BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Teori Umum
2.1.1
Komunikasi
Secara Etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi atau dalam
bahasa
inggris communication
berasal dari
kata
Latin
communication,
dan
bersumber
dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jika
dua
orang
terlibat
dalam komunikasi,
misalnya
dalam bentuk
percakapan,
maka
komunikasi akan terjadi atau berlangsung
selama
ada
kesamaan
mengenai
makna apa
yang dipercakapkan (Effendy,  1999: 9).
Dari pengertian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa komunikasi
dapat tercipta dengan baik apabila terjadi persamaan persepsi. Menurut Edwin B. Flippo,
komunikasi adalah kegiatan mendorong orang-orang lain untuk menafsirkan suatu ide
dengan cara yang diinginkan oleh si pembicara atau si penulis (Moekijat, 2003: 3).
Berdasarkan  pengertian  di  atas,  penulis  mengambil  kesimpulan  bahwa  komunikasi
adalah sebuah cara yang dilakukan oleh
orang-orang untuk mendapatkan sebuah
informasi.
Terry
dan
Franklin
mengatakan
(dalam
Moekijat,
2003:
3)
komunikasi
adalah
seni mengembangkan dan mendapatkan pengertian di antara orang-orang. Komunikasi
adalah  proses  menukar  informasi  dan  perasaan  diantara  dua  orang  atau  lebih,  dan
penting bagi manajemen yang efektif.
10
  
11
Secara
terminologis
komunikasi
berarti
proses
penyampaian
suatu
pernyataan
oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian tersebut jelas bahwa komunikasi
melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain.
2.1.2
Komunikasi Massa
2.1.2.1 Definisi Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah berkomunikasi dengan massa (audiens atau khalayak
sasaran). Massa di sini dimaksudkan sebagai para penerima pesan (komunikan) yang
memiliki status sosial dan ekonomi
yang heterogen satu sama
lainnya. Pada umumnya,
proses komunikasi
massa tidak
menghasilkan feed back (umpan balik)
yang
langsung,
tetapi tertunda
dalam
waktu
yang
relatif.
Ciri-ciri
massa
yaitu;
(1)
jumlah
besar,
(2)
antara
individu, tidak
ada
hubungan /
organisatoris; dan
(3)
memiliki
latar
belakang
sosial yang berbeda.
Kalau kita berbicara tentang komunikasi massa, tentu media massa tidak akan
tertinggal 
untuk  dibicarakan,  karena  komunikasi  massa, 
hanya  dapat  berlangsung
melalui media massa. Bittner seperti yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmat mengatakan
bahwa
”komunikasi
massa
adalah
pesan-pesan yang dikomunikasikan melalui media
massa pada sejumlah besar orang” (Rakhmat, 2003: 188). Definisi ini memberikan
batasan pada komponen-komponen dari komunikasi massa. Komponen-komponen itu
mencakup adanya pesan-pesan, media massa (radio, televisi, film, dan media cetak), dan
khalayak.
  
12
Berdasarkan  batasan  –  batasan  tersebut 
menjadi 
semakin 
jelas 
apa  yang
dimaksud
dengan
komunikasi
massa
itu
dan Drs.
Jalaluddin
Rakhmat,M.Sc.
telah
merangkumnya
dalam suatu
pengertian
sebagai
berikut:
”Komunikasi
massa diartikan
sebagai
jenis
komunikasi
yang
ditujukan kepada
sejumlah
khalayak
yang
tersebar,
heterogen dan anonim melalui
media
cetak
atau
elektronis
sehingga
pesan
yang
sama
dapat diterima secara serentak dan sesaat” (Rakhmat, 2003: 178).
Adapun karakteristik dari komunikasi massa adalah sebagai berikut :
a.
Komunikasi melalui media massa ditujukan kepada khalayak luas.
b.
Bentuk komunikasi melalui media massa bersifat umum bukan pribadi.
c.
Pola penyampaian pesan secara cepat.
d.
Penyampaian pesan melalui media massa berjalan satu arah.
e.
Kegiatan komunikasi massa dilakukan terencana, terjadwal, dan terorganisasi.
f.
Penyampaian melalui media massa dilakukan secara berkala.
g.
Isi pesan media massa mencakup berbagai bidang kehidupan manusia.
2.1.2.2 Fungsi Komunikasi Massa
Dengan
modal
audio
visual
yang dimiliki,
siaran televisi sangat
komunikatif
dalam memberikan
pesan
pesannya.
Karena
itu,
tidak
mengherankan
kalau
mampu
memaksa
penontonnya
duduk
berjam
jam di
depan
pesawat
televisi.
Karena
itulah
televisi sangat bermanfaat sebagai upaya pembentukan sikap perilaku dan sekaligus
perubahan pola berpikir.
  
13
Fungsi media massa televisi menurut seorang ahli komunikasi Dr. Harold D.
Laswell
(1975)
melihat
fungsi
utama
media
massa
sebagai
berikut: (Rakhmat,
2003:
178)
a) The Surveillance of the environment.  Artinya,  media  massa  mempunyai  fungsi
sebagai
pengamat
lingkungan,
atau
dalam bahasa
sederhana,
sebagai
pemberi
informasi tentang hal –
hal yang berada di luar jangkauan penglihatan kepada
masyarakat luas.
b) The corellation
of
the
parts
of
society
in
responding
to
the environment.
Artinya,
media
massa
berfungsi
untuk
melakukan
seleksi, evaluasi dan interpretasi dari
informasi.
Dalam hal ini peranan media
massa adalah
melakukan seleksi
mengenai
apa yang perlu dan pantas untuk disiarkan. Pemilihan dilakukan oleh editor, reporter,
redaktur yang mengelola media massa.
c)
The transmission of the
social heritage
from one generation
to
the
next.
Artinya,
media massa sebagai sarana untuk menyampaikan nilai dan warisan sosial budaya
dari satu generasi ke generasi lainnya
Di  samping  ketiga  fungsi  utama  seperti  yang  diketengahkan  oleh  Laswell
tersebut,   Charles   R.   Wright   (1975),   dalam   bukunya   Mass   Communication   A
Sociological Perspective, fungsi
media massa dinyatakan sebagai “Communicative acts
primarily
intended for
amusement
irrespective of any instrumental
effects
they might
have”
.
Media
massa
mempunyai
fungsi
hiburan. Justru
karena
fungsi
hiburan
inilah
orang membaca surat kabar, mendengarkan radio dan menonton televisi. Demikian pula
Wilbur Schramm (1975) melihat fungsi media massa sebagai sarana promosi atau iklan.
To sell goods for us”.
  
