Home Start Back Next End
  
4
Pengembangan kamera gerak dan projector oleh Thomas Alfa Edison
serta
para penemu lainnya semakin memperjelas praktika dalam membuat animasi. Animasi
akhirnya menjadi suatu hal yang lumrah walaupun masih menjadi “barang” mahal pada
waktu itu. Bahkan Stuart Blackton, diberitakan
telah membuat membuat film animasi
pendek tahun 1906
dengan judul “Humourous Phases of Funny Faces”, dimana
prosesnya dilakukan dengan cara menggambar kartun diatas papan tulis, lalu difoto,
dihapus untuk diganti modus geraknya dan di foto lagi secara berulang-ulang. Inilah film
animasi pertama yang menggunakan “stop-motion” yang dihadirkan di dunia.
Pada awal abad ke dua puluh, popularitas kartun animasi mulai menurun
sementara film layar lebar semakin merajai sebagai alternatif media entertainment. Publik
mulai bosan dengan pola yang tak pernah berganti pada animasi tanpa didalamnya terdapat
story line dan pengembangan karakter. Apa yang terjadi pada saat itu merupakan kondisi
dimana mulai terentang jarak antara film layar lebar dan animasi, kecuali beberapa karya
misalnya Winsor McCay yang berjudul Gertie the Dinosaur, 1914. McCay telah memulai
sebuah cerita yang mengalir dalam animasinya ditambah dengan beberapa efek yang mulai
membuat daya tarik tersendiri. Hal ini juga mulai terlihat pada karya Otto Messmer, Felix
the Cat.
Pada era ini, cerita animasi masih banyak terpengaruh pola cerita klasik,
mungkin masih terasa hingga saat ini. Tipikal ceritanya selalu dengan tokoh yang menjadi
hero dan musuhnya. Industri animasi mulai kembali menanjak di Amerika manakala
komersialiasi mulai merambah dunia tersebut. Cerita and strory line pun mulai beragam
disesuaikan dengan demand publik. Industri-industri film raksasa mulai membuat
standardisasi animasi yang laku di pasaran. Biaya produksi pun dapat ditekan dan tidak
setinggi dulu. Akhirnya kartun mulai memasuki era manufaktur dipertengahan abad ke dua
puluh.
2.2.2
Animasi di Indonesia
        
Sejarah Animasi Indonesia sendiri mulai diketahui sejak ditemukannya
Cave Painting yang bercerita mengenai binatang buruan atau
hal-hal yang berbau mistis.
Sejak tahun 1933 di Indonesia banyak koran lokal yang memuat iklan Walt Disney.
Kemudian pada tahun 1955, Presiden Soekarno yang sangat menghargai seni mengirim
seorang seniman bernama Dukut Hendronoto (Pak Ook) untuk belajar animasi di studio
Walt Disney. Setelah belajar selama 3 bulan, ia kembali ke Indonesia dan membuat film
animasi pertama bernama “Si Doel Memilih”. Film animasi 2 dimensi tentang kampanye
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter