Home Start Back Next End
  
12
2.4 Sejarah Carok dan Celurit Madura
Carok dan celurit laksana dua sisi mata
uang.
Satu
sama
lain
tak
bisa
dipisahkan. Hal ini muncul di kalangan orang-orang Madura sejak zaman
penjajahan Belanda abad 18 M. Carok
merupakan
simbol
kesatria
dalam
memperjuangkan harga diri (kehormatan).
PADA zaman Cakraningrat, Joko Tole dan Panembahan Semolo di
Madura, tidak mengenal budaya tersebut. Budaya yang ada waktu itu adalah
membunuh 
orang 
secara 
kesatria 
dengan 
menggunakan 
pedang 
atau 
keris.
Senjata celurit mulai muncul pada zaman legenda Pak Sakera. Mandor tebu dari
Pasuruan ini hampir tak pernah meninggalkan celurit setiap pergi ke kebun untuk
mengawasi para pekerja.
Celurit
bagi
Sakera
merupakan
simbol
perlawanan
rakyat
jelata.
Lantas
apa
hubungannya
dengan
carok?Carok dalam bahasa
Kawi
kuno
artinya
perkelahian. Biasanya melibatkan dua orang atau dua keluarga besar. Bahkan
antarpenduduk sebuah desa di Bangkalan, Sampang, dan Pamekasan. Pemicu dari
carok
ini berupa perebutan kedudukan di keraton, perselingkuhan,
rebutan
tanah,
bisa
juga
dendam turun-temurun
selama
bertahun-tahun.Pada
abad
ke-12
M,
zaman kerajaan Madura saat dipimpin Prabu Cakraningrat dan abad 14 di bawah
pemerintahan
Joko
Tole,
istilah
carok
belum dikenal.
Bahkan
pada
masa
pemerintahan Penembahan Semolo, putra dari
Bindara Saud putra Sunan Kudus
di  abad  ke-17  M  tidak  ada  istilah  carok.Munculnya  budaya  carok  di  pulau
Madura bermula pada zaman penjajahan Belanda, yaitu pada abad ke-18 M.
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter