BAB 2
DATA & ANALISA
2.1 DATA & LITERATUR
Data dan informasi yang dipakai dalam pembuatan tugas akhir ini diperoleh dari
beberapa sumber, antara lain :
1.
Literatur. Pencarian bahan berasal dari buku, internet, artikel mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan tema yang diangkat
2.
Wawancara dengan pembuat kartu remi lokal yang sudah ada.
3.
Mengunjungi tempat-tempat yang mengandung sejarah tentang kerajaan pada masa itu.
2.2 DATA UMUM
2.2.1 DEFINISI KARTU REMI
Menurut Wikipedia, kartu permainan (bahasa Inggris: playing cards), atau lebih dikenal dengan
kartu remi, adalah sekumpulan kartu seukuran tangan yang digunakan untuk permainan kartu.
Kartu ini sering juga digunakan untuk hal-hal lain, seperti sulap, enkripsi, permainan papan, dan
pembuatan rumah kartu. Kata “remi” itu sendiri sebenarnya adalah nama salah satu permainan
kartu.
Ada 1001 macam permainan kartu. Setiap negara, bahkan wilayah suatu negara, memiliki jenis
permainannya sendiri. Di Indonesia, akrab dengan istilah permainan 41, “remi”, “cangkulan”,
dsb. Namun, yang populer di banyak negara misalnya poker, canasta, blackjack, casino, solitaire,
bridge, dengan jumlah pemain yang bisa berbeda-beda.
Solitaire dan bridge barangkali lebih familiar ketimbang yang lain. Solitaire, yang sudah
dimainkan orang sejak ratusan tahun lalu - dan banyak jenisnya - itu dimainkan sendirian,
terutama untuk mengisi waktu luang. Jangan heran kalau menjelang jam kerja berakhir di kantor-
kantor, mudah dijumpai karyawan memainkannya di layar komputer pribadi (PC), bukan dengan
kartu betulan. Maklum, solitaire menjadi program game standar yang di-install di PC.
Sedangkan bridge yang harus dimainkan oleh 4 orang - biasanya berpasangan - bahkan menjadi
  
salah satu nomor andalan bagi tim Indonesia dalam dunia olahraga untuk meraih kemenangan
dalam suatu turnamen bridge internasional.
Seperti kita kenal sekarang, satu pak kartu remi berisi 52 lembar. Dibagi menjadi 4 suit atau jenis
kartu (Spade, Heart, Diamond, Club), masing-masing terdiri atas 13 kartu (dari As, 2, 3, dst.
sampai King). Plus kartu tambahan berupa dua kartu joker, hitam dan merah.
Kartu remi yang terkenal pada masa sekarang diyakini merupakan kartu remi dari Inggris, karena
menggunakan tokoh-tokoh yang berbahasa Inggris yaitu, Joker (The Fool), King (K), Queen (Q),
Jack (J), dan Ace (A). Selain kartu remi yang berasal dari Inggris, masih terdapat kartu remi dari
negara lain yaitu seperti dari Persia, Cina, Mesir, dan lainnya. Terdapat perbedaan bentuk,
gambar, simbol, elemen-elemen grafis, hingga tokoh-tokoh yang terdapat dalam kartu remi di tiap
negara.
Menurut dari apa yang pernah penulis baca, karena kertas pertama kali ditemukan oleh bangsa
Cina, maka hal tersebut menguatkan fakta bahwa permainan kartu ini ditemukan setelahnya. Pada
masa itu, kartu tidak digunakan sebagai alat untuk bermain, melainkan untuk upacara adat,
meramal, dan lain-lain.
3.2.1
SEKILAS TENTANG KERAJAAN SINGOSARI
Kerajaan Singhasari atau sering pula ditulis Singasari atau Singosari, adalah sebuah
kerajaan di
yang didirikan oleh
pada tahun
. Lokasi kerajaan ini
sekarang diperkirakan berada di daerah Singosari, Malang.
Berdasarkan prasasti Kudadu, nama resmi Kerajaan Singhasari yang sesungguhnya ialah
Kerajaan Tumapel. Menurut Nagarakretagama, ketika pertama kali didirikan tahun 1222, ibu
kota Kerajaan Tumapel bernama Kutaraja.
Pada tahun 1253, Raja Wisnuwardhana mengangkat putranya yang bernama Kertanagara sebagai
yuwaraja dan mengganti nama ibu kota menjadi Singhasari. Nama Singhasari yang merupakan
nama ibu kota kemudian justru lebih terkenal daripada nama Tumapel. Maka, Kerajaan Tumapel
pun terkenal pula dengan nama Kerajaan Singhasari.
Nama Tumapel juga muncul dalam kronik Cina dari Dinasti Yuan dengan ejaan Tu-ma-pan.
  
Menurut Pararaton, Tumapel semula hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan Kadiri. Yang
menjabat sebagai akuwu (setara camat) Tumapel saat itu adalah Tunggul Ametung. Ia mati
dibunuh dengan cara tipu muslihat oleh pengawalnya sendiri yang bernama Ken Arok, yang
kemudian menjadi akuwu baru. Ken Arok juga yang mengawini istri Tunggul Ametung yang
bernama Ken Dedes. Ken Arok kemudian berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan Kadiri.
Pada tahun 1254 terjadi perseteruan antara Kertajaya raja Kadiri melawan kaum brahmana. Para
brahmana lalu menggabungkan diri dengan Ken Arok yang mengangkat dirinya menjadi raja
pertama Tumapel bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi. Perang melawan Kadiri meletus di
desa Ganter yang dimenangkan oleh pihak Tumapel.
Nagarakretagama juga menyebut tahun yang sama untuk pendirian Kerajaan Tumapel, namun
tidak menyebutkan adanya nama Ken Arok. Dalam naskah itu, pendiri kerajaan Tumapel
bernama Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra yang berhasil mengalahkan Kertajaya raja
Prasasti Mula Malurung atas nama Kertanagara tahun 1255, menyebutkan kalau pendiri Kerajaan
Tumapel adalah Bhatara Siwa. Mungkin nama ini adalah gelar anumerta dari Ranggah Rajasa,
karena dalam Nagarakretagama arwah pendiri kerajaan Tumapel tersebut dipuja sebagai Siwa.
Selain itu, Pararaton juga menyebutkan bahwa, sebelum maju perang melawan Kadiri, Ken Arok
lebih dulu menggunakan julukan Bhatara Siwa.
2.2.1.2 KEN AROK
Ken Arok atau sering pula ditulis Ken Angrok (lahir:1182 - wafat: 1227/1247), adalah pendiri
Kerajaan Tumapel (yang kemudian terkenal dengan nama Singhasari). Ia memerintah sebagai raja
pertama bergelar Rajasa pada tahun 1222 - 1227 (atau 1247).
Asal Usul
Menurut naskah Pararaton, Ken Arok adalah putra Dewa Brahma dengan seorang wanita desa
Pangkur bernama Ken Ndok. Oleh ibunya, bayi Ken Arok dibuang di sebuah pemakaman, hingga
kemudian ditemukan dan diasuh oleh seorang pencuri bernama Lembong.
  
Ken Arok tumbuh menjadi berandalan yang lihai mencuri & gemar berjudi, sehingga membebani
Lembong dengan banyak hutang. Lembong pun mengusirnya. Ia kemudian diasuh oleh Bango
Samparan, seorang penjudi pula yang menganggapnya sebagai pembawa keberuntungan.
Ken Arok tidak betah hidup menjadi anak angkat Genukbuntu, istri tua Bango Samparan. Ia
kemudian bersahabat dengan Tita, anak kepala desa Siganggeng. Keduanya pun menjadi
pasangan perampok yang ditakuti di seluruh kawasan Kerajaan Kadiri.
Akhirnya, Ken Arok bertemu seorang brahmana dari India bernama Lohgawe, yang datang ke
tanah Jawa mencari titisan Wisnu. Dari ciri-ciri yang ditemukan, Lohgawe yakin kalau Ken Arok
adalah orang yang dicarinya.
Merebut Tumapel
Tumapel merupakan salah satu daerah bawahan Kerajaan Kadiri. Yang menjadi akuwu (setara
camat zaman sekarang) Tumapel saat itu bernama Tunggul Ametung. Atas bantuan Lohgawe,
Ken Arok dapat diterima bekerja sebagai pengawal Tunggul Ametung.
Ken Arok kemudian tertarik pada Ken Dedes istri Tunggul Ametung yang cantik. Apalagi
Lohgawe juga meramalkan kalau Ken Dedes akan menurunkan raja-raja tanah Jawa. Hal itu
semakin membuat Ken Arok berhasrat untuk merebut Ken Dedes, meskipun tidak direstui
Lohgawe.
Ken Arok membutuhkan sebilah keris ampuh untuk membunuh Tunggul Ametung yang terkenal
sakti. Bango Samparan pun memperkenalkan Ken Arok pada sahabatnya yang bernama Mpu
Gandring dari desa Lulumbang (sekarang Lumbang, Pasuruan), yaitu seorang ahli pembuat
pusaka ampuh.
Mpu Gandring sanggup membuatkan sebilah keris ampuh dalam waktu setahun. Ken Arok tidak
sabar. Lima bulan kemudian ia datang mengambil pesanan. Keris yang belum sempurna itu
direbut dan ditusukkan ke dada Mpu Gandring sampai tewas. Dalam sekaratnya, Mpu Gandring
mengucapkan kutukan bahwa keris itu nantinya akan membunuh 7 orang, termasuk Ken Arok
sendiri.
Kembali ke Tumapel, Ken Arok menjalankan rencananya untuk merebut kekuasaan Tunggul
Ametung. Mula-mula ia meminjamkan keris pusakanya pada Kebo Hijo, rekan sesama pengawal.
Kebo Hijo dengan bangga memamerkan keris itu sebagai miliknya kepada semua orang yang ia
  
temui, sehingga semua orang mengira bahwa keris itu adalah milik Kebo Hijo. Dengan demikian,
siasat Ken Arok berhasil.
Malam berikutnya, Ken Arok mencuri keris pusaka itu dari tangan Kebo Hijo yang sedang mabuk
arak. Ia lalu menyusup ke kamar tidur Tunggul Ametung dan membunuh majikannya itu di atas
ranjang. Ken Dedes menjadi saksi pembunuhan suaminya. Namun hatinya luluh oleh rayuan Ken
Arok. Lagi pula, Ken Dedes menikah dengan Tunggul Ametung dilandasi rasa keterpaksaan.
Pagi harinya, Kebo Hijo dihukum mati karena kerisnya ditemukan menancap pada mayat
Tunggul Ametung. Ken Arok lalu mengangkat dirinya sendiri sebagai akuwu baru di Tumapel
dan menikahi Ken Dedes. Tidak seorang pun yang berani menentang kepustusan itu. Ken Dedes
sendiri saat itu sedang mengandung anak Tunggul Ametung.
Mendirikan Kerajaan Tumapel
Pada tahun 1222 terjadi perselisihan antara Kertajaya raja Kadiri dengan para brahmana. Para
brahmana itu memilih pindah ke Tumapel meminta perlindungan Ken Arok yang kebetulan
sedang mempersiapkan pemberontakan terhadap Kadiri. Setelah mendapat dukungan mereka,
Ken Arok pun menyatakan Tumapel sebagai kerajaan merdeka yang lepas dari Kadiri. Sebagai
raja pertama ia bergelar Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi.
Kertajaya (dalam Pararaton disebut Dhandhang Gendis) tidak takut menghadapi pemberontakan
Tumapel. Ia mengaku hanya dapat dikalahkan oleh Bhatara Siwa. Mendengar sesumbar itu, Ken
Arok pun memakai gelar Bhatara Siwa dan siap memerangi Kertajaya.
Perang antara Kadiri dan Tumapel terjadi di dekat desa Ganter. Pihak Kadiri kalah. Kertajaya
diberitakan naik ke alam dewa, yang mungkin merupakan bahasa kiasan untuk mati.
Keturunan Ken Arok
Ken Dedes telah melahirkan empat orang anak Ken Arok, yaitu Mahisa Wonga Teleng, Panji
Saprang, Agnibhaya, dan Dewi Rimbu. Ken Arok juga memiliki selir bernama Ken Umang, yang
telah memberinya empat orang anak pula, yaitu Tohjaya, Panji Sudatu, Tuan Wergola dan Dewi
Rambi.
Selain itu, Ken Dedes juga memiliki putra dari Tunggul Ametung yang bernama Anusapati.
  
Kematian Ken Arok
Anusapati merasa heran pada sikap Ken Arok yang seolah menganaktirikan dirinya, padahal ia
merasa sebagai putra tertua. Setelah mendesak ibunya (Ken Dedes), akhirnya Anusapati
mengetahui kalau dirinya memang benar-benar anak tiri. Bahkan, ia juga mengetahui kalau ayah
kandungnya bernama Tunggul Ametung telah mati dibunuh Ken Arok.
Anusapati berhasil mendapatkan Keris Mpu Gandring yang selama ini disimpan Ken Dedes. Ia
kemudian menyuruh pembantunya yang berasal dari desa Batil untuk membunuh Ken Arok. Ken
Arok tewas ditusuk dari belakang saat sedang makan sore hari. Anusapati ganti membunuh
pembantunya itu untuk menghilangkan jejak.
Peristiwa kematian Ken Arok dalam naskah Pararaton terjadi pada tahun 1247.
Keistimewaaan Ken Arok
Nama Rajasa selain dijumpai dalam kedua naskah sastra di atas, juga dijumpai dalam prasasti
Balawi yang dikeluarkan oleh Raden Wijaya, pendiri Majapahit tahun 1305. Dalam prasasti itu
Raden Wijaya mengaku sebagai anggota Wangsa Rajasa.Raden Wijaya adalah keturunan Ken
Arok.
Nama Ken Arok memang hanya dijumpai dalam Pararaton, sehingga diduga kuat merupakan
ciptaan si pengarang sebagai nama asli Rajasa. Arok diduga berasal dari kata rok yang artinya
"berkelahi". Tokoh Ken Arok memang dikisahkan nakal dan gemar berkelahi.
Pengarang Pararaton sengaja menciptakan tokoh Ken Arok sebagai masa muda Sang Rajasa
dengan penuh keistimewaan. Kasus yang sama terjadi pula pada Babad Tanah Jawi di mana
leluhur raja-raja Kesultanan Mataram dikisahkan sebagai manusia-manusia pilihan yang penuh
dengan keistimewaan. Ken Arok sendiri diberitakan sebagai putra Brahma, titisan Wisnu, serta
penjelmaan Siwa, sehingga seolah-olah kekuatan Trimurti berkumpul dalam dirinya.
Terlepas dari benar atau tidaknya kisah Ken Arok, dapat ditarik kesimpulan kalau pendiri
Kerajaan Tumapel merupakan perkawinan seorang bangsawan yang dipercaya sebagai titisan
Dewa Brahma dengan seorang rakyat jelata, namun memiliki keberanian dan kecerdasan di atas
rata-rata sehingga dapat mengantarkan dirinya sebagai pembangun suatu dinasti baru yang
menggantikan dominasi keturunan Airlangga dalam memerintah pulau Jawa.
  
2.2.1.3 KEN DEDES
Ken Dedes adalah nama permaisuri dari Ken Arok pendiri Kerajaan Tumapel (Singhasari). Ia
kemudian dianggap sebagai leluhur raja-raja yang berkuasa di Jawa, nenek moyang wangsa
Rajasa, trah yang berkuasa di Singhasari dan Majapahit. Tradisi lokal menyebutkan ia sebagai
perempuan yang memiliki kecantikan luar biasa, perwujudan kecantikan yang sempurna.
Perkawinan Pertama
Menurut Pararaton, Ken Dedes adalah putri dari Mpu Purwa, seorang pendeta Buddha dari desa
Panawijen. Pada suatu hari Tunggul Ametung akuwu Tumapel singgah di rumahnya. Tunggul
Ametung jatuh hati padanya dan segera mempersunting gadis itu. Karena saat itu ayahnya sedang
berada di hutan, Ken Dedes meminta Tunggul Ametung supaya sabar menunggu. Namun
Tunggul Ametung tidak kuasa menahan diri. Ken Dedes pun dibawanya pulang dengan paksa ke
Tumapel untuk dinikahi.
Ketika Mpu Purwa pulang ke rumah, ia marah mendapati putrinya telah diculik. Ia pun mengutuk
barangsiapa yang telah menculik putrinya, maka ia akan mati akibat kecantikan Ken Dedes.
Perkawinan Kedua
Tunggul Ametung memiliki pengawal kepercayaan bernama Ken Arok. Pada suatu hari Tunggul
Ametung dan Ken Dedes pergi bertamasya ke Hutan Baboji. Ketika turun dari kereta, kain Ken
Dedes tersingkap sehingga auratnya yang bersinar terlihat oleh Ken Arok.
Ken Arok menyampaikan hal itu kepada gurunya, yang bernama Lohgawe, seorang pendeta dari
India. Menurut Lohgawe, wanita dengan ciri-ciri seperti itu disebut sebagai wanita nareswari
yang diramalkan akan menurunkan raja-raja. Mendengar ramalan tersebut, Ken Arok semakin
berhasrat untuk menyingkirkan Tunggul Ametung dan menikahi Ken Dedes.
Maka, dengan menggunakan keris buatan Mpu Gandring, Ken Arok berhasil membunuh Tunggul
Ametung sewaktu tidur. Yang dijadikan kambing hitam adalah rekan kerjanya, sesama pengawal
bernama Kebo Hijo. Ken Arok kemudian menikahi Ken Dedes, bahkan menjadi akuwu baru di
Tumapel. Ken Dedes sendiri saat itu sedang dalam keadaan mengandung anak Tunggul Ametung.
Keturunan Ken Dedes
Lebih lanjut Pararaton menceritakan keberhasilan Ken Arok menggulingkan Kertajaya raja
  
Kadiri tahun 1222, dan memerdekakan Tumapel menjadi sebuah kerajaan baru. Dari
perkawinannya dengan Ken Arok, lahir beberapa orang anak yaitu, Mahisa Wonga Teleng, Panji
Saprang, Agnibhaya, dan Dewi Rimbu. Sedangkan dari perkawinan pertama dengan Tunggul
Ametung, Ken Dedes dikaruniai seorang putra bernama Anusapati.
Seiring berjalannya waktu, Anusapati merasa dianaktirikan oleh Ken Arok. Setelah mendesak
ibunya, akhirnya ia tahu kalau dirinya bukan anak kandung Ken Arok. Bahkan, Anusapati juga
diberi tahu kalau ayah kandungnya telah mati dibunuh Ken Arok.
Maka, dengan menggunakan tangan pembantunya, Anusapati membalas dendam dengan
membunuh Ken Arok pada tahun 1247.
Keistimewaan Ken Dedes
Tokoh Ken Dedes hanya terdapat dalam naskah Pararaton yang ditulis ratusan tahun sesudah
zaman Tumapel dan Majapahit, sehingga kebenarannya cukup diragukan. Namanya sama sekali
tidak terdapat dalam Nagarakretagama atau prasasti apa pun. Mungkin pengarang Pararaton
ingin menciptakan sosok leluhur Majapahit yang istimewa, yaitu seorang wanita yang bersinar
auratnya.
Keistimewaan merupakan syarat mutlak yang didambakan masyarakat Jawa dalam diri seorang
pemimpin atau leluhurnya. Masyarakat Jawa percaya kalau raja adalah pilihan Tuhan. Ken Dedes
sendiri merupakan leluhur raja-raja Majapahit versi Pararaton. Maka, ia pun dikisahkan sejak
awal sudah memiliki tanda-tanda sebagai wanita nareswari. Selain itu dikatakan pula kalau ia
sebagai seorang penganut Buddha yang telah menguasai ilmu karma amamadang, atau cara untuk
lepas dari samsara.
Dalam kisah kematian Ken Arok dapat ditarik kesimpulan kalau Ken Dedes merupakan saksi
mata pembunuhan Tunggul Ametung. Anehnya, ia justru rela dinikahi oleh pembunuh suaminya
itu. Hal
ini membuktikan kalau antara Ken Dedes dan Ken Arok sesungguhnya saling mencintai,
sehingga ia pun mendukung rencana pembunuhan Tunggul Ametung. Perlu diingat pula kalau
perkawinan Ken Dedes dengan Tunggul Ametung dilandasi rasa keterpaksaan.
2.2.1.4 ANUSAPATI
Bhatara Anusapati adalah raja kedua Kerajaan Tumapel (atau kemudian terkenal dengan nama
  
Singhasari), yang memerintah pada tahun 1227 - 1248 (versi Nagarakretagama), atau 1247 -
1249 (versi Pararaton).
Versi Pararaton
Menurut Pararaton, Anusapati adalah putra pasangan Tunggul Ametung dan Ken Dedes.
Ayahnya dibunuh oleh Ken Arok sewaktu dirinya masih berada dalam kandungan. Ken Arok
kemudian menikahi Ken Dedes dan mengambil alih jabatan Tunggul Ametung sebagai akuwu
Tumapel. Kemudian pada tahun 1222 Ken Arok mengumumkan berdirinya Kerajaan Tumapel. Ia
bahkan berhasil meruntuhkan Kerajaan Kadiri di bawah pemerintahan Kertajaya.
Anusapati yang telah tumbuh dewasa merasa kurang disayangi oleh Ken Arok dibanding saudara-
saudaranya yang lain. Setelah mendesak ibunya (Ken Dedes), akhirnya ia pun mengetahui bahwa
sesungguhnya ia merupakan anak kandung Tunggul Ametung yang mati dibunuh Ken Arok.
Anusapati juga berhasil mendapatkan keris buatan Mpu Gandring yang dulu digunakan Ken Arok
untuk membunuh ayahnya. Dengan menggunakan keris itu, pembantu Anusapati yang berasal
dari Desa Batil berhasil membunuh Ken Arok saat sedang makan. Anusapati ganti membunuh
pembantunya tersebut untuk menghilangkan jejak. Kepada semua orang ia mengumumkan bahwa
pembantunya telah gila dan mengamuk hingga menewaskan raja.
Sepeninggal Ken Arok tahun 1247, Anusapati naik takhta. Pemerintahannya dilanda kegelisahan
karena cemas akan ancaman balas dendam anak-anak Ken Arok. Puri tempat tinggal Anusapati
pun diberi pengawalan ketat, bahkan dikelilingi oleh parit dalam.
Meskipun demikian, Tohjaya putra Ken Arok dari selir bernama Ken Umang tidak kekurangan
akal. Suatu hari ia mengajak Anusapati keluar mengadu ayam. Anusapati menurut tanpa curiga
karena hal itu memang menjadi kegemarannya. Saat Anusapati asyik menyaksikan ayam
bertarung, tiba-tiba Tohjaya menusuknya dengan menggunakan keris Mpu Gandring. Anusapati
pun tewas seketika. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1249.
Sepeninggal Anusapati, Tohjaya naik takhta. Namun pemerintahannya hanya berlangsung singkat
karena ia kemudian tewas pada tahun 1250 akibat pemberontakan Ranggawuni putra Anusapati.
Misteri Kematian Anusapati
Nama Anusapati hanya terdapat dalam Pararaton dan Nagarakretagama. Naskah Pararaton
  
ditulis ratusan tahun sesudah zaman Tumapel dan Majapahit. Sedangkan Nagarakretagama
ditulis pada pertengahan masa kejayaan Majapahit (1365).
Dalam beberapa hal, uraian Nagarakretagama cenderung lebih dapat dipercaya daripada
Pararaton, karena waktu penulisannya jauh lebih awal. Jika dalam Pararaton disebutkan
Anusapati mati karena dibunuh Tohjaya, maka Nagarakretagama menulis Anusapati mati secara
wajar.
Ada dua dugaan mengapa Nagarakretagama tidak menceritakan pembunuhan Anusapati.
Pertama, karena Nagarakretagama merupakan naskah pujian untuk keluarga Hayam
Wuruk. Pembunuhan Anusapati yang merupakan leluhur Hayam Wuruk dianggap
sebagai aib.
Kedua, mungkin Anusapati memang benar-benar mati secara wajar, bukan karena
dibunuh oleh Tohjaya.
Nama Anusapati memang tidak pernah dijumpai dalam prasasti apa pun, sedangkan nama
Tohjaya ditemukan dalam prasasti Mula Malurung tahun 1255 (hanya selisih tujuh tahun setelah
kematian Anusapati).
Dalam prasasti itu tokoh Tohjaya disebutkan menjadi raja Kadiri menggantikan adiknya yang
bernama Guningbhaya. Jadi, pemberitaan Pararaton bahwa Tohjaya adalah raja Tumapel atau
Singhasari adalah keliru.
Berdasarkan prasasti tersebut, tokoh Tohjaya mungkin memang tidak pernah membunuh
Anusapati sesuai pemberitaan Nagarakretagama. Jika Tohjaya benar-benar melakukan kudeta
disertai pembunuhan, maka sasarannya pasti bukan terhadap Anusapati, melainkan terhadap
2.2.1.5 MPU GANDRING
Mpu Gandring adalah tokoh dalam Pararaton yang dikisahkan sebagai seorang pembuat senjata
ampuh. Keris buatannya konon telah menewaskan Ken Arok pendiri Kerajaan Tumapel.
Asal Usul
Mpu Gandring berasal dari desa Lulumbang. Ia merupakan sahabat dari Bango Samparan ,ayah
  
