Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
9
BAB II
TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
II.1
Tinjauan Umum
II.1.1 Definisi Hotel
Secara harfiah, kata hotel berasal dari bahasa Latin yaitu hospitium, yang
artinya ruang tamu. Kata ini kemudian mengalami proses perubahan pengertian
dan untuk membedakan guest house dengan mansion house yang berkembang saat itu,
maka rumah besar disebut hostel. Hostel disewakan pada masyarakat umum untuk
menginap dan beristirahat sementara waktu, dan dikoordinir oleh seorang
host. Seiring perkembangan, tuntutan terhadap kepuasan, di
mana orang tidak
menyukai peraturan yang terlalu banyak pada hostel, maka kata hostel kemudian
mengalami perubahan, yakni penghilanganhuruf s pada kata hostel sehingga
menjadi hotel.
Hotel menurut kamus besar bahasa Indonesia (2001) memiliki arti
bangunan berkamar banyak yang disewakan sebagai tempat untuk menginap dan
tempat makan orang yang sedang dalam perjalanan. Bentuk akomodasi yang
dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh
pelayanan, penginapan, makan dan minum.
Sedangkan definisi hotel pada buku pengantar perhotelan adalah suatu
bentuk bangunan, lambang, perusahaan atau badan usaha akomodasi yang dikelola
secara komersil. Menyediakan pelayanan jasa penginapan, penyedia makanan dan
minuman serta fasilitas jasa lainnya dimana semua pelayanan itu diperuntukkan
bagi masyarakat umum, baik mereka yang bermalam di hotel tersebut ataupun
mereka yang hanya menggunakan fasilitas tertentu yang dimiliki hotel itu. (sesuai
Keputusan Menteri Parpostel no Km 94/HK103/MPPT 1987)
II.1.2 Tinjauan Hotel bisnis bintang tiga
Menurut surat Keputusan Menteri Perhubungan Indonesia No. PM10/PW
301/ PHB-17 tentang usaha dan klasifikasi hotel, ditetapkan bahwa penilaian
klasifikasi hotel secara minimum didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu:
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
10
Persyaratan umum, antara lain kondisi bangunan dan kelengkapan fasilitas
Bentuk pelayanan yang diberikan
Jumlah kamar yang tersedia
Letak atau keadaan lokasi
Kriteria klasifikasi hotel di Indonesia secara resmi terdapat pada
peraturan pemerintah, yaitu SK: Kep-22/U/VI/78 oleh Dirjen Pariwisata.
Klasifikasi hotel ditinjau berdasarkan beberapa faktor, untuk hotel berbintang tiga,
berikut jenis klasifikasi yang telah ditetapkan:
1.
Harga jual
Masuk dalam katagori European plan hotel, yaitu hotel dengan perencanaan
biaya untuk
harga kamar saja. Keistimewaannya praktis dan memudahkan
sistem billing
2.
Ukuran hotel
Average hotel
jumlah kamar antara 150 sampai 299 kamar
3.
Tipe tamu hotel
Business / transit hotel, yaitu untuk tamu yang transit (singgah sementara)
4.
Lama tamu menginap
hotel dengan lama tinggal tamu rata-rata semalam
5.
Lokasi
hotel yang terletak di dalam kota
6.
Jumlah kamar dan persyaratan hotel bintang tiga (***)
jumlah
kamar standar, minimal 30 kamar suite, minimum 2 kamar mandi di
dalam luas kamar standar, minimum 24m² , luas kamar suite, minimum 48 m²
II.1.3 Organisasi Fungsi Hotel Bintang Tiga
Hotel dapat dibagi menjadi 3 area aktivitas, yaitu:
Private area
Merupakan area untuk kegiatan pribadi pengunjung, seperti kamar pada hotel.
Public area
Merupakan area pertemuan antara karyawan dengan tamu dan juga tamu dengan
tamu
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
11
Semi Public area
Merupakan area untuk kegiatan para karyawan terutama karyawan
administrasi,ruang rapat, zona di mana hanya orang-orang tertentu yang dapat
memasukinya
Service
Merupakan area khusus untuk karyawan, di sini segala macam pelayanan
disiapkan untuk kebutuhan pengunjung.
Secara fungsional, hotel ini mempunyai 2 bagian utama, antara lain:
A.
Front of the house (sektor depan hotel)
Terdiri dari private area dan public area. Yang termasuk dalam area front of
the house yaitu:
A.
Guest Room
Kamar tamu, ruang tempat tamu menginap
B.
Public Space Area
Merupakan tempat dimana suatu hotel dapat memperlihatkan isi dan tema
yang ingin disampaikan kepada tamunya. Daerah ini menjadi pusat
kegiatan utama dari aktivitas yang terjadi pada hotel, dalam hal ini menjadi
jelas bahwa wajah sebuah hotel dapat terwakili olehnya.
C.
Lobby
Tempat penerima pengunjung untuk mendapatkan informasi, mengurus
administrasi dan keuangan yang bersangkutan dengan penyewaan kamar.
Ruang-ruang yang termasuk dalam lobby:
o
Entrance hall
Ruang penerima utama yang menghubungkan ruang luar atau dengan
ruang-ruang dalam hotel. Bersifat terbuka dengan besaran ruang yang
cukup luas
o
Front desk / Reception desk
Terdiri atas ruang -
ruang personil front desk yang berfungsi untuk
proses dan mengelola administrasi pengunjung
o
Guest elevator
Sarana sirkulasi vertikal untuk para tamu dari lobby atau publik area
menuju guest room atau fungsi lainnya di atas.
|
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
12
o
Sirkulasi
Merupakan hal penting dalam publik area yang berfungsi sebagai sarana
untuk menghubungkan fungsi-fungsi di dalamnya untuk kegunaan
pengunjung
o
Seating Area
Wadah bagi tamu untuk beristirahat atau sekedar berbincang-bincang.
Sarana ini sangat berguna untuk kontak sosial di antara pengunjung.
o
Retail Area
menyediakan kebutuhan pengunjung sehari-hari
o
Support function
sarana penunjang untuk tamu yang berada si publik area, antara
lain
seperti toilet, telepon umum, mesin ATM, dan lain-lain.
o
Consession space
Pada dasarnya ruang-ruang ini
termasuk retail area, tetapi untuk hotel
berbintang, ruang-ruang konsesi ini terpisah sendiri dan merupakan
bagian dari publik area, yang antara lain terdiri dari travel agent,
perawatan kecantikan / salon, toko buku dan majalah, money changer,
toko souvenir.
o
Food and Beverages outlets
Berupa restoran, coffee shop, longue, bar
o
Ruang Serbaguna
Difungsikan untuk acara publik seperti acara pertemuan, seminar,
pernikahan, dan lain-lain
o
Area rekreasi
Daerah yang dipergunakan pengunjung untuk berekreasi, berolahraga,
santai dan lain-lain, yang antara lain swimming pool, food court, retail
area, fitness dan sarana olah raga, taman, Spa dan sauna, kolam kanal
buatan dan lain sebagainya.
B.
Back of the house (sektor belakang hotel)
Terdiri dari area servis. Yang termasuk back of the house yaitu:
A.
Daerah dapur dan gudang (food and storages area)
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
13
Merupakan gudang penyimpanan makanan dan minuman. Terdapat
gudang kering dan gudang basah, disesuaikan dengan kebutuhan makanan
dan minuman yang dimasukkan.
B.
Daerah bongkar muat, sampah dari gudang umum
Merupakan tempat turun-naik barang dari dan ke dalam mobil pengangkut
C.
Daerah pegawai / staff hotel (employees area)
Merupakan ruang karyawan yang berisi loker untuk karyawan, gudang, dll
D.
Daerah pencucian dan pemeliharaan (laundry and housekeeping)
Untuk hotel berbintang, laundry berukuran cukup luas dan berfungsi
sebagai tempat mencuci, mengeringkan, setrika, dan mesin press yang
digunakan untuk melayani tamu dan juga karyawan. Pada area house
keeping, terdapat ruang kepala dan asisten departemen, gudang, tempat
menjahit kain, sarung bantal, gorden, dll. Yang disiapkan untuk melayani
tamu hotel.
E.
Daerah mekanikal dan elektrikal (Mechanical and Engineering Area)
Berisi peralatan untuk heating dan cooling yang berupa tangki dan pompa
untuk menjaga sistem operasi mekanikal secara keseluruhan.
II.1.4 Fasilitas Hotel
Fasilitas standar yang umum dan harus terdapat pada masing
masing
jenis kamar tersebut adalah sebagai berikut :
A.
Fasilitas dalam unit:
Kamar mandi privat ( bathroom ) dan perlengkapannya.
Tempat tidur ( jumlah dan ukurannya sesuai dengan jenis).
Lemari pakaian ( cupboard ).
Rak untuk menyimpan barang ( luggage rack ).
Telepon, lampu, AC.
Radio dan Televisi, koneksi internet
Meja rias / tulis ( dressing table ) dan kursi.
stationeries, dll.
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
14
B.
Fasilitas keseluruhan hotel
Lobby/ customer service
Ruang tunggu
Anjungan tunai
Minimarket
Restoran, café, bar, longue
Toko merchandise, money changer, toko tiket pesawat
Kolam renang, spa, dll
II.1.5 Tinjauan Hotel Kapsul Sejenis
Dari uraian defisi umum hotel, maka hotel kapsul adalah sebuah jenis
bangunan yang memiliki banyak kamar berukuran kecil ekstrim (kapsul) untuk
disewakan sebagai tempat menginap. Ide awal hotel kapsul pertama lahir di
Jepang dan menjadi sebuah tren akomodasi baru. Ide dasarnya adalah dari
keinginan untuk efisiensi ruang dan kenyamanan fungsional. Yang berasal dari
semangat, adaptif kreatif dari pikiran masyarakat jepang. Hotel kapsul bertujuan
menghadirkan tempat sewa murah dan memberikan akomodasi penginapan untuk
para tamu yang tidak membutuhkan pelayanan seperti hotel konvensional
lainnnya. Disebut kapsul karena memiliki arti sebuah unit kamar sewa hotel yang
kecil dan berbentuk lonjong menyerupai bentuk kapsul.
Selain itu, kapsul di
jepang identik dengan ruang-ruang dari pre-fabrikasi.
Ditinjau dari jenis lokasi, maka hotel kapsul dapat dikatagorikan sebagai
hotel bisnis. Karakter tamu hotel kapsul tidak berbeda dengan karakter tamu hotel
bisnis seperti yang telah disebutkan dalam table, yaitu sebagai berikut:
Bepergian seorang diri atau berkelompok
Menginap dalam jangka waktu relatif singkat
Ingin cepat menyelesaikan tugasnya, sehingga pertimbangan terhadap jarak
pencapaian ke objek tujuan harus sedekat mungkin
Dalam hal ini, rekreasi tidak diprioritaskan
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
15
Sistem yang berlaku di dalam hotel ini sama halnya seperti hotel
konvensional lainnya. pengunjung melakukan check in, bersih bersih diri, tidur
atau makan, bersiap, lalu check out.
Tipikal sebuah hotel kapsul terdiri dari 2 bagian utama yaitu ruang
publik dan ruang privat. Ruang privat adalah unit kapsul tempat tidur pengunjung.
Unit yang umum banyak diterapkan hotel kapsul di Jepang adalah single unit yang
terdiri dari satu buah kasur dan tidak ada jalur sirkulasi untuk berjalan.
Namun, ada juga unit kapsul yang berukuran lebih besar sehingga
terdapat jalur sirkulasi di dalam kapsul untuk menunjang kegiatan bekerja dalam
ruang lebih optimal dan adapula unit yang berukuran lebih besar dengan
menghadirkan kamar mandi privat di dalam unit kapsul dapat dikatakan sejenis
dengan fasilitas hotel bintang tiga.
Gambar II.1 single unit (sleeping box)
Gambar II.2 unit kapsul dengan sirkulasi berjalan
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
16
Gambar II.3 fasilitas kamar mandi privat
Unit kapsul yang sudah banyak diterapkan di Negara Jepang mayoritas
berbahan fiber glass. Di dalam blok modular tersebut, sudah dilengkapi dengan
fasilitas penunjang kegiatan seperti televisi, jaringan internet, telepon, kotak
kontrol tombol (pendingin ruangan, tv, lampu), dan meja kecil knock down untuk
bekerja dan kamar mandi.
Gambar II.4 tata letak fasilitas unit kapsul
Gambar II.5 fasilitas unit kapsul
Berikut beberapa contoh sirkulasi gerak manusia yang dapat dilakukan di unit
kapsul:
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
17
Gambar II.6 sirkulasi gerak manusia dalam unit kapsul
1.
Lobby
Sama halnya dengan hotel konvensional, setelah melewati entrance, terdapat
loby. Loby berfungsi sebagai tempat mengurus segala administrasi hotel
seperti check in dan check out penginapan
2.
Kamar mandi dan ruang ganti
Kamar mandi dapat dikatagorikan sebagai sarana publik maupun sarana privat
berdasarkan perletakannya. Mayoritas hotel kapsul yang sudah ada di jepang,
meletakan kamar mandinya di luar unit sewa sehingga menjadi kamar mandi
umum/publik.
Namun, jika hotel kapsul tersebut memiliki ciri sama dengan
hotel bintang tiga, maka akan terdapat kamar mandi di dalam unit sewa,
sehingga sifatnya berubah menjadi privat khusus pengguna unit tersebut saja.
3.
Loker penyimpanan
Karena unit hotel kapsul relatif kecil, maka terdapat fasilitas loker
penyimpanan yang berfungsi sebagai pengganti lemari.
Hal ini bersifat
opsional sesuai kebijakan penyedia hotel dan kebutuhan tamu jika dirasa perlu
mengadakan area loker khusus.
Gambar II.7 ruang loker bersifat publik
Sama halnya dengan kamar mandi, ruang loker
bisa dikatagorikan sebagai
ruang privat jika diletakan di dalam unit kapsul.
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
18
Gambar II.8 ruang loker bersifat privat
4.
Ruang komunal atau fasilitas tambahan
Fasilitas tambahan seperti ruang baca, restoran, ruang duduk, sauna dan spa
dan lain-lain tersedia pula dalam hotel kapsul. Berikut beberapa contoh
diantaranya:
Gambar II.9 Ruang baca, ruang tunggu atau aktivitas individu
Gambar II.10 Ruang sauna dan spa
Gambar II.11 restoran, lounge, kafe
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
19
Struktur bangunan pada hotel kapsul ini terbilang praktis dan
penerapannya cukup mudah. Untuk bagian unit hotel, dibuat kerangka-kerangka
beton yang modular guna memasukan tabung kapsul di setiap lubang modul yang
telah di sediakan. Kapsul yang berbahan dasar fiber terlebih dahulu telah di rakit
dan hanya tinggal memberikan finishing di beberapa titik.
Gambar II.12 kerangka pasang hotel kapsul
II.1.6 Arsitektur Berkelanjutan
Menurut Tri Harso Karyono (2010) dalam bukunya green architecture,
Arsitektur hijau merupakan suatu rancangan lingkungan binaan, kawasan, dan
bangunan yang komprehensif. Rancangan harus memenuhi kriteria hemat dalam
menggunakan sumber daya alam, minim menimbulkan dampak negatif, serta
mampu meningkatkan kualitas hidup manusia.
Arsitektur hijau (Green Architecture) adalah suatu pendekatan pada
bangunan yang bertujuan unutuk dapat meminimalisasi berbagai pengaruh
membahayakan pada manusia dan lingkungan. Konsep pendekatan ini sangat
penting untuk diaplikasikan di era modern karena berkaitan dengan isu global
warming yang sedang marak akibat banyak perusakan lahan dan pemakaian energi
secara besar-besaran.
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
20
Prinsip-prinsip green architecture menurut Brenda dan Robert Vale,
dalam buku Green Architecture Design for A Sustainable future :
a. Hemat energi / Conserving energy
Pengoperasian bangunan harus meminimalkan penggunaan bahan bakar atau
energi listrik (sebisa mungkin memaksimalkan energi alam sekitar lokasi
bangunan)
b.
Memperhatikan kondisi iklim / Working with climate
Merancang bagunan harus berdasarkan iklim yang berlaku di lokasi tapak kita,
dan sumber energi yang ada.
c. Minimizing new resources
Merancang dengan mengoptimalkan kebutuhan sumber daya alam yang baru,
agar sumberdaya tersebut tidak habis dan dapat digunakan di masa mendatang
penggunaan material bangunan yang tidak berbahaya bagi ekosistem dan
sumber daya alam.
d.
Tidak berdampak negatif bagi kesehatan dan kenyamanan penghuni bangunan
tersebut.
Bangunan yang akan dibangun, nantinya jangan sampai merusak kondisi tapak
aslinya, sehingga jika nanti bangunan itu sudah tidak terpakai, tapak aslinya
masih ada dan tidak berubah.( tidak merusak lingkungan yang ada ).
e. Merespon keadaan tapak dari bangunan.
Dalam merancang bangunan harus memperhatikan semua pengguna bangunan
dan memenuhi semua kebutuhannya.
Berikut adalah tabel ringkasan sasaran dan implementasi dari pembahassan green
architecture
SASARAN
IMPLEMENTASI
Minim
mengkonsumsi
sumber daya alam
Hemat energi
Hemat air
Hemat material
Penggunaan material terbarukan (reuse, reduce,
recycle)
Minim
memberikan
Minim menghasilkan limbah (padat, cair,gas)
Merubah limbah menjadi produk bermanfaat
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
21
dampak negative
terhadaap alam
Tidak menimbulkan pemanasan kawasan (heat
island)
Rendah emisi gas rumah kaca
Pemanfaatan sumber energi terbarukan
Tidak menurunkan
kualitas hidup
manusia
Kualitas kimawi udara memenuhi standar kesehatan
Kualitas fisik udara/ruang memenuhi standar
kenyamanan fisik
Aman
Tabel II.1 sasaran dan implementasi green architecture
Tujuan arsitektur hijau tersebut menjadi sustainable (berkelanjutan), earth friendly
(ramah lingkungan), dan high performance building (bangunan dengan performa
sangat baik).
Sustainable ( Berkelanjutan )
Yang berarti bangunan tetap bertahan dan berfungsi seiring zaman, konsisten
terhadap konsepnya yang menyatu dengan alam tanpa adanya perubahan
perubuhan yang signifikan tanpa merusak alam sekitar.
Earthfriendly ( Ramah lingkungan )
Suatu bangunan belum bisa dianggap sebagai bangunan berkonsep green
apabila bangunan tersebut tidak bersifat ramah lingkungan. Tidak hanya dalam
perusakan terhadap lingkungan, tetapi juga menyangkut masalah pemakaian
energi. Oleh karena itu bangunan berkonsep green architecture mempunyai
sifat ramah terhadap lingkungan sekitar, energi dan aspek aspek pendukung
lainnya.
High performance building
Bangunan berkonsep green architecture mempunyai satu sifat yang tidak kalah
pentingnya dengan sifat sifat lainnya. Sifat ini adalah High performance
building. Alasan mengapa green architecture mempunyai sifat ini salah satu
fungsinya ialah untuk meminimaliskan penggunaan energi dengan
memanfaatkan energi yang berasal dari alam dan dengan dipadukan teknologi
tinggi ( High technology performance )
|
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
22
Menurut kutipan buku James Steele, Sustainable Architecture Arsitektur
berkelanjutan adalah Arsitektur yang memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa
membahayakan kemampuan generasi mendatang, dalam memenuhi kebutuhan
mereka sendiri. Kebutuhan itu berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain,
dari satu kawasan ke kawasan lain dan paling baik bila ditentukan oleh masyarakat
terkait.
Dari standar bangunan hijau dan sustainable yang digunakan oleh
beberapa Negara, seluruhnya mengacu kepada 3 aspek utama, yaitu:
a.
environmental sustainability
meliputi integrasi ekosistem, biodiversitas, kepekaan kapasitas. Beberapa
aspek lingkungan yang berkelanjutan terdiri dari
faktor pemilihan dan
pengolahan tapak, konservasi air, penghematan energi buatan, penggunaan
energi terbarukan, penggunaan material yang berkelanjutan, pengolahan
limbah, dan pengaplikasian perkembangan teknologi
b.
social sustainability
Meliputi identitas kultur masyarakat suatu kawasan tersebut, upaya
pemberdayaan masyarakat sekitar, aksesbilitas, kestabilan lingkungan dan
keadilan bagi masyarakatnya.
c. economical sustainability
Meliputi pertumbuhan perekonomia, pertumbuhan penduduk yang
mempengaruhi segala pertumbuhan kawasan tersebut, produktivitas, serta
pengembangan dan penyebaran.
Pendekatan perancangan hemat energi dapat dibagi dua, yaitu:
1.
Perancangan Pasif
Perancangan pasif adalah penghematan energi dengan cara memanfaatan energi
alami dan mengkonversi
energi tersebut menjadi dalam bentuk lain. Misalnya
energi matahari yang diubah menjadi energy listrik.
2.
Perancangan Aktif.
Perancangan aktif adalah salah cara penghematan energi dengan bantuan alat-
alat teknologi yang dapat mengontrol, mengurangi pemakaian, atau
menghasilkan energi baru. Perancangan secara aktif secara otomatis juga
|
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
23
menggunaan perancangan pasif. Tanpa penerapan strategi perancangan pasif,
penggunaan energi dalam bangunan akan tetap tinggi apabila tingkat
kenyamanan termal dan visual harus dicapai.
Prinsip perancangan arsitektur hemat energi dilihat dari parameter disain
arsitektural adalah sebagai berikut:
1.
Konfigurasi bangunan dipengaruhi oleh iklim
2.
Orientasi bangunan merupakan hal yang krusial
3.
Fasade bangunan yang responsif terhadap iklim
4.
Sumer energy berasal dari pembangkit yang terbarukan
5.
Penggunaan system operasional aktif dan kombinasi
6.
Konsumsi energi yang rendah
7.
Tingkat kenyamanan yang konsisten
8.
Pertimbangan terhadap ekologi tapak
(Sumber: Energy-efficient Architectute, Paradigma dan Manifestasi Arsitektur
Hijau, Jimmy Priatman, 2002)
II.2
Tinjauan Khusus Topik
II.2.1 Kajian Iklim Tropis Lembab
Iklim mempunyai dampak yang kuat terhadap pembentukan sebuah
rancangan bangunan. Iklim sebuah wilayah akan mempengaruhi respon dalam
membentuk kenyamanan beraktifitas pengguna. Respon rancangan dari masing-
masing iklim membentuk tipologi bentuk yang secara umum dikenal dengan
arsitektur lokal.
Georg Lippsmeier dalam buku Bangunan Tropis menyatakan bahwa
daerah tropis berlaku untuk daerah yang meliputi kurang 40% dari luas permukaan
bumi ini. Posisi daerah tropis terletak antara garis 23
0
, 27
0
utara dan selatan. Garis
balik isotherm lintang utara, 27
0
adalah garis cancer dimana matahari pada tanggal
20 Juni posisinya tegak lurus, sedangkan garis balik isotherm lintang selatan
23
0
,
27
0
adalah garis balik Capricorn dimana pada tanggal 23 Desember berada
pada posisi tegak lurus. Daerah iklim tropis lembab berada di sekitar khatulistiwa
sampai sekitar 15
0
utara dan selatan.
