5
seminggu satu episode bahkan ada yang lebih. Pola ini sudah bertahun-tahun dijalankan, sampai
akhirnya menjadi semacam pattern bagi orang-orang teve," katanya.
Pola yang sama tidak bisa diterapkan pada produksi film animasi. Tingkat kesulitannya jauh
lebih tinggi. Untuk satu episode film animasi saja, seorang animator membutuhkan waktu satu bulan.
Itupun kalau story board, naskah, dubbing, modeling, rigging, dan komponen lainnya sudah siap.
"Jadi, untuk membuat itu semua dibutuhkan waktu sekitar satu tahun. Satu bulan itu hanya untuk
produksi per episodenya saja," jelas Adez. Jika ingin menerapkan sistem kejar tayang, seperti
diberlakukan industri animasi di Jepang yang menghasilkan satu episode seminggu, dibutuhkan
tenaga animator sebanyak 600 orang. Biayanya tentu berlipat-lipat lagi karena dengan pola satu
episode sebulan saja dibutuhkan animator sebanyak 30-50 orang.
Lalu, kenapa film animasi Jepang harganya bisa murah? Karena produk mereka dijual ke semua
negara. Jika ditilik lebih dalam lagi, ternyata yang dijual itu bukan film animasinya. Film animasi
sering dijadikan sebagai bagian dari promosi sebuah produk, dimana umumnya 10% dana dipakai
untuk berpromosi. "Budget inilah yang lazimnya dipakai oleh mereka untuk membuat sebuah
program film animasi," kata Adez.
Jurus sukses perusahaan Jepang ini menjadi runutan. Sebuah perusahaan animasi di Jakarta, Red
Rocket, menerapkan pola pencarian sponsor produk utama untuk membiayai pembuatan film animasi.
Perusahaan ini menggandeng produsen susu merek Dancow. Tahun 2000 lalu film animasi mereka
yang mengangkat cerita rakyat pernah ditayangkan di Indosiar. Dan, di tahun ini film animasi mereka
kembali tayang di TV7.
Menurut Popy Palele, Eksecutive Producer Red Rocket, film animasi bikinannya sukses meraih
rating di Indosiar, lebih tinggi ketimbang film animasi lain yang tayang pada jam sama di stasiun
televisi lain. "Di awal penayangan sih memang belum kelihatan rating-nya. Setelah episode kelima
dan seterusnya, rating-nya mulai kelihatan. Kalau tidak salah, mengalahkan film Doroemon yang jam
tayangnya sama," kata Popy. Beberapa judul film animasi sudah dibuat Red Rocket, diantaranya Si
Kurus Don Harimau Loreng, Keadilan Seorang Raja, Kancil Dan Kerbau, dan Palosoro Si Lembut
Hati. Judul-judul itu diambil dari judul buku cerita yang sebelumnya dijadikan bonus pembelian
produk susu Dancow.
Sukses Red Rocket itu tak terlepas dari dukungan Nestle. Popy jujur mengakui bahwa tanpa
dukungan dana dari perusahaan multinasional itu, mustahil baginya membuat film animasi yang
berbobot. Biaya yang dibutuhkan tidak dapat ditutupi oleh hasil penjualan ke stasiun televisi.
|