1
BAB II
TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
II.1 Tinjauan Umum
II.1.1 Definisi Hotel
Hotel berasal dari kata Hostel yang diambil dari bahasa Perancis kuno
yang berarti tempat atau rumah yang memberikan fasilitas akomodasi bagi
seseorang yang melakukan perjalanan.
Selama menginap para tamu
dikoordinir oleh seorang host yang membuat peraturan-peraturan untuk
dipatuhi para tamu selama menginap.
Hostel
ini disewakan kepada
masyarakat umum untuk menginap dan beristirahat sementara waktu, jadi
pada mulanya hotel diciptakan untuk melayani masyarakat.
Menurut keputusan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata Nomor: KM.
3/HK.001/MKP-02, yang dimaksud dengan hotel adalah jenis akomodasi
yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa
pelayanan, penginapan, serta jasa lainnya bagi umum yang dikelola secara
komersial. Beberapa definisi hotel lainnya:
a)
Hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial,
disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan dan
penginapan berikut makan dan minuman (SK. Menteri Perhubungan
No.Pm. 10 / Pw. 301/Phb. 77 ).
b)
Hotel adalah suatu bangunan atau lembaga yang menyediakan kamar
untuk menginap, makanan, minuman serta pelayanan lainnya untuk
umum (Webster’s New American Dictionary).
  
2
c)
Sarana tempat tinggal umum untuk wisatawan dengan memberikan
pelayanan jasa kamar, penyedia makanan dan minuman serta akomodasi
dengan syarat pembayaran. (Lawson, 1976)
Dari seluruh pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hotel adalah:
1.
Menggunakan bangunan fisik
2.
Menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa lainnya
3.
Diperuntukan secara komersial
4.
Diperuntukan untuk umum
II.1.2 Sejarah Perkembangan Hotel
Keberadaan hotel-hotel tertua berada di Pompei, bagian selatan Italia,
dimana gunung
Vesuvius meletus sehingga lahar panas mengubur hampir
seluruh bangunan kota. Setelah kerajaan Romawi jatuh, tahun 1096 sampai
1270, industri akomodasi mulai berkembang.Pada tahun 1282, di Florence
dikenalkan istilah “inkeepers”.
Industri perhotelan berawal diInggris pada tahun 1656 yaitu Inn
atau
Tavern, yang menyediakan pelayanan penginapan untuk para penumpang
coach
yang singgah dan bermalam di tempat tersebut. Inn
tertua yang
terdapat di Amerika adalah Rumah Batu di Guilford, dibangun pada tahun
1640 oleh Henry Whitefield sebagai tempat tinggal, tempat pertemuan,
gedung kota dan Inn. Pada tahun 1641 Belanda membangun Tavern
berlantai 4, yang didirikan di ujung selatan pulau Manhattan dan difungsikan
untuk menampung orang-orang Inggris yang singgah pada perjalanan
mereka dari jajahan New England ke Virginia.
  
3
II.1.3 Perkembangan Hotel Modern
Pada tahun 1794 dibangun City Hotel
di kota Baltimore oleh david
Barnum. Dasar pembangunannya tak hanya mementingkan letak yang
strategis tapi juga memiliki pemikiran bahwa hotel juga sebagai tempat
istirahat yang mumpuni. Jadi, tak ada salahnya didirikan di pinggir kota.
Pada awal tahun 1800, menyusul Coffe House/ Inn di Amerika, Tahun
1829 Tremont House
di Boston, Tahun 1824 New York House.
Saat itu,
hotel modern identik dengan perkembangan lalu lintas dan tempat
beristirahat. Namun Hotel Tremont lah yang pertama kali memperkenalkan
jenis kamar single dan double yang pada setiap kamar dilengkapi dengan
kunci masing-masing, air minum disetiap kamar, pelayanan oleh bellboy
serta memperkenalkan masakan perancis ke dunia perhotelan.
Perkembangan hotel seperti di atas
lebih mengutamakan fasilitas dan
pelayanan. Hotel-hotel lainnya antara lain; The Palmer House
tahun 1830,
The Sherman House
di Chicago, Platers di St. Louis, The Spring
House(Greenbiers ) tahun 1830, Florida’s Ponce de Leon tahun 1988 dan
Denver’s Brown Palace di san fransisco tahun 1893.
II.1.4 Perkembangan Hotel di Indonesia
Awal mula dari tumbuhnya usaha perhotelan di Indonesia terjadi pada
masa pemerintahan Hindia Belanda.
Kebutuhan akan sarana akomodasi
dirasakan makin meningkat dengan maraknya orang-orang Belanda dan
Eropa yang pergi ke Hindia Belanda. Sehubungan dengan kondisi tersebut
maka di kota-kota pelabuhan mulai didirikan hotel-hotel, di
Batavia
dibangun beberapa hotel seperti;
Hotel Des Indes, Der Nederlanden, Hotel
  
4
Royal dan Hotel Rijwijk. Hotel-hotel lain yang juga dibangun antara lain :
Hotel Du Pavillon di Semarang, Hotel Sarkies dan Hotel Oranje di surabaya,
Hotel
De Boer dan Astoria di Medan, Grand Hotel dan Staat Hotel di
Makasar.
Prasarana jalan raya dan sarana transportasi kereta api di Jawa mulai
dikembangkan. Kemajuan ini dibarengi dengan perkembangan sarana
akomodasi dan produksi perkebunan di daerah-daerah pedesaan dan
pegunungan yang berhawa sejuk (Mountain Resort) misalnya; di Bandung
dibangun Hotel Savoy Homman, Hotel Salak, di Malang palace Hotel, di
Solo Hotel Slier dan Grand Hotel (sekarang Hotel garuda) di Yogyakarta.
Pada tahun 1935 di Hindia Belanda terdapat 114 hotel dengan keseluruhan
4139 kamar yang mendapat rekomendasi dari pemerintah Hindia Belanda
untuk wisatawan.
Pada tanggal 5 Agusutus 1962 di Jakarta diresmikan pembukaan hotel
Indonesia milik PT. Hotel Indonesia, sebuah perusahaan pemerintah, dan
merupakan hotel bertaraf Internasional pertama di negeri kita. Menyusul
hotel modern lainya, seperti :
a) Samudera Beach
Hotel di Pelabuhan Ratu, Jawa barat (diresmikan pada
bulan Februari 1966)
b) Ambarukmo palace Hotel di Yogyakarta (diresmikan bulan Maret 1966)
c) Bali Beach di pantai Sanur, Bali (diresmikan bulan November 1966)
  
5
II.1.5 Jenis Hotel
1.
Berdasarkan Akomodasinya
a)
Resorts Hotel
Hotel yang menyediakan akomodasi untuk para tamu dengan
tujuan berlibur.
Diguanakan pada waktu tertentu (seasonal),
seperti pada hari libur dan akhir pekan. Hotel jenis ini pada
umumnya berlokasi di daerah pariwisata dan peristirahatan
pinggir kota.
b)
Convention Hotel
Hotel yang menyediakan akomodasi dan sarana rapat, serta
sarana fasilitas untuk kegiatan seminar, konferensi, atau rapat.
Lokasi convention hotel umumnya dekat dengan pusat kegiatan
kota.
c)
Residential Hotel/ Destination Hotel
Hotel yang menyediakan akomodasi untuk para tamu yang akan
tinggal dalam jangka waktu yang relatif lama (long staying).
Hotel jenis ini pada umumnya berlokasi di dalam kota.
d)
Transit Hotel
Menyediakan akomodasi sebagai persinggahan bagi mereka
yang akan meneruskan perjalanan ke tempat lain, biasanya dekat
dengan pelabuhan udara, laut, terminal, atau stasiun kereta api.
  
6
e)
City Hotel / Commercial Hotel
Hotel yang menyediakan akomodasi dan fasilitas lainnya untuk
para tamu yang menginap dalam waktu singkat (short staying)
untuk tujuan bisnis, kedinasan atau konferensi dengan sight
seing. (Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi
No: KM. 37 / PW 304 / MPPT –
86 BAB I). Hotel jenis ini
umumnya terletak di dalam kota, lokasinya dekat dengan kota
dan daerah komersial, serta memiliki kemudahan pencapaian
dari segi transportasi.
f) Motel
Menyediakan akomodasi pelayanan sama halnya dengan hotel
transit, hanya saja tamunya memiliki kendaraan sendiri.
g)
Hotel Melati
Hotel non-bintang atau yang sebelumnya lebih dikenal sebagai
losmen, jenis akomodasi wisata dengan fasilitas yang sangat
sederhana.
2.
Berdasarkan luas dan jumlah kamar yang tersedia:
Menurut Buku BSE Akomodasi Perhotelan Jilid 1 yang dikutip
oleh (Ni Wayan Suwithi dan Cecil Erwin Jr. Boham, 2008 : 50)
Ukuran hotel dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, antara
lain:
  
7
a)
Smal Hotel
Merupakan hotel kecil dengan jumlah kamar dibawah 150
b)
Medium Hotel
Hotel dengan
ukuran sedang, dimana dalam medium hotel ini
dapat dikatagorikan menjadi 2, yaitu:
a.
Average Hotel
Memiliki jumlah kamar antara 150 s.d 299 kamar
b.
Above Average Hotel
Memiliki jumlah kamar antara 300 s.d 600 kamar
c)
Large Hotel
Hotel dengan klasifikasi besar dengan jumlah kamar di atas 600
kamar.
3.
BerdasarkanTarif/ Komponen harga kamar
a)
European Plan
Hotel ini yang menganut system dimana harga kamar tidak
termasuk makan.
b)
Continental Plan
Harga kamar sudah termasuk makan pagi.
c)
Modified Plan
Harga kamar termasuk makan dua kali, yaitu makan pagi dan
makan siang atau makan pagi dan makan malam.
d)
Full American Plan
Hotel ini menganut sistem dimana harga kamar termasuk tiga
kali makan.
  
8
4.
Berdasarkan sasaran pengunjung
a)
Hotel Keluarga (Family Hotel)
Hotel yang sasaran pengunjungnya adalah keluarga
b)
Hotel Bisnis (Business Hotel)
Hotel yang sasaran pengunjungnya adalah para usahawan/
pebisnis yang memerlukan tempat tinggal sementara.
c)
Hotel Wisatawan (Tourist Hotel)
Hotel yang sasaran pengunjungnya adalah para wisatawan baik
dalam negeri maupun mancanegara.
d)
Hotel Transit (Transit Hotel)
Hotel yang sasaran pengunjungnya adalah orang-orang yang
melakukan persinggahan sementara dan memerlukan tempat
istirahat.
e)
Hotel Perawatan Kesehatan (Cure Hotel)
Hotel yang sasaran pengunjungnya adalah orang-orang yang
sedang menjalani proses berobat.
f) Hotel konferensi (Convension Hotel)
Hotel yang sasaran pengunjungnya adalah orang-orang yang
mengikuti suatu konferensi atau pertemuan, baik dalam bentuk
grup maupun perseorangan.
City Hotel
Merupakan
hotel yang terletak didalam kota, dimana sebagian
besar tamunya yang menginap melakukan kegiatan bisnis.
  
9
Resort hotel
Adalah hotel yang terletak di kawsan wisata, dimana sebagian
besar tamu yang menginap tidak melakukan kegiatan usaha.
Macam –macam hotel resort antara lain:
a)
Mountain hotel (hotel yang berada di pegunungan)
b)
Beach hotel (berada dipinggir pantai)
c)
Lake hotel (berada di tepi danau)
d)
Hill Hotel (berada di puncak bukit)
e)
Forest hotel (berada dikawasan hutan lindung)
5.
Berdasarkan kriteria jenis tamu
a)
Family Hotel
Tamu yang menginap bersama keluarganya.
b)
Business Hotel
Tamu yang menginap adalah usahawan/pebisnis
c)
Tourist Hotel
Tamu yang menginap kebanyakan adalah para wisatawan
domestik maupun mancanegara
6.
Berdasarkan lama tamu menginap
a)
Transient hotel, yaitu hotel dimana para tamunya menginap
hanya untuk satu atau dua dalam.
b)
Semi-residential hotel, yaitu hotel dimana para tamunya lebih
dari 12 malam sampai satu minggu.
c)
Residential hotel, yaitu hotel dimana para tamunya menginap
untuk jangka waktu lama, lebih satu minggu.
  
10
II.1.6Klasifikasi Hotel
Klasifikasi hotel berdasarkan star rating system ditetapkan
berdasarkan minimum jumlah kamar, fasilitas dan peralatan yang tersedia
serta mutu pelayanan sebagaimana disyaratkannya
(Dirjen Pariwisata, Pos
dan Telekomunikasi,SKNo. KM 37/ PW.304/ MPPT–86
7 Juni
1986).Penentuan kelas atau bintang diadakan setiap tiga tahun sekali dan
ditetapkan oleh Keputusan Direktur Jenderal Pariwisata dalam bentuk
sertifikat.
Tabel 2.1  Klasifikasi Standard Hotel Bintang
Klasifikasi Hotel
Bintang
Persyaratan
Jumlah Unit Kamar
Luasan Standar Minimum
Kamar
Bintang 1
Unit standard minimum 15
kamar
Kamar mandi di dalam
Luas unit standard
minimum  20m²
Bintang 2
Unit standard minimum 20
kamar
Unit suite minimum 2
kamar
Kamar mandi di dalam
Luas unit standard
minimum 22m²
Luas unit Suite minimum
44m²
Bintang 3
Unit standard minimum 30
kamar
Unit suite minimum 2
kamar
Kamar mandi di dalam
Luas unit standard
minimum 24m²
Luas unit suite minimum
48m²
Bintang 4
Unit standard minimum 50
kamar
Unit suite minimum 3
kamar
Kamar mandi di dalam
Luas unit standard
minimum 24m²
Luas unit suite minimum
48m²
Bintang 5
Unit standard minimum 100
kamar
Unit suite minimum 4
kamar
Kamar mandi di dalam
Luas standard minimum
26m²
Luas minimum suite 52m²
(Sumber: SK Menteri Perhubungan No. PM. 10/P.V.301/Pht/77 tanggal 22 Desember 1977)
  
