BAB 2
LANDASAN TEORI
Dalam
melakukan
penelitian,
penulis
mengacu
pada
beberapa
teori
yang
berkaitan dengan variabel variabel penelitian. Teori teori yang digunakan antara lain
adalah:
2.1
Corporate Communication / Komunikasi Korporat
Yang
dimaksud
dengan
komunikasi
korporat
adalah
suara
dan citra
korporasi yang diproyeksikan sendiri kepada berbagai khalayak, atau apa yang
disebut
konstituen.
Komunikasi
korporat
mencakup
proses
yang dilalui
perusahaan untuk mengkomunikasikan
seluruh pesannya kepada konstituen
kunci (Argenti & Forman, 2002, p.4).
Komunikasi korporat adalah sebuah fungsi manajemen yang menawarkan
kerangka berpikir untuk koordinasi yang efektif atas seluruh alat-alat komunikasi
dengan
tujuan
membentuk
dan
menjaga reputasi dengan kelompok-kelompok
khalayak yang padanya perusahaan bergantung (Cornelissen, 2004, p.23).
Jadi,
berdasarkan
kedua
definisi di
atas,
dapat
dikatakan
bahwa
komunikasi korporat merupakan sutu bentuk
komunikasi
korporasi
yang
dirancang
untuk
menyampaikan
pesan
kepada
khalayak
kunci
dengan tujuan
menjaga reputasi dengan publik sasaran perusahaan.
2.2
Komunikasi Organisasi
Istilah komunikasi telah banyak didefinisikan oleh pakar, akademisi, dan
praktisi.
Setiap ahli memasukkan aspek-aspek terpenting dalam setiap
definisinya.
Adanya beragam definisi komunikasi membuat penulis dapat
9
|
10
mengetahui
lebih
mendalam
mengenai
hakikat
komunikasi,
unsur,
dan
prosesnya.
Komunikasi adalah proses sosial di mana individu-individu menggunakan
simbol-simbol untuk menciptakan dan
menginterpretasikan makna
dalam
lingkungannya (West, 2008, p.5).
Theodorson & Theodorson
mendefinisikan
komunikasi sebagai kegiatan transmisi informasi, ide-ide, sikap, atau pernyataan
emosional dari satu orang atau kelompok
yang
disampaikan
ke
pihak
lain,
terutama melalui symbol-simbol tertentu (Ruslan, 2008, p.89). Sedangkan C.E.
Osgood mengungkapkan komunikasi sebagai satu sistem, ada sumber,
mempengaruhi pihak lain yang bertujuan
untuk
memanipulasi
simbol-simbol
alternatif,
dan
dapat
ditransmisikan melalui
suatu
saluran
untuk
mengontrak
sasarannya.
Gerbner juga mendefinisikan komunikasi yaitu interaksi sosial
melalui pesan-pesan (Ruslan, 2008, p.90).
Dari berbagai definisi yang telah dituturkan oleh banyak pakar, penulis
dapat
menarik kesimpulan bahwa komunikasi dapat didefinisikan sebagi suatu
proses penyampaian pesan berupa symbol-simbol dari komunikator kepada
komunikan melalui saluran dan menimbulkan efek tertentu.
Komunikasi
diperlukan
dalam seluruh
bidang
kehidupan.
Di
dalam
perusahaan atau organisasi, komunikasi dibutuhkan agar terjadi hubungan yang
baik
antar
anggota
sehingga dapat
bersatu
untuk
mencapai
tujuan
organisasi.
Komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang
menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi (Pace, 2006, p.33).
|
11
Komunikasi organisasi adalah pertunjukkan dan penafsiran pesan di
antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi (Pace,
2006, p.31).
Perkembangan
komunikasi
melahirkan pakar-pakar di bidang ilmu
komunikasi meliputi bidang jurnalistik, periklanan, dan kehumasan.
Di dalam
penelitian ini, penulis akan menjabarkan lebih mendalam mengenai kehumasan.
2.3
Public Relations
2.3.1
Definisi Public Relations
Secara etimologis, public relations terdiri dari dua kata yaitu, public dan
relations.
Public
memiliki
arti
publik
sedangkan relations
memiliki
arti
hubungan- hubungan. Public relations menyangkut kepentingan organisasi baik
itu
organisasi
komersial
maupun
non
komersial.
Public
relations adalah
keseluruhan upaya
yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan
dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian
antara organisasi dan khalayaknya (Ainol Mardiah,2008,P.92).
Menurut
John
Marston,
Profesor
dalam bidang
komunikasi,
mengemukakan definisi Public Relations berdasarkan empat fungsi khusus,
yakni research (penelitian), action (kegiatan), communication (komunikasi), dan
evaluation (evaluasi), yang biasa disebut R-A-C-E.
Sheila Clough Crifasi, professor Public Relations melengkapi formula R-
A-C-E dengan menambahkan pendekatan tujuan (objective), strategi (strategy),
dan implementasi (implementation) di antara penelitian dan evaluasi (research
and evaluation). Artinya, dengan tujuan yang jelas, bekerja berdasarkan strategi,
|
12
dan
menerapkan rencana
yang
telah
ditentukan
merupakan
kunci dari
praktek
Public Relations.
Definisi yang dikemukakan oleh John Marston dan Sheila Clough Crifasi
didasarkan pada definisi Public Relations yang
dikemukakan
oleh
Denny
Griswold,
(maniarki Public
Relations yang mendirikan Public
Relation
News,
pioneer newsletter untuk para praktisi), yaitu sebagai berikut:
Hubungan masyarakat adalah fungsi manajemen yang mengevaluasi
sikap
publik,
mempelajari
kebijakan dan prosedur individual atau
organisasi sesuai dengan kepentingan publik, dan menjalankan program
untuk mendapatkan pemahaman dan penerimaan publik.
