5
Dalam
membuat
fabel,
seorang penulis
sering
mengikatkan
benak mereka dengan prototipe yang mereka pikir sesuai dengan
penampakan
fisik sang binatang. Gajah itu lamban dan kuat. Semut itu
sosial dan suka bekerjasama. Kelinci itu lincah, cepat, dan kadang-
kadang licik. Serigala itu jahat. Babi-babi itu rapuh dan selalu siap
menjadi korban. Yang takkan pernah berubah mungkin adalah Singa,
yang selalu dan akan selalu menjadi Raja Hutan.
Lewat fabel daya fantasi anak bisa berkembang sehat. Anak
dibawa ke sebuah dunia lain yang begitu luas, bisa diatur menurut
kehendak mereka sendiri. Ini adalah keuntungan utama dari sebuah
dongeng bagi anak.
Setiap anak, memerlukan pengembangan imajinasi. Tanpa itu
akal pikiran menjadi pasif atau buntu, dan tak terlatih
untuk
memecahkan aneka ragam masalah. Anak juga akan belajar
merasakan
empati
dari
apa
yang
dialami
tokoh cerita
idolanya.
Biasanya,
ia
pun
akan berimajinasi menjadi tokoh itu.
"Dongeng
juga
bisa
menjadi
perantara sangat efektif
untuk
pendidikan. Baik akhlaq, moral maupun ilmu-ilmu pengetahuan lain.
Nilai-nilai
yang
diserap
anak dari
sebuah
dongeng
akan
sangat
membekas pada nuraninya, berbeda dengan bila ia hanya
mendengarnya dari serangkaian nasehat dan teori," (Rachma
Fitriati,
Office Manager Komnas Perlindungan Anak)
2.1.2. Cerita Si Kancil
Cerita Si Kancil hampir tak pernah terlewatkan dari sederetan judul-judul
dongeng Indonesia.
Ada beragam versi cerita Si Kancil
yang di antaranya
yang
sangat populer, yaitu :
|