6
BAB II
TINJAUAN UMUM DAN LANDASAN TEORI
2.1 
Perpustakaan
2.1.1
Pengertian Perpustakaan
Perpustakaan
berasal dari kata Sansekerta, pustaka yang artinya kitab, buku.
Dalam bahasa Inggris, istilah library berasal dari kata Latin liber atau libri yang artinuya
buku. Dari kata Latin tersebut, terbentuklah istilah librarius yang artinya tentang buku.
Dalam bahasa Belanda bibliotheek, Jerman bibliothek, Perancis bibliotheque, Spanyol
bibliotheca, dan Portugal bibliotheca. Semua istilah itu berasal dari bahasa Yunani
biblia yang artinya tentang buku, kitab.
Dalam New Oxford American Dictionary
(2010), “library” berarti sebuah
bangunan atau ruangan yang berisi koleksi buku, jurnal, dan beberapa film dan rekaman
musik bagi orang untuk membaca, meminjam, atau merujuk. 
Berdasarkan buku Pedoman Pelaksanaan Perpustakaan
(1992),
perpustakaan
adalah satu alat yang vital dalam setiap program pendidikan, pengajaran, dan penelitian
(research) bagi setiap lembaga pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Dalam pedoman Standar Nasional Indonesia (SNI) Bidang Perpustakaan (2010),
definisi dari perpustakaan adalah suatu institusi pengelola koleksi karya tulis, karya
cetak dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem baku guna memenuhi
kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, kultural, dan rekreasi.
Dari berbagai sumber tersebut, dapat disimpulkan bahwa perpustakaan ialah
sebuah ruangan atau gedung yang digunakan untuk menyimpan koleksi buku atau
koleksi lain bagi pengunjung
untuk membaca, meminjam, ataupun merujuk, namun
bukan untuk dijual. Pengertian ini menunjukan bahwa koleksi perpustakaan digunakan
  
7
untuk mendayagunakan koleksinya untuk kepentingan para pengunjung, bukan untuk
kegiatan jual beli. 
2.1.2
Sejarah dan Perkembangan Perpustakaan
Seiring dengan berkembangnya peradaban manusia di berbagai belahan dunia,
beragam pula perkembangan perpustakaannya di berbagai tempat, khususnya di daerah
peradaban kuno. Beberapa perkembangan perpustakaan di berbagai kebudayaan dunia
berawal dari Sumeria, Babylonia, Mesir, Yunani, Romawi,
Byzantium/Konstantinopel,
Arab, hingga Renaissance sampai saat ini.  
a.
Sumeria dan Babylonia
Perpustakaan sudah dikenal sejak 3000 tahun sebelum Masehi. Pada masa itu,
bangsa Sumeria telah menyalin rekening, jadwal kegiatan, dan pengetahuan yang
mereka peroleh dalam bentuk lempengan tanah liat (clay tablet). Tulisan yang
digunakan juga masih berupa gambar atau pictograph, kemudian ke aksara
Sumeria. Kemudian aksara
Sumeria pun diubah menjadi huruf
paku atau
cuneiform.
Sekitar tahun 668-626 SM,
didirikanlah perpustakaan kerajaan di
Niniveh oleh Raja Ashurbanipal. Perpustakaan kerajaan tersebut berisi lebih dari
30.000 lempengan tanah liat yang dikumpulkan dari segala penjuru kerajaan. 
b.
Mesir
Teks tertulis paling awal di perpustakaan Mesir telah ada sejak sekitar tahun
4000 SM. Bangsa Mesir menggunakan huruf hieroglyph. Perpustakaan Mesir
bertambah maju berkat penemuan penggunaan rumput papyrus
sekitar tahun
1200 SM, dengan
alat tulisnya berupa kuas dan tinta. Pengembangan
perpustakaan Mesir terjadi hingga 1250 SM yang pada saat itu perpustakaan Raja
Rameses II memiliki koleksi sekitar 20.000 buku.
c.
Yunani
Yunani mulai mengenal perpustakaan pada sekitar 700-600 SM. Perpustakaan
berkembang di masa kejayaan Yunani sekitar tahun 500 SM. Aristoteles
  
8
dianggap sebagai orang pertama yang mengumpulkan, menyimpan, dan
memanfaatkan budaya masa lalu. 
Perkembangan perpustakaan zaman Yunani kuno mencapai puncaknya semasa
Abad Hellenisme dengan perpustakaan utama terletak di kota Alexandria (Mesir)
dan Pergamum (Asia Kecil).
Di Alexandria, berdirilah sebuah museum yang
salah satu bagian utamanya ialah perpustakaan. Perpustakaan tersebut diorganisir
pada masa 323-283 SM. Perpustakaan Alexandria berkembang pesat sehingga
memiliki 200.000-700.000 gulungan papyrus pada sekitar abad pertama sebelum
Masehi. Perpustakaan Alexandria, yang saat ini dikenal dengan Bibliotheca
Alexandrina Egypt saat ini merupakan perpustakaan pertama, tertua, dan terbesar
di dunia.
Gambar 2.1 Bibliotheca Alexandrina Egypt
Sumber : en.wikipedia.org
Gambar 2.2 Bibliotheca Alexandrina Egypt
(Interior)
Sumber : en.wikipedia.org
Di Asia Kecil, Perpustakaan Pergamum berkembang menjadi pusat belajar dan
kegiatan sastra. Karena jumlah papyrus
terbatas, perpustakaan Pergamum
menggunakan kulit binatang (parchmen/perkamen) sampai
mesin cetak
ditemukan.
Koleksi Perpustakaan Pergamum mencapai 100.000 gulungan.
Dalam perkembangannya, koleksi perpustakaan Pergamum diserahkan ke
perpustakaan Alexandria sehingga Perpustakaan Alexandria merupakan
perpustakaan terbesar pada zaman itu. 
  
9
d.
Romawi
Kebudayaan Romawi dipengaruhi oleh kebudayaan Yunani. Perpustakaan
pribadi mulai tumbuh karena banyak perwira tinggi yang membawa
rampasan/jarahan perang, termasuk buku-buku. Kemudian Julius Caesar
memerintahkan agar perpustakaan terbuka untuk umum.
Kemudian,
perpustakaan pun tersebar ke seluruh bagian kerajaan Romawi. Pada masa ini,
munculah bentuk buku baru. Gulungan papyrus
diganti menjadi codex. Codex
merupakan kumpulan parchmen
diikat dan dijilid menjadi satu seperti buku.
Seiring dengan kemunduran Kerajaan Romawi, perpustakaanpun mengalami
kemunduran hingga akhirnya hanya perpustakaan biaralah yang masih tertinggal.
Sedangkan perpustakaan yang lain umumnya lenyap akibat serangan orang-
orang barbar.  
e.
Byzantium / Konstantinopel
Kaisar Konstantin Agung, raja dari Kerajaan Romawi Barat dan Romawi Timur
pada abad ke-3, mendirikan perpustakaan kerajaan di Byzantium/Konstantinopel
yang menekankan karya Latin dalam koleksinya. Bahasa Latin merupakan
bahasa resmi saat itu hingga abad ke-6. Perpustakaan ini memiliki koleksi
sejumlah 120.000 buku. Selain karya Latin, koleksi perpustakaan juga mencakup
karya Kristen dan non-Kristen, karya Yunani, ensiklopedia dan leksikon. 
f.
Arab
Seiring dengan adanya pabrik kertas di Bagdad pada abad ke-8, produksi buku
melonjak dan perpustakaan pun berkembang, khususnya perpustakaan mesjid
dan lembaga pendidikan. Pada abad ke-11, Perpustakaan Kairo memiliki koleksi
sejumlah 150.000 buku. 
Terdapat juga Perpustakaan Cordoba di Spanyol yang didirikan orang Arab
memiliki koleksi 400.000 buku. 
  
10
g.
Renaissance
Renaissance mulai tumbuh pada abad ke-14 di Eropa Barat akibat pengungsian
ilmuwan Byzantine
dari Konstantinopel. Sambil mengungsi, para ilmuwan
membawa berbagai manuskrip kuno dan ilmuwan Italia menyambut kedatangan
ilmuwan Byzantine
serta mendukung pengembangan manuskrip dan berbagai
karya tersebut. Karya ini tersebar ke Eropa Utara dan Barat, diantaranya
disimpan di perpustakaan biara dan perpustakaan universitas. 
2.1.3
Fungsi dan Tujuan Perpustakaan
Menurut Sulistyo Basuki pada buku Pengantar Ilmu Perpustakaan
(1991),
fungsi perpustakaan di masyarakat dibagi menjadi lima, antara lain : 
a.
Sebagai sarana simpan karya manusia
Perpustakaan sebagai tempat menyimpan karya manusia, khususnya karya cetak
seperti buku, majalah, dan sejenisnya. Dalam kaitan fungsi simpan, perpustakaan
bertugas menyimpan khazanah budaya hasil masyarakat. 
b.
Fungsi informasi
Informasi apapun dapat ditanyakan ke perpustakaan. Melalui adanya koleksi
yang tersedia, perpustakaan harus menjawab setiap pertanyaan yang diajukan ke
perpustakaan. 
c.
Fungsi rekreasi
Masyarakat dapat menikmati rekreasi kultural dengan cara membaca dan
bacaannya disediakan oleh perpustakaan. 
d.
Fungsi pendidikan
Perpustakaan merupakan sarana pendidikan nonformal dan informal, artinya
perpustakaan merupakan tempat belajar di luar bangku sekolah maupun tempat
belajar dalam lingkungan pendidikan sekolah. Yang dimaksud pendidikan
nonformal ialah perpustakaan umum, sedangkan pendidikan informal adalah
perpustakaan sekolah dan perpustakaan perguruan tinggi.
  
11
e.
Fungsi kultural
Perpustakaan merupakan tempat untuk mendidik dan mengembangkan apresiasi
budaya masyarakat
dengan menyelenggarakan pameran, seminar, pertunjukan
kesenian, pemutaran film, bercerita untuk anak-anak, maupun bedah buku.
Dengan cara demikian, masyarakat dididik mengenal budayanya. 
Dan menurut Suherlan Muchyidin pada buku Perpustakaan
(2008), tujuan
perpustakaan adalah untuk membantu masyarakat dalam segala umur dengan
memberikan kesempatan dengan dorongan melelui jasa pelayanan perpustakaan agar
mereka: 
a.
Dapat mendidik dirinya sendiri secara berkesimbungan, 
b.
Dapat tanggap dalam kemajuan pada berbagai lapangan ilmu pengetahuan,
kehidupan sosial dan politik, 
c.
Dapat memelihara kemerdekaan berfikir yang konstruktif untuk menjadi anggota
keluarga dan masyarakat yang lebih baik, 
d.
Dapat mengembangkan kemampuan berfikir kreatif, membina rohani dan dapat
menggunakan kemempuannya untuk dapat menghargai hasil seni dan budaya
manusia, 
e.
Dapat meningkatkan taraf kehidupan sehari-hari dan lapangan pekerjaannya, 
f.
Dapat menjadi warga negara yang baik dan dapat berpartisipasi secara aktif
dalam pembangunan nasional dan dalam membina
saling pengertian antar
bangsa, dan 
g.
Dapat menggunakan waktu senggang dengan baik yang bermanfaat bagi
kehidupan pribadi dan sosial.
2.1.4
Jenis - Jenis Perpustakaan
Perpustakaan dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan jenis koleksi dan
sasaran pengunjungnya. Berdasarkan
buku Pengantar Ilmu Perpustakaan
(1991),
beberapa jenis perpustakaan yang ada dewasa ini adalah sebagai berikut :
a.
Pepustakaan Internasional
  
12
Perpustakaan yang didirikan oleh dua negara atau lebih atau perpustakaan yang
merupakan bagian dari sebuah organisasi internasional. Contohnya : United
Nation (UN) Library, Jenewa; Perpustakaan Dag Hammarsjkuld, New York; dan
Perpustakaan Sekretariat ASEAN, Jakarta.
b.
Perpustakaan Nasional
Perpustakaan yang menyimpan semua bahan pustaka yang tercetak dan terekam
yang diterbitkan si suatu negara.
Contoh :
Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia, Jakarta; Bibliotheque Nationale, Paris; dan The British Library,
London.
c.
Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Keliling
Perpustakaan yang diselenggarakan oleh dana umum dengan tujuan melayani
umum. Ciri-ciri perpustakaan umum adalah terbuka untuk umum, dibiayai oleh
dana umum, dan jasa yang diberikan pada hakekatnya bersifat cuma-cuma. Yang
termasuk dalam kelompok perpustakaan umum adalah :
-
perpustakaan wilayah 
-
perpustakaan propinsi 
-
perpustakaan umum kotamadya 
-
perpustakaan umum kabupaten 
-
perpustakaan umum kecamatan 
-
perpustakaan umum desa
-
perpustakaan umum untuk anggota masyarakat yang memerlukan media
khusus
-
perpustakaan umum untuk anggota masyarakat yang memerlukan bacaan
khusus karena faktor usia, dan
-
perpustakaan keliling
d.
Perpustakaan Swasta (Pribadi)
Perpustakaan yang dikelola pihak swasta atau pribadi dengan tujuan melayani
keperluan bahan pustaka bagi kelompok, keluaga, atau individu tertentu. Karena
semuanya dibiayai oleh swasta maka perpustakaan sejenis ini hanya melayani
keperluan kelompok terbatas pula. Perpustakaan sewa merupakan kelompok dari
  
13
perpustakaan swasta / pribadi. Perpustakaan sewa adalah perpustakaan yang
memungut uang sewa setiap kali meminjam koleksi, atau memungut uang iuran
per periode tertentu.  Salah satu contohnya ialah Kios Komik.
e.
Perpustakaan Khusus
Perpustakaan khusus merupakan sebuah departemen, lembaga negara, lembaga
penelitian, organisasi massa, militer, industri, maupun perusahaan swasta.
Ciri
utama perpustakaan khusus adalah memiliki buku yang terbatas pada satu subjek,
keanggotaan terbatas, peran utama pustakawan adalah melakukan penelitian
kepustakaan untuk anggota, koleksi tidak ditekankan pada buku saja, dan jasa
yang diberikan mengarah kepada minat anggota perorangan. 
Beberapa
kelompok perpustakaan khusus :
-
Perpustakaan departemen dan lembaga non departemen 
-
Perpustakaan bank
-
Perpustakaan surat kabar dan majalah
-
Perpustakaan industri dan badan komersial
-
Perpustakaan lembaga penelitian dan lembaga ilmiah
-
Perpustakaan perusahaan
-
Perpustakaan militer
-
Perpustakaan organisasi massa, dan
-
Perpustakaan perguruan tinggi.
Meski perpustakaan khusus tuna netra termasuk kelompok perpustakaan umum, 
dapat juga masuk dalam kelompok perpustakaan khusus.
f.
Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan yang tergabung pada sebuah sekolah, dikelola sepenuhnya oleh
sekolah yang bersangkutan. Contoh :
-
Perpustakaan Taman Kanak-Kanak,
-
Perpustakaan Sekolah Dasar, 
-
Perpustakaan Sekolah Menengah Pertama, dan
-
Perpustakaan Sekolah Menengah Atas.
g.
Perpustakaan Perguruan Tinggi
  
14
Perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi, badan bawahannya, maupun
lembaga yang berafliasi dengan perguruan tinggi, dengan tujuan utama
membantu perguruan tinggi mencapai tujuannya
dengan memenuhi kebutuhan
informasi pengajar dan mahasiswa di perguruan tinggi. Tujuan perguruan tinggi
di Indonesia dikenal dengan nama Tri Dharma perguruan tinggi, yaitu
pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Yang termasuk dalam
perpustakaan perguruan tinggi antara lain : 
-
Perpustakaan Jurusan,
-
Perpustakaan Fakultas, 
-
Perpustakaan Bagian,
-
Perpustakaan Institut,
-
Perpustakaan Sekolah Tinggi,
-
Perpustakaan Politeknik,
-
Perpustakaan Akademi, dan
-
Perpustakaan program non-
gelar.
Perpustakaan perguruan tinggi sebenarnya termasuk dalam kelompok
perpustakaan khusus. Dalam berbagai terbitan berupa direktori perpustakaan
khusus, perpustakaan perguruan tinggi juga dimasukan ke dalam kelompok
perpustakaan khusus. Namun berdasarkan tradisi, perpustakaan perguruan tinggi
digolongkan sebagai kelompok sendiri.
Sesuai dengan
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Tentang Pedoman
Pendirian Perguruan Tinggi
pasal 12 ayat 2, perihal persyaratan perguruan
tinggi,  perguruan tinggi harus memiliki ruang perpustakaan dengan buku
pustaka:
1.
Program Diploma dan Program S1
a.
buku mata kuliah pengembangan kepribadian (MPK) 1 judul per mata
kuliah;
b.
buku mata kuliah ketrampilan dan keahlian (MKK) 2 judul per mata
kuliah;
c.
jumlah buku sekurang-kurangnya 10% dari jumlah mahasiswa dengan
memperhatikan komposisi jenis judul;
d.
berlangganan jurnal ilmiah sekurang-kurangnya 1 judul untuk setiap
program studi.
  
