3
BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1
Data Umum Kasus
2.1.1
Sejarah
Bukittinggi dalam kehidupan ketatanegaraan semenjak zaman penjajahan
Belanda, zaman penjajahan Jepang serta zaman kemerdekaan dengan berbagai
variasinya tetap merupakan pusat Pemerintahan Sumatera bahagian Tengah
maupun Sumatera secara keseluruhan, bahkan Bukittinggi pernah berperan
sebagai Pusat Pemerintahan Republik Indonesia setela Yogyajarta diduduki
Belanda dari bulan Desember 1948 sampai dengan bulan Juni 1949.
Semasa pemerintahan Belanda dahulu, Bukittinggi oleh Belanda selalu
ditingkatkan perannya dalam ketatanegaraan, dari apa yang dinamakan
Gemetelyk Resort berdasarkan Stbl tahun 1828. Belanda telah mendirikan
kubu pertahanannya tahun 1825, yang sampai sekarang kubu pertahanan
tersebut masih dikenal
dengan Benteng "Fort De Kock". Kota ini telah
digunakan juga oleh Belanda sebagai tempat peristirahatan opsir-opsir yang
berada di wilayah jajahannya di timur ini.
Oleh pemerintah Jepang, Bukittinggi dijadikan sebagai pusat pengendalian
Pemerintah militernya untuk kawasan Sumatera, bahkan sampai ke Singapura
dan Thailand karena disini berkedudukan komandan Milioter ke 25. Pada masa
ini Bukittinggi berganti nama dari Taddsgemente Fort de Kock menjadi
Bukittinggi Si Yaku Sho yang daerahnya diperluas dengan memasukkan
nagari-nagari Sianok, Gadut, Kapau, Ampang Gadang, Batu taba dan Bukit
Batabuah yang sekarang kesemuanya itu kini berada dalam daerah Kabupaten
Agam, di Kota ini pulalah Pemerintah bala tebtara Jepang mendirikan
pemancar Radio terbesar untuk pulau Sumatera dalam rangka mengibarkan
semangat rakyat untuk menunjang kepentingan peramg Asia Timur Raya versi
Jepang.
Pada zaman perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia Bukitinggi berperan
sebagai kota perjuangan. Dari bulan Desember 1948 sampai dengan bulan Juni
1949 ditunjuk sebagai Ibu Kota Pemerintahan darurat Republik Indonesia
(PDRI), setelah Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda.
Selanjutnya Bukittinggi pernah menjadi Ibukota Propinsi Sumatera
dengan 
Gubernurnya Mr. Tengku Muhammad Hasan. Kemudian dalam
peraturan Pemerintah Pengganti undang-undang No. 4 tahun 1959 Bukittinggi
ditetapkan sebagai Ibu Kota Sumatera Tengah yang meliputi keresidenan-
keresidenan Sumatera Barat, Jambi dan Riau yang sekarang masing-masing
Keresidenan itu telah menjadi Propinsi-propinsi sendiri.
Setelah keresidenan Sumatera Barat dikembangkan menjadi Propinsi Sumatera
Barat, maka Bukittinggi ditunjuk sebagai Ibu Kota Propinsi-nya. Semenjak
tahun 1958 secara defacto Ibukota Propinsi telah pindah ke Padangnamun
  
4
secara deyuire barulah tahun 1978 Bukittinggi tidak lagi menjadi Ibukota
Propinsi Sumatera Barat, dengan keluarnya Peraturan Pemerintah No. 29 tahun
1979 yang memindahkan Ibukota Propinsi Sumatera Barat ke Padang.
Sekarang ini Bukittinggi berstatus sebagai Kotamadya Daerah Tingkat II sesuai
dengan undang-undang No. 5 tahun 1974 tentang Pokok Pemerintah di Daerah
yang telah disempurnakan dengan UU. No. 22 / 99 menjadi Kota Bukittinggi.
secara ringkas perkembangan Kota Bukittinggi dapat dilihat sebagai berikut
A. Pada Masa Penjajahan Belanda
Semula sebagaiGeemente Fort De Kock dan kemudian menjadi
Staadgemente Fort De Kock, sebagaimana diatur dalam Staadblad No. 358
tahun 1938 yang luas wilayahnya sama dengan wilayah Kota Bukittinggi
sekarang.
B. Pada Masa Penjajahan Jepang
Pada
masa ini Bukittinggi bernama Shi Yaku Sho yang wilayahnya lebih
luas dari Kota Bukittingggi sekarang ditambah dengan nagari-nagari
Sianok, Gadit, Ampang Gadang, Batu taba dan Bukit Batabuah.
C. Pada Masa Kemerdekaan Sampai Sekarang
1.
Pada masa permulaan proklamasi, luas wilayah Bukittinggi sama
seperti sekarang ini dengan Walikotanya yang pertama yaitu Bermawi
Sutan Rajo Ameh.
2.
Kota Bukittinggi dengan ketetapan Gubernur Propinsi Sumatera No.
391 tanggal 9 Juni 1947 tentang pembentukan Kota Bukittinggi sebagai
Kota yang berhak mengatur dirinya sendiri.
3.
Kota Besar Bukittinggi sebagaimana yang diatur Undang-undang No. 9
tahun 1956 tentang Pembentukan Otonom Kota Besar Bukittinggi
dalam lingkungan Propinsi Sumatera Tengah dengan Undang-undang
Pokok tentang Pemerintah Daerah No. 22 tahun1960.
4.
Kotapraja Bukittinggi, sebagaimana diatur dalam Undang-undang
Pemerintah Daerah No. 1 tahun 1957 jo. Pen. Prs. No. 6 tahun 1959 jo.
Pen. prs. No. 5 tahun 1960.
5.
Kotamadya Bukittinggi sebagai mana diatur dalam Undang-undang No.
5
tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintah Daerah.
Pimpinan Pemerintah Daerah, baik sebagai pejabat sementara (Pjs) atau
sebagai pejabat (Pj), maupun sebagai Walikota Pilihan (KDH) dapat diterakan
sebagai berikut :
1.
Bermawi Sutan RAjo Ameh
2.
Iskandar Teja KUsuma
3.
Jamin Dt. BAgindo
4.
Aziz Karim
5.
Enin Karim
  
5
6.
Saadudin Jambek
7.
Nauman Jamil Dt. Mangkuto Ameh
8.
MB. Dt. Majo Basa Nan Kuning
9.
Syahbuddin LAtif Dt. Sibungsu
10.
Dr. S. Rivai
11.
Bahar Kamil Marah Sutan
12.
Anwar Maksum Marah Sutan
13.
M. Asril, SH
14.
A. Kamal, SH
15.
Drs. Masri
16.
Drs. Oemar Gaffar
17.
Drs. B. Barhanudin
18.
Drs. Hasan Basri ( PLT. Walikota )
19.
Armedi Agus
20.
Drs. Rusdi Lubis ( PLT Walikota )
21.
Drs. H. Djufri
22.
Drs. H. Oktisir Sjovijerli Osir ( PLT. Walikota )
23.
Drs. H. Djufri  
24.
H.Ismet Amzis, SH ( sekarang)
Dengan bermacam ragamnya status maupun fungsi yang diemban Bukittinggi
seperti yang diuraikan diatas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa
Bukittinggi memang cukup strategis letaknya dan ditunjang pula oleh hawanya
yang sejuk, karena terletak di jajaran Bukit Barisan.
2.1.2
Potensi
Bidang Pendidikan 
Bidang pendidikan ditetapkan menjadi potensi unggulan daerah Kota
Bukittinggi, juga sejalan dengan fungsi dan kondisi alamiah Kota Bukittinggi
dengan udaranya yang sejuk akan sangat mendukung bagi penyelenggaraan
pendidikan, sebagaimana didunia ini Kota Pendidikan itu adalah kota yang
berudara sejuk.
Oleh karena itu, sejak dari zaman Belanda, Kota Bukittinggi dan sekitarnya
dijadikan sebagai tempat pendirian pusat-pusat pendidikan. Kita kenal dengan
sekolah Raja “,Fakultas Kedokteran Pertama, Sekolah Mosvia, Kweek
School, Mulo, Sekolah Tata Praja (APDN), HIS dan Ambach shcool. Dan pada
Zaman awal kemerdekaan berdiri sekolah Polwan dan kadet serta Pamong
Paraja yang pertama di Indonesia, bahkan Universitas Andalas yang saat ini
berada di Padang, sebelumnya berada di Bukittinggi. 
Dalam melestarikan bukti sejarah pendidikan tersebut, pemerintah kota
Bukittinggi telah membangun Monumen Kadet dan Tugu Polwan serta
melestarikan bangunan Pamong Paraja.
Peningkatan pelayanan pendidikan dijadikan sebagai salah satu agenda
pembangunan ini tidak hanya pada pendidikan dasra dan menengah, tetapi juga
pada pengembangan pendidikan tinggi yang berbasis aqidah. Melalui peletakan
  
6
prioritas pembangunan pada peningkatan kualitas pendidikan diharapkan
kualitas sumber daya
manusia secara bertahap akan dapat ditingkatkan dan
pondasi pendidikan bertaraf internasional dapat diwujudkan.
Bukittinggi sebagai Kota Pendidikan telah memiliki sarana dan prasarana
pendidikan yang memadai karena saat ini telah tersedia 34 Taman Kanak-
kanak, 59 Sekolah Dasar, 10 SLTP, 15 SMU, 13 SMK dan 18 Perguruan
Tinggi. Jangkauan pelayanan pendidikan tidak hanya untuk putra daerah
Kota 
Bukittinggi saja, akan tetapi meliputi Wilayah Sumatera Barat bagian
Utara, sebagian Riau, Sumatera Utara dan Jambi. Demikian juga tenaga guru/
dosen telah memadai sehingga prestasi akademik pelajar kota ini sangat
membanggakan.
Dengan kondisi demikian maka ke depan orientasi pendidikan harus
diupayakan bagaiman menciptakan kualitas akademik yang tinggi dibarengi
dengan kualitas agama yang sempurna. Hal ini harus kita antisipasi karena
dampak globalisasi akan menyebabkan pengaruh negatifnya merasuk ke rumah
tangga. Untuk itu kedepan akan dikembangkan Pembangunan SDM berbasis
Aqidah, maka pola pendidikan yang berbasis agama sudah dimulai sejak dini
(dari kandungan).
Bidang Kesehatan
Kota Bukittinggi yang memiliki iklam sejuk ini memiliki peluang yang sangat
besar sebagai kota pelayanan kesehatan dan peristirahatan. Kota dengan luas
relative kecil ini telah memiliki 5 rumah sakit yaitu 3 buah milik pemerintah
dan 2 swasta dengan didukung oleh 5 unit puskesmas non inpres yang tersebar
ditiap kecamatan dan 6 puskesmas keliling serta 15 puskesmas pembantu.
Keunggulan pelayanan kesehatan di Kota Bukittinggi ini adalah terdapatnya
pusat pengembangan dan pelayanan stroke nasional yang merupakan satu-
satunya di Indonesia.
Kondisi sarana dan prasarana yang relative memadai itu, berkorelasi positif
dengan tingkat kujungan pasien, pada tahun 2004 sebanyak 259.196 orang
tekah dating kerumah sakit yang da di Bukittinggi. Manurut daerah asalnya
46,26% penderita yang dirawat di rumah sakit Bukittinggi berasal dari luar
dalam propinsi Sumatera Barat, 48,73% dari bukittinggi dan 5,01%berasal dari
luar Provinsi Sumatera Barat.
Bidang Kepariwisataan
Bidang Kepariwisataan  ditetapkan sebagai potensi unggulan daerah Kota
Bukittinggi adalah berangkat dari 
kondisi 
alam dan geografis Kota
Bukittinggi itu sendiri .   
Kota bukittinggi saat ini mempunyai luas  +  25.239 km
2
terletak ditengah-
tengah
Propinsi Sumatera Barat dengan ketinggian antara 909 M –
941 M
diatas permukaan laut. Suhu udara berkisar 17, 1
o
C sampai 24,9
o
C,
merupakan iklim udara yang sejuk. Posisinya yang strategis merupakan
segitiga perlintasan menuju ke utara , timur dan selatan Sumatera.
  