14
Dari semua definisi
yang
telah dikemukakan di
atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa fungsi media massa adalah sebagai berikut:
a)
Sebagai media Berita dan Penerangan
b)
Sebagai media Pendidikan
c)
Sebagai media Hiburan
d)
Sebagai media Promosi
2.1.3
Efek Komunikasi Massa
Steven H. Chaffe menyebutkan ada lima hal tentang efek komunikasi massa dan
keberadaanya sebagai benda fisik, yaitu : (Rakhmat, 2003 : 220- 222).
a.
Efek Ekonomi
Kehadiran
media
massa
menggerakan berbagai usaha – produksi, distribusi –
konsumsi
jasa
media
massa.
Kehadiran
surat
kabar
berarti
menhidupkan
pabrik pensulaplai kertas koran, menyuburkan pengusaha percetakan dan grafika,
serta
memberi
pekerjaan
pada
wartawan,
ahli
perancang grafis,
pengedar,
pengecer, pencari iklan dan sebagainya.
b.
Efek Sosial
Berkenaan dengan perubahan struktur atau interaksi sosial akibat kehadiran media
massa.
Sudah
diketahui
bahwa
kehadiran
televisi
menghadirkan status
sosial
pemiliknya. Di perdesaan, televisi telah membentuk jaringan–jaringan interaksi
sosial yang baru. Pemilik televisi sekarang
menjadi
pusat
jaringan
sosial,
yang
menghimpun disekitarnya, tetangga dan penduduk desa sosiologi.
  
15
c.
Efek pada penjadwalan kegiatan
Masuknya televisi ke kehidupan masyarakat mengakibatkan beberapa kegiatan
sehari-sehari dikurangi dan beberapa kegiatan
lainya
dihentikan
sama
sekali,
karena waktunya dipakai untuk menonton televisi.
d.
Efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu
Orang  menggunakan  media  untuk  memuaskan  kebutuhan  psikologis.  Sering
terjadi
orang
juga
menggunakan
media untuk menghilangkan rasa tidak enak.
Misalnya kesepian, marah, kecewa dan sebagainya. Media digunakan tanpa
mempersoalan isi pesan yang disampaikannya, media digunakan hanya sekedar
untuk menenangkan kembali perasaanya.
e.
Efek pada perasaan orang terhadap media
Kita
memiliki
perasaan
positif atau
negatif pada
media
tertentu. Timbulnya
perasaan
senang atau percaya pada
media massa tertentu mungkin erat kaitanya
dengan pengalaman individu bersama media tersebut.
Onong Uchjana Effendy dalam bukunya yang berjudul Dinamika Komunikasi,
mengatakan bahwa ada tiga dampak dari komunikasi, yaitu : (Effendy, 2003 : 7)
1.
Dampak Kognitif
Dampak  kognitif  adalah  dampak  yang  timbul  pada  komunikan  yang
menyebabkan ia menjadi tahu atau meningkatkan intelektualitasnya. Disini pesan yang
ingin disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan.
Dengan
lain
  
16
perkataan, tujuan komunikator
hanyalah berkisar pada
upaya mengubah pikiran dari
komunikan.
2.
Dampak Afektif
Dampak Afektif lebih tinggi kadarnya dari pada dampak kognitif. Disini
tujuan
komuikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi tergerak
hatinya,
menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan
iba,
terharu,
sedih,
marah
dan
sebagainya.
3.
Dampaknya Konatif
Dampak
Konatif
adalah
dampak
yang
timbul
pada
komunikan
dalam bentuk
perilaku, tindakan, atau kegiatan.
2.1.4
Media Massa
2.1.4.1 Definisi Media Massa
Media
massa
(mass media)
merupakan
berbagai
macam
media
atau
wahana
komunikasi massa seperti pers (secara sempit diartikan sebagai surat kabar, sedangkan
secara luas sebagai media pemberitahuan), media-media cetak pada umumnya (majalah
dan jurnal), dan berbagai media elektronik seperti radio, bioskop dan televisi yang
mampu menjangkau masyarakat luas (Jeffkins, 2004: 420).
2.1.4.2 Bentuk-Bentuk Media Massa
Media massa terbagi atas tiga bagian utama, yaitu media cetak, media elektronik,
dan
media
luar ruang (Angipora, 1999: 346).
Tetapi, dalam
hal ini
hanya
media cetak
dan media elektronik yang akan dijabarkan.
  
17
a. 
Media Cetak
Media cetak
adalah
suatu
media yang statis
yang
mengutamakan
pesan-
pesan
visual dalam melaksanakan fungsinya sebagai
media penyampaian
informasi,
maka
media cetak
terdiri dari
lembaram dengan
sejumlah
kata,
gambar
atau
foto
dalam tata
warna
dan
halaman
putih,
dengan
fungsi
utama
adalah
memberikan
informasi atau
menghibur. Media cetak juga adalah suatu dokumen atas segala hal
yang dikatakan orang lain dan rekaman peristiwa yang ditangkap oleh sang jurnalis
dan diubah dalam bentuk kata-kata, gambar, foto, dan sebagainya.
b.
Media Elektronik
Media   elektronik   merupakan   media   komunikasi   atau   media   massa   yang
menggunakan alat-alat elektronik (mekanis), media elektronik terdiri dari:
1.
Radio
Radio adalah media massa elektronik tertua dan paling luwes.
Keunggulan radio siaran
ini
adalah
berada di
mana
saja:
di
tempat
tidur
(ketika
orang akan tidur atau bangun tidur), di dapur, di dalam mobil, dan berbagaitempat
lainnya.  Apabila  surat  kabar  memperoleh  julukan  sebagai  kekuatan  ke  empat,
maka
radio
mendapat
julukan
kekuatan
kelima
atau the
fifth
estate. Hal
ini
disebabkan radio siaran juga dapat melakukan
fungsi
kontrol sosial
seperti
surat
kabar,
di
samping
empat
fungsi
lainnya yakni
memberi
informasi,
menghibur,
mendidik dan melakukan persuasi (Elvinaro, 2004: 115).
  
18
2.1.5
Televisi
Televisi (TV) adalah media massa yang menggunakan alat-alat elektronis dengan
memadukan radio (broadcast) dan film (moving picture). Para penonton di rumah-rumah
tak
mungkin
menangkap
siaran
televisi, kalau tidak ada unsur-unsur
radio.
Dan
tak
mungkin
dapat
melihat-lihat
gambar
yang
bergerak
pada
layar
pesawat
televisi,
jika
tidak ada unsur-unsur film (Effendy, 2000: 124).
2.1.5.1
Konsep Televisi
Dalam Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia,
televisi
adalah “Sistem penyiaran
gambar yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan
menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi
gelombang
listrik dan mengubahnya kembali
menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat
dan bunyi yang dapat di dengar” (Moeliono, 2001: 1162).
Dari
penjelasan
diatas,
peneliti
berpendapat
bahwa
televisi
adalah sistem
penyiaran yang disertai dengan
gambar suatu objek
yang bergerak dan disertai dengan
bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat
mengubahnya dengan berkas – berkas cahaya dapat dilihat dan didengar.
2.1.5.2
Karakteristik Televisi
Peran media massa penyiaran amat menonjol, hal ini karena media massa
penyiaran,
khususnya
media
massa
televisi mempunyai
ciri-ciri
sebagai
berikut
(Darwanto, 2007: 42-44 ):
  
19
a)
Keserempakan
Yang dimaksud keserempakan (simultaneusness) ialah dalam waktu yang relatif
sama, khalayak di mana pun berada dapat menerima
informasi dari media yang
bersangkutan. Untuk ini hanya berlaku bagi
media massa elektronik, sedangkan media
cetak, masalah teknis, keserempakan tidak dapat terjadi. Salah satu ciri media massa
adalah  kemampuannya  menyampaikan  informasi  sedini  mungkin  kepada  khalayak.
Itulah salah satu penyebab mengapa radio dan televisi sejak ditemukan pertama kali,
dapat dengan cepat siarannya berkembang.
b)
Mampu meliput daerah yang tidak terbatas
Media massa elektronik dapat meliput dan mampu menembus belahan bumi
manapun tanpa gangguan yang berarti.
c)
Bisa dimengerti yang buta huruf
Kelebihan lain dari
media
massa elektronik, bisa dimengerti oleh
mereka
yang
buta huruf, mereka hanya dapat menggunakan daya fantasinya saja, karena itu mereka
tidak
mengalami
kesulitan saat
menonton
program siarannya, sebab
televisi
di
dalam
susunan gambarnya telah mengubah bahasa verbal menjadi bahasa gambar.
  
20
d)
Bisa diterima mereka yang cacat tubuh
Media massa radio dan televisi saling mengisi kekurangan dan kelebihannya,
sehingga
kekurangan
masing
masing
dapat diatasi,
sehingga
dapat
dimanfaatkan
mereka yang cacat tubuh pendengaran maupun penglihatan.
2.1.5.3 Program Televisi
Ada beberapa jenis program acara televisi, yaitu:
a.
Program Drama
Program siaran drama berisi cerita
fiksi. Istilah ini
juga disebut sinetron cerita.
Untuk membedakannya dengan sinetron noncerita adalah: format sinetron yang terdiri
dari beberapa jenis, yaitu: sinetron drama modern, sinetron drama legenda, sinetron
drama komedi, sinetron drama saduran dan sinetron yang yang dikembangkan dari cerita
atau buku novel, cerita pendek dan sejarah (Soenarto, 2007: 62-63).
b.
Program non Drama
Program non-drama
merupakan
bentuk
acara
yang
tidak disertai
bumbu
cerita.
Acara  non-drama  diolah  seperti  apa  adanya.  Program  jenis  dokumenter  termasuk
program nondramatik ini bisa didapatkan dari keadaan senyatanya, bisa mengenai alam,
budaya manusia, ilmu pengetahuan dan kesenian (Soenarto, 2007: 62-63). Program non-
drama
di
televisi
menurut Sony
Set adalah acara
terbanyak
yang kita
tonton
selama
hidup  kita.  Dari  tayangan  reality  showtalkshow,
kuis,  gamesfeaturesstar
talent
  
21
search, audisi para bintang, kombinasi program televisi dan sebagainya menghiasi hari-
hari kita dengan wacana (Set, 2008: 20).
2.1.5.4 Desain Produksi Acara Televisi
Pada
prinsipnya penyelenggaraan
siaran stasiun
televisi
umum terbagi
menjadi
dua, yakni siaran karya artistk dan karya jurnalistik. Siaran karya jurnalistik merupakan
produksi
acara
televisi
dengan
pendekatan jurnalistik
yang
mengutamakan
kecepatan
penyampaian  informasi  dari  sumber  pendapat,  realitas  atau  peristiwa  yang  terjadi
(Muda, 2005: 59).
a.
Program   jurnalistik   yaitu   program   yang   diproduksi   melalui   pendekatan
jurnalistik, yaitu proses produksi yang mengutamakan segi kecepatan, termasuk
ke dalam proses
penyajian
kepada
khalayak.
Menurut
Roland
E.
Wolesly
dan
Lawrence
R.
Campbell
di
dalam exploring
journalism,
yang
dikutip
oleh
Askurifai   Baksin   dalam   bukunya,   “jurnalistik   ialah   tindakan   diseminasi
informasi,
opini
dan
hiburan
untuk
orang ramai yang sistematik dan dapat
dipercaya
kebenarannya
melalui
media
komunikasi
massa
modern”
(Wahyudi,
1991: 148). Program jurnalistik antara lain :
1. Berita aktual (news bulletin) yang bersifat timeconcern
2. Berita non-aktual (news magazine) yang bersifat timeless
3. penjelasan masalah hangat (current affairs), seperti :
a. Dialog (wawancara, talkshow, diskusi panel)
  
22
b. Monolog (pidato, pengumuman, khutbah dan lain-lain)
c. Laporan (Wahyudi, 1994: 17)
b.
Program artistik yaitu program yang di produksi melalui pendekatan artistik atau
rasa keartistikan, yaitu proses produksi yang mengutamakan segi keindahan.
Siaran (rangkaian mata acara) program artistik antara lain :
1. Pendidikan atau agama
2. Features
3. Dokumenter
4. Seni dan budaya
5. Hiburan (musik, lawak, akrobat, sinetron dan lain-lain)
6. Iklan / Public service
7. Penerangan umum
8. Ilmu pengetahuan dan teknologi, dan lain sebagainya
  
23
Tabel 2.1
Perbedaan Karya Artistik dan Jurnalistik
Karya artistik
Karya jurnalistik
1.
sumber: ide / gagasan
2.
mengutamakan keindahan
3.
isi pesan bisa fiksi dan non fiksi
4.
penyajian
tidak
terikat
waktu
(perencanaan)
5.
sasaran
kepuasan
pemirsa
/
pendengar
6.
memenuhi
rasa
kagum
menghargai seseorang
7.
improvisasi tidak terbatas
8.
isi pesan terikat pada kode moral
9.
penggunaan
bahasa
bebas
(dramatis)
10.
refleksi daya khayal kuat
11.
isi pesan tentang realitas sosial
1.
sumber: permasalahan hangat
2.
mengutamakan
kecepatan
/
aktualitas
3.
isi pesan harus faktual
4.
penyajian terikat waktu
5.
sasaran
kepercayaan
dan
kepuasan
pemirsa
6.
memenuhi rasa ingin tahu pemirsa
7.
improvisasi terbatas
8.
isi pesan terikat pada kode etik
9.
menggunakan
bahasa
jurnalistik
(ekonomi kata dan bahasa)
10.   refleksi penyajian kuat
11.   isi pesan menyerap realitas / faktual
Sumber: (Wahyudi, 1994: 19)
2.1.6
Feature
Program features
termasuk
ke dalam
karya
siaran
artistik,
yaitu
merupakan
produksi
program
televisi
yang
menekankan pada aspek artistik dan estetik, sehingga
  
24
unsur keindahan menjadi keunggulan dan daya tarik program tersebut. Program features
sendiri dapat diartikan sebagai suatu program kreatif, terikat pada dasar-dasar jurnalistik
dan
juga
artistik,
dapat
mengabaikan
segi aktualitas,
menyajikan
kebenaran
atau
obyektivitas tetapi kadang-kadang bisa subyektif, cenderung mengandung segi-segi
human interest, terutama yang bersifat ringan, menghibur,
menyenangkan, merangsang
dan menimbulkan emosional perasaan pemirsa. Dan juga memberi, menambah dan
meningkatkan
informasi
tentang kejadian atau peristiwa,
masalah, gejala, proses aspek-
aspek kehidupan, termasuk juga latar belakang (Pratikto, 1984: 15-16).
Ada
juga
yang
mengartikan features
sebagai
suatu
program yang
membahas
suatu pokok bahasan, satu tema, diungkapkan lewat pandangan yang saling melengkapi,
mengurai,
menyoroti
secara
kritis
dan
disajikan
dalam berbagai
format
dalam
satu
produksi sekaligus (Wibowo, 1997: 124).
Fungsi features secara umum mencakup lima hal, yaitu: (Sumadiria, 2005: 16)
a.   Melengkapi sajian berita langsung (straight news)
b.  Pemberi informasi tentang suatu situasi, keadaan, atau peristiwa yang terjadi
c.   Penghibur dan pengembangan imajinasi yang menyenangkan
d.   Wahana pemberi nilai dan makna terhadap suatu keadaan atau peristiwa
e.   Sarana ekspresi yang paling efektif dalam memperngaruhi khalayak.
Format features sebaiknya disusun berdasarkan urutan logis, dari yang
sederhana
berkembang
semakin
rumit,
dari
yang
ringan
berkembang
semakin
berat,
  
25
dilengkapi dengan musik ataupun sound effect mengenai tema program features tersebut.
Meskipun unsur-unsur yang membuat program features
ini menjadi terasa segar, harus
selalu dipikirkan, misalnya
menghasilkan peristiwa atau wawancara yang mengandung
humor. Sehingga isi dari keseluruhan acara features itu menjadi menarik untuk ditonton.
Semakin berkembangnya jaman dan kebutuhan pemirsa, format program
features yang ada di televisi pun semakin banyak jenisnya. Tema program features yang
sering ditayangkan televisi saat ini antara lain : (Pratikto, 1984: 99-101)
a.
Features human interest: features ini mengandung banyak unsur rasa manusiawi,
sentuhan manusiawi. Unsur atau segi yang diutamakan , isi acara langsung
menyentuh 
rasa 
manusiawi 
pemirsa.  Misalnya 
keharuan, 
kegembiraan,
kesedihan, kebencian, simpati, cinta dan kasih sayang.
b.
Features  biografi: features  ini menceritakan tentang riwayat hidup pribadi-
pribadi mereka yang bernilai untuk diceritakan. Mungkin karena meraka tokoh-
tokoh historis yang tetap bertahan lama sesudah mereka tiada. Karena itu sering
juga disebut sebagai features sejarah atau riwayat hidup.
c.
Features otobiografi: features ini hampir sama dengan features biografi, bedanya
pada
features ini
memang
khusus
menceritakan riwayat hidup tokoh-tokoh
tertentu. Pada umumnya tokoh-tokoh itu masih hidup, menunjukkan keintiman-
keintiman
pribadi,
hal-hal
yang
bersifat subyektif, dari suatu sudut pandang
tertentu, yang mungkin jarang diketahui orang lain.
  