15
Berdasarkan Libraries and Learning Resource Centres (2002), perencanaan
perpustakaan universitas memiliki beberapa standar ruang, antara lain : 
Area perpustakaan adalah 8-10% dari luas total area universitas,
Ruang kantor perpustakaan adalah 12% dari total luas perpustakaan,
Satu ruang pembaca untuk setiap 3-4 pelajar masing-masing sekitar 1 m² per
orang, 
Untuk fasilitas komputer sekitar 20-25% dari total area perpustakaan,
Rak sepanjang 1 meter untuk memuat sekitar 100 buku,
75% dari total koleksi berada di rak terbuka pada area belajar, 50-60% pada
area penelitian,
Area sirkulasi sebesar 20% dari total luas ruang perpustakaan.
Juga beberapa poin standar fisik berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI)
Bidang Perpustakaan (2010), antara lain :
Gedung. Perpustakaan menyediakan gedung dengan ruang yang cukup untuk
koleksi, staf, dan penggunanya. Perpustakaan harus menyediakan ruang
sekurang-kurangnya 0.5 m
2
untuk setiap mahasiswa.
Ruang koleksi. Area koleksi seluas 45% yang terdiri dari ruang koleksi buku,
multimedia, dan majalah ilmiah.
Ruang pengguna. Ruang pengguna seluas 30% yang terdiri dari ruang baca
dengan meja baca penyekat, ruang baca khusus, ruang diskusi, lemari
katalog/komputer, meja sirkulasi, tempat penitipan tas, dan toilet.
Ruang staf. Ruang staf perpustakaan seluas 25% terdiri dari ruang
pengelolahan, ruang penjilidan, ruang pertemuan, ruang penyimpanan buku
yang baru diterima, dapur, dan toilet. 
2.1.5
Tipe - Tipe Perpustakaan
Berdasarkan buku Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi
(2007),
perpustakaan dibagi menjadi tiga tipe yang berbasis pada penggunaan teknologi, antara
lain :
  
16
1.
Pepustakaan Kertas (Paper Library)
Tipe perpustakaan ini merupakan konsep dimana teknik operasional
perpustakaan (pembelian, pengolahan, pengkatagogan, dan sirkulasi) dan bahan
pustaka (terutama teks) masing-masing berbasis kertas dan karton.
2.
Perpustakaan Terotomatisasi (Automated Library)
Tipe ini sudah mulai berbasis teknologi komputer, namun bahan pustaka masih
berbentuk kertas sebagai medianya.
3.
Perpustakaan Elektronik (Electronic Library)
Tipe perpustakaan ini merupakan konsep dumana bahan pustaka maupun teknik
operasional perpustakaan berubah ke dalam bentuk elektronik.
Tabel 2.1 Tipe Perpustakaan
Tipe
Teknik
Operasional
Bahan Pustaka
Perpustakaan Kertas
Kertas
Kertas
Perpustakaan Terotomatisasi
Komputer
Kertas
Perpustakaan Elektronik / Digital
Komputer
Media Elektronik
Sumber : Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi
Dalam proses perkembangannya, ada masa transisi antara tipe perpustakaan
tradisional yang berbasis koleksi cetak dan tipe perpustakaan berbasis informasi
elektronik yang dikenal dengan perpustakaan hibrida (hybrid library). Perpustakaan
hibrida merupakan perpustakaan yang memiliki koleksi tercetak yang permanen dan
setara dengan koleksi elektronik atau digital lainnya. Perpustakaan hibrida bermaksud
mempertahankan koleksi tercetak, bukan menggantikan semuanya dengan koleksi
elektronik atau digital. 
2.1.6
Koleksi dan Klasifikasi Buku
Koleksi yang dimiliki perpustakaan tidak hanya berupa bahan cetak saja, namun
ada juga lembaran musik, berbagai karya media audiovisual, dan bentuk mikro. Bahan
cetak mencakup buku, jurnal, kliping, koran, majalah, laporan, pamflet, prosiding,
manuskrip (naskah), case study, skripsi, thesis, dan karya tulis lainnya. Lembaran musik,
  
17
karya media audiovisual, dan bentuk mikro mencakup film, slide, kaset, piringan hitam,
microfilm, mikrofis, mikroburam, Laser Disc, Compact Disc (CD), Video Compact Disc
(VCD), dan Digital Versatile Disc / Digital Video Disc (DVD).
Ketika buku-buku dan koleksi baru yang telah tiba di perpustakaan tentunya akan
segera diproses oleh pustakawan. Menurut Soejono Trimo (1992), pemrosesan bahan-
bahan ini meliputi : 1) pendaftaran bahan-bahan (administratif) dan 2) pengklasifikasian
dan pembuatan katalog (teknisnya). Setelah kedua langkah
itu selesai dikerjakan,
barulah bahan-bahan tersebut siap disusun pada rak-rak atau kabinet-kabinetnya; berarti
bahan-bahan tersebut telah siap untuk dipinjamkan dan disebarkan.
Soejono Trimo
(1992) menyatakan bahwa
katalog adalah daftar bahan-bahan
yang ada di perpustakaan, yang disusun menurut suatu sistem tertentu  secara alfabetis
ataupun sistematis untuk memudahkan mencari dan menempatkan kembali bahan-bahan
yang dibutuhkan oleh para pembaca serta petugas perpustakaan.
Katalog dapat berbentuk buku atau lembaran-lembaran lepas yang kemudian
dijilid dan juga berbentuk kartu. Seiring berkembangnya teknologi, perpustakan sudah
banyak meninggalkan katalog manual dan beralih ke katalog
digital. Saat ini katalog
digital sering disebut Online Public Access Catalog (OPAC). OPAC dapat diakses di
website perpustakaan melalui internet.
Agar buku-buku yang memiliki subjek yang sama atau berhubungan terkumpul
menjadi satu, harus ada metode klasifikasi yang diterapkan. Terdapat lima
metode
pengklasifikasian atau penomoran buku pada perpustakaan yang dapat diterapkan yang
diakui secara internasional, yaitu Bliss Bibliographic Classification, Colon
Classification, Dewey Decimal Classification, Library of Congres Classification, dan
Universal Decimal Classification. Namun yang sering diterapkan yaitu Dewey Decimal
Classification (DDC) dan Universal Decimal Classification (UDC).
  
18
2.1.6.a  Dewey Decimal Classification (DDC)
Dewey Decimal Classification, atau yang biasa disebut DDC, dibuat oleh Melvil
Dewey (1851-1931) pada 1876 berdasarkan kajiannya terhadap puluhan buku, pamflet,
dan kunjungannya ke berbagai perpustakaan. DDC bukanlah klasifikasi ilmu
pengetahuan, namun klasifikasi pengetahuan untuk keperluan menyusun buku di
perpustakaan. DDC telah banyak dimodifikasi dan dikembangkan dalam 22 kali revisi
yang telah dilakukan hingga tahun 2004. 
Sistem DDC memberi nomor buku menurut subjeknya. Dengan demikian, buku
disusun menurut subjeknya tanpa memperhatikan dimana buku tersebut diletakan di rak.
Bila buku baru datang, maka buku tersebut dapat disisipkan diantara buku lama selama
buku baru tersebut berkaitan subjeknya. Terdapat sepuluh kelas utama dalam penomoran
DDC. Berikut ini adalah sepuluh kelas utama tersebut :
Tabel 2.2 Dewey Decimal Classification
No. Klasifikasi
Keterangan Kategori
000
General works (karya-karya umum)
100
Philosophy (filsafat)
200
Religion (agama)
300
Social sciences (ilmu sosial)
400
Language (bahasa)
500
Pure science (ilmu pengetahuan alam dan pasti)
600
Technology (teknologi)
700
The arts (kesenian, arsitektur, dan olahraga)
800
Literature (kesusasteraan)
900
History (peradaban dan sejarah)
Sumber :
Pengantar Ilmu Perpustakaan
2.1.6.b  Universal Decimal Classification (UDC)
Universal
Decimal Classification, atau yang biasa disebut UDC, merupakan
adaptasi dari Dewey Decimal Classification (DDC). UDC disusun pada 1895 oleh Paul
Otlet dan Henri La Fontaine dari Belgia. UDC dikenal dengan berbagai nama seperti
Classification Internationale Desimale, International Decimal Classification, Expanded
Dewey, dan Brussel Expansion of Dewey. Namun nama UDC yang lebih dikenal secara
umum.
  
19
UDC merupakan metode yang didasari oleh DDC, tetapi metode ini dianggap
lebih kuat dan spesifik. UDC juga menambahkan simbol dalam penomorannya. Metode
ini tidak hanya dapat digunakan dalam klasifikasi literatur, tetapi juga dapat digunakan
pada koleksi lain seperti video, rekaman, film, music, peta, dan lainnya. Metode UDC
banyak diterapkan di perpustakaan di Eropa.
Terdapat sepuluh kelas utama dalam
penomoran UDC. Berikut ini adalah sepuluh kelas utama tersebut :
Tabel 2.3 Universal Decimal Classification
No. Klasifikasi
Keterangan Kategori
0
General/Umum 
1
Filsafat dan Psikologi
2
Agama, Teologi
3
Ilmu Sosial
4
(kosong. Digunakan untuk perluasan mendatang)
5
Sains dan Matematika
6
Ilmu Terapan, Kedokteran, Teknologi
7
Seni, Rekreasi, Hiburan, Olahraga
8
Bahasa, Linguistik, Sastra, Filologi 
9
Geografi, Biografi, Sejarah 
Sumber :
en.wikipedia.org
Metode klasifikasi yang lazim diterapkan pada perpustakaan adalah Dewey
Decimal Classification
(DDC). Sedangkan untuk koleksi lain, pada umumnya
pustakawan atau pengelola perpustakaan menerapkan metode tersendiri untuk memberi
penomoran koleksi lain diluar buku.
2.1.7
Sistem Pelayanan Perpustakaan
Terdapat dua sistem pelayanan yang diterapkan pada perpustakaan, yaitu:
1.
Closed Access Service
Sistem pelayanan dimana pengunjung tidak dapat menuju rak koleksi untuk
mencari dan mendapatkan koleksi yang diinginkan secara langsung. Pengunjung
akan mendapat bantuan pustakawan yang bertugas mencari dan mengambilkan
koleksi yang diinginkan. Kelebihan sistem ini adalah keamanan dan kondisi buku
lebih terjamin, penyusunan buku lebih teratur, dan ruang penyimpanan buku
  
20
lebih efisien. Kekurangan sistem ini adalah pengunjung tidak dapat mencari dan
memilih sendiri buku yang diperlukan, sehingga dapat mengurangi minat baca
pengunjung.
2.
Open Access Service
Sistem pelayanan dimana pengunjung dapat menuju rak koleksi untuk mencari
dan mendapatkan koleksi yang diinginkan secara langsung tanpa perantara
pustakawan, atau dengan kata lain self-service. Kelebihan sistem ini adalah
pengunjung dapan mencari dan memilih buku secara langsung, sehingga
pengunjung memiliki minat baca yang lebih besar dan tidak ada tekanan.
Kekurangan sistem ini adalah keamanan dan kondisi buku yang kurang terjamin,
penyusunan buku kurang teratur sehingga dapat mengganggu distribusi buku ke
pengunjung lain, serta membutuhkan area penyimoanan yang lebih luas.
2.2 
Desain
2.2.1
Pengertian Desain
Desain berasal dari kata Latin
disegnare
yang artinya menciptakan.
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2005), desain artinya kerangka bentuk; rancangan.
Sedangkan dalam New Oxford American Dictionary (2005), “design” adalah a plan or
drawing produced to show the look and function or workings of a building, garment, or
other object before it is built or made.
Dalam Art Fundamentals : Theory and Practice (2005), desain adalah rencana
yang mendasari sebuah karya seni. 
Secara luas, pada kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary (2005), design
adalah perencanaan umum bagian berbeda dari sesuatu yang dibuat, seperti bangunan,
buku, mesin, dan lainnya.
  
21
Selain itu, desain bukan hanya sebuah proses, namun juga merupakan kendaraan
ideologi
dan sarana untuk mengekspresikan aspirasi pendidikan, institusi atau
perusahaan (The Thames and Hudson Dictionary of Design Since 1900, 2004)
Dari berbagai sumber tersebut, dapat disimpulkan bahwa desain adalah kegiatan
merancang atau menciptakan sebuah karya, baik itu karya seni maupun karya teknik.
Desain semua yang terlibat kreativitas manusia. Desain merupakan perkembangan seni
yang dimulai pada pertengahan abad 19 dan didominasi oleh Pergerakan Modern. 
Desain merupakan suatu hasil karya kreatif yang menggabungkan berbagai seni
dan teknik. Untuk menciptakan
sebuah karya
desain, prosesnya bukan hanya sekadar
perancangan bernilai estetika, tetapi
juga
dibutuhkan pertimbangan pemikiran, rasa,
gagasan juga pendapat dari pihak lain. Selain itu penting juga melibatkan faktor internal
(jiwa seni, ide dan kreativitas) atau pun faktor eksternal (berupa hasil penelitian dari
berbagai bidang ilmu, teknologi, lingkungan, budaya dan sebagainya. Maka dapat
dikatakan bahwa untuk menghasilkan suatu desain dibutuhkan suatu proses pemikiran
yang terstruktur rapi sehingga mendapatkan hasil yang dapat diukur.
2.2.2
Sejarah dan Perkembangan Desain
Desain merupakan bentuk perkembangan dari seni., maka perkembangan desain
tidak terlepas dari perkembangan dan sejarah seni.
Seni sudah ada sejak zaman
prasejarah, kemudian berkembang pada zaman peradaban awal, zaman klasik, zaman
medieval, renaissance, modern awal, industri, modern, hingga modern akhir, saat ini.
Namun desain, yang merupakan seni abad modern, mulai berkembang pada awal 1900.
a.
Prasejarah (1.7juta-4000 SM)
Seni pada zaman prasejarah dimulai dari lukisan gua di dinding-dinging gua
yang merupakan tempat tinggal manusia zaman prasejarah.
Salah satu tujuan
lukisan pada zaman itu diperkirakan untuk
untuk berkomunikasi, memberi
instruksi atau arahan kepada yang lain untuk memburu. 
  
22
b.
Peradaban Awal (4000-750SM)
Peradaban awal dunia ini terletak pada Mesopotamia dan Mesir. Pada zaman ini
karya seni yang telah ada antara lain
ornamen, segel silinder, cap stempel,
ukiran, patung, relief, mosaik dinding, dan kerajinan. Karya seni tersebut
diterapkan pada gelas, prasasti, alat musik (harpa), dan bangunan (kuil, istana,
gerbang kota). 
c.
Klasik (750 SM - 500 M)
Masuk zaman klasik, terdapat dua era yang sangat berkembang peradaban dan
kebudayaanya, yaitu Yunani dan Romawi.
Hasil kebudayaan Yunani mencerminkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang
natural. Seni yang berkembang saat itu antara lain ornamen (motif daun akantus,
meander, egg & dart) dan ukiran (pada furnitur, kuil, seni keramik, seni patung
dan arsitektur).
Kebudayaan Romawi merupakan tonggak budaya Eropa modern. Dalam bidang
seni, bangsa Romawi banyak mengadaptasi karya Yunani. Karya-karya seni yang
dihasilkan pada masa ini antara lain seni lukis (lukisan dinding rumah di
Pompeii), ornamen, furnitur, tiang / kolom, seni patung (Patung Augustus Prima
Porta), serta arsitektur publik yang dimanfaatkan secara praktis.
d.
Medieval (500-1400)
Masa awal Medieval berawal dari periode Nasrani Awal, kemudian Byzantium,
gaya Romanesk, dan pada akhirnya gaya Gothik. Karya-karya besar pada zaman
medieval berupa bangunan suci dan sakral seperti gereja dan musoleum. 
Pada periode Nasrani Awal, kebutuhan sebuah tempat beribadah sangat
diperlukan. Basilika merupakan awal dari tempat ibadah tersebut. Karya seni
lainnya yaitu Musoleum dan elemen hias yang diterapkan pada bangunan-
bangunan tersebut seperti mosaik lantai dan dinding. 
Pada era Byzantium, kekaisaran Roma dipindah ke Konstantinopel (sekarang
Istambul, Turki). Elemen hias yang populer masih berupa mosaik dan lukisan
dinding.
  
23
Arsitektur gereja
pada zaman Romanesk
memiliki ciri
khas seperti denah
berbentuk Salib Latin, didominasi bentuk lengkung setengah lingkaran (semi
circular arch), serta dekorasi pada jendela, pintu, dan lengkungan di atas pintu.
Selanjutnya ialah era Gothik.
Karya-karya gaya Gothik antara lain seperti
arsitektur gereja, seni patung, seni relief dan seni lukis. Pada masa ini teknik
perspektif awal mulai digunakan. 
e.
Renaissance (1400-1600)
Masa
Renaissance sering disebut sebagai masa pencerahan setelah masa-masa
sebelumnya yang sering disebut dengan masa kegelapan (The Dark Ages).
Pada bidang seni, terdapat penemuan teknik
perpektif
yang dikembangkan
hingga menyerupai bentuk asli. Karya seni pada masa ini
berupa arsitektur,
furnitur, seni patung, seni lukis, dan seni grafis. Pada masa Renaissance, seniman
memiliki pengaruh besar sehingga kesenian masa ini mencapai puncaknya. Pada
akhir zaman Renaissance, seni grafis berkembang pesat seiring ditemukannya
mesin cetak. 
f.
Modern Awal (1600-1800)
Seni Barok merupakan kelanjutan dari seni Renaissance. Karya-karya Barok
terwujud pada patung, lukisan, dan lebih populer pada furnitur, elemen interior
dan arsitektur. 
Rokoko yang merupakan kelanjutan dari Barok masih memiliki karakteristik
Barok. Perbedaannya dengan Barok terletak pada tema karya yang ringan, indah,
damai, fantasi, keanggunan, teknik pendekatan naturalistik, dan penggambaran
suasana yang feminin dan lembut. 
Neoklasik merupakan reaksi pertentangan artistik terhadap gaya Rokoko yang
dinilai gaya hidup yang berlebihan para bangsawan. Neoklasik merupakan gaya
yang cenderung membangkitkan kembali gaya-gaya klasik yang bertema
patriotisme
dengan visualisasi formal dan tegas, garis-garis bersih, serta
mengesankan stabilitas dan kewibawaan. Unsur-unsur klasik yang kembali
digunakan yaitu tiang/kolom, kubah, pedimen, dan detail kornis. Dan yang
  
24
terakhir dari zaman ini ialah gaya Empire. Gaya ini lebih banyak diterapkan pada
interior dan furnitur. 
g.
Revolusi Industri (1800-1900)
Pada era ini, terjadi fenomena besar yang mempengaruhi beberapa bidang
kesenian, khususnya furnitur dan interior, yaitu Revolusi Industri. Perkembangan
seni ditemukan dalam produk,
furnitur, interior, dan arsitektur, terdapat gaya
Victorian, Art & Craft dan Art Nouveau.
Pada zaman revolusi industri, status seni terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu
seni tinggi (high art), seni menengah (middle art), dan seni rendah (low art). 
Semasa pemerintahan Ratu Victoria di Inggris, seni lukis
dan desain grafis
bersifat komersil, sehingga image yang diciptakan menggambarkan kehidupan
yang ideal dan indah. Namun karena banyaknya gaya yang dipadu-padankan,
produksi pabrik dipandang kurang estetis. Gaya ini pun mendapat tantangan dari
para pemikir yang membentuk gerakan Art & Crafts. 
Art & Crafts merupakan
suatu gerakan moral dan estetika. Gerakan ini
menentang penggunaan teknologi mesin dan mengutamakan teknologi manual
atau handmade
dalam produksi. Tujuannya agar terdapat penjiwaan dan nilai
estetika dari desainer, seniman, dan pengrajinnya. 
Art Nouveau muncul sebagai kelanjutan dari gerakan Art & Crafts. Art Nouveau
lebih mengarah memperbaharui pikiran dan kualitas desain
seiring
perkembangan industri pada masa itu. Gaya ini lebih banyak diterapkan pada
furitur, interior, dan arsitektur dibanding pada seni lukis.
h.
Zaman Modern (1900-1940)
Pada era modern ini, kesenian dan desain yang telah berkembang ke berbagai
negara, memunculkan berbagai gaya seni dan desain di waktu yang bersamaan. 
Dalam perkembangan seni rupa, muncul Fauvisme, Ekspresionisme, Kubisme,
Futurisme, Seni Fantasi, Dadaisme, Surealisme, Art Deco, Konstruktivisme, de
Stijl, Wiener Werkstatte, Bauhaus, dan Internasional. 
  
25
Karakteristik seni rupa pada era ini umumnya abstrak, warna-warna lebih cerah,
dinamis, bentuk distorsi, emosional, dan absurd. Pada desain furnitur, produk,
interior, dan arsitektur,
karakteristik awal masih mengikuti bentuk natural,
dinamis, dan memiliki pola tertentu.
Hingga akhirnya bentuk menjadi lebih
simpel, geometris, sederhana, dan tidak memiliki pola tertentu. 
i.
Modern Akhir (1940-kini) 
Di era Modern Akhir, seni rupa memiliki gaya Abstrak Ekspresionisme, Pop Art,
Optical Painting (OP) Art / Illusion Optic, dan Fotorealisme. Sedangkan desain
produk, furnitur, interior, dan arsitektur memiliki gaya Modern Midcentury,
Skandinavian, Pop Art, Modern Italia, dan Pos Modern.
2.2.3
Jenis - Jenis Desain
Seiring berkembangnya zaman, desain-desain yang dihasilkan menjalar ke segala
bidang.
Berdasarkan buku The Thames and Hudson Dictionary of Design Since 1900
(2004), desain modern terbagi atas desain grafis, produk, interior, furnitur, industri, dan
arsitektur.
a.
Desain Grafis. 
Desain grafis atau yang biasa disebut desain komunikasi visual adalah sebuah
proses kreatif yang dilakukan untuk menyampaikan pesan tertentu kepada
masyarakat. Yang termasuk dalam cakupan desain grafis antara lain advertising,
tipografi, desain buku, animasi, logo, layout halaman, desain signage, fotografi,
desain website, desain kemasan, dan lainnya.
b.
Desain Produk.
Desain produk adalah proses perancangan atau menciptakan produk baru untuk
dijual oleh suatu perusahaan bagi pelanggannya. Produk yang dirancang
antaralain seperti lampu, sikat gigi, sepeda, mainan, dan lainnya. 
  
26
c.
Desain Interior.
Desain interior adalah. suatu cabang desain
yang berupaya untuk memecahkan
kebutuhan akan ruang yang nyaman dan indah dalam sebuah ruangan. Seorang
desainer interior dapat mendesain sebuah furnitur, interior dari tempat tinggal,
retail, kantor, hotel, museum, window display, dan juga dapat menjadi seorang
dekorator.  
d.
Desain Furnitur.
Desain furnitur adalah proses merancang atau menciptakan sebuah furnitur yang
nyaman dan fungsional bagi penghuni atau penggunanya.
Seorang desainer
furnitur dapat mendesain meja, rak, tempat tidur, sofa, kursi, lemari, dan
berbagai furnitur lain.
e.
Desain Industri.
Desain industri merupakan kombinasi antara seni terapan dan ilmu terapan untuk
meningkatkan estetika, kenyamanan, dan fungsi dalam sebuah produk. Contoh
produk dari desain industri seperti kalkulator, telepon, mixer, iPod, dan mobil.
f.
Arsitektur
Arsitektur berarti desain dari seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi
bangunan atau infrastruktur lain. Arsitek mengerjakan proyek bangunan gedung,
rumah tinggal, lanskap, jembatan, dan lainnya.
Selain itu jenis desain lainnya yang lazim kita temui ialah Desain Busana.
g.
Desain Busana
Desain busana atau yang lebih umum disebut fashion design
adalah proses
merancang atau menciptakan sesuatu yang manusia kenakan, seperti pakaian dan
aksesoris,
dengan menerapkan seni dan estetika. Produk hasil desain busana
merupakan busana seperti baju, celana, rok, gaun, topi, sepatu,
aksesoris/perhiasan, tas, dan lainnya yang dikenakan manusia.
  
27
2.3 
Perpustakaan School of Design
2.3.1
Perpustakaan Fakultas / Perpustakaan School of Design  
Perpustakaan fakultas merupakan salah satu bagian dari perpustakaan universitas
atau perpustakaan perguruan tinggi. Untuk itu, perpustakaan fakultas memiliki tujuan
yang sama dengan perpustakaan (pusat) perguruan tinggi. Perpustakaan yang terdapat
pada perguruan tinggi, badan bawahannya, maupun lembaga yang berafliasi dengan
perguruan tinggi, dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai tujuannya,
Tri Dharma perguruan tinggi. 
Perpustakaan juga dapat dikategorikan sebagai kelompok perpustakaan khusus.
Hal tersebut dikarenakan koleksi dari perpustakaan fakultas hanya memiliki koleksi
sesuai dengan kebutuhan informasi pendidikan fakultasnya. 
2.3.2
Standar Perencanaan Perpustakaan Fakultas
Perpustakaan fakultas tidak memiliki standar tertentu, sebab
perpustakaan
fakultas merupakan bagian dari perpustakaan universitas/perguruan tinggi. Standar
perpustakaan fakultas mengikuti standar perpustakaan perguruan tinggi
seperti yang
telah disebutkan pada subbab 2.1.4 poin g. 
2.3.3
Perlengkapan dan Perabot Perpustakaan
Perpustakaan pada umumnya memiliki perlengkapan dan perabot khusus untuk
menunjang penyimpanan koleksi. Beberapa perlengkapan dan perabot tersebut
antara
lain
rak buku
dan label penomorannya / label holder, rak surat kabar, rak majalah,
kabinet atau komputer katalog, bangku/stool, meja dan kursi, meja
peminjaman/sirkulasi, dan lainnya sesuai kebutuhan perpustakaan. Terdapat beberapa
standar untuk perlengkapan dan perabot perpustakaan seperti pada : 
Rak Buku
-
Berukuran tinggi 8 kaki (244 cm)
-
Papan harus bisa digeser atau dinaik-turunkan
-
Lebar papan 8-10 inch (20-25 cm)
-
Lebar rak 3 kaki - 1 meter (91-100 cm)
  
28
-
Kapasitas lemari adalah 150 buku untuk dua sisi atau 75 buku untuk satu
sisi.
2.3.4
Perkembangan Tata Ruang Perpustakaan Universitas
Berdasarkan Libraries and Learning Resource Centres
(2002), perpustakaan
universitas mengalami perkembangan sebagai berikut :
Gambar 2.3  Perkembangan Penataan Ruang Perpustakaan
Sumber : Libraries and Resource Centres (2002)
Gambar 2.4  Perkembangan Peletakan Ruang dan Bentuk Perpustakaan Universitas
Sumber : Libraries and Resource Centres (2002)