau  yang  manis  pada
waktu  pembuatannya  dibuat  dengan  cara  mencampurkan  ubi  ketela
manis (di jawa dikenal dengan nama ketela pendam).
Seluruh 
masyarakat 
yang  ada  di 
sekitar  daerah  ini 
terlibat,
  
6
membuat
bersama
kue
mochi
ini.
Mulai dari anak sekolah, guru-guru,
kaum muda
dan
tua
terlibat
bersama
bergotong
royong
menyambut
datangnya
musim dingin. Mereka berpartisipasi dalam acara mochitsuki
yang
mempunyai pengertian “menumbuk
mochi”.
Acara mochitsuki
ini
merupakan
tradisi yang biasa dilakukan dalam menyambut tahun baru.
Hal ini juga karena mochi biasa dihidangkan pada tahun baru.
Tradisi budaya ini menunjukkan ternyata masih ada kebersamaan
yang
tercermin dalam semangat
kegotongroyongan
yang tinggi.
Tahap
awal   persiapan   yaitu   menyediakan   tungku   pemasak   yang   bahan
bakarnya ternyata masih memanfaatkan potongan-potongan kayu kering
yang tersimpan secara rapi dan teratur.
Tiga buah
tungku dipersiapkan
untuk acara ini, satu tungku untuk memasak air, dua tungku yang lain
untuk merebus beras ketan. Beras ketan yang dimasak tersusun rapi dari
bawah ke atas dengan alas masing-pasing memakai rangkaian kayu yang
berbentuk segi empat, tersusun sampai 4 lapis. Ada keran semprotan air
bersih, ember untuk mencuci dilengkapi gayung dari plastik.
Mereka
kemudian
memukul
ketan
dengan
3
buah
pemukul
dari
kayu  secara  bersama  ke  arah  semacam  lumbung  (USU).  Berganti-
gantian mereka mengarahkan ke lumpang yang ada ketannya tersebut,
kadang-kadang
apabila
belum terbiasa
palu
pemukulnya
saling
berbenturan  atau  pinggir  lubangnya  yang  terkena.  Sehingga
menimbulkan suasana yang meriah dan membuat pemukul harus lebih
perhatian  dan  hati-hati  mengarahkan  pemukulnya.  Suasana  semangat
dan kemeriahan saat menumbuk
mochi
seakan
menghilangkan
rasa
dingin 
yang 
mereka  rasakan  pada 
saat 
itu,  sehingga  secara  tidak
langsung belajar adaptasi
terhadap
perubahan
cuaca dari
musim
gugur
ke musim dingin.
Setelah acara penumbukan mochi selesai, dilanjutkan dengan
makan bersama. Acara makan bersama ini dilakukan dengan penuh
keakraban dan dapat menghilangkan
rasa
sungkan
dan
jarak
dalam
berkomunikasi. Setelah semuanya
selesai
acara
diakhiri
dengan
ucapan
terima
kasih
dari
perwakilan
pemimpin
warga
setempat
atas
partisipasi
dari semua
orang yang hadir disitu, dan khusus anak-anak diberikan
cindera mata bantuan dari Pemerintah Jepang setempat. Dan yang hadir
lainnya masing-masing diberikan juga mochi serta buah jeruk untuk dapat
dinikmati di rumahnya masing-masing.
2.2.3
Penyebaran dan Perkembangan Mochi
Mochi kemudian menyebar ke berbagai negara seperti Hawaii,
Korea, 
Taiwan, 
Kamboja, 
Thailand, 
dan  Indonesia 
melalui 
tentara
Jepang. Saat ini setidaknya ada dua kota di Indonesia yang terkenal akan
  
7
produk  mochinya,  yaitu  Sukabumi  dan  Semarang.  Pada
perkembangannya, mochi kemudian diisi berbagai bahan makanan yang
umumnya manis, seperti kacang merah, kacang hijau, buah-buahan,
sampai es krim.
Dari penulusuran
yang dilakukan,
mochi es krim konon
mulai dikenal pada tahun 1981, yang diproduksi oleh suatu grup
perusahaan pusat belanja dan makanan asal Jepang dan Korea. Mochi es
krim kemudian
menyebar
ke
beberapa Negara
dan
mulai
terkenal
di
Amerika pada tahun 1933. Mochi menjadi
makanan ringan yang
cukup
terkenal di berbagai kalangan.
2.2.4
Pembuatan Mochi secara Tradisional
Pembuatan 
mochi  dilakukan  dalam  perayaan  tersendiri 
yang  disebut
mochitsuki, menggunakan bahan yang alami dan peralatan tradisional.
1.
Mochi dibuat
dari
beras ketan utuh
yang
direndam semalaman,
lalu
dimasak. Beras ketan yang digunakan memiliki rasa yang lebih manis
yang disebut mochigome.
2.
Beras  ketan  yang  sudah  dimasak  ini  kemudian  ditumbuk  dalam
lesung dari kayu yang disebut usu, menggunakan alu yang besar
(kine).
3.
Proses  pembuatannya  dilakukan  dua  orang.  Satu  orang  bertugas
menumbuk, satu lagi membolak-balik
dan membasahi nasi.
Pengerjaannya harus dilakukan dalam kecepatan dan irama
yang
konstan dan selaras agar tidak melukai
satu
sama
lain.
Beras ketan
ditumbuk hingga menjadi lengket dan bisa dibentuk.
2.2.5
Pembuatan Mochi secara Modern
Bahan – bahan yang diperlukan untuk membuat mochi :
1 cangkir beras ketan mochiko
1 cangkir gula
1 / 4 cup air
1 / 4 cup katakuriko (tepung kentang)
Tambalan (opsional)
Mangkuk
1.
Ambil
1
cangkir
beras
ketan
mochiko.
Lalu
digiling
sampai
halus.
Tepung punya banyak kegunaan di dapur, dan karena ini tidaklah sulit
untuk menemukan di pasar swalayan.
2. Ambil 1 cangkir gula dan tambahkan ke cangkir mochiko. Gunakan
garpu atau sendok untuk mencampur dua bahan tersebut secara
menyeluruh.
  
8
3.  Tambahkan 1 / 4 cup air. Aduk bersama-sama dengan baik.
4.
Tempatkan adonan
ke
dalam piring
microwave. Tutup
piring dengan
plastik.
Masukkan
campuran
Mochi
ke
dalam microwave
selama
4
menit. Tambahkan beberapa pewarna atau bahan penyedap untuk
campuran sebelum microwave dinyalakan.
5. Keluarkan dari microwave. Biarkan mochi sampai dingin sebelum
pemotongan dan molding.
6. Taburi mochi dengan katakuriko (tepung kentang). Hal
ini mencegah
Mochi lengket bersama. Tambahkan isi, seperti kacang merah, coklat
atau kacang, sebelum ditaburi.
Petunjuk:
Mochi 
ini 
lengket,  jadi  gunakan 
non-stick  permukaan  atau  ditutupi
dengan sebuah piring plastik untuk menyimpan Mochi.
2.3
Karakteristik Mochi-Mochi
2.3.1
Geografis
Counter
etalase
Mochi-Mochi
berada
di
lebih
30
mall
di
Jakarta
dan
sekitarnya.
2.3.2
Deskripsi Produk
Kacang Tanah
Rp 4.000,-
Kacang Hijau
Rp 4.000,-
Kacang Merah
Rp 4.000,-
Kacang Asin
Rp 4.000,-
Wijen Hitam
Rp 4.000,-
Wijen Putih
Rp 4.000,-
Green Tea
Rp 4.000,-
Abon Ayam
Rp 4.000,-
Coklat
Rp 5.000,-
2.3.3
Motto
Mochi terjual habis hari ini
  
9
2.4
Kompetitor
Mochewy
yang
terletak di Café
Iga Bardidos
di
Jalan
Benda
60,
Jeruk
Perut,
Jakarta
Selatan,
merupakan
mochi
es
krim
yang
mengadaptasi
produk
lokal dengan kekhasan mochi khas Sukabumi
yang unik kenyalnya. Pendiri
Mochewy  adalah  tiga  anak  muda  yang  kuliah  di  Prasetya  Mulya  Business
School. 
Mochewy 
merupakan 
salah 
satu 
dari  tugas 
kuliah 
mereka  yang
dijalankan   dengan   serius   dan   mendapatkan   nilai   terbaik.   Keunikan   dari
Mochewy adalah mereka menyajikan dan membungkus es krimnya dengan kulit
mochi setelah konsumen memesan, jadi mochi tetap kenyal, karena bukan siap
saji dari freezer. 1 butir es krim mochi Mochewy ini seharga Rp 8.000,-
2.5
Target Audience
Demografi
o
Unisex (pria dan wanita)
o
Cakupan umur 13- 50 tahun
o
Status ekonomi sosial menengah atas
Geografi
o
Masyarakat Jakarta dan sekitarnya
Psikografi
o
Penikmat makanan ringan (cemilan)
  
10
o
Bergaya hidup konsumtif
o
Mengutamakan kualitas daripada harga yang harus dibayar
2.6
Analisa SWOT
Strength
?
Memiliki banyak varian rasa
?
Menggunakan bahan alami tanpa bahan kimia
?
Menjaga kualitas
?
Di order ke luar kota
?
Pemilik menimba ilmu langsung dari Taiwan
Weakness
?
Kemasan tidak menarik
?
Belum ada kemasan untuk pembelian ratusan mochi
Opportunity
?
Bahan aman dikonsumsi
?
Memiliki 30 cabang yang tersebar di mall-mall
?
Penjualan menggunakan counter etalase, sehingga peluang orang untuk
membeli lebih besar
Threat
?
Banyak produsen yang membuka usaha mochi dengan varian yang
lebih unik
?
Masih terkesan ketinggalan jaman