3
BAB II
DATA & ANALISA
2.1 Sumber Data
2.1.1 Literatur Buku
1. “Rajawali dengan Jurus Padi”, Rudy Hartono Menurut Rudy Hartono. Karya Alois A.
Nugroho
2. “100 Tokoh yang Mengubah Indonesia”. Penerbit NARASI
3. “Undersatnding Comics: The inviseible Art”. Karya Scott McCloud
2.1.2 Literatur Artikel
2.2 Data Historis
2.2.1 Sejarah Bulutangkis di Indonesia
Dari mana cabang olahraga badminton berasal dan bagaimana sejarah awalnya ?
Orang hanya mengenal nama badminton berasal dari sebuah rumah/istana di kawasan
Gloucester-shire, sekitar 200 kilometer sebelah barat London, Inggris. Badminton
House, demikian nama istana tersebut, menjadi saksi sejarah bagaimana olahraga ini
mulai dikembangkan menuju bentuknya sekarang. Di bangunan tersebut, sang pemilik,
Duke of Beaufort
dan keluarganya pada abad ke-17 menjadi aktivis olahraga ini. Akan
tetapi, Duke of Beaufort
bukanlah penemu permainan itu. Badminton hanya menjadi
  
4
nama karena dari situlah permainan ini mulai dikenal di kalangan atas dan kemudian
menyebar. Badminton menjadi satu-satunya cabang olahraga yang namanya berasal dari
nama tempat.
Yang juga tanda tanya besar adalah bagaimana nama permainan ini berubah dari
battledore menjadi badminton. Nama asal permainan dua orang yang menepak bola ke
depan (forehand) atau ke belakang (backhand) selama mungkin ini tadinya battledore.
Asal mula permainan battledore dengan menggunakan shuttlecock (kok) sendiri juga
misteri. Dulu orang menggunakan penepak dari kayu (bat). Dua orang menepak
“burung” itu ke depan dan ke belakang selama mungkin.
Permainan macam ini sudah dilakukan anak-anak dan orang dewasa lebih dari
2000 tahun lalu di India, Jepang, Siam (kini Thailand), Yunani, dan Cina. Di kawasan
terakhir ini dimainkan lebih banyak dengan kaki. Di Inggris ditemukan ukiran kayu
abad pertengahan yang memuat gambar anak-anak sedang
menendang-nendang
shuttlecock. Permainan menggunakan kok memang mempunyai daya tarik tersendiri.
Setelah ditepak atau dipukul ke atas maka begitu “jatuh” (menurun) kok akan melambat,
memungkinkan orang mengejar dan menepaknya lagi ke atas. Yang menjadi tanda
tanya, bagaimana bisa terbentuk kok seperti sekarang: ada kepala dengan salah satu
ujung bulat dan di ujung lain yang datar tertancap belasan bulu sejenis unggas? Bahan-
bahan untuk membuat kok memang sudah ada di alam. Bentuk kepala kok yang bulat
sudah ada di sekitar kita, biasa ditemukan dalam buah-buahan atau batu.
Pertanyaannya adalah bagaimana awalnya bulu-bulu bisa menancap di kepala
kok ? Ada yang berpendapat bahwa ada seseorang sedang duduk di kursi dan di
depannya meja tulis. Dia melamun dan memikirkan sesuatu yang jauh. Tanpa disengaja
dia mengambil tutup botol yang terbuat dari gabus dan kemudian menancap-nancapkan
pena yang ketika itu terbuat dari bulu unggas. Beberapa pena tertancapkan dan jadilah
bentuk sederhana sebuah kok.
Tentu ini tidak
ada buktinya. Hanya kemudian memang terbentuk alat
permainan seperti itu yang di tiap kawasan berbeda bentuknya. Pada tahun 1840-an dan
1850-an keluarga Duke of Beaufort ke-7 paling sering menjadi penyelenggara
permainan ini. Menurut Bernard Adams (The Badminton Story, BBC 1980) anak-anak
Duke –
tujuh laki-laki dan empat perempuan –
inilah yang mulai memainkannya di
  
5
ruang depan. Lama-lama mereka bosan permainan yang itu-itu saja. Mereka kemudian
merentangkan tali di antara pintu dan perapian dan bermain dengan menyeberangkan
kok melewati tali itu. Itulah awal net. Akhir tahun 1850-an mulailah dikenal jenis
permainan baru. Pada tahun 1860-an ada seorang penjual mainan dari London –
mungkin juga penyedia peralatan battledore – bernama Isaac Spratt, menulis Badminton
Battledore –
a new game. Tulisan tersebut menggambarkan terjadinya evolusi
permainan di Badminton House.
Lambang PBSI
Gambar 1.1
Pada jaman penjajahan dahulu, ada perkumpulan-perkumpulan bulutangkis di
Indonesia yang bergerak sendiri-sendiri tanpa satu tujuan dan satu cita-cita perjuangan
di alam negara merdeka, memang tidak bisa dibiarkan berlangsung terus.Harus
diusahakan satu organisasi secara nasional, sebagai organisasi pemersatu.
Untuk menempuh jalan menuju satu wadah organisasi maka cara yang paling
tepat adalah mempertemukan tokoh perbulutangkisan dalam satu kongres. Pada saat itu
memang agak sulit untuk berkomunikasi antara satu daerah dengan daerah lainnya.
Satu-satunya yang bisa ditempuh adalah lingkungan pulau jawa saja. Itupun bisa
ditempuh setelah terbentuknya PORI ( Persatuan Olah Raga Replubik Indonesia ).
Usaha yang dilakukan oleh Sudirman Cs dengan melalui perantara surat yang
intinya mengajak mereka untuk mendirikan PBSI membawakan hasil. Maka dalam
suatu pertemuan tanggal 5 Mei 1951 di Bandung lahirlah PBSI ( Persatuan Bulutangkis
Seluruh Indonesia ) dan pertemuan tersebut dicatat sebagai kongres pertama PBSI.
  
6
Dengan ketua umumnya A. Rochdi Partaatmadja, ketua I : Soedirman, Ketua II : Tri
Tjondrokoesoemo, Sekretaris I : Amir, Sekretaris II : E. Soemantri, Bendahara I :
Rachim, Bendahara II : Liem Soei Liong.
Dengan adanya kepengurusan tingkat pusat itu maka kepengurusan di tingkat
daerah / propinsi otomatis menjadi cabang yang berubah menjadi Pengda ( Pengurus
Dareah ) sedangkan Pengcab ( Pengurus Cabang ) adalah nama yang diberikan kepada
kepengurusan ditingkat kotamadya / kabupaten. Hingga akhir bulan Agustus 1977 ada
26 Pengda di seluruh Indonesia ( kecuali Propinsi TImor-Timur ) dan sebanyak 224
Pengcab, sedangkan jumlah perkumpulan yang menjadi anggota PBSI diperkirakan
2000 perkumpulan.
2.2.2 Gambaran Kejuaraan All England
Pertama kali All England
digelar bulan April 1899 menyusul kesuksesan
kejuaraan Bulutangkis pertama di dunia pada tahun 1898 di Guildford. Saat itu,
kejuaraan ini masih bernama '' Kejuaraan Inggris Terbuka'' dan hanya memainkan sektor
ganda, yaitu ganda putra, ganda putri dan ganda campuran saja. 
Dan sektor tunggal putra maupun putri baru diselenggarakan setahun kemudian.
Kejuaraan ini dulu sering disebut sebagai kejuaraan dunia tidak resmi dan nama All
England sendiri baru dipakai pada tahun 1902.
Sejak digelar 99 tahun lalu All England
sudah berpindah tempat ke 8 lokasi
berbeda. All England sempat terhenti akibat Perang Dunia I pada tahun 1915-1919 dan
Perang Dunia II 1940-1946.Dalam sejarah penyelenggaraannya, sebelum dikuasai oleh
pemain Asia, gelar All England
terlebih dahulu dikuasai oleh pemain Inggris. Hingga
saat ini Sir George Alan Thomas masih tercatat sebagai atlet yang paling banyak
merebut gelar All England dengan total 21 gelar dari berbagai sektor. 
Sedangkan di era modern ketika pemain Asia mulai berjaya, nama-nama seperti
Rudy Hartono dari Indonesia, Park Jo Boong dari Korea dan Gao Ling dari Cina ikut
masuk dalam daftar pemain tersukses yang
merebut banyak gelar di All England.
Sejarah penyelenggaraan yang panjang itulah yang membuat banyak pemain top dunia
memburu gelar All England, termasuk pebulutangkis Indonesia. 
  
7
All England sempat diberi gelar sebagai kejuaraan dunia tidak resmi oleh insan
bulutangkis di dunia ini. Itu karena penting dan bergengsinya turnamen ini. Sejak
digelar, All England
telah delapan kali berpindah lokasi berbeda, dan terakhir diadakan
di Birmingham. Meskipun bukan turnamen yang menyediakan hadiah tertinggi, All
England selalu dibanjiri pemain-pemain dunia. Pemain boleh tidak tampil di turnamen
lainnya, meskipun hadiahnya lebih besar, tetapi tidak dengan kompetisi yang
menyediakan total hadiah US$ 200.000 ini. 
Turnamen ini mempunyai sejarah panjang dan tertua di dunia. Para pemain,
belum merasa lengkap menjadi yang terbaik jika belum merebut gelar juara All
England. Banyak pemain yang berlatih keras karena prioritas utama mereka ingin
mencetak sejarah dengan juara di All England. Seorang pemain akan lebih lengkap gelar
juaranya jika merasakan All England, juara dunia, dan Olimpiade. Juara dunia dan
Olimpiade tentu juga diimpikan semua pemain di dunia ini. Dua ajang ini bahkan tidak
menyodorkan hadiah sama sekali namun menjadi hal yang sangat penting dan
bersejarah bagi seorang pemain bulutangkis. 
Dalam sejarahnya, sebelum dikuasai para pemain Asia, gelar All England
terlebih dahulu dikuasai oleh pemain lokal. Hingga sekarang, Sir George Alan Thomas
tercatat sebagai atlet yang paling banyak merebut gelar juara, yaitu dengan 21 titel dari
berbagai nomor. Pada era modern ketika pemain Asia mulai berjaya, nama-nama seperti
Rudy Hartono, Liem Swie King (Indonesia), Susy Susanti (Indonesia), Ye Zhaoying,
Gong Zhichao, Xie Xinfang (China), Park Joo Bong/ Kim Moon Soo, Li Yong Bo/ Tian
Bingyi merupakan pemain paling sukses merebut banyak gelar. 
Rudy mencatat rekor delapan kali juara tunggal putra, yaitu pada 1968-1974,
dan 1976. Rekor ini begitu fantastis, dan belum ada yang mampu menyamainya.
Rasanya sulit bagi pemain sekarang
untuk menyaingi apa yang telah diraih pria asal
Surabaya ini. Rudy, dalam sebuah kesempatan mengatakan, harus berlatih keras selama
enam bulan sebelum tampil di All England
Sayangnya, setelah duet putra Candra Wijaya/ Sigit Budiarto yang juara pada
2003, tak ada gelar juara lagi yang dirasakan para pemain Indonesia. Hariyanto Arbi,
yang sekarang bergelut dengan bisnis perlengkapan bulutangkis Flypower, adalah
pemain tunggal putra terakhir yang merebut gelar juara, yaitu pada 1994. Setelah
  
8
Hariyanto, sebenarnya ada Taufik Hidayat yang diharapkan juara. Namun faktanya,
Taufik hanya menjadi finalis dua kali, 1999 dan 2000. Taufik pun mempunyai keinginan
kuat untuk menyandingkannya dengan gelar juara dunia dan Olimpiade. 
Liem Swie King, salah satu pemain Indonesia yang juga menorehkan namanya
daftar juara All England merasa bangga karena dapat merebut gelar juara di kompetisi
tersebut. Waktu itu, All England
merupakan acuannya bulutangkis, karena belum ada
Kejuaraan Dunia dan Olimpiade. Namun, saya kira, sampai sekarang pun turnamen ini
menjadi tolok ukur juga walau sudah ada Kejuaraan Dunia dan Olimpiade, kata Swie
King. 
Pemain binaan klub Djarum yang tiga kali merebut gelar juara di All England
ini mengatakan menjadi juara All England
akan lebih dikenang dari pada juara di
turnamen lainnya. Salah satu daya tarik yang kuat dari turnamen ini, adalah gengsinya
karena tertua di dunia dan mempunyai sejarah yang sangat panjang,
ujar pemain asal
Kudus ini. 
Untuk menjadi juara di All England, Swie King harus berlatih keras selama tiga
bulan. Kita harus fokus latihan ke All England. Saya latihan serius selama tiga bulan
untuk menjadi juara, ujar Swie King yang mendapat hadiah 2.500 pound sterling setiap
kali juara di All England itu.
2.3 Pengertian Biografi
Pengertian biografi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bi.o.gra.fi [n]
riwayat hidup (seseorang) yg ditulis oleh orang lain. Biografi sendiri berasal dari bahasa
Yunani, yaitu bios dan graphien yang berarti hidup dan tulis. Sehingga dapat diartikan sebagai
kisah riwayat hidup seseorang.
Biografi dapat memuat, menganalisa dan menerangkan fakta-fakta dari kehidupan seseorang
dan peran pentingnya. Biografi dapat bercerita tentang tokoh sejarah ataupun tokoh yang masih
hidup, orang terkenal ataupun orang yang tidak terkenal. Kebanyakan biografi ditulis secara
kronologis, dan dibagi kepada beberapa bagian. Adapula beberapa biografi yang hanya berfokus
kepada bagian-bagian atau pencapaian-pencapaian tertentu.
  
9
Macam-macam biografi :
1. Berdasarkan sisi penulis :
-
Autobiografi:
Biografi yang ditulis sendiri oleh tokoh yang terkait
-
Biografi :
Biografi yang ditulus oleh orang lain. Dibagi dua berdasarkan izin penulisan
-
Authorized biography, yaitu biografi yang penulisannya seizin atau
sepengetahuam tokoh didalamnya
-
Unauthorized biography, yaitu ditulis seseorang tanpa sepengetahuan atau izin
dari tokoh di dalamnya (biasanya karena telah wafat)
2. Berdasarkan Isi yang dibahas:
-
Biografi Perjalanan Hidup,
Isinya berupa perjalanan hidup lengkap atau sebagian paling berkesan.
-
Biografi Perjalanan Karir,
Isinya berupa perjalanan karir dari awal karir hingga karir terbaru, atau sebagian
perjalanan karir dalam mencapai sukses tertentu.
3.Berdasarkan Persoalan yang dibahas :
-
Biografi politik.
biografi yang ditulis dari sudut politik. Namun, biografi semacam ini kadang kala
tidak lepas dari kepentingan penulis ataupun sosok yang ditulisnya.
-
Intelektual biografi
yang juga disusun melalui riset dan segenap temuan dituangkan penulisnya dalam
gaya penulisan ilmiah.
  
10
-
Biografi jurnalistik ataupun biografi sastra
yaitu materi penulisan biasanya diperoleh dari hasil wawancara terhadap tokoh
yang akan ditulis maupun yang menjadi rujukan sebagai pendukung penulisan.
2.3.1 Biografi Singkat Rudy Hartono
Foto Rudy Hartono
Gambar 1.2
Nama           : Rudy Hartono Kurniawan
Lahir                : Surabaya, 18 Agustus 1949
Menikah          : 28 Agustus 1976
Istri                  : Jane Anwar
Anak                : Christoper dan Christine
Prestasi           :
Juara tunggal putra All England 8 kali (1968, 1969, 1970, 1971, 1972, 1973, 1974, dan
1976)
Runner-Up All England 2 kali (1975, 1978)
  
11
Juara bersama Tim Indonesia dalam Thomas Cup 4 kali (1970, 1973, 1976 dan 1979)
Juara Dunia World Championship, 1980
Juara Denmark Open 3 kali (1971, 1972, 1974)
Juara Canadian Open 2 kali (1969, 1971)
Juara US Open, 1969
Juara Japan Open, 1981
Ketua Bidang Pembinaan PB PBSI (1981-1985)
Penghargaan   :
Asian Heroes, TIME Magazine, 2006
Olahragawan terbaik SIWO/PWI (1969 dan 1974)
IBF Distinguished Service Award 1985
IBF Herbert Scheele Trophy 1986 – penerima pertama
Honorary Diploma 1987 dari the International Committee’s “Fair Play” Award
Tanda Kehormatan Republik Indonesia Bintang Jasa Utama
Pria kelahiran 1949 ini pernah diabadikan namanya dalam Guiness Book of World
Records pada tahun 1982 karena berhasil membawa Indonesia meraih juara All England delapan
kali dan memenangkan Thomas Cup sebanyak empat kali. Rudy Hartono yang juga pernah
dinobatkan sebagai salah satu “Asian Heroes” kategori “Athletes & Explorers” versi Majalah
Time ini lahir dengan nama Nio Hap Liang. Rudy merupakan anak ketiga dari keluarga
Zulkarnaen Kurniawan. Dua kakak Rudy, Freddy Harsono dan Diana Veronica juga pemain
olahraga bulutangkis kendati baru pada tingkat daerah.
Masa Kecil
Rudy kecil sangat tertarik mengikuti beragam olahraga di sekolah, terutama atletik. Saat
masih SD, ia suka berenang. Di SMP, ia suka bermain bola voli dan SMA, ia menjadi pemain
sepakbola yang baik. Meski demikian, bulutangkis menjadi minatnya yang paling besar.
Saat usia 9 tahun, Rudy sudah menunjukkan bakatnya pada olahraga ini. Namun
ayahnya, Zulkarnaen Kurniawan, baru menyadari bakatnya ini saat Rudy berusia 11 tahun.
Setelah ayahnya menyadari bakat anaknya, maka Rudy kecil mulai dilatih secara sistematik
  
12
pada Asosiasi Bulu Tangkis Oke dengan pola latihan yang telah ditentukan oleh ayahnya.
Sekedar informasi, ayah Rudy juga pernah menjadi pemain bulu tangkis di masa mudanya.
Zulkarnain pernah bermain di kompetisi kelas utama di
Surabaya. Zulkarnain pertama kalinya
bermain untuk Asosiasi Bulu Tangkis Oke yang dia dirikan sendiri pada tahun 1951. Di asosiasi
ini ayah Rudy juga melatih para pemain muda. Program kepelatihannya ditekankan pada empat
hal utama yaitu: kecepatan, pengaturan nafas yang baik, konsistensi permainan dan sifat agresif
dalam menjemput target. Tidak mengherankan banyak program kepelatihannya lebih
menekankan pada sisi atletik, seperti lari jarak panjang dan pendek dan juga latihan melompat
(high jump).
Saat di Oke, Rudy untuk pertama kali memulai program latihannya yang disusun
sedemikan rupa. Sebelumnya Rudy lebih banyak berlatih dengan turun ke jalan. Ia berlatih di
jalan-jalan beraspal yang seringkali masih kasar dan penuh kerikil, di depan kantor PLN di
Surabaya, yang sebelumnya bernama Jalan Gemblongan.
Awal Karier Profesional
Setelah beberapa lama bergabung dengan grup ayahnya, akhirnya Rudy memutuskan
untuk pindah ke grup bulutangkis yang lebih besar yaitu Rajawali Group
yang telah banyak
menghasilkan pemain bulutangkis dunia. Pada awal bergabung dengan grup ini, Rudy merasa
sudah menemukan tempat terbaik dalam mengembangkan kemampuannya dalam bulutangkis.
Namun, setelah mendapat masukan dari ayahnya, ia mengakui bahwa jika ingin kemampuan dan
kariernya di
bulutangkis meningkat maka ia harus pindah ke tempat latihan yang lebih baik.
Oleh karena itu, Rudy lantas bergabung dengan Pusat Pelatihan Nasional untuk Thomas Cup di
akhir 1965.
Setelah bergabung dengan Pusat Pelatihan Nasional untuk Thomas Cup, kemampuannya
meningkat pesat. Ia menjadi bagian dari tim Thomas Cup yang menang pada 1967. Setahun
kemudian, di usia 18 tahun ia meraih juara yang pertama di Kejuaraan All England
mengalahkan pemain Malaysia Tan Aik Huang dengan skor 15-12 dan 15-9. Ia kemudian
menjadi juara di tahun-tahun berikutnya hingga 1974.
Namun, nampaknya kedigdayaannya tidak berlangsung lama. Pada 1975, ia kalah dari
Svend Pri. Tetapi, gelar juara All England ia rebut kembali pada 1976. Bersama tim Indonesia,
  
13
Rudy menjuarai Thomas Cup pada 1970, 1973 dan 1976. Setelah absen selama dua tahun, Rudy
tampil kembali pada Kejuaraan Dunia Bulutangkis II di Jakarta, 1980. Semula dimaksudkan
sebagai pendamping, ternyata secara mengagumkan Rudy keluar sebagai juara. Berhadapan
dengan Liem Swie King di final, pada usia 31 tahun Rudy membuktikan dirinya sebagai maestro
yang tangguh.
Stuart Wyatt, presiden dari Asosiasi Bulutangkis Belanda berkata, “Tidak diragukan
lagi, Rudy Hartono adalah pemain tunggal terbesar di jamannya. Ia handal dalam segala aspek
permainan, kemampuannya, taktiknya, dan semangatnya.” Juara tujuh kali berturut-turut dan
yang ke delapan (1968-1976) menjadi bukti akan hal itu.
Rekornya ini merupakah hasil dari kemampuannya yang luar biasa di bidang kecepatan
dan kekuatan dalam bermain. Gerakannya nyaris menguasai seluruh area lantai permainan. Ia
tahu kapan harus bermain reli atau bermain cepat. Sekali ia melancarkan serangan, lawannya
nyaris tidak berkutik. Namanya sudah menjadi jaminan untuk menjadi pemenang, sebab ia
hampir tidak
pernah kalah. Meski ia sudah mengundurkan diri, banyak orang masih percaya
bahwa ia masih bisa menjadi pemenang. Mungkin inilah alasan mengapa orang menjulukinya
Wonderboy’.
Doa adalah Kunci Suksesnya
Banyak orang ingin tahu kunci keberhasilannya. Rudi menjawab, “Berdoa”
Dengan
berdoa, Rudy memperkuat pikiran dan iman. Berdoa tidak hanya sebelum bertanding, tetapi juga
selama bertanding. Itu melibatkan kata-kata atau ekspresi yang akan membangkitkan percaya
diri dalam hati dan pikiran.
Untuk setiap poin yang ia peroleh selama bertanding, ia ucapkan terima kasih kepada
Tuhan, “Terima kasih Tuhan untuk poin ini.” Dia terus berkata seperti itu hingga skor terakhir
dan pertandingan berakhir. Ia mengatakan kebiasaannya ini dalam biografinya yang diedit oleh
Alois A. Nugroho. Ia percaya bahwa manusia berusaha namun Tuhan yang memutuskan.
“Saya melakukan itu dalam semua pertandingan besar khususnya All England. Bagi
saya ini adalah kenyataan. Kita berusaha tetapi Tuhan yang memutuskan. Saya juga percaya
bahwa kalau kita kalah memang sudah ditentukan demikian, dan kalau kita menang, itu juga
  
14
adalah kehendak Tuhan. Kalah adalah hal yang alami, karena sebagai manusia kita semua
pernah mengalami kekalahan. Pemahaman ini akan melepaskan stress selama bertanding,
mengurangi ketakutan, dan kegusaran, “ kata Rudy menjelaskan.
Foto Rudy Hartono memegang piala All England
Gambar 1.3
Kehidupan Pasca Gantung Raket
Rudy tetap terlibat dalam olahraga yang ia tekuni semenjak kecil ini, walau hanya dari
pinggir lapangan. Olahragawan terbaik SIWO/PWI (1969 dan 1974) ini menjadi Ketua Bidang
Pembinaan PB PBSI dalam kurun waktu 1981-1985 di bawah kepengurusan Ferry Sonneville.
Sejak itu, ia memusatkan perhatian pada pembinaan pemain-pemain yang lebih muda,
yang diharapkan dapat menggantikannya. Dari klub yang dipimpinnya, misalnya, lahir Eddy
Kurniawan yang, kendati belum berprestasi secara stabil, mampu membunuh raksasa bulu
tangkis Cina seperti Zao Jianghua atau Yang Yang. Pemain-pemain belasan tahun seperti
Hargiono, Hermawan Susanto. atau Alan Budi Kusuma, juga banyak menerima sentuhan Rudy,
untuk bisa tampil dalam kancah pertarungan dunia kelak.
Selain itu, dengan materi yang dimilikinya, ditunjang oleh hubungan yang luas dengan
banyak pengusaha, dan hasil kuliahnya di Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti Jakarta, Rudy
  
15
mengembangkan bisnis. Peternakan sapi perah di daerah Sukabumi adalah awal mulanya ia
bergerak dalam bisnis susu. la juga bergerak dalam bisnis alat olahraga dengan mengageni merk
Mikasa, Ascot, juga Yonex. Kemudian melalui Havilah Citra Footwear yang didirikan pada
1996, ia mengimpor berbagai macam pakaian olahraga. Selain itu, Rudy pun pernah menjadi
pengusaha oli merek Top 1 dan menjadi pemain dalam film “Matinya Seorang Bidadari” pada
tahun 1971 bersama Poppy Dharsono.
Berkat nama besarnya di dunia bulutangkis, United Nations Development Programme
(UNDP) menunjuk Rudy sebagai duta bangsa untuk Indonesia. UNDP adalah organisasi PBB
yang berperang melawan kemiskinan dan berjuang meningkatkan standar hidup, dan
mendukung para perempuan. Di mata UNDP, Rudy menjadi sosok terbaik sebagai duta
kemanusiaan. Kiprahnya di dunia olahraga dan kerja kerasnya menjadi juara dunia menjadi
teladan bagi generasi yang lebih muda. “Ia menjadi teladan,” kata Ravi Rajan, Resident
Representative of UNDP in Indonesia (Gatra 8 November 1997).
Kini, Rudy tidak lagi mengayunkan raketnya di udara. Faktor usia dan kesehatan
membuat ia tidak bisa melakukannya. Sebab sejak ia menjalani operasi jantung di Australia pada
1988, ia hanya bisa berolahraga dengan berjalan kaki di seputar kediamannya. Walaupun
demikian, dedikasinya pada bulutangkis tidak pernah mati.
Rekor Juara Rudy Hartono dibanding Atlet internasional lain yang merajai cabang
olahraganya masing-masing
Rudy Hartono: 8 kali juara All England (rekor juara All England terbanyak). Tahun
1968, 1969, 1970, 1971, 1972, 1973, 1974, 1976, 1978.
Michael Schumacher: 7 kali juara dunia balap mobil Formula 1 (rekor juara dunia f1
terbanyak). Tahun 1994, 1995, 2000, 2001, 2002, 2003, 2004.
Valentino Rossi: 7 kali juara dunia balap motor motoGP (rekor juara dunia motoGP
terbanyak). Tahun 2001, 2002, 2003, 2004, 2005, 2008, 2009.
Roger Federer: 3 kali juara Grand slam olahraga tennis (rekor juara grand slam
terbanyak). Tahun 2004, 2006, 2007.
Dari perbandingan rekor juara yang penulis paparkan diatas, terlihat jelas perjuangan
keras Rudy Hartono dalam menyabet dan mempertahankan gelar juara tersebut. Rudy
Hartono memiliki rekor terbanyak dalam menjuarai kejuaraan yang paling besar dari tiap
cabang olahraga tersebut. 
  
16
2.4 Kurangnya Apresiasi terhadap Bulutangkis
Dari beberapa cabang olahraga yang pernah berprestasi di Indonesia. Bulutangkis
adalah cabang olahraga yang prestasinya paling mencolok. Hampir tiap ajang kejuaraan yang
diikuti, atlet atau tim yang dikirim dari Pelatnas maupun luar Pelatnas mampu menymbangkan
minimal 1 medali emas. Hal tersebut bahkan sudah dikatakan tradisi bulutangkis Indonesia
untuk mendampatkan medali emas.
Tetapi apa yang terjadi saat ini terhadap bulutangkis Indonesia? Para atlet yang sempat
menyumbangkan medali emas kurang mendapat perhatian dari pemerintah maupun  masyarakat.
Pemerintah selalu mengutamakan olahraga sepakbola yang saat ini sedang carut marut mengenai
kebijakan yang dikeluarkan PSSI. Selain itu, awak media tidak pernah berhenti memberitakan
tentang sepakbola yang nyatanya prestasi sepakbola masih jauh dibandigkan bulutangkis.
Keadaan ini berdampak pada bulutangkis yang makin terlupakan oleh masyarakat Indonesia
sendiri. Nama-nama seperti Tati Sumirah dan Budi Santoso merupakan contoh legenda
bulutangkis Indoneisa yang pernah menyumbangkan medali emas, tetapi saat ini namanya
seakan tenggelam dimakan usia. Bahkan Rudy Hartono, pemecah rekor All England
sosoknya
hampir terlupakan dan banyak yang belum mengetahui sosoknya.
Yang dijadikan bahan pertimbangan adalah hasil yang diperoleh cabang bulutangkis
dibandingkan cabang olahraga lain. Salah satu yang kontroversial adalah saat Budiarto
Shambazy mengomentari keberhasilan timnas sepakbola Indonesia masuk ke final SEA Games
2011, inti pernyataannya saat itu adalah, “Tidak mendapat emas di cabang lain tidak apa-apa,
asal dapat emas di sepakbola.”. Sungguh miris melihat pernyataan tersebut jika dilihat di
kenyataannya timnas sepakbola hanya bisa sampai final dan elum mendapatkan satupun piala.
Hal ini yang menjadi alasan kuat yang sangat mendukung penulis untuk mengangkat kembali
nama bulutangkis Indonesia khusunya untuk masyarakat Indonesia sendiri.
2.5 Animasi Dokumenter
Film animasi dokumenter pertama kali dikenalkan oleh Windsor Mckay dalam film The
Sinking of Lusitania (1918) dimana ia menggunakan animasi untuk menampilkan peristiwa
tenggelamnya kapal RMS Lusitania karena terkena serangan torpedo. Dimana tidak ada rekaman
nyata dari kejadian ini. Contoh lain dari film Animasi Dokumenter adalah Abductees (2005)
karya Paul Vester, film ini menampilkan wawancara dengan beberapa orang yang mengaku
pernah diculik oleh makhluk luar angkasa, dari wawancara tersebut pengalam mereka
  
17
ditampilkan kembali dalam bentuk animasi. Selain itu ada juga Waltz With Bashir (2008) yang
masuk dalam nominasi Academy Awards
sebagai Best Foreign Languages Film menceritakan
tentang perang Libanon di tahun 1982 dibuat dalam bentuk animasi sepenuhnya. Dari hal
tersebut, kita dapat melihat penggunaan animasi dalam mewujudkan suatu kejadian yang tidak
mungkin diwujudukan lagi atau suatu kejadian yang tidak pernah terekam atau
terdokumentasikan ke dalam sebuah film, selain itu yang menjadi kekuataan animasi adalah
fungsinya untuk menghibur walaupun tema yang diangkat ke dalam film animasi dokumenter
tersebut adalah tema yang berat, dengan animasi juga dapat memudahkan penyampaina data-
data atau informasi penting yang harus disampaikan dalam sebuah dokumenter. Dalam 30
konteks tugas akhir ini, penulis menggunakan animasi untuk menggambarkan kembali beberapa
hal yang pernah terjadi dengan menggunakan animasi sebagai media untuk menyampaikan tema
yang diangkat ke dalam sebuah film. Karena dengan media film animasi dokumenter
permasalahan yang diangkat
penulis bisa lebih menarik dan lebih mudah untuk dipaparkan
dalam penyampaiannya.
2.6 Target Audiens
Target audiens kira berusia 15-25 tahun, tinggal di kota besar atau yg lainnya seperti
Jakarta, Bandung, dll. Memiliki pendidikan minimal SMA atau perguruan tinggi. Memiliki
ketertarikan dengan sejarah pahlawan, multimedia, audio visual, dan animasi. Tingkat ekonomi
mengengah keatas.
2.7 Analisa
2.7.1 Faktor Pendukung
1. Masih jarangnya animasi Indonesia yang membahas tokoh Indonesia yang mampu
mengharumkan nama bangsa.
2. Mulai banyaknya peminat animasi sehingga membuat animasi adalah daya tarik
tersendiri untuk masyarakat Indonesia.
3. Memberi tontonan yang memberikan wawasan baru tentang tokoh Indonesia yang
juga bisa menjadi hiburan.
4. Media animasi dapat merekonstruksi kejadian bersejarah yang pernah terjadi.
  
18
2.7.2 Faktor Penghambat
1. Kurangnya minat masyarakat Indonesia untuk mempelajari sejarah bangsanya sendiri.
2. Kurangnya literatur buku maupun situs yang membahas tentang sepak terjang Rudy
Hartono.
3. Waktu yang sangat sempit sehingga tak semua perjalanan hidup Rudy Hartono dapat
disajikan.