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
24
Berikut tabel pengamatan kelembaban udara dan kecepatan angi rata-rata
selama satu tahun di Jakarta tahun (pengamatan 2009):
Pengamatan kelembaban udara sepanjang tahun, 2009
Tabel II.2 Kelembaban Udara Menurut Bulan di Jakarta, 2009
Bulan
Kelembaban Udara
Maksimum
Minimum
Rata-rata
Januari
92
62
81
Febuari
92
66
81
Maret
85
67
76
April
86
69
76
Mei
89
67
77
Juni
84
70
75
Juli
76
56
68
Agustus
77
63
69
September
77
61
68
Oktober
81
62
70
November
90
64
75
Desember
93
68
77
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi & Geofisika
kecepatan angin pada tapak yang diamati dari stasiun pengamatan di
Jakarta pada tahun 2009:
Tabel II.3 Rata-rata Cuaca Menurut Bulan di Jakarta, 2009
Bulan
Tekanan
Udara
(mbs)
Arah Angin
(point)
Kecepatan
Angin
(m/s)
Penyinaran
Matahari
(%)
Januari
1 009,9
294
4,8
32
Febuari
1 008,6
254
5,3
32
Maret
1 009,1
270
5,5
65
April
1 009,0
315
4,9
46
Mei
1 008,6
165
3,9
50
Juni
1 009,8
180
5,5
54
Juli
1 010,4
180
4,1
66
Agustus
1 010,1
165
4,2
71
September
1 010,4
169
4,3
76
Oktober
1 010,4
248
4,2
62
November
1 008,8
270
4,8
40
Desember
1 009,6
330
3,9
41
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi & Geofisika
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
25
Dari tabel di atas, diperoleh rata-rata kelembaban di Jakarta sepanjang
tahun sebesar 75%. Berdasarkan diagram Lippsmeier, kelembaban yang masih
terbilang nyaman adalah 20% -
78%. Kelembaban udara di tapak sangat tinggi,
bahkan ada yang melewati batas normal,yaitu pada bulan Januari dan Februari.
Kelembaban yang tinggi dapat dihalau dengan kecepatan udara. Dengan kecepatan
udara yang tinggi, kelembaban udara dapat berkurang sehingga lebih mendekati
area kenyamanan termal.
Prasasto Satwiko dalam buknya fisika bangunan 1 menyatakan,
Indonesia berada dalam daerah tropis lembab dengan ciri-ciri sebagai berikut:
Tidak ada perbedaan jelas antara musim kering (kemarau) dan basah (hujan).
Musim hujan dan kering dapat panjang sehingga terjadi tumpang-tindih musim.
Suhu udara relative tinggi dengan amplitude suhu siang malam kecil (24
0
C
32
0
C)
Kecepatan angin rendah (di Jakarta dalam 1 hari berkisar antara 1m/s
4m/s)
Kelembaban udara tinggi (60% -
90%). Kelembaban tinggi ini menyebabkan
kulit terasa lengket karena keringat tidak dapat leluasa menguap sehingga
menempel di kulit. Kondisi ini menyebabkan perasaan tidak nyaman.
Radiasi matahari cukup tinggi (sekitar 400 W/m²), walau sering juga tertutup
Keadaan langit yang umumnya selalu berawan (< 100W/m²).
Curah hujan deras dapat turun dalam beberapa hari berturut-turut. Rata-rata
sekitar 1500-2500mm per tahun.
Flora beraneka ragam, subur dan tidak mengenal musim gugur. Jamur tumbuh
dengan pesat
Karat logam dan pelapukan organic mudah terjadi
Penduduknya mengembangkan budaya kehidupan di luar rumah (outdoor living)
Berdasarkan ciri-ciri iklim tropis lembab diatas, maka dapat terlihat
kelebihan serta kekurangan yang ada saat tinggal di iklim tersebut. Suhu udara dan
tingkat kelembaban yang tinggi di daerah tropis lembab merupakan suatu kendala
untuk mendapatkan kenyamanan. Ditambah dengan kecepatan angin yang relatif
rendah. Namun hal ini dapat diatasi dengan penciptaan aliran udara di dalam
ruangan. Sirkulasi udara di dalam ruangan tidak hanya ditentukan oleh kecepatan
|
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
26
udara eksterior tetapi juga oleh pengolahan posisi masa bangunan dan penempatan
elemen desain arsitektur.
II.2.2 Ruang
Menurut Rustam Hakim (1987), ruang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia baik secara psikologi emosional (persepsi) maupun
dimensional. Ruang bisa terjadi secara visual dan non visual (bau, sinar, angin,
bayangan) dan keberadaannya lebih bertumpu pada rasa. Ruangan dalam suatu
lingkungan binaan tidak hanya sekedar the sense of exposure, namun hendaknya
menghadirkan suatu suasana. (atmospere). Suasana dimunculkan oleh ruang
dipengaruhi oleh ekspresi dari unsur pembentuk ruang serta respon dari pengamat
(pemakai ruang).
Sebagaimana persyaratan teknis keandalan yang diatur dalam UU no.
28/2002 tentang Bangunan Gedung (UUBG) adalah aspek kesehatan dan
kenyamanan. Persyaratan-persyaratan tersebut
salah satunya adalah sistem
penghawaan dan kondisi udara dalam ruang (thermal).
Suatu ruang dapat dikatakan sesuai, apabila dapat mengakomodasi fungsi
ruang dan kebutuhan akan kegiatan serta gerak manusia di dalamnya. Selain itu
ruang tersebut juga harus dapat menghadirkan penghawaan dan pencahayaan yang
baik. Ruang yang terlalu besar atau terlalu kecil dimensinya dalam peranannya
mengakomodasi kegiatan yang berlangsung, akan mempengaruhi aktivitas
manusia maupun kondisi fisik bangunan yang mewadahi ruang tersebut. Pada
manusia akan mempengaruhi kenyamanan, kesehatan dan psikologis. Sedangkan
pada kondisi fisik bangunan meliputi tingkatan suhu, penghawaan, intensitas
pencahayaan, kelembaban dan lain sebagainya.
Lippsmeieir
menyatakan, bentuk dan metode konstruksi bangunan
modern pada umumnya memungkinkan setiap bangunan menggunakan penyejuk
udara (AC) secara mekanis. Jika kondisi iklim diperhatikan pada pembuatan
instalasi penyejuk udara, maka ini adalah metode yang paling terjamin untuk
mendapatkan iklim ruangan dan iklim kerja yang paling optimum dalam ruangan.
Tetapi, instalasi penyejuk udara dapat menimbulkan kerugian yaitu pencemaran di
luar lingkungan, serta anggaran biaya dan perawatan bangunan akan lebih mahal.
|
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
27
selain itu, mempengaruhi keseimbangan organisme manusia jika perbedaan iklim
luar dan iklim dalamnya besar. Gangguan kesehatan bisa timbul bila berada lama
atau sering keluar masuk ruangan yang demikian.
Dengan adanya masalah akibat penggunaan pendingin ruangan yaitu
penghematan biaya untuk hotel kapsul yangidentik dengan ekonomis/murah,
penghematan energi dan terdapatnya efek negative pada manusia maka penting
untuk memperhatikan bagaimana memperbaiki kondisi ruangan dengan cara
alamiah. Beberapa metode perencanaan yang dapat mempengaruhi iklim interior
diantaranya orientasi bangunan, ventilasi silang, pelindung matahari. Dengan
penempatan bangunan yang tepat terhadap matahari dan angin, serta bentuk denah
dan konstruksi serta pemilihan bahan yang sesuai, maka temperatur ruangan dapat
di turunkan
beberapa derajat tanpa bantuan peralatan mekanis. Perbedaan
temperatur yang kecil saja terhadap temperatur luar atau gerakan udara lambat
sudah dapat menciptakan perasaan nyaman bagi manusia yang sedang berada di
dalam ruangan.
