4
BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1 Sumber Data
2.1.1 Literatur Buku
1. Jakarta sejarah 400 tahun karangan Susan blackburn
2. Tionghoa
di
Batavia
dan
Huru
Hara
1740
karangan
Johannes
Theodorus
Vermeulen
3. "Motion Graphic Design" karangan Jon Krasner
2.1.2 Literatur Internet
2.2 Data Historis
2.2.1
Dari sunda kelapa ke jayakarta
Sejarawan belanda dan indonesia memiliki pandangan yang sanga berbeda
tetang sejarah awal jakarta. Kaum nasionalis indonesia
melacak sejarah jakarta
dimulai dari masa kerajaan islam dan hindu-jawa hingga masa prasejarah.
Sedangakan belanda memulainya dengan cerita penaklukan yang dilakukan
VOC dan pembangunan benteng belanda tahun 1619.
|
5
Asal mula jakarta dapat ditelusuri dengan dimulainya sebagai kota pelabuhan
sunda kelapa
milik kerajaan
hindu-jawa
kerajaan Pajajaran pada
abad ke
16,
meskipun catatan sejarah lainnya menunjukan adanya tanda kehidupan di tanah
jakarta dengan temuan prasasti abad ke 5 yang ditemukan di daerah jakarta utara
di desa batu tumbuh yakni prasasti tugu milik kerajaan tarumanegara. Pada abad
ini portugis datang ke sunda kelapa dengan motif perdagangan niaga dan bekerja
sama dengan kerajaan pajajaran.portugis membangun benteng pertama di sekitar
ciliwung dan menandai peristiwa ini sebagai perjanjian pertama
yang terjadi di
kota jakarta. Namun hal ini membuat cemas kerajaan islam demak dan mengirim
pasukan sebanyak 1425 tentara ke sunda kelapa yang dipimpin oleh panglima
fatahillah
untuk
melumpuhkan
kota
pelabuhan itu. Fatahillah berhasil
merobohkan benteng dan memukul mundur orang-orang portugis dan menandai
kemenanganya dengan mengubah nama sunda kelapa dengan nama jayakarta.
2.2.2
Kota Kompeni : Asal mula hingga 1800
Pada abad 16-17 bangsa eropa datang dengan motif komersial yang tertuju
oleh kekayaan rempah-rempah di indonesia. Bangsa belanda yang juga telah
datang kebumi nusantara untuk berdagang tertarik dengan kota pelabuhan sunda
kelapa
yang
menjadi
jalur perdagangan
asia
dari
hindia
sampai
ke
tanjung
harapan. Belanda menamai kongsi dagangnya dengan nama VOC (Vereenigde
Oost-Indische Compagnie ). Pada tahun 1611, VOC membuat sebuah perjanjian
dengan Banten untuk mendirikan sebuah kantor dagang sekaligus rumah tinggal
dan gudang. Ketika Jan Pieterzoon Coen dilantik pada tahun 1618, kantor
dagang
yang sebelumnya berada di Banten dipindahkan ke Jayakarta dan
|
6
diperkuat dengan benteng pertahanan dan meriam.Benteng ini digunakan untuk
mengantisipasi serangan bangsa
inggris dan banten. Musuh utama VOC adalah
bangsa inggris yang juga berkepentingan dengan perdagangan di indonesia,
mereka
sering
berselisih
dalam perdagangan
hingga
agresi
terbuka.
Bangsa
inggris dan bangsa belanda pernah mengalami
pertempuran kecil dimana
kekalahan ini menyebabkan balasan pengepungan
jayakarta
oleh
belanda.
14
januari 1619 terjadi
perjanjian antar banten dan belanda. Kemudian pasukan
inggris mundur karena gentar dengan banten
dan Pangeran jayakarta
disingkirkan oleh banten. Pada tanggal 12 maret 1619,di dalam benteng orang-
orang belanda menamai bentengnya menjadi Batavia untuk menghormati leluhur
bangsa belanda, yaitu orang-orang batavia. Walaupun tidak segera mendapatkan
pengakuan resmi, nama ini terus bertahan dan diakui VOC pada 1621. Mei 1619
J.P Coen kembali menjadi gubernur di
benteng
batavia
VOC.
kemudian
menaklukkan Jayakarta, melancarkan serangan dan menaklukkannya pada
tanggal 30 Mei 1619 dan nama jayakarta tidak lagi digunakan.
Dimata orang belanda Jan pieterszoon Coen adalah pendiri imperium yang
berpikiran jauh, sementara pihak lain melihatnya sebagai megalomaniak kejam.
Pada
tahun
1614
Coen
yang
berusia 28
tahun
,
sudah
membuat rencana
luar
biasa ambisius bagi VOC yang sudah lama berdiri. Ia membayangkan belanda
memiliki pos dagang di seluruh Asia yang nantinya akan mendominasi seluruh
perdagangan di wilayah tersebut.Ia menekankan pentingnya pengendalian
lokal
sebagai
tempat
pengumpulan
komoditas
asia dan
pusat
koloniasasi
karena
ia
beranggapan bahwa dominasi belanda membutuhkan banyak orang belanda yang
|
7
berada
di
wilayah
lokal
untuk
perdagangan intraregional,
aktivitas militer,
akutansi,
pekerja
trampil,
dan
pengawas
perkebunan.
J.P
Coen
adalah
orang
yang paling berjasa dalam menaklukan jayakarta. Perannya memindahkan kantor
dagang dan membuat pos dagang menjadi benteng adalah langkah awal untuk
membesarkan cengkeraman belanda di jayakarta saat itu.
Pada ada ke 17 batavia
menjadi pusat jaringan besar perdagangan
Belanda
di asia, dari cape town dan persia(iran) ke india,ceylon(sri lanka), myanmar,
thailand,kamboja,vietnam,laos dan
malaka, formosa (taiwan) serta
dejima(jepang). Batavia pada mulanya berisikan orang-orang dari asia yang
dibawa oleh VOC untuk kepentingan mereka. Orang cina dipaksa menetap dan
membuka toko untuk membuat hubungan dagang dengan negara cina, budak
budak datang darimana mana tetapi tidak dari jawa yang terlalu dicurigai mereka
yang suatu saat akan menjatuhkan mereka.Coen
melancarkan
pembangunan
terhadap Batavia, dan kota ini dijadikan sebagai pusat militer dan administrasi
yang lokasinya strategis dan mudah mencapai jalur-jalur perdagangan ke
Indonesia Timur, Timur Jauh, dan Eropa. Bangunan dan tata kota Batavia
berawal dari pembangunan gudang senjata, garnisun, bengkel, pembendaharaan,
gedung admnistrasi,akutansi dan lain-lain dari dalam benteng batavia tersendiri .
kemudian pembangunan di menyebar ke luar benteng dimulai dari pembangunan
gudang
gudang senjata, kanal-kanal yang dibangun demi
kepentingan
transportasi dan antisipasi banjir. Orang belanda menyukai banguna dengan area
terbuka di depan rumah, trotoar dan pagar dipisah agar para penduduk dapat
duduk
dan
bersantai di
pagi
dan
sore
hari.
Belanda
mengharuskan
bangunan
|
![]() 8
menggunakan bata agar mencegah menjamurnya kios-kios orang asia.
Peninggalan bangunan belanda banyak yang diubah menjadi museum dan
gedung
pemerintahan
saat
ini.seperti
museum fatahillah
yang
dulu
digunakan
untuk balai kota Batavia. Belanda sangat ingin
membuat batavia terlihat kesan
eropa.
Peta Batavia dibawah kekuasaan J.P. Coen
Di batavia sebenarnya kesan eropa tidak
didapatkan
melihat
sedikitnya
penghuni eropa saat itu tidak banyak,
dikarenakan juga sedikitnya wanita
dari
eropa.adapun sebagian besar wanita hanya pegawai VOC.
Berikut statistik tahun 1673 penduduk batavia.
Orang Belanda
:
2024
Orang Eurasia
:
726
Orang Cina
:
2724
Orang Mardjiker
:
5362
|
9
Orang Moor dan jawa
:
1339
Orang Melayu
:
611
Orang Bali
:
981
Budak
:
13.278
Total populasi
:
27068
Orang
mardjiker
adalah orang
asia beragama
kristen
yang
berasal
dari
wilayah-wilayah kekuasaan portugis di asia, sedangkan Moor adalah sebutan
orang india muslim pada masa ini. Belanda tidak menganjurkan membawa
keluarga mereka ke batavia melainkan mengharuskan menikahi perempuan
pribumi atau mendirikan rumah dengan Nyai yang tidak lain adalah gundik.
Pada
masa
ini
status
sosial
sangat ditekankan oleh pemerintah belanda,
lamabang tingginya mereka di sosial adalah banyaknya budak yang mereka
punya.bahkan beberapa pengamat menyatakan bahwa begitu banyaknya para
budak hingga mereka hanya memiliki sedikit pekerjaan sehingga mereka dapat
berjudi. Aturan dan
hukum tentang perlakuan budak banyak diperbaharui
menjadi lebih baik.adakalanya seorang belanda diusir dari wilayah kekuasaan
VOC seumur hidup karena menembak budak.
Peran orang cina atau ras tionghoa
sangat
berarti
bagi
VOC,baik
untuk
hubungan dagang maupun pembangunan ekonomi batavia. Masyarakat eropa
sanagat bergantung pada orang tionghoa sehingga menyatakan tidak ada
bangsa yang lebih berguna bagi VOC dan mudah didapatkan daripada orang
cina. Bahkan J.P Coen memiliki sahabat pemimpin mereka yakni So bing
|
10
Kong.
Pada
awalnya
mereka
dipaksa
untuk
menetap
dengan
berbagai
cara.namun pada akhirnya orang cina datang dengan sendirinya.
Dengan kedatangan VOC, hubungan orang Tionghoa dengan penduduk
setempat yang harmonis berangsur-angsur menjadi renggang. VOC memandang
hubungan antara etnis Tionghoa dengan penduduk setempat dapat menghalangi
kekuasaan mereka, sehingga dimulailah tindakan
memberikan
eksklusifitas
terhadap orang Tionghoa. Mereka diberikan posisi yang lebih tinggi dalam strata
sosial di Batavia, yaitu sebagai vreemde-oosterlingan (timur asing) dan menjadi
kaum yang
lebih
tinggi dibanding
pribumi,
sementara
kaum
VOC
dan orang-
orang
Eropa
menduduki
posisi
paling
tinggi
dalam strata
sosial
masyarakat.
Orang-orang Tionghoa diberi hak untuk
memungut pajak, menjual candu, dan
membuka rumah judi.
VOC
sendiri
mendapatkan
sebagian
besar
pemasukannya dari perdagangan
di sekitar Asia, bukan dari hubungannya dengan Kerajaan Belanda sendiri. Dan
sudah
barang
tentu
kaum Tionghoa
di
Batavia
memiliki
hubungan
dengan
Tiongkok. Simbiosis yang mutual ini seharusnya mempererat hubungan orang
Tionghoa
dan
VOC
di
Batavia,
namun kenyataannya tidak sesederhana itu.
Kenyataan bahwa orang Tionghoa menjadi kekuatan bisnis yang besar di
Batavia dan
menjadi saingan dari kaum Eropa
menimbulkan
rasa tidak senang
dari
sebagian
pihak
dari
kaum koloni.
Keberadaan
orang-orang
Tionghoa
berkemampuan
ekonomi
rendah
yang
didatangkan
sebagi kuli di
bidang
pertanian dan perkebunan (sektor
gula dikuasai oleh
mayoritas penduduk
|
11
Tionghoa pada masa itu, yang termasuk sektor ekonomi yang besar di Batavia)
menambah beban kepadatan populasi penduduk.
Kondisi perekonomian Batavia setelah
1725
cenderung
memburuk.
VOC
mengalami kekalahan dalam mempertahankan hegemoni perdagangan Eropa di
Hindia Timur dengan kongsi dagang Inggris, yaitu East India Company (EIC).
