menggunakan bantuan komputer. Bahkan akhir-akhir ini film animasi 3D lebih dominan
untuk di tayangkan di bioskop daripada film animasi 2D.
2.2.1.1 Sejarah Animasi
Comic Strip yang sering kita lihat sehari-hari sebenarnya sudah
menjadi tampilan pada dekorasi tembok di Mesir sekitar 2000 tahun
sebelum masehi, menceritakan banyak hal yang terjadi di Mesir waktu itu
dari mulai tata cara kehidupan keseharian, pemerintahan sampai adu gulat
antar prajurit. Leonardo Da Vinci juga menampilkan gerakan tangan yang
berputar pada karya besarnya yaitu Vitruvian Man. Illustrasi malaikat-
malaikat pada mural gereja karya Giotto juga memperlihatkan repetisi
gerakan yang kontinyu. Di Jepang orang menggunakan gulungan gambar
untuk menceritakan cerita panjang sama seperti layaknya Wayang Beber di
Jawa. Pada tembok Candi Borobudur juga terdapat urutan cerita tentang
perjalan tiga babak Sidharta Gautama.
Namun seiring dengan perjalanan waktu manusia mencoba tidak
hanya menangkap gambar tapi juga berupaya membuat karya artistiknya
menjadi hidup dan bergerak. Sejak mula gambar babi hutan di dinding gua
Altamira-Spanyol Utara hingga perjalanan kematian para Firaun adalah
sebuah kronologi panjang yang dicoba untuk dikumpulkan sebagai bahan
awal mula dari animasi.
Animasi, sebenarnya tidak akan terwujud tanpa didasari pemahaman
mengenai prinsip fundamental kerja mata manusia atau dikenal dengan
nama The Persistance of Vision.
Seperti ditunjukan pada karya seorang
Prancis Paul Roget (1828),
penemu Thaumatrope. Sebuah alat berbentuk
kepingan yang dikaitkan dengan tali pegas diantara kedua sisinya. Kepingan
itu memiliki dua gambar pada sisinya. Satu sisi bergambar burung, satu sisi
lainnya bergambar sangkar burung. Ketika kepingan berputar maka burung
seolah masuk kedalam sangkarnya. Proses ini ditangkap oleh mata manusia
dalam satu waktu, sehingga mengekspose gambar tersebut menjadi gerak.
|