Home Start Back Next End
  
7
All England sempat diberi gelar sebagai kejuaraan dunia tidak resmi oleh insan
bulutangkis di dunia ini. Itu karena penting dan bergengsinya turnamen ini. Sejak
digelar, All England telah delapan kali berpindah lokasi berbeda, dan terakhir diadakan
di Birmingham. Meskipun bukan turnamen yang menyediakan hadiah tertinggi, All
England selalu dibanjiri pemain-pemain dunia. Pemain boleh tidak tampil di turnamen
lainnya, meskipun hadiahnya lebih besar, tetapi tidak dengan kompetisi yang
menyediakan total hadiah US$ 200.000 ini. 
Turnamen ini mempunyai sejarah panjang dan tertua di dunia. Para pemain,
belum merasa lengkap menjadi yang terbaik jika belum merebut gelar juara All
England. Banyak pemain yang berlatih keras karena prioritas utama mereka ingin
mencetak sejarah dengan juara di All England. Seorang pemain akan lebih lengkap gelar
juaranya jika merasakan All England, juara dunia, dan Olimpiade. Juara dunia dan
Olimpiade tentu juga diimpikan semua pemain di dunia ini. Dua ajang ini bahkan tidak
menyodorkan hadiah sama sekali namun menjadi hal yang sangat penting dan
bersejarah bagi seorang pemain bulutangkis. 
Dalam sejarahnya, sebelum dikuasai para pemain Asia, gelar All England
terlebih dahulu dikuasai oleh pemain lokal. Hingga sekarang, Sir George Alan Thomas
tercatat sebagai atlet yang paling banyak merebut gelar juara, yaitu dengan 21 titel dari
berbagai nomor. Pada era modern ketika pemain Asia mulai berjaya, nama-nama seperti
Rudy Hartono, Liem Swie King (Indonesia), Susy Susanti (Indonesia), Ye Zhaoying,
Gong Zhichao, Xie Xinfang (China), Park Joo Bong/ Kim Moon Soo, Li Yong Bo/ Tian
Bingyi merupakan pemain paling sukses merebut banyak gelar. 
Rudy mencatat rekor delapan kali juara tunggal putra, yaitu pada 1968-1974,
dan 1976. Rekor ini begitu fantastis, dan belum ada yang mampu menyamainya.
Rasanya sulit bagi pemain sekarang
untuk menyaingi apa yang telah diraih pria asal
Surabaya ini. Rudy, dalam sebuah kesempatan mengatakan, harus berlatih keras selama
enam bulan sebelum tampil di All England
Sayangnya, setelah duet putra Candra Wijaya/ Sigit Budiarto yang juara pada
2003, tak ada gelar juara lagi yang dirasakan para pemain Indonesia. Hariyanto Arbi,
yang sekarang bergelut dengan bisnis perlengkapan bulutangkis Flypower, adalah
pemain tunggal putra terakhir yang merebut gelar juara, yaitu pada 1994. Setelah
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter