Home Start Back Next End
  
22
sakti, dan milik Winata belum. Karena Winata merasa malu, lalu ia memecah satu telur
tersebut. Keluarlah seekor burung kecil yang belum sempurna bentuknya, cacat tak
berkaki, diberi nama Anaruh. Telur yang tinggal 1 itu dijaga baik-baik oleh Winata.
Suatu hari, Winata kalah bertaruh dengan Kadru karena kecurangan kadru yang
membuat Winata harus menjadi budak dan melayani Kadru beserta 1000 ekor ular. Dan
telur Winata satunya pun akhirnya menetas menjadi Garuda. Besar, gagah, bersinar, dan
sakti. Untuk menolong ibunya, Kadru menyuruh Garuda mengambil Amerta, air
kehidupan milik dewa. Amerta dijaga para dewa dan dikelilingi api yang menyala.
Garuda pun melawan para dewa dan menyembur dengan air laut untuk mematikan api
tersebut. Pesan ibunya, “bila menelan orang lehermu terasa panas, itu tandanya
Brahmana ikut termakan. Muntahkanlah, karena ia seperti ayahmu Begawan Kasyapa.
Kamu harus menghormatinya”.
Berhasillah Sang Garuda merebut Amerta. Lalu dibawanya ke Kadru untuk
menyelamatkan ibunya. 1000 ular sudah sangat senang melihat amerta dan Winata
dibebakan, tetapi Garuda tak kehilangan akal. Dikibas-kibaskan sayapnya agar ular
kotor, dan pergi membersihkan badan dulu di sungai. Garuda pergi meninggalkan
tempat itu dan membawa Amerta kembali. Di perjalanan ia bertemu dengan Dewa
Wisnu, meminta untuk Amerta diserahkan kembali ke para dewa. Dan Sang Garuda pun
menjadi tunggangan Dewa Wisnu. (dikutip dari buku: Garuda Sebagai Identitas Budaya
dan http://sejarah.kompasiana.com/2010/05/20/burung garuda lambang negara indonesia
apakah telah punah).        
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter