Home Start Back Next End
  
29
keping uang dalam
negeri diganti dengan
uang
"kepeng" yaitu keping
uang tembaga impor dari China. Pada November 2008 sekitar 10.388
keping  koin  China  kuno  seberat 
sekitar  40  kilogram  digali  dari
halaman
belakang seorang penduduk
di
Badan
Pelestarian
Peninggalan
Purbakala
(BP3)
Jawa Timur
memastikan
bahwa
koin
tersebut
berasal
dari
era
Majapahit.
Alasan
penggunaan
uang
logam
atau koin asing
ini tidak disebutkan dalam catatan sejarah, akan tetapi
kebanyakan
ahli
menduga
bahwa dengan
semakin
kompleksnya
ekonomi
Jawa,
maka
diperlukan
uang pecahan
kecil
atau
uang
receh
dalam
sistem
Majapahit
agar
dapat
digunakan
dalam
aktivitas  ekonomi  sehari-hari  di  pasar  Majapahit.  Peran 
ini  tidak
cocok dan tidak dapat dipenuhi oleh uang emas dan perak yang mahal.
Beberapa gambaran
mengenai
skala ekonomi dalam
negeri
Jawa
saat
itu dikumpulkan dari
berbagai
data dan prasasti. Prasasti
Canggu
yang berangka
tahun 1358
menyebutkan
sebanyak 78 titik perlintasan
berupa tempat perahu penyeberangan di dalam
negeri (mandala Jawa).
Prasasti dari masa Majapahit
menyebutkan berbagai macam pekerjaan
dan
spesialisasi
karier,
mulai
dari
pengrajin
emas
dan
perak,
hingga
penjual
minuman,
dan
jagal
atau
tukang daging.
Meskipun
banyak
di
antara pekerjaan-pekerjaan
ini
sudah ada sejak zaman sebelumnya,
namun
proporsi
populasi
yang mencari
pendapatan
dan
bermata
pencarian
di
luar pertanian
semakin
meningkat
pada
era
Majapahit.
Menurut 
catatan 
Ta-yuan, 
komoditas
ekspor Jawa pada saat
itu
ialah
dan
tua,  sedangkan  komoditas 
impornya  adalah  mutiaraemas,  perak,
sutra, barang keramik, dan
barang
dari besi. Mata
uangnya dibuat
dari
campuran
dan
Selain
itu,
catatan
biarawan
yang mengunjungi
Jawa pada tahun 1321,
menyebutkan bahwa
istana
raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata.
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter