BAB 2
DATA DAN ANALISA
Pada proyek Tugas Akhir ini penulis membuat kampanye sosial mengenai jajanan sehat
anak agar mengubah kebiasaan anak untuk jajan sembarangan dan memberikan
informasi tentang bahaya dan akibat-akibat yang dapat ditimbulkan dari jajan
sembarangan. Sumber informasi dan data yang didapat berasal dari artikel-artikel di
internet, buku mengenai makanan sehat dan bahaya di balik lezatnya makanan,
penyebaran kuisioner terhadap narasumber, wawancara terhadap dokter, serta
wawancara terhadap salah satu penjual jajanan makanan. Adapun kekurangan dari
pengumpulan data yang penulis lakukan ialah keterbatasan lingkup dan kuantitas
narasumber yang didapat penulis secara langsung.
2.1 Data Umum
Berdasarkan data dari Sekretaris Dirjen Pemberantasan Penyakit Menula¹r dan
Penyehatan Lingkungan Depkes dan Kesos, dr. I Nyoman Kandun MPH di harian
Kompas mengungkapkan bahwa selama kurun waktu dari tahun 1989 sampai tahun
2000 terdapat 400 laporan kejadian penyakit akibat makanan dengan 25.908 korban
yang termasuk di dalamnya adalah kasus keracunan bongkrek pada tahun 1990, biskuit
beracun pada tahun 1995, mie instan pada tahun 1996, kasus keracunan pemberian
makanan tambahan pada anak sekolah di Lampung, dan keracunan makanan di Bali
pada tahun 1997. Selain daripada itu, faktor-faktor yang menyebabkan kasus keracunan
makanan kerap terjadi dari jasa boga 33,8 %, keluarga 29,2 %, jajanan 18,5 %, industri
4,6 %, dan yang lainnya 13,9 %. Faktor-faktor penyebab tersebut rupanya dikarenakan
kondisi lingkungan yang masih rendah tingkat kebersihannya.
Pada akhir tahun 2010 lalu, Badan Pengawasan Obat dan Makanan melakukan
penyelidikan bahwa dari 2.984 sampel jajanan anak sekolah, 45 % di antaranya
mengandung zat berbahaya yang tidak baik untuk dikonsumsi. Zat berbahaya tersebut
diantaranya adalah rhodamin, methanil yellow, benzoat, siklamat, dan lainnya yang tentu
saja jika dikonsumsi secara terus-menerus dapat merusak kesehatan bagi yang
mengkonsumsi. Tak heran masih banyak jajanan terutama di pinggir jalan yang
3
|
4
menjajakan dagangannya yang memukau mata si pembeli dengan warna yang mencolok,
mengkilat, dan awet untuk disimpan. Ciri-ciri dari makanan tersebut itulah yang
sebagian besar justru mengandung zat berbahaya.
2.1.1 Bahaya Jajanan Sembarangan
2.1.1.1 Jenis-jenis Bahan Berbahaya pada Jajanan
Berikut ini merupakan zat-zat berbahaya yang dipakai oleh mayoritas para pedagang
jajanan yang dibagi dalam beberapa kategori berdasarkan fungsinya :
2.1.1.1.1 Pemanis Buatan
Bahan ini banyak ditemukan di banyak makanan seperti pada saos, susu, jeli atau agar-
agar, sirup, makanan ringan atau snack, permen, es krim, minuman yoghurt, minuman
ringan berfermentasi. Pemanis buatan tentunya hanya memberikan efek rasa manis pada
makanan, tetapi tidak memiliki nilai gizi sama sekali untuk dikonsumsi.
Sakarin
Bahan ini biasa digunakan pada jenis minuman ringan, selai, permen, dan jajanan
pasar lainnya. Berdasarkan penelitian dari National Academy of Science tahun
1968, konsumsi zat sakarin pada orang dewasa sebanyak 1 gram atau lebih
rendah dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, yang tak terkecuali adalah
penyakit kanker.
Siklamat
Siklamat adalah salah satu bahan pemanis buatan yang hanya meninggalkan ras
amanis, yang berbeda dengan sakarin yang setelah menimbulkan rasa manis
meninggalkan rasa pahit. Pemanis ini biasanya digunakan sebagai pemanis
makanan kaleng, makanan dan minuman berkalori rendah. Konsumsi pada zat ini
dapat merangsang pertumbuhan penyakit tumor.
Aspartam
Aspartam biasa digunakan pada susu berkalori rendah. Tingkat bahaya pada zat
ini tidak sebesar pada 2 zat sebelumnya yang telah dipaparkan penjelasan di atas.
Namun, penggunaan pada zat ini masih harus dibatasi, karena masih
menimbulkan perdebatan bahwa zat ini dapat menimbulkan efek samping yang
berbahaya bagi konsumen.
|
5
2.1.1.1.2 Pengawet Buatan
Menurut penelitian Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan, banyak produk
makanan yang menggunakan pengawet buatan seperti berbagai macam mie basah, ikan
asin, tahu baik di pasar tradisional maupun di pasar swalayan.
Asam Salisilat
Zat ini biasanya ditemukan pada buah dan sayur yang berfungsi untuk
memperpanjang masa pengawetan. Asam salisilat tidak akan pudar sekalipun
sayur atau buah telah dicuci, karena telah meresap ke dalam jaringan-jaringan
makanan tersebut. Asam salisilat sebenarnya hanya baik digunakan sebagai obat
lotion (tubuh bagian luar). Konsumsi pada asam salisilat dapat menimbulkan
gangguan lambung, pusing, berkeringat, mual, dan muntah. Efek dalam jangka
waktu lama dapat menimbulkan kekurangan zat besi, kemerahan dan gatal-gatal
pada kulit. Konsumsi dalam jumlah besar mengakibatkan pendarahan pada
lambung.
Formalin
Penggunaan formaln sebenarnya bukan untuk makanan, tetapi untuk bahan
antiseptik, germisida, dan pengawet non-makanan. Fungsi sebenarnya daripada
formalin adalah sebagai antibakteri pembunuh kuman, pembersih lantai, kapal,
gudang, pakaian, pembasmi serangga, pengeras lapisan gelatin dan kertas,
pembuatan pupuk urea, produk parfum, pengawet produk kosmetik, pengeras
buku, bahan insulasi buku, pencegah korosi untuk sumur minyak, bahan perekat
produk kayu lapis, pengawet pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring,
pelembut, pewarna sepatu, shampoo mobil, lilin, karpet, menghilangkan bakteri
pada sisik ikan, pengobatan penyakit ikan, dan pengawetan mayat.
Formalin biasa digunakan para pedagang agar mengawetkan makananannya
dalam jangka waktu yang lebih lama, sehingga jika dagangannya tidak habis hari
ini, dapat digunakan lagi untuk hari berikutnya. Makanan yang biasa dipakaikan
formalin antara lain : mie basah, bakso, tahu, ikan asin, dan sebagainya.
Kandungan formalin yang tinggi pada tubuh dapat menekan fungsi sel dalam
tubuh dan menyebabkan kematian sel yang berujung pada kerusakan organ
tubuh. Konsumsi formalin juga dapat mengakibatkan kanker saluran pencernaan,
peningkatan resiko kanker tenggorokan, sinus, dan hidung.
|
6
Boraks
Selain sebagai pengawet makanan yang berbahaya, borak juga dapat digunakan
untuk pengenyal makanan. Makanan yang biasanya ditambahkan boraks adalah :
bakso, lontong, mie, kerupuk, dan berbagai makanan tradisional. Konsumsi
boraks yang berulang kali dapat mengakibatkan keracunan yang ditandai dengan
mual, muntah, diare, menurunnya suhu tubuh, lemah, sakit kepala, dan dapat
menimbulkan shock serta kematian untuk konsumsi boraks dalam dosis tinggi.
Pottasium Klorat
Bahan ini kerap kali digunakan para pedagang untuk mengawetkan barang
dagangannya. Konsumsi bahan ini secara terus-menerus dapat menimbulkan
iritasi pada saluran pernafasan, gangguan fungsi ginjal, hemolisis sel darah
merah dan methemoglobinema untuk konsumsi pada dosis tinggi.
Kloramfenikol
Bahan ini biasa digunakan sebagai pengawet susu, padahal fungsi sebenarnya
ialah sebagai antibiotik. Pada bayi prematur konsumsi pada bahan ini dapat
mengakibatkan kematian.
Diethylpylocarbonate
Biasa ditemukan pada minuman non-karbonasi, minuman sari buah, minuman
hasil fermentasi. Hanya dengan menghirup aroma dari zat ini dapat
menyebabkan iritasi mata dan hidung, serta pusing-pusing.