Hasil pembukuan menunjukkan kerugian berturut-turut. Selama satu abad, hanya
ada satu
tahun keuntungan saja. Pada tahun 1720,
industri
gula dan pasar
gula
internasional
mengalami
guncangan parah, karena
munculnya
kompetitor
gula
Brazil yang murah. Pada tahun 1738, surat pemerintah pada dewan VOC
mengeluhkan penurunan kondisi yang sangat parah dan angka kematian yang
begitu tinggi. Kondisi ini diperparah dengan banyaknya problema beruntun yang
menimpa
kota itu. Kegagalan panen, pembayaran kredit yang terlambat,
penurunan nilai properti, sontak melumpuhkan perekonomian dan membuat
saudagar-saudagar merugi. Wabah penyakit, ekspor kecil dan perhitungan pasar
yang keliru menambah besar kerugian Kondisi
yang
tidak stabil
menimbulkan
pemerasan
dimana-mana
oleh
oknum pejabat
yang
mengejar
keuntungan,
sehingga banyak pedagang Tionghoa yang merugi. Pada akhirnya, banyak
pedagang
Tionghoa
yang jatuh
miskin dan kehilangan properti akibat peraturan
yang semena-mena. Perlakuan baik yang mereka terima
ketika mereka masih
dibutuhkan tidak lagi ditemukan.
Selain itu, orang-orang Tionghoa yang tinggal di luar tembok kota Batavia
tidak bisa dikontrol karena berada di
luar sistem institusi. Mereka
tidak diatur
dalam organisasi
Tionghoa dan berada diluar
jangkauan. Dengan begitu,
tidak
|
12
pernah terjadi perundingan dengan mereka karena tidak diwakili oleh organisasi
yang ada. Banyak yang luntang-lantung dan menganggur. Di samping itu,
adanya akumulasi dan konsentrasi etnis Tionghoa
menimbulkan problem baru.
Dikhawatirkan keberadaan mereka menimbulkan gangguan ketertiban dan
ketenangan orang Belanda di Batavia.
Akhirnya diputuskan untuk membatasi kedatangan orang Tionghoa. Para
penduduk Tionghoa yang tidak memiliki izin tinggal dipulangkan secara paksa,
dan mereka yang melakukan permohonan surat izin tinggal dipersulit dan
mengalami pemerasan. Atas landasan surat izin ini banyak warga Tionghoa yang
ditangkap dan hanya dibebaskan setelah membayar sejumlah uang. Tujuan dari
kebijakan ini adalah agar memaksa warga-warga Tionghoa yang miskin
meninggalkan kota dan mempertahankan keberadaan warga kaya yang lebih
mendatangkan keuntungan.
Sejak
akhir
1739
dan
awal
1740
telah
beredar keributan
dan perlawanan
yang dimulai dan diikuti oleh ketidakpuasam dan kecemasan di kalangan
Tionghoa sekitar Batavia. Pada 25 Juli 1740 dikeluarkan resolusi yang
memerintahkan bahwa semua orang Tionghoa yang mencurigakan harus
ditangkap dan diperiksa tanpa kecuali. Mereka yang tidak memiliki penghasilan
atau menganggur, harus dipulangkan ke Tiongkok atau dibuang ke Sri Lanka.
Resolusi ini terbukti memberikan dampak buruk bagi Batavia. Selama beberapa
hari berbagai jenis bahan makanan sukar didapat, kebingungan terjadi dimana-
mana. Yang menjadi permasalahan adalah pelaksanaan yang buruk dari resolusi
itu sendiri,
karena
tidak
ada
ketentuan
pasti
mengenai
"orang
Tionghoa
yang
|
13
mencurigakan"
sehingga
banyak
terjadi salah
tangkap.
Sejak
saat
itu
banyak
orang Tionghoa yang bersembunyi, dan perekonomian sontak terhambat. Kapal-
kapal tidak ada yang membawa beras. Ketegangan semakin memuncak, terutama
beredar rumor bahwa orang Belanda yang mengirim orang-orang Tionghoa yang
ditawan ke Sri Lanka untuk dipekerjakan, ternyata membuang orang-orang
Tionghoa itu di tengah laut.
Namun
ketegangan
dan keributan
yang
terjadi
tidak
segera
ditindak
oleh
kaum VOC, malah mereka cenderung meremehkan ancaman yang ada. Di pihak
kolonial sendiri, situasi di Heeren XVII (dewan VOC) cenderung memanas
akibat perselisihan antara gubernur jenderal
Adriaan
Valckenier
dan
wakil
gubernur Baron Willem von Imhoff.