11
II.1.7 Organisasi Ruang
Hotel dibagi menjadi 4 area, sebagai berikut :
Public Area
area yang dimana boleh dimasuki oleh semua orang , yaitu karyawan dan
tamu , seperti lobby.
Semi Public Area
area
yang dimana hanya boleh dimasuki oleh orang–orang yang
berkepentingan saja, yaitu; karyawan pada area administrasi,
tamu rapat,
dan konferensi pada ruang pertemuan.
Private Area
area yang dimana digunakan sebagai tujuan utama pengunjung, seperti
kamar pada hotel.
Service Area
area yang dimana hanya khusus
untuk karyawan disini segala macam
pelayanan disiapkan untuk kebutuhan pengunjung.
Secara fungsional,
hotel mempunyai 2 bagian utama, sebagai berikut:
Front of the house
Terdiri dari private area dan public area.
Ruang-ruang yang termasuk
dalam area front of the house, antara lain:
Guest Room
Mencakup ruang tamu dan ruang tempat tamu menginap.
Public Space Area
Merupakan tempat dimana suatu hotel dapat memperlihatkan isi dan
tema yang ingin disampaikan kepada tamunya.
Daerah ini
menjadi
  
12
pusat kegiatan utama dari aktivitas yang terjadi pada hotel, dalam hal
ini menjadi jelas bahwa wajah sebuah hotel dapat terwakili olehnya.
Lobby
Tempat penerima pengunjung untuk mendapatkan informasi,
menyelesaikan masalah administrasi dan keuangan yang bertalian
dengan penyewaan kamar.
Retail Area
Berfungsi untuk menyediakan kebutuhan pengunjung sehari-hari.
Support function
Sebagai sarana penunjang untuk tamu yang berada si publik area, antara
lain seperti toilet, telepon umum, mesin ATM, dan lain-lain.
Consession space
Pada dasarnya ruang-ruang ini termasuk retail area, tetapi untuk hotel
berbintang, ruang-ruang konsesi ini terpisah sendiri dan merupakan
bagian dari publik area, yang antara lain terdiri dari: 
-
Travel agent room
-
Perawatan kecantikan / salon
-
Toko buku dan majalah
-
Money changer
-
Souvenir shop
-
Toko-toko khusus
Food and Beverages outlets
area yang digunakan untuk menikmati makanan dan minuman.
Convention room
ruangan yang disediakan untuk berbagai macam pertemuan.
  
13
Recreation Area
area yang dipergunakan oleh para pengunjung untuk berekreasi,
berolah raga, santai dan lain-lain.
Service area ( Back of the house )
Sedapat mungkin para tamu tidak dapat melihat maupun mengetahui
segala kegiatan di sektor ini. Bagian ini sangat penting, karena bertugas
mendukung kegiatan pada front of the house. Ruang-ruang yang
termasuk di dalam area, antara lain:
Back of the house (Service Area)
Sedapat mungkin para tamu tidak dapat melihat maupun mengetahui
segala kegiatan di sektor ini. Ruang-ruang yang termasuk di dalam area
Back of the house, antara lain:
Daerah dapur dan gudang (food and storages area
Daerah bongkar muat, sampah dari gudang umum (recieving, trash
and general storage area)
Daerah pegawai/ staff hotel (employees area
Daerah pencucian dan pemeliharaan (laundry and housekeeping
Daerah mekanikal dan elektrikal (Mechanical and Engineering Area
II.1.8Persyaratan Hotel Bintang Dua
Berdasarkan keterangan diatas maka disimpulkan bahwa hotel kapsul
termasuk kedalam klasifikasi:
-
Berdasarkan fungsi akomodasi merupakan hotel transit
-
Berdasarkan sasaran pengunjung mengarah ke hotel transit.
-
Berdasarkan lama menginap merupakan hotel transit.
  
14
-
Sesuai dengan bintang merupakan hotel bintang dua (**).
-
Berdasarkan jumlah kamar merupakan medium hotel, average hotel
yang memiliki jumlah kamar antara 150 s.d 299 kamar.
Dalam rancangan, hotel disimpulkan sebagai hotel bintang dua,
dikarenakan terkait dalam persyaratan hotel bintang dua
(diambil dari Buku
”manajemen hotel”
karya Richard Komar)
yang sesuai dengan desain
rancangan, antara lain:
1. Lokasi
lokasi hotel mudah dicapai kendaraan umum/ pribadi roda empat langsung
ke area hotel.
2. Taman
hotel memiliki taman:
terletak di dalam atau di luar bangunan
taman terpelihara, bersih dan rapi
3. Tempat Parkir
4. Olah Raga atau Rekreasi
hotel menyediakan dua sarana olah raga dan rekreasi lainnya yang          
merupakan pilihan dari :
-
Fitness Center
-
Sauna
5.
Bangunan
  
15
bangunan hotel memenuhi persyaratan perijinan sesuai dengan undang
undang yang berlaku.
keadaan bangunan bersih dan terawat dengan baik (tidak berdebu,
berlumut, sarang laba-laba dan sebagainya)
pengaturan ruang hotel ditata sesuai dengan fungsinya sehingga
memudahkan:
-
arus tamu
-
arus karyawan
-
arus barang/ produk hotel
-
peralatan teknis bangunan terdiri dari:
-
transportasi mekanis/ lift/ elevator
-
Utilitas
-
Komunikasi
-
pencegahan bahaya kebakaran
6.
Ruang Makan
7.
Function Room
8.
Area Publik
-
Lobby
-
Lounge
-
Tolilet umum pria dan wanita
-
Koridor
-
Ruang yang disewakan
9.
Dapur
  
16
II.1.9 Definisi Hotel Kapsul
Hotel kapsul lahir dua
puluh lima
tahun
lalu dalam upaya untuk
menyediakan akomodasi untuk tinggal dengan harga yang terjangkau dan
kualitas yang sesuai.Hotel ini biasa di kunjungi oleh para pebisnis yang
tertinggal kereta jam malam, tetapi seiring dengan berjalannya waktu,
hotel murah berbentuk kapsul juga dijadikan salah satu pilihan bagi para
turis dgn "kantong tipis".
Tidak banyak perbedaan antara hotel kapsul dan hotel pada
umumnya.
Beberapa sistem operasional seperti waktu check-in biasanya
dimulai dari pukul 5 sore sedangkan untuk waktu check out sendiri
hampir sama yaitu jam 10 pagi disebabkan karena hotel ini memang
diperuntukan untuk orang-orang yang ingin beristirahat dalam jangka
waktu yang cukup pendek hanya 1-3 malam saja.
Namun yang sangat jelas, secara fisik bangunan hotel ini dibangun
dari unit-unit kamar yang di desain secara compact
sehingga
membedakan bentuk, tampilan dan struktur bangunan secara keseluruhan.
II.1.10 Karakteristik Hotel Kapsul
Berdasarkan keterangan diatas maka disimpulkan bahwa hotel
kapsul ini memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
1.
Lokasi
Dari yang sudah ada, umumnya hotel kapsul berada di kawasan stasiun
kereta api.
2.
Fasilitas
Fasilitas pokok adalah ruang tidur sebagai area privasi, disediakannya
  
17
fasilitas loker yang digunakan untuk menyimpan sepatu dan lainnya
berhubung ukuran unit yang terbatas.
3.
Arsitektur dan Suasana
Tamu yang menginap di hotel kapsul cenderung mencari akomodasi
dengan arsitektur dan suasana yang khusus dan berbeda dengan jenis
hotel lainnya.Ukuran setiap unit pun sangat berpengaruh bagi
kenyamanan tamu hotel.
4.
Sasaran
Pariwisata merupakan industri yang terus berkembang di
dunia.
Sejak lama
pariwisata bagi Negara maju telah merupakan suatu aktivitas dan perminatan
yang wajar. Dengan berkembangnya waktu, kini kegiatan
berwisata sudah
bukan merupakan hal yang mahal lagi, banyak cara yang dapat dilakukan
untuk dapat berwisata, salah satunya ialah dengan “backpacking”
Backpacking adalah sebuah istilah yang digunakan untuk
mencerminkan sebuah bentuk dari perjalanan berwisata dengan biaya
murah (Wikipedia). Orang yang melakukan perjalanan dengan cara ini
biasa disebut dengan backpackers.
  
18
“ A backpacker is a traveler who spent one night or more in
Backpacker
hostel accommodation.” (Bureau of Tourism
Statistic
Australia tahun 2002
Sementara dalam Backpacker Market Handout Tourism Australia
(2006) backpacker didefinisikan sebagai wisatawan ber-budget ketat dan suka
berpetualang. Kebanyakan penelitian tentang backpacker mengindikasikan
bahwa lebih dari 80% dari usia
backpacker kurang dari 30 tahun (Richard&
Wilson dikutip
Markwad
2008). Jakarta pusat
sendiri
masuk dalam top five
list kampung terbaik bagi para backpackers.
Menurut IUOTO (The International Union of Official Travel
Organization) sebagaimana disebutkan dalam Annex II, keputusan 1
Juli 1960, kata Wisatawan pada dasarnya diartikan :
Orang yang berpergian untuk bersenang- senang
Orang-orang yang yang menghadiri pertemuan, atau
kedudukannya sebagai wakil badan ilmiah, pemerintah,
keagamaan, keolahragaan dan sebagainya
Orang yang datang dalam rangka wisata, walaupun singgah
kurang dari 24 jam
Menurut PBB, pengertian Wisatawan (tourist) adalah pengunjung
yang tinggal menetap sekurang- kurangnya 24 jam di negara yang ia
kunjungi dengan maksud :
  
19
Menggunakan waktu luang (leisure time) seperti untuk rekreasi,
libur, cuti, berobat, studi ataupun olahraga
Tujuan bisnis, mengunjungi keluarga, rapat-rapat dinas atau misi
tertentu
Tabel 2.2 karakteristik Perjalanan Wisatawan
(Sumber: dikutip dari Smith (1995), P2Par 2001)
Karakteristik
Pembagian
Lama waktu perjalanan
1-3 hari
4-7 hari
8-28 hari
29-91 hari
92-365 hari
Jarak yang ditempuh
(bisa digunakan
kilometer/mil)
Dalam kota (local)
Luar kota (satu / lain propinsi)
Mancanegara
Waktu melakukan
perjalanan
Hari biasa
Akhir pekan
Hari raya
Libur sekolah
Akomodasi yang
digunakan
Komersial (Hotel bintang/ non bintang
Non komersial (rumah teman/ saudara/
keluarga
Moda transportasi
Udara
Darat (umum/ pribadi/ carter)
Kereta Api
Laut (cruise/ feri)
Teman Perjalanan
Sendiri
Keluarga
Teman sekolah
Teman kantor
Pengorganisasian
perjalanan
Sendiri
Keluarga
Sekolah
Biro perjalanan wisata
  
20
Dari data yang diperoleh di atas maka peruntukan hotel kapsul
yang akan di bangun adalah untuk wisatawan yang kurang lebih memiliki
karakteristik melakukan perjalanan 1-3 hari, wisman maupun wisnus
yang bisa dikatakan sebagai backpackers, sendiri ataupun berkelompok
baik dihari kerja maupun hari libur.
II.1.11 Prinsip Desain Hotel Kapsul
Sebagai
hotel dengan tujuan sebagai akomodasi bagi wisatawan
Pleasure Tourism (menikmati perjalanan) dimana merupakan salah satu
bentuk tujuan pariwisata yang dilakukan oleh orang-orang yang
meninggalkan rumah untuk berlibur, mencari udara segar, mengetahui
sejarah rakyat setempat, untuk mendapatkan ketenangan atau kedamaian
di luar kota, atau sebaliknya untuk menikmati hiburan di kota-kota besar
maupun ikut serta dalam keramaian pusat-pusat wisatawan.
Dalam
perancangan
sebuah hotel kapsul yang ditujukan bagi para wisatawan
menengah kebawah perlu diperhatikan prinsip-prinsip, sebagai berikut:
1. Kebutuhan dan persyaratan individu dalam melakukan kegiatan
wisata.
Suasana yang tenang dan mendukung untuk istirahat
Berinteraksi dengan lingkungan, dengan standar kenyamanan
Privasi serta kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam
aktivitas kelompok
2. Menciptakan suatu citra akomodasi wisata yang menarik
Memanfaatkan kekhasan desain sebaik mungkin
  
21
Menyesuaikan fisik bangunan terhadap karakter lingkungan
setempat
Pengolahan terhadap fasilitas yang sesuai dengan tapak
II.2 Tinjauan Khusus Topik
Perancangan arsitektur ditujukan untuk manusia maka untuk mendapatkan
perancangan yang baik perlu dimengerti apa yang menjadi kebutuhan manusia atau
dengan kata lain mengerti perihal perilaku manusia,
sehingga jelas bahwa
aspek
perilaku dalam perancangan hotel kapsul ini perlu diperhatikan dengan mengolah
desain suatu hotel kapsul berdasarkan perliaku transit wisatawan dalam memuaskan
kebutuhan dan keinginannya.
II.2.1 Pengertian Arsitektur Perilaku (Behavior Architecture)
Arsitektur perilaku adalah Arsitektur yang dalam penerapannya selalu
menyertakan pertimbangan-pertimbangan perilaku dalam perancangan kaitan
perilaku dengan desain arsitektur (sebagai lingkungan fisik) yaitu bahwa
desain arsitektur dapat menjadi fasilitator terjadinya perilaku atau sebaliknya
sebagai penghalang terjadinya perilaku (JB. Watson 1878-1958).
Cakupan dalam perilaku antara lain:
-
Perilaku yang kasat mata seperti makan, memasak, duduk dan
sebagainya
-
Perilaku yang tidak kasat mata seperti fantasi, motivasi dan sebagainya
  
22
-
Perilaku yang menunjukan manusia dalm aksi/ kegiatannya
Secara Realitas Imajinasi seorang arsitek dalam proses perancangan
akan menghasilkan akibat yang berbeda setelah proses pemakaian/
penghunian, untuk itu perlu dipahami kebutuhan dasar manusia dan
bagaimana antara desain arsitektur dengan perilaku manusia maupun
lingkungan. Berikut beberapa teori-teori mengenai tema arsitektur perilaku:
a)
Menurut Donna P. Duerk
“…That people and their behavior are part of a whole system that
includes place and environment, such that behavior and environment
cannot be empirically separated. That is to say, human behavior always
happen in a place and they cannot be fully evaluated without considering
the environmental influence.”
(…bahwa manusia dan
perilakunya adalah bagian dari system yang
menempati tempat dan lingkungan, sehingga perilaku dan lingkungan
tidak dapat dipisahkan secara empiris. Karena itu perilaku manusia sealu
terjadi pada suatu tempat dan tidak dapat di evaluasi secara keseluruhan
tanpa pertimbangan factor-faktor lingkungan.) (Donna P. Duerk,
Architectural Progamming 1993)
Gambar 2.1 Diagram hubungan perilaku dan lingkungan (Sumber: Duerk donna P,
1993)
  
23
Dari gambar di atas dijelaskan tentang hubungan antara perilaku
dan lingkungan yang saling berkaitan. Contoh:
1. Lingkungan yang mempengaruhi perilaku manusia.
Orang cenderung menduduki suatu tempat yang biasanya diduduki
meskipun tempat tersebut bukan tempat duduk, misalnya susunan
anak tangga, bagasi mobil yang besar dan sebagainya.
Gambar 2.2 Lingkungan mempengaruhi perilaku (Sumber: Marcella, Joyce laurens,
2004)
2. Perilaku manusia yang mempengaruhi lingkungan
Pada saat orang cenderung memilih jalan pintas yang dianggapnya
terdekat dari pada awal melewati pedestrian yang memutar. Sehingga
orang tersebut tanpa sadar telah membuat jalur sendiri meski telah
disediakan pedestrian.
b)
Menurut Gary T. More
Pengkajian perilaku dikaitkan dengan lingkungan sekitar yang lebih
dikenal sebagai pengkajian lingkungan-perilaku, antara lain:
1.
Meliputi penyelidikan sistematis tentang hubungan
antara lingkungan
dan perilaku manusia dan penerapannya dalam proses perancangan.
  
24
2.
Pengkajian lingkungan-perilaku dalam arsitektur mencakup lebih
banyak daripada sekedar fungsi
3.
Meliputi unsur-unsur keindahan estetika, dimana fungsi berkaitan
dengan perilaku dan kebutuhan manusia, sedangkan estetika berkaitan
dengan pilihan dan pengalaman si pengguna.
(Gary T. More, Introduction to Architecture)
II.2.2 Prinsip-Prinsip Dalam Tema Arsitektur Perilaku
Prinsip-prinsip tema arsitektur perilaku yang harus di perhatikan
dalam penerapan tema arsitektur perilaku menurut Carol Simon Weisten dan
Thomas G David, antara lain:
1.
Mampu berkomunikasi dengan manusia dan lingkungan
Rancangan yang harus dapat dipahami oleh pemakainya melalui
penginderaan ataupun pengmajinasian pengguna bangunan.
Bentuk yang
disajikan dapat dimengerti sepenuhnya oleh pengguna bangunan.
Dari bangunan yang diamati oleh manusia syarat-syarat yang harus
dipenuhi adalah:
a)
Pencerminan fungsi bangunan
b) Menunjukan skala dan proporsi yang tepat serta dapat dinikmti
c)
Menunjukan bahan dan struktur yang akan digunakan dalam bangunan.
2.
Mewadahi aktivitas penghuninya dengan nyaman dan menyenangkan
  
25
Nyaman secara fisik dan psikis. Menyenangkan secara fisik dan fisiologis
3.
Memperhatikan kondisi dan perilaku pemakai
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku transit wisatawan menengah
kebawah.
Berdasarkan penjelasan tentang tema Arsitektur perilaku dapat
disimpulkan bahwa:
1.
Tema Arsitektur perilaku bertujuan untuk menciptakan lingkungan binaan
yang disesuaikan dengan perilaku manusia penggunanya
2.
Arsitektur dan perilaku memiliki hubungan yang erat dan saling
mempengaruhi
3.
Tema arsitektur perilaku selain menekankan pada aspek kenyamanan fisik,
aspek psikologi juga ditekankan.
4.
Dari penerapan tema ini diharapkan dapat menciptakan keseimbangan
yang paling baik antara perilaku manusia dan lingkungan yang dirancang.
II.2.3Faktor-Faktor Dalam Prinsip Arsitektur Perilaku
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam prinsip-prinsip perilaku
pengguna bangunan (synder, James C, 1988), antara lain:
1. Faktor Manusia
a)
Kebutuhan dasar
Manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar, antara lain:
  
26
1.
Psychology need
Merupakan kebutuhan dasar manusia yang bersifat fisik.
Misalnya
makan, minum, berpakaian dan lain-lain yang berhubungan dengan
faktor fisik.
2.
Safety need
Kebutuhan akan rasa aman terhadap diri dan lingkungan baik secara
fisik maupun psikis, secara fisik seperti rasa aman dari panas, hujan
dan secara psikis seperti dari rasa malu, aman dari rasa takut dan
sebagainya.
3.
Affilitation need
Merupakan kebutuhan untuk bersosialisasi, berinteraksi dan
berhubungan dengan orang lain. Kebutuhan ini diperlukan sebagai
alat atau sarana untuk mengekspresikan diri dengan cara berinteraksi
dengan sesamanya.
Gambar 2.3 Ruang terbuka sebagai tempat bersosialisasi
  
27
a)
Kelompok pengguna
Perbedaan kelompok pengguna dijadikan pertimbangan dalam
perancangan atau desain karena tiap bangunan memiliki fungsi dan pola
yang berbeda karena faktor pengguna tersebut, misalnya gedung futsal
dengan gedung tennis tidak dapat disamakan karena kelompok
penggunaannya berbeda.
b) Antropometrik
Merupakan suatu proporsi dan dimensi tubuh manusia dan karakteristik
fisiologis lainnya dan kesanggupan relatif terhadap kegiatan manusia
yang berbeda-beda dan
mikro lingkungan.
Misalnya tinggi meja dan
lemari yang disesuaikan dengan penggua.
Menurut teori Barker, hal-hal yang perlu diamati dalam
mempelajari hubungan antara perilaku, antara lain:
1.
Waktu kejadian
2.
Pola kegiatan
3.
Waktu yang dibutuhkan
4.
Mekanisme perilaku
5.
Kekayaan
  
28
c)
Privasi
Merupakan suatu mekanisme yang mengukur dan mengatur interaksi-
interaksi dengan orang lain dalam menyajikan diri.
d)
Perencanaan ruang berdasarkan perilaku
Furnitur dan peletakan perabot ruangan berpengaruh pada pembentukan
perilaku pengguna.
2.
Faktor fisiologis
a.
Kenyamanan
Segala sesuatu yang ada di lingkungan, dapat mempengaruhi
perilaku yang dapat menjadi stressor bagi manusia.
Stressor: Segala sesuatu yang dapat mengganggu perasaan atau
menyebabkan stress pada manusia.
1.
Heat control
Menyangkut kapasitas thermal/ suhu dari bangunan dan
mempengaruhi perilaku dari penggunanya.
2.
Light control
Menyangkut pencahayaan artificial
dan natural. Light control juga
mempengaruhi perilaku pengguna bangunan.
  
29
3.
Sound control
Menyangkut pada penempatan bangunan agar tidak tergganggu
kawasan sekitar bangunan.
II.2.4Tinjauan Tema Dalam Perilaku Transit Wisatawan Menengah Kebawah
Tujuan utama pemasar adalah melayani dan memuaskan kebutuhan
dan keinginan konsumen. Perilaku konsumen merupakan suatu tindakan nyata
yang dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis dan faktor luar lainnya dalam
memilih dan mempergunakan barang/jasa yang diinginkan.
Sehingga jelas bahwa aspek perilaku dalam perancangan hotel kapsul
ini perlu diperhatikan dengan mengolah desain suatu hotel kapsul
berdasarkan perliaku transit wisatawan dalam memuaskan kebutuhan dan
keinginannya.
Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia, pengertian transit adalah
tempat singgah. Untuk lebih terdefinisi lagi khususnya di bidang Pariwisata.
Maka seorang pakar dalam bidang Pariwisata yaitu Z.S.A. Sahulata
mengatakan bahwa In-Transit Visitor yaitu seorang penumpang yang
menghentikan perjalanannya hanya untuk melakukan kunjungan singkat di
kota tersebut, kemudian meneruskan perjalanannya pada hari yang sama.
(Sahulata, 1993:19).
Penumpang yang melakukan transit dalam diktat kepariwisataan
dikatakan bahwa
mereka berwisata ke suatu Negara dalam tempo kurang
  
30
minimal 24 jam, beristirahat dan meneruskan perjalanannya kembali. Dengan
demikian, perancangan hotel kapsul ini bisa menjadi proyek menguntungkan
bagi para wisatawan yang membutuhkan ruang transit untuk berdiam/ tinggal
sementara selama berwisata.
Masa transit dengan waktu yang
cukup akan lebih bisa membuat
perjalanan terasa lebih nikmat/ menyenangkan, serta dapat menghilangkan
rasa lelah.
Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan selama transit,
antara lain (Blog Sigit Adinugroho, 2012)
1.
Mandi
dengan mandi seseorang akan merasa lebih segar dan rileks untuk
melanjutkan perjalanan berwisata atau memulai aktifitasnya kembali.
2.
Istirahat
merebahkan diri dan tidur akan memulihkan stamina orang yang sedang
melakukan perjalanan. Apalagi dengan fasilitas penunjang yang ada
seperti pijat refleksi, salon dan lainnya.
3.
Menyambangi Dunia Maya
seiring dengan perkembangan jaman tentunya manusia masa kini tidak
lepas dengan yang namanya dunia maya.
Menggunakan
laptop atau
telepon seluler yang tersambung ke Internet dengan fasilitas Wi-Fi
gratis,
atau menggunakan komputer yang tersedia bisa membuat pikiran senang
dan lebih tenang
selama transit dalam suatu perjalanan wisata, salah satu
  
31
yang bisa dilakukan dengan menyambangi dunia maya ialah bisa
menghubungi atau mengabari keluarga ataupun kerabat dibandingkan
melalui telepon seluler yang akan lebih memakan biaya.
4.
Membaca
membaca buku merupakan salah satu kegiatan yang bisa dilakukan selama
transit setelah/ sebelum melakukan perjalanan wisata, karena bisa
menghilangkan rasa jenuh dan memberikan kepuasan tersendiri.
5.
Berkeliling
setelah berjam-jam duduk dalam perjalanan, berolahraga kecil seperti
jalan-jalan keliling, menyambangi fasilitas penunjang yang disediakan
seperti
toko cinderamata
atau kegiatan kebudayaan (misalnya,
menggambar
atau membuat kerajinan tangan), bahkan arsitektur yang
menarik pada bangunan yang disinggahi seperti hotel kapsul bisa
membunuh kebosanan.
6.
Bercengkerama
Bercengkrama
bersama keluarga, pasangan, rekan perjalanan
ataupun
dengan sesama
wisatawan lainnya dengan
makan di suatu tempat
bisa
lebih membuat perasaan lebih senang serta bisa menikmati
perjalanan
yang sesungguhnya.
Perilaku wisatawan backpacker:
-
berinteraksi sosial dengan wisatawan lain
  
32
-
mencari petualangan, keaslian (bisa
berupa belanja cinderamata)
pengalaman
-
fleksibilitas dalam rencana wisata
-
melepas rasa jenuh dan lelah
(Rilley 1998: 3)
Hotel kapsul
sebagai suatu hotel yang timbul akibat kebutuhan
Wisatawan
golongan
menengah kebawah yang
memiliki fasilitas -
fasilitas
untuk mendukung kegiatan mereka dengan financial
yang terbatas. Beberapa
pertimbangan konsumen dalam memilih sebuah hotel untuk dijadikan tempat
peristirahatan/ menginap, antara lain (Blog Sigit Adinugroho):
Budget
menentukan biaya yang akan diperlukan untuk menyewa ruang di hotel
menjadi salah satu hal yang perlu dipertimbangkan bagi wisatawan
menengah kebawah misal, perbandingan nilai antara kedekatan hotel
dengan tujuan wisata dengan biaya transportasi.
Fasilitas
mengetahui kelengkapan fasilitas yang disediakan oleh pihak hotel atau
memperhatikan kebutuhan serta tujuan menginap yang dibutuhkan dalam
hubungannya dengan keterbatasan financial dan waktu.
Lokasi
mempertimbangkan kemudahan akses dan pencapaian dari dan ke tapak.
  
