BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Manajemen Strategis
Menurut David (2009,p5) manajemen stategis dapat didefinisikan sebagai seni dan
pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-
keputusan lintas fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya.
Menurut Pearce II dan Robinson (2007,p5), manajemen strategis adalah  satu set keputusan
dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang dirancang untuk
meraih tujuan suatu perusahaan.
Dengan adanya manajemen strategi, perusahaan mampu mengendalikan jalannya sasaran
yang dikehendaki dan dapat mengantisipasi perubahan dalam dunia bisnis dengan melihat faktor
internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan, dan faktor eksternal yang terdiri dari faktor
peluang dan ancaman. Perubahan dalam dunia bisnis terus terjadi dan organisasi yang berhasil
secara efektif mengatur perubahan, terus menyesuaikan birokrasi, strategi dan budaya organisasi
mereka terhadap perubahan bisnis tersebut akan dapat bertahan hidup dalam goncangan dan
berhasil dari kekuatan yang mematikan para pesaing.
2.2. Pengertian Strategi
Menurut Rangkuti (2006,p183) berpendapat bahwa strategi adalah perencanaan induk yang
komprehensif, yang menjelaskan bagaimana perusahaan akan mencapai semua tujuan yang telah
ditetapkan berdasarkan misi yang telah ditetapkan sebelumnya.
  
Menurut Wheelen dan Hunger (2001,p16) mengenai strategi adalah strategi merupakan
rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana perusahaan akan mencapai misi dan
tujuannya. Strategi akan memaksimalkan keunggulan kompetitif meminimalkan keterbatasan
bersaing.
Menurut umar (2005,p31), strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (terus
meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang
diharapkan pelanggan dimasa depan.
Beberapa ini mempunyai banyak kesamaan. Frase “tujuan jangka panjang” dan “kebijakan
umum” menyiratkan bahwa strategi seharusnya berkaitan dengan keputusan “besar” yang
dihadapi organisasi dalam melakukan bisnis, yakni suatu keputusan yang menentukan kegagalan
dan kesuksesan organisasi. Penekanan pada “pola tujuan” dan “kerangka kerja” menyatakan
bahwa strategi berkaitan dengan perilaku yang konsisten, sehinga ketika suatu strategi telah
ditetapkan maka perusahaan tidak dapat menariknya kembali.
Strategi sangat penting untuk menentukan kesuksesan organisasi, sehingga inilah yang
menjadi alasan mengapa mempelajari strategi menjadi sangat bermanfaat dan menjanjikan.
2.3. Tingkatan Strategi
Menurut Tjiptono (2002, p4)
Dalam suatu perusahaan terdapat tiga level strategi, yaitu
level korporasi, level unit bisinis, atau lini bisnis dan level fungsional.
1.
Strategi tingkat  korporasi dirumuskan oleh manajemen puncak yang mengatur
kegiatan dan operasi organisasi yang memiliki lini atau unit bisnis lebih dari satu.
2.
Strategi tingkat unit bisnis lebih diarahkan pada pengelolaan kegiatan dan operasi
suatu bisnis tertentu.
  
3.
Strategi tingkat fungsional merupakan strategi dalam kerangka fungsi-fungsi
manajemen yang dapat mendukung strategi tingkat unit bisnis.
2.4. Strategi Dalam Praktik
Michael E. Porter dalam “What is Strategy”, (Harvard Business Review, Nov-Dec, 1996)
membedakan pengertian strategi dan operational effectivness
(OE). OE meliputi banyak
kegiatan, seperti: benchmarking, reengineering, total quality management, continous innovation,
dan lainnya. Strategi adalah lebih dari sekedar meningkatkan efisiensi. Strategi melibatkan
pilihan-pilihan yang sulit. Strategi berurusan dengan upaya untuk menjadi berbeda, dan sering
berkaitan bukan dengan yang harus dikerjakan, melainkan dengan yang harus dilakukan.
  
Menurut David (2009,p248) , strategi alternatif yang dapat dijalankan perusahaan dapat
dikelompokkan menjadi 11 tindakan. Banyak organisasi menjalankan dua strategi atau lebih
secara bersamaan, namun strategi kombinasi dapat sangat beresiko jika dijalankan terlalu jauh.
Sehingga harus ditetapkan strategi yang menjadi prioritas utama untuk dijalankan.
Strategi altenatif yang dapat dijalankan perusahaan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1. Tabel Strategi Alternatif
Strategi
Definisi
Integrasi ke Depan
Memperoleh kepemilikan atau kendali
yang lebih besar atas distributor atau
peritel
Integrasi ke Belakang
Mengupayakan kepemilikan atau
kendali yang
lebih besar atas pemasok
  
perusahaan
Intergrasi Horizontal
Mengupayakan kepemilikan atau
kendali yang lebih besar atas pesaing
Penetrasi Pasar
Mencari pangsa pasar yang lebih besar
untuk produk atau jasa saat ini di pasar
yang ada sekarang melalui upaya-upaya
pemasaran yang lebih baik
Pengembangan Pasar
Memperkenalkan produk atau jasa saat
ini ke wilayah goegrafis baru
Pengembangan Produk
Mengupayakan peningkatan
penjualan
melalui perbaikan produk atau jasa saat
ini atau pengembangan produk atau jasa
baru
Diversifikasi Terkait
Menambah produk atau jasa yang baru
namun masih berkaitan
Diversifikasi Tidak Terkait
Menambah produk atau jasa yang baru
namun tidak berkaitan
Penciutan
Pengelompokan ulang (regrouping)
melalui pengurangan biaya dan aset
untuk membalik penjualan dan laba
yang menurun
Divestasi
Penjualan suatu divisi atau bagian dari
sebuah organisasi
  
Likuidasi
Penjualan seluruh aset perusahaan,
secara terpisah-pisah, untuk kekayaan
berwujudnya
Sumber: David, 2009
2.5. Strategi Bisnis
Strategi bisnis yang utama dalam perusahaan adalah bagaimana membangun dan
memperbaiki posisi perusahaan dalam persaingan bisnis jangka panjang, adapun 5 prinsip yang
harus dipenuhi antara lain :
1.
Memberikan jawaban atau reaksi atas perubahan yang sedang terjadi dalam
Bidang industri perekonomian, politik, hukum dan sebagainya.
2.
berisikan langkah-langkah dan pendekatan untuk menghadapi persaingan.
3.
Menciptakan kemampuan dan kesanggupan bersaing yang berkualitas.
4.
Menyatakan inisiatif strategi dari tiap departemen fungsional.
5.
Menempatkan strategi utama kegiatan operasional perusahaan.
Tunggal (2004,p37) menjelaskan bahwa strategi bisnis merupakan strategi yang harus
dijadikan landasan berpikir utama dalam pembuatan strategi teknologi informasi karena dalam
strategi tersebut disebutkan visi dan misi perusahaan beserta target kinerja masing-masing fungsi
dan stuktur organisasi. Dalam strategi bisnis ditegaskan peranan teknologi informasi yang sesuai
dengan strategi perusahaan, sehingga filosofi yang digunakan dalam pengembagan strategi
teknologi informasi harus sesuai dengan strategi bisnis tersebut.
2.6. Tahapan Perencanaan Strategi Bisnis
  
Visi dan misi memberi para manajer kesatuan arah yang melebihi kepentingan pribadi,
kepentingan sempit dan sederhana. Visi dan misi memunculkan rasa pengharapan yang sama di
antara semua tingkatan dan angkatan karyawan. Visi dan misi menegaskan nilai dan tujuan yang
dapat dipahami dan diterima oleh semua pihak di luar perusahaan. Akhirnya visi dan misi
menguatkan komitmen perusahaan terhadap kegiatan yang bertanggung jawab, yang sejalan
dengan kebutuhan untuk mempertahankan dan melindungi klaim-klaim penting dari orang-orang
dalam perusahaan, bahkan suatu kelangsungan hidup yang tahan lama, tumbuh dan
menguntungkan untuk perusahaan.
1. Karakteristik Pernyataan Visi
Menurut David (2009,p82-83), pernyataan visi harus menjawab
pertanyaan dasar “ingin menjadi apakah kita?”. Pernyataan visi haruslah singkat,
sebaiknya dalam satu kalimat dan dibuat berdasarkan masukan dari sebanyak
mungkin manajer. Visi bisnis adalah keadaan masa depan suatu organisasi yang
mungkin terjadi dan diinginkan, yang mencakup tujuan-tujuan khusus.
Jadi, visi adalah cita-cita, sesuatu yang didambakan untuk menjadi
kenyataan dimasa yang akan datang. Pada umumnya setiap perusahaan didirikan
dengan visi untuk menjadi semakin besar dimasa yang akan datang, mempunyai
banyak cabang, tersebar di banyak tempat atau wilayah. Visi tersebut harus
diseminasikan kepada seluruh lapisan karyawan sehingga visi itu menjadi cita-cita
bersama.
Menurut David (2009,p84), pernyataan misi harus menjawab pertanyaan “
apakah bisnis kita?”. Misi bisnis adalah dasar untuk membuat prioritas, strategi,
rencana dan penugasan kerja. Misi bisnis merupakan titik awal untuk merancang
  
pekerjaan-pekerjaan manajerial dan yang paling penting adalah untuk merancang
struktur manajerial. Misi lebih terkait dengan perilaku masa kini.
Visi hanya akan menjadi angan-angan apabila tidak dijabarkan. Bahkan
visi akan menjadi sebuah mimpi belaka yang tidak akan pernah menjadi
kenyataan apabila tidak dijabarkan dengan jelas dalam kalimat-kalimat sehingga
dapat dimengerti oleh setiap keryawan.
2. Karakteristik Pernyataan Misi
Menurut Pearce dan Robinson (2007,p31) Pernyataan misi adalah
pernyataan luas dan kekal mengenai niat suatu perusahaan.
Setiap perusahaan pasti mempunyai pihak-pihak yang berhubungan dengan
perusahaan (stake holders), yaitu para pelanggan, pemasok, karyawan, pemerintah
dan lain-lain. Dan mereka mempunyai harapan-harapan agar perusahaan tersebut
menunjukkan kinerja yang baik dan jangka panjang.
Dengan pernyataan misi yang jelas dan eksplisit, memudahkan perusahaan
untuk mengambil kebijakan-kebijakan dan strategi-strategi yang tepat dan terarah
untuk tercapainya misi perusahaan tersebut
Misi adalah alasan mengapa perusahaan itu didirikan. Misi perusahaan
membedakan satu perusahaan dengan perusahaan lainnya.
Pernyataan misi yang efektif sebaiknya kurang dari 200 kata,
membangkitkan perasaan dan emosi yang positif terhadap organisasi,
menimbulkan semangat , serta menujukkan kesan bahwa perusahaan tersebut
sukses, mempunyai arah dan cukup berharga untuk waktu, dukungan dan
  
investasi yang dikeluarkan untuk semua kelompok sosial ekonomi. Di dalam misi
terkandung:
1.
Pernyataan sikap
2.
Orientasi pelanggan
3.
Pernyataan kebijakan sosial
3. Komponen Pernyataan Misi
Menurut David (2009, p102), pernyataan misi sering merupakan bagian
yang paling tampak dan paling umum dari proses manajemen strategis, maka
sangatlah penting untuk mempertimbangkan semua komponen-komponen penting
di bawah ini:
1.
Pelanggan: siapakah para pelanggan perusahaan?
2.
Produk dan jasa: apakah produk atau jasa utama perusahaan?
3.
Pasar: secara geografis dimanakah perusahaan bersaing?
4.
Perhatian terhadap keberlangsungan hidup, pertumbuhan dan keuntungan:
apakah perusahaan berkomitmen terhadap pertumbuhan dan keuangan
yang sehat?
5.
Filsafat: apakah keyakinan, nilai-nilai, cita-cita dan prioritas etis dasar
perusahaan?
6.
Konsep diri: apakah kompetensi perusahaan yang mencolok atau
keunggulan kompetitif utamanya?
7.
Perhatian terhadap citra publik. Apakah perusahaan tanggap persoalan-
persoalan sosial, komunitas dan lingkungan?
  
8.
Perhatian terhadap karyawan: apakah karyawan merupakan aset berharga
bagi perusahaan?
9.
Teknologi: apakah perusahaan canggih secara teknologi?
2.7. Perumusan Strategi Bisnis
Menurut David (2009,p323) untuk merumuskan suatu strategi bisnis yang tepat dapat
dilakukan dalam 3 tahapan. Tahapan-tahapan ini dapat dipakai untuk semua jenis organisasi dan
dapat membantu perencanaan strategi mengidentifikasi, mengevaluasi dan memilih strategi yang
tepat dan sesuai untuk diterapkan dalam perusahaanya.
Tahap 1 adalah tahap masukan dari kerangka perumusan strategi yang komprehensif dan
terdiri dari matiks evaluasi faktor eksternal (EFE) yang didapat dari analisis lingkungan internal,
matriks evaluasi faktor internal (IFE) yang didapat dari analisis lingkungan eksternal dan matriks
profil kompetitif (CPM). Tahap ini disebut tahap masukan (input stage). Tahap 1 meringkas
informasi masukkan dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi. 
Tahap 2 adalah tahap proses atau disebut juga tahap pencocokan, yang fokus pada upaya
menghasilkan strategii alternatif yang dapat dijalankan dengan memadukan faktor-faktor
eksternal dan internal. Teknik-teknik tahap 2 terdiri dari matriks strengths-weakness-threats-
oppourtunities (SWOT) atau ancaman-peluang-kelemahan-kekuatan, matriks strategic position
and action evaluation
(SPACE),
matriks internal-eksternal
(IE) dan matriks Grand Strategy
(strategi induk). Kelima teknik ini dapat dipakai tanpa harus berurutan dan seluruh perangkat ini
tergantung pada informasi yang diperoleh dari tahap masukan untuk mencocokkan peluang dan
ancaman eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal. Mencocokkan faktor-faktor
  
keberhasilan eksternal dan internal merupakan kunci untuk membuat strategi alternatif yang
dapat dijalankan oleh perusahaan. 
Tahap 3 disebut tahap keputusan, menggunakan satu macam teknik, yaitu quantitative
strategic planning matriks (QSPM). QSPM menggunakan informasi masukan dari tahap 1 untuk
secara objektif mengevaluasi strategi alternatif yang dapat dijalankan yang diidentifikasi dalam
tahap 2. QSPM mengungkapkan daya tarik relatif dan strategi alternatif. Karena itu menjadi
dasar objektif untuk memilih strategi spesifik.
Tabel 2.2. Tahapan Strategi Bisnis
Tahap 1 : tahap pemasukan
Matriks IFE             Matriks CPM            Matriks EFE
Tahap 2 : tahap pencocokan
Matriks SWOT      Matriks IE      Matriks Grand Strategy
Tahap 3 : tahap keputusan
Matriks QSPM
Sumber: David (2009,p324)
2.7.1. Tahap Masukan
2.7.1.1. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Menurut David (2009,p229), Matriks evaluasi faktor internal atau Matriks IFE adalah alat
yang dipakai untuk menyusun faktor internal perusahaan, alat perumusan strategi ini meringkas
dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam berbagai bidang fungsional dalam suatu
perusahaan. 
  
Dalam  pengisian Matriks IFE, dibutuhkan analisis lingkungan internal. Analisis
lingkungan internal perusahaan adalah suatu proses dimana perencana strategi mengkaji
pemasaran, dan distribusi perusahaan, penelitian dan pengembangan, produksi dan operasi,
sumber daya dan karyawan perusahaan, serta faktor keuangan dan akuntansi untuk menentukan
dimana perusahaan mempunyai kekuatan dan kelemahan yang penting sehingga perusahaan
dapat memanfaatkan peluang dengan cara yang paling efektif dan dapat menangani ancaman dari
dalam lingkungan.
Lingkungan internal adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan berupa kekuatan
dan kelemahan perusahaan. Kekuatan (Strength) adalah semua potensi yang dimiliki perusahaan
yang dapat digunakan untuk memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman. Kelemahan
(Weakness) adalah segala keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki oleh perusahaan dan harus
terus diperbaiki agar mampu bersaing di pasar. Secara pendekatan fungsional lingkungan internal
perusahaan terdiri dari : Pasar dan Pemasaran, Keuangan dan Akuntansi, Kegiatan Produksi
Operasi, Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Informasi.
1. Pasar dan Pemasaran
Agar posisi produk dipasar sesuai dengan yang diharapkan, faktor-faktor yang
perlu diperhatikan antara lain: pangsa pasar, pelayanan purna jual, kepemilikan
informasi tentang pasar, pengendalian distributor, kondisi satuan kerja pemasaran,
promosi, harga produk, loyalitas pelanggan dan kebijakan produk baru.
2. Keuangan dan Akuntansi
Kondisi keuangan sering dianggap sebagai ukuran tunggal terbaik dari posisi
bersaing perusahaan dan daya tarik keseluruhan dari investor (David, 2009).
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
adalah : kemampuan perusahaan dalam
  
memperoleh modal jangka pendek dan jangka panjang, hubungan baik dengan
penanam modal, pengelolaan keuangan, struktur modal kerja, system akunting
yang handal.
3. Kegiatan Produksi Operasi
Kegiatan produksi operasi perusahaan dapat dilihat dari penerapan prinsip
efisiensi dan produktivitas. Fungsi produksi perusahaan dilihat dari segala
aktivitas perushaan dalam mengubah input menjadi output. Aktivitas produksi dan
operasi merupakan bagian terbesar dalam asset dan modal (David, 2009). Faktor-
faktor yang harus diperhatikan adalah hubungan baik dengan pemasok, system
logistik yang baik, lokasi fasilitas yang tepat, pemanfaatan teknologi,
pengendalian mutu.
4. Sumber Daya Manusia
Manusia merupakan sumber daya terpenting bagi
perusahaan. Oleh karena itu,
manajer harus berupaya agar terwujud perilaku positif dikalangan karyawan
perusahaan. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik dapat
meningkatkan kinerja perusahaan dan dipandang sebagai asset yang berharga bagi
perusahaan. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah keterampilan dan
motivasi kerja, produktivitas dan insentif.
5. Sumber Daya Informasi
Informasi mengikat semua fungsi bisni menjadi satu kesatuan sehingga menjadi
dasar dari semua keputusan manajerial. Tujuan dari informasi computer adalah
memperbaiki prestasi perusahaan dengan memperbaiki mutu keputusan.
  
2.7.1.2. Matriks External Factor Evaluation (EFE)
Menurut David (2009,p158) matriks evaluasi faktor eksternal (EFE) memungkinkan para
penyusun strategi untuk
meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, budaya, demografis,
lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi dan kompetitif.
Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengembangkan sebuah daftar terbatas dari
peluang yang dapat menguntungkan sebuah perusahaan dan ancaman yang haus dihindarinya.
Artinya, mengidentifikasikan variable-variabel penting yang menawarkan respon berupa
tindakan sehingga perusahaan mampu merespon berbagai faktor tersebut dengan merumuskan
strategi yang bisa mengambil keuntungan dari peluang atau meminimalkan dampak dari
ancaman.  Analisis lingkungan eksternal diindikasikan pada beberapa sektor, yaitu :
1. Ekonomi
Faktor ekonomi memiliki pengaruh langsung terhadap potensi menarik tidaknya
berbagai strategi. Faktor –
faktor eksternal dibutuhkan untuk mengidentifikasi
peluang dan ancaman yang dihadapi suatu organisasi.
2. Sosial, budaya, demografis, dan lingkungan
Perubahan sosial, budaya, demografi dan lingkungan memiliki pengaruh yang
besar terhadap hampir semua produk, jasa, pasar dan pelanggan. Oleh karena
itulah dalam perumusan strategi faktor – faktor tersebut harus dianalisis.
3. Politik, pemerintah dan hukum
Faktor politik,pemerintah dan hukum dapat menjadi peluang ataupun ancaman
bagi suatu organisasi. Dalam perumusan strategi perlu dianalisis faktor –
faktor
tersebut untuk melihat posisi suatu organisasi.
4. Teknologi
  
Perubahan teknologi yang revolusioner dan penemuan memiliki pengaruh yang
besar terhadap suatu organisasi. Teknologi menggambarkan peluang dan ancaman
utama yang harus dipertimbangkan dalam formulasi suatu strategi. 
5. Kompetitif/pesaing. 
Bagian yang penting dalam audit eksternal adalah mengidentifikasi perusahaan
pesaing dan menentukan kekuatan, kelemahan, kemampuan, peluang, ancaman,
tujuan dan strategi. Mengumpulkan dan mengevaluasi informasi tentang pesaing
merupakan hal yang penting dalam formulasi strategi. Menurut Porter dalam
hakikat persaingan suatu industri dapat dilihat sebagai kombinasi atas lima
kekuatan, yaitu :
Persaingan antar perusahaan sejenis
Persaingan antar perusahaan sejenis biasanya merupakan kekuatan terbesar
dalam lima kekuatan kompetitif. Strategi yang dijalankan oleh suatu organisasi
dapat berhasil jika dapat memberikan keunggulan kompertitif dibanding
strategi yang dijalankan perusahaan pesaing.
Kemungkinan masuknya pesaing baru
Ketika perusahaan baru dapat dengan mudah masuk ke dalam industri tertentu
maka intensitas persaingan dalam industri tersebut akan meningkat. Oleh
karena itu dalam menyusun strategi perlu mengidentifikasi pesaing yang
berpotensi untuk memonitor strategi pesaing baru serta untuk memanfaatkan
kekuatan dan peluang yang ada.
Potensi pengembangan produk substitusi
  
sejenis pemasok pembeli
Keberadaan produk substitusi menciptakan batas harga tertinggi yang dapat
dibebankan sebelum konsumen beralih ke produk substitusi. Tekanan
kompetisi yang berasal dari produk substitusi meningkat sejalan dengan biaya
konsumen untuk beralih ke produk lain menurun.
Kekuatan tawar – menawar penjual/pemasok
Kekuatan tawar menawar pemasok memengaruhi intensitas persaingan dalam
industri. Dalam menyusun strategi perlu menganalisis kekuatan tawar –
menawar pemasok agar dapat memberikan harga yang masuk akal.
Kekuatan tawar-menawar pembeli
Ketika konsumen membeli dalam jumlah yang besar maka kekuatan tawar-
menawar mereka menjadi kekuatan utama yang memengaruhi intensitas
persaingan suatu industri. Oleh karena itulah dalam menyusun sebuah strategi
juga perlu menganalisis kekuatan tawar-menawar konsumen.
Gambar 2.1. Peta Kekuatan M.Porter
Sumber: David (p, 324)
Produk substitusi
Persaingan antar
perusahaan
Kekuatan tawar
-
menawar
Pesaing baru
Kekuatan tawar
menawar
Persaingan
Antar
Perusahaan
  
