16
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Komunikasi Massa
2.1.1
Definisi Komunikasi Massa
Komunikasi
massa
diadopsi
dari istilah
bahasa
Inggris,
mass
communication,
sebagai kependekan
dari
mass
media
communication. Artinya,
komunikasi
yang
menggunakan
media
massa
atau
komunikasi
yang mass
mediated.
Istilah
mass communication atau communications
diartikan
sebagai
salurannya,
yaitu
media massa (mass media) sebagai kependekan dari media of
mass  communication.  Massa mengandung pengertian orang banyak, mereka
tidak harus berada di lokasi tertentu
yang
sama,
mereka
dapat
tersebar
atau
terpencar 
di 
berbagai 
lokasi, 
yang 
dalam 
waktu 
yang  sama 
atau 
hampir
bersamaan
dapat
memperoleh
pesan-pesan komunikasi yang sama. Berlo
(Wiryanto,  2005) 
mengartikan  massa  meliputi 
semua  orang 
yang 
menjadi
sasaran  alat-alat  komunikasi  massa  atau  orang-orang  pada  ujung  lain  dari
saluran.
Definisi  komunikasi 
massa 
yang  paling  sederhana 
dikemukan  oleh
Bittner (Rakhmat, 2003: 188), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan
melalui
media
massa
pada
sejumlah
besar
orang (mass
communication is messages communicated through a mass medium to a large
number of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi
massa  itu  harus  menggunakan  media  massa.  Jadi,  sekalipun  komunikasi  itu
  
17
disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas
yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan
ribu orang,
jika tidak
menggunakan
media massa maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang
termasuk media massa adalah : radio siaran dan televisi –
kedianya dikenal
sebagai
media
elektronik; surat
kabar
dan
majalah
-
kedianya
disebut
sebagai
media cetak; serta media film. Film sebagai media komunikasi massa adalah film
bioskop.
Definisi komunikasi massa yang lebih perinci dikemunkakan oleh ahli
komunikasi
lain,
yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) “Mass communication
is the tehnologically and institutionally based production and distribution of the
most
broadly
shared
continuous
flow
of
messages
in industrial
societies”.
(komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan tekonologi
dan
lembaga
dari
arus
pesan
yang
kontinyu
serta
paling
luas
dimiliki
orang
dalam masyarakat industri ( Rakhmat, 2003: 188).
Dari definisinya tergambar
bahwa komunikasi
massa
itu
menghasilkan
suatu
produk
berupa
pesan-pesan komunikasi. Produk
tersebut
disebarkan,
didistribusikan kepada
khalayak
luas
secara
terus
menerus dalam jarak
waktu
yang tetap, misalnya harian, mingguan,
dwimingguan
atau
bulanan.
Proses
memproduksi
pesan
tidak
dapat
dilakukan
oleh
perorangan,
melainkan
harus
oleh
lembaga, dan
membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi
massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri.
Wright mengemukan definisinya sebagai berikut : “This new formcan be
distinguished
from
older
types
by
the following
major
characteristics:
it
is
directed  toward  relatively  large,  heterogenous,  and  anonymous  audiences;
  
18
messages are transmitted publicly, often times to reach most audience members
simultaneously, and are transient in character; the communicator tends to be, or
to
operate
within,
a
complex
organization that
may
involve
great
expense
(Rakhmat, 2003 : 189).
Definisi komunikasi massa yang dikemukakan Wright ini nampaknya
merupakan
definisi
yang
lengkap,
yang
dapat
menggambarkan karakteristik
komunikasi massa secara jelas. Menurut Wright, bentuk baru komunikasi dapat
dibedakan  dari  corak-corak  yang  lama  karena  memiliki  karakterisik  utama
sebagai berikut : diarahkan pada khalayak yang relatif besar, heterogen dan
anonim;   
pesan
disampaikan
secara terbuka,
seringkali
dapat
mencapai
kebanyakan khalayak
secara
serentak,
bersifat
sekilas; komunikator cenderung
berada
atau
bergerak
dalam organisai
yang
kompleks
yang
melibatkan
biaya
besar. Definisi Wright mengemukakan karakteristik komunikan secara khusus,
yakni anonim dan heterogen. Ia juga
menyebutkan pesan diterima komunikan
secara serentak (simultan)   pada
waktu
yang
sama,
serta sekilas
(khusus untuk
media elektronik, seperti radio dan televisi).
Seperti
halnya Gerbner
yang
mengemukakan
bahwa
komunikasi
massa
itu akan melibatkan lembaga, maka Wright secara khusus mengemukakan bahwa
komunikator   bererak   dalam   organisasi   yang   kompleks.   Organisasi   yang
kompleks itu menyangkut berbagai pihak yang terlibat dalam proses komunikasi
massa,
mulai
dari
menyusun
pesan
samapi pesan diterima
oleh komunikan.
Misalnya, bila pesan disampaikan melalui media cetak (majalah dan surat kabar),
maka pihak yang akan terlibat akan lebih banyak lagi, seperti camera man, floor
man,  lighting  man, penagarah acara, sutradara, operator, dan petugas audio.
  
19
Penggunaan   seperangakat   alat   teknologi   dengan   sendirinya   menyebabkan
komunikasi massa itu membutuhkan biaya relatif besar.
Menyimak berbagai
definisi komunikasi massa yang dikemukakan para
ahli komunikasi, tampakanya tidak ada perbedaaan yang
mendasar atau prinsip,
bahkan definisi-definisi itu satu sama lain saling melengkapi. Hal ini telah
memberikan
gambaran
yang
jelas mengenai
pengertian
komunikasi
massa.
Bahkan, secara tidak langsung dari pengertian komunikasi massa dapat diketahui
pula cirri-ciri komunikasi massa yang
membedakannya dari bentuk komunikasi
lainnya.
Rakhmat  merangkum  definisi-definisi  komunikasi  massa  tersebut
menjadi : “komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan
kepada sejumlah khalayak
yang
tersebar,
heterogen, dan anonim melalui
media
cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak
dan sesaat ( Rakhmat, 2003 : 189).
2.1.2
Karakterisik komunikasi massa
Komunikasi  massa  berbeda  dengan  komunikasi  lainnya.
Perbedaan
ini
meliputi
komponen-komponen
yang
terlibat di dalamnya.
Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut (Karlimah,
Soemirat, Komala, 2007:1.12-1.17):
1.
Komunikator Terlembagakan
Ciri komunikasi massa yang pertama adalah
komunikatornya. Kita sudah memahami bahwa komunikasi massa
itu   menggunakan   media   massa,   baik   media   cetak   maupun
  
20
elektronik. Dengan
menginat kembali
pendapat
Wright,
bahwa
komunikasi massa itu melibatkan lembaga, dan komunikatornya
bergerak dalam organisasi yang kompleks.
Jika kita membayangkan secara kronologis proses
penyusunan pesan oleh komunikator sampai pesan itu diterima
oleh komunikan, misalnya pesan yang disampaikan mealui surat
kabar, maka prosesnya adalah sebagai berikut: komunikator
menyusun 
pesan 
dalam  bentuk 
artikel, 
apakah 
atas
keinginanannya atau atas permintaan media massa yang
bersangkutan.
Selanjutnya,
pesan
tersebut diperikasa oleh
penanggung
jawab
rubrik.
Dari penanggung
jawab
rubrik
diserahkan kepada
redaksi
untuk layak tidaknya pesan itu untuk
dimuat
dengan
pertimbangan
utama
tidak
menyalahi
kebijakan
dari
lembaga
media
massa
itu. Ketika
sudah layak, maka pesan
akan dibuat seting-nya, lalu diperiksa oleh korektor, disusun oleh
lay-out man agar komposisinya bagus, dibuat plat, kemudian
masuk mesin cetak. Tahap akhir setelah dicetak merupakan tugas
bagian distribusi untuk mendistribusikanya kepada pembaca.
Itu hanya gambaran dari satu pesan saja. Masih banyak
pesan-pesan   yang   lainnya   dalam   surat   kabar,   seperti   tajuk
rencana, feature,
dan
berbagai
berita
lainya
yang
dibuat
oleh
reporter.  Jadi 
berapa 
banayak 
jumlah 
anggota 
yang  terlibat,
jumlah biaya yang diperlukan  dan berapa macam peralatan yang
digunakan, sifatnya relatif. Namun yang pasti, komunikasi massa
  
21
itu kompleks, tidak seperti jenis komunikasi, seperti komunikasi
intrapersonal atau lainya yang lebih sederhana.
Apabila media komunikasi yang digunakan adalah televisi,
tentu akan lebih banyak lagi orang yang terlibat, seperti juru
kamera (lebih dari satu), bagian make-up , tim kreatif, floor man,
juru lampu, manager, produser, ekekutif produser, dan lain-lain.
Selain
itu
peralatan
yang
digunakan
pun
tentunya
lebih
banyak
dan dana yang dibutuhkan pun lebih besar.
2.
Pesan Bersifat Umum
Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi
massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk
sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi
massa  bersifat  umum.  Pesan  komunikasi  massa  dapat  berupa
fakta, 
opini 
atau 
peristiwa. 
Namun 
tidak 
semua 
fakta 
dan
peristiwa yang terjadi di keleiling kita dapat dimuat dalam media
massa.
Pesan
komunikasi
massa
yang
dikemas
dalam bentuk
apapun 
harus 
memenuhi 
kriteria  penting 
atau 
menarik, 
atau
penting sekaligus menarik, bagi
sebagaian besar komunikan.
Dengan demikian, criteria pesan yang penting dan menarik itu
mempunyai  ukuran  tersendiri  bagi  sebagian  besar  komunikan.
Ada peristiwa penting namun hanya bagi sekelompok orang dan
tidak dapat disiarkan melalui media massa. Misalnya pemilihan
ketua
RT. Lain
halnya
jika
pemilihan
ketua
RT
tersebut
mengandung sesuatu yang khas, unik dan dapat menarik perhatian
  
22
banyak orang,
maka peristiwa
tersebut dapat dimuat dalam surat
kabar atau ditayangkan melalui televisi atau radio.
3.
Komunikannya Anonim atau Heterogen
Komunikan
pada
komunikasi
massa
bersifat
anonim atau
heterogen. Pada komunikasi intrapersonal,
komunikator
akan
mengenal komunikannya, mengetahui identitasnya, sepeti nama,
tempat
tinggal dan
lainnya. Sedangkan dalam komunikasi
massa,
komunikator tidak mengenal
komunikan (anonim) karena
komunikasinya
menggunakan
media dan tidak tatap muka. Di
samping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen,
karena  terdiri  dari  berbagai  lapisan  masyarakat  yang  berbeda,
yang
dapat
dikelompokan
berdasarkan jenis kelamin, usia,
pendidikan, agama, tingkat ekonomi, pekerjaan, dan budaya.
4.
Media Massa Menimbulkan Keserampakan
Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan
komunikasi lainnya, adalah jumlah sasaran khalayak atau
komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas.
Bahkan lebih dari itu, komunikan
yang
banyak
tersebut
secara
serempak pada waktu yang bersamaan
memperoleh
pesan
yang
sama pula.
Keserempakan   media   massa   itu   sebagai   keserempakan
kontak
dengan
sejumlah
besar
penduduk
dalam jarak
yang
jauh
dari komunikator dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada
dalam 
keadaan 
terpisah. 
Ini 
merupakan 
salah 
satu 
dari  ciri
  
23
komunikasi  massa  yang  sekaligus  juga 
merupakan  kelebihan
komunikasi massa daripada komunikasi lainnya.
5.
Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan
Salah satu dari prinsip komunikasi adalah bahwa
komunikasi
mempunyai
dimensi isi dan dimensi hubungan
(Mulyana, 2009 :99). Dimensi isi menunjukkan muatan atau isi
komunikasi, yaitu apa yang
dikatakan sedangkan dimensi
hubungan  menunjukkan  bagaimana  cara  mengatakannya,  yang
juga  mengisyaratkan  bagaimana  hubungan  para  peserta
komunikasi itu.
Dalam komunikasi antarpersonal
yang diutamakan adalah
hubungan. Semakin saling mengenal
antarpelaku
komunikasi,
maka
komunikasinya
semakin efektif. Sedangkan dalam
komunikasi massa, komunikator tidak harus selalu kenal dengan
komunikannya, dan sebalikya. Yang penting, bagaimana seorang
komunikator
menyusun
pesannya
secara sistematis, baik, sesuai
dengan jenis medianya, agar komunikannya bisa memahami isi
pesan tersebut. Itulah sebabnya mengapa perlu ada cara penulisan
lead
untuk
media
cetak
dan
untuk
media
elektronik, serta
seterusnya. Semua itu menunjukkan pentingnya unsur isi dalam
komunikasi massa.
  
24
6.
Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah.
Selain ada juga ciri komunikasi massa yang merupakan
keunggulan
dibandingkan
komunikasi lainnya. Adapula ciri
komunikasi
massa
yang
merupakan kelemahannya. Karena
komunikasinya melalui media
massa, mala komunikator dan
komunikannya
tidak
dapat melakukan kontak langsung.
Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif
menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan
dialog 
sebagaimana 
halnya  terjadi 
dalam  komunikasi
intrapersonal. Dengan kata lain komunikasi massa itu bersifat satu
arah.
7.
Stimulasi Alat Indra Terbatas.
Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap salah
satu kelemahannya, adalah stimulasi alat indra yang terbatas. Jika
dalam komunikasi
intrapersonal,
seluruh
alat
indra
pelaku
komunikasi,   komunikator,   dan   komunikan,   dapat   digunakan
secara maksimal. Sedangkan dalam komunikasi massa, stimulasi
alat  indra  bergantung  pada  jenis  media  massa.  Misalnya  pada
surta kabar, pembaca hanya melihat, pada radio -
hanya
mendengar, dan pada media televisi dan film menggunakan indra
penglihatan dan pendengaran.
  
25
8.
Umpan   Balik   Tertunda   (Delayed),   dan   Tidak   Langsung
(inderect)
Komponen
umpan balik atau
feedback merupakan factor
penting dalam proses komunikasi apapun. Efetktivitas komunikasi
seringkali
dapat
dilihat
dari feedback
yang
disampaikan
oleh
komunikan.   Dalam   proses   komunikasi   massa,   umpan   balik
bersifat tidak langsung (indirect), dan tertunda (delayed), artinya,
komunikator komunikasi massa tidak dapat segera mengetahui
reaksi khalayak terhadap pesan yang disampaikannya.
2.1.3
Fungsi Komunikasi Massa
Fungsi komunikasi
massa menurut Dominick (2001) terdiri dari
(Elvinaro 2004 : 15-18).
1.
Surveillance ( Pengawasan)
Fungsi   pengawasan   komunikasi   massa   dibagi   dalam
bentuk utama: (a) warning of beware surveillance (pengawasan
peringatan);
(b)
instrumental
surveillance (pengawasan
instrumental).
Fungsi pengawasan peringtatan terjadi ketika media massa
menginformasikan sebuah informasi yang bersifat ‘ancaman’,
seperti ancaman dari bencana alam,
inflasi atau serangan militer.
Kendati banyak informasi yang menjadi peringatan atau ancaman
serius  bagi  masyarakat  yang  dimuat  oleh  media,  banyak  pula
orang yang tidak mengetahui tentang ancaman itu.
  