Terjadi
pembantaian
massal
kaum tionghoa
di
Batavia
tahun
1740
dan
pembantaian masa perang Jawa 1825-1830. Pembantaian di Batavia tersebut
melahirkan gerakan perlawanan dari etnis Tionghoa yang bergerak di beberapa
kota
di
Jawa
Tengah
yang
dibantu
pula
oleh etnis Jawa. Pada gilirannya ini
mengakibatkan
pecahnya
kerajaan Mataram.
Orang
Tionghoa
tidak
lagi
diperbolehkan
bermukim di
sembarang tempat.
Aturan
Wijkenstelsel
ini
menciptakan pemukiman etnis Tionghoa atau pecinan di sejumlah kota besar di
Hindia Belanda.
Menurut laporan, jumlah yang meninggal dunia mencapai 10,000 orang,
termasuk 500 tahanan dan pasien. Sebanyak 500 orang mengalami luka parah,
dan 700 rumah dirusak dan dijarah. Laporan tersebut menyatakan bahwa orang-
|
![]() 14
orang Belanda maupun Eropa lainnya baik militer maupun sipil, bersama-sama
dengan pasukan-pasukan pribumi, melakukan pembantaian dengan kejam.
Meskipun didesas-desuskan bahwa orang-orang Tionghoa telah menimbun
senjata dan
mesiu
di
pinggiran
kota dan
menggalang
persatuan
dengan
kaum
pemberontak,
tetapi
kenyataannya
mereka sama
sekali tidak bisa
menghadapi
pasukan Belanda.
Suasana pembantaian Tionghoa di Batavia
Gambar 2.5
Etnis-etnis di batavia mempunyai
ciri
khas
yang
mencolok,sehingga
kita
dengan memudahkan membedakan mereka. Orang cina yang menggelung
rambutnya menjadi konde, orang jawa yang memakai blangkon, ada pula orang
ambon yang rambutnya sebahu hingga Orang mardjiker yang bercirikan topi dan
sepatu, pada
masa
ini
orang mardjiker menyumbangkan
genre musik kercong,
|
15
yaitu orkes musik yang sebagian besar instrumennya berasal dari eropa, terutama
ukulele.orang mardjiker berperan sebagai pengawal dan prajurit VOC, karena
mereka adalah orang penganut kristen, maka gereja gereja yang dibangun saat
ituberasal
dari
kaum mardjiker.
Kurangnya
perempuan
dalam golongan
etnis
menyebabkan
percampuran
antaretnis, sehingga banyak perempuan cina
keturunan tidak berasal dari cina asli.
Banyaknya
golongan etnis membuat
sulitnya
berkomunikasi
antar
etnis
sehingga
mereka
menetapkan
suatu bahasa
perantara, awalnya bahasa yang digunakan adalah portugis dan melayu, lama
kelamaan
elemen
portugis
tidak
diperbaharui mengakibatkan bahasa
melayu
menjadi bahasa utama.
Wanita memegang peranan yang cukup penting masa ini sebagai sarana
aliansi
kuat
antar
keluarga.
Seringkali
pria
belanda yang
baru
datang
yang
tergabung
dalam
kalangan
elite
dikarenakan
pernikahan
anata
puteri dari
keluarga terkemuka di batavia. Koneksi dan
relasi adalah kata yang tepat
mendeskripsikan wanita pada masa ini. Lintas keanekaragaman budaya dan etnis
pun hanya bisa terjadi oleh wanita. Terlihat
dari arsitektur
masjid
angke
yang
sangat terpengaruh gaya arsitek cina dan belanda, sedangkan mayoritas
orang
cina tidak memeluk agama
islam melainkan taoisme. Ini menyimpulkan bahwa
terjadi percampuran budaya diantara 2 etnis atau lebih.
Orang orang eropa menginginkan bangunan-bangunan terbaik di tanah air
mereka dibuat juga di batavia, terlihat kanal yang mengarah ke selata kota yang
sekarang tepi jalannya menjadi jalan Gajah Mada,
rumah reinder de Klerk
anggota dewan hindia yang menjadi gubernur jendral yang kini menjadi Gedung
|
16
Arsip Nasional. Mereka juga yang menjalani kehidupan serba mewah ,memiliki
banyak budak, ekslusifitas status sosial, dan pembangunan kota yang pesat
membuat batavia menjadi kota yang maju. Batavia pun mendapat julukan Kota
Ratu dari Timur
Pada
akhir
abada
18
VOC
mengalami
kebangkrutan
dalam perdagangan,
Batavia menjadi cerminan kebangkrutan ini, pembangunan terhambat, dan bagi
sebagian orang eropa batavia menjadi tempat tidak layak huni karena buruknya
sistem kanal menyebabkan seringnya terjadi banjir.
|
17
2.3 Hasil Angket
Penulis melakukan sejumlah angket terhadap 100 responden dengan ragam usia 17-
30 tahun untuk mengetahui minat baca dan sejarah jakarta. Hasilnya adalah:
1. 70 orang (54%) berusia sekitar 18-25 tahun, sebanyak 41 orang (41%)
berusia sekitar 17-20 tahun, dan sisanya berusia 25-30 tahun.
2. Dari 100 responden, sebanyak90 orang (90%) hanya sedikit tahu tentang asal
usul kota jakarta (10%) tidak ingat sama sekali
3. Dari 100 responden, hanya 35 orang saja (35%) yang masih suka dan
membaca dan membeli buku untuk mendapatkan informasi (65%) 65 orang
mencari lewat internet
4.
Dari 100 responden, sebanyak 88 orang (88%) sejarah adalah hal yang
membosankan karena terkesan kuno dan 12 orang(12 %) menganggapnya
menyenangkan
5. Dari 100 responden, sebanyak 72 orang (72%) menyukai tontonan animasi,
dengan genre
yang sering ditonton berupa komedi (90%), adventure (62%),
drama (38%), dan dokumenter (10%)
2.4 Target Audiens
2.4.1 Target Primer
Berusia sekitar 17-30 tahun, pria dan wanita, tinggal di Jakarta dan sekitarnya,
dan
memiliki
pengetahuan
dan
pendidikan minimal
SMA,
menyukai
sejarah,
membaca buku, suka menonton media audio visual baik televisi maupun komputer
dengan internet. Tingkat kemampuan ekonomi A, B dan C
|
18
2.4.2 Target Sekunder
Berusia sekitar 17-30 tahun, unisex,
bermata pencaharian seputar dunia
pendidikan,
sejarah,
budaya, atau
jurnalistik.
Warga
negara
Indonesia
atau asing
yang bertempat tinggal di Indonesia dan memiliki keterkaitan dengan dunia
pendidikan, kebudayaan atau pun jurnalistik di Indonesia. Tingkat kemampuan
ekonomi B hingga A.
2.5 Faktor Pendukung dan Penghambat
2.5.1
Faktor Pendukung
1. Isu ras dan sosial
memiliki kekuatan kontroversi
yang menggelitik, dan
sangat menimbulkan ketertarikan bagi hampir semua kalangan
2. Sampai saat
tulisan
ini
dibuat,
film
animasi
dokumenter sendiri
masih
belum ada - atau jumlahnya sangat terbatas - di Indonesia.
3. Animasi dokumenter memiliki kelebihan dalam kreativitas penyampaian
informasi dibandingkan dengan dokumenter konvensional
4. Perkembangan
teknologi
internet memungkinkan penyebaran
informasi
dan promosi yang luas untuk media audio visual
2.5.2
Faktor Penghambat
1. Tema yang sangat standar untuk orang jakarta
2. Banyak menilai film dokumenter itu membosankan dan tidak komersil
3. Banyak
alternatif
tontonan
dan
hiburan
lain
yang
lebih
dikenal
dapat
merebut perhatian target market
|
19
4. Adanya stereotype Sejarah itu rumit dan membosankan dan tidak terlalu
berguna
5. Adanya stereotype yang telah melekat di
masyarakat bahwa karya
animasi
dalam negeri
memiliki
kualitas
yang
buruk
dapat
mengurangi
minat terhadap film dokumenter animasi ini
|