Definisi lain dikemukakan dari The Institute of Public Relations, yakni:
Public Relations adalah keseluruhan upaya
yang dilangsungkan secara
terencana
dan
berkesinambungan
dalam rangka
menciptakan
dan
memelihara
niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi
dengan segenap khalayaknya.
Jadi, berdasarkan definisi definisi
yang
telah disebutkan di atas, dapat
dikatakan kata kunci dalam Public Relations adalah manajemen dan tindakan, di
mana Public Relations bertugas menjadi penghubung yang jujur ke manajemen
serta mengharmonisasikan hubungan jangka panjang di antara individu dan
organisasi di dalam masyarakat.
(Firsan Nova, 2009, p.32-34)
2.3.2
Fungsi dan Tugas Public Relations
Fungsi
utama Public
Relations adalah
menumbuhkan
dan
mengembangkan
hubungan
baik
antar
lembaga
(organisasi) dengan
publiknya,
|
![]() 13
internal maupun eksternal dalam rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan
motivasi dan partisipasi publik dalam upaya menciptakan iklim pendapat (opini
publik) yang menguntungkan lembaga organisasi.
Aktivitas Public Relations adalah
menyelenggarakan
komunikasi
timbal
balik (two
ways
traffic
communications)
antara
lembaga
dengan
publik
yang
bertujuan
untuk
menciptakan
saling
pengertian dan dukungan bagi tercapainya
suatu tujuan tertentu, kebijakan, kegiatan produksi, demi kemajuan lembaga atau
citra positif lembaga bersangkutan.
Kegiatan Public Relations erat kaitannya
dengan pembentukan opini public dan perubahan sikap dari masyarakat.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat melalui gambar di bawah ini:
Cyber PR
Publisitas
Sponsorship
CSR
KEGIATAN
PR
Identitas Perusahaan
Ajang Khusus
Komunikasi Langsung
Media Inggriya
Gambar 2.1 Kegiatan Public Relations
Sumber: Special Event (Wahyuni Pudjiastuti,2010)
Dalam melaksanakan suatu event, ada 4 (empat) tahap yang harus dilakukan PR
dalam manajemen PR. Keempat tahap itu adalah:
|
14
a. Defining the problem (or opportunity)
Tahap
ini
bertujuan
untuk
mendapatkan data
dan
fakta
berkaitan
dengan
kegiatan yang akan dilakukan, baik melalui opinion research maupun
motivation research, atau melalui metode penelitian yang lain.
b. Planning and programming
Planning
and
programming
adalah
tahap
perencanaan, yaitu
membuat
proposal kegiatan. Proposal yang disusun harus berpijak pada data dan fakta
yang diperoleh pada saat penelitian dan perlu dipikirkan dengan
matang
karena
perencanaan ini nantinya akan menjadi pedoman pada saat
pelaksanaan.
c. Taking action and communicating
Taking
action
and
communicating adalah
tahap
pelaksanaan
dari
perencanaan yang telah disusun.
Tahap ini sering juga disebut tahap
komunikasi karena sebagian aktivitas yang dilakukan hamper selalu
berkaitan dengan komunikasi.
d. Evaluating the program
Evaluating the program
diperlukan untuk mengetahui apakah kegiatan
dilaksanakan berdasarkan pada perencanaan yang telah dibuat dan untuk
melihat seberapa jauh tujuan program dapat tercapai.
|
![]() 15
2.4
Model Komunikasi Yang Digunakan Dalam Penelitian
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori S R yang merupakan
singkatan dari Stimulus Response (Deddy Mulyana, 2005, p.132).
Proses komunikasi dalam teori ini dapat digambarkan sebagai berikut:
STIMULUS
RESPONSE
(Perubahan Sikap)
Gambar 2.2 Model Stimulus - Respons
Sumber: John C. Zacharis dan Coleman C. Bender.
Speech Communication: A
Rational Approach. New York: John Wiley & Sons, 1976, hlm. 35.
Model ini menunjukkan komunikasi sebagai suatu proses aksi reaksi
yang sangat sederhana dimana kata-kata verbal (lisan-tulisan), isyarat-isyarat
nonverbal, gambar-gambar, dan tindakan-tindakan
tertentu
akan
merangsang
orang lain untuk memberikan respons dengan cara tertentu.
Oleh
karena
itu,
proses
ini
merupakan pertukaran atau pemindahan
informasi atau gagasan.
Proses ini dapat bersifat timbal-balik dan mempunyai
banyak efek. Setiap efek dapat mengubah tindakan komunikasi berikutnya.
Efek yang ditimbulkan sesuai dengan teori S R merupakan reaksi yang bersifat
khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengaharapkan dan
kesesuaian antara pesan dan rekasi komunikan (Deddy Mulyana, 2005, p.133).
Dalam penelitian
ini,
PT.
Eagle
Indo
Pharma
berperan
sebagai
komunikator
yang memberi stimulus, warga Rt.09 Rw.02, Kedoya Utara,
|
16
Jakarta
Barat sebagai
komunikan, dan event CSR
Kunjungan
Posyandu
Telon
Cap Lang sebagai bentuk stimulus.
Melalui kegiatan ini, PT. Eagle Indo Pharma dapat membentuk sikap dan
perilaku publik yang menguntungkan
perusahaan.
Dengan kata lain,
event
Kunjungan Posyandu Telon Cap Lang adalah suatu upaya persuasi untuk
membentuk sikap masyarakat yang positif, dimulai dari sikap mengenai event itu
sendiri.
Untuk
medukung pencapaian tujuan tersebut,
maka
tiap-tiap
kegiatan
dalam Kunjungan Posyandu
Telon
Cap Lang
juga
dijalankan
sedemikian
rupa
sehingga dapat menyampaikan pesan yang mendukung proses persuasi tersebut.
2.5
Event
2.5.1
Pengertian Event
Pengertian event,
menurut
Jim Macnamara
(1996)
yang
dikutip
Rosady Ruslan (1999) dalam bukunya Manajemen Public
Relations dan
Media Komunikasi: Konsep dan Aplikasi, adalah sebuah kegiatan yang
biasanya dilaksanakan untuk mendapatkan perhatian dari media, klien,
perusahaan, atau produk.
Ajang
tersebut dapat didesain untuk
menunjukkan
fakta
bahwa
perusahaan adalah
tempat
yang
tepat
untuk
bekerja dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial (Wahyuni
Pudjiastuti, 2010, p.xvii).
|
17
2.5.2
Tujuan dan Fungsi Event
Tujuan
utama
diadakannya
event adalah
tidak
semata-mata
mempromosikan produk atau perusahaan agar lebih dikenal khalayak
sasaran, tetapi juga mempunyai tujuan lain yang ingin dicapai.
Menurut Tom Duncan (2003), tujuan diadakannya event adalah:
a. Mempengaruhi khalayak sasaran
b. Mengasosiasikan
sebuah
merek
dengan
suatu
kegiatan,
gaya
hidup,
atau individu tertentu.
c. Menjangkau target sasaran yang lebih luas
d. Meningkatkan
kesadaran
masyarakat
terhadap
merek,
produk,
atau
perusahaan.
e. Mempublikasikan
sebuah
merek,
produk,
atau
perusahaan
yang
natinya akan meningkatkan pengetahuan khalayak.
Sedangkan, menurut Rosadi Ruslan (1999), tujuan dari diadakannya
suatu event adalah:
a. Awareness, meningkatkan pengetahuan khalayak terhadap perusahaan
atau produk yang ditampilkan.
b. Memperoleh publikasi yang positif melalui komunikasi timbale balik.
c. Menunjukkan niat baik dari perusahaan atau produk yang diwakilinya
dan sekaligus
memberikan citra positif pada
masyarakat sebagai
public sasarannya.
d. Mempertahankan penerimaan masyarakat.
|
![]() 18
e. Memperoleh rekanan baru
melalui event
yang dirancang secara
menarik dan kreatif.
Suatu event diadakan karena ada beberapa fungsi yang dapat
dimanfaatkan perusahaan. Fungsi tersebut,
seperti dikemukakan Rosady
Ruslan, antara lain sebagai berikut:
a. Memberikan
informasi
secara
langsung
(tatap
muka)
dan
mendapatkan timbal balik yang positif dari publiknya.
b.
Menjadi media komunikasi sekaligus mendapatkan publikasi
sehingga
pada
akhirnya publik
sebagai
target
sasaran akan
memperoleh pengenalan, pengetahuan, dan pengertian mendalam.
Dari
event
tersebut
juga
diharapkan
akan tercipta
citra
positif
perusahaan atau produk yang diwakilinya.
(Wahyuni Pudjiastuti, 2010, p.xxv)
2.5.3
Event Management Process
Research
Design
Planning
Coordinating
Evaluation
Gambar 2.3 Event Management Process
Sumber: Special Event (Wahyuni Pudjiastuti,2010)
a. Research
Penelitian
yang dilakukan dengan baik akan
mengurangi
resiko
kegagalan dalam pelaksanaan
suatu
event. Penelitian
ini dilakukan
|
19
untuk menentukan kebutuhan, keinginan, dan ekspektasi khalayak
sasaran.
Jadi,
mereka
diharapkan
tertarik
untuk
hadir
pada
ajang
yang diadakan.
Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian terhadap
khalayak sasaran ini harus dilakukan dengan teliti dan komprehensif
sehingga dapat mengurangi risiko ketidakhadiran.
b. Design
Suatu event memerlukan kreativitas dari pelaksanaannya.
Kemampuan
dalam menciptakan
gerakan,
suara,
permainan
warna,
cahaya,
mendesain
area,
dan
sebagainya diperlukan
secara
komprehensif dan penuh pertimbangan untuk menciptakan kesan
yang mendalam bagi para pengunjung atau tamu undangan.
c. Planning
Planning event dilakukan setelah analisis situasi dilakukan bersamaan
dengan designing. Dua kegiatan
ini
memerlukan waktu yang paling
panjang disbanding tahap kegiatan lainnya.
Banyak
hal
yang
harus
dipertimbangkan pada saat perencanaan sehingga suatu perencanaan
seringkali mengalami
perubahan, penambahan,
atau
pengurangan
sesuai ketersediaan sumber daya
yang ada. Perubahan perubahan
eksternal di luar kemampuan perencanaan juga sering kali berujung
pada perubahan perencanaan, misalnya perubahan kebijakan
pemerintah, kondisi cuaca, kondisi politik, dsb.
d. Coordinating
Suatu event memerlukan berbagai keahlian agar menjadi acara yang
sukses
dan
manajer
acara
harus
mampu
mengkoordinasikan pihak-
|
![]() 20
pihak yang terlibat agar dapat bekerja secara simultan dengan satu
tujuan yang sama, yaitu menghasilkan acara yang sukses.
e. Evaluation
Pada dasarnya setiap kegiatan harus dievaluasi untuk melihat tingkat
keberhasilan acara yang telah dilakukan. Namun, tahap ini sering kali
diabaikan pelaksana.
