BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1.
Komunikasi Massa
2.1.1.
Pengertian Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa atau
komunikasi dengan menggunakan media massa. Massa di sini adalah kumpulan orang-
orang yang hubungan antar sosialnya tidak jelas dan tidak mempunyai struktur tertentu.
Menurut Gerbner (1967), seorang ahli komunkasi, “Mass communication is the
technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly
shared continuous flow of messages in industrial societies” (Jalaluddin  2003: 188).
Jadi, Gerbner berpendapat bahwa komunikasi massa adalah suatu produksi dan
distribusi
pesan
yang
terus
menerus
dalam masyarakat
industri
yang
berlandaskan
teknologi dan lembaga.
Joseph
Devito
seperti
dikutip
oleh
Nurudin,
memberikan
definisi
yang
lebih
detail
tentang
komunikasi
massa.
First, mass communication is communication
addressed to masses, to an extremely large society. This does not mean that the audience
include all people or everyone who reads or everyone who watches television; rather it
means an audience that is large and generally rather poorly defined. Second, mass
communication is communication mediated by audio and
or
visual transmitter.
Mass
communivation
is
perhaps
most
easily
and
most
logically
defined
by
its;
television,
radio, newspaper, magazines, films, books, tapes” (Nurudin, 2007: 11-12).
14
  
15
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa
komunikasi
massa
merupakan
komunikasi yang ditujukan kepada khalayak yang sangat banyak, atau biasa disebut
massa.
Tapi
ini
tidak
berarti
bahwa
massa yang
dimaksud
adalah
orang-orang
yang
menonton televisi atau membaca koran, melainkan berarti masyarakat yang besar dan
umumnya
agak
kurang
jelas. Lalu
disebutkan juga
bahwa
komunikasi
massa
adalah
komunikasi  yang  disalurkan  oleh  pemancar-pemancar 
audio 
dan 
atau 
visual.
Komunikasi mungkin akan lebih mudah dimengerti apabila didefinisikan dengan media
penunjangnya, seperti televise, radio, koran, majalah, buku, dan film.
Dari  kedua  pendapat  ahli  komunikasi  tentang  komunikasi 
massa  tersebut,
peneliti  menyimpulkan  bahwa  komunikasi  massa  adalah  sebuah  bentuk  komunikasi
yang
disampaikan
melalui
media
massa
sebagai media penunjang, dan disampaikan
secara terbuka kepada masyarakat luas di berbagai wilayah.
2.1.2.   Unsur Komunikasi Massa
Komunikasi Massa terdiri dari unsur : sumber (source), pesan (message), saluran
(channel), penerima (receiver), serta efek (effect). Menurut Lasswell unsur-unsur dalam
komunikasi massa adalah sebagai berikut (Wiryanto, 2003: 70-80).
a) 
Who (Sumber atau Komunikator)
Sumber
utama
dalam komunikasi
massa
adalah
lembaga
atau
organisasi
atau
orang yang bekerja dengan fasilitas lembaga atau organisasi (institutionalized
person).  Pengertian  institutionalized   dalam
hal   ini   ialah   stasiun   televisi,
sedangkan yang dimaksud dengan person adalah redaktur atau kerabat kerja.
b) 
Says What (Pesan)
  
16
Wright (1977) memberikan karakteristik pesan dalam komunikasi massa sebagai
berikut :
1.   Publicity
Pesan-pesan bersifat terbuka untuk umum atau publik.
2.   Rapid
Pesan dalam komunikasi massa dapat mencapai pemirsa yang luas dalam
waktu yang singkat serta terus-menerus.
3.   Transient
Pesan dalam komunikasi massa bersifat sementara dan bukan permanent.
c) 
In Which Channel (Saluran atau Media)
Unsur ini menyangkut
semua peralatan mekanik yang digunakan  
untuk
menyebarluaskan  pesan-pesan  komunikasi  massa,  bisa  juga  disebut  sebagai
media penunjang untuk menyampaikan pesan.
d) 
To Whom (Penerima)
Unsur
ini
berkaitan dengan sasaran dalam komunikasi
massa. Menurut Wright,
penerima pesan dalam komunikasi massa memiliki karakteristik seperti :
1.   Large (besar)
Besarnya mass audience bersifat relatif, menyebar di berbagai lokasi, dan
tidak saling berinteraksi satu sama lain secara langsung.
2.   Heterogen (beraneka ragam)
Sasaran komunikasi massa bersifat heterogen, yaitu sangat beragam dari
berbagai lapisan masyarakat.
3.   Anonim (tidak saling mengenal)
  
17
Baik
komunikator
maupun
komunikan
dalam
komunikasi
massa
tidak
saling mengenal satu sama lain.
e) 
With What Effect (Unsur Efek atau Akibat)
Efek merupakan perubahan-perubahan yang terjadi didalam diri pemirsa sebagai
akibat dari pesan-pesan media. Ada tiga jenis efek yang dapat timbul dalam diri
pemirsa :
1) 
Efek Kognitif
Efek yang dapat mengubah nilai yang saat ini ada dan telah terpelihara di
dalam masyarakat.
2) 
Efek Afektif
Efek ini merupakan proses yang berhubungan dengan emosi dan perasaan
seseorang, seperti ketakutan, kegelisahan, serta moral.
3) 
Efek Konatif
Efek konatif merupakan hasil perluasan efek kognitif dan afektif.
2.1.3.
Karakteristik Komunikasi Massa
Pada
prinsipnya
definisi
komunikasi massa
yang
diungkapkan
oleh
ahli-ahli
komunikasi  mengandung  makna  yang  saling  melengkapi  antara  satu  dan  lainnya.
Melalui   definisi-definisi   tersebut   maka   dapat   kita   ketahui   bahwa   karakteristik
komunikasi massa sebagai berikut (Ardianto, et al. 2007: 7-12) :
  
18
a.   Komunikator Terlembagakan
Komunikasi
massa
melibatkan
suatu
lembaga dan komunikatornya bergerak
dalam organisasi
yang
kompleks,
sehingga
komunikasi
massa
merupakan
komunikator terlembagakan.
b.   Pesan Bersifat Umum
Komunikasi massa itu bersifat terbuka artinya komunikasi massa ditujukan untuk
semua orang bukan hanya pada satu pihak. Oleh karena itu, pesan dalam
komunikasi massa bersifat umum.
c.   Komunikannya Anonim dan Heterogen
Bersifat anonim karena komunikator dan komunikan
tidak saling
mengenal dan
heterogen
karena
terdiri
dari berbagai
lapisan
masyarakat
yang
berbeda
usia,
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya.
d.   Media Massa Menimbulkan Keserempakan
Maksudnya  adalah  keserempakan  kontak  dengan  sejumlah  besar  penduduk
dalam jarak
yang jauh
dari
komunikator
dan
penduduk
satu
sama
lain
berada
dalam keadaan terpisah.
e.   Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan
Dalam komunikasi
massa,
pesan
harus
disusun
sedemikian
rupa
berdasarkan
sistem
tertentu
dan
harus
disesuaikan
dengan
karakteristik
media
massa
yang
akan digunakan.
f.
Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah
Karena komunikasinya melalui media massa, maka
komunikator dan
komunikannya
tidak
dapat
berhubungan secara
langsung.
Dengan
kata
lain,
komunikasi massa itu bersifat satu arah.
  
19
g.   Stimulasi Alat Indra Terbatas
Pada surat kabar dan majalah kita hanya bisa melihat dan pada radio siaran kita
hanya
mendengar,
sedangkan pada
media televisi dan film, kita menggunakan
indra penglihatan dan pendengaran.
h.   Umpan Balik Tertunda (Delayed) dan Tidak Langsung (Indirect)
Umpan balik bersifat
tidak
langsung (indirect)
dan
tertunda
(delayed). Artinya
komunikator tidak dapat segera mengetahui bagaimana reaksi khalayak terhadap
pesan yang disampaikannya.
2.1.4. Fungsi Komunikasi Massa
Apabila komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas tidak hanya diartikan
sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok
mengenai
tukar
menukar
data,
fakta,
dan
ide
maka
fungsinya
dalam
setiap
sistem
sosial adalah sebagai berikut (Ardianto, et al,
2007: 7-12) :
1.   Informasi
Dengan komunikasi massa kita dapat mengetahui berbagai informasi yang terjadi
baik di dalam maupun luar negeri.
2.   Sosialisasi (pemasyarakatan)
Komunikasi massa membuat kita aktif  bersosialisasi di dalam masyarakat.
3.   Motivasi
Memotivasi masyarakat melakukan kegiatan individu maupun kelompok.
4.   Perdebatan dan Diskusi.
Memungkinkan terjadinya diskusi atau perdebatan mengenai suatu hal.
5.   Pendidikan
  
20
Komunikasi  massa  dapat  membentuk  watak,  pendidikan  keterampilan,  serta
kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.
6.   Memajukan kebudayaan
Dengan komunikasi massa maka kita dapat memajukan suatu kebudayaan.
7.   Hiburan
Pesan yang disampaikan dapat menjadi hiburan individu atau kelompok.
8.   Integrasi
Memberi
kesempatan
kepada
masyarakat
agar saling
kenal
dan
mengerti serta
menghargai kondisi, pandangan, dan keinginan orang lain.
Lasswell menyebutkan fungsi komunikasi massa sebagai berikut :
a. Komunikasi massa dapat digunakan untuk mengamati lingkungan serta hal-hal
yang terjadi dalam lingkungan tersebut.
b.
Komunikasi
massa
juga
dapat
menghubungkan
bagian-bagian
dari
masyarakat
agar sesuai dengan apa yang diinginkan oleh lingkungan. Maksudnya bahwa
komunikasi
massa
mampu
menjembatani komunikasi antara semua lapisan
masyarakat.
c.
Komunikasi
massa
dapat
meneruskan
atau
mewariskan dari
satu
generasi
ke
generasi berikutnya. Atau komunikasi massa terus berlangsung antar generasi.
Fungsi
hiburan
(entertainment) diperkenalkan
oleh
Charles
Wright
yang
mengembangkan
model
Laswell
dengan
memperkenalkan
model
dua
belas
kategori
dan
daftar
fungsi.
Dalam hal
ini
komunikasi
massa
bertujuan
untuk
memberikan
hiburan  tanpa  mengharapkan  efek-efek  tertentu.  Wright  juga  membedakan  antara
  
21
fungsi  positif  (fungsi)  dan  fungsi  negatif  (disfungsi).  (referensi  Wiryanto.  Teori
Komunikasi Massa, Jakarta : PT. Gramedia Widya Sarana Indonesia, 2000), hlm 11-
12)
2.2.
Media Massa
2.2.1.   Pengertian Media Massa
Media
massa adalah alat komunikasi yang bekerja dalam berbagai
skala, mulai
dari
skala
terbatas
hingga
dapat
mencapai dan melibatkan siapa
saja
di
masyarakat,
dengan skala yang sangat luas. Istilah media massa mengacu kepada kepada sejumlah
media yang telah ada sejak puluhan tahun yang lalu dan tetap dipergunakan hingga saat
ini, seperti surat kabar, majalah, film, radio, televisi, internet, dan lain-lain.
Pengertian media
massa
mulai
menunjukkan
batasan
yang
tidak
jelas
atau
dianggap tidak jelas oleh sebagian orang, dengan munculnya sejumlah media baru yang
memiliki karakteristik yang berbeda dengan media massa yang sudah ada sebelumnya.
Media
massa
baru
atau
lebih
sering
disebut
dengan
‘media
baru’
(new
media)
ini
bersifat
lebih
individual,
lebih
beragam (diversified) dan
lebih
interaktif.
Salah satu
contoh
penting
media
massa
baru
saat
ini adalah internet. Walaupun
media
baru
menunjukkan pertumbuhan
yang cepat,
namun
belu terlihat
tada-tanda bahwa
media
massa lama
aka berkurang peranannya disbanding sebelumnya. Peranannya tetap
bertahan
dengan
cara
terus
menerus
menambah
kemampuannya
dalam upaya
menghadapi tantangan yang dimunculkan media baru( Morissan, 2010: 1).
  
22
Menurut Denis McQuail (2000), media
massa adalah media yang mampu
menjangkau massa dalam julah besar dan luas (university of reach), bersifat public dan
mampu memberikan popularitas kepada siapa saja yang muncul di media massa.
Karakteristik  media  tersebut  memberikan  konsekuensi  bagi  kehidupan  politik  dan
budaya masyarakat kontemporer dewasa ini.( McQuail, 2000: 4)
Dari
perspektif
budaya,
media
massa telah
menjadi
acuan
utama
untuk
menentukan definisi-definisi terhadap suatu
perkara
dan
media
massa
memberikan
gambaran atas realitas
social.
Media
massa juga
menjadi perhatian
utama
masyarakat
untuk mendapatkan hiburan dan menyediakan lingkungan budaya bersama bagi semua
orang.
Peran
media
massa
dalam
ekonoi juga
terus
meningkat
bersamaan
dengan
meningkatnya pertumbuhan
industry
media, diversifikasi media massa, dan konsolidasi
kekuatan media massa di Indonesia.( Morissan, 2010: 1).
2.2.2.
Dampak Media Massa
Secara perlahan-lahan namun efektif, media membentuk pandangan pemirsanya
terhadap bagaimana seseorang melihat pribadinya dan bagaimana seseorang seharusnya
berhubungan dengan dunia sehari-hari.( Gamble, Teri and  Michael. Communication
works. Seventh edition).
1.   Pertama, media memperlihatkan pada pemirsanya bagaimana standar hidup
layak bagi seorang manusia, dari sini pemirsa menilai apakah lingkungan
mereka
sudah
layak,
atau
apakah ia
telah
memenuhi
standar
itu
-
dan
gambaran ini banyak dipengaruhi dari apa yang pemirsa lihat dari media.
  
23
2. Kedua,
penawaran-penawaran
yang
dilakukan
oleh
media
bisa
jadi
mempengaruhi apa yang pemirsanya inginkan, sebagai contoh media
mengilustrasikan kehidupan keluarga ideal, dan pemirsanya mulai
membandingkan dan membicarakan kehidupan keluarga tersebut, dimana
kehidupan   keluarga   ilustrasi   itu   terlihat   begitu   sempurna   sehingga
kesalahan
mereka
menjadi
menu pembicaraan sehari-hari pemirsanya, atau
mereka mulai menertawakan perilaku tokoh yang aneh dan hal-hal kecil
yang terjadi pada tokoh tersebut.
3. Ketiga,
media
visual
dapat
memenuhi
kebutuhan
pemirsanya
akan
kepribadian yang lebih baik, pintar, cantik/ tampan, dan kuat. Contohnya
anak-anak kecil dengan cepat mengidentifikasikan mereka sebagai penyihir
seperti Harry Potter, atau putri raja seperti tokoh Disney. Bagi pemirsa
dewasa,  proses  pengidolaaan  ini  terjadi  dengan  lebih  halus,  mungkin
remaja
akan
meniru
gaya
bicara idola
mereka,
meniru
cara
mereka
berpakaian. Sementara untuk orang
dewasa
mereka
mengkomunikasikan
gambar yang mereka lihat dengan gambaran yang mereka inginkan untuk
mereka secara lebih halus.
4.   Keempat,  bagi  remaja  dan  kaum  muda,  mereka  tidak  hanya  berhenti
sebagai penonton atau pendengar, mereka juga menjadi "penentu", dimana
mereka
menentukan
arah
media
populer saat mereka berekspresi dan
mengemukakan pendapatnya.
Penawaran  yang  dilakukan  oleh  media  bisa  jadi  mendukung  pemirsanya
menjadi lebih baik atau mengempiskan kepercayaan dirinya.
  
24
Steven M. Chafree (Wilhoit & Harold, 1980: 78) berpendapat seperti yang
dikutip oleh
Jalaludin Rahmat, bahwa ada empat efek dari Komunikasi Massa,
yaitu
efek kehadiran media massa, efek kognitif komunikasi massa, efek afektif komunikasi
massa, dan efek behavioral komunikasi massa (Jalaluddin,  2007: 219-239).
a.
Efek Kehadiran Media Massa
“The medium is the message”, pendapat McLuhan tersebut menjelaskan
bahwa bentuk media saja sudah mempengaruhi
kita.
Dia
berpendapat
bahwa
media adalah perluasan dari alat
indra
manusia;
telepon
adalah
perpanjangan   telinga   dan   televisi   adalah   perpanjangan   mata.   Ada
beberapa efek dari kehadiran media massa
di
masyarakat,
seperti
efek
sosial berupa kehadiran televisi
meningkatkan
status
sosial pemiliknya.
Lalu kehadiran media massa juga menimbulkan penjadwalan kembali
kegiatan
sehari-hari,,
Scramm, Lyle,
dan
Parker
(1961)
menunjukkan
dengan
cermat
bagaimana
kehadiran televise
telah
mengurangi
waktu
bermain,
tidur,
membaca,
dan
menonton
film pada
sebuah
kota
di
Amerika. Efek lainnya adalah hilangnya perasaan tidak enak dan
tumbuhnya
perasaan tertentu pada
media
massa.
Orang
seringkali
menggunakan media untuk memuaskan kebutuhan psikologis. 
Sering
terjadi juga orang menggunakan media massa
untuk mengatasi perasaan
tidak
enak,
misalnya kesepian,
marah, kecewa, dan sebagainya.
Tidak
  
25
hanya menghilangkan perasaan,
ia pun menumbuhkan perasaan tertentu.
Kita memiliki perasaan positif atau negatif pada media tertentu.
b.
Efek Kognitif Komunikasi Massa
Efek kognitif media massa berkaitan erat dengan pembentukan dan
perubahan citra. Citra terbentuk berdasarkan informasi yang kita terima.
Media massa bekerja untuk menyampaikan informasi. Untuk Khalayak,
informasi tersebut dapat membentuk, mempertahankan, atau
meredefinisikan
citra.
Realitas
yang ditampilkan
media
adalah
realitas
yang sudah diseleksi. Gerbner (1978)
melaporkan penelitian berkenaan
dengan persepsi penonton televisi tentang realitas sosial. Ia menemukan
bahwa penonton televise kelas berat (heavy viewers) cenderung
memandang lebih banyak orang yang berbuat jahat, lebih merasa bahwa
berjalan sendiri berbahaya, dan lebih berpikir bahwa orang hanya
memikirkan dirinya sendiri. Lazarfeld dan Merton (1948) juga
membicarakan fungsi media dalam memberikan status (status conferral).
Karena namanya, gambarnya, atau kegiatannya dimuat oleh media, maka
orang, organisasi, atau lembaga mendadak mendapat reputasi yang tinggi.
c.
Efek Afektif Komunikasi Massa
  
26
Yang dimaksud dengan efek ini adalah media massa mempengaruhi
pembentukan dan perubahan sikap. Apabila dilihat dari segi afektif,
pengaruh media massa dapat disimpulkan pada lima prinsip umum :
1. Pengaruh komunikasi massa diantarai
oleh faktor-faktor seperti
predisposisi personal, poses selektif, keanggotaan kelompok.
2.
Komunikasi
massa biasanya berfungsi memperkokoh sikap dan
pendapat yang ada, walupun kadang-kadang berfungsi sebagai media
pengubah (agent of change).
3.   Bila  komunikasi  massa  menimbulkan  perubahan  sikap,  perubahan
kecil
pada
intensitas
sikap
lebih umum terjadi
daripadaperubahan
seluruh sikap dari satu sisi masalah ke sisi yang lain.
4. Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah sikap pada bidang-
bidang   di   mana   pendapat   orang   lemah,   misalnya   pada   iklan
komersial.
d.
Efek Behavioral Komunikasi Massa
Bandura  menjelaskan  melalui  teori  belajar  sosial,  bahwa  kita  belajar
bukan saja dari pengalaman langsung, tetapi dari peniruan atau
peneladanan
(modelling).
Jadi
menurut
teori tersebut
orang
cenderung
meniru perilaku yang diamatinya. Efek perilaku yang paling sering
ditimbulkan
adalah
efek
komunikasi
massa
pada
perilaku sosial
yang
diterima 
(efek 
proporsional 
behavioral) 
dan 
pada 
perilaku 
agresif.
  
27
Perhatian saja tidak cukup menghasilkan efek proporsional. Khalayak
harus
sanggup
menyimpan
hasil
pengamatannya
dalam benaknya
dan
memanggilnya kembali tatkala mereka akan bertindak sesuai dengan
teladan 
yang 
diberikan. 
Peneladanan 
tertangguh 
(delayed
modeling)
hanya terjadi bila mereka sanggup mengingat peristiwa yang diamatinya.
Sedangkan 
menurut  David 
Giles  dalam  bukunya 
yang  berjudul  “Media
Psychology” ada tiga dampak
dari komunikasi
massa
melalui
media,
yaitu
(David,
2003: 52-58):
e.
Imitation
Apa yang dimaksud dengan Imitation adalah penonton
suka
meniru
apa
yang
mereka
lihat di
TV atau media-media lainnya. Hal ini biasa terjadi
terutama pada anak-anak dan remaja.
f.
Excitation
Dampak Excitation adalah tayangan-tayangan di televise menimbulkan
rangsangan
terhadap
pemirsanya.
Contohnya
seperti
program yang
menayangkan hal-hal yang mengandung unsure pornografi.
g.
Desensitisation
  
28
Tayangan dengan isi yang sama dan ditonton secara terus-menerus akan
mempengaruhi persepsi dan pola piker penontonnya terhadap hal yang
terdapat atau isi dalam tayangan tersebut.
2.2.3.   Jenis-Jenis Media Massa
Media
massa, sebagai
media
yang menunjang komunikasi
massa terbagi atas 2
jenis, yaitu media cetak dan media elektronik.
a. Media Cetak
Media cetak adalah suatu
media
statis
yang
mengutamakan
fungsinya
sebagai
media penyapaian informasi. Maka media cetak terdiri dari lembaran dengan
sejumlah kata,
gambar, atau oto dalam tata warna dan halaman putih, dengan
fungsi utama untuk memberikan informasi atau menghibur. Media cetak juga
adalah suatu dokumen atas segala hal yang dikatakan orang lain dan rekaman
peristiwa
yang
ditangkap
oleh
jurnalis
dan
diubah
dalam bentuk
kata-kata,
gambar, foto, dan sebagainya  (Ardianto & Lukiati , 2004: 99).
b. Media Elektronik
Media elektronik merupakan media komunikasi atau media massa yang
menggunakan alat-alat elektronik (mekanis),
media
elektronik
kini
terdiri
dari
(Muda, 2005: 4):
1. Radio
  
29
Radio adalah media massa elektronik tertua dan paling fleksibel.
Keunggulan
radio
siaran
ini
adalah
berada dimana saja, apabila surat kabar
memperoleh julukan sebagai kekuatan keempat,
maka
radio
siaran
mendapat
julukan kekuatan kelima atau the fifth estate. Hal
ini disebabkan karena radio
siaran  juga  dapat  melakukan  fungsi  control  sosial  seperti  surat  kabar,  di
sampng empat fungsi lainnya, yaitu memberi informasi, menghibur, mendidik,
dan melakukan persuasi.
2. Film
Motion  pictures  atau film  adalah bentuk dominan dari komunikasi
massa visual di belahan dunia ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film
di bioskop, film televisi, dan film video laser setiap minggunya (Warren, et al,
2001: 364).
3. Televisi
Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari
kata
tele
dan vision;
yang
memiliki arti
masing-masing
jauh
(tele) dan tampak
(vision).
Jadi
televisi
berarti
tampak
atau dapat
melihat
dari
jarak
jauh.
Pada
dasarnya  media  televisi  lahir  karena  perkembangan  teknologi.  Peletak  dasar
utama teknologi pertelevisian adalah Paul Nipkow dari Jerman yang dilakukannya
pada tahun 1884. Ia kemudian menemukan sebuah alat yang kemudian disebut
sebagai Jantra
Nipkow atau
Nipkow
Sheibe.
Penemuannya
tersebut
melahirkan
electrische teleskop atau televisi elektris.
  
30
2.3.
Televisi
2.3.1.   Karakteristik Televisi
Karakteristik televisi antara menurut (Ardianto, et al , 2004: 127) :
1.   Audiovisual
Televisi memiliki kelebihan dibandingkan media penyiaran lainnya yaitu
dapat didengar sekaligus dilihat, disebut juga audiovisual.
2.   Berpikir dalam gambar
Kita  dapat 
menerjemahkan 
kata-kata 
yang 
mengandung 
gagasan 
yang
menjadi gambar secara individual. dan merangkai gambar-gambar individual
sedemikian rupa, sehingga mengandung makna tertentu.
3. 
Pengoperasian lebih kompleks
Dibandingkan
dengan
radio
siaran, pengoperasian
televisi
jauh
lebih
kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan yang digunakan pun
lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih rumit dan harus dilakukan
oleh orang-orang yang terampil dan terlatih.
2.3.2.
Keunggulan dan Kelemahan Televisi
Tidak
hanya
keunggulan
saja
yang dimiliki oleh media televisi, tetapi juga
memiliki kelemahan. Di bawah ini adalah keunggulan dan kelemahan dari media televisi
diantaranya (Jahya & Irvan, 2006:24) :
  
31
Keunggulan televisi menurut A. Alatas Fahmi, yaitu :
1.
Menyangkut
isi
dan
bentuk,
media
televise
walaupun
direkayasa
mampu
membedakan fakta dan fiksi, realistis dan tidak terbatas.
2.
Menyangkut
hubungan
dengan
khalayaknya,
media  televise  mempunyai
khalayak yang tetap, memerlukan keterlibatan tanpa perhatian sepenuhnya
da intim.
3.
Media   televisi   memiliki   tokoh   berwatak   (baik,   riil   maupun   yang
direkayasa),
sementara
media
lain khususnya
film hanya
memiliki
tokoh
yang direkayasa.
Sementara Kelemahannya :
1.
Kecendrungan  televisi  untuk  menempatkan  khalayaknya  sebagai  obyek
yang pasif, sebagai penerima pesan.
2.
Media
televisi
yang
mendorong
proses
alih
nilai
dan
pengetahuan
yang
cepat, tanpa mempertimbangkan perbedaan tingkat perkembangan budaya
dan peradaban yang ada di berbagai wilayah jangkauannya.
3.
Media   televisi   bersifat   sangat   terbuka   dan   sulit   dikontrol   dampak
negatifnya, karena kekuatan media itu mampu menyita waktu dan perhatian
khalayaknya. Untuk meninggalkan aktivitasnya yang lain pada waktu
bersamaan.
2.4. Program Acara Televisi
  
32
Jenis program acara yang disiarkan oleh stasiun-stasiun televisi setiap harinya
ada berbagai macam, tetapi program-program tersebut bias digolong kan menjadi dua
jenis, yaitu (Morissan, 2005: 100-108) :
2.4.1.   Jurnalistik
Program jurnalistik adalah program yang bertujuan untuk memberikan informasi,
dan biasanya berbentuk news
atau berita, tujuannya untuk memberi tambahan
pengetahuan
(informasi)
kepada
audience.
Ciri
program
jurnalistik
adalah
bersumber
dari permasalahan yang sedang hangat, aktual, disusun menurut kaidah jurnalistik, dan
disiarkan dalam kesempatan pertama.
Diproduksi berdasarkan
informasi dan
fakta atas
kejadian dan peristiwa yang berlangsung pada kehidupan masyarakat sehari-hari.
Kejadian
yang
menyangkut
sosial,
politik, ekonomi,
maupun
budaya.
Format
ini
memerlukan nilai-nilai faktual yang disajikan dengan ketepatan dan kecepatan waktu.
Pada prinsipnya program jurnalistik mengandung unsur 5W+1H (what, when, who, why,
where, dan how). Program Jurnalistik juga dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Hard news
Yaitu segala informasi penting dan menarik yang harus segera
disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang segera
untuk diketahui
oleh
khalayak.
Peran
televisi
sebagai
sumber
utama hard
news
bagi
masyarakat cenderung untuk terus meningkat. Media televisi biasanya
menyajikan hard news secara reguler yang ditayangkan dalam suatu program
berita.
  
33
b. Soft news
Yaitu segala informasi penting dan menarik yang disampaikan secara
mendalam (indepth) namun tidak harus segera ditayangkan. Misalnya
news
magazine,  current  affair,  dan  lain-lain.  Berita  lunak  atau  soft news bisa
berupa perbincangan (talkshow) penyampaian
berbagai
pendapat,
adu
argumentasi
antar
pengisi
acara
pada topic
tertentu.
Kadang
penonton
di
studio
atau
di
luar
studio dilibatkan
dalam siaran live.
Tidak
kurang
juga
siaran talkshow diselingi hiburan. Ataupun laporan-laporan khusus seperti
perkembangan tren atau gaya hidup.
2.4.2.   Artistik
Program Artistik
biasanya
disajikan
dalam bentuk
program
hiburan.
Musik,
komedi, acara panggung, dan sejenisnya merupakan acara hiburan yang banyak di
produksi  dengan  lokasi  studio  TV  ataupun  dipanggung.  Ciri  dari  program  artistik
adalah bersumber dari idea atau gagasan, mengutamakan keindahan, isi pesan bisa fiksi
maupun
nonfiksi,
penyajiannya
tidak
terikat waktu, yang
menjadi sasaran adalah
kepuasan pemirsa, improvisasi tidak terbatas, mengutamakan bahasa bebas (dramatis),
refleksi daya khayal kuat.
Pada
prinsipnya
program hiburan
tidak
membebani
penonton
untuk
berpikir.
Produksi dibuat dengan dekorasi, tata artistik, tata lampu maupun properti meriah.
Demikian
pula
dengan
acara
komedi,
pengisi
acara
haruslah
mampu
berkomunikasi
  
34
dengan
kata-kata
humor
yang
menghibur.
Beberapa
jenis program hiburan
antara
lain
drama, yang merupakan pertunjukan yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau
karakter seseorang atau beberapa orang
yang diperankan oleh pemain yang
melibatkan
konflik dan emosi. Misalnya sinetron dan film. Permainan atau game show, yaitu suatu
bentuk program yang melibatkan sejumlah orang baik secara individu ataupun kelompok
(tim)
yang saling bersaing memenangkan suatu bentuk permainan. Program permainan
dibagi
menjadi
tiga
jenis yaitu quiz show, ketangkasan, dan reality show. Musik,
yang
dapat
ditampilkan
dalam dua
format
yaitu video
klip
atau
konser.
Dan
Pertunjukan,
berupa lawak, sulap, dan juga pertunjukan lain seperti srimulat, ketoprak, wayang golek,
wayang orang, dan sebagainya.
Program Sport atau olahraga juga termasuk dalam program hiburan, program ini
terdiri
dari
beberapa
format,
yaitu
laporan olahraga,
pertandingan
olahraga,
maupun
instruksional salah satu cabang olahraga.
Selain
mengetengahkan
berlangsungnya
pertandingan,
juga ditambah
dengan
keberadaan
presenter dan komentator
olah
raga
yang menglas dan membahas suatu pertandingan dari berbagai sisi. Terkadang juga
ditambahkan kuis untuk pemirsanya yang diselipkan ditengah-tengah acara.
Baksin
juga
menambahkan
acara
keagamaan,
variety
show,
ilmu
pengetahuan
dan  teknologi,  penerangan  umum,  serta  iklan  (komersial  dan  layanan  masyarakat)
sebagai program hiburan (Askurifai, 2006: 79-80) .
Sesuai dengan apa yang dikatakan Baksin diatas, maka program pendidikan yang
termasuk   dalam   ilmu   pengetahuan   bisa   dikategorikan   sebagai   program   artistik,
walaupun didalamnya juga terdapat beberapa unsur jurnalistik.
  
35
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendapat berbagai pengalaman, hal ini
disebabkan terintegrasinya kelima indra yang dimiliki, tetapi dengan menonton media
audio visual kita akan mendapatkan informasi sebesar  10% dari informasi yang pernah
diperoleh sebelumnya, ini sebagai akibat timbulnya pengalaman tiruan (Simulated
Experience) dari media audio visual tadi.
Simulated
Experience
yang
didapat
akan
memberikan
kesan
mendalam bagi
penonton, dan inilah salah satu karakteristik media televisi yang sangat baik
dimanfaatkan
untuk
merencanakan
program siaran,
sebab
akan
membuat
khalayak
penonton tertarik pada hal-hal yang baru serta mempunyai keinginan untuk mengetahui
hal-hal yang lebih banyak (Darwanto. Televisi Sebagai Media Pendidikan.
Pustaka
Pelajar. Yogyakarta. 2007. hlm 118-120) .
Dokumenter  juga  termasuk  dalam  jenis  program  pendidikan,  pengembangan
sudut pandang dari fakta aktual. Dapat juga didefinisikan sebagai suatu kreatifitas dalam
menginterpretasikan  suatu  fakta  atau  peristiwa.  Produksi  dokumenter  selalu  di  luar
studio. Jenis program yang serupa dengan documenter adalah
feature, yang
merupakan
gambaran suatu sudut pandang secara subjektif.
Program “Opera Van Java” digolongkan kedalam program artistik. Hal
ini bisa
dlihat
dari
jenis
program
tersebut
yang
merupakan
komedi,
tujuan
program
tersebut
yang
murni
untuk
menghibur,
dan acara
tersebut 
di
produksi
dengan
dekorasi,
tata
artistik, tata lampu maupun properti meriah, yang merupakan ciri-ciri dari program
artistik.
  
36
2.5.
Komedi
Pengertian Komedi menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah sandiwara
ringan yang penuh dengan kelucuan meskipun kadang-kadang kelucuan itu bersifat
menyindir dan berakhir dengan bahagia (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 583) .
Komedi adalah bentuk hiburan
ringan
yang dibuat
untuk memberikan kepuasan
bagi pemirsa melalui gelak tawa. Komedi bisa dibuat mulai dari yang melibatkan kontak
fisik  dan  aksi  yang  dibesar-besarkan  hingga  ke  bentuk  satire yaitu  komedi  yang
bertujuan menyindir kalangan tertentu. Orang suka tertawa, maka komedi menjadi
program yang memiliki daya tarik
utama
yang sangat efektif
untuk memikat pemirsa.
Bentuk dari komedi antara lain (http://www.filmsite.org/comedyfilms.html)
1.   Slapstick Comedy
Slapstick Comedy pada dasarnya cenderung hiper dan sangat lucu. Pemunculan
karakter   pemain   sering   berlebihan   dan   terlihat   sedikit   bodoh   sehingga
memancing tawa. Dialog yang diucapkan sering menghina orang yang menjadi
korban lelucon tersebut. Dalam komedi
ini juga dimunculkan aksi dan
gerakan
lucu  yang  berlebihan  termasuk  bentuk  kekerasan  fisik  yang  tidak
membahayakan.
Contoh
Slapstick Comedy yang paling terkenal adalah Charlie
Chaplin. Slapstick juga terdapat di film kartun seperti Tom And Jerry.
2.   Situation Comedy
Situation Comedy salah satu bentuk program tv yang paling bertahan lama dapat
digolongkan menjadi dua jenis utama: (1) pertunjukan lelucon (2) pertunjukan
nyata atau realistis. Dalam kedua jenis komedi ini, sang pencipta drama berusaha
mencapai keunikan dalam hal karakter, alur cerita dan setting.
  
37
Dalam komedi
lelucon,
karakter
dan
situasi
cenderung
dibesar-besarkan
dan
menunjukkan
sesuatu
yang
tidak
masuk
akal
serta
sangat
menggelitik
melalui
alur cerita, aksi dan dialog. Sebaliknya, komedi situasi realistis menyajikan atau
menghadirkan karakter yang dapat dipercaya dalam suatu situasi/keadaan.
3.   Sophisticated Comedy
Sophisticated Comedy
adalah
sebuah
variasi dari
komedi
yang
menggunakan
tatakrama  dan  tujuannya  adalah  untuk  menyindir  kelemahan  golongan
masyarakat
yang
lebih
tinggi.
Sindiran
dalam Sophisticated
Comedy
sangat
memerlukan partisipasi mental dari pemirsa secara hati-hati karena makna yang
sesungguhnya mungkin tersembunyi dalam kerangka lelucon itu sendiri.
Sedikit
sekali
program seperti
Sophisticated
Comedy
yang
sukses
menghibur
banyak pemirsa. Dengan kata lain pemirsa dengan tingkat pendidikan tinggi yang
dapat memahami maksud dari pesan yang disampaikan dan menikmati tayangan
tersebut  karena dalam Sophisticated Comedy dibutuhkan perhatian khusus dari
pemirsa dalam menyikapi maksud tersembunyi dari pesan yang disampaikan
melalui satire atau sindiran dan Sophisticated Comedy identik dengan sindiran.
4.   Gag Comedy
Gag
Comedy didasarkan
pada
alur
cerita
yang
cerdas
dan
bersifat
anekdot
dibandingkan 
dengan 
aksi 
fisik 
dan  dialog 
dramatis. 
Bentuk 
komedi 
ini
umumnya terkait dengan materi yang dikenal oleh pemirsa.
Mengacu   pada   penjelasan   tersebut   maka   dapat   dikatakan   bahwa   parodi
merupakan
suatu
bentuk
dari
sophisticated comedy.
Ditandai
dengan
adanya
sindiran  terhadap  kalangan  atas  dan  lelucon  dalam  penyajiannnya,  sehingga
  
38
parodi dikategorikan sebagai sophisticated comedy. Berbagai jenis permasalahan
bisa dijadikan objek untuk  diparodikan.
5.   Dark Comedy
Komedi yang berkaitan dengan hal-hal yang mengganggu, seperti kematian,
narkoba,
terorisme,
pemerkosaan,
dan
perang.
Beberapa dark
comedy
mirip
dengan genre film horor.
6.   Blue Comedy
Komedi berdasarkan seksisme, rasisme dan pandangan homophobic, sering
menggunakan kata-kata lelucon seksual dan bahasa profan.
7.   Prop Comedy
Prop Comedy adalah genre komedi yang menggunakan benda-benda lucu, atau
objek konvensional digunakan dengan cara yang lucu. Istilah panggung dan film
"prop", yang
merupakan singkatan dari
"properti". Properti dalam prop comedy
adalah setiap benda yang pelawak gunakan dengan cara yang tidak masuk akal.
Contohnya, alat peraga kecil yang dapat dipegang seperti buku atau tongkat, alat
peraga
kostum atau
alat
peraga
yang
dipakai
seperti
celana
baju,
maupun
aksesoris lainnya yang dapat dipakai seperti topi, dan alat peraga set atau alat
peraga yang dibangun ke dalam set seperti kursi, rumah, dan pagar.
8.   Surreal Comedy
Surreal Comedy adalah bentuk humor berdasarkan persepsi-persepsi aneh, situasi
absurd, dan logika omong kosong.
9.   Deadpan Comedy
Tidak sepenuhnya bergaya komedi. Menceritakan lelucon tanpa perubahan
ekspresi wajah atau perubahan emosi. Biasa diselipkan dalam film-film.
  