Pottasium Bromat
Konsumsi zat ini menyebabkan hambatan pada pertumbuhan, lemah, kejang-
kejang yang berakhir pada kematian. Jika dikonsumsi dalam jumlah banyak
mengakibatkan muntah-muntah, diare, methemoglobinemia, dan reinjury.
Air Terusi
Difungsikan dengan tidak baik oleh produsen sebagai salah satu bahan pengawet
makanan.
Dapat ditemukan juga pada bakso yang bercirikan ada kilauan warna biru.
2.1.1.1.3 Pewarna Buatan
|
7
Untuk menarik perhatian konsumen, tentunya para pedagang harus membuat makanan
yang dikemas dalam bentuk dan warna yang menarik
sehingga pedagang dapat
memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan modal sedikit mungkin. Hampir
seluruh makanan olahan telah diberi pewarna sintesis mulai dari jajanan anak-anak, tahu,
kerupuk, terasi, cemilan, bahkan buah-buah dingin, terutama buah mangga.
Rhodamin B
Fungsi sebenarnya pada Rhodamin B adalah sebagai pewarna tekstil dan kertas.
Namun, dengan tujuan meraih keuntungan yang banyak tanpa memikirkan efek
dari kandungan Rhodamin B, produsen tetap saja menggunakan bahan ini.
Dengan menghirupnya saja dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernapasan.
Jika terkena kulit dan mata dapat menimbulkan iritasi. Konsumsi pada zat ini
menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan dan menimbulkan gejala
keracunan, air kemih menjadi berwarna merah muda.
Methanyl Yellow
Umumnya digunakan sebagai pewarna pada tekstil dan cat, serta sebagai
indikator reaksi netralisasi asam-basa. Zat ini larut dalam air, berupa serbuk
kuning kecokelatan. Konsumsi bahan ini menimbulkan tumor dalam berbagai
jaringan seperti hati, kandung kemih, saluran pencernaan, dan jaringan kulit.
2.1.1.1.4 Penyedap Rasa Buatan
Penyedap rasa tentunya sudah tidak asing di kalangan masyarakat. Penyedap rasa atau
aroma digunakan untuk menambah dan memperbaiki cita rasa dan aroma pada makanan,
sehingga lebih menarik perhatian bagi yang ingin memakannya. Penyedap rasa buatan
tentunya juga tidak sedikit yang bertebaran pada jajanan makanan yang tidak
mempunyai fungsi sama sekali untuk kesehatan tubuh. Berbeda dengan penyedap rasa
alami, penyedap rasa sintesis sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh. Berikut adalah zat-
zat penyedap rasa sintesis tersebut :
Monosium Glutamat
Zat ini dapat memperkuat rasa makanan, Glutamat dapat dijumpai pada makanan
seperti tomat, keju, kaldu daging sapi dan ikan. Biasa bahan ini lebih dikenal
dengan nama micin, vetsin. Bagi yang mengkonsumsinya secara terus-menerus
mengakibatkan gangguan pada janin bagi yang sedang mengandung, hati,
hipertensi, stres, demam tinggi, memicu reaksi gatal-gatal, bintik-bintik merah
pada kulit, keluhan mual, muntah-muntah, sakit kepala, migren, asma, bahkan
depresi.
L-asam Glutamat
|
8
Bahan ini sangat tidak dianjurkan untuk anak-anak dan dapat menimbulkan
Chinese Restaurant Syndrom (CRS).
Pottasium Hidrogen L-Glutamat
Penyedap ini dapat mengakibatkan mual, kejang perut. Zat ini terutama sangat
berbahaya bagi penderita ginjal dan tidak boleh diberikan pada bayi yang masih
berusia 12 minggu.
Kalsium Glutamat
Dampaknya bagi kesehatan belum diketahui secara pasti. Namun konsumsi
bahan ini pada bayi yang berusia kurang dari 12 minggu masih dilarang.
Sodium Glutamat
Efeknya belum diketahui secara pasti, tetapi penggunaannya tidak diperbolehkan
untuk anak-anak dan bayi.
2.1.1.1.5 Bahan Tambahan Lainnya
Antikempal
Bahan buatan ini digunakan untuk pencegahan mengempalnya makanan.
Konsumsi
antikempal dalam dosis normal masih aman, tetapi jika digunakan secara berlebihan
dapat merusak syaraf. Bahan ini sangat berbahay terutama bagi penderita sakit tulang
dan perusakan ginjal.
Antioksidan
Zat ini berguna untuk memperlambat oksidasi di dalam bahan seperti lemak hewani,
minyak nabati, produk makanan dalam kadar lemak yang tinggi dan rendah, ikan.
Dalam beberapa percobaan, antioksidan yang berbahaya dapat memicu terjadinya
penyakit kanker dan batu ginjal.
2.1.1.1.6 Pengemulsi, Pemantap, dan Pengental
|
9
Zat ini dapat membantu mempercepat tercampurnya 2 jenis zat yang secara alaminya
tidak dapat bercampur. Gelatin biasa digunakan pada sosis, kristal jeli, sebagai
pembentuk gel pada pembuatan roti dan puding, pemantap pada pembuatan es krim, es
susu, keju, pudding, sebagai pembentuk suspensi dan pengental untuk minuman buah-
buahan dan minuman lainnya, pembentuk buih pada bir, pengemulsi dan pembentukan
pada saos, dan pembentukan lapisan tipis dalam pelapisan daging, ikan, dna pengolahan
pakan lainnya. Penggunaan pada pengemulsi, pemantap, dan pengental harus dibatasi
penggunaannya. Jika dikonsumsi melebihi dosis yang ditentukan dapat mengakibatkan
keracunan tertentu pad anak-anak, erosi pada gigi dan iritasi lokal, mengubah sekresi air
kemih jika diberikan bersama dengan pemberian obat, maka obat menjadi kurang efektif
bekerja, bahkan dapat menjadi racun, mengikat logam-logam yang diperlukan tubuh,
dan menghambat proses penyerapan nutrisi.
2.1.1.1.7 Pengatur Keasaman
Biasa disebut asidulan digunakan sebagai penegas rasa, warna, dan penyelubung rasa
yang tidak disukai, bertindak juga sebagai bahan pengawet. Tujuan utama dari pengatur
keasaman adalah memberikan rasa asam pada makanan. Bahan ini biasa digunakan pada
sarden, pangan bayi, sayuran, buah-buahan, dan lainnya. Jika digunakan secara
berlebihan di luar batas normal dapat menimbulkan keracunan pada lambung.
2.1.1.1.8 Pemutih, Pematang Tepung, dan Pengeras
Pemutih dan pematang tepung kerap kali digunakan pada tepung agar tepung (terutama
tepung gandum yang berwarna agak kecokelatan)dapat lebih berwarna putih sehingga
terlihat lebih menarik, serta meningkatkan fungsi tepung sehingga adonan tepung ketika
dibakar dapat lebih mengembang. Sedangkan pengeras biasanya digunakan sebagai
pengeras keripik, dan buah kalengan. Untuk pengeras biasa digunakan untuk produk
pengolahan makanan agar makanannya tetap terjaga keras dan tidak lunak. Biasanya
pengeras digunakan untuk buah-buahan seperti irisan apel, sayur-sayuran seperti tomat,
kentang, paprika, wortel, dan makanan lainnya yang dikalengkan atau dibekukan.
Penggunaan bahan-bahan tersebut harus dibatasi agar tidak berbahaya bagi kesehatan
yang mengkonsumsinya seperti diare, dan bagi penderita hiperparatiroidismus
menimbulkan tingginya kadar kalsium dalam darah.
2.1.1.4 Bahaya Pencemaran Mikroba
Jajan sembarangan di pinggir jalan tentunya rawan dengan mikorba, kuman, dan bakteri
karena langsung kontak dengan udara luar, dekat dengan saluran pembuangan got, serta
pembuatannya yang tidak terlalu memperhatikan kebersihannya. Makanan dan minuman
jajanan yang tercemar sangatlah berbahaya bagi yang menikmatinya, yaitu dapat
menyebabkan keracunan dan penyakit. Berdasarkan hasil penelitian mahasiswa Fakultas
Tenologi Pertanian UGM terhadap kasus keracunan makanan sepanjang tahun 2003
|
10
sampai 2005 yang diberitakan di berbagai media massa online menggambarkan kondisi
keamanan pangan di Indonesia, Menurut korordinator Kelompok Pemerhati Keamanan
dan Mutu Produk Pangan (KPKMPP), Dr. Ir. Endang. S. Rahayu, MS, terdapat jumlah
peningkatan kasus keracunan selama tiga tahun terakhir sampai tahun 2005, dan
sebagian besar kasus keracunan tersebut diduga disebabkan oleh mikroorganisme,
terutama bakteri patogen.
Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa 18 kasus keracunan sebanyak 83,3 %
disebabkan oleh bakteri patogen. Begitu pula dengan tahun 2004 dan 2005 yang
menyebutkan bahwa 60 % dari 41 kasus keracunan dan 72,2 % dari 53 kasus keracunan
disebabkan karena mikroorganisme, dan lagi-lagi karena bakteri patogen. Dari hasil
penyelidikan tersebut menyimpulkan bahwa sebagian besar kasus keracunan ebrsumber
dari industri jasa boga, pengolahan rumah tangga yang diolah secara massal, yang
termasuk pula makanan jajanan. Makanan yang disajikan tidak begitu diperhatikan
kebersihannya dan kurang higienis.
Kebanyakan dari para pedagang jajanan juga menyajikan dagangannya tanpa mencuci
tangan terlebih dahulu, padahal tidak ada yang tahu sebelum memegang makanan
tersebut mereka sudah memegang apa saja. Begitu pula dengan barang dagangannya
yang sering tidak tertutup rapat, sehingga debu dan timbal dari kendaraan berasap dapat
dengan bebas mencemari makanan dan minuman tersebut.
Konsumsi makanan yang tercemar menimbulkan resiko penyakit tifus yang disebabkan
oleh kuman bernama Salmonella typi yang hidup di air, tanah kerin, dan tempat
pembuangan sampah. Penyakit lain yang dapat timbul karena konsumsi makanan yang
kurang higienis adalah cacingan. Telur-telur cacing biasanya terdapat di kuku para
penjual jajanan gado-gado, rujak, buah dingin, soto, bakso, karedok, ketoprak, dan lain-
lain. Jenis-jenis cacing ini adalah cacing kremi, cacing tambang, cacing gelang, cacing
cambuk, dan lainnya yang masuk ke makanan melalui tangan pedagang karena mereka
tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar. Para penderita cacingan,
termasuk orang dewasa biasanya tidak akan mengetahuinya sebelum melakukan
pemeriksaan laboratorium tinja. Pada anak sekolah, penyakit cacingan dapat
mengakibatkan penyakit anemia (kurang darah).
2.1.1.3 Bahaya Kesalahan Proses Pengolahan Makanan
Menyantap gorengan di pimggiran seperti ubi, tempe, tahu, bakwan, tahu, singkong, dan
lainnya sudah menjadi kebiasaan bagi banyak orang, tak terkecuali pada anak-anak.
Menurut peneliti dari jurusan kimia lingkungan, Universitas Stockhlom, Swedia
bernama Eden Tareke, dkk menyatakan hasil penelitiannya berjudul Analysis od
Acrylamide, a Carsinogen Formed in Heated Foodstuffs yang dimuat pada majalah
ilmiah Agricultural and Food Chemistry edisi Juli 2002 menunjukan bahwa makanan
yang kaya karbohidrat seperti kentang yang mengalami penggorengan dapat merangsang
pembentukan senyawa karsinogenik yang dapat memicu penyakit kanker bernama
akrilamida.
|
11
2.1.1.4 Bahaya pada Kemasan dan Wadah Makanan
Jajanan makanan tentunya tidak terlepas dari kemasan itu sendiri. Kemasan memang
bermanfaat sebagai wadah dan tempat untuk memudahkan makanan tersebut dimakan
dan minuman tersebut untuk diminum. Tetapi di balik itu semua, kemasan makanan itu
sendiri jika tidak didukung dengan bahan yang baik, maka dapat berbahaya bagi
konsumen.
Plastik
Kemasan jajanan berbahan plastik sangat sering dijumpai dan sudah sangat tidak
asing, terutama bagi yang sering mengkonsumsi jajanan di pinggiran. Plastik sering
digunakan untuk jajanan seperti siomay, batagor, cilok, sosis goreng, dan banyak
lainnya. Plastik memiliki kelebihan karena tahan lama dan praktis untuk digunakan,
namun plastik juga memiliki kelemahan, yaitu tidak tahan panas dan apabila salah
penggunaannya dapat emncemari produk makanan itu sendiri. Kemasan plastik
terbuat dari bahan polypropilen, polyvinylchlorida (PVC) yang bila dibakar atau
dipanaskan dapat menimbulkan dioksin, yaitu suatu jenis zat beracun yang dapat
menyebabkan penyakit kanker dan mengurangi sistem kekebalan tubuh. Untuk itu,
plastik yang terkena makanan panas dapat menyebabkan perpindahan komponen-
komponen kimia berbahaya tersebut ke dalam makanan.
Menurut Dosen Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor
(IPB) Dr. Ir. Yadi Haryadi, M.Sc.aspek yang perlu diperhatikan pada penggunaan
plastik pada botol yang digunakan berkali-kali adalah dari segi kebersihannya. Jika
botol yang dipakai berulang-ulang tidak dibersihkan, maka pasti akan tercemar
mikroba dan memicu penyakit, terutama penyakit pencernaan.
Kaleng
Makanan jajanan yang dikemas dengan memakai kaleng masih jarang dijumpai.
Untuk jajanan seperti martabak, kaleng biasa dijumpai pada kemasan mentega untuk
membuat martabak tersebut, dapat juga dijumpai pada kemasan selai untuk jajanan
roti panggang. Bahaya utama pada makanan kaleng, yaitu tumbuhnya bakteri
Clostridium botulinum, yang dapat mengakibatkan keracunan botulinin bagi yang
mengkonsumsi. Tanda-tanda keracunan pada zat ini adalah tenggorokan menjadi
kaku, mata berkunang-kunang dan kejang-kejang yang membawa kematian karena
sukar bernafas. Bakteri ini biasanya tumbuh pada kaleng yang tidak sempurna
pengolahannya atau pada kaleng yang bocor sehingga makanan di dalamnya
terkontaminasi udara dari luar. Namun, racun botulinin peka terhadap pemanasan,
sehingga akan mati ketika terkenan panas.
|
12
Styrofoam
Kemasan berbahan styrofoam atau bisa juga disebut polystyrene sering menjadi
pilihan para pedagang untuk dipakai karena dapat mencegah kebocoran, dan dapat
tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang. Selain itu bahan ini dapat
mempertahankan panas dan dingin, tetapi tetap nyaman dipegang, mempertahankan
kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah, lebih aman, serta ringan.
Bahan ini sering digunakan untuk kemasan pada makanan katering, mie instan,
makanan siap saji, sayur-sayuran, buah-buahan. Penggunaan bahan styrofoam
diragukan keamanannya, karena bahan utama pembuatan styrofoam yaitu stiren
dan
butadien sebagai bahan penguat, maupun DOP datau BHT sebagai plasticier-nya
bersifat mutagenik (mampu mengubah gen) dan potensial karsinogen (merangsang
pembentukan sel kanker). Bahan-bahan tersebut, khususnya stiren dapat larut dalam
air, lemak, alkohol, maupun asam. Semakin lama penggunaan bahan ini pada
makanan, maka semakin besar perpindahan bahan-bahan yang bersifat toksik ke
makanan atau minuman yang ada di dalamnya, terutama apabila makanan atau
minuman tersebut mengandung lemak atau minyak.
Divisi Keamanan Jepang, Juli, 2001, menyatakan bahwa residu styrofoam dalam
makanan dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang
terjadi akibat adanya gangguan sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat
bahan kimia karsinogen pada makanan. Di Indonesia pada jajanan pinggiran,
styrofoam terkadang dipakai sebagai wadah makanan, sehingga bisa dipakai sekali
lalu langsung dibuang.
Kertas
Bahan kemasan ini sangat banyak dipakai oleh para pedagang jajanan pinggiran.
Jajanan seperti gorengan tempe, tahu, bakwan, pisang, ubi, singkong, donat, bolang-
baling, lumpia, piscok, dan banyak lainnya biasa dikemas dalam keadaan masih panas
dengan menggunakan kertas koran dan majalah bekas. Bahan kertas koran dan
majalah ini mengandung timbal (Pb) melebihi batas yang ditentukan. Bahan yang
panas dapat mempermudah perpindahan timbal ke makanan, jika dikonsumsi, timbal
masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan dan pencernaan menuju sistem
peredaran darah dan menyebar ke berbagai jaringan lain seperti ginjal, hati, otak,
syaraf, dan tulang.