26
d.
Features
perjalanan:
features
ini
menceritakan
tentang
perjalanan
ke
tempat-
tempat
yang
menarik
atau
masih
jarang
diketahui
umum. Features
ini
dapat
dikatakan juga sebagai features pariwisata.
e.
Features   sejarah:   features   ini   mengangkat   mengenai   sejarah,   sering   ada
kaitannya dengan tokoh-tokoh atau tempat terkenal.
Program “Hidup
Ini
Indah”
merupakan
program berformat
feature
di
mana
desainnya bersifat artistik. di dalamnya terdapat tiga dimensi yang dapat menarik minat
penonton dalam berwirausaha yaitu presenter, tokoh, alur cerita.
  
27
2.2
Teori Khusus
2.2.1
Kognitif Sosial
Teori sosial kognitif memberikan pengantar kerangka konsep melalui penguji
faktor-faktor 
yang 
menentukan  dan 
mekanisme  dari  dampak  yang 
terjadi.  Setiap
tindakan
manusia
dapat
menjelaskan
langsung hubungan sebab akibat, yang mana
tindakan
membentuk
dan
mengendalikan
salah satunya, hal ini dapat mempengaruhi
lingkungan sekitarnya atau factor dalam diri seseorang (Bryant, 2009: 94).
Teori
sosial kognitif telah
menemukan beberapa pandangan. Pengembangan diri
seseorang, keaktifannya, pengaturan diri, dan
mencerminkan diri, tidak hanya aktivitas
sebelumnya dengan kondisi dan menuntun dari lingkungan sekitarnya atau kekuatan
dirinya sendiri (ibid).
Berikut
adalah
bagan
segitiga
teori
sosial
kognitif,
yang berhubungan
secara
timbal balik :
Skema segitiga dari hubungan sebab akibat model dari teori sosial kognitif :
Faktor
perorangan
Faktor
perilaku
Faktor
lingkungan
sekitar
  
28
Menurut
Jones (1989),
fakta bahwa variasi perilaku berdasarkan dari situasi ke
situasi lainnya mungkin tidak perlu makna bahwa perilaku adalah pengendalian dari
situasi
tetapi
juga
bahwa
orang
dapat
menafsirkan
situasi
secara
berbeda
dan
bentuk
yang
sama
dari bentuk rangsangan
mungkin
memancing
respon
yang
lain
dari orang
yang berbeda atau berasal dari orang yang sama dari waktu
yang berbeda. Teori sosial
kognitif sangat
membantu
untuk pemahaman dan prediksi kedua perilaku dari individu
dan kelompok dan mengidentifikasi
metode pada saat perilaku bisa termodifikasi atau
berubah.
Berikut ini adalah lima kemampuan kognitif dasar yang merupakan karakteristik
manusia (Bryant, 2009: 95).
1.
Symbolising       capability.      Manusia     
memiliki       kemampuan      
untuk
mentransformasikan pengalaman-pengalamannya menjadi simbol-simbol dan
kemampuan  untuk  memproses  simbol-simbol  ini.  Mereka  dapat  menciptakan
ide-ide   yang   melampaui   pengalaman   penginderaannya.   Kenyataan   bahwa
manusia
memiliki kemampuan
simbolisasi
tersebut
tidak
berarti bahwa
mereka
selalu rasional. Hasil pemikiran itu dapat baik ataupun buruk, tergantung pada
kelengkapan
informasi    yang    dimilikinya.    Semua    symbol-simbol    yang
dikeluarkan akan ditangkap oleh penonton.
2.
Forethought
capability.
Sebagian
besar
perilaku
manusia
diatur
oleh pemikiran
antisipatifnya
bukan   
oleh    reaksinya   
terhadap    lingkungannya.    Orang
mengantisipasi konsekuensi perbuatannya dan
menentukan
tujuannya
sendiri.
Pemikiran ke depan ini bukan akumulasi konsekuensi-konsekuensi terdahulu,
melainkan hasil pemikiran.
  
29
3.
Vicarious
capability.
Hampir
seluruh
kegiatan
belajar
pada
manusia
itu
bukan
melalui pengalaman langsung, melainkan hasil pengamatannya terhadap perilaku
orang
lain    beserta    konsekuensinya.    Belajar    melalui    pengamatan    ini
memperpendek waktu yang dibutuhkan manusia untuk belajar berbagai
keterampilan. Keterampilan tertentu, seperti keterampilan berbahasa, demikian
kompleksnya
sehingga
tidak
mungkin
dapat
dipelajari tangpa
penggunaan
modeling.
4.
Self-regulatory 
capability.
Manusia 
mengembangkan 
standar 
internal 
yang
dipergunakannya
untuk
mengevaluasi perilaku
sendiri.
Kemampuan
untuk
mengatur diri sendiri ini mempengaruhi perilaku selanjutnya.
5.
Self  reflective  capability.  Kemampuan refleksi diri ini hanya dimiliki oleh
manusia. Orang dapat menganalisis berbagai pengalamannya dan mengevaluasi
apakah rposes berpikirnya sudah memadai. Jenis pemikiran yang paling sentral
dan mendalam yang terjadi dalam refleksi diri ini adalah penilaian orang tentang
kemampuannya sendiri untuk mengatasi berbagai macam realitas.
Konsep
utama dari teori kognitif sosial adalah pengertian tentang observational
learning
atau
proses
belajar
dengan
mengamati. Terkadang
perilaku
seseorang
bisa
timbul hanya karena proses modeling. Modeling
atau peniruan merupakan "the direct,
mechanical reproduction of behavior,
reproduksi perilaku yang langsung dan
mekanis
(Baran & Davis, 2000: 184). Sebagai contoh, ketika seorang
ibu
mengajarkan anaknya
bagaimana
cara
mengikat
sepatu
dengan
memeragakannya
berulang
kali
sehingga
si
anak bisa mengikat tali sepatunya, maka proses ini disebut proses modeling.
  
30
Baranowski, Perry, dan Parcel (1997) menyatakan bahwa "reinforcement is the
primary construct in the operant form of learning" proses penguatan merupakan bentuk
utama dari cara belajar seseorang. Proses penguatan juga merupakan konsep sentral dari
proses belajar sosial. Di dalam teori kognitif sosial,
penguatan
bekerja
melalui
proses
efek
menghalangi (inhibitory
effects)
dan
efek
membiarkan
(disinhibitory
effects).
Inhibitory Effects terjadi ketika seseorang melihat seorang model
yang diberi hukuman
karena
perilaku
tertentu,
misalnya
penangkapan
dan
vonis hukuman
terhadap
seorang
artis   penyanyi   terkenal   karena   terlibat   dalam 
pembuatan   video   porno.   Dengan
mengamati apa yang dialami model tadi, akan mengurangi kemungkinan orang tersebut
mengikuti apa yang dilakukan sang artis penyanyi terkenal itu. Sebaliknya, Disinhibitory
effects terjadi
ketika
seseorang
melihat
seorang
model
yang
diberi
penghargaan
atau
imbalan
untuk suatu perilaku tertentu. Misalnya disebuah tayangan kontes adu bakat di
sebuah televisi ditampilkan sekelompok pengamen jalanan yang bisa memenangi hadiah
ratusan
juta
rupiah,
serta
ditawari
menjadi
model
iklan
dan
bermain
dalam sinetron
karena mengkuti lomba tersebut. Menurut teori ini, orang juga akan mencoba mengikuti
jejak sang pengamen jalanan.
Efek-efek 
yang 
dikemukakan 
di  atas 
tidak  tergantung  pada 
imbalan  dan
hukuman yang sebenarnya, tetapi dari penguatan atas apa yang dialami orang lain tapi
dirasakan seseorang sebagai pengalamannya sendiri (vicarious reinforcement). Menurut
Bandura  (1986),  vicarious  reinforcement  terjadi  karena  adanya  konsep  pengharapan
hasil
(outcome
expectations ) dan harapan hasil (outcome
expectancies
). Outcome
expectations menunjukkan bahwa ketika kita melihat seorang model diberi penghargaan
dan
dihukum,
kita
akan
berharap
mendapatkan
hasil
yang
sama
jika kita
melakukan
  
31
perilaku yang sama
dengan model. Seperti dikatakan oleh Baranowski dkk (1997),
"People develop expectations about a situation and expectations for outcomes of their
behavior before they actually encounter the situation" orang akan mengembangkan
pengharapannya
tentang
suatu
situasi
dan
pengharapannya
untuk
mendapatkan
suatu
hasil dari perilakunya sebelum ia benar-benar mengalamai situasi tersebut. Selanjutnya,
seseorang mengikat nilai dari pengharapan tersebut dalam bentuk outcome expectancies
-- harapan akan hasil. Harapan-harapan ini memeprtimbangkan sejauh mana penguatan
tertentu 
yang 
diamati 
itu 
dipandang 
sebagai 
sebuah 
imabalan/penghargaan 
atau
hukuman.
Misalnya, orang
memang
menganggap bahwa perilaku artis penyanyi yang
membintangi
video porno
memang
pantas dihukum,
tetapi
teori
kognitif sosial
juga
mempertimbangkan kemungkinan perilaku yang sama yang dilakukan orang lain dalam
video porno tersebut mendapatkan imbalan misalnya berupa simpati atau bahkan tak
diajukan ke pengadilan karena dianggap sebagai korban, meski pada saat melakukan
adegan video porno tersebut ia dan si arti penyanyi yang dihukum itu sama-sama
melakukannya
dengan
sadar.
Hal
ini
akan
memengaruhi
sejauh
mana
proses
belajar
sosial akan terjadi.
Konsep-konsep yang telah dikemukakan merupakan proses dasar dari
pembelajaran dalam teori kognitif sosial. Meskipun demikian, terdapat beberapa konsep
lain
yang dikemukakan
teori
ini
yang
akan memengaruhi
sejauh
mana
belajar sosial
berperan. Salah satu tambahan yang penting bagi teori ini adalah konsep identifikasi
(indentification)
dengan
model
di
dalam media.
Secara
khusus
teori
kognitif
sosial
menyatakan bahwa jika seseorang merasakan hubungan psikologis yang kuat dengan
sang  model,  proses  belajar  sosial  akan  lebih  terjadi.  Menurut  White  (1972:  252)
  
32
identifikasi  muncul  mulai  dari  ingin  menjadi  hingga  berusaha  menjadi  seperti  sang
model dengan beberapa kualitas yang lebih besar. Misalnya seorang anak yang
mengidolakan seorang
atlit
sepakbola,
mungkin akan
meniru atlit tersebut dengan cara
menggunakan kostum yang sama dengan atlit tersebut atau mengonsumsi makanan yang
dikonsumsi atlit tersebut.
Teori  kognitif  sosial  juga 
mempertimbangkan  pentingnya  kemampuan  sang
"pengamat"   untuk   menampilkan   sebuah   perilaku   khusus   dan   kepercayaan   yang
dipunyainya untuk menampilkan perilaku trsebut. Kepercayaan ini disebut dengan self-
efficacy  atau efikasi diri (Bandura, 1977a) dan hal ini dipandang sebagai sebuah
prasayarat kritis dari perubahan perilaku. Misalnya dalam kasus tayangan
tentang cara
pembuatan  kue  bika  di  televisi  yang  telah  disebutkan  di  atas.  Teori  kognitif  sosial
menyatakan bahwa tak semua orang akan belajar
membuat kue bika, khususnya bagi
mereka
yang
terbiasa
membeli
kue
bika siap
saji
dan
mempunyai
keyakinan bahwa
membuat kue bika sendiri merupakan hal yang sia-sia dan tak perlu karena membelinya
pun
tidak
mahal
harganya.
Dalam
hal
ini
orang
tersebut dianggap
tidak
mempunyai
tingkat efikasi diri yang cukup untuk belajar memasak kue bika dari televisi. (
Diakses 
tanggal 
26 
Mei  2011,
pukul 09.42.
2.2.2    Konsep Minat
2.2.2.1 Pengertian Minat
Pengertian
minat
menurut bahasa (Etimologi), ialah
usaha dan kemauan
untuk
mempelajari  (Learning)  dan 
mencari  sesuatu.  Secara  (Terminologi), 
minat  adalah
  