39
10. Sketch
Sebuah episode kecil
komedi dipraktekkan dan direkam.
Biasanya
satu Sketch
berdurasi antara lima sampai sepuluh menit.
11. Musical Comedy
Suatu bentuk humor komedi alternatif dimana sebagian besar berasal dari musik
dan / atau lirik.
12. Other Humor
Salah satunya adalah program yang mengikutsertakan pemirsa untuk bergembira
ria dan membuat kalimat-kalimat
lucu dan para master kuis yang
menggunakan
jabatan mereka untuk menghibur dengan meteri komedi dalam progam mereka.
Sony
Set
menambahkan
beberapa jenis
komedi dalam
bukunya
yang
berjudul
“Menjadi Perancang Program Televisi Profesional”, yaitu (Set, 2008: 11-12) :
1.   Komedi Yang Mengandalkan Pelecehan Fisik
Merupakan jenis humor yang banyak dibawakan pelawak Indonesia, caranya dengan
melecehkan melalui dialog atau fisik lawan main yang menurut kacamata keindahan
tidak proporsional.
2.   Komedi Pekerjaan
Humor  ini  berasal  dari  cerita  kelas  pekerja 
yang  mempunyai 
masalah  dalam
hubungan atasan-bawahan, sebagai kontemplasi dan wacana terhadap suasana kerja
yang sering menekan seseorang yang langsung atau tidak langsung, merasa tertindas
akibat perilaku atasan atau teman sekerjanya.
  
40
3.   Komedi Ideologis Atau Politis
Humor ini terbentuk dalam sebuah tatanan mesyarakat yang telah mampu melakukan
otokritik
terhadap
kinerja
pemerintahannya. Humor ini biasanya menggunakan
simbol-simbol sindiran terhadap hubungan rakyat dan pemimpinnya.
4.   Komedi Anak
Apabila kita membuat sebuah scene humor untuk anak-anak dibawah usia 10 tahun,
kita
dapat
menampilkan
adegan
lucu
berkali-kali
dengan
format
dan
cerita
yang
sama tanpa menimbulkan kebosanan terhadap mereka.
Berdasarkan dari jenis-jenis komedi di atas, maka “Opera Van Java” masuk ke
dalam slapstick
comedy
dengan
sebagian
besar
bentuk
komedinya
mengandalkan
pelecehan fisik, tetapi di dalamnya terdapat juga unsur-unsur prop comedy karena dalam
setiap
lawakannya
mereka
selalu
menggunakan
properti-properti
dalam jumlah
yang
banyak dan intensitas yang sering.
2.6.
Unsur-Unsur Program
Kemasan
dalam suatu
program sangat
penting
untuk
diperhatikan
agar
dapat
menjadi daya tarik bagi pemirsa. Unsur-unsur dalam suatu program antara lain :
1.   Talent
2.   Naskah / Script
3.   Pendukung Visual
4.   Artistik
  
41
5.   Penyutradaraan / Directing
6.   Camera Work
7.   Musik
2.6.1.   Talent
Pada televisi kita mengenal istilah “Talent” yang digunakan untuk menunjukkan
seseorang yang muncul di depan kamera. Talent dapat dibagi menjadi dua golongan,
yaitu :
a. Performer
Performer
adalah
orang
yang
mucul di depan
kamera atas
nama
dia
sendiri.
Seperti
misalnya pembaca berita, penyaji berita, penyiar, pewawancara, dan pakar (Darwanto,
2007: 183).
1. Pembawa Acara (Penyiar)
Penyiar merupakan seorang atau lebih
yang membawakan atau
menyajikan  suatu  acara  non  berita.  Menurut  arti  katanya,  penyiar  adalah
seorang yang mengantar suatu sajian (Wibowo, Fred. Teknik Produksi
Program Televisi, (Yogyakarta : Pinus, 2007), hlm 122).
Menurut Hartoko (dalam Baksin), untuk menjadi penyiar
televisi
yang
baik,
diperlukan
beberapa
persyaratan
yakni
(Baksin,
Askurifai.
Jurnalistik
  
42
Televisi Teori Dan Praktek, (Bandung
:
Simbiosa
Rekatama
Media, 2006),
hlm 157) :
a.
Penampilan fisik yang menarik
b. Memiliki pengalaman yang cukup
c.
Memiliki
kecerdasan pikiran, penguasaan bahasa, daya penyesuaian, daya
ingat
yang kuat,sehingga
mampu
menyajikan
informasi
di
depan
kamera
dengan enak dan jelas.
d. Tingkat keramahan yang tidak berlebihan dan disertai sopan santun.
e. Jenis suara yang tepat dengan warna suara yang enak untuk didengar,
menyenangkan dan memiliki wibawa yang cukup.
2. Narasumber
Narasumber
dari
suatu
wawancara
biasanya memiliki
latar belakang
yang tidak sama. Narasumber yang akan diwawancarai secara garis besar dapat
digolongkan
kedalam empat
kelompok
jika
dilihat
dari
kepentingan
yang
mereka wakili, yaitu (Morissan,  2005: 45) :
a.
pemerintah atau penguasa
b. kelompok ahli atau pakar dan pengamat
c.
orang terkenal (celebrity)
d. masyarakat biasa (man in the street)
b. Aktor/Aktris
Di lain pihak, aktor/aktris menggambarkan peran khayalan di dalam
pemunculannya
di
depan
kamera
dan di samping itu juga mencoba untuk
mengkreasikan di dalam tokoh peran yang dibebankan kepadanya. 
Tentu saja hal ini
hanya akan 
terjadi dalam acara-acara drama, tetapi meskipun demikian mereka dapat
  
43
pula muncul di dalam acara variety musik, acara-acara panggung gembira anak-anak
dan juga pada acara komersil.  (Darwanto, 2007: 183) .
2.6.2.   Script / Naskah
Naskah merupakan ide atau gagasan yang mengandung data dan fakta yang
ditujukan kepada komunikan dengan maksud tertentu. Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam naskah antara lain :
1. Akurat (Accuracy)
Informasi yang disampaikan harus berdasarkan data dan fakta.
2. Singkat (Brievity)
Kalimat yang terdapat dalam naskah harus singkat dan jelas. Jika terlalu panjang,
akan sulit untuk mengartikannya dam membuat pemirsa menjadi bingung.
3. Jelas (Clearity)
Kejelasan dalam
naskah
berarti
pemirsa
mengerti
apa
yang
diinformasikan
dan
tidak ada keraguan terhadap arti yang dimilik setiap kalimat dalam naskah.
4. Langsung (Direct)
Naskah
jangan
terlalu
banyak
hiasan
seperti
sastra,
tapi
kata-kata
tersebuttetap
harus disusun sedemikian rupa agar menarik.
5. Mudah (Easy)
Penjelasan isi naskah harus mudah ditangkap dan dimengerti oleh pemirsa.
6. Wajar (Fair)
Isi naskah bersifat tidak memihak siapapun.
7. Segera (Immediate)
  
44
Berkaitan dengan jadwal siarannya, naskah harus ditulis dengan segera dan tepat
waktu.
2.6.3.   Artistik
Artistik dalam media televisi adalah suatu perekayasaan seni yang bersifat
mendukung keberhasilan suatu produksi acara televisi, antara lain terdiri dari dekorasi,
kostum, properti, lighting, dan tata suara.
Properti merupakan elemen tambahan yang berupa hiasan, alat bantu, dan benda-
benda lain yang bertujuan membantu menghiasi panggung sekaligus alat bantu untuk
mempermudah produksi. Jadi dalam sebuah produksi acara televisi, jangan takut untuk
memasukkan
berbagai
macam
elemen
alat bantu
untuk
menguatkan
suatu
cerita
(Darwanto, 2007:  270-271) .
Dalam program “Opera
Van
Java”, properti
yang
digunakan
biasanya
terbuat
dari bahan yang tidak berbahaya seperti gabus. Properti-properti ini digunakan sebagai
bagian
dari
lawakan
yang
ada
di
dalam program “Opera
Van
Java”.
Biasanya
para
pengisi acara menggunakan properti-properti
tersebut
untuk
memukul,
atau
juga
mendorong lawan mainnya ke arah properti yang terbuat dari gabus tersebut, dan karena
properti-properti tersebut terbuat dari bahan yang tidak berbahaya, maka tidak akan
melukai para pengisi acara.
2.7.
Konsep Pengaruh
  
45
Definisi pengaruh menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah daya yang ada
atau timbul dari sesuatu, baik itu orang maupun benda, yang ikut membentuk watak
kepercayaan atau perbuatan seseorang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 747) .
Banyak
teori
dalam ilmu
komunikasi
yang
dilatarbelakangi
konsepsi-konsepsi
psikologi
tentang
manusia.
Salah
satunya
teori
jarum hipodermik
(yang
menyatakan
media
massa
sangat
berpengaruh)
dilandasi konsepsi
behaviorisme
yang
memandang
manusia
sebagai
makhluk
yang
digerakkan
semaunya
oleh
lingkungan (Homo
Mechanicus) (Nurudin, 2007: 228) .
2.7.1.   Jenis-Jenis Pengaruh
Pengaruh komunikasi bias dibagi menjadi beberapa bagian. Secara sederhana
Keith R. Stamm dan John E. Bowes (1990) membagi menjadi dua bagian dasar. Yaitu
efek primer yang meliputi terpaan, perhatian, dan pemahaman. Kedua,
efek
sekunder
yang meliputi perubahan perilaku (menerima dan memilih) (Nurudin, 2007: 206-208) .
a.
Pengaruh Primer
Ketika
kita
mengatakan
di
sekitar
kita
ada
banyak proses komunikasi,
secara
tidak langsung pula kita telah terkena efek. Jadi, betapa kita tidak akan bias lepas begitu
saja ari efek yang terjadi di sekitar kita, itulah yang dimaksud dengan pengaruh primer.
Ketika sebuah pesan diterima oleh audience dan menyita perhatiannya, kadang
masih  sulit  untuk  dimengerti.  Sebagaimana  komunikator  dalam  komunikasi
antarpersona, biasanya
ia langsung
mengetahui bahwa pesannya tidak bias dimengerti.
  
46
Akan  tetapi,  didalam  komunikasi  massa  seringkali  komunikator  tidak  mengetahui
apakah pesannya bias dimengerti atau tidak. Hal ini disebabkan umpan balik dalam
komunikasi massa itu sangat terbatas dan tidak ada cara praktis untuk mengecek apakah
pesan yang disiarkan bias dipahami, apalagi audience-nya menyebar atau heterogen.
Bentuk penelitian yang dilakukan agar pesan-pesan yang disampaikan saluran
komunikasi   massa   bisa   dipahami   adalah   dengan   memakai   “formula   menarik”
(readability formula) yang bias digunakan
untuk meramalkan seberapa
jauh pemahaan
audience terhadap suatu pesan.
b.         Pengaruh Sekunder
Mengikuti pendapat Swanson (1979)
ide dasar yang melatarbelakangi pengaruh
ini
adalah bahwa audience
aktif di dalam memanfaatkan
media
massa.
Individu
tidak
secara
spontan
dan
otomatis
merespons
pesan-pesan media massa. Dengan
kata lain,
individu  menggunakan  isi  media  tersebut  untuk  memenuhi  tujuan  mereka  di  dalam
usaha menikmati media massa. Tujuan tersebut akan disesuaikan dengan kebutuhan dan
keinginan masing-masing individu. Jika kebutuhan sudah
terpenuhi melalui saluran
komunikasi massa, berarti individu mencapai tingkat “kepuasan” (keith R. Stamm dan
John E. Bowes 1990). Menurut John R. Bittner (1996), fokus utama pengaruh ini adalah
tidak
hanya bagaimana
media mempengaruhi audience, tetapi juga bagaimana audience
mereaksi pesan-pesan media yang sampai pada dirinya (Nurudin, 2007:211) .
  
47
2.7.2.
Pengaruh Televisi
Kehadiran televisi dapat meningkatkan status sosial pemiliknya. Di pedesaan,
televisi telah
membentuk jaringan-jaringan interaksi sosial
yang baru. Pemilik televisi
sekarang menjadi pusat jaringan sosial, yang menghimpun di sekitarnya tetangga dan
penduduk desa seideologi. Televisi telah menjadi sarana untuk menciptaka hubungan
patron-client” yang baru (Suparlan, 1979).
Televisi juga menyebabkan penjadwalan kembali jadwal sehari-hari. Dalam
penelitian tentang efek televisi pada masyarakat, Rusdi Muchtar (1979) melaporkan
bahwa sebelum televisi ada, orang biasanya pergi tidur malam sekitar pukul delapan dan
bangun pagi
sekali karena harus berangkat kerja ke tempat yang
jauh. Setelah televisi
ada, banyak di antara mereka yang sering
menonton televisi sampai malam. Hal ini
menunjukkan bahwa televisi telah mengubah kegiatan penduduk desa.
Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Schramm, Lyle, dan Parker (1961)
menunjukkan dengan cermat bagaimana kehadiran televisi telah mengurangi waktu
bermain,
tidur,
membaca,
dan
menonton
film pada
sebuah
kota di
Amerika
(mereka
menyebutnya “Teletown”). Penelitian yang sama telah dilakukan di Inggris (Himmelweit
et al., 1958), Norwegia (Werner, 1971), dan Jepang (Furu, 1971). Semuanya
menunjukkan gejala yang disebut Joyce Cramond (1976) sebagai “displacement effects
(efek alihan) yang
ia definisikan sebagai “the reorganization of activities which takes
place with the introduction of television; some activities may be cut down and others
abandoned entirely to make time for viewing”, atau yang berarti reorganisasi kegiatan
  
48
yang
terjadi
karena
masuknya
televisi;
beberapa
kegiatan
dikurangi dan beberapa
kegiatan lainnya dihentikan sama sekali karena waktunya dipakai untuk menonton
televisi (Jalaluddin, 2003:
220-221) .
Tidak hanya berpengaruh kepada pola hidup, televisi juga berpengaruh terhadap
perilaku
pemirsanya.
Menurut teori
belajar
sosial
Bandura,
orang
cenderung
meniru
perilaku yang diamatinya; stimuli menjadi teladan untuk perilakunya.
Permulaan 
proses  belajar 
ialah 
munculnya 
peristiwa 
yang  diamati  secara
langsung atau tidak langsung oleh seseorang. Peristiwa ini bisa berupa tindakan tertentu
atau
gambaran pola pemikiran. Kita
mengamati peristiwa tersebut dari
mana
saja, dan
dalam hal ini
televisi. Bila peristiwa
itu sudah diamati, terjadilah tahap pertama belajar
social, yaitu perhatian.
Stimuli  yang  dapat  dijadikan  teladan  (modeling stimuli)  diperhatikan  karena
sifat-sifat  stimuli 
itu  dan  karakteristik  orang  yang  mengangkap  stimuli.  Menurut
Bandura, peristiwa yang menarik perhatian ialah yang tampak menonjol dan sederhana,
terjadi 
berulang-ulang,  atau 
menimbulkan 
perasaan  positif  pada 
pengamatnya
(memenuhi kebutuhan psikologisnya) (Jalaluddin, 2003: 240-241) .
Perilaku agresif dengan menggunakan propert
yang disiarkan berkali-kali dalam
tayangan  “Opera Van Java”  dapat 
mempengaruhi  perilaku  pemirsanya,  ditambah
dengan lawakan dengan menggunakan properti dapat memenuhi kebutuhan pemirsanya
akan hiburan, membuat lawakan tersebut mendapat perhatian besar dari pemirsanya.
  
49
2.8.
Konsep Perilaku
Definisi perilaku
menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah tanggapan atau
reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Edisi III, Balai Pustaka, Jakarta,  2007, hlm 755) .
Perilaku  tidak  terbentuk  dengan  sendirinya  saat  manusia  lahir,  ada  beberapa
faktor
yang
ikut
mempengaruhi
perilaku manusia.
Jadi,
suatu
pesan tidak langsung
mengenai individu, tetapi “disaring”, dipikirkan, dan dipertimbangkan apakah seseorang
mau menerima pesan-pesan tersebut atau tidak.
2.8.1.   Faktor Personal Yang Mempengaruhi Perilaku Manusia
Faktor personal seringkali dipengaruhi oleh motif sosiogenis, atau sering juga
disebut motif sekunder sebagai lawan dari motif primer (motif biologis). Secara singkat
motif-motif sosiogenis di atas dapat dijelaskan sebagai berikut (Jalaluddin, 2007: 38-
39) :
1  Motif ingin tahu
Yaitu
kecendrungan
setiap
orang
untuk
berusaha
memahami
dan
memperoleh
arti dari dunianya. Manusia membutuhkan kerangka rujukan (frame of reference)
untuk mengevaluasi situasi baru dan mengarahkan tindakan yang sesuai.
2. Motif kompetisi
  
50
Setiap   orang   ingn   membuktikan   bahwa   ia   mampu   mengatasi   persoalan
kehidupan apa pun. Perasaan mampu amat begantung pada perkembangan
intelektual, sosial, dan emosional.
3. Motif cinta
Berbagai  penelitian  membuktikan  bahwa  kebutuhan  akan  kasih  sayang  yang
tidak terpenuhi akan menimbulkan peilaku manusia yang kurang baik.
4. Motif harga diri dan kebutuhan mencari identitas
Erat kaitannya dengan kebutuhan untuk memperlihatkan kemampuan dan
memperoleh kasih sayang, ialah kebutuhan untuk menunjukkan eksistensi di
dunia.
5. Kebutuhan akan nilai, kedambaan, dan makna kehidupan
Dalam menghadapi
kehidupan, manusia
membutuhkan
nilai-nilai
untuk
menuntunnya
dalam
mengambil
keputusan atau
memberkan
makna
pada
kehidupannya. Termasuk ke dalam ini adalah motif-motif keagamaan.
6. Kebutuhan akan pemenuhan diri
Kebutuhan akan pemenuhan diri dilakukan melalui melalui berbagai bentuk :
  
51
1. Mengembangkan
dan
menggunakan
potensi-potensi
kita
dengan
cara
yang
kreatif
konstruktif,
misalnya
dengan
seni
musik,
musik,
sains,
atau
hal-hal
yang mendorong ungkapan diri yang kreatif.
2. Memperkaya
kualitas
kehidupan
dengan
memperluas
rentangan
dan
kualitas
pengalaman serta pemuasan, misalnya dengan darmawisata.
3. Membentuk hubungan yang hangan dan berarti dengan orang-orang sekitar.
4. Berusaha “memanusia”, menjadi persona yang kita dambakan.
Motivasi seseorang juga akan ikut menentukan
sebuah
pesan diterima atau
tidak. Hal ini juga berarti, motivasi untuk mencari hiburan contohnya akan menjadi
dalih untuk menikmati media massa (Nurudin, 2007: 232) .
2.8.2.   Faktor Situasional Yang Mempengaruhi Perilaku Manusia
Sedangkan  faktor  situasional  yang  mempengaruhi  manusia  dipengaruhi  oleh
beberapa faktor, yaitu (Jalaluddin, 2007: 39-40) :
a.   Faktor Ekologis
Kaum determinisme lingkungan sering menyatakan bahwa keadaan alam
mempengaruhi gaya hidup dan perilaku.
b.   Faktor Temporal
  
52
Satu pesan komunikasi yang disampaikan di pagi hari, akan berbeda
maknanya 
bila  disampaikan  pada  tengah  malam. 
Jadi,  yang
mempengaruhi manusia bukan saja di ana mereka berada tetapi juga
bilamana mereka berada.
c.   Suasana Perilaku (Behaviour Settings)
Pada setiap suasana terdapat pola-pola hubungan yang mengatur perilaku
orang-orang di dalamnya.
d.   Teknologi
Revolusi teknologi sering disusul dengan revolusi dalam perilaku sosial.
Dalam ilmu komunikasi, Mrshall McLuhan (1964) menunjukkan bahwa
bentuk  teknologi  komunikasi  lebih  penting  daripada  isi  media
komunikasi.
e.   Faktor-faktor Sosial
Sistem peranan
yang
ditetapkan
dalam suatu
masyarakat,
struktur
kelompok dan organisasi, karakteristik populasi, adalah factor-faktor
sosial yang menata perilaku manusia.
f.
Lingkungan psikososial
Persepsi  tentang  sejauh  mana 
lingkungan  memuaskan  atau
mengecewakan kita, akan mempengaruhi perilak kita dalam lingkungan
itu.
  
53
g.   Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku
Situasi yang permisif memungkinkan orang melakukan banyak hal tanpa
harus
merasa
malu.
Sebaliknya,
situasi
restriktif enghabat
orang
untuk
berperilaku sekehendak hatinya.
2.9.
Konsep Remaja
2.9.1.   Pengertian Remaja
Menurut
kamus
besar
bahasa
Indonesia, definisi
remaja
adalah
individu
yang
sudah memasuki usia dewasa, atau sebagai patokannya adalah usia yang sudah
diperbolehkan untuk menikah (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 830) .
Piaget (Hurlock, 1999), mengatakan bahwa secara psikologis masa remaja adalah
usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usai dimana anak tidak
merasa dibawah tingkat orang-orang yang
lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan
yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Hurlock
menyatakan bahwa
masa
remaja
merupakan
masa
peralihan
dari
masa
kanak-kanak
ke
masa
dewasa,
dimulai
saaat anak matang secara seksual hingga saat ia mencapai usia matang secara hukum.
Sedangkan
menurut Monks, remaja adalah individu yang berusia antara 12 - 21
tahun yang sudah mengalami peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Dengan
  
54
pembagian 12 - 15 tahun adalah masa remaja awal, 15 - 18 tahun adalah masa remaja
pertengahan, 18 - 21 adalah masa remaja akhir (Monks &  1999: 2) .
Sarwono (2000), menyatakan definisi remaja untuk masyarakat Indonesia adalah
menggunakan
batasan
usia
11
-
24
tahun dan belum menikah,
dengan
pertimbangan
sebagai berikut (Sarwono, 2001: 4) :
1. Usia
11
tahun adalah
usia
dimana para
remaja
umumnya
tanda-tanda seksual
skunder mulai tampak (kriteria fisik).
2. Di banyak
masyarakat Indonesia usia 11
tahun sudah dianggap akil balik, baik
menurut
adat
maupun
agama,
sehingga
masyarakat tidak lagi memperlakukan
mereka sebagai anak – anak (kriteria seksual).
3. Pada
usai tersebut
mulai ada
tanda-tanda pemyempurnaan 
perkembangan jiwa
seperti   tercapainya   identitas   diri   (ego   identity,   menurut   Erick   Erikson),
tercapainy fase genetial dari perkembangan kognitif (menurut Piaget), maupun
moral (menurut Kohlberg).
4. Batasan  usai  24  tahun  merupakan  batasan  maksimal, 
yaitu  untuk 
member
peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebuat masih mengantungkan diri
pada orang tua.
5. Dalam  definisi  di  atas,  status  perkawinan  sangat  menentukan,  karena  arti
perkawinan masih sangat penting di masyarakat Indonesia secara menyeluruh.
Seorang yang sudah menikah, pada usia berapa pun dianggap dan diperlakukan
sebagai orang dewasa penuh, baik secara hukum maupun kehidupan masyarakat
  
55
dan
keluarga.
Karena
itu
definisi
remaja disini
dibatasi khusus untuk orang -
orang yang belum menikah.
2.9.2.   Ciri-ciri Remaja
Menurut  Havighurst (Hurlock,1999) ciri-ciri remaja antara lain (Sarwono. 2007)
:
1. Masa remaja sebagai periode penting
Remaja mengalami
perkembangan fisik dan mental yang cepat dan penting
dimana semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaina mental dan
pembentukan  sikap, nilai dan minat yang baru.
2. Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan
tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa
yang telah terjadi
sebelumnya.
Tetapi peralihan
merupakan perpindahan dari tahap perkembangan
ke tahap perkembangan berikutnya. Dengan demikian dapat diartikan bahwa apa
yang
telah
terjadi
sebelumnya
sksn
meningalkan
bekas
pada
apa yang terjadi
sekarang dan yang akan datang, serta mempengaruhi polaperilaku dan sikap baru
pada tahap berikutnya.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan
tingkat perubahan fisik. Perubahan fisik yang terjadi dengan pesat diikuti dengan
perubahan perilaku dan sikap yang juga
berlangsung pesat. Perubahan fisik
menurun, maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun.
4. Masa remaja sebagai usia bermasalah
  
56
Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri -
sendiri, namun
masalah
masa
remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun
anak perempuan. Ada dua alasan bagi kesulitan ini, yaitu :
a.   Sepanjang masa kanak - kanak,
masalah anak –anak sebagian diselesaikan
oleh
orang   tua   dan   guru-guru.,   sehingga   kebanyakan   remaja   tidak
berpengalaman dalam mengatasi masalah.
b.
Remaja merasa diri mereka mandiri, sehingga mereka ingin menguasai
masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru - guru.
5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pencarian  identitas  dimulai  pada  akhir  masa  kanak-  kanak,  penyusaian  diri
dengan standar kelompok lebih penting daripada bersikap
individualistis.penyusaian diri dengan kelompok pada remaja awal masih tetap
penting bagitu anak laki-laki dan perempuan. Namun lambat laun mereka mulai
mendambakan identitas diri dengan kata lain ingin menjadi pribadi yang berbeda
dengan orang lain.
6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotype
budaya
bahwa
remaja
adalah anak-anak
yang
tidak
rapi,
yang tidak dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusa,
menyebabkan  orang 
dewasa 
yagn 
harus  membimbing  dan  mengawasi.
Kehidupan
remaja
muda
takut
bertangung jawab dan bersikap tidak simpatik
terhadap remaja yang normal.
7. Masa remaja sebagai masa tidak realistik
  
57
Remaja pada masa ini melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang
ia  inginkan  dan  bukan  sebagaimana  adanya,  terlebih  dalam  hal  cita  -  cita.
Semakin tidak relistik cita-citanya ia semakin menjadi marah. Remaja akan sakit
hati dan kecewa apa bila orang lain mrngeceqakannya kalau ia tidak berhasil
mencapai tujuan yang ia tetapkan.
8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Semakin mendekatnya usia kematangan, para remaja menjadi gelisah dan
meninggalkan stereotip belasan tahun dan
untuk
member
kesan bahwa
mereka
sudah hampir dewasa. Remaja memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan
dengan status dewasa yaitu merokok, minum munuman keras, mengunakan obat-
obat, dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka
mengangap bahwa perilaku ini
akan memberi citra yang mereka inginkan.
2.9.3.
Jenis-jenis Perilaku Remaja
Menurut
Sarlito
Wirawan
Sarwono
dalam
bukunya
yang
berjudul
“Psikologi
Remaja”, jenis-jenis perilaku remaja antara lain (Sarwono, 2007: 210-214) :
a.   Hipoaktivisme
Hipoaktivisme
berarti
perilaku yang
menunjukkan
kurangnya
aktivitas.
Mereka yang tergolong hipoaktif ini biasanya lambat dianggap sebagai
gangguan karena mereka umumnya tidak mengganggu orang lain. Keadaan
  
58
hipoaktif  bisa  oleh  gangguan  jiwa.  Menurut  PPDGJ  (Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa, Edisi II 1983) ada beberapa
gangguan keinginan yang kriteria diagnostiknya adalah hopiaktivisme.
b.   Kultisme
Salah satu bentuk reaksi ketidakpuasaan remaja terhadap kondisi lingkungan
sosialnya
adalah
menarik diri ke
dalam dirinya
sendiri
sehingga
ia
tampil
sebagai   orang   yang   pendiam,   pemalu,   atau   pemurung.   Akan   tetapi,
penarikan diri itu bisa juga berupa pemilihan lingkungan tertentu atau norma
tertentu
dan
cenderung
mengikatkan
diri pada lingkuangan atau norma
tertentu tersebut.
c.   Perilaku Agresif
Perilaku Agresif secara psikologis
berarti cenderung (ingin) menyerang
kepada
sesuatu
yang
dipandang sebagai
hal
yang
mengecewakan,
menghalangi
atau menghambat. Pembagian lebih rinci tentang jenis – jenis
perilaku agresif dikemukakan oleh ,
Sears
Freadman
dan
Peplau
(1991)
sebagai berikut (Sarwono, 2007:  300) :
a.
Perilaku Melukai Dan Maksud Melukai
Perilaku agresif adalah yang paling sedikit mempunyai unsur maksud
melukai dan lebih pasti terdapat pada perbuatan yang bermaksud melukai
dan berdampak sungguh –
sungguh melukai. Sementara itu, perilaku
melukai yang tidak disertai degan
maksud
melukai
tidak
dapat
digolongkan sebagai agresif.
  
59
b. Perilaku Agresif Yang Anti Sosial Dan Yang Prososial
Perilaku agresif yang pro sosial (polisi membunuh tetoris) biasanya tidak
dianggap
sebagai
agresi.
Sementara
perilaku agresif yang anti social
(teroris  membunuh  Sandra  )  dapat  di  katakan  perilaku  agresif.  Akan
tetapi untuk membedakan keduanya tidak mudah karena ukurannya
relative, tergantung norma social yang digunakan.
c.
Perilaku Dan Perasaan Agresif
Ini
pun
harus
dibedakan
melalui
kenyataan sulit
dibedakan
karena
sumbernya
adalah
pada
pemberitahuan atribusi
oleh
korban
terhadap
pelaku.
2.10.
Media Exposure
Media exposure menurut Jalaludin Rakhmat (1989) diartikan sebagai terpaan
media,
sedangkan
Masri Singrimbun
(1982) mengartikannya sebagai sentuhan media.
Menurut 
Rakhmat, 
media 
exposure 
dapat 
diopeasionalisasikan 
sebagai 
frekuensi
individu
dalam menonton
tv,
film,
membaca
majalah
atau
surat
kabar
maupun
mendengarkan radio. Selain itu media exposure berusaha mencari data audience tentang
pengunaan
media,
bak
jenis
media,
frekuensi
penggunaan,maupun
durasi
pengunaan
atau
longevity. Sedangakan
menurut Rosengren (1974) , penggunaan media terdiri dari
jumlah
waktu
yang
digunakan
dalam berbagai
media,
jenis
media,
media
yang
dikonsumsi
atau
dengn
media
secara keseluruhan
(Rakhmat,
Jalaluddin. Psikologi
Komunikasi, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2003), hlm 66) .
  
60
2.11.
Teori Kultivasi
Teori
kultivasi
berasal
dari
kata
“cultivation”,
yang berarti
penguatan,pengembangan, perkembangan, penamaan, atau pereratan. Maksudnya bahwa
terpaan media (khususnya TV) mampu memperkuat persepsi khalayak terhadap realitas
social, atau dengan kata lain, TV dengan segala pesan
dan
gambar
yang
disajikannya
merupakan proses atau upaya untuk ‘menanamkan’ cara pandang yang sama terhadap
realitas dunia kepada khalayak. TV dipercaya sebagai instrumen atau agen yang mampu
menjadikan
masyarakat
dan
budaya
bersifat
homogen
(homogenizing
agent),
dengan
kata lain media mempengaruhi penonton dan masing- masing peonton itu meyakininya.
Jadi, para pecandu TV akan memiliki kecendrungan sikap yang sama
satu sama
lain.(Morissan, 2005: 106)  Hal ini tampak pada hipotesis dasar analisis kultivasi, yaitu
“semakin banyak waktu seseorang dihabiskan untuk menonton TV, maka semakin
seseorang menganggap bahwa realitas sosial
sama
dengan
yang
digambarkan
di
TV”.
Teori ini berasal dari program riset jangka panjang dan ekstensif yang dilakukan George
Gerbner beserta para koleganya di Annenberg School of Communication di Universitas
of Pennsylvania. Penelitian kultivasi yang dilakukannya itu lebih menekankan pada
“dampak”. (Nuruddin, 2007)
Teori
Kultivasi
memandang
TV
sebagai
kekuatan
dominan
dalam membentuk
masyarakat modern. Gerbner
yakin TV memiliki kekuatan yang berasal dari pesan
simbolik
drama
kehidupan
nyata
(symbolic
content
of
the
real-life
drama) yang
dipertontonkan kepada khalayak jam demi jam dan minggu demi minggu.(Griffin, 2003:
380)
  
61
Menurut Gerbner, rata-rata pemirsa
menonton televisi empat jam sehari, pemirsa
berat bahkan lebih lama lagi. Gerbner menyatakan bahwa bagi pemirsa “berat”, televisi
pada akikatnya
memonopoli dan
memasukkan
sumber-sumber informasi, gagasan, dan
kesadaran   lain.   Dampak   dari   semua   keterbukaan   ke   pesan-pesan   yang   sama
menghasilkan apa yang oleh para peneliti ini disebut kultivasi, atau pengajaran
pandangan bersama tentang dunia sekitar, peran-peran bersama, dan nilai-nilai bersama.
Bagi
para pemirsa berat
televisi,
apa
yang
terjadi
pada
televisi
itulah
yang
terjadi
di
dunia sungguhan. (Nurudin, 2007: 166)
Gerbner mengemukakan alasan yang menjelaskan bagaimana kultivasi dapat
terjadi
yang
menurutnya
disebebkan
oleh
dua
hal.
Dengan
kata
lain,
proses
kultiasi
terjadi dalam dua cara yang terdiri atas mainstreaming dan resonansi. (Morissan, 2005:
106)
Dengan menggunakan kalimat lain oleh West dan Turner (2007), mainstreaming
dapat didefinisikan sebagai; “the tendency for heavy viewers to perceive a similar
culturally dominant reality to that pictured on the media for heavy viewers to perceive a
similar culuturally dominant reality to that pictured on the media although this differs
from actual reality”  (West & Turner, 2007: 281-282), yang berarti kecendrungan bagi
pemirsa berat untuk menerima suatu realitas budaya dominan yang sama dengan realitas
yang  digambarkan  media,  walaupun  realitas  yang  digambarkan  media  tidak  sama
dengan
yang
sebenarnya.
Jadi,
proses mainstreaming
bias
diartikan
sebagai
proses
mengikuti arus utama yang terjadi ketika berbagai simbol, informasi, dan ide yang
ditayangkan TV mendominasi atau mengalahkan simbol, informasi, dan ide yang berasal
dari sumber lain.
  
62
Proses ikut arus menjelaskan bahwa TV
ampu
membuat
pemirsanya
menjadi
homogeny sedemikian rupa sehingga mereka yang menjadi anggota penonton kelompok
berat akan memiliki orientasi, perspektif, dan makna yang sama satu sama lain.
(Morissan, 2005: 112)
Cara
kedua bagaimana
kultivasi
bekerja
adalah
melalui
resonansi
yang
terjadi
ketika apa yang disajikan oleh TV sama dengan realitas aktual sehari-hari yang dihadapi
penonton.  Dengan  kata 
lain, 
realitas  eksternal  objektif 
masyarakat  bergema 
atau
bergaung di TV. Jadi, apa yang terjadi di masyarakat terdengar gema atau gaungnya di
TV  dan  diteria  oleh  penonton,  namun  keadaan  ini  tetap  menimbulkan
kultivasi.(Morissan, 2005: 113)
Menurut
Gerbner
(1982),
kondisi ini
memberikan
dosis
ganda
(double
dose)
terhadap pesan yang akan memperkuat proses terjadinya kultivasi, sebagaimana
dikemukakan Gerbner, “the congruence of the television world and real life
circumstances may ‘resonate’ and lead to markedly amplified cultivation paterns.”
(kesamaan
yang
ditayangkan
dunia
TV
dan
situasi
dunia
nyata
dapat
menghasilkan
gaung dan mengarah pada pola-pola kultivasi yang semakin diperkuat). Realitas sosial
yang ditanamkan ke dalam pikiran penonton boleh jadi sama atau sesuai dengan realitas
objektif
mereka,
namun
efek
yang
ditimbulkan
adalah
terjadinya
penghalangan atau
hambatan
untuk
terbentuknya
realitas
yang lebih
optimis
dan
positif.
Realitas
yang
ditayangkan TV menghilangkan harapan bahwa mereka dapat mewujudka situasi yang
lebih baik.(Morissan, 2005: 113-114)
  
63
Secara ringkas
Gerbner
memberikan
proposisi-proposisi
tentang
teori
kultivasi
sebagai berikut: (Kriyantono, 2007: 281-282)
1.
Televisi  merupakan  suatu  media  yang  unik,  yang  memerlukan
pendekatan khusus untuk diteliti.
2. Pesan-pesan 
televisi 
membentuk 
sebuah 
system 
yang 
koheren,
mainstream dari budaya kita.
3.   Sistem-sistem isi pesan tersebut memberikan tanda-tanda untuk kultivasi.
4.   Analisis kultivasi memfokuskan pada sumbangan televisi terhadap waktu
untuk
berfikir
dan
bertindak
dari
golongan-golongan
sosial
yang
besar
dan heterogen.
5. 
Teknologi
baru
(seperti
video
cassette recorder)
memperluas
daripada
mengelakan jangkauan pesan TV.
6.
Analisis kultivasi memfokuskan pada penstabilan yang meluas
dan
penyamaan aikbat-akibat.
  
64
2.12.
Model Analisis
Gambar 2.1.  Model Analisis
Variabel X
Perilaku agresif
menggunakan
property dalam
program OVJ di
TRANS7
Variabel Y
Perilaku Remaja
Dari model analisis tersebut, bias dilihat bahwa perilaku agresif dengan
menggunakan  property   
dalam  Program  “Opera  Van  Java”  di  TRANS7  terhadap
perilaku
remaja dipengaruhi oleh
terpaan
media
(media
exposure). Contohnya seperti,
intensitas remaja dalam
menonton program “Opera Van Java” dan
frekuensi perilaku
agresif dalam program “Opera Van Java”.