33
II.2.5Analisa Pemilihan Tapak Perancangan Hotel Kapsul
Lokasi tapak merupakan kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat yang
berbatasan dengan berbagai bangunan komersial, sarana pendidikan, dan
fasilitas penunjang lainnya.
Peta 2.1 Alternatif Lokasi Tapak (Sumber: Dinas Tata Ruang DKI Jakarta)
Keterangan:
Alternatif tapak 1
Alternatif tapak 5
Alternatif tapak 2
Stasiun Tanah Abang
Alternatif tapak 3
Kawasan Pasar Tanah Abang
Alternatif tapak 4
Berikut penjelasan mengenai beberapa alternatif tapak akan
dipertimbangkan, antara lain:
  
 Alternatif 5 ±6226 m2  Jl. Kebon Sirih, Jakarta Pusat Jl. Kebon Sirih Kawasan wisma Jl. Hati Suci Kawasan wisma Wkc/ Wsd 4 Lantai Utara 5, Selatan 4, Timur 3, Barat 3 60% 2,4 Alternatif 4 ±6547 m2  Jl.Fachrudin, Jakarta Pusat  Apartemen Bank Jl. Fachrudin Sekolah Kkt/ Kkd 8 Lantai Utara 10, Selatan 3 55% 3 Alternatif 3 ±6370 m2 Jl.Fachrudin, Jakarta Pusat  Bank Pasar TA Bukit Kali Jl. Fachrudin Kkt/ Kkd 8 Lantai Timur 10, Barat 3 55% 3 Alternatif 2 ±6365 m2 Jl.Fachrudin, Jakarta Pusat  Jl.Fachrudin Kali Gereja Perkantoran Kkt/ Kkd 8 Lantai Utara 10, Selatan 5, Timur 4, Barat 5 55% 3 Alternatif 1 ±6255 m2 Jl. Raya Jati Baru, Jakarta Pusat Jl. Raya Jati Baru Kawasan Pemukiman Kawasan Pertokoan Kawasan Pertokoan Kkt/ Kkd 8 Lantai Utara 10, Selatan 5, Timur 4 60% 3,5 Tapak Luas Lokasi Utara Selatan Barat Timur Peruntukan Ketinggian maks. GSB KDB KLB Batas RUTRK DKI Jakarta
34
Tabel 2.3 Penjelasan lima alternatif tapak
  
35
Pemilihan alternatif tapak dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan
pemilihan tapak yang dituangkan dalam tabel, sebagai berikut:
Tabel 2.4 Penilaian pemilihan tapak berdasarkan beberapa pertimbangan
Keterangan:
1 : sangat kurang
2: kurang
3:cukup
4: Baik
Kesimpulan:
Berdasarkan tabel penilaian tapak
di atas, maka yang memenuhi angka
pertimbangan paling tinggi ialah tapak alternatif 3.
Gambar 2.4 Alternatif Tapak yang dipilih (Sumber: Dinas Tata Ruang DKI Jakarta
)
Pertimbangan
Alternatif
1
Alternatif
2
Alternatif
3
Alternatif
4
Alternatif
5
View
3
3
3
3
3
Aksesibilitas
3
4
4
4
4
Kondisi
Lingkungan
2
3
4
4
4
Luasan Tapak
2
3
4
3
2
Pencapaian
Tapak
4
3
3
3
2
Total
14
16
18
17
15
  
36
Lokasi
: Jl. Fachrudin, Jakarta Pusat
Luas Tapak
: ±6370 m2
Batas
:- Utara
:Bank
-
Selatan
:Pasar Tanah Abang Bukit
-
Barat
:Kawasan Kantor Komersil dan
Perdagangan
-
Timur
:Jl. Raya Fachrudin, Bersebrangan dengan
Bank
RUTRK DKI Jakarta :
Peruntukan Lahan pada Tapak
:Kkt/ Kkd
KDB
: 55%
KLB
: 3
Ketinggian Maksimum Bangunan
: 8 Lantai
GSB
:- 3 meter sebelah Barat
-
10 meter sebelah Timur
Luas Lantai Dasar yang Dapat Dibangun
±6370 m² x 55% = ±3503 m²
KLB
±6370 m² x 3 = ±19110 m²
  
37
Gambar 2.5 Lokasi tapak dan peruntukan lahan sekitarnya (Sumber: Google earth)
Keterangan:
Alternatif lokasi tapak yang dipilih
Kawasan pusat grosir Tanah Abang
Peruntukan Kantor Komersil
Peruntukan Wisma/ Pemukiman
Tapak tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan penilaian pemilihan
tapak dari segi view dari bangunan itu sendiri, Aksesibilitas dari tapak
maupun pencapaian ke tapak, Kondisi lingkungan sekitar, serta luasan tapak
sesuai kebutuhan dan berdasarkan peraturan RUTRK.
Lokasi Tapak
  
38
II.3 Kelengkapan Data dan Relevansi Pustaka Pendukung
II.3.1 Studi Literatur Fungsi Sejenis
1.
Hotel Kapsul 9 Jam di Jepang
Hotel ini cukup populer di Jepang untuk penginap yang memiliki
keperluarn pekerjaan sementara di kota Kyoto sebagai sebuah ruang transit
di kota-kota besar di Jepang.
Foto 2. Hotel Kapsul 9 Jam di Jepang (Sumber: Survey literature)
  
39
Hotel Kapsul ini menerapkan system bahwa peristirahatan dalam
Hotel Kapsul ini terbagi menjadi 2 sampai 3 waktu, antara lain; 1 jam
waktu untuk mandi, 7 jam untuk tidur dan 1 jam lagi untuk beristirahat
sehingga total dalam waktu 9 jam.
Alasan memilih bangunan tersebut sebagai tinjauan studi literature
karena sistem waktu yang diterapkan sama yakni sebagai ruang transit
sementara dalam hitungan jam dari segi bentuk dan konsep juga menarik.
2.
Nakagin
Bangunan ini selesai pada tahun 1972, dirancang oleh seorang arsitek
muda Jepang, Kisho Kurokawa. Bangunan ini memiliki 13 lantai, dengan
masing-masing kapsul yang membentuk lantai yang melekat pada poros
pusat yang sangat besar dengan hanya 4 baut. Idenya adalah bahwa kapsul
bisa berubah secara individual tanpa mengganggu yang lain, memenuhi
tujuan dari arsitektur berkelanjutan yang berakar pada gerakan metabolist
arsitektur populer pada saat itu. The Nakagin Capsule Menara adalah yang
pertama dari jenisnya, yang dirancang untuk menyediakan perumahan
yang terjangkau untuk pekerja kantor yang tidak sempat kembali ke rumah
setelah bekerja
-
Lokasi: Ginza, Tokyo
-
Tanah: 429,51 m
2
-
Luas Bangunan: 3,091.23 sqr
-
Konstruksi: 13 Lantai + 1 basement
-
Jumlah unit: 140 unit
  
40
Gambar 7. Hotel Kapsul Nakagin
3.
Hotel Asahi Plaza Shinnsaibashi
Hotel ini benar-benar ditujukan bagi para pelaku bisnis dimana
menyediakan fasilitas-fasilitas penunjang bisnis serta beberapa fasilitas
seperti sauna,lounge refreshing, untuk menghilangkan rasa lelah setelah
lama beraktivitas.
  
41
Dari segi desain bentuk, hotel kapsul ini berbeda dengan hotel
kapsul sebelumnya. Kapsul hanya ditutup dengan tirai yang memisahkan
area umum dengan tempat tidur sehingga mungkin tingkat kenyamanan
akan privasi berkurang. Fasilitas hotel tersebut juga tidak kalah lengkap
dengan adanya ruang sauna dan jasa pemijatan.
Suasana Hotel Asahi
1.
kelompok ruang (4 kapsul di ruang, ruang meja, kursi, dan loker) 
2.
Kapsul berada di daerah tidur sehingga tidak terganggu dengan suara berisik
yang mengganggu
3.
Wilayah umum memiliki semua fasilitas yang diperlukan, ruang ganti dan
berbagi daerah mandi
4.
Laki-laki dan perempuan berada di lantai terpisah, hanya ada pertemuan yang
berada di entrance dan lantai pertama
5.
Loker kecil di luar kapsul
6.
restoran kecil di lantai dasar
7.
Kamar pribadi dengan 4 kapsul ranjang dan ruang kecil\
4 orang dengan 2
kunci loker
8.
Sulitnya membawa barang bawaan ke atas/ bawah melalui tangga
  
42
Foto 3. Interior Hotel Asahi Plaza Shinnsaibashi (Sumber: Survey literature)
Kesimpulan:
Dari beberapa hasil studi literatur di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa banyak berbagai macam klasifikasi serta ciri tersendiri dari masing-
masing hotel kapsul, antara lain;
ada yang menggunakan system beberapa
‘kapsul’ kecil yang dirakit sedemikian rupa dan ditumpuk hingga 2 tingkat
yang disusun secara berjajar berdekatan satu sama lain, seperti sarang
lebah. Masing-masing ‘kapsul’terdapat lampu, TV dan radio serta ber-AC.
Jenis kapsul
lainnya ada yang menggunakan sistem core ataupun
sistem panel yang mana pada sistem core, unit kapsul terbuat dari rangka
baja yang dirakit sedemikian rupa dan masing-masing disambungkan
dengan core yang sudah ada.
Sedangkan sistem lainnya seperti sistem
panel merupakan sistem unit kapsul yang dikaitkan pada kolom struktur
utama bangunan.
Sedangkan dari segi fungsi, hotel ini tidak jauh dari kata ‘transit’
dimana hotel ini memang diperlukan bagi orang-orang yang ingin
  
 - -
43
beristirahat dalam jangka waktu yang cukup pendek yakni hanya 1-3
malam saja.
II.3.2  Studi Banding
II.3.2.1Studi Banding Sekitar Tapak
Berikut perbandingan Hotel Fave dan Hotel Jati di kawasan
sekitar tapak, kawasan Tanah Abang:
Tabel 2.5 Perbandingan hotel di Kawasan Tanah Abang
Kriteria
Hotel Fave
Hotel Jati
Lokasi
Jl. Wahid Hasyim No 135,
Jakarta pusat
Jl. Jati Baru Raya No.13,
Tanah Abang, Jakarta Pusat–
Indonesia
Klasifikasi Hotel
Bintang 2
Bintang 2
Jumlah Lantai
2
2
Gubahan Massa
Bangunan berbentuk L
memiliki bentuk persegi
panjang
Tipe Unit
Superior
Standard, Junior Suite
Jenis
Hotel Bisnis
Resorts Hotel
Range Harga
428.000- 622.000
345.000-700.000
Suasana Hotel
Fasilitas
Penunjang
-
kotak penyimpanan aman
-
layanan laundry/dry cleaning
-
mini market
-
cozy area
  
 -
44
wi-fi di tempat-tempat umum
Kelemahan
-
menurut responden ukuran
kamar terlalu kecil
-hotel kurang terawatt, dan
tidak menarik perhatian turis
untuk berkunjung/menginap
(Sumber: Survey Lapangan)
II.3.2.2  Studi Banding Fungsi Sejenis
Berikut perbandingan Hotel Millenium dan Hotel Jati di
kawasan sekitar tapak, kawasan Tanah Abang:
Tabel 2.6 Perbandingan hotelfungsi sejenis di Kawasan Tanah Abang
Kriteria
Hotel Asahi
Hotel Ryokan Kyoto
Lokasi
Osaka, Jepang
Jepang
Klasifikasi Hotel
Bintang 3
Bintang 2
Gubahan Massa
Bangunan berbentuk persegi
dengan view ke 2 arah 
memiliki bentuk persegi
panjang
Tipe Unit
-Standard
-Economy
-Ensuite (2 people occupancy
-Ensuite (1 person use)
Tatami capsule (1 person
occupancy)
Jenis Hotel
Hotel Bisnis
Resort Hotel
Range Harga
610.000- 1.220.000
380.000-870.000
Suasana Hotel
  
 - - - - - - -
45
Fasilitas
Penunjang
-PC
-wifii
-tv
-loker
-binatu
-sauna
-night club
-
akses wifii
-
tv
-PC
-binatu
-loker
Kelemahan
-
tidak adanya pintu pada unit
kapsul, hanya dibatasi dengan
tirai
(Sumber: Survey literature)
Kesimpulan:
Berdasarkan data kedua studi banding yang diperoleh diatas
maka diperoleh suatu kriteria
yang mendekati dengan perancangan
hotel kapsul yang kiranya di butuhkan di lokasi tapak berdasarkan
kriteria-kriteria yang telah di paparkan, antara lain:
-
Berdasarkan fungsi akomodasi merupakan hotel transit
-
Memperhatikan pengelompokan antar ruang istirahat dengan
ruang-ruang public
-
Memperhatikan kenyamanan antar kapsul
-
Menyediakan fasilitas yang dibutuhkan selama transit
-
Menyediakan fasilitas yang mempermudah pengunjung yang
membawa barang bawaan yang cukup banyak
-
Hotel kapsul yang akan dirancang sesuai dengan peminatan
responden dari hasil survey
-
Berdasarkan jumlah kamar merupakan medium hotel, average hotel
yang memiliki jumlah kamar antara 150 s.d 299 kamar.