7
Topografi kota yang berbukit dan berlembah dengan panorama alam yang elok
serta dikelilingi oleh tiga gunung, Merapi, Singgalang dan Sago seakan
menjadi tonggak penyangga untuk memperkokoh Bukittinggi. Inilah yang
menyebabkan Bukittinggi disebut juga sebagai “ Kota Tri Arga”.
Disamping itu, Bukittinggi juga dilengkapi dengan peninggalan sejarah yang
dapat diketgorikan sebagai keajaiban seperti, Lobang Jepang, benteng Fort De
Kock, jam Gadang dll. Hal ini membuktikan Bukittinggi sebagai kota tua yang
sarat dengan sejarah, salah satunya yang selalu melekat dengan sejarah bangsa
yaitu : Bukittinggi menjadi Ibu Kota Republik pada masa PDRI Desember
1949 – Juli 1950.
Karunia alam yang ditopang dengan karunia sejarah ini, menyebabkan
Bukittinggi menjadi tujuan wisata yang menarik untuk dinikmati. Sinergi
dengan potensi unggulan derah lainnya. Bukittinggi juga dikembangkan
menjadi wisata Perdagangan dan jasa , wisata kesehatan, wisata konfrensi dan
peristirahatan serta jasa lain-lain. Ini dapat dibuktikan dengan kontribusi sector
pariwisata untuk menompang PAD Bukittinggi yaitu : antara 30-40%.
Untuk mendukung sektor pariwisata ini disamping objek alam yang ada dalam
kota Bukittinggi, juga menyediakan paket-paket wisata daerah-derah
sekitarnya. Dalam hal ini Bukittinggi akan berperan sebagai “ Home Base “
kunjungan wisata daerah-daerah lain. Saat ini Bukittinggi terdapat sebanyak 43
buah hotel baik berbintang maupun melati ditambah 11 mes/ wisma/ pondok
wisata. Tidak salah kiranya Bukittinggi ditetapkan sebagai kota Wisata dan
sekaligus Kota Tujuan Wisata Propinsi Sumatera Barat  pada tanggal 11 Maret
1984 Bukittinggi dicanangkan sebagai Kota Wisata dan Daerah Tujuan Wisata
Utama di Sumatera Barat. Dan pada bulan Oktober 1987 ditetapkan sebagai
daerah Pengembangan Pariwisata Propinsi sumatera Barat dengan Perda
Nomor: 25 tahun 1987. 
Untuk menunjang kepariwisataan, di kota ini sudah tersedia sarana Akomudasi
yang memadai, seperti Hotel Berbintang dengan kapasitas 660 kamar dan
1.083 tempat
tidur serta 
Non Berbintang dengan kapasitas 630 kamar dan
1.261 tempat tidur, puluhan Rumah Makan dan Restoran, beberapa travel Biro,
serta serta dilengkapi dengan pasar wisata dan souvenir shop. Pemerintah Kota
Bukittinggi senangtiasa megutamakan citra sapta pesona (Aman, Tertip,
Bersih, Sejuk, Indah, Ramah Tamah dan Kenangan), yang sejak tahun 2000
dirajut dalam ivent Pesta Seni Budaya Pameran Dagang dan Idustri (PEDATI)
Bukittinggi.
  