Begitu acara selesai, kegiatan dianggap telah
berakhir.
Padahal masih ada tahap evaluasi yang harus dilakukan.
Evaluasi yang baik akan menghasilkan data dan fakta yang sangat
berharga, khususnya untuk mendukung kegiatan yang akan dilakukan
pada masa yang akan datang.
Selain
itu,
dalam
perencanaan
event,
ada
5
(lima)
elemen
penting
yang harus diperhatikan, yaitu 5W, yang terdiri atas why, who, when,
where, dan what.
RESEARCH
WHO
WHY
WHEN
WHERE
WHAT
Gambar 2.4 Elemen Perencanaan Event
Sumber: Special Event (Wahyuni Pudjiastuti,2010)
a. Elemen Who
1. Siapa khalayak sasarannya?
2. Bagaimana karakteristik, keinginan, dan kebutuhannya?
3. Siapa pengisi acaranya (pembicara, moderator, pembahas)?
|
21
4. Siapa yang akan
mengisi
hiburan (penyanyi, penari, pemain
musik, dsb)?
5. Siapa saja yang potensial memberikan sponsor?
6. Siapa media partnernya?
7. Siapa penanggung jawab dalam setiap kegiatan (publikasi,
koordinator tiap acara/kegiatan)?
b. Elemen Why
Tujuan yang ingin dicapai harus mengarah pada apa yang diinginkan
dan
dibutuhkan
agar
mendapat
perhatian
yang
baik
dari
khalayak.
Hal hal yang harus diteliti dalam menentukan tujuan adalah:
1. Apakah khalayak menyadari dan mengetahui keberadaan, kualitas,
dan bidang usaha perusahaan atau merek dan produk perusahaan?
2. Apakah suatu produk telah memperoleh publikasi yang positif?
3. Seberapa jauh citra yang terbentuk di mata khalayak?
4. Apakah perlu melakukan promosi?
5. Apakah
khalayak
perlu
dipengaruhi
agar
mau
menggunakan
produk perusahaan?
6. Bagaimana mengasosiasikan sebuah merek dengan suatu kegiatan,
gaya hidup, atau individu tertentu?
7. Bagaimana menjangkau target sasaran yang lebih luas?
c. Elemen When
1. Kapan waktu yang paling tepat untuk mengadakan event
(berkaitan dengan hari, tanggal, dan musim)?
2. Berapa lama durasinya?
|
22
3. Bagaimana frekuensinya?
4. Berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk riset, perencanaan,
desain, dan evaluasi?
5. Kapan harus melakukan publikasi?
6. Bagaimana
time schedule
setiap rincian kegiatan yang akan
dilakukan?
d. Elemen Where
1. Di mana tempat yang paling strategis untuk mengadakan acara?
2. Apakah
lokasi
mudah
dijangkau
khalayak?
Apakah
transportasinya mudah?
3. Apakah
fasilitasnya
lengkap
sesuai
kebutuhan
acara
dan
khalayak?
4. Apakah lokasinya tepat untuk mengadakan event?
e. Elemen What
1. Bentuk
event
apa
yang
paling
pas
untuk
mencapai
tujuan
yang
telah ditentukan?
2. Bentuk
event
dan
acara
seperti
apa
yang
sesuai
dengan
karakteristik khalayak?
3. Apakah sesuai dengan sumber daya yang tersedia?
f.
Elemen How
1. Bagaimana cara mencapai tujuan yang telah ditentukan?
2. Bagaimana desain event yang paling
cocok dengan karakteristik
khalayak?
3. Bagaimana merancang evaluasinya?
|
23
4. Bagaimana publikasinya agar sampai kepada khalayak sasaran?
5. Bagimana dekorasinya?
6. Bagaimana hiburan yang paling diinginkan khalayak?
Jadi, berdasarkan teori yang telah dipaparkan di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa event merupakan kegiatan yang bukan semata mata
untuk mempromosikan produk atau perusahaan agar lebih dikenal
melainkan ada banyak tujuan tujuan yang lebih dalam yang ingin
dicapai
perusahaan.
Dalam
merancang suatu event
pun,
banyak tahap
yang
perlu
dilalui
mulai
dari
perencanaan
hingga
evaluasi agar
event
berlangsung maksimal serta penjabaran 5W 1H untuk menganalisa publik
dan alasan mengapa event ini perlu diadakan.
2.5.4
Kaitan Event dan Public Relations
Event merupakan salah satu tools Public Relations. Sebagai tools
PR, event dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan perannya.
Salah satu peran utama Public Relations adalah sebagai komunikator
perusahaan, lembaga, atau perorangan untuk meyampaikan informasi
tentang perusahaan,
lembaga,
atau perorangan yang
diwakilinya kepada
publiknya, baik internal maupun eksternal. Banyak cara yang bisa dipilih
untuk melakukan peran tersebut, seperti pada gambar 2.1 di halaman
sebelumnya.
Namun, cara yang
banyak dipilih adalah dengan
menyelenggarakan suatu event.
PR dapat menyampaikan berbagai informasi tentang perusahaan,
lembaga, atau perorangan
melalui event. Di sini PR dapat berinteraksi
|
24
langsung dengan publiknya sehingga dapat lebih mampu meyakinkan
public berkaitan dengan informasi yang disampaikan.
2.6
Corporate Social Responsibility (CSR) / Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
2.6.1
Definisi CSR
Definisi
CSR
menurut
World Business Council on Sustainable
Development
yang
diterjemahkan oleh Nor
Hadi
(2011:47)
adalah
sebagai berikut:,
Tanggungjawab
sosial
perusahaan
(corporate social
responsibility) merupakan suatu bentuk tindakan yang berangkat
dari
pertimbangan
etis
perusahaan yang diarahkan untuk
meningkatkan ekonomi, yang diimbangi dengan peningkatan
kualitas hidup bagi karyawan berikut keluarganya, serta sekaligus
peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar dan masyarakat
secara lebih luas.
Definisi
lain
menurut
Johnson and Johnson (2006),
CSR pada
dasarnya berangkat dari filosofi bagaimana
cara
mengelola
perusahaan
baik sebagian maupun secara keseluruhan untuk memperoleh dampak
positif bagi dirinya dan lingkungan. Untuk itu, perusahaan harus mampu
mengelola bisnis operasinya dengan
menghasilkan
produk
yang
berorientasi secara positif terhadap masyarakat dan lingkungan (Nor
Hadi, 2011, p.46).
Jadi,
Corporate
Social
Responsibility dapat diartikan sebagai
komitmen
perusahaan untuk
berperilaku
secara
etis dan
turut
berkontribusi
pada
kemajuan-kemajuan
baik
di
dalam maupun
di
luar
lingkungan perusahaan, termasuk di masyarakat luas.
|
25
2.6.2
Implementasi CSR
Nor
Hadi
dalam Corporate
Social
Responsibility
(2011,
P.145
-
146)
mengidentifikasikan
tiga
pilihan
program bagi
perusahaan-perusahaan
yang ingin melakukan iniasiatif dan aktivitas yang berkaitan dengan
masalah sosial sekaligus sebagai wujud komitmen CSR, yaitu:
Charity Philanthropy
Implementasi
tanggungjawab
berbasis charity
philanthropy berarti
kegiatan tanggungjawab sosial bersifat karitatif, jangka pendek.
Di
sini,
masyarakat
dijadikan
objek yang
harus
memperoleh
bantuan
sehingga perusahaan merupakan pihak dermawan yang siap berderma
setiap
saat.
Contoh
pelaksanaan tanggungjawab
sosial
seperti:
bantuan bencana alam, bantuan sembako, bantuan hari raya,
beasiswa, dan lainnya.
Social Activity
Social
Activity merupakan
bentuk
tanggungjawab
sosial
dengan
bantuan
jasa
untuk
membantu
meringankan
masyarakat.
Contoh
riil
pelaksanaan tanggungjawab sosial jenis ini, seperti: pelaksanaan jalan
sehat, pelaksanaan operasi sumbing, organisasi donor darah,
pemberian layanan cuma-cuma,
pelatihan, training-training,
penggunaan fasilitas distribusi, dan sebagainya.
Community Development
Strategi community
development, mendudukkan
stakeholder
dalam
paradigma
common
interest.
Stakeholder
memperoleh
kesempatan
|
26
meningkatkan kesejahteraan lewat
pemberdayaan
yang
dikelola
bersama
lewat
kegiatan
produktif
seperti income
generating,
pemilikan saham oleh stakeholder (seperti saham bonus bagi
karyawan
dan
direksi),
dana
bergulir,
program usaha
kecil
dan
menengah, dan sebagainya.
Event Kunjungan Posyandu Telon Cap Lang adalah sebuah
implementasi CSR oleh PT. Eagle Indo Pharma dalam bentuk Social
Activity, di mana perusahaan memberikan penyuluhan kesehatan bayi
pada komunitas ibu-ibu yang memiliki balita, mebagikan kartu
kesehatan gratis, serta meberikan berbagai fasilitas secara cuma-cuma
kepada posyandu Cempaka 1.
2.6.3
Tahap-Tahap Penerapan CSR
Di dalam pelaksanaan CSR, organisasi
harus melalui
tahapan tahapan
mulai dari perencanaan, implementasi, evaluasi, hingga pelaporan.
Tahap Perencanaan
Perencanaan terdiri atas 3 langkah utama.
Langkah yang
pertama
adalah
awareness
building, yaitu langkah awal untuk
menumbuhkan kesadaran
mengenai pentingnya
CSR dan komitmen
manajemen.
Langkah yang kedua adalah CSR assesment, yaitu upaya
untuk
memetakan
kondisi
perusahaan dan
mengidentifikasi
aspek-
aspek yang perlu diperhatikan serta langkah-langkah yang tepat ntuk
menyiapkan struktur perusahaan
yang kondusif
untuk penerapan
CSR.
|
27
Langkah yang ketiga adalah CSR manual
building, atau
pembuatan
manual/pedoman
implementasi CSR. Manual
ini disebut
sebagai
acuan,
pedoman,
dan
panduan
dalam pengelolaan
kegiatan-
kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan oleh perusahaan.
Tahap Implementasi
Dalam tahap
implementasi, perlu diperhatikan tiga hal, yakni
siapa yang menjalankan, apa yang dilakukan serta bagaimana
sekaligus
alat
apa
yang
diperlukan.
Tahap
implementasi terdiri atas
tiga langkah yang diawali dengan sosialisasi. Sosialisasi
diperlukan
untuk
memperkenalkan
kepada komponen perusahaan
mengenai
aspek yang terkait dengan implementasi CSR, khususnya mengenai
pedoman penerapan CSR.
Langkah kedua adalah pelaksanaan yang pada dasarnya
harus
sejalan dengan pedoman CSR yang ada.
Langkah yang ketiga adalah internalisasi yang merupakan
tahap jangka panjang. Di dalamnya
termasuk
upaya-upaya
untuk
memperkenalkan
CSR
di
dalam seluruh
proses
bisnis
perusahaan.
Dengan upaya ini, CSR bukan hanya sekedar kosmetik, namun telah
menjadi strategi perusahaan.