II.2.3 Studi Kasus Ruang Dimensi Sejenis Unit Kapsul
Berikut adalah data hasil survey/ studi banding dari 2 buah kamar kost-
kostan dengan bangunan berbeda yang ada di sekitar daerah kampus Binus. Studi
lapangan ini akan membahas tingkat kelembaban dan sirkulasi bukaan
yang
didapat dalam unit ruangan. Dimana, ruang kost-kostan ini memiliki dimensi yang
mirip dengan konsep perancangan hotel kapsul.
Survey dilakukan di 2 tempat
berbeda, dengan hari yang berbeda namun dalam kisaran waktu yang sama
(berkisar antara jam 12.30 - 14.00).
Pengukuran menggunakan 2 buah alat. Untuk perhitungan kelembaban,
menggunakan hygrometer yang menampilkan suhu ruang dan kelembabannya.
Alat ke dua adalah anemometer yang dapat menghitung gerak angin (dalam hal
ini, tidak menggunakan AC)
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
28
Gambar II.13: alat ukur Kecepatan angin Gambar II.14: alat ukur kelembaban
Kamar 1 Binus Square
Tipe kamar single unit
Kondisi baru, belum terpakai sehingga AC tidak menyala.
Gambar: II.14: kondisi kamar 1
Dari data pengukuran, terdapat hasil sebagai berikut:
Kelembaban
: 62%
Kecepatan angin
: 2,8 m/s
Kesimpulan:
Walaupun ruangan relatif kecil dan kelembaban sedikit melebihi batas
zona nyaman, namun tidak terlalu merugikan dan menjadi masalah bagi
penghuninya. Dengan adanya balkon pada unit kamar, membuat adanya sirkulasi
udara karena memiliki bukaan silang. Kecepatan angin juga terbilang cukup besar
karena bangunan memiliki level cukup tinggi atau bersifat highrise building.
Kamar 2
Tipe kamar single unit
Pengukuran dilakukan setelah kondisi AC mati +-10 menit.
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
29
Gambar: II.16: kondisi kamar 2
Kelembaban
: 67 %
Kecepatan angin : 1,6 m/s
Kesimpulan:
Ruang koridor yang sempit memiliki bukaan pada bagian koridor
(menyatu dengan kusen pintu) dan tidak ada bukan pada bagian dinding luar.
Selain itu, jendela hampir di setiap unit tidak dimanfaatkan sebagaimana
fungsinya. Jendela selalu dalam kondidi tertutup. Sehingga tidak ada ventilasi
silang untuk pergantian udaranya. Ruang-ruang sering sekali di dinginkan terus
menerus mengakibatkan kelembaban cukup tinggi.di dalam ruang, maupun luar
ruang (lorong) pada saaat AC dimatikan karena tidak ada bukaan. Koridor satu
arah juga mempersulit gerak udara terdapat sisi mati di salah satu sisinya,
ditambah dengan posisi kamar mandi yang cukup berdekatan.
Kesimpulan keseluruhan:
Dari perbedaan pengolahan dua ruang ini, terlihat bahwa ruang yang
mendapat bukaaan silang mempunyai kelembaban yang mendekati normal,
dibanding ruang yang tanpa bukaan. Selain itu, suasana ruang trlihat kusam.
Bentuk koridor mati yang juga berbentuk linear turut mempengaruhi sulitnya
udara mengalir dan mendistribusikannya ke setiap unit ruang.
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
30
Dari data pengamatan tersebut dan hubungannya dengan hotel kapsul
yang memiliki dimensi ruang sejenis, adalah sebagai berikut:
Bangunan tidak memperhatikan arah gerak angin sehingga sirkulasi udara yang
bergerak dalam ruangan menjadi sulit serta ruangan mudah menjadi pengap dan
lembab
Ruang yang pengap dan lembab dapat mengganggu kesehatan penggunanya,
terutama kesehatan pernapasan dan kulit karena mudah dihinggapi bakteri
Ruangan yang pengap dan lembab membuat dinding cepat kusam, material lain
rentan lapuk karena potensi pertumbuhan jamur cepat.
Ruang yang kecil memberi pengaruh psikologis kepada pengguna ruang.
suasana tidak nyaman misalnya sesak dan kesan tertekan/ stress
Dengan melihat adanya beberapa kerugian tersebut, maka upaya
pengolahan kecepatan dan aliran angin perlu diadakan pada hotel kapsul ini.
II.2.4 Definisi Angin
Menurut Turyanti dan Effendy (2006) angin adalah massa udara secara
mendatar (horizontal) yang pada umumnya dikur dalam dua parameter yaitu
kecepatan dan arah. Buys Ballot ahli ilmu cuaca dari Perancis
menerangkan
bahwa angin
adalah massa udara yang bergerak dari suatu tempat bertekanan
tinggi ke tempat lain yang bertekanan rendah atau dari daerah yang memiliki suhu
rendah ke wilayah bersuhu tinggi.
Menurut Ahrens (2007), angin merupakan udara yang kekuatannya
sangat bergantung pada gradient tekanan dan merupakan proses penting dalam
transport bahang (panas), kelembaban,
uap air, mikroorganisme dan material
lainnya dari suatu tempat menuju tempat yang lain.
II.2.5 Penyebab terjadinya angin
|
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
31
Angin memiliki hubungan yang erat dengan sinar matahari karena daerah
yang terkena banyak paparan sinar mentari akan memiliki suhu yang lebih tinggi
serta tekanan udara yang lebih rendah dari daerah dari daerah lain di sekitarnya
sehingga menyebabkan terjadinya aliran udara. Angin juga dapat disebabkan oleh
pergerakan benda sehingga mendorong udara di sekitarnya untuk bergerak ke
tempat lain.
Secara umum angin terjadi karena terbentuknya gradient tekanan (slope)
udara pada dua wilayah yang berbeda. Jika suatu wilayah menerima energi radiasi
matahari lebih besar maka suhu udara yang dimilikinya akan lebih panas dan
tekanan udara yang terbentuk akan cenderung lebih rendah. Perbedaan kerapatan
massa udara akan terjadi antara daerah yang menerima energi panas lebih besar
dengan daerah lain yang lebih sedikit menerima energi panas, sehingga
mengakibatkan terbentuknya aliran udara pada wilayah tersebut dari tekanan
tinggi ke tekanan rendah. Dapat disimpulkan bahwa tekanan dan suhu udara
sangat penting dalam proses terjadinya angin atau perbedaan tekanan sebagai
akibat dari perbedaan suhu inilah penyebab terjadinya angin.
Angin juga dapat
disebabkan oleh pergerakan gesekan benda sehingga mendorong udara di
sekitarnya untuk bergerak ke tempat lain.
Proses terbentuknya angin dipengaruhi oleh empat faktor yaitu:
1.
Gradient barometris
Merupakan suatu bilangan yang menunjukan perbedaan tekanan udara
dari dua isobar yang jaraknya 111 km sehingga jika makin besar gradient
barometriknya maka angin yang dihasilkan akan semakin cepat (magnitude).
2.
Lokasi
Posisi lintang rendah umumnya menerima radiasi surya lebih besar dari
daerah lintang tinggi sehingga potensi terbentuknya sel-sel tekanan rendah pada
daerah katulistiwa akan lebih besar dibandingkan dengan lintang tinggi sehingga
potensi untuk terjadinya angin atau turbulensi massa udara akan lebih besar jika
dibandingkan wilayah diluar ekuator. Angin di dekat khatulistiwa lebih cepat
daripada angin yang jauh dari khatulistiwa
3.
Tinggi lokasi
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
32
Wilayah yang lebih tinggi memiliki tekanan udara lebih rendah
dibanding daerah dekat pesisir pantai. Perbedaan ketinggian juga akan memicu
pergerakan angin. Semakin tinggi lokasinya, semakin kencang pula angin yang
bertiup. Hal ini disebabkan oleh pengaruh gaya gesekan yang menghambat laju
udara.