8
Potensi Wisata Kota Bukittinggi
1. Wisata Pemandangan
 
 
a. Ngarai Sianok
 
 
b. Panorama
 
 
c. Panorama Baru
 
 
d. Jenjang 1.000
 
 
e. Pemandangan Balai Kota Bukittinggi
2. Wisata Sejarah
 
 
a. Jam Gadang
 
 
b. Benteng Ford de Cock  
 
 
c. Istana Bung Hatta
 
 
d. Kebun Binatang / Taman Kinantan
 
 
e. Lobang Jepang
 
 
f. Rumah Kelahiran Bung Hatta
3. Wisata Budaya
 
 
a.  Musium Budaya / rumah Bagonjong
4. Wisata Kuliner / Belanja
 
 
a. Los Lambuang
5. Wisata Konfrensi
 
 
a. Balai Sidang Hatta
 
 
b. Audutorium Pustaka Hatta
 
 
c. Istana Bung Hatta
  
9
Bidang Perdagangan Dan Jasa
Bidang Perdagangan dan Jasa ditetapkan sebagai potensi unggulan daerah
adalah berangkat dan sejalan dengan fungsi Bukittinggi itu sendiri.
Dari sejarah Kota Bukittinggi, dimulai dengan didirikannya Pasar Atas diatas
Bukit Kandang Kabau pada tahun 1858 yang dimaksudkan sebagai tempat
transaksi bagi masyarakatnya. Lokasi inilah yang berkembang dan diperluas
menjadi pusat kegiatan masyarakat Bukittinggi. Dengan demikian sejak semula
Bukittinggi dimaksudkan dan mempunyai fungsi sebagai tempat perdagangan.
Seiring dengan pesatnya perkembangan kegiatan perdagangan, sekaligus
melekat pada fungsi penyediaan jasa.
Fungsi sebagai kota Perdagangan dan Jasa sudah melekat pada Kota
Bukittinggi yasng berkembangnya dewasa ini demikian pesatnya, apalagi
dengan didukung 4 pusat  pasar induk :
a.
Pasar Atas
b.
Pasar Bawah 
c.
Pasar Simpang Aur
d.
Pasar Banto
Menjadikan Bukittinggi sebagai sentral perdagangan, yang bukan hanya
berskala regional, khususnya untuk barang-barang konveksi, pakaian jadi dan
barang-barang kerajinan tangan. Produk ini merupakan kerajinan masyakat
sekitar Bukittinggi  dan pada umumnya dipasarkan di Pasar Aur dan potensi ini
juga berskala nasional dan bahkan mancanegara.
Sektor Perdagangan dan jasa merupakan sektor penyumbang utama bagi
pendapatan Kota Bukittinggiu, dimana hamper setengah pendapatan
daerah 
pada tahun 2005  (43 %) yang ditunjukkan dengan PDRB Kota
Bukittinggi menjadi Pusat Pelayanan perdagangan dan jasa. 
Disamping itu untuk mendukung dunia perdagangan dan jasa, kota ini juga
berpotensi di bidang industri. Salah satunya adalah industri hasil pertanian dan
kehutanan di Kota Bukittinggi berjumlah 810 jenis usaha industri, 5 jenis usaha
industri yang cukup besar antara lain : 
-
 
 
 
 
Industri Roti Kue Kering
-
 
 
 
 
Industri Kerupuk
-
 
 
 
 
Modelling Komponen Bahan Bangunan
-
 
 
 
 
Industri perabot
-
 
 
 
 
Industri Kopi Bubuk
Sedangkan jumlah unit usaha 7 yang bergerak pada sector industri aneka
jumlah 434 unit usaha. Perusahaan yang relative besar dan mengalami
  
10
peningkatan pesat adalah industri pakaian jadi, konveksi, border dan industri
sepatu dan sandal.
Potensi inilah kedepan yang akan semakin dikembangkan dan akan berupaya
menjadikan Bukittinggi sebagai “etalase” perdagangan di Sumatera 
Barat.
Kemungkinan tersebut telah dirintis melalui berbagai kerjasama dengan daerah
tetangga dan bahkan dengan Negara tetangga.
Apalagi 
dengan masuknya IMT-GT dan IMS-GT untuk hubungan darat
Bukittinggi dengan segala pertumbuhan yang telah dimilki saat ini membuka
peluang untuk menjadikan gerbang utama Sumatera Barat untuk segitiga
pertumbuhan tersebut.
Tujuan
a.
Masyarakat Indonesia dapat mengetahui bagaimana Kota Bukittinggi yang
sebenarnya melalui buku ini, dengan adanya foto-foto dan tulisan yang
penulis sediakan.
b.
Dengan adanya buku ini, Kota Bukittinggi lebih memiliki nilai jual kepada
Investor yang akan menanamkan modalnya, baik dibidang wisata,
perdagangan, ataupun bidang-bidang lain yang dapat dipertimbangkan
keuntungannya untuk pihak Kota Bukittinggi maupun Investor.
Manfaat
Masyarakat maupun pemerintah Kota Bukittinggi mendapatkan keuntungan
dari para wisatawan dan investor yang datang. Mulai dari kesejahteraan
masyarakat yang meningkat dengan adanya wisatawan. Masyarakat
mendapatkan keuntungan dari wisatawan yang berbelanja ataupun dengan
kebutuhan sehari-sehari seperti transportasi, tempat tinggal, maupun makanan
yang dibutuhkan para wisatawan.
2.2
Data Khusus Kasus
Target Sasaran
Demografi:
Jenis Kelamin : Pria & Wanita
Usia : 17 – 25 tahun
Pendidikan : Perguruan Tinggi, dan seterusnya.
Pekerjaan : mahasiswa, pegawai negeri, pegawai swasta, hingga
wiraswasta.
Golongan : B & A
Geografi:
Jakarta
Indonesia
  
11
2.3
Analisa Kasus
Strength
a.
Belum adanya buku fotografi yang berisikan tentang Kota Bukittinggi
yang memberikan foto-foto wisata alam, wisata belanja, maupun
wisata kota.
b.
Dengan semakin majunya dunia pariwisata di Indonesia, maka dapat
membantu masyarakat untuk memperluas wawasannya terhadap
sebuah kota yang bernama Kota Bukittinggi.
Weakness
a.
Banyaknya buku yang telah beredar dengan memasarkan wisata kota-
kota yang ada di Indonesia, seperti Jogjakarta, Jakarta, Bandung, dan
yang lainnya.
b.
Masih kurangnya pengetahuan mahasiswa/i Indonesia tentang Kota
Bukittinggi yang berada di Propinsi Sumatera Barat.
c.
Mahasiswa/i Indonesia lebih banyak mengetahui Minangkabau hanya
di Kota Padang, padahal Minangkabau yang sesungguhnya terdapat di
Kota Bukittinggi dan sekitarnya.
Opportunity
a.
Dengan banyaknya perantau Kota Bukittinggi yang tersebar di
Indonesia, Asia Tenggara, maupun Dunia yang akan
mengingatkan
mereka dengan kampung halamannya dengan adanya buku ini.
b.
Keingintahuan masyarakat pada zaman global saat ini terhadap
budaya, masyarakat, dan alam Indonesia, terutama untuk Kota
Bukittinggi ini.
Threat
a.
Adanya buku yang membahas tentang sebuah kota di Indonesia yang
membahas lebih dalam mulai dari sejarah hingga perkembangan kota
itu tersebut.
b.
Kurangnya minat mahasiswa/i untuk membaca atau membeli buku,
yang dikarenakan perkembangan zaman yang serba digital saat ini.