3
BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1. Sumber Data
2.1.1. Narasumber
-
Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Temanggung
-
Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Temanggung
-
Dinas Peternakan dan Perikanan Temanggung
-
Badan Pusat Statistik Temanggung
-
Masyarakat Kabupaten Temanggung
-
PT. Rekacipta Optima
2.1.2. Penelitian Lapangan
-
Objek Wisata Temanggung
-
Sawah, Kebun, dan Ladang
-
Gudang Tembakau
-
Pasar Agrowisata Soropadan, Pringsurat, Temanggung
2.1.3. Website
-
Website Resmi Kabupaten Temanggung (http://www.temanggungkab.go.id/)
-
2.1.4. Buku Pendukung
-
Temanggung dalam Angka 2011
-
Kretek Jawa : Gaya Hidup Lintas Budaya
-
Kretek : Kajian Ekonomi & Budaya 4 Kota
  
4
2.2. Sejarah
Sejarah Temanggung selalu dikaitkan dengan raja Mataram Kuno yang bernama
Rakai Pikatan. Nama Pikatan sendiri dipakai untuk
suatu wilayah yang berada pada
sumber mata air di Desa Mudal, Kecamatan Temanggung. Disini terdapat peninggalan
berupa reruntuhan bebatuan kuno yang diyakini
merupakan
petilasan Raja Rakai
Pikatan. Sejarah Temanggung mulai tercatat pada Prasasti Wanua Tengah III Tahun 908
M yang ditemukan penduduk dusun Dunglo,
Desa Gandulan,
Kecamatan Kaloran,
Kabupaten
Temanggung pada bulan November 1983. Prasasti itu menggambarkan
bahwa Temanggung semula berupa wilayah kademangan yang gemah ripah loh jinawi
dimana salah satu wilayahnya bernama Pikatan. Disini didirikan Bihara agama Hindu
oleh adik raja Mataram Kuno yang bernama Rahyangta I Hara, sedang rajanya adalah
Rahyangta Rimdang (Raja Sanjaya) yang naik takhta
pada tahun 717 M (Prasasti
Mantyasih). Oleh pewaris takhta yaitu Rake Panangkaran yang naik takhta pada tanggal
27 November 746 M, Bihara Pikatan memperoleh tanah bengkok (lahan garapan milik
desa) di Sawah Sima. Jika dikaitkan dengan prasasti Gondosuli ada gambaran jelas
bahwa dari Kecamatan Temanggung memanjang ke barat sampai kecamatan Bulu dan
seterusnya adalah wilayah yang subur dan tenteram (ditandai tempat Bihara Pikatan).
Pengganti Raja Sanjaya adalah Rakai Panangkaran yang naik takhta pada tanggal 27
November 746 M dan bertakhta selama kurang lebih 38 tahun. Dalam legenda Angling
Dharma, keraton diperkirakan berada di daerah Kedu (Desa Bojonegoro). Di desa ini
ditemukan peninggalan berupa reruntuhan. Di wilayah Kedu juga ditemukan desa
Kademangan. Pengganti Rakai Panangkaran adalah Rakai Panunggalan yang naik takhta
pada tanggal 1 April 784 dan berakhir pada tanggal 28 Maret 803. Rakai Panunggalan
bertakhta
di Panaraban yang sekarang merupakan wilayah Parakan. Disini ditemukan
juga kademangan dan abu jenasah di Pakurejo daerah Bulu. Selanjutnya Rakai
Panunggalan digantikan oleh Rakai Warak yang diperkirakan tinggal di Tembarak.
Disini ditemukan reruntuhan di sekitar Masjid Menggoro dan reruntuhan Candi dan juga
terdapat Desa Kademangan. Pengganti Rakai Warak adalah Rakai Garung yang
bertakhta
pada tanggal 24 Januari 828 sampai dengan 22 Februari 847. Raja ini ahli
dalam bangunan candi
dan ilmu falak (perbintangan). Dia membuat pranata mangsa
yang sampai sekarang masih digunakan. Karena kepandaiannya sehingga Raja Sriwijaya
ingin menggunakannya untuk membuat candi. Namun Rakai Garung tidak mau walau
diancam. Kemudian Rakai Garung diganti Rakai Pikatan yang bermukim di
Temanggung. Disini ditemukan Prasasti Tlasri dan Wanua Tengah III. Disamping itu
banyak reruntuhan benda kuno seperti Lumpang Joni dan arca-arca yang tersebar di
daerah Temanggung. Disini pun terdapat Desa Demangan.
Dari buku sejarah karangan I Wayan Badrika disebutkan bahwa Rakai Pikatan
selaku raja Mataram Kuno berkeinginan menguasai wilayah Jawa Tengah. Namun untuk
merebut kekuasaan dari raja Bala Putra Dewa selaku penguasa kerajaan Syailendra tidak
berani. Maka untuk mencapai maksud tersebut Rakai Pikatan membuat strategi dengan
mengawini Dyah Pramudha Wardani, kakak raja Bala Putra Dewa dengan tujuan untuk
memiliki pengaruh kuat di kerajaan Syailendra. Selain itu Rakai Pikatan juga
menghimpun kekuatan yang ada di wilayahnya baik para prajurit dan senapati serta
menghimpun biaya yang berasal dari upeti para demang.
  