33
keinginan, kesukaan dan kemauan terhadap sesuatu hal. Minat mempunyai karakteristik
pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga dapat
membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang. Minat dan motivasi memiliki
hubungan dengan segi kognisi, namun minat lebih dekat pada perilaku.
Krapp, Hidi, dan Renninger (Pintrich dan Schunk,1996) membagi definisi minat
secara
umum
menjadi
tiga,
yaitu:
minat
pribadi,
minat
situasi
dan
minat
dalam ciri
psikologi. (
diakses
tanggal 27 April 2011 pukul 20.40 WIB.
a.
Minat pribadi, diartikan sebagai karakteristik kepribadian seseorang  yang relatif
stabil, yang cendrung menetap pada diri seseorang. Minat pribadi biasanya dapat
langsung
membawa seseorang pada beberapa aktifitas atau
topik
yang spesifik.
Minat
pribadi
dapat
dilihat
ketika
seseorang menjadikan
sebuah
aktivitas atau
topik
sebagai
pilihan
untuk
hal
yang
pasti,
secara
umum menyukai
topik atau
aktivitas
tersebut,
menimbulkan
kesenangan
pribadi
serta
topik
atau
aktivitas
yang dijalani memiliki arti penting bagi seseorang tersebut.
b.
Minat
situasi
merupakan
minat
yang
sebagian
besar
dibangkitkan
oleh konsisi
lingkungan.
c.
Minat
dalam
ciri
psikologi
merupakan
interaksi
dari
minat
pribadi
seseorang
dengan ciri-ciri minat lingkungan. Renninger menjelaskan bahwa minat pada
definisi
ini
tidak
hanya pada karena seseorang
lebih
menyukai sebuah
aktivitas
atau topik, tetapi karena aktivitas atau topik tersebut
memiliki
nilai
yang tinggi
dan mengetahui lebih banyak mengenai topik atau aktivitas tersebut.
  
34
Berikut adalah pendapat beberapa ahli berkaitan dengan pengertian minat:
a.
Hilgar (1988)
Minat adalah suatu proses yang tetap untuk memperhatikan dan memfokuskan diri
pada sesuatu yang diminatinya dengan perasaan senang dan rasa puas.
b.
Andi Marpare
Minat  adalah  suatu  perangkat  mental  yang  terdiri  dari  suatu  campuran  dari
perasaan,
harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan lain yang
mengarahkan individu kepada suatu pikiran tertentu.
c.
Sutjipto (2001)
Minat  adalah  kesadaran  seseorang  terhadap  suatu  objek,  orang,  masalah,  atau
situasi
yang
mempunyai
kaitan
dengan
dirinya. 
Artinya, minat
harus dipandang
sebagai sesuatu yang sadar.  Karenanya minat merupakan aspek psikologis
seseorang untuk menaruh perhatian yang tinggi terhadap kegiatan tertentu dan
mendorong yang bersangkutan untuk melaksanakan kegiatan tersebut
Diakses  pada  tanggal  27 
April
2011, pukul 20.50 WIB.
d.
Nunnally (Sutjipto, 2001)
Menjabarkan
minat sebagai suatu
ungkapan kecenderungan tentang kegiatan yang
sering dilakukan setiap hari, sehingga kegiatan itu disukainya; sedangkan Guilford
(Sutjipto, 2001) menyatakan minat sebagai tendensi seseorang untuk berperilaku
berdasarkan ketertarikannya pada jenis-jenis kegiatan tertentu.
  
35
Dari
beberapa
definisi
minat
di
atas dapat
ditarik
kesimpulan
mengenai
minat,
bahwa minat merupakan sebuah motivasi intrinsik sebagai kekuatan pembelajaran yang
menjadi daya penggerak seseorang dalam melakukan aktivitas dengan penuh ketekunan
dan cendrung menetap, dimana aktivitas tersebut merupakan proses pengalaman belajar
yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan
mendatangkan perasaan senang, suka dan
gembira.
2.2.2.2 Faktor Timbulnya Minat
Berdasarkan 
teori 
”Acceptance 
Rejection” 
yang 
dikemukakan 
Fryer,
bahwa keberadaan minat itu berdasarkan pada orientasi suka dan tidak sukanya individu
terhadap objek, subjek atau aktivitas. Orientasi ini pada gilirannya akan mempengaruhi
penerimaan
individu.
Jika
individu suka
terhadap
objek,subjek
atau aktivitas
tersebut,
maka individu akan
menerimanya. Jika individu tidak suka kepada objek, subjek atau
aktivitas tersebut, maka ia akan menolaknya. Penentuan minat ini didasarkan pada reaksi
individu (menolakmenerima). Jika ia menerima berarti ia berminat, dan jika menolak
berarti ia tidak berminat (Sarwono S.W, 2003: 71).
Faktor timbulnya minat, menurut Crow and Crow (1982), terdiri dari tiga faktor
(Sarwono S.W, 2003: 76) :
a.
Faktor  dorongan 
dari  dalam, 
yaitu 
rasa 
ingin 
tahu 
atau 
dorongan 
untuk
menghasilkan sesuatu yang baru dan
berbeda. Dorongan ini dapat membuat
seseorang berminat untuk mempelajari ilmu mekanik, melakukan penelitian
ilmiah, atau aktifitas lain yang menantang.
b.
Faktor motif sosial, yakni minat dalam upaya mengembangkan
  