Tahap Evaluasi
Sebagai suatu program, social responsibility membutuhkan
pemantauan dan evaluasi dalam rangka perbaikan di masa depan, dan
sekaligus menentukan tingkat capaian kinerja
aktivitas
sosial
yang
telah dilakukan.
Evaluasi dan pemantauan juga ditujukan untuk
|
28
mengetahui sejauhmana pencapaian
tujuan program serta apakah
terdapat penyimpangan yang membutuhkan tindakan koreksi.
Pelaporan
Pelaporan
selain
berguna
untuk pengambilan
keputusan
oleh
shareholders,
juga memberikan keterbukaan informasi bagi
stakeholders lain yang memerlukan.
2.6.4
Indikator Keberhasilan Implementasi (CSR)
Wibisono Yusuf (2007) menyatakan bahwa evaluasi terhadap
implementasi program tanggungjawab sosial didasarkan pada standar
atau
norma
ketercapaian.
Untuk
itu
dalam rangka
melakukan
evaluasi
perlu dirumuskan ukuran keberhasilan program, antara lain:
A. Indikator Internal
1.
Ukuran Primer/kualitatif (M-A-O terpadu)
a.
Minimize
Meminimalkan perselisihan/konflik/potensi konflik antara
perusahaan dengan masyarakat dengan harapan terwujudnya
hubungan yang harmonis dan kondusif.
b. Aset
Aset perusahaan yang terdiri dari pemilik/pimpinan
perusahaan, karyawan,
pabrik
dan
fasilitas
pendukungnya
terjaga dan terpelihara dengan aman.
c. Operasional
Seluruh kegiatan perusahaan berjalan aman dan lancar.
|
29
2.
Ukuran Sekunder
a.
Tingkat
penyakuran
dan
kolektabilitas
(umumnya
untuk
PKBL BUMN)
b. Tingkat Compliance pada aturan yang berlaku.
B.
Indikator Eksternal
1.
Indikator Ekonomi
a.
Tingkat pertambahan kualitas sarana dan prasarana umum.
b. Tingkat peningkatan kemandirian masyarakat secara ekonomi.
c. Tingkat
peningkatan
kualitas
hidup
bagi
masyarakat
secara
berkelanjutan.
2.
Indikator Sosial
a.
Frekuensi terjadinya gejolak/konflik sosial.
b. Tingkat
kualitas
hubungan
sosial
antara
perusahaan
dengan
masyarakat.
c. Tingkat kepuasan masyarakat (dilakukan dengan survey
kepuasan).
(Nor Hadi, 2011, p. 148 - 149).
Berdasarkan pendapat
di atas, dapat dipahami bahwa dalam melakukan
evaluasi keberhasilan program, maka alat ukur yang dapat digunakan
adalah hal hal
yang telah dijelaskan di atas.
Di
mana, dengan
melakukan CSR banyak manfaat yang dapat diperoleh oleh suatu
organisasi.
|
30
2.6.5
Keuntungan Mengimplementasikan CSR Bagi Perusahaan
Wibisono (2007,
p.84-87)
mengidentifikasikan
beberapa
keuntungan
yang dapat diperoleh perusahaan yang
mengimplementasikan Corporate
Social Responsibility dengan sungguh-sungguh:
Mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan brand image
perusahaan.
Perbuatan
destruktif pasti
akan merusak reputasi
perusahaan,
sementara
kontribusi positif
pasti akan mendongkrak
reputasi dan
image positif perusahaan. Hal
ini
menjadi
nilai tambah
bagi perusahaan untuk dapat tumbuh secara berkelanjutan.
Layak mendapatkan social licence to operate.
Masyarakat yang mendapat keuntungan dari keberadaan
perusahaan
dengan
sendirinya
akan
merasa
memiliki
perusahaan. Dengan
demikian,
masyrakat
akan
memberikan imbalan
setidak-tidaknya
berupa keleluasaan bagi perusahaan untuk menjalankan roda bisnisnya
di kawasan tersebut.
Mereduksi risiko bisnis perusahaan.
Keharmonisan dengan stakeholders sangat diperlukan demi kelancaran
bisnis perusahaan. Oleh karena itu. perusahaan rela mengerahkan
sumber dayanya untuk melaksanakan Corporate Social
Responsibility
sebagai suatu langkah antisipatif dan preventif yang dapat menurunkan
risiko bisnis perusahaan.
|
31
Melebarkan akses sumber daya.
Track Record
yang baik dalam pengelolaan Corporate Social
Responsibility
merupakan keunggulan yang dapat membantu
perusahaan memuluskan jalan menuju sumber daya yang diperlukan.
Membentangkan akses menuju market.
Investasi
yang
ditanamkan
untuk
program Corporate
Social
Responsibility
dapat menjadi tiket bagi perusahaan untuk menuju
peluang pasar yang terbuka lebar,
termasuk
memupuk
loyalitas
konsumen dan menembus pasar baru.
Mereduksi biaya.
Banyak contoh penghematan biaya yang merupakan buah dari
implementasi
program Corporate
Social
Responsibility.
Salah
satu
contohnya
adalah
upaya
mereduksi
limbah
melalui
proses
daur ulang
ke dalam siklus produksi.
Memperbaiki hubungan dengan stakeholders.
Implementasi program Corporate Social Responsibility
tentu akan
menambah frekwensi komunikasi dengan stakeholders,
yang
mendukung terbentuknya trust kepada perusahaan.
Memperbaiki hubungan dengan regulator.
Perusahaan yang menerapkan program Corporate Social
Responsibility
umumnya akan meringankan beban pemerintah
(regulator)
untuk
mensejahterakan masyarakat
dan melestarikan
lingkungan.
|
32
Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan.
Kesejahteraan yang di atas standar normatif serta reputasi perusahaan
yang baik di mata stakeholders
akan memicu serta meningkatkan
motivasi karyawan dalam berkarya.
Peluang mendapatkan penghargaan.
Perusahaan akan memiliki
kans yang cukup tinggi
untuk
mendapatkan penghargaan
karena
banyaknya rewunl yang
ditawarkan bagi
penggiat Corporate Social Responsibility.
Jadi, ternyata banyak sekali keuntungan
keuntungan yang dapat
diperoleh oleh organisasi jika melaksanakan tanggung jawab
sosial
kepada
publik.
Hal
ini
memperkuat
fakta
mengapa
kini tanggungjawab
sosial
perusahaan
telah
menjadi
bagian vital
bagi
suatu
organisasi
yang
besar.
2.7
Brand Awareness
Dengan dilaksanakannya event CSR, apakah yang sebenarnya diinginkan
oleh produsen?
Selain mereka menginginkan konsumen semakin sadar akan
merek mereka, tidak lain mereka menginginkan brand
mereka tertanam kuat di
benak konsumen sehingga konsumen berperilaku sesuai yang mereka harapkan
yaitu melakukan pembelian dan mengulangi pembelian tersebut. Dengan
kesadaran
merek
yang
mereka
tanamkan ini,
produsen
berharap
konsumen
memiliki perasaan akan sifat
merek
yang positif dan
memiliki keinginan untuk
membeli produk merek tersebut. Konsumen yang memiliki kesadaran akan suatu
merek
tertentu,
biasanya
akan
lebih
waspada
terhadap
merek
yang
ada
pada
|
33
benak
mereka
dan
pada
umumnya
mereka cenderung untuk mengabaikan atau
tidak
menghiraukan
promosi
dari
produk
lain yang
sejenis
atau
kompetitor.
Awareness
inilah yang dapat mempengaruhi tindakan konsumen dalam
mengambil
keputusan dalam memilih
dan
akhirnya
melakukan pembelian
terhadap produk.
2.7.1 Pengertian Brand Awareness
Menurut
Durianto
dkk
(2001:54-55),
brand
awareness adalah
kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali
suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu. Bagian
dari suatu kategori produk perlu ditekankan karena terdapat suatu
hubungan yang kuat antara kategori produk dengan merek yang
dilibatkan. Brand
awareness
membutuhkan
jangkauan
kontinyu
dari
perasaan
yang
tidak pasti
bahwa
merek
tertentu
telah dikenal
sebelumnya,
sehingga
konsumen
yakin bahwa produk merupakan satu-
satunya merek dalam satu kelompok produk.
Definisi
lain
mengenai brand
awareness
adalah
kesanggupan
seorang
calon
pembeli
untuk
mengenali
atau
mengingat
kembali
bahwa
suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu (Aaker,
1997:90).
Dari
definisi-definisi
para
ahli
mengenai brand
awareness dapat
ditarik
simpulan
bahwa
brand
awareness merupakan
tujuan
umum
komunikasi pemasaran, dengan adanya brand awareness yang tinggi
maka
diharapkan
kapanpun
kebutuhan kategori
muncul
maka
merek
tersebut
akan
dimunculkan
kembali
dari
ingatan
yang
selanjutnya
|
![]() 34
dijadikan
pertimbangan
berbagai alternatif dalam pengambilan
keputusan. Brand
awareness
menunjukkan
pengetahuan
konsumen
terhadap eksistensi suatu merek.
2.7.2 Indikator Pengukuran Brand Awareness
Brand
awareness
memiliki beberapa tingkatan yang dapat digambarkan
sebagai suatu piramida seperti berikut ini:
TOP OF MIND
BRAND RECALL
BRAND RECOGNITION
UNWARE OF BRAND
Gambar 2.5 Piramida Brand Awareness
Sumber: Rangkuti (2008:40)
|
35
Penjelasan
mengenai
piramida
Brand
Awareness
dari
tingkat
tertinggi
sampai tingkat terendah adalah:
a. Top of Mind
Apabila seseorang ditanya langsung tanpa diberi bantuan pengingatan
dan ia dapat menyebutkan satu nama merek, maka merek yang paling
banyak disebutkan pertama kali
merupakan puncak pikiran.
Dengan
kata lain, merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai
merek yang ada di dalam benak konsumen.
b. Brand Recall ( pengingatan kembali terhadap merek )
Pengingatan kembali merek didasarkan pada permintaan seseorang
untuk menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelas produk. Hal ini
diistilahkan dengan pengingatan kembali tanpa bantuan, karena
berbeda dari tugas pengenalan, responden tidak perlu dibantu untuk
memunculkan merek tersebut.
c. Brand Recognition (pengenalan merek )
Merupakan tingkat minimal dari kesadaran merek.
Hal ini penting
pada saat seorang pembeli memilih suatu merek pada saat pembelian.
Pengukuran
brand awareness responden
di
mana kesadarannya
diukur dengan diberikan bantuan.
Pertanyaan yang diajukan dibantu
dengan menyebutkan ciri-ciri produk tersebut.
d. Unware of Brand ( tidak menyadari merek )
Merupakan tingkat yang paling rendah dalam piramida kesadaran
merek, di mana konsumen tidak menyadari akan keberadaan suatu
merek. (Freddy Rangkuti, 2004, p.41)
|
36
Tingkat brand
awareness dapat
diukur
dengan
meminta
konsumen
menyebutkan nama merek yang mana yang dianggap akrab oleh
konsumen.
Apakah
pengingatan
ulang
atau brand
awareness
sudah
memadai tergantung pada di mana dan kapan suatu keputusan pembelian
dilakukan. Strategi brand awareness yang tepat tergantung pada seberapa
terkenal merek tersebut.
Ada 4 indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
konsumen aware terhadap sebuah brand antara lain:
1. Recall yaitu seberapa jauh konsumen dapat mengingat ketika ditanya
merek apa saja yang diingat.
2.
Recognition yaitu
seberapa
jauh
konsumen
dapat
mengenali
merek
tersebut termasuk dalam kategori tertentu.
3. Purchase yaitu seberapa jauh konsumen akan memasukkan suatu
merek
ke
dalam alternatif
pilihan
ketika
akan
membeli
produk/layanan.
4. Consumption yaitu seberapa jauh konsumen masih mengingat suatu
merek ketika sedang menggunakan produk/layanan pesaing.
Indikator
indikator
di atas
akan
menjadi
pedoman
bagi
penulis dalam
melakukan
penelitian
ini,
di
mana
indikator
di
atas
akan
menjadi
tolak
ukur
untuk
mengetahui
sejauh
mana brand
awareness
konsumen terhadap Minyak
Telon Cap Lang.
|
![]() 37
2.7.3
Peran Brand Awareness
Peran brand awareness dalam mendukung merek dapat dipahami dengan
mengkaji
bagaimana brand
awareness
dapat
menciptakan
suatu
nilai.
Berikut ini adalah bagan mengenai peranan brand awareness:
Brand Awareness menjadi sumber
asosiasi lain
Brand Awareness
Familiar atau rasa suka
Substansi atau komitmen
Mempertimbangkan merk
Gambar 2.6 : Nilai-nilai Kesadaran Merek
Sumber: Durianto, dkk (2004:7)
Keterangan:
a.
Brand Awareness Menjadi Sumber Asosiasi Lain
Suatu merek yang tingkat kesadarannya tinggi akan membantu asosiasi-
asosiasi melekat pada merek tersebut karena daya jelajah merek tersebut
akan
menjadi
sangat
tinggi
dalam benak
konsumen.
Kondisi
ini
menunjukkan bahwa suatu merek yang tingkat kesadarannya tinggi
mampu menimbulkan asosiasi positif untuk produk lainnya.
b. Familier atau Rasa Suka
Konsumen dengan brand awareness yang tinggi akan sangat akrab
dengan suatu merek dan kemudian akan menimbulkan rasa suka terhadap
suatu merek tersebut.
|
38
c.
Substansi/Komitmen
Brand awareness dapat menandakan keberadaan, komitmen, dan inti
yang
sangat
penting
bagi
suatu
perusahaan. Sehingga
disaat
kesadaran
atas suatu merek tinggi, maka kehadiran merek itu selalu dapat dirasakan
konsumen.
d.
Mempertimbangkan Merek
Langkah pertama dalam
suatu proses pembelian
adalah menyeleksi
berbagai merek yang dikenal dalam suatu kelompok untuk kemudian
dipertimbangkan dan diputuskan
merek
mana
yang
akan
dibeli. Merek
dengan top of mind
(TOM)
yang tinggi
mempunyai
nilai pertimbangan
yang tinggi. Jika suatu merek tidak tersimpan dalam ingatan, maka merek
tersebut tidak akan dipertimbangkan dalam keputusan pembelian.
Biasanya merek-merek yang disimpan dalam
benak konsumen adalah
merek-merek yang disukai dan dibenci (Durianto dkk., 2004:8).
Menurut
Durianto
dkk.
(2004:30)
menyatakan
bahwa
brand
awareness dapat dibangun dan diperbaiki melalui cara-cara berikut:
a. Pesan yang disampaikan oleh suatu merek harus mudah diingat oleh
konsumen.
b. Pesan yang disampaikan harus berbeda dengan produk lainnya serta harus
ada hubungan antara merek dengan kategori produknya.
c. Memakai tagline atau slogan maupun jingle lagu yang menarik sehingga
membantu konsumen mengingat merek.
d. Jika suatu merek memiliki simbol, hendaknya simbol tersebut dapat
dihubungkan dengan merek tersebut.
|
39
e. Perluasan
nama
merek dapat
dipakai
agar
merek
semakin
diingat
konsumen.
f.
Brand
awareness
dapat diperkuat
dengan
memakai
suatu
isyarat
yang
sesuai dengan kategori produk, merek, maupun keduanya.
g. Melakukan pengulangan untuk meningkatkan pengingatan, karena
membentuk ingatan adalah lebih sulit dibanding membentuk pengenalan.
Dengan demikian, disimpulkan bahwa brand awareness
memiliki 4
peranan
utama
yaitu
menjadi
sumber
asosiasi
lain,
menimbulkan
rasa
suka atau familier, sumber komitmen terhadap merek, dan menjadi bahan
pertimbangan untuk menggunakan merek.
|
![]() 40
2.8
Kerangka Pikir
Bagan 2.1
Kerangka Pikir
PT. Eagle Indo Pharma
Divisi Marketing
Event CSR Kunjungan Posyandu Telon Cap Lang
PT. Eagle Indo Pharma mengimplementasikan CSR melalui kegiatan Kunjungan
Posyandu Telon Cap Lang
Model Komunikasi Stimulus - Response
Organisasi yang mempraktikkan model komunikasi stimulus - response untuk
membentuk sikap dan perilaku publik
(Deddy Mulyana, 2005, P.132)
Warga RT.09 RW.02 Kedoya Utara
Posyandu Cempaka 1
Brand Awareness
|