Melamin
|
13
Bahan ini sering digunakan sebagai bahan pembuatan mangkok, piring, sendok, dan
berbagai jenis peralatan rumah tangga lainnya. Alasan penggunaan melamin
digunakan adalah karena bahan ini ringan dan tidak mudah pecah sehingga mudah
dan praktis dibawa kemana saja. Menurut penelitian Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia (YLKI) yang bekerja sama dengan jurusan Kimia FMIPA Universitas
Indonesia terhadap 10 jenis merk (4 merk loka, 6 merk import) menunjukan bahwa
tidak semuanya menunjukan food grade yang berarti bahwa mengandung zat
beracun dan berbahaya yang dapat berpindah ke makanan akibat proses pengolahan
makanan.
2.2 Hasil Survey
Penulis melakukan survey pada masyarakat umum dan anak tingkat Sekolah Dasar.
Survey kepada masyarakat umum dilakukan agar dapat mengetahui gambaran besar
pandangan masyarakat mengenai jajan. Sedangkan survey yang dilakukan terhadap anak
Sekolah Dasar karena merupakan sasaran khalayak untuk kampanye ini.
2.2.1 Survey kepada Masyarakat Umum
Menurut survey yang dilakukan penulis terhadap 65 responden secara online. Berikut
adalah hasil dari survey tersebut :
1. Profesi :
3 % pelajar
86 % mahasiswa/i
11 % karyawan atau wiraswasta
2. Kuantitas jajan dalam seminggu :
36 % jika hanya terpaksa
37 % 1 sampai 2 kali seminggu
26 % 3 sampai 5 kali seminggu
2 % setiap hari
3. Alasan lebih memilih untuk jajan daipada makan di rumah :
|
14
26 % tidak ada makanan di rumah
52 % lapar mata
6 % rasa jajanan lebih enak daripada makanan di rumah
17 % malas membawa makanan dari rumah
9 % murah
12 % kos
4. Lokasi biasanya tempat jajan :
31 % sekitar rumah
82 % sekitar kampus atau sekolah
5 % lainnya (mall dan sekitar gereja)
5. Apakah mereka mengetahui akibat jajan sembarangan atau tidak :
60 % iya
40 % lumayan
6. Mengetahuinya dari :
65 % orang tua
34 % sekolah
36 % teman
54 % iklan
40 % acara televisi
17 % internet
7. Tindakan setelah mengetahui akibat dari jajan sembarangan :
11 % tetap jajan sesuka hati
77 % membatasi jumlah jajanan berbahaya
|
15
9 % menghindari jajanan berbahaya
3 % berhenti jajan
8. Informasi atau iklan atau kampanye mengenai pencegahan jajan sembarangan :
32 % belum pernah lihat
65 % masih sedikit
3 % sudah sering lihat
2.2.2 Survey Sekolah
Untuk survey sekolah, penulis sengaja memisahkan kategori sekolah dasar negeri dan
swasta sebagai sumber data penulis menentukan sasaran khalayak yang lebih spesifik,
karena dari segi perilaku, ekonomi, dan lingkungan sekolah negeri dan sekolah swasta
dapat dikatakan berbeda.
2.2.2.1 Survey Sekolah Negeri
Untuk survey kategori sekolah negeri, penulis melakukan survey ke Sekolah Dasar
Negeri 01 Pagi Bungur. Penulis menyebarkan kuisioner sebanyak 120 lembar, masing-
masing tingkat kelas berjumlah 20 lembar. Berikut adalah hasil dari kuisioner tersebut :
1. Jenis kelamin :
49 % laki-laki
51 % perempuan
2. Kebiasaan :
67 % jajan di sekolah
33 % membawa makanan dari rumah
3. Alasan mereka jajan :
|
16
14 % karena rasa jajanan yang enak
86 % tidak membawa makanan dari rumah
4. Range uang jajan per hari yang diberikan orang tua :
3 % tidak mendapat uang jajan
59 % lebih dari Rp 5.000,-
35 % Rp 5.000,- sampai Rp 10.000,-
3 % Rp 10.000,- sampai Rp 15.000,-
5. Makanan jajan favorit :
4 % gorengan
21 % mie ayam
16 % bakso
11 % pempek
5 % siomay
14 % sosis
7 % telur goreng
3 % cilok
10 % snack
4 % usus ayam
2 % tidak pernah jajan
6. Minuman jajan favorit :
14 % minuman soda