36
diri dari dan dalam ilmu pengetahuan, yang mungkin diilhami oleh hasrat untuk
mendapatkan kemampuan dalam bekerja, atau adanya hasrat untuk
memperoleh
penghargaan dari keluarga atau teman.
c.
Faktor emosional, yakni minat yang berkaitan dengan perasaan
dan emosi. Misalnya, keberhasilan
akan menimbulkan perasaan puas dan dapat
meningkatkan  minat,  sedangkan  kegagalan  dapat  menghilangkan  minat
seseorang.
2.2.2.3 Aspek – Aspek atau Kategori Minat
Atkinson  dan  Hilgard  (1976)  mengemukakan  bahwa  minat  termasuk  dalam
taksonomi afektif (istilah dari  Bloom).
Taksonomi
afektif   Bloom   ini   meliputi   lima   kategori   (Atkinson,Hilgard,
Pengantar Psikologi, 2000) :
1.
Penerimaan   (receiving yang   terdiri   dari   sub-kesadaran   kemauan   untuk
menerima
perhatian
yang
terpilih.
Di
dalam penelitian
ini
adalah
bagaimana
penonton
menerima
isi
program
yang
berupa presenter, tokoh,
dan
alur cerita
pada program ”Hidup Ini Indah”.
2.
Menanggapi 
(responding) 
yang 
terdiri 
dari 
sub-kategori 
persetujuan 
untuk
menanggapi kemauan dan kepuasan. Di dalam penelitian ini adalah bagaimana
penonton
menanggapi
isi program yang berupa presenter,
tokoh, dan alur cerita
pada program ”Hidup Ini Indah”.
  
37
3.
Penilaian
(valuing)
yang
terdiri
dari
sub-kategori
penerimaan,
pemilihan
dan
komitmen 
terhadap 
nilai  –  nilai 
tertentu. 
Di 
dalam 
penelitian 
ini  adalah
bagaimana penonton menilai isi program yang berupa presenter, tokoh, dan alur
cerita pada program ”Hidup Ini Indah”.
4.
Organisasi  (organization)  yang 
terdiri  dari  sub-kategori  penggambaran  dan
pengorganisasian
terhadap
nilai.
Di
dalam penelitian
ini
adalah
bagaimana
penonton mengorganisasikan isi program yang berupa presenter, tokoh, dan alur
cerita pada program ”Hidup Ini Indah”.
5.
Pencirian   (characterization)  yang   terdiri   dari   sub-kategori   pencirian   dan
pemasyarakatan
nilai.
Di
dalam penelitian
ini
adalah
bagaimana
penonton
mencirikan
isi
program yang
berupa
presenter,
tokoh,
dan
alur
cerita
pada
program ”Hidup Ini Indah”.
Di dalam penelitian, dimensi yang digunakan adalah minat.
2.3
Kebutuhan dan Keinginan Pemirsa
Pada
dasarnya,
kebutuhan
merupakan
sesuatu hal yang sifatnya harus segera
dipenuhi. Sedangkan yang dimaksud dengan keinginan adalah sebuah kebutuhan yang
dijadikan sebagai refrensi bagi pemirsa terhadap suatu program. Setiap individu pemirsa
memiliki 
kebutuhan 
dan 
keinginan 
yang 
berbeda 
terhadap 
suatu 
program  yang
ditayangka di televisi.
Dominick mengemukakan beberapa kebutuhan dan keinginan pemirsa dalam
menonton suatu program televisi diantaranya
adalah : (Morissan, 2005: 23)
  
38
1.
Pengetahuan
Seseorang menggunakan
media massa untuk
mengetahui
sesuatu   
atau
memperoleh informasi tentang sesuatu.
2.
Hiburan
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah hiburan. Mayoritas masyarakat
mencari
hiburan
dengan
menonton
program –
program yang
ditayangkan
di
televisi.
3.
Pendidikan
Berbagai variasi program yang disiarkan
mampu
menambah
pengetahuan
dan
wawasan bagi masyarakat. Televisi juga merupakan sarana pendidikan yang
cukup efektif.
4.
Kepentingan Sosial
Kebutuhan
ini
diperoleh
melalui
pembicaraan
atau
program diskusi
di
suatu
stasiun televisi, karena isi media menjadi suatu perbincangan yang hangat.
5.
Pelarian
Masyarakat yang menggunakan media tidak hanya untuk tujuan santai dan
hiburan,
tetapi
juga
sebagai bentuk pelarian. Masyarakat menggunakan
media
massa untuk menghindari aktivitas atau permasalahan lain.
  
39
2.4
Hipotesis
2.4.1
Hipotesis teori
Teori “Kognitif Sosial” berasumsi bahwa Isi media dan karakteristik media akan
mempengaruhi sikap dan pola pikir masyarakat baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Pada 
penelitian 
ini 
hanya 
akan 
diteliti 
tentang 
efek 
yang 
ditimbulkan
komponen
isi
media dan karakteristiknya yaitu berupa minat berwirausaha
masyarakat
setelah menonton program “Hidup Ini Indah”.
2.4.2
Hipotesis Penelitian
Bahwa karakteristik
isi program
“Hidup
Ini Indah”
yang
terdiri dari presenter,
tokoh, alur cerita, dapat mempengaruhi minat masyarakat untuk berwirausaha.
Semakin 
menarik  karekteristik  isi  program  ”Hidup  Ini  Indah” 
maka  akan
semakin tinggi minat masyarakat untuk berwirausaha setelah menonton program “Hidup
Ini Indah”.
Ha
Ada pengaruh karakteristik isi program “Hidup Ini Indah” terhadap minat
masyarakat untuk berwirausaha
Ho
Tidak Ada pengaruh karakteristik isi program “Hidup Ini Indah” terhadap
minat masyarakat untuk berwirausaha.
  
40
2.4.3
Hipotesis Statistik
Jika koefisien determinasi (R²) antara variabel X dan Y lebih besar dari 0, maka
ada pengaruh variabel topik terhadap variabel minat.
Ha= R²XY > 0
Ho: R²XY < 0
2.5
Model Analisis
Di
dalam penelitian
ini,
peneliti
melihat
bahwa
orang
berminat
untuk
berwirausaha tergantung dari karakteristik isinya. Oleh karena itu, peneliti menganggap
bahwa minat adalah efek dari karakteristik isi media.
Karakteristik Isi
Program “Hidup Ini
Indah”:
-
Presenter
-
Tokoh
-
Alur cerita
Minat Masyarakat
untuk Berwirausaha:
-
Receiving
-
Responding
-
Valuing
-
Organizing
-
Characterising
INDEPENDENT VARIABEL
DEPENDENT VARIABEL