4.
Waktu
Waktu sangat berkaitan dengan musim dan periode penyinaran matahari.
Pada musim panas pusat tekanan rendah akan lebih banyak terbentuk dan potensi
terjadinya konvergensi udara akan sangat besar sehingga angin akan bergerak
menuju wilayah tersebut begitupula sebaliknya. Sama halnya pada siang hari,
angin akan bergerak lebih capet dibandingkan pada malam hari. Hal ini
disebabkan pada siang hari pada daerah tertentu memperoleh panas lebih banyak,
sehingga tekanan pada daerah tersebut akan rendah. Adanya perbedaan tekanan
yang cukup signifikan menimbulkan angin yang cukup kencang.
II.2.6 Pola umum angin di Indonesia
Pola umum angin yang terdapat di Indonesia pada umumnya merupakan
pola angin yang dipengaruhi oleh angin monsun dan angin pasat. Angin monsoon
yang melintasi Indonesia dikenal dengan angin monsun Asia atau angin monsoon
Barat dan angin monsun Australia yang dikenal dengan angin monsun timur.
Adanya pengaruh yang kuat dari sistem monsun ini di akibatkan karena angin di
Indonesia ditentukan oleh pola tekanan di Australia dan Asia, pola tekanan
ini
mengikuti pola gerak tahunan matahari. Sebagai akibatnya pola angin di Indonesia
umumnya adalah pola monsun, yaitu sirkulasi angin yang berubah arah
hampir
setengah belahan bumi dalam setiap tahunnya. Pola angin monsun barat
yang
datang dari Asia menyebabkan terjadinya musim hujan, sedangkan muson
timur
yang datang dari Australia menyebabkan terjadinya musim kemarau di Indonesia
(Wyrtki, 1987).
Angin Monsun Barat
Angin monsun barat pada umumnya mulai terjadi pada bulan Oktober
April. Proses terbentuknya angin ini karena posisi matahari berada di belahan
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
33
bumi 23 selatan (BBS), sehingga belahan bumi selatan khususnya wilayah daratan
benua Australia lebih banyak memperoleh pemanasan matahari dari pada benua
Asia. Terbentuknya sel tekanan rendah di Australia akibat ekspanasi thermal atau
pemanasan. Sebaliknya di Asia yang mulai
ditinggalkan matahari temperaturnya
rendah dan tekanan udaranya menjadi tinggi.
Gambar II.17: Pola Pergerakan Angin Monsun Barat (Asia) di Indonesia.
Gambar II.18: peta angin dan hujan muson barat
(Sumber: J.H Houbolt iklim Indonesia)
Gradien tekanan ini mengakibatkan terjadinya pergerakan angin dari
benua Asia ke benua Australia sebagai angin monsun barat. Angin ini melewati
Samudera Pasifik dan Samudera Indonesia serta Laut Cina Selatan. Karena
melewati lautan tentunya banyak membawa uap air dan setelah sampai di
kepulauan Indonesia turunlah sebagai presipitasi hujan. Setiap bulan November,
Desember, dan Januari Indonesia bagian barat sedang mengalami musim hujan
dengan curah hujan yang cukup tinggi (Turyanti dan Effendy, 2006). Kasus
monsoon seperti ini hanya terjadi untuk Indonesia.
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
34
Angin Monsun Timur
Angin monsun ini merupakan kebalikan dari angin monsun barat. Angin
monsun timur pada umumnya terjadi setiap bulan April - Oktober, ketika matahari
mulai bergeser ke belahan bumi utara. Mekanismenya adalah sebagai berikut pada
saat matahri bergerak menuju utara belahan bumi (BBU), di belahan bumi utara
khususnya benua Asia temperaturnya akan menjadi tinggi dan tekanan udara
rendah (minimum).
Gambar II.19: Pola Pergerakan Angin Monsun Timur (Australia) di Indonesia
Gambar II.20: peta angin dan hujan muson timur
(J.H Houbolt iklim Indonesia)
Sebaliknya di benua Australia yang telah ditinggalkan matahari,
temperaturnya rendah dan tekanan udara tinggi (maksimum). Terjadilah
pergerakan angin dari benua Australia ke benua Asia melalui Indonesia sebagai
angin monsoon timur. Sifat angin ini adalah tidak membawa uap air yang banyak
sehingga potensi hujan sangat kecil, atau membawa dampak kekeringan
Selain angin monsun wilayah Indonesia juga dipengaruhi
kuat oleh
sistem angin pasat dunia. Angin Pasat Tenggara dan pasat timur laut berhembus
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
35
secara normal sepanjang tahun. Angin pasat timur laut umumnya terjadi pada
bulan dimana matahari berada di belahan selatan bumi yaitu pada bulan Desember
hingga Maret,
sedangkan angin pasat tenggara terjadi pada bulan Juni hingga
September (Turyanti dan Effendy,2006).
Berikut data frekuensi angin selama satu tahun di Jakarta
Bulan Januari
Bulan Februari
Bulan Maret
Bulan April
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
36
Bulan Mei
Bulan Juni
Bulan Juli
Bulan Agustus
Bulan September
Bulan Oktober
Bulan November
Bulan Desember
Gambar II.21: Pola Pergerakan Angin Jakarta sepanjang 1 tahun
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
37
Berdasarkan pola pergerakan angin di Jakarta sepanjang 1 tahun tersebut,
dapat disimpulkan bahwa pergerakan angin selalu berubah. Namun mayoritas
angin datang dari arah barat laut.
II.2.7 Angin dan kenyamanan termal
Menurut Aynsley (1998), Area yang memiliki kepadatan yang tinggi,
dapat mempengaruhi variasi kecepataan angin secara signifikan.
Gambar II.22: kepadatan mempengaruhi kecepatan angin
Tujuan pengudaraan adalah untuk mendapatkan penyejukan, pengeringan, serta
peredaran udara yang bersih untuk mendapatkan kenyamanan dan
menghilangkan rasa panas. Semakin tinggi pergerakan angin, semakin cepat
panas dilepaskan. Secara terperinci, tujuan pengudaraan adalah:
1.
Memaksimalkan hilangnya panas dalam ruang
2.
Mempertahankan keyamanan lingkungan ruang yang dihuni
3.
Mengadakan pengudaraan langsung
|
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
38
4.
Menghilangkan uap air yang timbul demi menjaga kesehatan
5.
Menghilangkan kalor berlebihan
6.
Membantu mendapatkan kenyamanan termal
Kenyamanan termal erat hubungannya dengan alam sekitar dan bersifat
individual. Oleh
karenanya keadaan lingkungan tertentu dapat dirasakan berbeda
oleh individu yang berbeda pula. Faktor alam yang dominan dapat mempengaruhi
kenyamanan termal bagi
manusia, Untuk menciptakan kenyamanan termal, kita
harus memahami 3
kondisi lingkungan yang dapat menjadikan panas hilang, 3
kondisi yang dimaksud adalah:
1.
Suhu Udara
Suhu udara menentukan kecapatan panas yang akan hilang yang
sebagian besar dengan cara konveksi (pengembunan). Suhu udara terdiri dari dua
macam yaitu suhu udara biasa (air temperature) dan suhu
udara radiasi rata-rata.
Suhu radiasi rata-rata adalah radiasi rata-rata dari permukaan-permukaan bidang
yang mengelilingi seseorang.
2. Kelembapan Udara
Pengertian
kelembapan udara adalah kandungan uap air dalam udara.
Persentase yang
menunjukkan besaran kelembapan udara didapat dari
perbandingan antara keadaan
kenyataan uap air dan jumlah maksimum uap air
yang dapat dikandung oleh udara pada
kondisi ruang dan suhu yang sama.
Biasanya kelembapan menjadi penting saat suhu udara mendekati atau melampaui
ambang batas atas daerah kenyamanan termal dan
kelembapan udara mencapai
lebih dari 70 % atau kurang dari 30 %.
Kelembapan udara yang tinggi
mengakibatkan sulit terjadinya penguapan di permukaan
kulit sehingga
mekanisme pelepasan panas dapat terganggu. Sebaliknya bilak
elembapan udara
rendah, orang menderita efek keringnya udara.
Pengaruh kelembapan udara terhadap kenyamanan termal dalam suatu
ruang tergantung dari suhu udara, kelembapan, dan iklim.
Makin
tinggi
kelembapan,
makin
rendah
suhu
maksimal
yang
masih dirasakan
nyaman.
Sebaliknya, jika kelembapan tinggi maka akan mengurangi kecepatan pendinginan
melalui penguapan, mendukung pembentukan uap air (keringat) pada kulit
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
39
sehingga badan terasa tidak nyaman. Selain itu masalah lain adalah pertumbuhan
jamur lebih pesat dan memicu percepatan pelapukan bangunan.
3.
Pergerakan Udara
Pergerakan
udara
adalah
aspek
yang
penting
untuk
kenyaman
termal,
terlebih
di
daerah
panas.
Gerakan udara mempengaruhi percepatan hilangnya
panas baik secara konveksi maupun penguapan. Kecepatan udara memiliki
dampak yang nyata pada proses hilangnya panas. Jangkauan nyaman berkisar 20-
60 fpm / ± 0,6 0,2 mph, gerakan udara akan terlihat, namun masih dapat diterima
terantung pada kegiatan yang sedang dilakukan. DI atas 200 fpm (2mph), geakan
udara dapat menjadi sedikit kurang nyaman dan mengganggu.
Prinsip pergerakan aliran udara terbagi atas empat pola dasar, yaitu:
Arus berlapis (lamiar)
Adalah pola aliran paling sering terjadi. Udaara mengalir berada
bertumpukan atau bersebelahan satu sama lain dalam sebuah garis lurus dan
mudar diperkirakan karena tingkat gangguan yang kecil.
Arus terpisah (separate)
Pola ini terjadi setelah pengaruh dari faktor-faktor eksternal berkurang.
Udara kembali bergerak dengan pola laminar tetapi terdapat beberapa lapisan
berbeda.
Arus bergolak (turbulent)
Terjadi karena faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pola
laminar.pola aliran menjadi acak dan sulit diperkirakan
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
40
Gambar II.23: jenis aliran udara
(sumber: Heating, Cooling, Lighting, Design Methods For Architect, Norbet Lechner,
2001)
Udara akan dibelokan ke sekitar bagian bangunan yang secara umum
juga akan menciptakan tekanan yang negatif (-), tekanan-tekanan ini tidak akan
didistribusikan secara keseluruhan.
Gambar II.24: aliran udara di sekitar bangunan
(sumber: Heating, Cooling, Lighting, Design Methods For Architect, Norbet Lechner,
2001
II.2.8 Pengaruh angin terhadap bangunan
Efek Bernoulli
Efek Bernoulli menyatakan bahwa adanya peningkatan kecepatan udara
akan menurunkan tekanan statiknya fenomena dari efek Bernoulli yaitu adanya
suatu tekanan negative pada pembatasan tabung venturi
Gambar II.25: tabung venture menggambarkan efek Bernoulli
(sumber: heating, cooling, lighting, design methods for architect, Norbert Lechner,
2001)
Bangunan dapat memantulkan, menghalangi, mengarahkan dan
mengurangi atau menambah keceptan
aliran udara. Besar kecilnya pengaruh
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
41
terhadap aliran udara bergantung kepada tinggi, lebar dan bentuk abngunan
tersebut.
dua pertiga bagian dari tinggi bangunan, angin
bergerak menuju bagian samping bangunan. Sepertiga
bagiannya bergerak ke bagian atas.
Gambar II.26: aliran udara di sekitar bangunan
Sumber: controlling air movement & matahari, angin dan cahaya
Walaupun bangunan bisa mengurangi kecepatan angin yang
menabraknya, perubahan aliran udara menaikan kecepatan pada dasar dan sisi
bangunan sebesar 2 bahkan sampai 3 kali
lipat. Gambar disamping menunjukan pola
pergerakan angin dengan 3 macam kondisi.
Kondisi pertama, bangunan diletakan
berbanjar ke belakang dari arah datang
angin. Terjadi sudut mati yang tidak
terkena aliran udara. Begitupula pada
gambar 2 yang bangunan diletakan secara
berbaris. Sudut mati masih terdapat dalam
penyebaran aliran.
Gambar II.27: pengaruh pola bangunan
Posisi paling optimal adalah kondisi gambar 3 yaitu bangunan diletakan
silang dan terdapat penyempitan ruang untuk arah masuk angin sehingga angin
yang keluar dari ruang penyempitan tersebut akan lebih kencang.
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
42
Tipe aliran udara pada gambar 3 sama halnya dengan upaya penerapan
bernama efek venturi. Efek venture menurut Bernoulli adalah penurunan tekanan
fluida yang terjadi ketika fluida tersebut bergerak melalui pipa menyempit.
fluida dipaksa meningkat untuk mempertahankan debit fluida yang
sedang bergerak tersebut, sementara tekanan pada bagian sempit ini harus turun
akibat pemindahan energi potensial tekanan menjadi energi kinetik.
Gambar 28: pengaruh lebar bukaan masuk dan keluar
Sumber: controlling air movement
Dari gambar tersbut, terlihat jelas bahwa aliran udara yang masuk dari
bukaan yang sempit menuju bukaan yang lebih besar akan memaksimalkan
kecepatan aliran udara di dalam ruang (kecepatan inilah yang mempengaruhi
kenyamanan). Bukaan masuk tidak hanya mempengaruhi keceptan, tetapi juga
pola aliran udara dalam ruangan atau bangunan, sedangkan lokasi bukaan keluar
hanya memiliki pengaruh kecil dalam kecepatan dan pola aliran udara. Semakin
besar perbandingan ukuran bukaan keluar dengan bukaan masuk akan
menciptakan kecepatan yang lebih tinggi, yang menghasilkan penyejukan lebih
besar (kukreja, C.P. Tropical Architecture halaman 91).
Posisi bangunan yang melintang terhadap angin primer sangat
dibutuhkan untuk pendinginan suhu udara. Jenis, ukuran, dan posisi bukaan
pemasukan
udara. Jarang sekali terjadi orientasi bangunan yang baik terhadap
matahari sekaligus arah angin primer. Penelitian menunjukkan, jika harus memilih
(untuk daerah tropika basah seperti Indonesia), posisi bangunan yang melintang
terhadap arah angin primer lebih dibutuhkan dari pada perlindungan terhadap
radiasi matahari sebab panas radiasi dapat dihalau oleh angin yang berhembus.
Kecepatan angin yang nikmat dalam ruangan adalah 0,1 0,15 m/detik. Besarnya
laju aliran udara tergantung pada:
1.
Kecepatan angin bebas
2.
Arah angin terhadap lubang bukaan
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
43
3.
Luas lubang bukaan
4.
Jarak antara lubang udara masuk dan keluar
5.
Penghalang di dalam ruangan yang menghalangi udara
II.2.9
Pertimbangan upaya bangunan menghemat energy listrik secara
pasif:
Berdasarkan buku Arsitektur Sadar Energi (Prasasto Satwiko,
2005)
7
terdapat beberapa hal yang menjadi pertimbangan yang harus diperhatikan
untuk membangun bangunan hemat energi listrik, antara lain sebagai berikut:
-
Lokasi daerah, yang meliputi:
Ketinggian. Tinggi rendah lokasi akan mempengaruhi arus angin
dan suhu. Udara di lokasi yang tinggi seperti di pegunungan akan
lebih sejuk daripada di dataran rendah. Untuk daerah beriklim
panas lembab, kesejukan akan mengurangi energi yang seharusnya
dialokasikan untuk AC.
-
Lahan, yang meliputi:
Dimensi. Lahan luas akan memberikan keleluasaan untuk
menempatkan bangunan di tengah, sehingga semua sisi
memperoleh akses langsung ke ruang luar untuk memperoleh udara
dan cahaya. Sekeliling bangunan dapat ditanami tanaman sebagai
peneduh; serta
Ketinggian Air Tanah. Jika tidak tersedia jaringan air minum kota,
maka terpaksa memperoleh air dari dalam tanah. Semakin dalam
sumber air, semakin besar ukuran pompa yang diperlukan, dan
semakin banyak energi yang diperlukan.
-
Massa, yang meliputi:
Jumlah dan Bentuk. Untuk iklim tropis lembab, massa satu ruang tersebar akan
lebih tepat unutk penghawaan alami daripada massa besar tunggal;
Orientasi. Arah selatan ke utara mengurangi luas dinding yang terpapar
panasnya matahari pagi hingga sore; sehingga akan mengurangi penggunaan
AC; serta
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
44
Ketinggian. Semakin tinggi bangunan, semakin besar energi untuk transportasi
vertikal, menaikkan air, dan sistem ventilasinya.
-
Organisasi ruang, yang meliputi:
? Pengelompokan. Ruang perlu
dikelompokkan sesuai dengan kedekatan aktivitas dan potensi, untuk menjadi
penghalang panas bagi ruang yang memerlukan kenyamanan.
-
Elemen bangunan, yang meliputi:
Atap. Untuk iklim tropis yang baik adalah gabungan seng mengkilat dan
isolator di bawahnya. Seng itu akan memantulkan sebagian besar panas
matahari sedang yang diserap akan menjadikan seng panas, namun ditahan
oleh isolator; sehingga panas tidak masuk ke ruang dibawahnya. Teritisan
lebar juga perlu untuk menahan sinar matahari langsun;
Dinding. Dinding ringan dan memiliki banyak bukaan. Sebaliknya, jika
memakai AC, dinding harus tertutup. Dinding seharusnya terlindung dari sinar
matahari langsung; serta
Lantai. Pemilihan lapis lantai yang tepat juga akan membantu mengurangi
panas dalam ruangan yang diserap oleh pelapis; sehingga suhu di dalam
ruangan tidak terlalu panas.
-
Penerangan, yang meliputi:
Penerangan Alami. Penerangan alami sangat berlimpah di siang hari. Gunakan
cahaya dari matahari, namun bukan sinar langsung yang dapat membawa
panas; serta
Penerangan buatan. Gunakanlah lampu hemat energi. Lampu penerangan
umum tidak perlu terlalu terang, gunakan penerangan yang wajar.
-
Penghawaan, yang meliputi:
Penghawaan Alami. Gunakan penghawaan alami sebanyak-banyaknya, apabila
kualitas udara luar baik, sejuk, dan lingkungan tidak bising. Hindari gangguan
privasi visual dari luar; serta
Penghawaan Buatan. Hindari memasang temperature AC pada suhu terlalu
rendah, misalnya 16oC. Pasanglah pada 25oC atau 26oC
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
45
-
Transportasi vertikal. Desain tangga sedemikian rupa sehingga untuk jarak dekat
penghuni lebih tertarik untuk memakai tangga daripada lift. Tangga lebar,
dengan tanjakan nyaman, akan mengundang orang memakainya, daripada
menunggu lift.
-
II.3
Studi Literatur
II.3.1 Studi Literatur Hotel
Berikut tabel perbandingan hasil studi literatur
tentang hotel kapsul dan hotel
bisnis sejenis.
V express capsule hotel
-
Moscow
Matchbox
Hostel - singapore
Nakagin Capsule
Hotel
-
Fasilitas utama:
Tempat tidur, tv,
jaringan internet
Fasilitas penunjang:
km/wc, Lobby, ruang
public, mini market
Fasilitas utama:
Tempat tidur, tv, jaringan
internet
Fasilitas penunjang:
km/wc, Lobby, ruang
public, mini market,
dapur, r.loker
Fasilitas utama:
Kamar tidur, km/wc, tv,
jaringan internet
Fasilitas penunjang:
Lobby, ruang public,
mini market
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
46
Ruang tidur kelas
ekonomi
Ruang tidur kelas
ekonomi dobel
Ruang tidur kelas bisnis
Ruang publik
Kamar mandi
Ruang tidur
km/ wc
Ruang public
Kamar tidur
Fasilitas tambahan
km/wc
Persegi Panjang
Persegi Panjang
persegi panjang
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
47
Konstruksi beton dan
bata
Konstruksi beton dan
bata
Core bbeton dengan
frame dan blok kapsul
knockdown
Double Loaded
Double Loaded
Double Loaded
5
3
13
125
32
208
Menyediakan 3 buah
kelas kamar yaitu
ekonomi, ekonomi
double dan bisnis
Area komunal yang luas
didukung dengan fasilitas
yang memadai dan harga
relative murah. Interior
menarik minat
Dapat dipisahkan kapsul
satu dengan kapsul lain
(sistem knock down)
Bangunan tahan gempa
Bukaan kecil,
pencahayaan alami
kurangsehingga akan
cepat menimbulkan
kelembaban tinggi
Tempat tidur terlampau
kecil dan privasi kurang
karena bukaan pada unit
besar
Box kapsul warna
material putih, sehingga
cepat kotor dan terlihat
tidak menarik
Tabel II.4: perbandingan studi literature hotel kapsul
II.4 Tinjauan Tapak
Kasus Proyek
: Fiktif
Pemilik Proyek
: Pengusaha Hotel Kapsul
|
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
48
Gambar II.29 lokasi tapak
Gambar II.32 lokasi tapak beserta peraturan
Sumber: website dinas tata kota DKI Jakarta
Batas area lahan
Lokasi tapak
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
49
Gambar II.31 batas area lahan
Kondisi lingkungan sekitar tapak
Utara
Flyover, ruko
Timur
Jl. K.H Mas Mansyur, Perumahan penduduk, ruko
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
50
Barat
stasiun kereta api, perumahan penduduk, masjid
Selatan
Perniagaan, pusat grosir, Butik Tekstil
Tabel II.5 Kondisi lingkungan sekitar tapak
Tata ruang lahan
: Dengan tipe masa bangunan deret
Peruntukan lahan
: Kkt (Karya Kantor) atau Kpd (Karya Perdagangan)
Peraturan tapak:
Lokasi Tapak
Jl. Jatibaru Tanah Abang, Jakarta
Pusat
Luas lahan
6873 m²
KDB
60%
Luas lantai dasar yang
boleh dibangun
KDB x luas lahan
= 60% x 6873 m2
= 4123.8 m²
KLB
3,5
|
![]() Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah
Abang
51
Luas
total bangunan
yang boleh dibangun
KLB x luas lahan
= 3,5 x 6873m²
= 24055.5 m²
Tinggian maksimum
8 lantai
Tabel II.6 peraturan tapak
Pencapaian ke Tapak
Tapak dapat dicapai dengan kendaraan pribadi, kendaraan umum atau dengan
berjalan kaki. Akses dalam tapak hanya bisa dari arah utara (Jl. Jati Baru) dan dari
timur (Jl. K.H Mas Mansyur). Jarak dari Stasiun Tanah Abang ke dalam tapak
adalah 300 m.
Potensi Tapak
Penghijauan cukup banyak dan baik
Dapat diakses melalui jalan besar (strategis dan di hook)
Dekat dengan Stasiun Tanah Abang
Dapat dicapai dengan berbagai macam kendaraan (pribadi maupun umum)
Dekat dengan real kota
Kendala Tapak
Bising karena berbatasan langsung dengan jalan besar
Padat karena dekat dengan pusat perbelanjaan
Pergerakan angin relative kecil.
|
|