12 % Pop Ice
28 % teh botol
10 % es sirup
19 % air putih
|
17
7. Apakah mereka mengetahui akibat jajan sembarangan atau tidak :
96 % menjawab ya
Mengetahuinya dari :
o
28 % televisi atau radio
o
28 % orang tua
o
20 % guru
o
7 % dokter
o
16 % missing
4 % menjawab tidak
2.2.2.2 Survey Sekolah Swasta
Penulis melakukan survey di Sekolah Dasar Kristen 3 BPK Penabur dengan
menyebarkan kuisioner sebanyak 100 lembar secara acak dan kertas kuisioner yang
berhasil kembali sebanyak 96 lembar. Berikut adalah paparan hasil dari survey tersebut :
1. Jenis kelamin :
55 % laki-laki
45 % perempuan
2. Kebiasaan :
37 % jajan di sekolah
64 % membawa makanan dari rumah
3. Alasan mereka jajan :
24 % karena rasa jajanan yang enak
66 % tidak membawa makanan dari rumah
|
18
4. Range uang jajan per hari yang diberikan orang tua :
25 % tidak mendapat uang jajan
19 % lebih dari Rp 5.000,-
28 % Rp 5.000,- sampai Rp 10.000,-
20 % Rp 10.000,- sampai Rp 15.000,-
8 % lebih dari Rp. 15.000,-
5. Makanan jajan favorit :
2 % gorengan
26 % mie ayam
12 % bakso
9 % pempek
7 % siomay
9 % sosis
6 % telur goreng
1 % cilok
14 % snack
12 % tidak pernah jajan
6. Minuman jajan favorit :
18 % minuman soda
16 % Pop Ice
18 % teh botol
3 % es sirup
36 % air putih
7. Apakah mereka mengetahui akibat jajan sembarangan atau tidak :
|
19
93 % menjawab ya
Mengetahuinya dari :
o
11 % televisi atau radio
o
55 % orang tua
o
12 % guru
o
2 % buku
o
3 % teman
o
17 % missing
7 % menjawab tidak
2.3 Sasaran Khalayak
Demografis :
Usia : 9 sampai 12 tahun
Kelas 4 sampai 6 tingkat Sekolah Dasar Negeri
Jenis kelamin : Laki-laki dan Perempuan
SES : B-C
Geografis : Urban
Psikografis : Penuh rasa ingin tahu, suka jajan, ceria.
Penulis menentukan sasaran khalayak adalah anak tingkat Sekolah Dasar Negeri, karena
berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh penulis menunjukan bahwa anak Sekolah
Dasar Negeri lebih banyak yang jajan di pinggiran dibanding anak Sekolah Dasar
Swasta. Selain itu dari segi kebersihan lingkungan yang memperngaruhi pula tingkat
kebersihan jajanan yang dijajakan lebih rawan di lingkungan Sekolah Negeri. Penulis
memilih sasaran khalayak usia 9 sampai 12 tahun, karena mereka sudah tidak terlalu
bergantung kepada orang tua dan daya tangkap mereka lebih cepat dibanding usia di
bawahnya, serta rasa ingin tahu yang lebih tinggi di usia mereka berdasarkan teori
psikologi yang terdapat di sub-bab landasan teori.
2.4 SWOT
2.4.1 Strength
|
20
Tema dari kampanye ini tidak asing dengan kegiatan keseharian dari target,
sehingga dapat dengan lebih mudah ditangkap dan diingat.
Kampanye mengenai pencegahan jajan sembarangan masih jarang sekali terlihat
di Indonesia, sehingga kampanye ini dapat menjadi perintis gerakan untuk
mencegah jajan sembarangan.
2.4 2 Weakness
Sifat lapar mata dari konsumen mungkin tidak akan mengacuhkan pesan dari
kampanye ini.
Pengaruh kampanye tidak hanya mengandalkan kesadaran sasaran khalayak,
tetapi juga membutuhkan peran orang tua target.
2.4.3 Opportunity
Kampanye ini berkesempatan membuka wawasan dan kesadaran masyarakat
untuk lebih mengawasi apa yang dimakan yang berpengaruh langsung pada
kesehatan dan kelangsungan hidup.
Selain membuka pandangan masyarakat dan target lebih luas, kampanye ini juga
dapat mencegah penurunan kualitas hidup karena jajanan sembarangan.
2.4.4 Threat
Kampanye ini mematikan atau menurunkan beberapa bisnis makanan yang
menggunakan bahan makanan beracun.
|