26
Fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau
penyebaran informasi
yang
memiliki
kegunaan
atau dapat
membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Berita tentang
film apa
yang
sedang
dimainkan
di
bioskop,
bagaimana
harga-
harga saham di bursa efek, produk-produk baru, ide tentang mode,
dan lain sebagainya.
2.
Interpretation ( penafsiran)
Fungsi  penafsiran  hampir  mirip  dengan  fungsi
pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data,
tetapi
juga memberikan
penafsiran
terhadap kejadian-kejadian
penting. 
Contoh 
nyata 
penafsiran 
media 
dapat 
dilihat 
pada
halaman
tajuk
rencana
(editorial) surat
kabar.
Penafsiran
ini
berbentuk
opini,
yang
ditujkan
kepada khalayak pembaca,
serta
dilengkapi perspektif (sudut pandang),  
terhadap berita yang
disajikan pada halaman lainnya.
Tujuan penafsiran adalah agar media dapat mengajak para
pembaca atau pemirsanya untuk
memperluas wawasan dan
membahasya
lebih
lanjut
dalam komunikasi
intrapersonal
atau
kelompok.
3.
Linkage ( pertalian)
Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang
beragam,
sehingga
membentuk linkage
(pertalian)
berdasarkan
kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.
  
27
4.
Transmission of Values (Penyebaran Nilai-nilai)
Fungsi
penyebaran
nilai
disebut
juga socialization
(sosialisasi). Sosialisasi
mengacu kepada
cara, di
mana
individu
mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang
mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca.
Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka
bertindak dan apa yang mereka harapkan. Dengan kata lain, media
mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan
harapkan
untuk menirunya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa banyak
remaja
belajar
tentang
perilaku
berpacaran
dari
menonton
film
dan acara televisi.
Di antara semua
media massa, televisi lah yang sangat
berpotensi untuk memunculkan sosialisasi (penyebaran nilai-nilai)
pada anak
muda, terutama anak-anak
yang telah melampaui
usia
16 tahun, yang banyak menghabiskan waktunya untuk menonton
televisi dibanding kegiatan lainnya.
5.
Entertainment (Hiburan)
Sulit 
dibantah 
lagi 
bahwa  pada 
kenyataannya 
hampir
semua media menjalankan fungsi hiburan. Televisi adalah media
massa yang mengutamakan sajian hiburan. Hampir tiga perempat
bentuk siaran televisi setiap harinya merupakan tayangan hiburan.
Begitu pun radio, siarannya banyak memuat acara hiburan.
Memang
ada
beberapa
stasiun
televisi
dan radio yang lebih
mengutamakan  tayangan  berita.  Demikian  pula  halnya  dengan
  
28
majalah.
Tetapi,
ada
pula
beberapa
media
massa
yang
mengutamakan berita.
Melalui berbagai macam program acara
yang ditayangkan
televisi,  khalayak  dapat 
memperoleh 
hiburan 
yang
dikehendakinya.
Begitu
juga dengan
media
massa
lainnya
yang
memberikan hiburan dengan cara media massa itu sendiri.
2.2
Media Massa
2.2.1
Definisi Media Massa
Menurut Cangara, media adalah sarana atau alat yang digunakan
untuk  menyampaikan  pesan  dari  komunikator  kepada  khalayak,
sedangkan  definisi  media  massa  sendiri  adalah  alat  yang  digunakan
dalam penyampaian
pesan
dari
sumber
kepada
khalayak
dengan
menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film,
radio, dan televisi (Cangara, 2003:134).
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bila media massa
merupakan
media
yang
digunakan
dalam penyampaian
pesan
dari
komunikator kepada khalayak yang berjumlah besar secara serempak.
2.2.2
Jenis Media Massa
Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori,
yakni media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa yang
dapat memenuhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar dan
majalah.   Sedangkan   media   massa   dalam   bentuk   elektronik   yang
  
29
memenuhi kriteria sebagai
media massa adalah radio
siaran dan
televisi
siaran (Karlimah, Soemirat, Komala, 2007:6.1).
2.3
Televisi
2.3.1
Definisi Televisi
Televisi
merupakan
sebuah
media
telekomunikasi
terkenal
sebagai penerima
siaran
gambar bergerak
beserta
suara, baik
itu
yang
monokrom
("hitam
putih")
maupun warna.
“Kata
"televisi"
merupakan
gabungan   dari   kata   tele  ("jauh")   dari   bahasa   Yunani   dan   visio
("penglihatan")  dari  bahasa 
Latin.  Sehingga  televisi  dapat  diartikan
sebagai telekomunikasi yang dapat dilihat dari jarak jauh
2.3.2
Sejarah Singkat Televisi
Sebagaimana
radio
siaran,
penemuan
televisi
telah melalui
berbagai
eksperimen
yang
dilakukan oleh
para
ilmuwan
akhir
abad 19
dengan dasar penelitian yang dilakukan oleh James Clark Maxwell dan
Heinrich Hertz, serta penemuan Marconi pada
tahun 1890. Paul Nipkow
dan
William Jenkins
melalui
eksperimennya
menemukan
metode
pengiriman gambar melalui kabel (Heibert, Ungrait, Bohn, 1975 : 283).
Televisi debagai pesawat transmisi dimulai pada tahun 1925 dengan
menggunakan
metode
mekanikal dari Jenkins. Pada tahun 1982 General
Electric
Company
mulai
menyelenggarakan acara siaran
televisi secara
regular. Pada tahun 1939 presiden Franklin D. Roosevelt tampil di layar
  
30
televisi. Sedangkan siaran televisi komersial di Amerika dimulai pada 1
September 1940.
2.3.3
PerkembanganTelevisi di Indonesia
Kegiatan penyiaran melalui media televisi di Indonesia dimulai
pada tanggal 24 agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya
pembukaan Pesta Olahraga se-Asia IV atau Asean Games di Senayan.
Sejak
itu
pula
Televisi
Republik Indonesia
yang
disingkat
TVRI
dipergunakan sebagai panggilan stasiun (station call) hingga sekarang
(Effendy,
1993:54).
Selama
tahun
1962
1963
TVRI
berada
diudara
rata-rata satu jam sehari dengan segala kesederhanannya.
Sejalan
dengan
kepentingan
pemerintah dan keinginan rakyat
Indonesia  yang tersebar di berbagai wilayah agar dapat menerima siaran
televisi, maka pada tanggal 16 Agustus 1976 Presiden Soeharto
meresmikan penggunaan satelit Palapa untuk telekomunikasi dan siaran
televisi.
Sejak berlakunya UU no.32 tahun 2002 tentang Penyiaran, izin
penyelenggaran
siaran
televisi
yang dikeluarkan
hanyalah
untuk
siaran
televisi
lokal. Stasiun televisi
yang ingin melakukan siaran regional atau
nasional harus
melakukan siaran jaringan antar beberapa stasiun televisi
lokal. 
Televisi swasta di Indonesia diantaranya Rajawali Citra
Televisi
Indonesi (RCTI) yang bersifat komersial. Dan Secara berutur-turut berdiri
stasiun  
televisi lain seperti, Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi
Pendidikan Indonesia (TPI), Andalas
Televisi (ANTV), Indosiar, TV7,
Lativi, Metro TV, Trans
TV,
Trans 7, Global
TV dan
TV One. Diikuti
  
31
dengan  berkembangnya 
TV 
lokal 
yang  cukup  banyak  dan  beragam
seperti Bandung TV, Jak TV, Bali TV, dan sebagainya.
Catatan penting untuk mdia elektronik saat ini, regulasi terhadap
media tersebut tidak bertumpu pada pemerintah saja, melainkan kepada
masyarakat melalui dibentuknya Komite Penyiaran Indonesia (KPI).
Tugas KPI adalah: (a) menata infrastruktur penyiaran dengan
mengeluarkan izin penyelenggaran
penyiaran; (b) melayani pengaduan
masyarakat
dalam bidang
penyiaran
dengan
mengacu
pada
Pedoman
Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS).
Lembaga- lembaga siaran yang dilayani oleh KPI adalah lembaga
siaran swasta, lembaga siaran politik, lembaga siaran berlangganan, dan
lembaga siaran komunitas.
2.3.4
Karakteristik Televisi
Media   elektronik   televisi   memiliki   3   karakteristik,   yaitu   :
(Elvinaro 2004 :128-130)
1.
Audio Visual
Televisi 
memiliki  kelebihan,  yakni  dapat  didengar
sekaligus dapat dilihat (audiovisual). Jadi, apabila khalayak radio
siaran hanya mengunakan pendengaran, maka khalayak televisi
dapar melihat gambar yang bergerak, mendengar kata-kata, music
dan efek suara lainnya. Antara suara satu dan gambar satu harus
ada keharmonisan.
  
32
2.
Berpikir Dalam Gambar
a.
Visualisasi (Visualization)
yakni
menerjemahkan
kata-kata
yang  mengandung  gagasan  yang  menjadi  gambar  secara
individual.
Dalam proses
visualisasi,
pengarah
acara
harus
berusaha
menunjukan objek-objek tertentu
menjadi gambar
yang
jelas dan menyajikannya sedemikian rupa, sehingga menjadi suatu
makna. Objek tersebut bisa manusia, benda, kegiatan dan lain
sebagainya (Effendy, 1993:96).
b.  Pikturisasi (Picturization) yakni, kegiatan merangkai gambar-
gambar
individual
sedemikian rupa,
sehingga
kontinuitasnya
mengandung
makna tertentu. Misalnya pikturisasi
tentang proses
metamorphosis dari ulat menjadi kupu-kupu. Dalam proses
pengambilan gambar ini ada gerakan kamera agar menghasilkan
gambar sangat besar (big close
up), gambar dimabil dari jarak
dekat  (close  up),  secara  menyamping  (panning),  dari  atas  ke
bawah (tilting), dan lain sebagainya.
c.  Pengoperasian Lebih Kompleks
Dibandingkan dengan radio, pengoperasian televisi siaran
lebih kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan
yang digunakannya pun lebih banyak dan untuk pengoperasiannya
lebih rumit dan
harus dilakukan oleh orang-orang
yang terampil
  
33
dan 
terlatih.
Dengan  demikian 
media 
televisi 
lebih 
mahal
daripada surat kabar, majalah dan radio.
2.3.5
Fungsi Televisi
Fungsi televisi, yaitu : (Ochjana 2003 :24)
a.
Fungsi Penerangan
Televisi
merupakan media
yang
mampu
menyiarakan
informasi
yang
amat
memuaskan.
Hal ini disebabkan dua faktor
yang terdapat di dalamnya yaitu :”immediacy” dan “realism”.
Immediacy  
mencakup pengeritan langsung dan dekat.
Peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan
didnger oleh pemirsa pada saat peristiwa
itu berlangsung, seolah-
olah
mereka
berada
di
tempat
peristiwa itu terjadi. Sedangkan
realism   
mengandung makna
kenyataan,
dimana
televisi
menyiarkan informasi secara audio visual dengan fakta.
b.
Fungsi Pendidikan
Sebagai media massa, televisi merupakan sarana yang
ampuh untuk menyrakan acara pendidikan  kepada khalayak yang
jumlahnya begitu banyak secara simultan. Sesuai dengan makna
pndidikan, yakni  pengetahuan dan penalaran masyarakat, televisi
menyiarkan  acara-acara  tertentu  yang  mengandung  pendidikan,
  
34
seperti
film kuis,
dan
sebagainya  
yang
disebut
educational
television
(ETV),
yaitu acara
pendidikan
yang disiapkan
dalam
siaran yang bersifat umum. Karena kampuhannya itulah, maka
funggsi
pendidikan
yang
dikandung
teltevisi
ditingkatkan lagi,
sehingga dinamakan sarana pendidikan jarak jauh uang disebut
Instructuon Television.
c.
Fungsi Hiburan
Seorang pakar komunikasi
Charles
R.Wright
mengetengahkan pendapatnya tentang fungsi televisi sebagai
media massa ini, yaitu bahwa :
“Communication
act
primarily intended
for
amusement
irrespectively
of
any
instrument
effects
they
might
have” yaitu
bahwa media massa mempunyai fungsi sebagai media hiburan.
Sebagian
besar
dari alokasi
waktu masa siaran diisi
oleh
program hiburan.
Hal
ini
dapat
dimengerti
karena
pada
layar
televisi dapat ditampilkan gambar hidup serta suara bagaikan
kenyataan,  dan  dapat  dinikmati  sekalipun  oleh  khalayak  yang
tidak mengerti bahasa asing.
  
35
d.
Fungsi Promosi
Wilbur   Schramm   menyatakan   bahwa   fungsi   televisi
sebagai
media
massa dapat
dimanfaatkan
to sell goods for us”
yang  artinya  bahwa  media  massa  dapat  dimanfaatkan  sebagai
ajang promosi. Pendapat ini cukup menonjol karena promosi
merupakan tiang penyangga bagi kehidupan media massa itu
sendiri (Subtroto 2002 : 94).
2.3.6
Program Televisi
Setiap
harinya,
televisi
menyajikan
berbagai
jenis
program yang
jumlahnya sangat banyak dan jenisnya beragam. Pada dasarnya apa saja
dapat dijadikan sebagai program, yang penting disukai oleh audiens, tidak
bertentangan dengan normal kesusilaan, hukum, dan peraturan yang
berlaku.
Secara
garis besar,
berbagai
jenis
program
dapat
dikelompokkan
berdasarkan
jenisnya
menjadi dua bagian,
yaitu
program informasi
dan
program hiburan.
Jika
dilihat
dari sifatnya,
maka
dapat
diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu program faktual (meliputi program berita, dokumenter,
dan  reality show)  dan  program  fiksi  (meliputi  program  komedi  dan
drama) (Morissan, 2008 :208).
1.
Program Informasi (Berita)
Program informasi
adalah
segala
jenis
siaran
yang
tujuannya
untuk
memberikan tambahan pengetahuan (informasi)
  
36
kepada  khalayak.  Daya  tarik  program  ini  adalah  informasi  itu
sendiri, sehingga informasi inilah yang dijual kepada audiens.
2.
Program Hiburan (Entertainment)
Program hiburan
adalah
segala
bentuk
siaran
yang
bertujuan
untuk
menghibur
audiens
dalam bentuk
musik,
lagu,
cerita,
dan
permainan.
Program yang
termasuk
dalam kategori
hiburan adalah drama, musik, dan permainan (game).
2.4
Program Talk Show
2.4.1
Definisi Talk Show
William  Van 
Nostran  dalam  bukunya 
The 
Nonbroadcast
Television writter’s Handbook, menyatakan
bahwa “A
format
is
simple
method
of
presenting
information through
the
television
medium
and
therefore
is distinct
from
both
content
and
style.
Content
can
be
dealt
with any format the writer wishes, although generally some will be more
appropriate than others. Style is the point of view the writer takes toward
both material and format.”(Subroto 1994 :225)
“Format adalah suatu metode yang sederhana untuk menyajikan
informasi melalui media televisi dan untuk dibedakan antara isi dan gaya.
Isi dapat diberlakukan kepada format
seperti
keingingan
penulis.
Sedangkan gaya adalah segi pandangan
penulis
terhadap
materi
dan
formatnya.”
  
37
Format acara televisi
adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu
konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreatifitas dan desain
produksi yang akan terbagi dalam berbagai kriteria utama yang
disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut
(Naratama
2004 :63).
Program  wicara 
di  televisi,  atau  biasa 
kita  sebut 
The  Talk
Program
meliputi
banyak
format,
antara
lain, vox-pop,
kuis,
interview
(wawancara)
baik
di
dalam
studio
maupun
di
luar
studio
dan
diskusi
panel di televisi. Semua
memang dapat disebut sebagai program wicara
(Talk
Program).
Program ini
tampil
dalam
bentuk
sajian
yang
mengetengahkan  pembicaraan  seseorang  atau  lebih  mengenai  sesuatu
yang
menarik,
sedang
hangat dibicarakan masyarakat, atau Tanya jawab
persoalan dengan hadiah, yang disebut kuis. Apabila pembicaraan
dilakukan  oleh  satu  orang,  program 
itu  dinamakan  program  uraian
pendek
atau
pernyataan (the
talk program).
Wawancara
dilakukan
oleh
dua orang dan diskusi oleh lebih dari dua orang. Sementara program kuis
disajikan oleh seorang master kuis dan peserta kuis.
2.4.2
Jenis-jenis Program Talk Show (Wibowo 2007 : 67-68)
1.
Program uraian pendek atau pernyataan (The Talk Program)
Ketika penonton menyaksikan acara televisi, pada saat itu
muncul seorang presenter (penyaji) menceritakan sesuatu
yang
menarik.
Presenter
itu
muncul di
tengah suatu program
feature,
  
38
diantaranya sajian acara
musik, dan di awal
suatu
acara
sebagai
pembukaan atau dalam suatu acara cerita yang menarik yang
disajikan
secara
khusus.
Penonton
ini
sedang
menyaksikan
the
talk show program. Uraian
yang disajikan oleh
seorang presenter
di dalam acara televisi biasanya sangat pendek.
2.
Program Vox-pop suara masyarakat
Vox-pop
kependekan
dari
vox
populli  
dalam istilah
Indonesia  sebagai  “suara  masyarakat”.  Artinya  suatu  program
yang  mengetengahkan  pendapat  umum  suatu  masalah.  Tujuan
dari program ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a.
Vox-
pop
sebagai
program mengetengahkan
serangkaian
pendapat
umum mengenai
suatu masaalah
yang
sedang
dibahas
dalam program kepada
penonton dengan
maksud
agar
penonton
juga dapat mengetahui bermacam-macam pendapat dari berbagai
orang atau grup sehingga dapat di konfrontir dengan pendapatnya
sendiri.
b. Vox-pop digunakan untuk menunjukan masalah itu
sebagai
masalah yang penuh dengan kontradiksi, apabila vox-pop tadi
mengemukan pandangan yang berlain-lainan sama sekali atara
orang
satu  
dengan   orang  
lainnya.  
Jadi,   penonton  
dapat
mendudukan   persoalan   pada   porsi   yang   sebenarnya   bahwa
masalah yang dibahas itu masalah yang pelik.
  
39
3.
Program Wawancara (interview)
Dalam hal
ini
terdapat
dua  
macam wawancara,
yaitu
wawancara di luar studio dan wawancara di studio. Cara
memproduksi program luar studio tidak jauh berbeda dengan cara
memproduksi
program
vox-pop. Namun,
wawancara
studio
memiliki  beberapa  persiapan  dan  cara  memproduksi  program
yang beberapa persiapan dan cara memproduksi yang berbeda.
Memproduksi program talk show wawancara yang baik di
televisi
merupakan
suatu
kerja
keras,
karena
program itu
melakukan prsiapan-persiapan yang cukup banyak. Tanpa
persiapan
yang
sungguh-sungguh
program ini
hanya
menjadi
program yang membosankan dan ditinggalkan para penonton. Jika
program ini disajikan dengan baik, penonton memperoleh sesuatu
yang sunguh-sungguh berguna, bermakna dan bukan sekedar
program untuk membuang waktu luang.
Tayangan “Bukan Empat Mata” di TRANS7 
termasuk
dalam kategori
talkshow  
untuk
jenis
talkshow
wawancara.
Pewawancaranya merupakan host “Bukan Empat Mata” yaitu
Tukul Arwana ditemani oleh Vega Darwanti dan Chyntia Sari.
Pertanyaan
yang
diajukan
adalah merupakan
hasil
riset
yang
dilakukan sebelum-sebelumnya terhadap bintang tamu. Sehingga
dimungkinkan   
agar   
pertanyaan-pertanyaan   
tersebut   
tidak
  
40
menyinggung
bintang
tamu.
Karena
Dalam tayangan
“Bukan
Empat
Mata”
sendiri
tujuannya adalah menghibur, maka
pertanyaan yang diajukan pun adalah pertanyaan yang ringan dan
sielingi humor-humor, jadi tidak kaku.
4.
Program Panel Diskusi
Program talk
show  
diskusi
di
televisi
swasta
menjadi
program yang cukup sulit. Pertama, sebagai program yang hanya
menyajikan suatu pembicaraan sudah bertentangan dengan prinsip
televisi yang audio visual.
Kunci
utama
dari
program ini
adalah
kemampuan
moderator
dalam hal
ini
presenter
dalam
mengendalikan
dan
menjaga
pembicaraan
agar
tetap
segar, tetapi jadi juga tegang.
Tentu saja topik tersebut akan menjadi perdebatan yang menarik.
Oleh karena itu perencanaan merupakan bagian yang penting.
Program talk
show
diskusi
adalah
program pembicaraan
tiga
orang atau
lebih mengenai
suatu
permasalahan.
Dalam
program ini
masing-masing
tokoh
yang
diundang
dapat
saling
berbicara mengemukakan pendapatnya dan presenter bertindak
sebagai  moderator  yang  kadang-kadang 
juga 
melontarkan
pendapat atau membagi pembicaraan.
  
41
2.5
Strategi
Menurut Stephanie K. Marrus, seperti yang dikutip Umar (2005:31),
strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin
puncak   yang   berfokus   pada   tujuan   jangka   panjang   organisasi,   disertai
penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.
Strategi merupakan sejumlah keputusan dan aksi yang ditujukan untuk
mencapai tujuan dan menyesuaikan sumber daya organisasi dengan peluang dan
tantangan
yang
dihadapi
dalam lingkungan
industrinya.
Dengan
demikian,
beberapa ciri strategi yang utama adalah (Kouncoro, 2005:12):
1. Goal directed actions,  yaitu  aktivitas  yang  menunjukkan  “apa”  yang
diinginkan organisasi dan “bagaimana” mengimplementasikannya.
2. Mempertimbangkan
semua
kekuatan
internal
(sumber
daya
dan
kapabilitas), serta memperhatikan peluang dan tantangan.
Hakikat
strategi
menurut
Onong Ochjana
Effendy
(1981:84)
adalah
perencanaan
dan
manajemen
untuk
mencapai suatu tujuan, akan tetapi
untuk
mencapai
tujuan tersebut strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang
hanya
menunjukkan jalan saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik
operasionalnya.
Dalam hal ini menunjukkan bahwa setiap stasiun televisi memiliki tujuan.
Dari
sekian banyak
tujuan,
pada
intinya
adalah
setiap program televisi
saling
bersaing
dalam perolehan
rating
dan
share.  
Sehingga
diperlukan
sebuah
perencanaan dan strategi untuk mencapai tujuan, dan dapat unggul dalam
perolehan rating dan share-nya.
  
42
2.6
Kreatif
Menurut Creative Education Fondation pengertian kreatif adalah: suatu
kemampuan
yang
dimiliki
seseorang (atau
sekelompok
orang)
yang
memungkinkan mereka menemukan pendekatan-pendekatan atau terobosan baru
dalam menghadapi situasi atau
masalah tertentu–yang biasanya tercermin dalam
pemecahan
masalah–dengan cara
yang
baru
atau
unik
yang
berbeda
dan
lebih
baik dari sebelumnya (Agus 2004 :55).
Kreativitas memiliki beberapa pengertian berbeda, dan secara sederhana
pemirsa
mendefinisikan
kreativitas
sebagai sesuatu yang berbeda,
unik,
lain
daripada
yang
lain atau
sesuatu
yang
belum pernah
ada. Menurut
Gilson
dan
Berkman, 
kreativitas 
didefinisikan 
sebagai 
cara 
menghubungkan 
beberapa
elemen menjadi sesuatu yang menarik perhatian.(Kasali 1992 :80)
Hugenholtz
menitikberatkan
kreativitas pada pemberian bentuk, yaitu
kemampuan untuk memberi bentuk pada suatu maksud, niat, ide sedemikian rupa
dengan   cara   dan   alat   (sedemikian   rupa)   sehingga   bentuk   tersebut   tidak
kekurangan atau kelebihan dan bisa berbicara sendiri. Bentuknya harus jelas, hal
ini berarti bahwa kreativitas berhubungan dengan suatu yang dijadikan faktor
kenyataan dan menjadi kemungkinan yang bermakna.(Effendy 1981 :125).
2.6.1
Strategi Kreatif Program Televisi
Strategi kreatif merupakan orientasi pemasaran yang diberikan
kepada
orang-orang
kreatif
sebagai
pedoman
dalam membuat
suatu
program acara
televisi.
Menurut
Rhenald
Kasali,
strategi
kreatif
bagi
orang-orang kreatif sering dianggap
hasil terjemahan dari berbagai
informasi
mengenai produk pasar dan khalayak sasaran ke dalam
suatu
  
43
posisi tertentu di dalam komunikasi yang kemudian dapat dipakai untuk
merumuskan
tujuan iklan (dalam hal
ini; tujuan program acara)
(Kasali
1992 :80). Ia juga menambahkan bahwa
pengerjaan
strategi
kreatif
mencakup pelaksanaan dan pengembangan konsep atau ide yang dapat
mengemukakan 
strategi 
dasar 
dalam 
membentuk 
komunikasi 
yang
efektif.  Proses  dan  teknis  pembuatan  suatu  program 
acara  pastilah
melalui proses panjang, proses pembuatan program acara dikenal dengan
istilah strategi kreatif. Dalam pengerjaan strategi kreatif ini dilaksanakan
oleh orang-orang kreatif.
Di dalam diri orang kreatif biasanya tersimpan
sifat-sifat yang mendukung sebuah karya yang kreatif.
Hal-hal
yang
harus
diperhatikan orang-orang
kreatif
dalam
menyusun strategi kreatif diantaranya adalah:
1. Harus memiliki kebenaran dalam konsep, bukan sekedar hanya untuk
merebut perhatian khalayak.
2. Harus memiliki tujuan jangka panjang, yakni mampu menciptakan
hubungan yang stabil dan kuat serta bertahan lama.
3. Memiliki keunikan tersendiri dan menarik perhatian pemirsa sehingga
akan menjadi kenangan dan akan lebih menarik perhatian sehingga
pemirsa akan memberikan loyalitas.
Menurut Gilson dan Berkman, proses perumusan suatu strategi
kreatif
terdiri dari
tiga
tahapan dimana di
pandang
dari strategi
kreatif
program acara, yaitu (Kasali, 1995 :81-82) :
  
44
1.
Tahap Pertama
Mengumpulkan dan mempersiapkan informasi pemasaran
yang tepat agar orang-orang kreatif dapat dengan segera
menemukan strategi kreatif mereka.
Dalam tahap ini tim kreatif Bukan Empat Mata melakukan
riset, evaluasi perform, dan melakukan meeting,  untuk ‘menggali’
dan
menciptakan
ide-ide
yang
unik dan kreatif sehingga
audien
tidak bosan dan pada akhirnya dapat meningkatkan perform
program dan unggul dalam perolehan rating dan share-nya.
2.
Tahap Kedua
Selanjutnya  orang-orang  kreatif  harus  “membenamkan”
diri mereka dalam informasi-informasi tersebut untuk menetapkan
suatu posisi dalam penayangan
serta
menentukan tujuan program
acara
yang akan
dihasilkan. Pada
tahap
inilah
ide-ide, yang
merupakan jantung dari seluruh proses perumusan strategi kreatif,
dicetuskan dan dikembangkan. Biasanya untuk memperoleh hasil
kerja yang optimal, dilibatkan pula suatu diskusi yang sangat hati-
hati diantara orang-orang kreatif.
3.
Tahap Ketiga
Melakukan
presentasi
kepada
seluruh
tim produksi
agar
mendapat
persetujuan
sebelum
program acara
ditayangkan.
Strategi
kreatif
suatu
program acara
setelah
dirumuskan
selanjutnya
harus
melalui
proses produksi untuk pencapaian
akhirnya.
  
45
Faktor-faktor yang dapat digunakan untuk menyatakan
strategi 
kreatif 
program 
acara  kepada 
target 
audiens 
adalah
(Shimp 1995 :472).
1.
Pengungkapan fakta
Pengungkapan   fakta   tentang   produk   atau   jasa
adalah pengungkapan informasi tentang tujuan dan
keuntungan yang didapat khalayak bila menggunakan
produk atau jasa tersebut.
2.
Pendekatan emosional
Teknik ini mencoba untuk mendekati khalayak
sasaran dengan menyentuh perasaan mereka dengan
menampilkan harapan, keinginan, suatu aspirasi, cinta dan
kasih sayang.
3.
Pendekatan humor
Teknik ini mencoba
untuk menarik perhatian
khalayak sasaran dengan menampilkan sesuatu yang lucu
dan membuat tersenyum dan tertawa.
Untuk 
membuat 
sebuah 
acara 
program  televisi 
yang
kreatif, perlu diketahui lima (5) acuan dasar
yang sangat penting
dalam
merencanakan,
memproduksi
dan
menyiarkan suatu
acara
bagaimanapun sifat dan bentuknya. Kelima acuan ini satu dengan
lainnya tidak dapat dipisahkan bahkan akan saling terkait, yakni
antara lain (Subroto 1994 :47) :
  
46
1.
Ide
Ide merupakan sebuah pikiran dari seorang
perencana
acara
siaran,
dalam hal
ini
seorang
produser.
Sesuai dengan teori komunikasi,
ide
merupakan
rencana
pesan yang akan disampaikan kepada khalayak penonton
melalui
medium televisi
dengan
maksud
dan
tujuan
tertentu. Karena itu sewaktu akan menuangkan idenya
dalam bentuk
sebuah
naskah
siaran
harus
selalu
memperhatikan faktor penonton, agar apa yang akan
disajikan
dalam bentuk
acara
siaran
dapat
mencapai
sasarannya.
2.
Pengisi Acara Siaran (Artis)
Pengisi acara siaran dapat berupa seorang pembaca
berita, artis yang belum dikenal sampai dengan para
cendikiawan dan artis yang cukup terkenal di masyarakat.
Pengisi  acara  sangat  mempengaruhi  jalannya  acara
program televisi, seperti seorang presenter yang mengantar
suatu
sajian,
seperti
musik,
aneka
program feature,
magazine, ataupun kuis. Sebagai pengantar sajian, seorang
presenter
boleh
menambah
daya tarik dari materi yang
disajikan lewat kata-katanya
dan
mampu
menghidupkan
suatu
sajian program dengan kata-katanya. Dalam bahasa
Indonesia, presenter disebut penyaji yang tidak terlalu
terikat oleh materi yang disajikan.
  
47
3.
Peralatan
Lampu-lampu dengan berbagai karakternya yang
diperuntukkan agar dapat menghasilkan gambar-gambar
yang baik dan berkualitas, mikrofon, dekorasi, siklorama
yang berupa dinding studio, dengan peralatan komunikasi
yang dapat menghubungkan antara satu kamar operasional
dengan kamar operasional lainnya, disamping sebuah atau
lebih
pesawat
monitor
yang diperlukan
untuk
melihat
proses gambar yang sedang diproduksi. Di samping itu
untuk
pengendalian
proses
produksi di studio, dibangun
beberapa  ruang  operasioal  yang  dilengkapi  dengan
berbagai peralatan elektronis serta alat perekam gambar.
4.
Kelompok Kerja Produksi
Kelompok
kerja
produksi ini merupakan satuan
kerja yang akan menangani kerja produksi secara bersama-
sama (kolektif) sampai hasil karyanya dinyatakan layak
untuk disiarkan.
5.
Penonton
Mereka
adalah
sasaran
dari
setiap
acara yang
disiarkan
dan
mereka
merupakan faktor yang ikut
menentukan berhasil tidaknya acara yang telah dibuat.
  
48
Program Bukan
Empat
Mata
menggunakan
strategi
dalam
membuat
tema-tema
yang
menarik
danearcatching”, menampilkan
bintang tamu dari kelas A, yaitu bintang tamu yang sedang ramai
diperbincangkan oleh media, terkenal dan selalu ada bintang tamu cantik,
atau  bahkan  ada  talent  dari  kalangan  bukan 
artis 
namun 
memiliki
keunikan yang dapat menarik audiens untuk menonton program tersebut.
Selain
itu
tim kreatif
juga
berusaha untuk
membuat pertanyaan-
pertanyaan yang menarik dan menampilkan satu segmen unik yaitu
“Bukan Berita” yang sekarang telah berganti menjadi “Skak Mat” dan
dibawakan oleh host yang menarik yaitu
Marcella
Lumowa
dengan
rekannya
Tukul
Arwana.
Perubahan
segmen
ini
pun
merupakan
salah
satu  strategi  tim  kreatif  Bukan  4  Mata  untuk  dapat  mempertahankan
rating dan share programnya.
2.7
Tahapan Produksi Program Televisi
Proses produksi suatu program acara terdiri atas tiga bagian utama, yaitu :
1.
Praproduksi (Perencanaan)
Tahapan ini meliputi 3 bagian, sebagai berikut: (Wibowo, 2007:
309) :
  
49
-
Penemuan Ide: Menemukan ide dan gagasan, membuat
riset
dan  
menulis  
naskah  
atau  
mengembangkan
gagasan menjadi naskah sebuah riset.
-
Planning   :     Perencanaan     mencakup     kegiatan
penentuan tujuan (objectives)
serta
mempersiapkan
rencana dan strategi yang digunakan untuk mencapai
tujuan
tersebut  
(Morissan,  
2008:  
130).  
Adanya
penetapan
jangka  
waktu  
kerja  
(time 
schedule),
menyempurnakan naskah, pemilihan artis, lokasi, dan
crew, estimasi biaya, dan rencana alokasi.
-
Persiapan  : 
Latihan 
para  artis, 
pembuatan 
setting,
meneliti dan melengkapi peralatan yang digunakan.
2.
Produksi (Peliputan)
Produksi adalah seluruh kegiatan liputan (shooting) baik di
studio,
maupun
di
lapangan
(outdoor). Proses liputan (shooting)
juga disebut taping.
Tahap ini mencoba mewujudkan apa yang telah
direncanakan dalam kertas dan tulisan (shooting script)
(Wibowo,
2007:40) .
3.
Paskaproduksi (Penyuntingan)
Paskaproduksi
adalah semua kegiatan
yang
dilakukan
setelah peliputan/shooting/tapping   sampai materi itu dinyatakan
  
50
selesai
dan siap disiarkan
atau diputar
kembali.
Hal-hal
yang
termasuk
dalam kegiatan
paskaproduksi
antara
lain:
evaluating
(evaluasi), editing (penyuntingan),
manipulating (pengisian
suara/dubbing), subtitle, title, ilustrasi, efek, dan lain-lain.
Program
“Bukan
Empat
Mata”
merupakan
program
stripping, maka ada shooting tapping maupun live. Sehingga pada
tahapan
pasca
produksinya,
jika
shooting
secara
tapping maka
terdapat proses editing,
namun
tim kreatif tidak ikut ambil
andil
dalam proses
editing,
tim kreatif
hanya
membantu
untuk
menyesuaikan sesuai dengan durasi yang telah ditentukan, karena
biasanya shooting tapping waktu yang digunakan lebih lama.
Sedangkan jika shooting live maka yang ada hanyalah rapat
evaluasi  program  dengan  seluruh  crew,  apa  yang  kurang  dan
harus diperbaiki pada shooting-shooting berikutnya.
2.8
Analisis SWOT
Analisis
SWOT
adalah
mengaji
sebuah
kekuatan,
kelemahan,
peluang
dan
ancaman
terhadap
organisasi, dalam hal
ini
adalah
stasiun televisi
(Yosal
Iriantara,  2005:  50).  Kekuatan  dan  kelemahan  itu  berada  pada  lingkungan
internal,  sedangkan  peluang  dan  ancaman  berasal  dari  lingkungan  eksternal.
Hasil dari analisis SWOT ini bisa memetakan posisi organisasi di antara
organisasi serupa atau dalam lingkungan organisasi secara keseluruhan. Analisis
SWOT
dilakukan
untuk
melihat
apa
dan
bagaimana
kekuatan
dan
kelemahan
yang dimiliki serta bagaimana peluang dan ancaman yang berasal dari luar.
Dalam
membuat rancangan program, terlebih dahulu tetapkanlah tujuan
  
51
yang hendak dicapai. Tujuan yang baik adalah tujuan yang bisa dicapai, realistis
dan terukur. Bila tujuan telah ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah
menetapkan siapa khalayak program tersebut. Langkah berikutnya menyusun
strategi yang dipergunakan untuk
menjangkau khalayak sasaran, guna
mewujudkan tujuan yang hendak dicapai dalam program.
Berikut adalah cara sederhana yang dapat dilakukan dalam
menerapkan
analisis SWOT adalah: (Suharyadi etal, 2007: 115)
a.
Melihat kekuatan (Strengths) sesuatu yang dimiliki pada stasiun
televisi dalam hal ini program acara tesebut.
b.
Melihat kelemahan ((Weaknesses)
segala sesuatu yang dimiliki
agar
stasiun
beserta
tim produksi
tidak
memaksakan
diri
melakukan 
usaha 
yang 
sebernarnya 
tidak 
dapat 
dilakukan
kerena kita memiliki kekurangan yang tertentu.
c.
Melihat peluang (Opportunities)
Adanya kesempatan yang dapat dimanfaatkan dan memberikan
keuntungan.
d.
Melihat ancaman (Threats) terhadap usaha-usaha yang beresiko
tinggi
melihat
siklus
yang
pendek dan
tidak
teratur.
Terlebih
pesaing-pesaing kita yang miliki kemampuan lebih dari kita.
  
52
2.9
Rating dan Share
Pada akhir tahun 1950-an. Perusahaan A.C.Nielsen
mendominasi
bisnis
rating televisi. Rating Nielsen nasional menggambarkan penonton ke pengiklan;
menurut
Nielsen,
pengiklan
membayar
untuk waktu komersial agar mencapai
jumlah penonton yang mereka inginkan.
Saat
ini
Nielsen
menyediakan
dua
set
angka,
yang
dikenal rating
dan
share. Rating adalah presentase
dari total jumlah rumah tangga yang memiliki
televisi. Sedangkan share berarti presentase penonton dengan TV set dihidupkan
yang mengawasi setiap program.
Saat ini, rating Nielsen bekerja pada dasarnya sama seperti yang mereka
lakukan  pada 
tahun1950-an, 
kecuali 
bahwa  Nielsen 
saat 
ini 
memberikan
informasi spesifik tentang demografi-usia, pekerjaan, dan pendapatan misalnya-
dan Nielsen dapat memberikan informasi harian rating untuk setiap klien yang
bersedia
membayar
untuk
itu.
Pengiklan
menggunakan
informasi
rating untuk
menargetkan
konsumen
yang
paling
memungkinkan. Kelemahan utama dalam
rating saat
ini dari pendapat
kritikus
adalah
cara religious
rating
diikuti
dan
digunakan oleh masyarkat untuk menentukan program siaran.
Rating
adalah
evaluasi
atau
penilaian
atas
sesuatu.
Rating
merupakan
data kepemirsaan televisi. Data merupakan hasil pengukuran secara kuantitatif.
Jadi rating bisa dikatakan sebagai rata-rata pemirsa pada suatu program tertentu
yang
dinyatakan
sebagai
persentase
dari kelompok
sampel
atau
potensi
total.
Pengertian yang lebih mudah, rating adalah jumlah orang yang menonton suatu
  
53
program  televisi 
terhadap  populasi 
televisi 
yang  di  persentasekan.  Apabila
dirumuskan menjadi:
Sedangkan share berarti presentase penonton dengan TV set dihidupkan
yang mengawasi setiap program.
Share Program (%) = Pemirsa Program TV X 100%
———————–
Jumlah total penonton
Data kepemirsaan TV
itu dihasilkan berdasarkan survei kepemirsaan TV
(TV
Audience
Measurement/
TAM).
Di
Indonesia
survei
kepemirsaan
televisi
kini diselenggarakan oleh
AGB Nielsen Media Research
(AGB NMR).
Sebenarnya ada perusahaan lain yang bergerak dibidang yang sama, tetapi para
stakeholders dari
data
kepemirsaan
TV
itu,
seperti
pengelola
stasiun
televisi,
pengiklan,
media,
dan
lainnya
yang
berlangganan rating
tersebut,
lebih
mempercayakan terhadap hasil data kuantitatif yang dihasilkan oleh AGB NMR.
AGB NMR merupakan perusahaan survei kepemirsaan TV terbesar di dunia.
Dalam tugasnya,
AGB
NMR
mengacu
pada
pandangan
global
”Global
Guidelines 
for 
TV 
Audience 
Measurement 
(GGTAM)” 
yang 
dibuat 
oleh
Audience Research Method (ARM) Group.
Pengoperasian 
dan 
prosedur 
standar 
survei 
kepemirsaan 
TV 
yang
mengacu
pada
GGTAM
harus
melalui
tujuh
proses
pokok.
Ke
tujuh proses
tersebut adalah:
  
54
1. TV Establishment Survey,
2. Pemilihan Panel,
3. Metering Equipment (TVM-5): pemasangan di rumah tangga panel,
4. Pengumpulan Data (On-line Polling),
5. The Production (Pollux System),
6. TV Monitoring,
7. Pengiriman Data (via Arianna).
Pra-survei  dilakukan 
untuk 
menjaring  calon  panel.  Survei  awal 
ini
disebut TV
Establishment
Survey. TV
Establishment
Survey dilakukan
di
kota-
kota yang menjadi cakupan survei kepemirsaan
TV
AGB
NMR. Di
Indonesia
dilakukan 
di 
10 
kota 
besar. 
Yaitu, 
Jakarta, 
Surabaya,  Medan, 
Semarang,
Bandung, Makassar, Yogyakarta, Palembang, dan Banjarmasin. Tahap ini
dilakukan untuk menentukan besaran populasi individu yang mempunyai televisi
di rumah tangganya sebagai jumlah pemirsa potensial suatu kota. Selain itu, TV
Establishment
Survey juga
memberikan
informasi
karakteristik
demografi
individu di rumah tangga tersebut (seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, dsb),
serta karakteristik rumah tangga (seperti
informasi pengeluaran rumah tangga,
kepemilikan barang, kondisi rumah, dsb; yang akan menentukan kategori kelas
sosial ekonomi rumah tangga tersebut).
  
55
Cara yang dilakukan adalah AGB NMR yang telah mempunyai referensi
setiap Rukun Tetangga (RT). RT tersebut dipilih secara random untuk di survei.
Misalnya,  dipilih  500  RT  untuk  disurvei,  kemudian  AGB  NMR  mengirim
petugas  lapangannya  untuk  memetakan  500  RT  tersebut.  Per  RT  dipilih  50
rumah. Kalau
misalnya di suatu RT kurang dari
50
rumah,
maka perhitungan
dilanjutkan ke RT berikutnya. Tetapi, apabila RT tersebut memiliki lebih dari 50
rumah,
maka survei
dihentikan
di
rumah ke-50. 50
rumah dalam satu
RT
itu
disebut Primary Sampling Unit (PSU). Selanjutnya, pada masing-masing PSU
didata
demografinya.
Hasil
pendataan
tersebut dikompilasi, dan dipilih secara
acak rumah tangga untuk dijadikan panel dengan mempertimbangkan proporsi
umur,
jenis kelamin, serta kelas
sosial ekonomi
dalam sebuah populasi televisi
(People Using Television/ PUT). Lalu diperolehlah rumah tangga yang cocok
dijadikan panel (responden).
Setelah calon
panel
terpilih,
petugas
lapangan
AGB
NMR
kemudian
mengajukan permohonan untuk menjadikan sebuah rumah tangga sebagai panel.
Apabila rumah tangga tersebut menyetujui, maka petugas AGB NMR akan
memasang peoplemeter (metering equipment) TVM-5. Peoplemeter TVM-5 yang
dipasang di setiap TV dilengkapi dengan handset remote control, base unit,
display unit, dan transmission unit. Handset remote control mirip dengan remote
control biasa,
bedanya
di
handset
ini
tertera
angka
yang disesuaikan dengan
anggota
keluarga. Misalnya,
angka
1
= ayah, angka
2
=
ibu, angka
3
=
anak
pertama, angka 4 = anak kedua. Khusus untuk pembantu ada tombol tersendiri,
supaya  mereka  tidak  memencet  tombol  anggota  rumah  tangga.  Tetapi  data
  
56
kepemirsaan pembantu tidak akan diproses karena mereka bukan anggota tetap
rumah tangga tersebut. Semua anggota rumah tangga harus menekan tombol, jika
mereka akan menonton TV, begitu juga kalau
mereka
sudah selesai
menonton
TV. Di Indonesia, sebuah keluarga hanya bisa menjadi panel selama 2 tahun saja.
Walaupun terkadang dalam prakteknya ada juga yang sudah lebih dari 2 tahun
Data
yang
terekam oleh
peoplemeter
TVM-5
ini
kemudian
diambil.
Pengambilan data di Indonesia dilakukan
melalui dua sistem,
yaitu on-line dan
off-line. Pada system on-line, data diambil setiap
hari antara jam 2 pagi sampai
jam 6 pagi
melalui sistem
transmisi data dengan
menggunakan jaringan telepon
seluler (GSM) yang diset secara otomatis dan dihubungkan dengan system
pengolahan
data
AGB
NMR
di
Jakarta.
Sedangkan untuk system
off-line, data
direkam ke
dalam sebuah
modul, dan dilakukan pengambilan setiap
seminggu
sekali oleh petugas lapangan AGB NMR.
Modul
ini
kemudian
dihubungkan
dengan pembaca modul di kantor AGB NMR. Proses ini dilakukan setiap hari
minggu.
Data yang telah dikumpulkan, kemudian diproses dan diproduksi oleh
system Pollux yang berada di server AGB NMR di Jakarta dan juga terkoneksi ke
kantor
pusat
di
Switzerland
dengan
back-up support
di
Kuala
Lumpur. Pollux
adalah sistem produksi dan penerimaan data kepemirsaan televisi yang lengkap
dan
terintegrasi
yang
mengkombinasikan standar internasional dengan
transparansi,
dalam arti
pelaporan
yang
luas
dan
fleksibel
pada
semua
fase
produksi datanya. Kemudian data kepemirsaan yang telah diproduksi oleh Pollux
menjadi
sebuah
database
yang berisi
konsumsi
televisi
menit per
menit
yang
  
57
mewakili
populasi. Database ini
kemudian
digabung
dengan
data
monitoring
program dan
iklan
televisi
yang diproduksi
oleh sistem monitoring
TV
Events
untuk database di dalam perangkat lunak analisis TV Arianna.
Software
Arianna menampilkan
data
kepemirsaan
TV
dalam
beberapa
bentuk
modul. Modul Daily Grid,
memetakan
program, penjadwalan
program,
atau kompetisis antar stasiun TV yang dilengkapi dengan data rating dan share
pada
masing-masing
program dan paruh
waktu.
Modul
Telegrid,
menampilkan
jadwal  siaran  dari  stasiun  TV  tertentu  pada  periode  waktu  tertentu.  Modul
loyalty, merupakan analisis perilaku pemirsa
yang
memperlihatkan kesetiaannya
terhadap
program dan
stasiun
TV
tertentu
berdasarkan
durasi
menontonnya.
Modul Foresting, Planning, dan Optimizing (FPO), modul ini digunakan untuk
pengiklan.
Jadi
data
kepemirsaan
TV
yang
mengukur persentase pemirsa televisi
mempunyai
kekuatan
yang
sangat
besar.
Jika
pemirsa
suatu
program banyak,
maka rating TV akan naik, pengiklan yang akan mengiklankan produknya juga
akan
tertarik
memasang
iklan
di
program tersebut.
Sehingga
mempengaruhi
pendapatan finansial stasiun TV tersebut. Oleh karena itu, data kepemirsaan TV
atau
rating TV
berpengaruh
terhadap
penayangan
suatu
program TV.
Bisa
diistilahkan bahwa rating TV adalah ”Tuhan” bagi para pengelola stasiun TV.