angkat Ken Arok. Dikisahkan dalam Pararaton bahwa Ken Arok berniat mencari senjata ampuh
untuk membunuh majikannya, yaitu Tunggul Ametung akuwu Tumapel. Ia ingin memiliki
sebilah keris yang dapat membunuh hanya sekali tusuk.
Bango Samparan pun memperkenalkan Ken Arok pada Mpu Gandring. Untuk mewujudkan
pesanan Ken Arok, Mpu Gandring meminta waktu setahun. Ken Arok tidak sabar. Ia berjanji
akan datang lagi setelah lima bulan.
Desa Lulumbang tempat tinggal Mpu Gandring diperkirakan saat ini berada di daerah Lumbang,
Kutukan Mpu Gandring
Lima bulan kemudian, Ken Arok benar-benar datang menemui Mpu Gandring. Ia marah melihat
keris pesanannya baru setengah jadi. Karena marah, keris itu direbut dan digunakan untuk
menikam dada Mpu Gandring. Meskipun belum sempurna, namun keris itu mampu membelah
lumpang batu milik Mpu Gandring.
Mpu Gandring pun tewas terkena keris buatannya sendiri. Namun ia sempat mengutuk kelak keris
tersebut akan merenggut nyawa tujuh keturunan Ken Arok, termasuk Ken Arok sendiri.
Ken Arok kembali ke Tumapel untuk membunuh dan merebut kedudukan Tunggul Ametung.
Rekan kerjanya yang bernama Kebo Hijo dijadikan kambing hitam segera dihukum mati
menggunakan keris yang sama. Ken Arok sendiri akhirnya tewas oleh Anusapati putra Tunggul
Pengarang Pararaton mengisahkan adanya pembunuhan susul menyusul sejak Tunggul Ametung
yang beberapa di antaranya terkena keris buatan Mpu Gandring. Mereka yang tewas terkena keris
pusaka tersebut adalah Mpu Gandring, Tunggul Ametung, Kebo Hijo, Ken Arok, pembantu
Anusapati, dan terakhir Anusapati sendiri. Sedangkan Tohjaya dikisahkan mati terkena tusukan
tombak.
Rupanya pengarang Pararaton kurang teliti dalam mewujudkan kelanjutan kutukan Mpu
Gandring. Dari tujuh keturunan Ken Arok (termasuk dirinya) ternyata hanya Ken Arok saja yang
mati oleh keris itu. Adapun Anusapati adalah anak tiri, sedangkan Tohjaya meskipun anak
kandung namun kematiannya akibat tertusuk tombak.
  
2.2.1.6 KERIS MPU GANDRING
Keris Mpu Gandring adalah senjata pusaka yang terkenal dalam riwayat berdirinya Kerajaan
Singhasari di daerah Malang, Jawa Timur sekarang. Keris ini terkenal karena kutukannya yang
memakan korban dari kalangan elit Singasari termasuk pendiri dan pemakainya, ken Arok.
Keris ini dibuat oleh seorang pandai besi yang dikenal sangat sakti yang bernama Mpu Gandring,
atas pesanan Ken Arok, salah seorang tokoh penyamun yang menurut seorang brahmana bernama
Lohgawe adalah titisan wisnu. Ken Arok memesan keris ini kepada Mpu Gandring dengan waktu
satu malam saja, yang merupakan pekerjaan hampir mustahil dilakukan oleh para "mpu" (gelar
bagi seorang pandai logam yang sangat sakti) pada masa itu. Namun Mpu Gandring
menyanggupinya dengan kekuatan gaib yang dimilikinya. Bahkan kekuatan tadi "ditransfer"
kedalam keris buatannya itu untuk menambah kemampuan dan kesaktian keris tersebut.
Setelah selesai menjadi keris dengan bentuk dan wujud yang sempurna bahkan memiliki
kemampuan supranatural yang konon dikatakan melebihi keris pusaka masa itu. Mpu Gandring
menyelesaikan pekerjaannya membuat sarung keris tersebut. Namun belum lagi sarung tersebut
selesai dibuat, Ken Arok datang mengambil keris tersebut yang menurutnya sudah satu hari dan
haris diambil. Kemudian Ken Arok menguji Keris tersebut dan terakhir Keris tersebut
ditusukkannya pada Mpu Gandring yang konon menurutnya tidak menepati janji (karena sarung
keris itu belum selesai dibuat) selebihnya bahkan dikatakan untuk menguji kemampuan keris
tersebut melawan kekuatan supranatural si pembuat keris (yang justru disimpan dalam keris itu
untuk menambah kemampuannya). Dalam keadaan sekarat, Mpu Gandring mengeluarkan
kutukan bahwa Keris tersebut akan meminta korban nyawa tujuh turunan dari Ken Arok. Dalam
perjalanannya, keris ini terlibat dalam perselisihan dan pembunuhan elit kerajaan Singhasari
Keris Mpu Gandring ini menurut beberapa sumber spritual sebenarnya tidak hilang. Dalam arti
hilang musnah dan benar-benar tidak ketahuan keberadaannya. Pada bagian ini tak hendak
membahas masalah itu. Pada bagian ini hendak mengajak para pembaca untuk sejenak
menganalisa "keampuhan" atau "tuah" dari keris itu maupun pembuatnya (Mpu Gandring).
Di akhir hayatnya di ujung keris buatannya sendiri, Mpu Gandring mengutuk Ken Arok, bahwa
keris itu akan menelan korban tujuh turunan dari Ken Arok. Sekarang marilah kita hitung. Dalam
sejarah ataupun legenda yang kita ketahui, ternyata hanya ada 6 (enam) orang yang terbunuh oleh
Keris Mpu Gandring:
  
1.
Mpu Gandring, Sang Pembuat Keris.
2.
Kebo Ijo, rekan Ken Arok.
3.
Tunggul Ametung, Penguasa Tumapel saat itu.
4.
Ken Arok, Pendiri Kerajaan Singasari.
5.
Ki Pengalasan, pengawal Anusapati yang membunuh Ken Arok
6.
Anusapati, Anak Ken Dedes yang memerintah Ki Pengalasan membunuh Ken Arok.
Tohjaya, putera Ken Arok dari selirnya Ken Umang tidak terbunuh oleh keris ini, namun terluka
oleh lembing, dan akhirnya tewas karena luka-lukanya.
2.2.1.7 CANDI SINGOSARI
Candi Singhasari atau Candi Singasari atau Candi Singosari adalah candi Hindu - Buddha
peninggalan bersejarah Kerajaan Singhasari yang berlokasi di Desa Candirenggo, Kecamatan
Cara pembuatan candi Singhasari ini dengan sistem menumpuk batu andhesit hingga ketinggian
tertentu selanjutnya diteruskan dengan mengukir dari atas baru turun ke bawah. (Bukan seperti
membangun rumah seperti saat ini). Candi ini berlokasi di Desa Candirenggo, Kecamatan
Singosari, Kabupaten Malang, (sekitar 10km dari Kota Malang) terletak pada lembah di antara
Wikimapia [1].
Menurut Negarakertagama
Berdasarkan penyebutannya pada Kitab Negarakertagama pupuh 37:7 dan 38:3 serta Prasasti
Gajah Mada bertanggal 1351 M di halaman komplek candi, candi ini merupakan tempat
"pendharmaan" bagi raja Singasari terakhir, Sang Kertanegara, yang mangkat pada tahun 1292
akibat istana diserang tentara Gelang-gelang yang dipimpin oleh Jayakatwang. Kuat dugaan,
candi ini tidak pernah selesai dibangun.
Struktur dan kegunaan bangunan
Komplek percandian menempati areal 200 m × 400 m dan terdiri dari beberapa candi. Di sisi
barat laut komplek terdapat sepasang arca raksasa besar (tinggi hampir 4m, disebut Dwarapala)
dan posisi gada menghadap ke bawah, ini menunjukkan meskipun penjaganya raksasa tetapi
masih ada rasa kasih sayang terhadap semua mahkluk hidup dan ungkapan selamat datang bagi
  
semuanya. Dan posisi arca ini hanya ada di Singhasari, tidak ada di tempat ataupun kerajaan
lainnya. Dan di dekatnya arca Dwarapala terdapat alun-alun. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa
candi terletak di komplek pusat kerajaan. Letak candi Singhasari yang dekat dengan kedua arca
Dwarapala menjadi menarik ketika dikaitkan dengan ajaran Siwa yang mengatakan bahwa dewa
Siwa bersemayam di puncak Kailasa dalam wujud lingga, batas Timur terdapat gerbang dengan
Ganesha (atau Ganapati) sebagai penjaganya, gerbang Barat dijaga oleh Kala dan Amungkala,
gerbang Selatan dijaga oleh Resi Agastya, gerbang Utara dijaga oleh Batari Gori (atau Gauri).
Karena letak candi Singhasari yang sangat dekat dengan kedua arca tersebut yang terdapat pada
jalan menuju ke Gunung Arjuna, penggunaan candi ini diperkirakan tidak terlepas dari
keberadaan gunung Arjuna dan para pertapa yang bersemayam di puncak gunung ini pada waktu
itu.
Bangunan candi utama dibuat dari batu andesit, menghadap ke barat, berdiri pada alas bujur
sangkar berukuran 14 m × 14 m dan tinggi candi 15 m. Candi ini kaya akan ornamen ukiran, arca,
dan relief. Di dalam ruang utama terdapat lingga dan yoni. Terdapat pula bilik-bilik lain: di utara
(dulu berisi arca Durga yang sudah hilang), timur yang dulu berisi arca Ganesha, serta sisi selatan
yang berisi arca Siwa-Guru (Resi Agastya). Di komplek candi ini juga berdiri arca Prajnaparamita
, dewi kebijaksanaan, yang sekarang ditempatkan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta. Arca-
arca lain berada di Institut Tropika Kerajaan, Leiden, Belanda, kecuali arca Agastya.
Pemugaran dan usaha konservasi
Candi Singasari baru mendapat perhatian pemerintah kolonial Hindia Belanda pada awal abad ke-
20 dalam keadaan berantakan. Restorasi dan pemugaran dimulai tahun 1934 dan bentuk yang
sekarang dicapai pada tahun 1936.
2.2.1.8 SEJARAH BATIK INDONESIA
Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan
penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak
dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan
Yogyakarta.
Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus
berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik
ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII
atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-
  
XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920. Adapun
kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah
daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh
pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda.
Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu
kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas
dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh
karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh
mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.
Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi
pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya,
batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang
digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil
tenunan sendiri.
Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang
dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari
soda abu, serta garamnya dibuat dari tanahlumpur.
Jaman Majapahit Batik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, dapat ditelusuri di
daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat hubungannya dengan
kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit.
Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung adalah
riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali dari peninggalan di zaman kerajaan
Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam
sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah
itu dikuasai oleh seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan
Majapahit.
Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati Kalang tewas
dalam pertempuran yang konon dikabarkan disekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret.
Demikianlah maka petugas-petugas tentara dan keluara kerajaan Majapahit yang menetap dan
  
tinggal diwilayah Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara lain juga
membawa kesenian membuat batik asli.
2.2.1.9 BATIK TULIS SINGOSARI
Batik tulis Singosari menggunakan lima kombinasi motif yang terinspirasi dari ornamen Candi
Singasari yakni Pending, Parijoto, Renggo, Padma dan Sulur.
Parijotho adalah nama untuk mahkota yg dipakai oleh ken dedes.
Bentuknya yang melingkar menggambarkan bentuk tumbuhan pakis. Pakis yang berumur
muda memang tampak kaku dan tidak bisa diluruskan. Gambaran yang ada sama dengan
gambaran yang ada pada manusia di masa kanak-kanak. Pada masa ini anak-anak bersifat
keras kepala yang seringkali merasa paling benar sedunia. Seberjalannya waktu, daun
pakis yg melingkar itu akan berkembang dengan melebarkan kelopak daunnya. Pada saat
itu pakis yang ada sudah semakin luwes. Pakis akan mengikuti kemana arahan yang
didapat. Seperti manusia, sejalannya waktu yang ada, dari anak-anak sampai dewasa,
manusia akan mengikuti norma yang telah tertanam dalam dirinya. Ia akan beradaptasi
sesuai dengan suasana dimana dia berada. 
Gambar 1.1
  
Renggo, terdiri atas 1 lingkaran dan 9 kelopak. Gambar lingkaran menunjukan perputaran
hidup yg tidak pernah berhenti dan bersifat relatif. Sedangkan 9 kelopak yang ada,
menunjukkan sifat sadar, percaya, taat, jujur, rela, ikhlas, sabar, sukses, dan sejahtera.
Gambar 1.2
Padma, adalah bunga teratai. yang tumbuh dari tanah gembur berlumpur yang ada dibawah
air yang menggenang, seperti kolam dan rawa.bunganya yang cantik kerap kali memperindah
tampilan kolam atau rawa. Teratai adalah tanaman rawa yg kokoh. Teratai tidak bisa dicabut
dari akarnya begitu saja. Untuk mencabutnya diperlukan bantuan alat seperti linggis.
Lambang yang ada dari batik padma (lima) sulur ini ada pada kelopak teratai yang tergambar.
Lima kelopak bunga.padma adalah ciri khas hidup, yaitu bersosialisasi dengan orang-orang
sekitar.
-
senyum: menunjukkan kasih sayang.
-
salam: membuka pembicaraan.
-
sapa: ujar, kata, yang akan disampaikan dalam pembicaraan, diskusi.
-
santai: suasana yang harus dibangun dalam pembicaraan, diskusi yang ada.
-
serius: penyampaian maksud pembicaraan yang ada.
Daun sebagai pengumpul dan pendistribusi oksigen kepada manusia, daun adalah salah satu
sumber kehidupan manusia yang belum terpungkiri
  
Gambar 1.3
Pending adalah nama lain untuk kancing ikat pinggang. Tujuannya adalah untuk
memperkokoh kekeluargaan yang ada di dalam 3 generasi yaitu: orang tua, anak, dan cucu.
Dengan bersatunya 3 generasi tersebut sering kali kita mendengar dengan apa yang
dinamakan keluarga besar. Dalam kesatuannya, ketiga generasi yang ada harus saling
menjaga dan menghormati.
  
Gambar 1.4
2.2.2 KEGUNAAN KARTU REMI
Diantaranya ada 3 kegunaan kartu remi, untuk properti sulap, untuk bermain, dan untuk meramal.
2.3 PEMBANDING
2.3.1 KARTU REMI BIASA
Kartu permainan (bahasa Inggris: playing cards), atau lebih dikenal dengan kartu
remi, adalah sekumpulan
seukuran
yang digunakan untuk
.
Kartu ini sering juga digunakan untuk hal-hal lain, seperti
,
,
,
dan pembuatan
.
Kata “remi” itu sendiri sebenarnya adalah nama salah satu
permainan kartu.
  
Gambar 2.1
2.3.2
KARTU TAROT
Tarot adalah sekelompok kartu berjumlah 78 lembar yang umumnya digunakan untuk
kepentingan spiritual atau ramalan nasib. 22 kartu disebut Arcana Mayor dan 56 kartu disebut
Arcana Minor. Set Tarot yang paling populer adalah Tarot Rider-Waite-Smith yang diciptakan
oleh A.E Waite dan ilustrator Pamela Colman Smith. Dokumen sejarah mengindikasikan bahwa
Tarot berasal dari Italia. Sampai saat ini, permainan kartu Tarocchi masih sangat populer di
Eropa.
  
Gambar 2.2
2.3.3
UNO
UNO (bahasa Spanyol dan bahasa Italia "satu") adalah sebuah permainan kartu yang dimainkan
dengan kartu dicetak khusus (lihat Mau Mau untuk permainan yang hampir sama dengan kartu
remi biasa). Permainan ini dikembangkan pada 1971 oleh Merle Robbins. Sekarang ini
merupakan produk Mattel.
Gambar 2.3
  
2.4
TARGET AUDIENS
Demografi
Jenis kelamin : Pria - Wanita
Usia : 25-50
Kelas Sosial : Menengah atas
Geografi : Kota-kota besar di Indonesia
Psikografi : Seniman, penghobi barang unik, penghobi kartu remi, budayawan.
2.5
SWOT
Strength
Memakai visual yang khas bertemakan Kerajaan Singoari.
Nilai estetik yang khas yang terdapat pada kartu remi berlatar belakang Kerajaan
Singoari.
Weakness
Produksi susah karena bentuk kartu yang khusus.
Opportunity
Memiliki pangsa pasar khusus yaitu penghobi kartu remi.
Banyak konsumen yang bosan dengan kartu remi yang biasa, dan menginginkan sesuatu
yang berbeda.
Masih sedikit produksi kartu yang bertemakan tanah air.
Threat
Mulai banyak produk sejenis yang bermunculan.
Banyak masyarakat yang belum mengerti akan nilai estetik yang dimiliki kartu remi yang
khas ini.