5
Pada saat itu yang diberi kepercayaan untuk mengumpulkan upeti adalah Demang
Gong yang memiliki wilayah paling luas. Rakai Pikatan menghimpun bala tentara dan
berangkat ke kerajaan Syailendra pada tanggal 27 Mei
855 M untuk melakukan
penyerangan. Dalam penyerangan ini Rakai Pikatan dibantu Kayu Wangi dan
menyerahkan wilayah kerajaan kepada orang kepercayaan yang berpangkat demang.
Dari nama demang dan wilayah kademangan kemudian muncul nama Ndemanggung
yang akhirnya berubah menjadi nama Temanggung.
Catatan sejarah Temanggung berasal dari :
1.
Prasasti Wanua Tengah III, Berkala Arkeologi tahun 1994 halaman 87 bahwa 
Rakai Pikatan dinyatakan meninggal dunia pada tanggal 27 Mei 855 M.
2.
Prasasti Siwagrha terjemahan Casparis (1956, 288), pada tahun 856 M Rakai 
Pikatan mengundurkan diri.
3.
Prasasti Nalanda tahun 860 (Casparis 1956, 289 - 294), Balaputra Dewa 
dikalahkan perang oleh Rakai Pikatan dan Kayu Wangi.
4.
Prasasti Wanua Tengah III, Berkala Arkeologi tahun 1994 halaman 89, Rakai 
Kayu Wangi naik takhta tanggal 27 Mei 855 M.
5.
Dalam buku karangan I Wayan Badrika halaman 154, Pramudya Wardani 
kawin dengan Rakai Pikatan dan naik takhta tahun 856 M. Balaputra Dewa 
dikalahkan oleh Pramudha Wardani dibantu Rakai Pikatan (Prasasti Ratu Boko) 
tahun 856 M.
Catatan diatas dapat disimpulkan bahwa Rakai Pikatan mengangkat Kayu Wangi
sebagai putra penerus takhta. Selanjutnya mengundurkan diri dan meninggalkan
Mataram untuk kawin dengan Pramudha Wardani. Dalam peperangan melawan
Balaputra Dewa, Rakai Pikatan dibantu putranya Kayu Wangi.
  
6
2.3. Letak Geografis dan Keadaan Alam
Berikut data-data mengenai letak geografis dan keadaan alam Temanggung menurut
buku Temanggung dalam Angka 2011 yang dikeluarkan oleh BPS Temanggung :
Kabupaten Temanggung terletak di antara:
110°23’ 
-
110°46’30”
Bujur Timur
7°14’
-
7°32’35”
Lintang Selatan.
Jarak yang terjauh dari Barat ke Timur adalah 43,437 km dan jarak terjauh dari
Utara ke Selatan adalah 34,375 km. Luas wilayahnya 870,65 km2
(87.065 Ha).
Kabupaten Temanggung berbatasan dengan beberapa kabupaten lain, yaitu:
-
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kendal dan Kabupaten Semarang
-
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Magelang
-
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo
-
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang
Wilayah Temanggung secara geoekonomis dilalui oleh 3 jalur pusat kegiatan
ekonomi, yaitu Semarang (77 km), Yogyakarta (64 km), dan Purwokerto (134 km).
Bentuk Kabupaten Temanggung secara makro merupakan cekungan atau depresi,
yang berarti rendah di bagian tengah dan dikelilingi dataran tinggi serta pegunungan dan
bukit. Secara geologis, tanah yang berada di wilaya ini tersusun dari batuan beku, yaitu
sedimen dari piroklastik gunung api Sindoro – Sumbing dan sekitarnya. Piroklastik ini
ukurannya bervariasi antara blek, gragal, krikil, pasir debu dan lempung sebagai akibat
dari muntahan materi piroklastik gunung api yang mengendap kemudian membentuk
daerah aluvial atau sedimen sehingga berlapis-lapis dimana butiran besar terletak di
bawah. Lapisan atas mudah sekali dipengaruhi tenaga eksogen dan mampu menyerap
atau menahan air. Morfologi Kabupaten Temanggung pada dasarnya dibedakan dataran
rendah dan tinggi. Dataran rendah dibentuk oleh sedimen atau aluvial, sedang dataran
tinggi dibentuk oleh pegunungan perbukitan yang keadaannya bergelombang.
Wilayah Kabupaten Temanggung sebagian besar merupakan dataran dengan
ketinggian antara 500 – 1.450 m di atas permukaan laut. Dengan keadaan tanah sekitar
50 persen dataran tinggi dan 50 persen dataran rendah.
Adapun Kabupaten Temanggung memiliki beberapa jenis tanah, yaitu :
-
Latosol Coklat seluas 26.563,47 Ha (32,13%) membentang di tengah wilayah 
  Kabupaten Temanggung dari arah barat laut ke tenggara.
-
Latosol Coklat Kemerahan seluas 7.879,93 Ha (9,53%) membentang sebagian 
  besar di bagian timur – tenggara.
-
Latosol Merah Kekuningan seluas 29.209,08 Ha (35,33%) membentang di bagian 
  timur dan barat.
-
Regosol seluas 16.873,97 Ha (20,14%) membentang sebagian di sekitar Kali 
  Progo dan lereng-lereng terjal.
-
Andosol seluas 2.149,55 Ha (2,60%) membentang di aluvial antar bukit.
  
7
Kemiringan tanah di Kabupaten Temanggung bervariasi, antara datar, hampir datar,
landai, agak terjal, hampir terjal, terjal, dan sangat terjal, sebagaimana yang terlihat pada
kelas lereng di bawah ini :
-
Lereng 0 – 2% seluas 968 Ha (1,17%)
-
Lereng 2 – 15% seluas 32.492 Ha (39,31%)
-
Lereng 15 – 40% seluas 31.232 Ha (37,88%)
-
Lereng > 40% seluas 17.983 Ha (21,64%)
Kabupaten Temanggung memiliki 2 musim yaitu musim kemarau antara bulan
April sampai dengan September, dan musim penghujan antara bulan Oktober sampai
dengan Maret, dengan curah hujan tahunan pada umumnya tinggi, rata-rata 2.613 mm.
Daerah Kabupaten Temanggung pada umumnya berhawa dingin dimana udara
pegunungan berkisar antara 22 – 23,6°C. Daerah berhawa sejuk terutama di Kecamatan
Tretep, Kecamatan Bulu, (lereng Gunung Sumbing), Kecamatan Tembarak, Kecamatan
Ngadirejo serta Kecamatan Candiroto.
Gunung-gunung yang tertinggi adalah Gunung Sumbing (± 3.371 m dpl) dan
Sindoro (± 3.151 m dpl). Adapun sungai-sungai yang tergolong besar antara lain:
Waringin, Lutut, Elo, Progo, Kuas, Galeh, dan Tingal.
Gambar 2.3.1.
Peta Kabupaten Temanggung
  
8
Sumber Data: Website Resmi Kabupaten Temanggung
Tabel 2.3.1.
Luas Penggunaan Lahan Menurut Kecamatan
  
9
Di Kabupaten Temanggung Tahun 2010
(Hektar)
Kecamatan
Lahan
Sawah
Bukan
Lahan
Sawah
Jumlah
Persentase
1. Parakan
1223
1000
2223
2,55
2. Kledung
247
2974
3221
3,70
3. Bansari
619
1635
2254
2,59
4. Bulu
1364
2940
4304
4,94
5. Temanggung
1890
1449
3339
3,84
6. Tlogomulyo
385
2099
2484
2,85
7. Tembarak
752
1932
2684
3,08
8. Selopampang
790
939
1729
1,99
9. Kranggan
1425
4336
5761
6,62
10. Pringsurat
639
5088
5727
6,58
11. Kaloran
1436
4956
6392
7,34
12. Kandangan
1516
6320
7836
9,00
13. Kedu
2190
1306
3496
4,02
14. Ngadirejo
1505
3826
5331
6,12
15. Jumo
1278
1654
2932
3,37
16. Gemawang
643
6068
6711
7,71
17. Candiroto
1195
4799
5994
6,88
18. Bejen
678
6206
6884
7,91
19. Tretep
57
3308
3365
3,86
20. Wonoboyo
802
3596
4398
5,05
Jumlah
20634
66431
87065
100,00
       Sumber Data: Badan Pusat Statistik Kabupaten Temanggung
Gambar 2.3.2.
Persentase Luas Wilayah Kecamatan Terhadap
  
1
Luas Kabupaten Temanggung Tahun 2010
Kandangan
9.00%
Kaloran
7.34%
Pringsurat
6.58%
Kranggan
6.62%
Selopampang
1.99%
Tembarak
3.08%
Tlogomulyo
2.85%
Temanggung
3.84%
Bulu
4.94%
Bansari
2.59%
Kledung
3.70%
Parakan
2.55%
Wonoboyo
5.05%
Tretep
3.86%
Bejen
7.91%
Candiroto
6.88%
Gemawang
7.71%
Jumo
3.37%
Ngadirejo
6.12%
Kedu
4.02%
Sumber Data: Temanggung Dalam Angka 2011
2.4. Pemerintahan
  
1
Pada periode 2008 – 2013, Kabupaten Temanggung memiliki perangkat
pemerintahan sebagai berikut:
Bupati
: Drs. H. Hasyim Afandi
Wakil Bupati
: Ir. H. Budiarto, MT
Sekretaris Daerah
: Drs. Bambang Arochman, MM
Asisten Pemerintahan 
: Drs. Harno Susanto, M.Si
Asisten Perekonomian, Pembangunan, dan Kesra
: Drs. Suyono, MM
Asisten Administrasi 
: Drs. Gunarso, MM
  
1
  
1
Kabupaten Temanggung memiliki pembagian wilayah administrasi sebanyak 20
Kecamatan, dengan 289 desa/kelurahan, 1468 dusun, 5520 RT, dan 1510 RW. Berikut
terlampir tabel pembagian wilayah administrasi Kabupaten Temanggung:
Tabel 2.4.1.
Pembagian Wilayah Administrasi Dirinci
Per Kecamatan di Kabupaten Temanggung
Tahun 2010
Kecamatan
Jumlah
Desa /
Kelurahan
Dusun /
Lingkungan
RT
RW
1. Parakan
16
75
314
75
2. Kledung
13
40
138
44
3. Bansari
13
43
176
45
4. Bulu
19
91
297
84
5. Temanggung
25
127
575
136
6. Tlogomulyo
12
50
151
44
7. Tembarak
13
72
216
60
8. Selopampang
12
41
129
52
9. Kranggan
13
115
253
96
10. Pringsurat
14
109
360
112
11. Kaloran
14
108
410
104
12. Kandangan
16
108
364
104
13. Kedu
14
98
402
108
14. Ngadirejo
20
66
395
112
15. Jumo
13
57
269
61
16. Gemawang
10
75
326
63
17. Candiroto
14
49
270
74
18. Bejen
14
29
146
54
19. Tretep
11
57
134
27
20. Wonoboyo
13
58
195
55
Jumlah
289
1468
5520
1510
Sumber data: Pemda Kabupaten Temanggung
  
1
2.5. Lambang Kabupaten Temanggung
Gambar 2.5.1.
Lambang Kabupaten Temanggung
Makna dari lambang Kabupaten Temanggung :
1.
Bentuk perisai melambangkan ketentuan dalam menanggulangi segala kesulitan.
2.
Segi lima didalamnya melambangakan pancasila sebagai Dasar Negara dan falsafah
bangsa Indonesia.
3.
Lukisan bintang bersegi lima melambangkan keagungan Tuhan, yang mengandung
arti bahwa rakyat Kabupaten Temanggung bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
4.
Lukisan-lukisan dua buah gunung adalah Gunung-gunung Sumbing dan Sindoro.
5.
Lukisan nyala api melambangkan semangat pejuang Rakyat dalam mencapai cita-
citanya, sedangkan jumlah delapan buah lidah api yang terlukis pada masing-
masing sisi sebagai peringatan bahwa terciptanya Lambang ini pada waktu DPRD-
GR Kabupaten Temanggung berusia satu windu (8 tahun). 
6.
Lukisan-lukisan buah padi berjumlah 17 butir, rantai bermata 8 buah, kapas
berbunga 4 kuntum dan berdaun 5 helai meningatkan saat Proklamasi
Kemerdekaan Negara Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
7.
Lukisan rantai melambangkan jiwa dan kepribadian Rakyat Kabupaten
Temanggung yang penuh solidaritas dan persatuan yang tidak terpatahkan.
  
1
8.
Lukisan-lukisan padi, kapas melambangkan kemakmuran, sedangkan vanili, kopi
dan tembakau merupakan tanaman khas Daerah Kabupaten Temanggung
melambangkan kesejahteraan Daerah.
9.
Lukisan sebuah bambu runcing melambangkan perjuangan Rakyat Daerah
Kabupaten Temanggung pada waktu revolusi fisik, khususnya terkenal bambu
runcing parakan.
10.
Bilangan-bilangan pada lukisan-lukisan lainya tidak mempunyai makna, melainkan
hanya untuk membentuk keserasian dan keaslian seluruh lukisan.
11.
Tulisan Lambang berbunyi : "Swadaya Bhumi
Phala" berasal dari bahasa
Sansekerta mengandung arti :
o
Swadaya terdiri atas dua kata swa dan daya.
Swa berarti sendiri dan daya berarti : kekuatan/kemampuan/usaha 
o
Bhumi berarti : bumi tempat kita berpijak .
o
Phala berarti : buah atau hasil
o
Arti keseluruannya : "Dengan kekuatan sendiri (berdikari) mempertinggi hasil
bumi" 
12.
Tata warna yang dipakai didalam Lambang mengandung makna sebagai berikut : 
o
Hijau berarti kemakmuran
o
Putih berarti kesucian
o
Merah berarti keberanian
o
Kuning berarti keagungan, keluhuran dan kekayaan
o
Kuning emas berarti kemuliaan, kejayaan
o
Biru berarti ketenangan
o
Hitam berarti kemantapan, ketegasan, ketangguhan, kekekalan
  
1
2.6. Visi dan Misi
Kabupaten Temanggung memiliki visi dan misi yang sudah dibuat untuk rentang
5
tahun
pada periode 2008-2013 seperti terlihat pada situs resmi Kabupaten
Temanggung (http://www.temanggungkab.go.id/) sebagai berikut :
2.6.1. Visi :
1.
Untuk mewujudkan Temanggung yaitu lebih baik maka diperlukan adanya tekad
semua komponen baik Pemerintah
Daerah, Swasta maupun masyarakat untuk
“BERSATU”. Hal ini berarti menyatukan semua potensi sumber daya manusia
(SDM) dalam lingkungan birokasi (eksekutif), legislatif, dunia usaha dan
masyarakat agar mampu mengelola sumber daya alam (SDA) dengan terarah,
didasarkan pada program yang mantap, pelaksanaan yang tepat, serta
pengawasan yang ketat sehingga “KEMAJUAN” bisa tercapai;
2.
Masyarakat yang “MAJU” berarti terwujudnya kondisi masyarakat yang
berkembang dan berorientasi pada upaya memajukan daerah dengan dilandasi
sikap disiplin, 
giat bekerja 
dan gemar membaca/meningkatkan kapasitas dan
kapabilitas diri. Kondisi ini akan mengantar pada terwujudnya masyarakat yang
“SEJAHTERA”;
3.
“SEJAHTERA” berarti tercukupinya
kebutuhan pokok material dan spiritual
bagi masyarakat, yang ditandai dengan meningkatkan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) yaitu meningkatnya kehidupan perekonomian masyarakat,
pelaksanaan pendidikan yang berkeadilan dan derajat kesehatan yang berkualitas,
serta didukung oleh kepastian hukum dan penegakan hak azasi manusia.
2.6.2. Misi
1.
Meningkatkan kualitas iman dan taqwa melalui pembinaan dan pengembangan
kehidupan beragama, kerukunan umat beragama dan fasilitas kehidupan
beragama.
2.
Meningkatkan kualitas pendidikan, ketrampilan dan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam rangka pengembangan kualitas sumber daya
manusia.
3.
Meningkatkan kualitas dan keterjangkauan pelayanan kesehatan secara merata.
4.
Meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat yang bebas korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN).
5.
Pemberdayaan
masyarakat dan seluruh potensi ekonomi kerakyatan, bertumpu
pada potensi sumberdaya alam dan potensi unggulan daerah serta pemerataan
pertumbuhan ekonomi daerah.
6.
Meningkatkan kualitas dan pelestarian lingkungan hidup.
  
1
2.7. Profil Daerah
2.7.1. Potensi Daerah
Temanggung memang belum banyak dikenal oleh banyak masyarakat kota, tetapi
sebetulnya memiliki potensi yang bisa dikembangkan dalam rangka mendukung
pariwisata Temanggung. Menurut website resmi Kabupaten Temanggung
(http://www.temanggungkab.go.id/) yang sudah menjabarkan secara lengkap, potensi-
potensi yang ada di Temanggung antara lain:
Tembakau
Temanggung yang bergunung-gunung merupakan areal ideal bagi tanaman
tembakau. Tembakau temanggung dikenal sangat berkualitas dibandingkan tembakau
dari daerah manapun. Karena itu pabrik rokok besar banyak yang membuka gudang di
daerah ini. Panen raya tembakau biasanya jatuh pada bulan Agustus hingga Oktober
setiap tahunnya. Dunia pertembakauan mampu mengangkat perekonomian masyarakat
dengan cepat dan banyak mempengaruhi sektor ekonomi lainnya.
Rata-rata setiap tahunnya :
Luas lahan (2007): 13.039,90 Ha 
Produksi (2007) : 8.019,44 Ton
Produktivitas : 457 Kg/Ha
Jumlah Petani : 40.992 orang
Lahan Potensi : 21.000 Ha
Vanili
Kabupaten Temanggung pernah menjadi penghasil vanili terbesar di Jawa Tengah.
Vanili Temanggung memiliki kualitas yang baik karena berkadar vanili 2,75%, jauh
lebih tinggi jika dibandingkan dengan Mexico (1,5%), Ceylon (2,02%), dan Madagaskar
(1,9%). Kini produksi vanili agak menurun dikarenakan hama busuk batang. Harganya
pun tidak semahal dahulu. Meski sekarang tanaman vanili sudah susah ditemukan,
gambarnya masih digunakan untuk lambang Kabupaten Temanggung, di samping
tanaman kopi dan tembakau.
Kopi Arabika & Robusta
Temanggung merupakan salah satu penghasil kopi terbesar di Jawa Tengah. Pada
tahun 2007 ekspor kopi dari Temanggung mencapai 6,5
ton/minggu dengan total nilai
transaksi sebesar Rp. 1.672.541.700 dengan jumlah tonase sebanyak 102.592,5 Ton.
Terdapat dua jenis tanaman kopi di Temanggung yaitu kopi Robusta dan kopi Arabika. 
Kopi Arabika (Coffea Arabica)
Luas (2007) : 918,19 hektar
Produksi (2007) : 504,44 ton
Jumlah Petani : 8.962 orang
Lahan Potensi : 11.000 Ha
Lokasi : Kledung, Bansari, Bulu, Tlogomulyo, Tembarak, Selopampang, Ngadirejo,
Candiroto, Tretep dan Wonoboyo.
  
1
Kopi Robusta (Coffea Robusta)
Luas (2007) : 9.316,19 hektar 
Produksi (2007) : 5.237,19 ton
Jumlah Petani : 34.400 orang
Lokasi : tersebar di 20 kecamatan di Kabupaten Temanggung.
Ayam Kedu / Ayam Cemani
Kecamatan Kedu merupakan sentra ayam kedu dan ayam cemani. Ayam Kedu dan
Cemani merupakan maskot Temanggung. Ayam kedu berpostur lebih besar jika
dibandingkan dengan ayam lokal. Selain itu juga mampu menghasilkan telur yang lebih
banyak. Sedangkan ayam cemani memiliki ciri pada tubuh berwarna hitam pekat dari
kaki hingga kepala. Kualitas terbaik pada ayam cemani selain untuk hobi juga bisa
digunakan sebagai pengobatan. Di Temanggung, peternak ayam kedu dan cemani ini
cukup banyak. Untuk ayam cemani dijual dengan harga antara Rp. 500.000,- hingga Rp.
1.500.000,-
per ekor. Bahkan untuk kualitas terbaik mampu mencapai harga Rp.
16.500.000,-
bahkan lebih mahal per ekornya, karena biasanya orang membeli ayam
cemani karena kecocokan dengan spesifikasi yang diinginkan (lidah hitam,
kerongkongan hitam, darah yang kehitaman, dsb.)
Agrowisata
Istilah agrowisata, atau sering pula disebut wisata agro, makin populer sejak awal
dekade 2000-an. Agrowisata adalah kegiatan wisata yang berlokasi/berada di kawasan
pertanian, terutama tanaman perkebunan (kopi, teh, cokelat, dll) dan tanaman buah-
buahan.
Salah satu daya tarik agrowisata ialah adanya kesempatan bagi pengunjung untuk
memetik (memanen) buah dan hasil perkebunan lainnya. Selanjutnya hasil panen
ditimbang dan dihargai pengunjung sesuai dengan harga yang ditetapkan pengelola.
Dengan cara tersebut, pengunjung memperoleh kepuasan dan pengalaman yang tak
terlupakan. Di Indonesia, konsep agrowisata pertama kali diperkenalkan di sentra
perkebunan apel dikawasan Batu, Kabupaten Malang (sekarang termasuki wilayah
Kabupaten Batu).
Kini, beberapa kawasan agrowisata juga bisa dijumpai di Jawa Tengah. Beberapa
perusahaan perkebunan pun mulai mengembangkan sayap usahanya dengan mendesain
sebagian areal kebunnya sebagai kawasan agrowisata. Misalnya kebun Teh Kaligua
(Brebes), Kebun teh Pagilaran (Batang), kebun teh Tambi (Wonosobo), kebun kopi
Banaran (Kabupaten Semarang), dan lain sebagainya.
Agrowisata tak sebatas perkebunan. Subsektor peternakan dan perikanan (darat)
pun bisa dikembangkan, misalnya sentra kambing Peranakan Ettawa (PE) di Kecamatan
Kali Gesing (Purworejo), sentra peternakan sapi perah di Cepogo (Boyolali), sentra ikan
darat di Ngrajek (Kabupaten Magelang), dan lain-lain.
Kabupaten Temanggung juga memiliki potensi besar di bidang agrowisata,
terutama agrowisata kebun kopi. Setidaknya ada tiga lokasi yang ideal untuk
dikembangkan sebagai kawasan agrowisata perkebunan kopi di Kabupaten ini, yaitu
perkebunan Gesing, perkebunan Rowoseneng, dan perkebunan Bojongrejo. 
 
 
 
 
 
 
  
1
Perkebunan Gesing
Desa Gesing hanya berjarak sekitar 12 km dari arah utara kota Temanggung. Sejak
dulu, desa ini dikenal sebagai salah satu sentra penghasil kopi robusta terbesar di
Temanggung. 
Pengelolaan budidaya kopi dikelola oleh kelompok tani Ngudirejeki, yang
menghimpun 112,09 Ha kebun kopi rakyat disebelah utara permukiman penduduk. Bau
harum khas bunga kopi begitu terasa ketika kita memasuki dan menapaki perkebunan
kopi. 
Wisatawan bisa melihat proses pengolahan kopi yang dikelola kelompok tani, mulai
dari pemilihan biji yang dipanen, sortasi buah basah, pengupasan kulit biji, pencucian
biji yang masih diselimuti lendir, pengeringan biji kopi, baik secara tradisional (di
jemur) maupun menggunakan mesin pengering kopi (Oven system).
Sambil mengamati proses tersebut, wisatawan bisa menikmati secangkir kopi
hangat yang diperoleh dari seduhan bubuk kopi yang dibuat ibu-ibu petani sebagai hasil
produk industri rumah tangga.
Perkebunan Bojongrejo
Perkebunan Bojongrejo merupakan salah satu perkebunan besar Negara (PBN) yang
dikelola PTP Nusantara IX. Lokasinya berada di
Desa Selosabrang, Kecamatan Bejen,
sektar 45 km dari arah utara Kota Temanggung.
Areal kebun kopi robusta yang dikelola seluas 642,32 Ha, dilengkapi dengan
fasilitas pengolahan kopi cara basah yang modern, dengan kapasitas mesin lebih besar
dari pada Rowoseneng.
Perkebunan Rowoseneng
Perkebunan Rowoseneng yang terletak di Desa Ngemplak, Kecamatan Kandangan,
merupakan salah satu perkebunan besar swasta (PBS) di Kabupaten Temanggung. Di
tempat ini terdapat areal perkebunan kopi rebusta seluas 136,70 ha, yang dikelola oleh
PT Naksatra Kejora.
Lokasi yang dilengkapi dengan bumi perkemahan (camping ground) itu dikelilingi
pepohonan pinus, sehingga suasananya betul-betul alami dan jauh dari polusi.
Tempat ini dikenal pula sebagai ”kawah candradimuka” bagi para biarawan, room, dan
frater. Setiap akhir pekan, Rowoseneng ramai dikunjungi orang, antara lain dari
yogyakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, dan kota-kota lainnya.
Kawasan agro wisata Rowoseneng memang menawarkan nilai plus bagi
pengunjung. Sebab kawasan in bukan hanya menyajikan hamparan kebun kopi saja,
tetapi juga peternakan sapi perah hingga usaha kecil pembuatan aneka roti. Pengunjung
juga bisa melihat proses pembuatan keju dan yoghurt untuk menyelamatkan susu ketika
tak laku di pasaran.
Tatkala harga kopi anjlok, petani mengolah sendiri biji-biji kopi menjadi kopi
bubuk. “Kopi lantas dijual dalam berbagai kemasan. Bahkan diberi aroma rasa yang
berbeda, seperti moka, stoberi, dan coklat. Jadi produk kami mampu bersaing dengan
produk lain di pasaran bebas,“
kata Romo Beda, manajer pemasaran Agro Wisata
Rowoseneng.
  
2
Produk roti yang dominan adalah kastangel yang juga menggunakan komponen
keju. Kastangel asal Rowoseneng sangat terkenal di Jawa Tengah. Usaha pembuatan roti
ini juga didukung alat-alat yang lumayan canggih.
Prospek Pengembangan
Pengembangan kawasan agrowisata tidak cukup dilakukan hanya dengan
membenahi kawasan perkebunan itu sendiri. Sarana dan prasarana pendukung pun perlu
dibenahi, misalnya memperbaiki jalan menuju kebun, tempat istirahat (gazebo) di kebun,
wisma/tempat penginapan, hingga peralatan komunikasi, sarana-prasarana standar
lainnya.
Kegiatan juga harus mampu memberi hiburan dan pengetahuan kepada pengunjung.
Misalnya dengan meluncurkan paket coffee walk.
Coffee walk atau kegiatan wisata jalan-jalan di kebun kopi. Di tempat
ini, wisatawan
bisa mengenal lebih dekat lingkungan alam, antara lain beragam variesta kopi robusta,
mengenal teknik budidaya, proses pembuatan bubuk kopi, serta diakhiri dengan duduk
santai sambil mencicipi rasa dan aroma khas kopi yang diseduh
air panas.
Pasar Agrowisata Soropadan
Kabupaten Temanggung termasuk beruntung, sebab Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah membangun Pasar
Agrowisata Soropadan
di Desa Soropadan, Kecamatan
Pringsurat. Di tempat ini rutin digelar Soropadan Agro Expo yang diikuti hampir semua
daerah di Indonesia.
Pasar ini menempati areal cukup luas, sekitar 6,5 Ha, tepat di jalan raya Pringsurat-
Secang yang ramai dilalui mobil penumpang dan truk yang mengangkut barang-barang
hasil pertanian dan perkebunan. Pemerintah Provinsi tidak hanya meningkatkan nilai
jual produk pertanian melalui Pasar Agrowisata, tetapi juga menjadikan tempat ini
sebagai kawasan wisata agro.
Di sini terdapat green house anggrek, sekaligus berkonsultasi mengenai seluk-beluk
tanaman anggrek. Ada juga bursa aneka tanaman hias lainnya, yang sekarang sedang
digandrungi orang-orang kota.
Pasar Agrowisata Soropadan juga akan dijadikan kebun petik buah. Luas areal
untuk tanaman buah sekitar 3,5 Ha, antara lain meliputi tanaman durian, rambutan,
kelengkeng, salak, melon, semangka, dan tomat. Pengunjung bisa memetik langsung
buah langsung dari kebun.
Peluang Investasi
Rencana investasi
di Pasar Agrowisata Soropadan perlu dibicarakan langsung
dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, selaku pemilik dan pengelola.
Namun bukan berarti Pemerintah Kabupaten Temanggung tidak bisa memanfaatkan
kawasan sekitar, untuk pengembangan wisata baru yang bisa mendukung Pasar
Agrowisata.
  
2
Sesuai dengan karakteristik daerah dan kondisi sosial
budaya masyarakat
setempat, ada beberapa peluang inventasi yang bisa dikembangkan di Desa Soropadan,
antara lain:
a.    Pembangunan kios-kios buah disepanjang jalan raya Pringsurat Secang, tidak 
jauh dari lokasi Pasar Agrowisata Soropadan.
b.    Pembangunan outlet minuman dingin, yang berbahan baku dari tanaman buah 
setempat. Misalnya jus dan sirupkelengkeng, tomat, durian, rambutan, salak
nglumut, dan lain sebagainya. Outlet raya dekat Pasar Agrowisata.
c.  
Pembangunan outlet minuman hangat, yang berbahan baku dari tanaman lokal.
Misalnya kopi, teh, cokelat, dan jahe. Lokasinya bisa disatukan dengan outlet 
minuman dingin.
d. 
Pembangunan resto pemancingan di tepi jalan raya Pringsurat-Secang.
e. 
Pembangunan kolam budi daya ikan hias (koi, arwana, maskoki, dll).
f.
Pembangunan kolam renang air hangat.
g. 
Taman bermain bagi anak-anak, sehingga bisa menambah minat wisatawan 
yang datang bersama anggota keluarga.
 
Diyakini beberapa peluang usaha ini memiliki prospek cerah, karena letaknya yang
sangat strategis dan berada di jalur utama lalu lintas Semarang –
Yogyakarta dan
Semarang – Purwokerto. Selain memunculkan simpul-simpul ekonomi baru, juga bisa
lebih menghidupkan kawasan di sekitar Pasar Agrowisata Soropadan.
  
2
2.7.2. Objek Wisata
Kabupaten Temanggung memiliki objek-objek wisata yang juga dapat menjadi daya
tarik agar wisatawan mau berkunjung ke Kabupaten Temanggung. Objek wisata tersebut
bermacam-macam, dari curug/air terjun, landmark berupa penemuan candi dan prasasti,
hingga lokasi pendakian gunung. Berikut adalah objek wisata yang bisa dikembangkan
lebih lanjut dan terdapat di Kabupaten Temanggung, sebagian deskripsi diambil dari
situs resmi Kabupaten Temanggung (http://www.temanggungkab.go.id/):
Candi Pringapus
Candi Pringapus adalah candi Hindu di Temanggung, tepatnya di desa Pringapus,
Kecamatan Ngadirejo, arah barat laut ibukota Temanggung. Candi ini merupakan candi
sekte Siwa, terbukti dengan banyaknya patung Dewa Siwa serta posisi dan arah arca-
arca yang sesuai dengan ciri khas Candi yang menyembah Dewa Siwa.
Prasasti Gondosuli
Prasasti Gondosuli merupakan salah satu obyek wisata yang
paling bersejarah di
Kabupaten Temanggung. Dengan berkunjung ke tempat ini wisatawan bisa memperoleh
gambaran mengenai kehidupan sosial budaya masyarakat Temanggung tempo dulu.
Prasasti ini terletak di Desa Gondosuli, Kecamatan Bulu. Prasasti Gondosuli menjadi
saksi
bisu kejayaan Dinasti Sanjaya, terutama di masa pemerintahan Rakai Patahan
(Rakaryan Patapan Pu Palar) sebagai raja di Mataram Hindu (Mataram Kuno).
Objek Wisata Jumprit
Dikenal juga sebagai Wanawisata Jumprit, atau wisata hutan yang menghadirkan
pemandangan dan alam yang indah. Di daerah ini juga terdapat makam Ki Jumprit, dan
terdapat mata air Umbul Jumprit, tempat di mana para umat Buddha mengambil air suci
pada saat perayaan Waisak.
Curug Lawe
Curug Lawe terdapat di Utara Temanggung, tepatnya di Desa Muncar, Kecamatan
Gemawang. Diberi nama lawe karena pancuran airnya terlihat seperti benang-benang
putih (lawe dalam bahasa Jawa). Di sekitar lokasi terdapat buah kepel khas Gemawang
yang menyegarkan, dan ada mata air yang konon bisa menyembuhkan berbagai penyakit
karena kandungan belerangnya.
Curug Trocoh
Dikenal juga sebagai Curug Surodipo, air terjun ini terdapat di Desa Tawangsari,
Kecamatan Wonoboyo. Istilah trocoh berarti terus mengeluarkan air dalam Bahasa Jawa.
Keunggulan curug ini dibanding curug lainnya adalah memiliki 5 terjunan bertingkat.
Monumen Bambang Sugeng
Monumen ini terletak di sebelah timur ibukota Temanggung, tepatnya di Kecamatan
Kranggan. Bambang Sugeng adalah prajurit TNI yang pernah ditugaskan ke
Temanggung. Ia terkenal dengan perlakuannya yang sangat baik, bahkan kepada
tawanan Jepang. Monumen ini banyak dikunjungi keluarga eks tawanan Jepang sebagai
penghormatan.
  
2
Pikatan Water Park
Taman Air yang dahulu berbentuk mata air ini merupakan primadona wisata
Temanggung di masa depan, karena telah direncanakan pembangunan daerah sekitarnya
untuk mendukung fasilitas objek wisata ini, seperti panjat tebing, flying fox, kios penjual
makanan, serta tempat parkir.
Pertapaan Ordo Trappist Rowoseneng
Pertapaan ini merupakan penghasil susu terbesar di Temanggung. Sebanyak 500
liter susu dihasilkan setiap hari, dari sapi yang semuanya diberi nama dan secara silsilah
tercatat dengan rapi hingga beberapa generasi.
Pendakian Gunung Sumbing dan Sindoro
Sindoro dan Sumbing adalah 2 gunung yang letaknya berdekatan, dan sering
dipanggil gunung kembar karena memiliki ketinggian yang hampir sama. Salah
satu
kegiatan yang sudah berjalan dikawasan Gunung ini adalah wisata pendakian. Pendakian
Sindoro-Sumbing biasanya dimulai dari Kledung, yang terletak diantara kedua Gunung.
Ditempat ini, para pendaki juga bisa menyaksikan matahari terbit dan terbenam.
Goa Lawa
Goa ini bisa menjadi salah satu objek wisata yang menarik bagi mereka yang
menyukai tantangan dan petualangan. Pengunjung bisa menjelajah bagian dalam goa dan
menyusuri lembah di dalamnya. Goa ini berada di Kecamatan Bejen dan dinamakan
Lawa karena banyak dijumpai kelelawar (lawa dalam Bahasa Jawa).
Kledung Pass
Kledung Pass terletak di perbatasan Temanggung dan Wonosobo. Tempat ini
memiliki gardu pandang di mana pengunjung bisa melihat matahari terbit dan terbenam
dengan indah. Di sekelilingnya banyak petani bercocok tanam kentang dan tanaman
sayur lainnya. Daerah ini terletak di antara Gunung Sumbing dan Sindoro.
  
2
2.7.3. Prestasi
Di samping prestasi yang dihasilkan perseorangan/kelompok yang berjumlah
puluhan dari berbagai tingkat (karesidenan hingga nasional), Kabupaten Temanggung
dan Bupati memiliki prestasi yang tidak sedikit untuk kategori kabupaten kecil. Prestasi
tersebut antara lain:
-
Piagam K4/Adipura 2010
-
Piagam K4/Adipura 2009
-
Penghargaan Ketahanan Pangan Nasional
-
Anugerah Parahita Ekapraya
Dari prestasi-prestasi tersebut dapat disimpulkan bahwa Temanggung adalah kota
yang kecil namun bersih dan tenang, serta produktif dalam bidang pertanian dan
perkebunan.
2.7.4. Kebudayaan
Dari segi kebudayaan, Kabupaten Temanggung memiliki berbagai kesenian dan
ritual tradisional yang hingga kini masih sering diadakan pada saat-saat tertentu,
misalnya 17 Agustusan dan perayaan hari jadi Kabupaten. Berbagai ritual dan kesenian
yang dimiliki Kabupaten Temanggung antara lain:
2.7.4.1. Nyadran
2.7.4.2. Tarian Prajuritan
2.7.4.3. Pengambilan Air Suci Waisak
  
2
2.8. SWOT
Berikut adalah bagan analisis SWOT Kabupaten Temanggung:
Bagan 2.8.1.
Analisis SWOT Kabupaten Temanggung
  
2
2.9. Pembanding
Ada beberapa kabupaten/kota yang dapat dijadikan pembanding untuk mendukung
terciptanya pencitraan Kabupaten Temanggung, baik dari dalam/luar negeri, tentunya
yang sudah memiliki pencitraan yang baik. Berikut terlampir daftar kota yang menjadi
pembanding :
2.9.1. Kabupaten Solo (Solo, The Spirit of Java)
Kabupaten Solo, atau juga dikenal dengan Surakarta merupakan Kabupaten yang
terletak di Jawa Tengah, sebelah Tenggara dari Kabupaten Semarang. Kabupaten ini
terkenal dengan objek wisata berupa keraton Surakarta. Rebranding
Kabupaten Solo
menjadi The Spirit of Java
terjadi di bawah kepemimpinan Bupati Joko Widodo,
diharapkan Solo menjadi pusat kultur dan kebudayaan, batik, serta dapat menarik turis.
Seiring dengan pencitraan ini, Solo melakukan banyak pembenahan diri, hingga kini
memiliki beberapa pusat perbelanjaan modern dan fasilitas umum seperti rumah sakit
dengan ICU 24 jam dan taman kota.
Gambar 2.9.1.1.
Logo Kabupaten Solo
  
2
Gambar 2.9.1.2.
Implementasi Logo pada Billboard
Gambar 2.9.1.3.
Implementasi Desain pada Folder
  
2
2.9.2. Brand Pulau Bali
Pulau Bali sering dikunjungi turis mancanegara dan terkenal sebagai Pulau Dewata.
Pulau Bali memiliki city brand yang memiliki logo sebagai berikut:
Gambar 2.9.2.1.
Logo Pulau Bali
Berikut pembahasan visual dari logo tersebut yang dikutip dari www.balipost.com:
Segitiga Simetris – Sama Sisi
Segitiga adalah simbul sangat esensi dari kestabilan dan keseimbangan. Segitiga
terdiri dari tiga garis lurus yg ujung dari 2 garisnya saling bertemu ini melambangkan
jilatan api keatas (Brahma-sang pencipta), lambang lingga atau pallus (purusha).
Segitiga adalah juga perlambang 3 Dewa penguasa alam semesta (Trimurti –
Brahma,
Wisnu dan Siwa), juga 3 tingkatan alam (Bhur, Bwah dan Swah Loka), 3 tingkatan
hidup (lahir, hidup dan mati). Bentuk segitiga juga menjelaskan essensi branding yang
sangat di warnai Tri Hita Karana, basis value yang akan membimbing kehidupan pada
keseimbangan. Diluar penjelasan diatas, Hindu memiliki beragam filosofi tentang
bentuk segitiga yang sarat makna.
  
2
Motif ukiran flora yang simetris
Jika di lipat tepat pada garis tengah segitiga, motif ukiran pada sisi kiri dan kanan
simetris dan serupa. Hal ini untuk memperkuat kesan “keseimbangan” yang menjadi
essensi dari terciptanya: keharmonisan dan kedamaian sesuai Visi Branding.
Ukiran bermotif flora tampil kuat dan dominan. Hal ini menggambarkan “kuatnya
kreatifitas orang Bali” yang dikenal sangat terampil melahirkan karya seni. Motif flora
dipilih sebagai simbul kedekatan manusia Bali dengan alam yang sekaligus
menggambarkan salah satu keunggulan Bali yakni alamnya yang indah (natural).
Mahkota pada ujung Segitiga
Mahkota menggambarkan: Pencapaian tertinggi, kesadaran agung, keagungan dan
kemuliaan, sebagai tujuan dari perjalanan meniti keseimbangan yang di isyaratkan nilai
dalam Tri Hita Karana ( Keseimbangan dalam hubungan dengan sesama, lingkungan
dan sang Pencipta).
Huruf / Font
Tulisan Bali didesain khusus dengan mengadopsi bentuk dan garis – garis khas dalam
aksara Bali. Memilih huruf B dalam Bali dengan bentuk menyerupai angka 3 dan mirip
aksara Ang (aksara suci Brahma). Bentuk tersebut juga untuk menjaga konsistensi
konsep yang berbasis pada Tri Hita Karana, Segitiga dan Tulisan Bali yang dimulai
dengan huruf mirip angka 3.
Bentuk yang spesifik nampak pada huruf L yang menjulang hingga menopang mahkota.
Maknanya dibutuhkan komitmen kuat yang langkah berkelanjutan (sustain) dari seluruh
stakeholder untuk mencapai tujuan tertinggi (mahkota)
Warna
Branding Bali menggunakan 3 warna yang sangat kuat mencerminkan Bali yakni:
Merah, Hitam dan Putih (Tri Datu). Merah adalah representasi dari Dewa Brahma –
Sang Pencipta, Hitam – Dewa Wisnu – Sang Pemelihara dan Putih – Dewa Siwa – Sang
Pelebur. Kolaborasi 3 warna yang merepresentasikan 3 Dewa (Tri Murti) akan
melindungi dan menjaga Bali beserta seluruh kehidupan di dalamnya agar tumbuh
harmonis dan berkelanjutan bergerak maju dalam kedamaian.
Tagline: Shanti, Shanti, Shanti
Kata Shanti bermakna damai. Jika mengucapakan kata Shanti kita akan dialiri spirit
kedamaian dan keharmonisan.
Bagi orang Hindu, Shanti umumnya di ucapkan 3 X dengan menambahkan
kata Om
(aksara suci Ida Hyang Widhi Wasa-Tuhan Yang Maha Esa) pada awal dan akhir
pengucapannya yakni Om Shanti, Shanti, Shanti Om yang bermakna, semoga damai di
hati, di dunia dan di akhirat. Pengucapan 3 X ini juga konsisten dengan konsep awal
yang berbasis pada penekanan pada angka 3 ( Tri).
  
3
Shanti, Shanti, Shanti merepresentasikan kedamaian pada bhuwana alit dan agung (diri
dan seluruh semesta) yang akan mengetarkan vibrasi kesucian hingga menebarkan aura
dalam yang mendamaikan dan menyeimbangkan kehidupan semua mahluk.
2.10. Investor
Sebagai Kabupaten penghasil tembakau, yang sebagian besar aktivitasnya berpusat
pada musim tembakau, Kabupaten Temanggung banyak didukung oleh investor-investor
produsen rokok. Yang paling besar dan dapat dilihat di mana-mana adalah Djarum
Foundation, berupa layar TV besar di alun-alun dan pot-pot tanaman yang terletak di
sepanjang jalan di Kota Temanggung, dan kemudian dari investor non-rokok ada Bank
Jateng dan PD.Badan Perkreditan Rakyat BKK Pringsurat, yang mendanai tempat-
tempat wisata kecil seperti Taman Kartini dan Pikatan Water Park.