Home Start Back Next End
  
5
musik ini
disebut moresco (sebuah tarian  asal
Spanyol, seperti polka  agak  lamban
ritmenya), di
mana salah  satu 
lagu  oleh
Kusbini
disusun kembali
kini
dikenal dengan
nama Kr.
Muritsku, yang
diiringi oleh  alat
musik dawai.
Musik keroncong yang
berasal dari
Tugu 
disebut keroncong
Tugu. Dalam
perkembangannya, masuk sejumlah unsur tradisional Nusantara, seperti penggunaan
seruling dan
beberapa komponen
gamelan. Pada  sekitar abad  ke-19 bentuk
musik
campuran ini
sudah populer di
banyak tempat di
Nusantara, bahkan hingga ke
Semenanjung Malaya. Masa keemasan ini
berlanjut hingga sekitar tahun 
1960-an,
hingga sekarang musik keroncong masih  tetap  dimainkan dan  dinikmati o1eh
berbagai
lapisan
masyarakat di
Indonesia.
2.1.1.2 Perkembangan musik keroncong
Setelah mengalami
evolusi yang
panjang sejak  kedatangan orang Portugis di
Indonesia
tahun 1522 dan
pemnkiman para
budak di
daerah Kampung Tugu  tahun  1661, dan  ini
merupakan
masa evolusi awal  musik keroncong yang
panjang hampir dua  abad 
lamanya
(1661-1880),
namun belum
memperlihatkan identitas keroncong yang
sebenamya
dengan suara crong-crong-crong, sehingga boleh
dikatakan musik keroncong belum
lahirtahun
1661-1880.
Dan  akhimya
musik
keroncong
menga1ami masa 
evolusi pendek terakhir sejak tahun
1880
hingga kini,
dengan tiga
tahap perkembangan terakhir yang
sudah berlangsung
dan
satu 
perkiraan perkembangan barn
(keroncong millennium).
Empat tahap masa 
perkembangan tersebut adalah
:
Masa tempo doeloe (1880-1920)
Masa keroncong abadi  (1920-1960)
Masa keroncong modem
(1960-2000)
Masa keroncong millenium (2000-kini)
2.1.1.3 Alat 
musik keroncong
Dalam bentuknya yang paling awal,
moresco diiringi oleh  musik 
dawai, seperti biola,
ukulele, serta
selo.  Perkusi juga
kadang-kadang dipakai. Set
orkes
semacam ini
masih
dipakai
oleh  keroncong Tugu, bentuk keroncong yang
masih
dimainkan oleh  komunitas
keturunan budak Portugis dari
Ambon yang  tinggal di
Kampung Tugu, Jakarta Utara,
yang kemudian berkembang ke
arah
selatan di
Kemayoran dan
Gambir oleh 
orang
Betawi berbaur dengan musik Tanjidor di
tahun 
1880-1920. Tahun 
1920-1960 pusat
perkembangan pindah ke
Solo, 
dan
beradaptasi dengan irama
yarig
lebih lambat sesuai
sifat  orang Jawa.
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter