BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Teori-Teori atau Dasar-Dasar Umum
Pada
teori
dasar
atau
umum
ini,
peneliti
akan
membahas
mengenai
kerangka
teori - teori yang berhubungan dengan topik skripsi yaitu content analysisprogram siaran
televisi / radio. Jadi
membahas mengenai teori atau hal
hal yang berkaitan atau
berhubungan dengan topik tersebut secara detail dan juga memaparkan teori dari para
narasumber ataupun sumber sumber yang berkaitan dengan penelitian tersebut.
2.1.1
Teori Komunikasi
Pengertian Komunikasi
Pengertian komunikasi sudah banyak didefinisikan oleh banyak orang,
jumlahnya sebanyak orang yang mendifinisikannya. Dari banyak pengertian
tersebut jika dianalisis
pada
prinsipnya
dapat disimpulkan
bahwa
komunikasi
mengacu
pada tindakan, oleh satu
orang
atau
lebih,
yang
mengirim dan
menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu
konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk
melakukan umpan balik.
Gambar berikut menggambarkan apa yang dapat kita namakan model
universal komunikasi. Ini mengandung elemen-elemen yang ada dalam setiap
tindak
komunikasi,
terlepas
dari apakah
itu
bersifat
intrapribadi, antarpribadi,
kelompok kecil, pidato terbuka, atau komunikasi massa.
9
|
![]() 10
Gambar 2.1
Komponen Komunikasi
a.
Lingkungan komunikasi
Lingkungan (konteks) komunikasi setidak-tidaknya memiliki tiga
dimensi:
1. Fisik, adalah ruang dimana komunikasi berlangsung yang
nyata atau berwujud.
2.
Sosial-psikoilogis,meliputi,
misalnya tata hubungan status di
antara mereka yang terlibat, peran yang dijalankan orang,
serta
aturan
budaya
masyarakat
di mana mereka
berkomunikasi.
Lingkungan
atau konteks
ini
juga
mencakup
|
11
rasa
persahabatan
atau
permusuhan,
formalitas
atau
informalitas, serius atau senda gurau,
3. Temporal (waktu), mencakup waktu dalam hitungan jam,
hari, atau sejarah dimana komunikasi berlangsung.
Ketiga dimensi lingkungan ini saling berinteraksi; masing-masing
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain. Sebagai
contoh,
terlambat
memenuhi
janji
dengan seseorang
(dimensi temporal),
dapat
mengakibatkan
berubahnya suasana
persahabatan-
permusuhan (dimensi sosial-psikologis), yang kemudian
dapat
menyebabkan perubahan kedekatan
fisik
dan
pemilihan
rumah
makan untuk makan malam (dimensi fisik). Perubahan-perubahan
tersebut dapat
menimbulkan banyak perubahan lain. Proses
komunikasi tidak pernah statis.
b.
Sumber-Penerima
Kita
menggunakan istilah sumber-penerima sebagai satu kesatuan
yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang
terlibat
dalam komunikasi
adalah
sumber
(atau
pembicara)
sekaligus penerima (atau pendengar).
Anda
mengirimkan pesan
ketika anda berbicara, menulis, atau memberikan isyarat tubuh.
Anda
menerima pesan dengan
mendengarkan,
membaca,
membaui, dan sebagainya.
Tetapi,
ketika
anda
mengirimkan pesan,
anda
juga
menerima
pesan.
Anda
menerima
pesan
anda
sendiri (anda
mendengar diri
sendiri, merasakan gerakan anda sendiri, dan melihat banyak
|
12
isyarat
tubuh anda sendiri) dan
anda
menerima pesan dari orang
lain (secara visual,
melalui pendengaran,
atau
bahkan
melalui
rabaan dan penciuman). Ketika anda berbicara dengan orang lain,
anda
memandangnya untuk
mendapatkan
tanggapan
(untuk
mendapatkan dukungan, pengertian, simpati,
persetujuan, dan
sebagainya). Ketika anda menyerap isyarat-isyarat non-verbal ini,
anda menjalankan fungsi penerima.
c.
Enkoding-Dekoding
Dalam ilmu
komunikasi
kita
menamai
tindakan
menghasilkan
pesan (misalnya, berbicara
atau
menulis)
sebagai
enkoding
(encoding). Dengan
menuangkan gagasan-gagasan kita ke dalam
gelombang suara atau ke atas
selembar kertas, kita menjelmakan
gagasan-gagasan
tadi
ke dalam
kode
tertentu.
Jadi,
kita
melakukan enkoding.
Kita
menamai tindakan
menerima pesan (misalnya,
mendengarkan atau membaca)
sebagai dekoding
(decoding).
Dengan
menerjemahkan
gelombang suara atau
kata-kata di atas
kertas
menjadi gagasan, anda
menguraikan kode tadi. Jadi, anda
melakukan dekoding.
Oleh karenanya kita menamai
pembicara atau penulis sebagai
enkoder(encoder), dan pendengar atau pembaca sebagai
dekoder(decoder).
Seperti
halnya sumber-penerima,
kita
menuliskan
enkoding-dekoding
sebagai satu kesatuan yang tak
terpisahkan
untuk
menegaskan bahwa anda
menjalankan
fungsi-
|
13
fungsi ini secara simultan. Ketika anda berbicara (enkoding), anda
juga menyerap tanggapan dari pendengar (dekoding).
d.
Kompetensi Komunikasi
Kompetensi
komunikasi
mengacu pada kemampuan
anda
untuk
berkomunikasi
secara
efektif (Spitzberg dan
Cupach,
1989).
Kompetensi ini
mencakup hal-hal seperti pengetahuan
tentang
peran lingkungan (konteks) dalam mempengaruhi kandungan
(content)
dan
bentuk
pesan
komunikasi
(misalnya, pengetahuan
bahwa
suatu
topik
mungkin
layak dikomunikasikan kepada
pendengar
tertentu di
lingkungan
tertentu,
tetapi
mungkin
tidak
layak
bagi
pendengar
dan
lingkungan
yang lain).
Pengetabuan
tentang tatacara perilaku nonverbal (misalnya kepatutan sentuhan,
suara yang keras, serta
kedekatan
fisik) juga
merupakan
bagian
dari kompetensi komunikasi.
Dengan
meningkatkan
kompetensi
anda, anda akan
mempunyai
banyak pilihan berperilaku. Makin banyak anda tahu
tentang
komunikasi
(artinya,
makin
tinggi kompetensi anda),
makin
banyak pilihan, yang anda punyai
untuk
melakukan komunikasi
sehari-hari.
Proses ini serupa
dengan
proses
mempelajari
perbendaharaan kata: Makin banyak kata anda
ketahui (artinya,
makin
tinggi
kompetensi
perbendaharaan
kata
anda),
makin
banyak cara yang anda miliki untuk mengungkapkan diri.
|
14
e.
Pesan
Pesan komunikasi dapat
mempunyai banyak bentuk. Kita
mengirimkan
dan
menerima
pesan ini
melalui
salah
satu
atau
kombinasi
tertentu dari panca
indra kita. Walaupun biasanya kita
menganggap
pesan
selalu
dalam
bentuk
verbal (lisan
atau
tertulis),
ini
bukanlah
satu-satunya jenis
pesan.
Kita
juga
berkomunikasi
secara
nonverbal
(tanpa kata). Sebagai
contoh,
busana yang kita kenakan,
seperti juga cara kita berjalan,
berjabatan
tangan,
menggelengkan kepala,
menyisir rambut,
duduk, dan. tersenyum. Pendeknya, segala hal yang kita
ungkapkan dalam melakukan komunikasi.
f.
Saluran
Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan. Jarang
sekali
komunikasi berlangsung
melalui
hanya
satu
saluran,
kita
menggunakan dua, tiga, atau empat
saluran
yang berbeda
secara
simultan.
Sebagai
contoh,
dalam interaksi
tatap
muka
kita
berbicara dan
mendengarkan (saluran
suara),
tetapi
kita juga
memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat ini secara visual
(saluran visual). Kita juga memancarkan dan mencium bau-
bauan (saluran
olfaktori). Seringkali kita saling
menyentuh, ini
pun komunikasi (saluran taktil).
g.
Umpan Balik
Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan balik ke
sumbernya. Umpan balik dapat berasal dari anda sendiri atau dari
|
15
orang lain. Dalam diagram universal komunikasi tanda panah dari
satu sumber-penerima ke sumber-penerima yang lain dalam kedua
arah adalah umpan balik. Bila anda menyampaikan pesan
misalnya, dengan cara berbicara kepada orang lain anda juga
mendengar diri anda sendiri. Artinya, anda menerima umpan balik
dari pesan anda sendiri. Anda mendengar apa yang anda katakan,
anda merasakan gerakan anda, anda melihat apa yang anda tulis.
Selain umpan balik sendiri
ini, anda menerima umpan balik dari
orang lain. Umpan balik ini dapat datang dalam berbagai bentuk:
Kerutan dahi atau senyuman, anggukan atau gelengan kepala,
tepukan di bahu atau tamparan di pipi, semuanya adalah bentuk
umpan balik.
h.
Gangguan
Gangguan
(noise)
adalah
gangguan
dalam komunikasi yang
mendistorsi pesan. Gangguan
menghalangi penerima
dalam
menerima pesan
dan
sumber
dalam mengirimkan
pesan.
Gangguan dikatakan ada dalam suatu sistem komunikasi bila ini
membuat
pesan
yang
disampaikan
berbeda dengan
pesan
yang
diterima.
Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik
(ada orang lain
berbicara), psikologis
(pemikiran yang sudah ada di kepala kita),
atau semantik
(salah
mengartikan
makna).
Tabel
dibawah
menyajikan ketiga macam gangguan ini secara lebih rinci.
|
![]() 16
Tabel 2.1
Macam
Definsi
Contoh
Fisik
Interferensi dengan
transmisi fisik isyarat
atau pesan lain
Desingan mobil yang lewat,
dengungan komputer, kacamata
Psikologis
Interferensi kognitif
atau mental
Prasangka dan bias pada sumber-
penerima, pikiran yang sempit
Semantik
Pembicaraan dan
pendengar memberi arti
yang berlainan
Orang berbicara dengan bahasa yang
berbeda, menggunakan jargon atau
istilah yang terlalu rumit yang tidak
dipahami pendengar
Gangguan
dalam komunikasi
tidak
terhindarkan.
Semua
komunikasi mengandung
gangguan, dan
walaupun kita
tidak
dapat
meniadakannya samasekali,
kita
dapat
mengurangi
gangguan
dan
dampaknya.
Menggunakan
bahasa
yang
lebih
akurat,
mempelajari keterampilan mengirim dan menerima pesan
nonverbal, serta
meningkatkan keterampilan
mendengarkan
dan
menerima serta
mengirimkan
umpan
balik
adalah
beberapa cara
untuk menanggulangi gangguan.
|
17
i.
Efek Komunikasi
Komunikasi
selalu
mempunyai efek atau
dampak
atas
satu atau
lebih
orang
yang
terlibat dalam tindak
komunikasi. Pada
setiap
tindak komunikasi selalu ada konsekuensi. Sebagai contoh, anda
mungkin memperoleh pengetahuan atau belajar bagaimana
menganalisis,
melakukan sintesis, atau
mengevaluasi sesuatu; ini
adalah efek atau dampak intelektual
atau kognitif. Kedua, anda
mungkin
memperoleh
sikap
baru atau mengubah sikap,
keyakinan, emosi, dan perasaan anda; ini adalah dampak afektif.
Ketiga,
anda
mungkin
memperoleh cara-cara
atau
gerakan
baru
seperti cara melemparkan bola atau
melukis,
selain juga perilaku
verbal dan noverbal yang patut; ini adalah
dampak
atau
efek
psikomotorik.
j.
Etik dan Kebebasan Memilih
Karena
komunikasi
mempunyai dampak,
maka
ada
masalah
etik
di sini. Karena komunikasi
mengandung konsekuensi,
maka
ada
aspek
benar-salah
dalam
setiap
tindak
komunikasi. Tidak
seperti
prinsip-prinsip
komunikasi yang
efektif,
prinsip-prinsip
komunikasi yang etis sulit dirumuskan.
Seringkali
kita dapat
mengamati
dampak
komunikasi,
dan
berdasarkan
pengamatan
ini, merumuskan prinsip-prinsip
komunikasi yang efektif. Tetapi, kita tidak dapat
mengamati
kebenaran atau ketidakbenaran suatu tindak komunikasi.
|
18
Dimensi
etik
dari
komunikasi
makin
rumit
karena etik
begitu
terkaitnya dengan falsafah hidup pribadi seseorang sehingga sukar
untuk
menyarankan
pedoman
yang berlaku
bagi
setiap
orang.
Meskipun sukar, pertimbangan etik tetaplah merupakan
bagian
integral
dalam setiap
tindak
komunikasi.
Keputusan
yang
kita
ambil
dalam hal komunikasi haruslah dipedomani oleh apa
yang
kita anggap benar di samping juga oleh apa
yang kita anggap
efektif.
Apakah komunikasi
itu etis atau
tidak etis, landasannya adalah
gagasan kebebasan
memilih serta asumsi bahwa setiap orang
mempunyai hak untuk
menentukan pilihannya sendiri.
Komunikasi
dikatakan
etis
bila
menjamin kebebasan
memilih
seseorang dengan
memberikan kepada
orang
tersebut
dasar
pemilihan yang akurat.
Komunikasi
dikatakan
tidak
etis
bila
mengganggu kebebasan memilih seseorang dengan
menghalangi
orang tersebut untuk
mendapatkan informasi yang relevan dalam
menentukan pilihan. Oleh karenanya, komunikasi yang tidak etis
adalah komunikasi yang memaksa
seseorang
(1)
mengambil
pilihan
yang
secara
normal
tidak
akan dipilihnya atau
(2)
tidak
mengambil
pilihan
yang
secara normal akan
dipilihnya.
Sebagai
contoh, seorang pejabat rekruting perusahaan
mungkin saja
membesar-besarkan manfaat bekerja di Perusahaan X dan dengan
demikian mendorong anda untuk menentukan pilihan yang secara
|
19
normal
tidak
akan
anda ambil
(jika saja anda mengetahui
fakta-
fakta sebenarnya).
Dalam etik
yang
didasarkan
atas
kebebasan
memilih
ini,
ada
beberapa persyaratan. Kita mengasumsikan bahwa orang-orang
ini
sudah
cukup
umur
dan
berada
dalam kondisi
mental
yang
memungkinkan
mereka
melaksanakan pilihan secara bebas.
Selanjutnya,
kita
mengasumsikan
bahwa
kebebasan
memilih
dalam situasi mereka tidak akan menghalangi kebebasan memilih
orang lain. Sebagai contoh, anak-anak berusia 5 atau 6 tahun tidak
akan
siap
untuk
menentukan pilihan
sendiri
(memilih
menu
mereka
sendiri,
memilih
waktu
untuk tidur,
memilih
jenis obat),
sehingga harus ada orang
lain
yang
melakukannya untuk
mereka.
Begitu juga,
seseorang
yang
menderita
keterbelakangan
mental
membutuhkan orang lain untuk
mengambilkan keputusan tertentu
bagi mereka.
Di samping itu, situasi lingkungan kehidupan seseorang
dapat
membatasi
kebebasan
memilih
ini.
Sebagai
contoh,
anggota
tentara seringkali
harus
melepaskan kebebasan
memilih
dan
makan
nasi bungkus, bukan roti keju,
mengenakan
seragam
militer, bukan jins, lari pagi, bukan tidur. Dengan menjadi tentara,
seseorang setidak-tidaknya harus melepaskan sebagian hak
mereka untuk menentukan pilihan sendiri. Akhirnya, kebebasan
memilih yang kita miliki tidak boleh menghalangi orang lain
untuk menentukan pilihan mereka sendiri.
|
20
Kita tidak bisa
membiarkan seorang pencuri
memiliki kebebasan
untuk
mencuri, karena
dengan
memberikan kebebasan
ini
kita
menghalangi korban pencurian
untuk
menikmati
kebebasan
memilih
merekahak
untuk
memiliki barang dan hak untuk
merasa aman dalam rumah mereka.
Tujuan Komunikasi
Ada empat
tujuan
atau
motif komunikasi yang perlu dikemukakan di
sini. Motif
atau
tujuan
ini
tidak perlu dikemukakan
secara
sadar,
juga
tidak perlu mereka yang terlibat menyepakati tujuan komunikasi mereka.
Tujuan
dapat
disadari
ataupun tidak,
dapat
dikenali
ataupun
tidak.
Selanjutnya, meskipun. teknologi komunikasi berubah dengan cepat dan
drastis (kita mengirimkan surat elektronika,
bekerja
dengan
komputer,
misalnya) tujuan komunikasi pada dasarnya tetap sama, bagaimanapun
hebatnya
revolusi
elektronika
dan
revolusi-revolusi
lain
yang
akan
datang. (Arnold dan Bowers, 1984; Naisbit.1984).
a.
Menemukan Salah satu tujuan utama komunikasi menyangkut
penemuan diri (personal discovery) Bila anda berkomunikasi
dengan orang lain, anda belajar mengenai diri sendiri selain
juga
tentang orang lain. Kenyataannya,
persepsi-diri anda sebagian
besar dihasilkan dari apa yang telah anda pelajari tentang diri
sendiri dari orang lain selama komunikasi, khususnya dalam
perjumpaan-perjumpaan antarpribadi.
Dengan berbicara
tentang diri kita sendiri dengan orang
lain kita
memperoleh
umpan balik yang berharga mengenai perasaan,
|
21
pemikiran,
dan
perilaku
kita.
Dari perjumpaan
seperti
ini
kita
menyadari, misalnya bahwa perasaan kita ternyata tidak jauh
berbeda
dengan
perasaan
orang lain. Pengukuhan positif ini
membantu kita merasa "normal."
Cara lain di mana kita melakukan penemuan diri adalah melalui
proses perbandingan sosial, melalui perbandingan kemampuan,
prestasi,
sikap, pendapat,
nilai, dan kegagalan kita dengan orang
lain. Artinya, kita mengevaluasi diri sendiri sebagian besar dengan
cara membanding diri kita dengan orang lain.
Dengan
berkomunikasi
kita
dapat
memahami
secara
lebih
baik
diri kita sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Tetapi,
komunikasi
juga
memungkinkan kita untuk menemukan dunia
luardunia yang dipenuhi objek, peristiwa, dan manusia lain.
Sekarang
ini, kita
mengandalkan beragam
media komunikasi
untuk mendapatkan informasi tentang hiburan, olahraga, perang,
pembangunan ekonomi, masalah kesehatan dan gizi, serta produk-
produk baru yang dapat dibeli. Banyak yang kita peroleh dari
media ini berinteraksi dengan
yang kita peroleh dari interaksi
antarpribadi kita. Kita mendapatkan banyak informasi dari media,
mendiskusikannya dengan orang lain, dan akhirnya mempelajari
atau menyerap bahan-bahan tadi sebagai hasil interaksi kedua
sumber ini.
b.
Untuk berhubungan
Salah
satu
motivasi
kita
yang
paling
kuat
adalah
berhubungan
|
22
dengan orang lain (membina dan memelihara hubungan dengan
orang lain). Kita ingin merasa dicintai dan disukai, dan kemudian
kita juga ingin mencintai dan menyukai orang lain. Kita
menghabiskan banyak waktu dan energi
komunikasi
kita
untuk
membina dan memelihara hubungan sosial. Anda berkomunikasi
dengan teman dekat di sekolah, di kantor, dan barangkali melalui
telepon.
Anda
berbincang-bincang dengan orangtua, anak-anak,
dan saudara anda. Anda berinteraksi dengan mitra kerja.
c.
Untuk meyakinkan
Media masa ada sebagian besar untukmeyakinkan kita agar
mengubah sikap dan perilaku kita. Media dapat hidup karena
adanya
dana
dari
iklan,
yang diarahkan
untuk
mendorong
kita
membeli berbagai produk. Sekarang ini mungkin anda lebih
banyak bertindak sebagai konsumen ketimbang sebagai
penyampai pesan melalui media, tetapi tidak lama lagi barangkali
anda-lah yang akan merancang pesan-pesan itubekerja di suatu
surat kabar, menjadi editor sebuah majalah, atau bekerja pada biro
iklan, pemancar televisi, atau berbagai bidang lain yang berkaitan
dengan komunikasi. Tetapi, kita juga menghabiskan banyak waktu
untuk melakukan persuasi antarpribadi, baik sebagai sumber
maupun sebagai penerima. Dalam perjumpaan antarpribadi sehari-
hari kita berusaha mengubah sikap dan perilaku orang lain. Kita
berusaha mengajak mereka melakukan sesuatu, mencoba cara diit
yan baru, membeli produk tertentu, menonton film, membaca
|
23
buku,
rnengambil
mata
kuliah
tertentu,
meyakini bahwa sesuatu
itu salah atau benar, menyetujui atau mengecam gagasan tertentu,
dan sebagainya. Daftar ini bisa sangat panjang. Memang, sedikit
saja dari komunikasi antarpribadi kita yang tidak berupaya
mengubah sikap atau perilaku.
d.
Untuk bermain
Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk
bermain dan menghibur diri. Kita mendengarkan pelawak,
pembicaraan,
musik,
dan
film sebagian
besar
untuk
hiburan.
Demikian pula banyak dari perilaku komunikasi kita dirancang
untuk menghibur orang lain (menceritakan lelucon mengutarakan
sesuatu
yang
baru,
dan
mengaitkan cerita-cerita yang menarik).
Adakalanya hiburan ini merupakan tujuan akhir, tetapi adakalanya
ini merupakan cara untuk mengikat perhatian orang Iain sehingga
kita dapat mencapai tujuan-tujuan lain.
Tentu saja, tujuan komunikasi bukan hanya ini; masih banyak
tujuan komunikasi yang lain. Tetapi keempat tujuan yang
disebutkan di atas tampaknya
merupakan tujuan-tujuan yang
utama. Selanjutnya tidak ada tindak komunikasi yang didorong
hanya oleh satu faktor; sebab tunggal tampaknya tidak ada dunia
ini. Oleh karenanya, setiap komunikasi barangkali didorong oleh
kombinasi beberapa tujuan bukan hanya satu tujuan.
|
24
Proses Komunikasi
1.
Pengirim pesan (sender) dan isi pesan/materi
Pengirim pesan
adalah
orang
yang
mempunyai
ide
untuk
disampaikan kepada seseorang dengan harapan dapat dipahami
oleh orang yang menerima pesan sesuai dengan yang
dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan
atau diekspresikan oleh pengirim pesan. Pesan
dapat
verbal atau
non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir secara baik dan
jelas.
Materi pesan dapat berupa :
a.
Informasi
b.
Ajakan
c. Rencana kerja
d. Pertanyaan dan sebagain
2.
Simbol/ isyarat
Pada
tahap
ini
pengirim
pesan
membuat
kode
atau
simbol
sehingga pesannya dapat dipahami
oleh orang lain. Biasanya
seorang
manajer
menyampaikan
pesan
dalam bentuk
kata-kata,
gerakan anggota badan, (tangan, kepala,
mata dan bagian
muka
lainnya). Tujuan penyampaian pesan adalah untuk mengajak,
membujuk,
mengubah
sikap,
perilaku atau menunjukkan arah
tertentu.
|
25
3.
Media/penghubung
Adalah alat untuk penyampaian pesan seperti ; TV, radio surat
kabar, papan pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media
ini dapat dipengaruhi oleh isi pesan yang akan disampaikan,
jumlah penerima pesan, situasi dsb.
4.
Mengartikan kode/isyarat
Setelah pesan
diterima
melalui
indera
(telinga,
mata
dan
seterusnya) maka
si penerima pesan harus dapat mengartikan
simbul/kode dari pesan tersebut, sehingga dapat dimengerti
dipahaminya.
5.
Penerima pesan
Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan dari
sipengirim meskipun dalam bentuk code/isyarat tanpa mengurangi
arti pesan yang dimaksud oleh pengirim
6.
Balikan (feedback)
Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari
penerima
pesan
dalam bentuk
verbal
maupun
nonverbal.
Tanpa
balikan seorang pengirim pesan tidak akan tahu dampak pesannya
terhadap si penerima
pesan. Hal ini
penting
bagi
manajer
atau
pengirim pesan
untuk
mengetahui apakah
pesan
sudah
diterima
dengan pemahaman yang benar dan tepat. Balikan dapat
disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan
penerima pesan. Balikan yang disampaikan oleh penerima pesan
pada umumnya
merupakan
balikan
langsung
yang
mengandung
|
26
pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus
merupakan apakah
pesan itu akan dilaksanakan atau tidak
Balikan yang diberikan oleh orang lain didapat dari pengamatan
pemberi
balikan
terhadap
perilaku
maupun
ucapan
penerima
pesan. Pemberi balikan menggambarkan perilaku penerima pesan
sebagai reaksi dari pesan yang diterimanya. Balikan bermanfaat
untuk memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan
pertimbangan dan membantu untuk menumbuhkan kepercayaan
serta keterbukaan diantara komunikan, juga balikan dapat
memperjelas persepsi.
Jenis Jenis Komunikasi
Jenis jenis komunikasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu komunikasi verbal
dan non verbal.
1.
KomunikasiVerbal adalah komunikasi yang pesannya disampaikan
melalui kata-kata. Dan kata tersebut disampikan secara jelas, singkat,
tepat waktu, sesuai dengan pembendaharaan kata kata.
2. KomunikasiNon
Verbal
adalah
komunikasi
yang
dimana
penyampaian pesannya tanpa
melalui
kata-kata,
jadi
komunikasi ini
dilakukan melalui
gerak atau bahasa tubuh. Seperti contoh
:
ekspresi
wajah, kontak mata, sentuhan, postur tubuh atau
gaya berjalan, suara
dan gerak isyarat.
|
27
2.1.2
Komunikasi Massa
Pengertian Komunikasi Massa
Komunikasi
massa
berasal
dari istilah bahasa Inggris,
mass
communication, sebagai kependekan dari
mass
media
communication.
Artinya,
komunikasi
yang
menggunakan media
massa
atau komunikasi
yang
mass
mediated.
Istilah mass communication atau communications
diartikan sebagai salurannya, yaitu media massa (mass media) sebagai
kependekan dari
media of mass communication. Massa mengandung
pengertian
orang
banyak,
mereka
tidak
harus
berada
di
lokasi
tertentu
yang sama, mereka dapat tersebar atau terpencar di berbagai lokasi, yang
dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan dapat memperoleh
pesan-pesan komunikasi yang sama.
Menurut Effendi, menjawab ciri ciri komunikasi massa sebagai berikut:
a. Komunikasi massa berlangsung satu arah
Ini
berarti
bahwa
tidak
terdapat
arus
balik
dari komunikan
kepada
komunikator.
b. Komunikator pada komunikasi massa melembaga
Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga,
yakni suatu institusi atau organisasi. Sebagai konsekuensi dari sifat
komunikator
yang
melembaga
itu,
peranannya
dalam proses
komunikasi ditunjang oleh orang
orang lain. Kemunculan dalam
media komunikasi tidak sendirian, tetapi bersama orang lain.
c. Pesan pada komunikasi bersifat umum
Pesan
yang disebarkan
melalui media
massa bersifat
umum (public)
|
28
karena
ditujukan
kepada
umum
dan
mengenai
kepentingan
umum.
Jadi tidak dipertunjukkan kepada perseorangan atau kepada
sekelompok orang tertentu.
d. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan
Ciri lain dari komunikasi
massa adalah kemampuannya untuk
menimbulkan
keserempakan
(simultaneity)
pada
pihak
khalayak
dalam
menerima
pesan
pesan yang disebarkan. Hal ini yang
merupakan
ciri
hakiki dibandingkan
dengan
media
komunikasi
lainnya.
e. Komunikan komunikasi bersifat heterogen
Komunikasi atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota
masyarakat
yang
terlibat
dalam proses
komunikasi
massa
sebagai
sasaran yanag dituju komunikator bersifat heterogen. Dalam
keberadaannya yang terpencar
pencar
dimana
satu
sama
lainnya
tidak
saling
mengenal dan tidak
memiliki kontak pribadi, masing
masing berbeda dalam berbagai hal: jenis, usia, agama dan
sebagainya.
2.1.3
Media Massa
Pengertian Media Massa
-
Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian
pesan-pesan
dari
sumber
kepada khalayak (menerima) dengan
menggunakan
alat-alat
komunikasi mekanis
seperti
surat
kabar,
film, radio, TV (Cangara, 2002).
|
29
-
Media massa adalah
faktor lingkungan
yang
mengubah perilaku
khalayak melalui proses pelaziman klasik, pelaziman operan atau
proses
imitasi (belajar sosial). Dua fungsi dari
media
massa
adalah media massa memenuhi kebutuhan akan fantasi dan
informasi (Rakhmat, 2001).
Karakteristik Media Massa
1. Publisitas,
yakni disebarluaskan kepada publik, khalayak, atau orang
banyak.
2.
Universalitas, pesannya bersifat umum, tentang segala aspek
kehidupan dan semua peristiwa di berbagai tempat, juga menyangkut
kepentingan umum karena sasaran dan pendengarnya orang banyak
(masyarakat umum).
3. Periodisitas, tetap atau berkala, misalnya harian atau
mingguan, atau
siaran sekian jam per hari.
4.
Kontinuitas, berkesinambungan atau terus-menerus sesuai dengan
priode mengudara atau jadwal terbit.
5. Aktualitas, berisi hal-hal baru, seperti informasi atau laporan
peristiwa terbaru, tips baru, dan sebagainya. Aktualitas juga berarti
kecepatan penyampaian informasi kepada publik.
Media
menampilkan
diri
sendiri dengan
peranan
yang
diharapkan,
dinamika masyarakat akan terbentuk, dimana media adalah pesan. Jenis
media
massa
yaitu
media
yang
berorentasi pada aspek (1) penglihatan
(verbal visual) misalnya media cetak, (2) pendengaran (audio) semata-
mata (radio, tape recorder),
verbal vokal dan (3) pada pendengaran dan
|
30
penglihatan (televisi,
film, video) yang bersifat ferbal
visual
vokal
(Liliweri, 2001).
Effendy
(2000),
media
massa
digunakan
dalam komunikasi
apabila
komunikasi berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa
yang
banyak
digunakan
dalam kehidupan
sehari-hari
umumnya
adalah
surat
kabar,
radio,
televisi,
dan
film bioskop,
yang
beroperasi
dalam
bidang informasi, edukasi dan rekreasi, atau dalam istilah lain
penerangan, pendidikan, dan hiburan. Keuntungan komunikasi dengan
menggunkan media massa adalah bahwa media massa menimbulkan
keserempakan
artinya
suatu
pesan dapat diterima oleh
komunikan
yang
jumlah
relatif banyak.
Jadi
untuk
menyebarkan informasi, media
massa
sangat
efektif
yang
dapat
mengubah sikap, pendapat dan prilaku
komunikasi.
Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan
pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen.
Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia
bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu
menyebarkan pesan hampir seketika pada
waktu yang tak terbatas
(Nurudin, 2007).
Media
massa
memberikan
informasi
tentang
perubahan,
bagaimana
hal
itu bekerja dan hasil yang dicapai atau yang akan dicapai. Fungsi utama
media massa adalah untuk memberikan informasi pada kepentingan yang
menyebarluas dan mengiklankan produk. Ciri khas dari media massa
yaitu
tidak
ditujukan pada
kontak
perseorangan,
mudah
didapatkan,
isi
|
31
merupakan hal umum dan merupakan komunikasi satu arah. Peran utama
yang diharapkan dihubungkan dengan perubahan adalah sebagai
pengetahuan
pertama.
Media
massa
merupakan jenis sumber informasi
yang disenangi oleh petani pada tahap kesadaran dan minat dalam proses
adopsi inovasi (Fauziahardiyani, 2009).
Jenis Media Massa
Media massa dibagi menjadi beberapa bentuk, antara lain:
1. Media cetak,
yang contohnya adalah surat kabar,
memiliki ciri
ciri sebagai berikut:
-
Pesan
yang
disampaikan
memuat
unsur
reproduksi
utama:
simbol verbal, gambar, dan warna;
-
Bersifat portabel: relatif
nyaman dan
mudah dibawa bawa
kemana mana; bisa dibaca di
mana saja dan
membacanya
dapat dilakukan berulang ulang;
-
Unsur umpan balik yang ada juga bersifat verbal (surat
pembaca, kritik) dan non verbal (penjualan);
-
Sumber
kehidupan industri media cetak adalah
iklan
dan
penjualan (eceran maupun langganan);
-
Isi pesan yang ada utamanya bersifat informatif;
-
Bisa berfungsi sebagai
public sphere;
menjadi
ruang
publik
bagi penyampaian gagasan dan opini, yang disampaikan
oleh
masyarakat dalam bentuk tulisan), selain juga
memuat
perdebatan atas isu yang menjadi polemik;
|
32
-
Relatif
bebas
dari regulasi
(control
melalui
peraturan),
terutama
di
dalam
masyarakat
yang
menganut sistem pers
bebas; dan
-
Wilayah
jangkauannya
masih
didominasi
oelh
masyarakat
perkotaan (urban).
2. Media Audio, misalnya adalah radio, yang antara lain ciri
cirinya adalah sebagai berikut:
-
Unsur reproduksi utamanya adalah suara (audio);
-
Secara
relatif
bisa
dibawa kemana
mana
(portabel),
meskipun tak semudah media cetak;
-
Tidak bisa dinikmati berulang ulang alias tidak dapat
didengar
kembali
(sekali
dengar)
kecuali
direkam dan
didengarkan kembali;
-
Pesan bersifat serempak (laporan langsung);
-
Proses komunikasinya menggunakan unsur umpan balik,
baik verbal dan nonverbal; dan
-
Kehidupannya juga
ditunjang
kebanyakan
oleh
iklan,
yang
jelas bukan dari penjualan.
3. Media Audio Visual, misalnya TV,
memiliki ciri ciri sebagai
berikut:
-
Pesan
disampaikan
melalui
unsur
reproduksi
yang
bersifat
verbal, gambar, warna, suara, dan gerakan;
|
33
-
Tidak
portabel karena tidak bisa dibawa
kemana
kita
suka,
kalu
mau
bisa
saja,
tetapi
TV adalah
peralatan
teknologi
komunikasi yang berat;
-
Pesan juga tidak dapat diulang karena tampilan pesan secara
sekilas sehingga cepat berlalu (tidak bisa ditinjau ulang);
-
Bersifat serempak;
-
Umpan balik: verbal dan nonverbal;
-
Industri komunikasi audio-visual ditunjang oleh iklan, iuran,
dan subsidi pemerintah;
-
Karakter
publik
dan
pengaturan
yang
ketat
(regulated
media); dan
-
Berisi aneka ragam bentuk informasi dan pesan (berita,
hiburan, pendidikan, dan lain lain).
2.1.4
Televisi
Televisi
merupakan
media
komunikasi yang menyediakan
berbagai
informasi yang update, dan
menyebarkannya kepada khalayak umum.
Dalam Baksin (2006: 16)
mendefinisikan bahwa: Televisi
merupakan
hasil produk teknologi tinggi (hi-tech) yang menyampaikan isi pesan
dalam
bentuk
audiovisual
gerak. Isi
pesan
audiovisual
gerak memiliki
kekuatan
yang
sangat
tinggi
untuk
mempengaruhi
mental,
pola
pikir,
dan tindak individu.
Menurut ensiklopedia
Indonesia
dalam Parwadi
(2004:
28)
lebih
luas
lagi
dinyatakan
bahwa:
Televisi
adalah
sistem pengambilan
gambar,
|
34
penyampaian,
dan
penyuguhan kembali
gambar
melalui
tenaga
listrik.
Gambar
tersebut
ditangkap
dengan
kamera televisi,
diubah
menjadi
sinyal
listrik, dan dikirim
langsung
lewat kabel listrik kepada pesawat
penerima.
Berdasarkan kedua pendapat di atas menjelaskan bahwa televisi adalah
sistem elektronis
yang
menyampaikan
suatu
isi
pesan
dalam bentuk
audiovisual
gerak
dan
merupakan
sistem pengambilan
gambar,
penyampaian, dan penyuguhan kembali
gambar
melalui
tenaga
listrik.Dengan demikian, televisi sangat berperan dalam mempengaruhi
mental,
pola
pikir
khalayak
umum.
Televisi
karena
sifatnya yang
audiovisual
merupakan
media yang
dianggap
paling
efektif
dalam
menyebarkan nilai-nilai yang konsumtif
dan
permisif.Hartley
(1992)
berpendapat bahwa televisi adalah sebuah usaha kapitalis, alat kontrol
sosial, sekaligus sumber kesenangan yang popular. Hartley mengkritisi
tradisi marxis yang menggunakan pandangan negative terhadap televisi,
yang memadukan sayap kiri dan kritik radikal terhadap
medium
dengan
penolakan
atas
kesenangan
dalam menonton.
Pandangannya
adalah bahwa yang hegemonic bersifat popular. Jika kita ingin
memahami
hubugan antara khalayak dan televisi, kita
harus
menerima
bahwa orang-orang memang suka menonton televisi.
Jenis-jenis Program Televisi
Standar Program siaran merupakan panduan
tentang batasan apa
yang
diperbolehkan atau tidak diperbolehkan dalam program siaran, memuat
sejumlah aturan main yang harus dipatuhi pengelolah program
|
35
penyiaran dalam kegiatan memproduksi jenis-jenis program tertentu
mencakup:
1.
Program faktual (informasi)
Jenis
program yang
termasuk
di
dalam program factual
adalah
program berita,
features,
documenter,
program reality
show,
konsultasi on
air
dengan
mengandung
antara
sumber
dan
penelepon, pembahasan melalui diskusi, jajak pendapat, program
editorial, dan program-program sejenis lainnya.
2.
Program kuis
Dalam menyiapkan
program berisikan
kuis
dan
undian
hadiah,
stasiun penyiaran harus mengikuti ketentuan baha program
tersebut harus diselenggrakan dengan adil dan peraturannya harus
diberitahukan secara terbuka dan jelas pada khalayak.
3.
Program perbincangan
Program yang berisikan pembicaraan/ pembahasan (program talk
show) mengenai masalah terkait.
4.
Program mistik
Program
yang
bertemukan
dunia
gaib,
paranormal,
spiritual
magis.
5.
Program asing
Adapun yang dimaksud sebagai program utuh
yang diimpor dari
luar
negeri,
program siaran
yang
dibuat
dalam negeri
yang
menggabungkan berbagai materi siaran (klip, berita dan lagu
asing)
|
36
6.
Program pemilu
Siaran pemilihan umum (pemilu) dan Pilkada meliputi siaran
berita sosialisasi pemilihan siaran kampanye tentang pemilihan
dewan perwakilan rakyat, pemilihan presiden dan wakil presiden.
2.2
Teori Khusus yang Berhubungan dengan Topik atau Judul yang Dibahas
2.2.1
Teori Interaksi
Teori
komunikasi
yang
masuk
dalam
kelompok
teori
interaksi
memandang kehidupan sosial sebagai suatu proses interaksi. Dengan
demikian,
komunikasi
merupakan
bentuk
interaksi.
Komunikasi adalah
kendaraan
atau
alat
yang
digunakan
untuk
bertingkah
laku
dan
untuk
memahami serta memberi makna terhadap segala sesuatu di sekitar kita.
Para teoritis di bidang ini memandang komunikasi berfungsi sebagai
perekat atau lem dalam masyarakat. Masyarakat tidak akanada tanpa
komunikasi
atau
interaksi
ini.
Struktur
sosial
seperti
organisasi,
kelompok, keluarga dan institusi masyarakat lainnya tidak terjadi dengan
sendirinya (preexist); mereka diciptakan dan dipelihara melalui interaksi.
Kelompok teori interaksi merupakan salah satu teori penting dalam ilmu
komunikasi karena teori ini membuat komunikasi sebagai kekuatan yang
sangat penting dalam kehidupan sosial.
Teori interaksi memandang struktur sosial sebagai produk, bukan penentu
dalam interaksi.
Struktur
sosial tidak
memungkinkan
komunikasi
untuk
terjadi, namun komunikasi memungkinkan struktur sosial untuk terwujud.
Misalnya, satu keluarga dibentuk berdasarkan bagaimana anggota
|
37
keluarga itu berkomunikasi.
Fokus
perhatian
teori
ini
adalah
bagaimana
bahasa
digunakan untuk
membentuk
struktur
sosial
dan
bagaimana
bahasa
dan
sistem simbol
lainnya
diproduksi,
dipelihara
dan
diubah
selama penggunaannya.
Arti
atau
makna
yang
dikirimkan
kepada orang
lain
bukanlah
sesuatu
yang
bersifat objektif, namun dibentuk selama proses komunikasi berlangsung,
misalnya bagaimana
Anda
memandang
orang
tua
ditentukan
melalui
komunikasi yang dilakukan selama bertahun tahun dan juga
pembicaraan yang Anda lakukan dengan orang
lain
mengenai orang
tua
Anda itu.
Interaksi akan mengarah pada
makna yang dipahami bersama dan
sekaligus
memperkuat
makna bersama itu. Interaksi juga membangun
berbagai konvensi yang merupakan standar makna dan tindakan, seperti
peraturan, peran orang
orang tertentu, serta norma
norma
yang
memungkinkan
terjadinya komunikasi
yang
lebih
jauh.
Menurut
pandangan teori
interaksi ini,
makna akan
selalu berubah dari
waktu ke
waktu, dari satu situasi ke situasi
lainnya, dan dari satu kelompok ke
kelompok lainnya,
maka begitulah pula pengetahuan.
Pengetahuan
menjadibersifat situasional, dengan kata lain, tidak universal.
Dalam teori interaksi ini berfokus pada bagaimana melalui interaksi
orang dapat
menilai dan beradaptasi dengan orang lain. Teori ini
mendukung apa
yang saya bahas pada
skripsi saya, karena dalam
program Infotainment
Obsesi
dibutuhkan
interaksi
yang
berkelanjutan
antara acara dan mahasiswa, hingga akhirnya dapat mengetahui pengaruh
|
38
moral apa yang dapat diterima atau ditangkap oleh mahasiswa.
2.2.2
Teori Uses and Gratification
Salah satu teori yang muncul dalam kajian komunikasi massa adalah teori
Uses and Gratifications. Teori ini membahas tentang penggunaan media
massa oleh
khalayak aktif.
Dengan kata
lain,
penggunaan
media
oleh
khalayak
diasumsikan
sebagai
sebuah perilaku
aktif
dimana
khalayak
dengan sadar memilih dan mengkonsumsi media tertentu. McLeod dan
Backer
(dalam Baran
dan
Davis,
2000)
menyebutkan
bahwa
seseorang
berdasarkan ketertarikan masing-masing akan memilih media
mana
yang
akan dikonsumsinya dan mendapatkan timbal balik berupa pemenuhan
kebutuhan yang diinginkannya.
Ada beberapa asumsi
yang
mendasari teori ini, baik
yang dikemukakan
oleh Katz, Gurevitch dan Hass (!974), Dominick (1996) maupun oleh
McQuail (2005). Asumsi-asumsi dasar tersebut anatara lain adalah ;
1. Khalayak merupakan sekelompok konsumen aktif yang secara sadar
menggunakan media sehubungan dengan pemenuhan kebutuhan
personal maupun kebutuhan sosial
yang diubah menjadi motif-motif
tertentu.
2. Pemilihan
media
dan
isinya
merupakan
sebuah
tindakan
yang
beralasan serta
memiliki tujuan dan kepuasan tertentu
sesuai dengan
inisiatif khalayak.
3.
Seluruh
faktor yang ada pada
formasi khalayak
aktif seperti
motif,
gratifikasi
yang diharapkan dan
gratifikasi
yang diterima
secara
|
39
prinsip
dapat
diukur
karena
khalayak
memiliki
kesadara diri
yang
memadai mengenai penggunaan media, kepentingan dan motivasinya
sehingga dapat menjadi bukti bagi peneliti.
4. Media
massa bersaing
dengan
sumber-sumber
lain
untuk
dapat
memenuhi kebutuhan audiens.
Menurut para pendirinya, Elihu Katz, Jay G. Blumler, dan Michael
Gurevitch
(dalam
Rakhmat,
2005),
uses
and gratifications
meneliti asal
mula
motif
secara
psikologis
dan sosial,
yang
menimbulkan
harapan
tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada
pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain),
dan menimbulkan pemenuhan motif dan akibat-akibat lain.
Lebih
lanjut
William J.
Mcguire
dalam Jalaludin
Rakhmat
(2005)
menjelaskan
bahwa
berdasarkan
berbagai
aliran dalam psikologi
motivasional ada setidaknya 16 motif.Motif ini terbagi menjadi dua
kelompok
besar
yakni
motif
kognitif dan
motif
afektif.
Motif
kognitif
terdiri dari konsistensi, atribusi,
kategorisasi, otonomi, stimulasi,
teleologis,
dan
utilitarian
sedangkan
motif
afektif
antara
lain adalah
reduksitas, ekspresif, egodefensif, penguhan, penonojolan, afiliasi,
identifikasi dan peniruan.
Sebagai
makhluk
sosial,
motif
manusia terbentuk dari lingkungan
sosialnya. Lingkungan sosial ini antara lain terdiri dari karakteristik
demografis,
kelompok-kelompok
sosial yang
diikuti
dan
karakteristik
personal seseorang. Littlejohn (2002)
menjelaskan
bahwa
dalam
perspektif uses and gratifications, khalayak yang dengan sadar memiliki
|
40
kebutuhan-kebutuhan tertentu berusaha memenuhi kebutuhannya dengan
menggunakan media atau dengan cara lain. Selain sadar dengan
kebutuhan-kebutuhannya, khalayak pun dapat menyadari apakah cara
yang digunakan untuk memenuhi motif-motif ini bisa memuaskannya
atau tidak.
Penelitian tentang teori uses and gratifications sebetulnya sudah dimulai
sejak tahun
1940an
ketika
para
peneliti
tertarik
untuk
mengetahui
mengapa audiens memiliki pola penggunaan media yang berbeda-beda
(Wimmer dan Dominick, 1987). Penelitian tentang uses
and
gratifications pada awalnya hanya berupa penelitian deskriptif yang
berusaha untuk
mengklasifikasikan
respons
khalayak
terhadap
penggunaan media ke dalam beberapa ketegori (Berelson,
Lazarsfeld,
&
McPhee,
1954;
Katz
&
Lazarsfeld,
1955;
Lazarsfeld,
Berelson, &
Gaudet, 1948; Merton, 1949 dalam Ruggerio, 2000).
Wimmer & Dominick (1987) menyebutkan baru pada tahun 1950an
hingga
1960an penelitian uses
and
gratifications
ini
lebih
menfokuskan
pada
identifikasi
variabel-variabel psikologis dan sosial
yang
diperkirakan
sebagai
precursors dalam perbedaan
pola
konsumsi
media
massa. Beberapa penelitian pada periode ini,disebutkan oleh Ruggerio
(2000), dilakukan oleh banyak peneliti dengan subyek dan obyek yang
bervariasi. Schramm, Lyle, dan Parker (1961) misalnya meneliti tentang
penggunaan televisi oleh anak-anak yang dipengaruhi oleh perkembangan
mental anak bersangkutan dan hubungannya dengan orangtua dan teman-
temannya.
Ruggerio
(2000)
pun
mensitasi
penelitian
Katz dan Foulkes
|
41
(1964) dalam mengkonsepsikan penggunaan media massa sebagai
pelarian sedangkan Klapper (1963) menekankan pentingnya
menganalisa
efek dari penggunaan media daripada sekedar melabeli motif penggunaan
seperti
yang telah dilakukan banyak peneliti
sebelumnya. Greenberg and
Dominick (1969) dalam penelitian selanjutnya
menyimpulkan bahwa
ras
dan kelas sosial berpengaruh pada bagaimana remaja menggunakan
televisi sebagai bahan pelajaran informal.
Selama tahun 1970an penelitian dengan intens menguji motivasi audiens
dan
membangun
tipologi-tipologi
tambahan
dalam penggunaan
media
untuk
memperoleh
kepuasan
sosial dan psikologis.Hal ini merupakan
jawaban dari kritik-kritik yang disampaikan
oleh
beberapa
ilmuwan
terhadap teori uses and gratifications.
Kritik yang disampaikan
oleh
Elliott
(1974), Swanson
(1977),
serta
Lometti,
Reeves,
and
Bybee
(1977)
yang
mengungkit
bahwa
teori
uses
and gratifications
ini
memiliki
empat
masalah
konseptual
yakni
ketidakjelasan kerangka konseptual,
konsep mayor yang kurang tepat,
penjelasan teori pendukung yang membingungkan dan kegagalan dalam
memperhitungkan persepsi audiens terhadap konten media (Ruggerio,
2000:4). Beberapa contoh penelitian dari periode ini antara lain penelitian
Rosengreen (1974) yang menyatakan bahwan beberapa kebutuhan dasar
beinteraksi dengan karakteristik personal dan lingkungan sosial seseorang
akan menghasilkan beberapa permasalahan dan beberapa solusi. Masalah
dan solusi yang ditimbulkan ini merupakan bagian dari perbedaan motif
untuk pencarian gratifikasi yang muncul dari penggunaan media atau
|
42
aktivitias lain. Secara bersamaan penggunaan media atau aktivitas lain
dapat
menghasilkan
gratifikasi (atau non-gratifikasi)
yang
memiliki efek
terhadap
seseorang
atau masyarakat yang
akhirnya
menciptakan
proses
yang baru.
Tahun 1980 dan 1990an banyak penelitian yang mulai menganalisa
penemuan-penemuan dari penelitian terpisah dan menganggap bahwa
penggunaan
media
massa
sebagai
sebuah komunikasi terintegrasi
sekaligus
fenomena
sosial
(Rubin dalam Ruggerio,
2000:7).
Contoh-
contoh yang mendukung penelitian pada tahun-tahun ini adalah penelitian
yang dilakukan Eastman (1979) yang menganalisa hubungan antara
penggunaan media televisi dengan gaya hidup audiens, Ostman and
Jeffers (1980) menguji hubungan antara motivasi penggunaan televisi
dengan
gaya
hidup
khalayak
dan
genre telvisi untuk mprediksikan
motivasi menonton. Bantzs (1982) melakukan
studi
komparatif
antara
motivasi penggunaan media secara umum dan menonton program televisi
tertentu.
Pada tahun 1980-an pula Windahl (dalam Ruggerio, 2000:6)
mengemukakan terdapat perbedaan mendasar antara pendekatan efek
secara
tradisional
dan
pendekatan teori
uses
and
gratifications
dimana
penelitian tentang efek sebelumnya selalu berangkat dari perspektif
media
massa,
namun
pada
penelitian uses
and
gratifications
peneliti
berangkat dari perspektif khalayak. Windahl percaya untuk
menggabungkan dua pendekatan ini dengan mencari persamaan dari
keduanya dan
menamai penggabungan
ini
dengan
istiah
|
43
conseffects.Berbeda dengan Webster dan Wakshlag (dalam
Ruggerio:2000) yang berupaya untuk meningkatkan validitas
dari
determinan struktural dengan cara menggabungkan perbedaan perspektif
antara uses
and
gratifiactions dengan
model
pemilihan.
Pendekatan
ini
melihat perubahan antara struktur program, pilihan konten media dan
kondisi menonton dalam proses pemilihan program. Penelitian lain juga
dilakukan oleh Dobos yang menggunakan model uses and gratifications
untuk mengamati kepuasan penggunaan dan pemilihan media dalam
sebuah organisasi yang dapat mempredikasikan pemilihan saluran
telvisi dan kepuasan dengan teknologi komunikasi tertentu.
Tidak bisa dipungkiri dengan adanya perkembangan baru teknologi yang
menyuguhkan khalayak dengan banyaknya pilihan media, analisa
motivasi dan kepuasan menjadi komponen yang paling krusial dalam
penelitian khalayak (Ruggerio, 2000). Setiap kali teknologi komunikasi
baru tumbuh, dalam hal
ini komunikasi
massa,
para
peneliti
kemudian
berlomba-lomba untuk mengaplikasikan pendekatan uses and
geratifications ini terhadap
medium
baru
tersebut.Contohnya
adalah
Donohew, Palmgreen, and Rayburn (1987) yang mengeksplorasi
bagaimana kebutuhan
untuk beraktivasi berkorelasi dengan faktor-faktor
sosial
dan
psikologis
yang berdampak pada
gratifikasi
yang
didapatkan
oleh pemirsa televisi kabel. Walker and Bellamy (1991) meneliti tentang
hubungan antara penggunaan pengendali televise jarak jauh dengan
ketertaikan audiesn terhadap program tertentu. Lin (1993) melakukan
studi
untuk
mengetahui jika kepuasaan penggunaan VCR,
frekuensi dan
|
44
durasi penggunaan VCR dan komunikasi antarpersonal tentang VCR
berhubungan dengan tiga fungsi VCR yakni hiburan, teknologi pengganti
televisi dan utilitas sosial. Jacobs (1995) menguji hubungan antara
karakteristik sosiodemografis khalayak dan kepuasan menonton pada
pemirsa
televise
kabel.
Perse dan
Dunn
(1998)
meneliti
tentang
penggunaan computer dan bagaimana kepemilikan CD-Rom dan fasilitas
internet dapat berpenganruh tentang kegunaan komputer. Matthias
Rickes, Christian von Criegern, Sven Jöckel (2006) meneliti tentang
gratifikasi yang didapatkan dari penggunaan situs-situs internet.
Benang
merah
tentang
penerapan
teori
uses and gratifications
dalam
media ini diungkapkan oleh Williams, Phillips, & Lum pada tahun 1985
(dalam Ruggerio,
2000)
bahwa setiap
peneliti
ingin
mengetahui apakah
media baru dapat memenuhi kebutuhan khalayak yang sama dengan
media konvesional yang telah diuji sebelumnya. Ruggerio (2000) sendiri
menganggap
bahwa
dengan
banyak pilihan
media di
masyarakat
maka
perlu
diteliti
alasan khalayak
untuk terus
mengkonsumsi
media
tertentu
dan
gratifikasi
apa
yang
mereka
dapatkan
dari penggunaan
media
tersebut.
2.2.3
Teori Infotainment
Jika
kita
cermati
tampaknya tayangan-tayangan
infotainment
yang
mengklaim sebagai sebuah produk jurnalisme
seringkali berorientasi
bukan pada efek yang timbul dalam masyarakat tetapi produk komersial
tersebut apakah mampu terjual dan mempunyai nilai ekonomis atau tidak,
|
45
sehingga
tidak
memperhatikan
apa
manfaatnya bagi
pemirsa
ketika
menginformasikan
adegan
syur Mayangsari
Bambang Soeharto,
exploitasi kawin
cerai
para selebritis,
konflik, gaya hidup, serta
kebohongan publik yang kerap digembar-gemborkan oleh kalangan
selebritis.
Fenomena ini
menandakan satu permasalahan di dalam kehidupan
nilai-
nilai
filosofis
televisi di Indonesia. Televisi Indonesia semakin hari
semakin
memperlihatkan kecenderungan
mencampuradukan berita dan
hiburan
melalui format tayangan
infotainment. Kebergunaan berita
menjadi berkurang bahkan menyimpang. Hal ini disebabkan di antaranya
oleh tekanan pasar yang makin meningkat.
1. Kerangka Teoritis
Louis
O.
Katsoff
dalam
bukunya
Elements of Philosophy
menyatakan
bahwa kegiatan filsafat
merupakan perenungan, yaitu
suatu
jenis pemikiran
yang
meliputi
kegiatan
meragukan segala
sesuatu,
mengajukan pertanyaan,
menghubungkan gagasan yang satu
dengan
gagasan
yang
lainnya,
menanyakan
mengapa mencari
jawaban
yang
lebih
baik
ketimbang
jawaban
pada pandangan
mata.
Filsafat sebagai perenungan
mengusahakan kejelasan,
keutuhan,
dan
keadaan
memadainya pengetahuan agar
dapat
diperoleh
pemahaman.
Tujuan
filsafat adalah
mengumpulkan pengetahuan
manusia sebanyak
mungkin, mengajukan kritik dan menilai pengetahuan ini. Menemukan
hakekatnya,
dan
menerbitkan
serta
mengatur
semuanya itu
dalam
bentuk
yang
sistematik.
Filsafat
membawa
kita
kepada
pemahaman
|
46
&pemahaman membawa kita kepada tindakan yang lebih
layak.
Tiga
bidang kajian filsafat
ilmu
adalah
epistemologis, ontologis,
dan
oksiologis. Ketiga bidang filsafat ini merupakan pilar utama bangunan
filsafat.
Epistemologi: merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat,
metode, dan batasan pengetahuan manusia yang bersangkutan dengan
kriteria bagi penilaian terhadap kebenaran dan kepalsuan. Epistemologi
pada dasarnya adalah cara bagaimana pengetahuan disusun dari bahan
yang
diperoleh
dalam prosesnya
menggunakan
metode
ilmiah.
Medode adalah tata cara dari suatu kegiatan berdasarkan perencanaan
yang matang & mapan, sistematis & logis.
Ontologi: adalah
cabang
filsafat mengenai
sifat
(wujud) atau
lebih
sempit
lagi sifat
fenomena yang
ingin kita ketahui. Dalam
ilmu
pengetahuan sosial ontologi terutama berkaitan dengan sifat
interaksi
sosial. Menurut
Stephen Litle John, ontologi adalah mengerjakan
terjadinya pengetahuan dari sebuah gagasan kita tentang realitas. Bagi
ilmu sosial ontologi memiliki keluasan eksistensi kemanusiaan.
Aksiologis: adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan nilai seperti
etika, estetika, atau agama. Litle John menyebutkan bahwa aksiologis,
merupakan bidang kajian
filosofis
yang
membahas value (nilai-nilai)
Litle John mengistilahkan kajian menelusuri tiga asumsi dasar teori ini
adalah dengan nama metatori. Metatori adalah bahan spesifik pelbagai
teori
seperti
tentang
apa
yang diobservasi, bagaimana observasi
dilakukan dan apa bentuk teorinya. Metatori adalah teori tentang
|
47
teori pelbagai kajian metatori yang berkembang sejak 1970 an
mengajukan
berbagai
metode dan teori, berdasarkan perkembangan
paradigma
sosial.
Membahas
hal-hal
seperti
bagaimana sebuah
knowledge
itu (epistemologi) berkembang.
Sampai sejauh
manakah
eksistensinya
(ontologi)
perkembangannya dan
bagaimanakah
kegunaan
nilai-nilainya (aksiologis)
bagi
kehidupan
sosial.
Pembahasan
;
Berita
infotainment
dalam kajian
filosofis.
Kajian
ini
akan
meneropong
lingkup
persoalan
di
dalam disiplin
jurnalisme,
sebagai sebuah bahasan dari keilmuan komunikasi, yang telah
mengalami degradasi bias
tertentu dari sisi epistemologis,
ontologis
bahkan aksiologisnya terutama dalam penyajian berita infotainment di
televisi.
2. Kajian Aspek Epistemologis:
Dalam berita
hal
terpenting
adalah
fakta.
Pada
titik
yang
paling
inti
dalam
setiap
pesannya pelaporan
jurnalisme
mesti
membawa
muatan
fakta. Setiap kepingan informasi
mengimplikasikan realitas
peristiwa
kemasyatakatan.
Tiap pesan
menjadi
netral dari
kemungkinan
buruk
penafsiran subyektif yang tak berkaitan
dengan
kepentingan
kepentingan kebutuhan
masyarakat.
Charnley
(1965 : 22.30)
mengungkapkan
kunci
standardisasi
bahasa penulisan
yang
memakai
pendekatan ketepatan pelaporan faktualisasi peristiwa, yaitu akurat,
seimbang,
obyektif,
jelas
dan singkat
serta
mengandung
waktu
kekinian. Hal-hal ini merupakan tolok ukur dari The Quality of
News dan menjadi pedoman
yang mengondisikan kerja wartawan di
|
48
dalam
mendekati peristiwa berita
&
membantu
upaya
tatkala
mengumpulkan
&
mereportase berita. Secara epistemologis
cara-cara
memperoleh fakta ilmiah yang menjadi landasan filosofis sebuah berita
infotainment yang
akan
ditampilkan
berdasarkan
perencanaan
yang
matang, mapan, sistematis & logis.
3. Kajian Aspek Ontologis
Dalam kajian
berita infotainment ini
bahasan secara
ontologis
tertuju
pada keberadaan berita
infotainment
dalam ruang
publik. Fenomena
tentang berita infotainment bukan gejala baru di dunia jurnalisme. Pada
abad 19, pernah berkembang jurnalisme
yang berusaha
mendapatkan
audiensnya
dengan
mengandalkan
berita kriminalitas yang
sensasional, skandal seks, hal-hal,
yang
menegangkan
dan
pemujaan
kaum selebritis
ditandai
dengan
reputasi
James
Callender
lewat
pembeberan petualangan seks, para pendiri Amerika Serikat, Alexande
Hamilton &
Thomas
Jeferson
merupakan karya elaborasi antara fakta
dan desus-desus. Tahun itu pula
merupakan
masa kejayaan William
Rudolf Hearst dan Joseph Pulitzer yang dianggap sebagai dewa-dewa
Jurnalisme kuning.
Fenomena
jurnalisme infotainment
kembali
mencuat
ketika terjadi
berita
hebohnya perselingkuhan
Presiden
Amerika
Bill
Clinton-
Lewinsky. Sejak saat
itu seakan
telah
menjadi karakteristik
pada
banyak
jaringan
TV di dunia.
Di
Indonesia, fenomena ini juga bukan
terbilang baru. Sejak zaman Harmoko (Menteri Penerangan pada saat
itu) banyak surat kabarsurat kabar kuning muncul & diwarnai dengan
|
49
antusias
masyarakat.
Bahkan ketika
Arswendo
Atmowiloto
menerbitkan Monitor
semakin
membuat
semarak
Jurnalisme kuning
di Indonesia. Pasca Orde Baru ketika kebebasan pers dibuka lebar-
lebar semakin banyak media baru bermunculan, ada yang memiliki
kualitas
tetapi
ada juga
yang
mengabaikan
kualitas
dengan
mengandalkan sensasional,
gosip,
skandal
dan
lain-lain.
Ketika
tayangan Cek & Ricek dan Kabar Kabari berhasil di RCTI, TV lainnya
juga
ikut-ikut
menayangkan
acara gosip. Dari sinilah cikal bakal
infotainment marak di TV kita. Fenomena infotainment merupakan hal
yang tidak bisa terhindarkan dari dunia jurnalisme kita. Pada
realitasnya ini
banyak
disukai
oleh
masyarakat
dengan
bukti
rating
tinggi (public share tinggi)
4. Kajian pada aspek aksiologis
Secara aksiologis kegunaan berita infotainment dititik beratkan kepada
hiburan.
Pengelola
acara
ini
menarik
audiens hanya dengan
menyajikan
tontonan
yang enak dilihat sebagai sebuah
strategi bisnis
jurnalisme.
Hal
ini
akan
berdampak pada
menundanya selera dan
harapan
sejumlah
orang
terhadap sesuatu
yang
lain.
Ketika
etika
infotainment
telah salah
langkah
mencoba
untuk
menyaingkan
antara berita & hiburan. Padahal nilai dan daya pikat berita itu
berbeda, infotainment pada gilirannya akan
membentuk audiens
yang
dangkal karena terbangun atas bentuk bukan substansi.
Pengelola media melalui berita infotainment terkadang tidak lagi
mempertimbangkan
moral
sebagai
pengontrol
langkah
mereka sehingga
|
50
begitu
mengabaikan kepentingan
masyarakat.Hal itulah yang terjadi
dengan berita infotainment di
Indonesia,
beberapa kaidah yang
semestinya dijalankan malah diabaikan demi kepentingan mengejar rating
dan meraup keuntungan dari pemasang iklan.
|
![]() 51
2.3
Kerangka Pemikiran
Komunikasi
Massa
Media
Massa
Media Elektronik
Media Televisi
Program
Infotainment
Infotainment
Obsesi
(Global TV)
Pengaruh
Kepada
Perilaku
Mahasiswa
|