3
BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1 Sumber Data
Sumber data yang didapatkan untuk penelitian ini didapatkan dari :
1. Buku Teater Koma : Potret tragedi dan komedi manusia oleh Herry Gendut
Janarto 
2. Buku Kitab Teater oleh N. Riantiarno
3. Wawancara dengan Ratna Riantiarno, sebagai kepala produksi teater koma
juga pendiri teater koma dan penggemar teater
4. Data dari internet 
2.2 Data Umum
2.2.1 Pengertian istilah Teater
Teater merupakan salah satu bentuk seni. pertunjukkan Berdasar teori,
teater adalah suatu kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya
sebagai media utama dalam menyatakan rasa dan karsa untuk mewujudkannya
dalam suatu karya.
2.2.2 Jenis – jenis Teater
1. Teater Tradisional
Teater tradisional dilakukan sebagai pelengkap upacara sehubungan
dengan peringatan hidup seseorang, seperti lahir, sunat, nikah, mati, aqil-
baliq. Teater tradisional juga memiliki fungsi sebagai pelengkap upacara
sehubungan dengan siklus waktu: panen, tahun baru.
2. Teater Rakyat
Lakon yang dilakukan dalam teater rakyat tanpa naskah,dan
mengambil tema antara lain ; dongeng, sejarah, mitologi, atau kehidupan
sehari-hari dilakukan di tempat terbuka, spontanitas menjadi dasar
penyelanggaraan, menggunakan tetabuhan atau musik lokal-tradisional.
3. Teater Modern
Dalam menyelenggarakan pementasannya teater modern memiliki
tempat khusus untuk pergelaran. Memakai pedoman-pedoman teater dari
barat, seperti tata lampu, memakai panggung dalam sebuah gedung.
Dalam penyelenggaraannya, teater modern sudah memakai naskah.
4. Teater Kontemporer
Teater kontemporer merupakan teater perpaduan antar teater
modern dan teater rakyat
  
4
4
2.2.3 Sejarah dan Nilai-nilai pemikiran Teater Koma
Gambar 2.1 Logo Teater Koma
Teater Koma berdiri tanggal 1 maret 1977 sebagai grup teater yang
diikrarkan oleh 12 pendirinya, yang berasal dari grup teater yang berbeda, yaitu;
Nano Riantiarno, Ratna Madjid, Sjaeful Anwar, Rudjito, Rima Melati, Jajang
Pamontjak, Titi Qadarsih, Cini Goenarwan, Jimi B. Ardi, Otong Lenon, Zaenal
Bungsu dan Agung Dauhan, di rumah Abdul Madjid, Jalan Setiabudi Barat No.4,
Jakarta Selatan.
Nano, salah satu pelopor berdirinya Teater Koma, memiliki ketertarikan
yang mendalam pada ide-ide, pemikiran, cara penyajian, struktur penulisan cerita
dan simbolisasinya, roh dan semangat dari teater rakyat dan teater tradisional.
Nano merasa hal tersebut jarang sekali digali untuk dipahami atau dijadikan
sumber ilham. Nano pun berniat ingin menjadikannya sebagai bahan utama teater
yang ia bangun kelak, yang sampai saat ini berdiri dengan nama Teater Koma.
Itulah ikrar Nano yang membuatnya kemudian berkeliling Nusantara pada tahun
1975, selama enam bulan. Sebelum mendirikan Teater Koma, Nano tergabung
dalam kelompok teater yang dimiliki oleh Teguh Karya, Teater Populer. Melihat
pementasan yang diselenggarakan teater populer semakin minim dikarenakan
Teguh Karya yang sibuk sekali dalam dunia perfilman, membuat Nano
merenung. Setelah proses perenungan yang panjang, Nano merasa lebih baik
meninggalkan Teater Populer dengan maksud  agar ia bisa tetap setia pada jalur
teater sebagai bentuk ekspresi keseniannya. Bagi Nano, pendiri dan sutradara
dari Teater Koma, Orang yang mendalami dunia teater, mungkin dia seniman.
Tapi di luar dunia teater, dalam kehidupan sehari-hari, dia juga manusia, anggota
dari masyarakat yang lebih besar. Manusia yang lebur dalam persoalan yang juga
dialami oleh mereka yang tidak bekerja di dunia teater. Dia tak akan mengeluh
jika diberi tugas oleh ketua RT/RW untuk ikut siskamling atau kerja bakti,
misalnya. Sebagai anggota kelompok masyarakat, semua orang memiliki tugas
dan kewajiban sosial yang harus dikerjakan. Tak ada prioritas. Orang teater
sejati, tidak akan mengasingkan diri. Dia ada dan hadir di tengah masyarakatnya.
Sebab, justru di situlah letak inti sumber dari daya kreatifnya.
Teater Koma mempunyai arti teater tanpa selesai, sebutan tersebut berarti
belajar dari kelompok-kelompok teater terdahulu dan suatu pencarian wujud isi
teater yang lebih kaya warna. Ada dua tujuan pokok yang menjadi landasan
dalam bekerja yaitu membentuk kelompok menjadi wadah, semacam workshop,
yang berupaya mencari berbagai kemungkinan pengucapan lain. Naskah-naskah
drama yang digali kandungan idenya, lebih diutamakan karya para penulis
  
5
5
Indonesia. Kemudian, workshop
akan diarahkan menuju perencanaan
pementasan, dan
menyiapkan calon seniman dan pekerja teater yang tangguh.
Pembinaan terhadap calon seniman dilakukan secara tak resmi. Intim dan
spontan, tapi intensif. Lewat omong-omong dan diskusi. Akan diundang
seniman-budayawan di luar kelompok untuk memandu pembahasan sebuah topik
yang punya keterkaitan dengan seni-budaya. Akan diselenggarakan pula latihan
dasar; olah tubuh, nafas, vokal, dan berbagai pengetahuan teater.  
Sebagai karya pementasan perdana, Teater Koma mementaskan Rumah
Kertas. Teater Koma mendapatkan kehormatan, dimana Teguh Karya berkenan
menjadi penasihat produksi. Selain itu teater koma juga mendapatkan
rekomendasi dari tiga tokoh teater senior, Arifin C Noer, Wahyu Sihombing, dan
Teguh Karya untuk dapat tampil di Taman Ismail Marzuki., karena tidak
sembarang grup teater baru dapat berpentas di Taman Ismail Marzuki, untuk
dapat berpentas di Taman Ismail Marzuki, Grup teater tersebut harus mengikuti
prosedur tiga kali menang dalam festival teater Remaja se-DKI. Rumah Kertas
pun dipentaskan di teater tertutup, TIM, dari 3 hingga 5 Agustus 1977 dan hasil
pementasannya diwartakan oleh banyak Koran dan majalah, baik media ibukota
maupun daerah.
Pementasan Rumah Kertas penuh didatangi oleh penonton
selama 3 hari pertujukannya. Dari pementasan perdana tersebut mendapatkan
berbagai kritik dan apresiasi dari pengamat dan pecinta teater. Dengan lapang
dada, Nano menerima kritik tersebut dan berterima kasih, sebab dengan berbagai
macam kritik tersebut pentas Rumah Kertas mendapat perhatian luas.
Semenjak pementasan  perdana Rumah Kertas, 1977, Nano begitu setia
menggarap masalah-masalah gelandangan, pelacuran dan sebagainya. Ia merasa
harus selalu berdiri di pihak orang-orang kecil, orang-orang tersisih, orang-orang
yang tanpa pilihan hidup.
Lenong, ketoprak, masres (sejenis ketoprak di Cirebon), wayang orang,
wayang golek, wayang kulit, tarling (gitar dan suling) dan cemeng (semacam
ubrug), mempengaruhi bentuk teater koma
.
Dari sekian jenis teater rakyat
tersebut, masih banyak lagi teater di Indonesia yang memang memiliki banyak
ragam, sehingga menjadi ciri Teater Koma untuk mencari dan menerapkan
berbagai kemungkinan bentuk pementasan teater.
Pada awalnya, rekrutmen anggota Teater Koma hanya berdasar kepada
siapa
yang mau bergabung. Beberapa tahun kemudian, tepatnya sejak 1984,
Nano membuka pendaftaran dua tahun sekali. Tanpa seleksi, sebab ia percaya
alam adalah mesin seleksi yang paling ampuh. Menginjak 1988,  Nano mulai
mengadakan seleksi karena peminat semakin banyak. Ia ingin agar jangan sampai
mereka yang tidak berbakat dalam seni teater menyia-nyiakan waktu berharga
mereka.
Sistem penerimaan calon anggota dan pembelajaran seni-teater, baru agak
terkoordinasi pada Angkatan VIII/1994. Sejak 1994, tidak semua
orang bisa
menjadi calon anggota Teater Koma. Mulai ada seleksi, dipilih dari formulir
pendaftaran/lamaran yang masuk. Tapi, yang terseleksi pun, masih harus
menghadapi lagi beberapa wawancara khusus dan psikotes. Biasanya, dari sekitar
30 pelamar yang dipanggil, paling banyak hanya 17 calon yang diterima.
  
6
6
Ada Kode Etik Teater Koma yang merupakan pegangan hati jika secara
tulus berikrar menjadi anggota Teater Koma, Kode Etik Teater Koma :
Etika:
1.
Tulus menghargai dan berterimakasih kepada alam dan kehidupan
2.
Tahu diri, Memahami, tidak membenci
3.
Jujur, tenggang rasa,  mencintai Sesama.
4.
Yang tua menghargai yang muda, yang muda menghargai yang tua.
5.
Bersikap dan bertindak tepat, pada,waktu,tempat dan suasana yang
tepat.
6.
Percaya Teater adalah jalan menuju kebahagiaan.
7.
Berwatak bagai air : “ Senantiasa berupaya berasa di tempat rendah,
jika terhambat berhenti sejenak lalu bergerak ke kiri atau ke kanan
atau merembes dan muncul di sebalik hambatan, kemudian berjalan
menuju tujuan, memaknai lautan. 
Setia:
1.
Setia kepada hati nurani
2.
Setia kepada tugas dan pekerjaan
3.
Setia kepada Tujuan ; Kebahagiaan
Guyub :
Anggota adalah Matarantai Enerji Kreatif dalam Ikatan persaudaraan
berdasar kasih
2.2.4 Wawancara Dengan Ratna Riantiarno
Dalam wawancara saya dengan Ratna Riantiarno, selaku pimpinan
produksi dari Teater Koma, beliau menyebutkan bahwa selain dari makna dari
koma yang tidak henti dalam berkarya, yang menjadi filosofi bagi anggota grup
teater koma adalah berwatak bagai air, tidak dapat digenggam, dan selalu
menemukan jalan. Untuk mengadakan pertunjukkan yang bagus dan membuat
masyarakat tetap ingin menonton tanpa alasan harga tiket yang mahal, teater
koma mencoba mengajak orang-orang yang tergabung dalam suatu kelompok
untuk turut membantu membudayakan kebiasaan menonton teater, sehingga
untuk harga tiket akan menjadi sedikit lebih murah. Menurut Beliau,
perkembangan grup teater di Indonesia sudah sangat bagus namun kurang
didukung oleh orang-orang awam, dikarenakan edukasi mengenai teater
semenjak dini di Indonesia sangat kurang.
2.2.5 Pementasan Teater Koma
Selama 35 tahun berdirinya Teater Koma, teater ini telah
menyelenggarakan 126 produksi, yaitu 
1.
Rumah Kertas (1977) di Teater tertutup TIM
2.
Cermin (1977) di TVRI
3.
Maaf, maaf ,maaf (1978) di Teater tertutup TIM
4.
Maaf, maaf ,maaf (1978) di Universitas Indonesia
5.
Gigi Busuk (1978) di TVRI
6.
Anak Kandung (1979) di TVRI
7.
Si Bakil ( 1979) di TVRI
  
7
7
8.
J.J – Jian Juhiro (1979) di Teater tertutup TIM
9.
Potret (1980) di TVRI
10.
Kontes 1980 (1980) di Teater Arena
11.
Lubang (1980) di Granadha Jakarta
12.
Kena Tipu (1980) di TVRI
13.
Lubang (1980) di Granadha Jakarta
14.
Citra menguak takdir (1981) di Balai sidang senayan
15.
Matahari-matahari (1981) di TVRI
16.
Kopral Doel Kotjek (1981) di Teater Tertutup TIM
17.
Gelas Retak (1982) di TVRI
18.
Bom Waktu (1982) di Teater tertutup TIM
19.
Ibu (1982) di TVRI
20.
Bom Waktu (1982) di Teater tertutup TIM, digelar dalam pesta Seni
Dewan Kesenian Jakarta.
21.
Opera Ikan Asin (1983) di Teater tertutup TIM
22.
Opera Ikan Asin (1983) di Graha Bhakti Budaya
23.
Pinangan (1983) di Cibubur
24.
Pemburu Perkasa (1983) di Bandung
25.
Benang-benang rapuh (1983) di TVRI
26.
Lingkaran Putih (1984) di TVRI
27.
Opera salah kaprah  (1984) di TVRI
28.
Opera salah kaprah  (1984) di Graha Bhakti Budaya, TIM
29.
Opera salah kaprah  (1984) di Graha Bhakti Budaya, TIM
30.
Balada Harijadi (1984) di Hotel Horison
31.
Tiga Merpati (1984) di TVRI
32.
Pemburu Perkasa (1983) di Cipayung
33.
Anak Kandung (1985) di TVRI
34.
Opera Kecoa (1985) di Graha Bhakti Budaya, TIM
35.
Opera Kecoa (1985) di Bandung
36.
Doea Dara (1985) di Hotel Borobudur
37.
Opera Kecoa (1985) di Graha Bhakti Budaya, TIM
38.
Doea Dara (1985) di TVRI
39.
Merah Putih (1986) di Setneg RI
40.
Wanita-wanita parlemen (1986) di Graha Bhakti Budaya, TIM
41.
Balada Komputer (1986) di Metro building
42.
Opera Julini (1986) di Graha Bhakti Budaya, TIM
43.
Si Bakil (1987) di Hotel Borobudur
44.
Karina (1987) di TVRI
45.
Pesta burung-burung (1987) di Balai sidang senayan
46.
Sandiwara para binatang (1987) di Graha Bhakti Budaya, TIM
47.
Opera primadona (1988) di Gedung Kesenian Jakarta
48.
Dunia Fantasi (1988) di Maxima, Dufan
49.
Sampek Engtay (1988) di Gedung Kesenian Jakarta
50.
Sampek Engtay (1988) di Surabaya
51.
Banci Gugat (1989) di Gedung Kesenian Jakarta
52.
Sampek Engtay (1989) di Surabaya
53.
Sampek Engtay (1989) di Medan, namun dilarang oleh aparat Kanwil
  
8
8
DEPDIKBUD, sesudah pentas Gladi Resik, Tiara Convention.
54.
Perkawinan Figaro (1989) di Gedung Kesenian Jakarta
55.
Perkawinan Figaro (1989) di TVRI
56.
Pinangan (1989) di Hotel Borobudur
57.
Rembulan Terluka (1989) di TVRI
58.
Jumilah Kembang Kota Paris (1989) di TVRI
59.
Konglomerat Burisrawa (1990) di Graha Bhakti Budaya, TIM
60.
Pialang Segitiga Emas (1990) di Balai Sidang Senayan
61.
Si Bakil (1990) di Hotel Borobudur
62.
Suksesi (1990) di Graha Bhakti Budaya, Pementasan dilarang oleh polisi
pada hari pentas ke-11.
63.
Opera Kecoa (1990) di Gedung Kesenian Jakarta
64.
Balada Bankir (1991) di Hotel Hilton
65.
Kena Tipu (1991) di Hotel Horison
66.
OKB (1991) di Graha Bhakti Budaya, TIM
67.
RSJ (1991) di Gedung Kesenian Jakarta
68.
Bunga, Turun Kamu (1992) di Hotel Sari Pasific
69.
RSJ (1992) di  Purna Budaya UGM Jogja
70.
RSJ (1992) di Teater tertutup TIM
71.
Tiga Dewa dan Kupu-kupu (1992) di Gedung Kesenian Jakarta
72.
Tenung (1992) di Graha Bhakti Budaya, TIM
73.
Raja Ubu (1993) di Gedung Kesenian Jakarta
74.
Alpharma di Taman Mini Indonesia Indah
75.
Rampok (1993) di Graha Bhakti Budaya, TIM
76.
Opera Ular Putih (1994) di Graha Bhakti Budaya, TIM
77.
Onah dan Impiannya, Suryakanta Kala (1994) di TVRI
78.
Semar Gugat (1995) di Graha Bhakti Budaya, TIM
79.
Cinta yang serakah (1996) di Graha Bhakti Budaya, TIM
80.
Sampek Engtay (1997) di Graha Bhakti Budaya, TIM
81.
Pastojak (1997) di PKJ- TIM
82.
Kala (1997) di Graha Bhakti Budaya, TIM
83.
Opera Sembelit (1998) di Gedung Kesenian Jakarta
84.
Opera Sembelit (1998) di Graha Bhakti Budaya, TIM
85.
Opera Ikan Asin (1999) di Graha Bhakti Budaya, TIM
86.
Sampek Engtay (1999) di Teater Tanah Airku, TMII
87.
Opera Primadona (2000) di Teater Tanah Airku, TMII
88.
Samson  Delila (2000) di Teater Tanah Airku, TMII
89.
Kena Tipu – Moliere (2001) di Legenda Cafe
90.
The Winning Team Polytron (2001) di Assembly halL JCC
91.
Kena Tipu (2001) di GRJ Bulungan.
92.
Kala (2001). Pementasan Kala merupakan pementasan keliling di 12 kota
bersama truk Thronton, dan set dekor di atas truk : Jakarta, Denpasar,
Malang, Surabaya, Kudus, Semarang, Yogyakarta, Solo, Tegal, Cirebon,
Sukabumi, Bandung.
93.
Opera Salon (2001)  di LaTivi
94.
Republik Bagong ( 2001) di Graha Bhakti Budaya, TIM
95.
Bintang-bintang, Astra Award di Balai Samudra Jakarta
  
9
9
96.
Presiden Burung-burung (2001) di Gedung Kesenian Jakarta
97.
Sampek Engtay (2002) di Tiara – Medan
98.
Roman Yulia (2002) di Gedung Kesenian Jakarta
99.
Komedi Nusa Getir (2003) di TPI
100.
Opera Kecoa (2003) di Bandung
101.
Rock Opera (2003) di JHCC- Senayan
102.
Sampek Engtay (2004) di Jogjakarta
103.
Republik Togog (2004) di Gedung Kesenian Jakarta
104.
Menjadi Lebih Baik (2004) di Hotel Regent Jakarta
105.
Maaf, maaf, maaf (2005) di Graha Bhakti Budaya, TIM
106.
Jalan Samurai (2005)
107.
Tanda Cinta (2005) di Gedung Kesenian Jakarta
108.
Untuk Data (2005) di Hotel Mulia
109.
Sampek Engtay (2006) di Gedung Kesenian Jakarta
110.
Festival Topeng (2006) di Graha Bhakti Budaya, TIM
111.
Kunjungan Cinta (2007) di Graha Bhakti Budaya, TIM
112.
Petualangan Agen Penny (2007-2009) di 125 SD di Jakarta
113.
Kenapa Leonardo? (2008) di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail
Marzuki
114.
Kabaret Gado-Gado Politik (2008) di Metro Tv
115.
Hidup Indah Tanpa Tembakau (2008) di Auditorium Sapta Pesona
DepBudPar
116.
Republik Petruk (2009) di Graha Bhakti Budaya, TIM
117.
Tanda Cinta (2009) di Teater Salihara
118.
Penggali Intan (2009) di Teater Studio, TIM
119.
Sie Jin Kwie (2010) di Graha Bhakti Budaya, TIM
120.
Rumah Pasir (2010) di Salihara
121.
IDRF (1nternational Dramatic Reading Festival) (2010) di Japan 
Foundation Jakarta
122.
Sie Jin Kwie : Kena Fitnah (2011) di Graha Bhakti Budaya, TIM
123.
Mystery Of Batavia (2011) di Museum Sejarah Jakarta
124 
Antigoneo (2011) di Gedung Kesenian Jakarta
125
Petualangan Agen Penny (Desember 2011 s/d April 2012) di 75000 SD di
Jakarta
126 
Sie Jin Kwie di Negeri Sihir (2012) di Graha Bhakti Budaya
2.3 Hasil Survey
2.3.1 Hasil Questioner
Berikut ini saya sertakan contoh yang
Questioner
yang saya buat untuk
mendapatkan data dan analisa berkaitan dengan proyek tugas akhir ini :
Pertanyaan :
1. Berapa usia anda : 
< 17 tahun 
-
0 %
17-25 tahun
-
46%
26-30 tahun
-
17%
  
10
1
31-35 tahun
-
5%
36-40 tahun
-
7%
>40 tahun
-
23%
2 Jenis Kelamin :
Pria
-
46%
Wanita 
-
53%
3.Pekerjaan anda sekarang ?
4. Rata-rata penghasilan anda perbulan ?
5. Hiburan yang anda lakukan untuk melepas penat ?
6. Apakah anda orang yang menyukai teater ?
7. Apakah anda mengetahui kelompot Teater Koma ?
8. Darimana anda pertama kali mengetahui Teater Koma ?
9. Apa saja pertunjukkan teater koma yang sudah anda tonton ?
10. Apa yang anda senangi dari menonton Teater Koma ?
11. Seberapa suka anda dengan Teater Koma ?
12. Apakah anda mengetahui perkembangan teater koma dari semenjak berdiri
sampai sekarang ?
13. Apakah anda tertarik membeli dan membaca buku biografi
teater koma dalam visual ?
14. Menurut anda bagaimana perkembangan teater Indonesia saat ini. 
Berdasarkan data dari 81 questioner
yang telah saya sebarkan kepada para
responden yang rata-rata berusia 31- 40 tahunan, jenis kelamin pria dan wanita, dari
berbagai pekerjaan dengan strata sosial A dan B menunjukan bahwa sebanyak 88 %
mengetahui teater koma, sedangkan 9 % tidak mengetahui teater koma. Dari
pertanyaan lain juga didapatkan hasil bahwa sebanyak 38% responden mengetahui
Teater Koma dari temannya, 35 % persen dari media cetak, 17 % mengetahui dari
informasi yang lain, 9 % mengetahui dari keluarga sedangkan 1 persen mengetahui
dari website. Di pertanyaan yang lain juga diketahui bahwa saat menonton
pertunjukkan teater koma, sebanyak 56 % responden menyenangi artistic dekorasi
panggung, 44% responden menyenangi kostum pertunjukkannya, 67 % menyenangi
cerita yang disampaikan, 14 % menyenangi range harga tiket, dan yang lainnya 27
% , Dari pertanyaan ke-11 diketahui bahwa sebanyak 38  % biasa saja terhadap
Teater Koma, sebanyak 33 % suka dengan Teater Koma, sebanyak 19 % suka sekali
dengan teater koma. Di pertanyaan lain diketahui bahwa sebanyak 73 % responden
tidak mengetahui perkembangan teater koma dari semenjak berdiri sampai
sekarang, sedangkan 21 % mengetahui perkembangan Teater Koma. Dari
pertanyaan ke-13 juga didapat hasil sebanyak 63 % responden tertarik dalam
membaca buku biografi teater koma dalam visual yg menarik. Sedangkan 30%
responden tidak tertarik.
2.3.2 Hasil Survey ke Toko Buku, Perpustakaan dan Balai pustaka
Dari survey yang saya lakukan ke toko buku di daerah Jakarta dan sekitarnya,
dimulai dari toko buku umum seperti Gramedia, Gunung Agung, dan Kharisma 
hingga menuju toko buku yang banyak menyediakan buku visual terbitan luar
negeri seperti Aksara dan Kinokuniya. Beberapa buah buku yang saya temukan di
  
11
1
toko buku tersebut, yang membahas tentang Teater, hasil terbitan dalam negeri
adalah 
1.Kitab Teater | Penerbit : Grasindo | Penulis : N.Riantiarno
Buku kitab teater ini berisi tentang pengetahuan teater bagi orang yang ingin
mendalami teater.
Adapun Buku mengenai Teater Koma yang diterbitkan tahun 1997 yang dapat
dicari di Pepustakaan H.B Jassin yaitu
1.
Teater Koma : Potret tragedi dan komedi manusia  Indonesia| Penerbit :
Grasindo | Penulis : Herry Gendut Janarto
Gambar 2.2 Buku Teater Koma : Potret tragedi dan komedi manusia Indonesia
Hasil survey yang saya lakukan adalah buku mengenai teater yang ada
cenderung bersifat textbook disertai dengan foto yang mendukung namun dalam hal
visual dan layout kurang dan untuk mendapatkan buku mengenai teater dan teater
koma dalam masa sekarang ini diperlukan niat dan minat yang besar terhadap
kebudayaan Indonesia khususnya teater Indonesia.
2.4 Data Target
2.4.1 Consumer Behaviour
: Orang-orang yang dapat menghargai seni dan budaya Indonesia, 
mengapresiasi seni dan budaya Indonesia, bangga akan identitas budaya Indonesia,
peduli terhadap isu sosial, memiliki ketertarikan pada wawasan baru, menyukai isu
politik social budaya yang berkembang di Indonesia.
2.4.2 Psikografi
Personality
-    
Sudah berpenghasilan sendiri
-
Senang berorganisasi atau senang berkelompok
-
Mandiri
-
Memiliki rasa setia kawan yang tinggi
-
Berpendidikan tinggi
2.4.2 Demografi
Gender
: Pria, Wanita
Usia :  30– 45 tahun
Kewarganegaraan : Indonesia
  
12
1
Status Ekonomi social menengah keatas ( B+, A)
2.5 Analisa SWOT
Strength ( Kekuatan )
1.
Teater Koma konsisten dalam berkarya dan memiliki pertunjukkan –
pertunjukkan yang dapat dijadikan sebagai hiburan dan bahan renungan bagi
para penggemar setianya.
2.
Dalam pementasannya, orang-orang yang menonton
Teater Koma senang
melihat dekorasi pertunjukkan.
Weakness ( Kekurangan )
1.
Teater Koma hanya diminati oleh orang-orang yang menyukai seni, budaya
Indonesia dan peduli terhadap isu sosial politik budaya di Indonesia.
2.
Sebagai hiburan, untuk menonton teater, orang mengeluarkan waktu dan
tenaga lebih banyak ketimbang menonton serial tv di rumah.
Opportunity
1.
Tidak banyak buku tentang suatu grup teater.
2.
Pembuatan buku ini secara tidak langsung dapat membantu meningkatkan
minat menonton masyarakat terhadap Teater Koma.
3.
Sulitnya mendapatkan buku mengenai teater.
Threat ( Ancaman )
1. Kurangnya minat membeli dan membaca buku di zaman sekarang karena
adanya internet.
2.6 Data Pembanding
Dari sekian banyak band dan musikus terkenal di Indonesia masih sangat jaran
ditemukan sebuah biografi yang menuliskan tentang mereka dengan visual yang menarik
dari toko-toko buku yang ada. Ada pun buku yang membahas perjalanan orkestra
Indonesia, Twilite Orchestra
dan Magenta Orchestra
yang berjudul Simfoni untuk
negeri. 
Simfoni Untuk Negeri
  
13
1
Gambar 2.3 Buku Simfoni untuk Negeri
Simfoni untuk Negeri ini terdiri dari sepuluh bab yang membicarakan soal musik
orkestra dengan Twilite Orchestra dan Magenta Orchestra sebagai dua tokoh utamanya,
baik dari segi sejarah, ragam jenis, maupun koneksi antara musik dengan perkembangan
karakter suatu bangsa.
Dari musikus internasional pun ada beberapa buku yang menceritakan perjalanan
karir bandnya, salah satunya yaitu 40 years of Queen.
40 years of Queen
Gambar 2.4 Buku 40 years of Queen
Buku ini menceritakan secara lengkap bagaimana cerita di balik rekaman lagu-
lagu Queen, cerita di hampir setiap panggungnya dan juga beberapa hal unik yang tidak
pernah dipublikasikan yang menjadi koleksi pribadi para personel Queen.
Di dalam
buku juga dimuat beberapa lirik asli dari lagu-lagu hits milik Queen, juga poster,
rekaman tour, kartu pos, catatan-catatan pribadi yang sebelumnya hanya disimpan,
termasuk kisah mereka di balik setiap penghargaan yang diterima.
2.7
Kerangka Buku
Penulis : Eka Prasetya
Sehubungan dengan projek Tugas Akhir yang dibuat penulis yaitu buku kisah
koma, maka kerangka buku yang akan dibuat adalah
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab 1. Awal Sebuah koma
Dalam bab ini akan diceritakan awal mula Teater Koma terbentuk,
serta
pemikiran-pemikiran dari pak Nano Riantiarno sehingga Teater Koma dapat
terbentuk.
Bab 2. Bukan katak dalam tempurung
Dalam bab ini akan diceritakan bagaimana sebuah Teater Koma dapat bertahan
hingga saat ini karena dukungan dari penonton setianya dan juga anggotanya.
Bab 3. Regenerasi
Dalam bab ini akan diceritakan tahap regenerasi dalam kelompok Teater Koma,
  
14
1
sebuah proses agar teater koma tetap bertahan dalam dunia teater Indonesia, dan
namanya tetap dikenal hingga sekarang.
Bab 4. Dari Rumah Kertas ke Negri Sihir
Dalam bab ini akan diceritakan kilas balik sebagian pertunjukkan Teater Koma.
2.8
Penerbit buku
Gambar 2.5 Logo Red and White Publishing
Buku perjalanan grup Teater koma ini akan ditebitkan oleh R&W Publishing.
R&W Publishing terletak di Jalan Merpati Raya no. 45 Jakarta, Indonesia. R&W
Publishing didirikan di Jakarta pada tahun 2004. Nama R&W merupakan kepanjangan
dari Red and White atau merah dan putih, yang merupakan warna bendera nasional
Indonesia. Dengan nama tersebut, penerbit R&W Publishing mengusung semangat untuk
mempromosikan seni dan sejarah Indonesia kepada khalayak internasional pada
umumnya. Buku-buku cetakan R&W Publishing juga bertekad untuk menghasilkan buku
dengan tema yang berkualitas diimbangi dengan kualitas cetakan yang tinggi dan
memiliki desain yang unik.
R&W Publishing memiliki target yaitu para pembaca dewasa muda ke atas . Buku-
buku yang sudah diterbitkan oleh R&W Publishing pun sangat beragam, mulai dari buku
desain, seni, fotografi, sosial politik, alam, budaya, musik, fashion, dan lain-lain. Contoh
beberapa judul buku yang telah diterbitkan oleh R&W Publishing antara lain yaitu 101
butterflies of Indonesias Lowland; After 10 Years: Friends Call Us Unkle; A walk in The
Clouds; Bisikan Alam; Energi Positif: 100 Opini tokoh Indonesia Era Kepemimpinan
SBY; Kamus Brand; Kopassus: Untuk Indonesia; Yuni Jie: Contemporary Urban
Living; dan lain-lain.
2.9
Sponsor
Gambar 2.6 Logo Djarum Apresiasi Budaya
Djarum Apresiasi Budaya merupakan salah satu wujud kepedulian Djarum
Foundation dalam mendukung semangat kreatif masyarakat serta membangun hubungan
kerjasama dalam usaha-usaha untuk meningkatkan apresiasi terhadap hasil budaya
  
15
1
Indonesia. Sejak tahun 1992, Djarum Apresiasi Budaya telah menjalin kerjasama dengan
berbagai pihak, antara lain; Bengkel Teater Rendra, Teater Koma, Putu Wijaya, Teater
Mandiri, Butet Kartaredjasa, Teater Gandrik, dan lain-lain. Ada banyak konser musik
yang telah disajikan antara lain; Djaduk Ferianto, Indra Lesmana, Ireng Maulana, dan
lain-lain. Djarum Apresiasi Budaya juga turut serta dalam memajukan industri drama
dan pertunjukan musikal di Indonesia dengan mendukung berbagai event seperti:
Jakarta Love Riots, Sie Jin Kwie, Indonesia Kita, Ali Topan "The Musical", Sangkala
9/10, Antigoneo, Beta Cinta Indonesia, Opera Diponegoro, dan banyak lagi. Semua ini
dilakukan sebagai upaya untuk membuat masyarakat Indonesia dapat lebih mengenal
dan memberikan apresiasi terhadap pekerja seni dan bangga atas keragaman budaya
yang dimiliki oleh negeri tercinta. Usaha untuk memperkenalkan kembali warisan
leluhur dengan membuat terobosan-terobosan baru juga terus dilakukan.
  
16
1