2.7.1.3. Matriks CPM
Matriks Profil Kompetitif (David.2009,p.160) mengidentifikasi pesaing – pesaing utama
suatu perusahaan serta kekuatan dan kelemahan khusus mereka dalam hszubungannya dengan
posisi strategis perusahaan sampel. Bobot dan skor total bobot, baik dalam Matriks Profil
Kompetitif maupun Evaluasi Faktor Eksternal, memiliki arti yang sama. Namun demikian, faktor
keberhasilan penting (critical success) dalam Matriks Profil Kompetitif mencakup baik isu
internal maupun eksternal. Terdapat beberapa berbedaan utama dalam Matriks Profil Kompetitif
dan Evaluasi Faktor Eksternal. Pertama, faktor –
faktor keberhasilan penting dalam Matriks
Profil Kompetitif lebih luas, karena tidak mencakup data spesifik atau faktual dan mungkin
bahkan
berfokus pada isu –
isu internal. Faktor -
faktor keberhasilan penting dalam Matriks
Profil Kompetitif juga tidak dikelompokkan menjadi peluang dan ancaman sebagaimana dalam
Evaluasi Faktor Eksternal. Dalam Matriks Profil Kompetitif, Peringkat dan skor bobot total
perusahaan –
perusahaan pesaing dapat dibandingkan dengan perusahaan sampel. Analisis
perbandingan ini memberikan informasi strategis internal yang penting.
2.7.2. Tahap Pencocokan
Setelah mengumpulkan informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan,
tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model –
model
kuantitatif perumusan strategi (Rangkuti F. 2006, p.21). Alat – alat analisis yang digunakan pada
tahap ini antara lain yaitu matriks Strength-Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT), matriks
Internal-External (I-E) dan matriks Grand Strategy.
Matriks SWOT merupakan alat yang penting untuk membantu manajer mengembangkan
empat tipe strategi yaitu strategi SO, WO, ST, dan WT. Matriks I-E bermanfaat untuk
  
memosisikan suatu Strategi Bisnis Unit (SBU) perusahaan ke dalam matriks yang terdiri dari 9
sel. Sedangkan matriks Grand Strategy terdiri atas dua dimensi yaitu posisi persaingan dan
pertumbuhan pasar
2.7.2.1. Matriks SWOT
Menurut Rangkuti (2006,p18-19), analisis SWOT adalah identifikasi bergabagai faktor
secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan yang disebut dengan analisis situasi.
Perencanaan strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.
Menurut Rangkuti (2006,p31) model yang digunakan dalam mengumpulkan data sebagai
salah satu tahapan perencanaan strategis adalah matriks SWOT yaitu alat yang dipakai untuk
menyusun faktor-faktor strategis perusahaan. matriks ini dapat menggambarkan secara jelas
bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kelemahan
dan kekuatan yang dimlikinya.
Menurut David (2009,p327) matriks SWOT merupakan perangkat pencocokan yang
penting untuk membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi SO-WO-ST-WT.
Strategi SO atau strategi kekuatan-peluang menggunakan kekuatan internal perusahaan
untuk memanfaatkan peluang eksternal. Jika perusahaan mempunyai kelemahan besar,
perusahaan akan berusaha keras untuk mengatasinya dan membuatnya menjadi kekuatan. Kalau
menghadapi ancaman
besar, sebuah organisasi akan berusaha menghindarinya agar dapat
memusatkan perhatian pada peluang.
Strategi WO atau strategi kelemahan-peluang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan
dengan memanfaatkan peluang eksternal.
  
Strategi ST atau strategi kekuatan-ancaman menggunakan kekuatan perusahaan untuk
menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal
Strategi WT atau strategi kelemahan-ancaman merupakan taktik defensive yang diarahkan
untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal.
Sebuah organisasi yang dihadapkan pada berbagai ancaman eksternal dan kelemahan
internal, sesungguhnya dalam posisi yang berbahaya. Faktanya, perusahaan seperti itu mungkin
harus berjuang agar dapat bertahan atau melakukan merger, rasionalisasi, menyatakan pailit atau
memilih dilikuidasi.
Delapan langkah untuk menyusun Matriks SWOT
1.
tulis peluang eksternal kunci perusahaan
2.
tulis ancaman eksternal kunci perusahaan
3.
tulis kekuatan internak kunci perusahaan
4.
tulis kelemahan internal kunci perusahaan.
5.
cocokkan kekuatan internak dengan peluang eksternal dan catatlah strategi SO dalam
sel yang sudah ditentukan.
6.
cocokkan kelemahan internak dengan peluang eksternal dan catatlah strategi WO
dalam sel yang sudah ditentukan.
7.
cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catatlah strategi ST dalam
sel yang sudah ditentukan.
8.
cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan catatlah strategi WT
dalam sel yang sudah ditentukan.
Tabel 2.3. Matriks SWOT
Strength (S)
Weakness (W)
  
1.
2.
3.
1.
2.
3.
Peluang (O)
1.
2.
3.
Strategi SO
1.
2.
3.
Strategi WO
1.
2.
3.
Ancaman (Threats-T)
1.
2.
3.
Strategi ST
1.
2.
3.
Strategi WT
1.
2.
3.
Sumber: David 2009, p.328
2.7.2.2. Matriks Grand Strategy
Menurut David (2009, p348) Matriks Grand Strategy didasarkan pada dua dimensi
evaluatif: posisi kompetitif dan pertumbuhan pasar (industri). Setiap industri yang pertumbuhan
penjualan tahunannya melebihi 5% dapat dianggap memiliki pertumbuhan yang cepat. strategi
yang tepat untuk dipertimbangkan organisasi ditampilkan dalam urutan daya tarik di setiap
Kuadran matriks tersebut.
Perusahaan-perusahaan  yang berada dalam Kuadran 1 Matriks Grand Strategy memiliki
posisi strategis yang sempurna. Untuk perusahaan-perusahaan tersebut, konsentrasi pada pasar
(penetrasi pasar dan pengembangan pasar) dan produk (pengembangan produk) yang ada saat ini
  
merupakan strategi yang sesuai. Bukan hal yang bijak bagi sebuah perusahaan Kuadran 1 untuk
beralih secara mendasar dari keunggulan kompetitifnya yang sudah mapan. Bila perusahaan
Kuadran 1 memiliki kelebihan sumber daya, maka integrasi ke belakang, integrasi ke depan, atau
integrasi horizontal bisa menjadi strategi yang efektif. Ketika perusahaan Kuadran 1 terlalu
berpatokan dengan I produk tertentu, diversifikasi terkait kiranya dapat membantu mengurangi
resiko yang berkaitan dengan lini produk yang sempit. Perusahaan-perusahaan Kuadran I
memiliki sumber daya yang memadai untuk mengambil keuntungan dari berbagai peluang
eksternal yang muncul dibanyak bidang. Mereka bisa mengambil resiko secara agresif jika perlu.
Perusahaan-perusahaan yang terletak di Kuadran II perlu secara serius mengevaluasi
pendekatan mereka terhadap pasar. Walaupun industri mereka tengah tumbuh, mereka tidak
mampu bersaing secara efektif dan mereka perlu mencari tau mengapa pendekatan perusahaan
saat ini tidak efektif dan bagaimana perusahaan dapat memperbaiki daya saingnya. Oleh karena
perusahaan-perusahaan Kuadran II berada di industri dengan pasar yang bertumbuh cepat,
strategi intensif (sebagai kebalikkan dari strategi integratif atau diversifikasi) biasanya menjadi
pilihan pertama untuk dipertimbangkan. Namun demikian, jika perusahaan kurang memiliki
kompetensi khusus atau keunggulan kompetitif, integrasi horizontal dapat menjadi alternatif lain
yang bagus. Sebagai pilihan terakhir, divestasi atau likuidasi dapat dipertimbangkan. Divestasi
dapat menyediakan dana yang diperlukan untuk mengakuisisi bisnis lain atau membeli kembali
saham.
Organisasi-organisasi kuadrdan III bersaing di industri yang pertumbuhannya lambat serta
memiliki posisi kompetitif lemah. Berbagai perusahaan ini harus segera  membuat perubahan
drastic untuk mengghindari penurunan lebih jauh dan kemungkinan likuidasi. Pengurangan
(penciutan) biaya dan aset yang ekstensif harus dilakukan pertama kali. Strategi alternatifnya
  
adalah dengan mengalihkan sumber daya dari bisnis saat ini ke bidang yang lain (diversifikasi).
Jika kesemuanya itu gagal, pilihan terakhir untuk bisnis Kuadran III adalah divestasi atau
likuidasi.
Terakhir, bisnis-bisnis Kuadran IV memiliki posisi kompetitif yang kuat namun berada di
dalam industri yang pertumbuhannya lambat. Perusahaan-perusahaan ini mempunyai kekuatan
untuk mengadakan program karakteristik perusahaan-perusahaan Kuadran IV adalah memiliki
tingkat arus kas yang tinggi serta kebutuhan pertumbuhan internal yang terbatas dan sering kali
dapat menjalankan strategi diversifikasi terkait atau tidak terkait dengan berhasil. Perusahaan-
perusahaan kuadarna IV juga melakukan usaha patungan.
2.7.2.3. Matriks Internal-Eksternal (IE)
Menurut David (2009, p344) matriks IE menempatkan berbagai divisi dari suatu organisasi
dalam sembilan sel. Matriks IE serupa dengan matriks BCG dalam arti keduanya menempatkan
berbagai divisi dari organisasi di dalam  diagram skematis. Disamping itu, ukuran dari setiap
lingkaran menggambarkan persentase kontribusi penjualan dari setiap divisi dan potongan kue
mengungkapkan persentase kontribusi laba dari setiap divisi.
Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci: total nilai IFE
yang diberi bobot pada
sumbu X dan total nilai EFE yang diberi bobot pada sumbu Y.
  
Gambar 2.2. Tabel Matriks IE
Sumber: David (p, 344)
Pada diagram tersebut dapat diidentifikasi 9 sel strategi, tetapi pada prinsipnya kesembilan
sel tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 strategi utama, yaitu :
1. Growth Strategy yang merupakan pertumbuhan perusahaan itu sendiri (sel 1,2,4) atau
upaya diversifikasi.
2. Stability Strategy
(sel 3,5,7) adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah
strategi yang diterapkan.
3. Retenchment Strategy (sel 6,8,9) adalah usaha memperkecil atau mengurangi usaha
yang dilakukan oleh perusahaan.
Berikut adalah penjelasan mengenai ke sembilan strategi yang terdapat pada sel matriks IE
seperti pada gambar 2.2.
  
1.
Sel I  Konsentrasi melalui Integrasi Vertikal
Pertumbuhan melalui konsentrasi dapat dilalui integrasi dengan cara backward
integration atau forward integration. Hal ini merupakan strategi utama untuk perusahaan
yang memiliki posisi kompetitif pasar yang kuat (high market share) dalam berdaya tarik
tinggi.
2.
Sel II dan V Konsentrasi melalui Integrasi Horizontal
Strategi pertumbuhan melalui integrasi horizontal adalah kegiatan yang memperluas
perusahaan dengan cara membangun di lokasi yang lain dan meningkatkan produk serta
jasa.hbg
3.
Sel III Turnaround
Strategi ini tepat bagi perusahaan pada daya tarik industri tinggi ketika masalah-masalah
perusahaan mulai dirasakan tapi belum kritis. Strategi ini dilakukan oleh perusahaan
dengan cara melakukan penghematan pada operasional perusahaan.
4.
Sel IV Stability
Strategi berdiam diri mungkin tepat untuk dijadikan sebagai strategi sementara yang
memungkinkan bagi perusahaan untuk menggabungkan semua sumber daya yang
dimilikinya setelah mengalami pertumbuhan yang cepat dari suatu industri yang
kemudian menghadapi suatu masa depan yang tidak pasti. 
5.
Sel VI Divestasi
Merupakan strategi yang tepat bagi perusahaan yang berada pada posisi kompetisi lemah
dan dengan daya tarik industri menengah.
6.
Sel VII Diversifikasi Terkait
  
Strategi pertumbuhan melalui diversifikasi umumnya dilakukan pada perusahaan yang
memiliki kondisi competitive position
sangat kuat tetapi nilai daya tarik industrinya
rendah.
7.
Sel VIII Diversifikasi Tidak Terkait
Strategi pertumbuhan melalui kegiatan bisnis yang tidak saling berhubungan dapat
dilakukan jika perusahaan menghadapi competitive position yang tidak terlalu kuat dan
nilai daya tarik industrinya sangat rendah. Tekanan strategi ini lebih pada sinergi
finansial daripada product market synergy (seperti yang terdapat pada diversifikasi).
8.
Sel IX Bangkrut atau Likuiditas
Likuiditasi adalah strategi yang dilakukan dengan menjual sebagian atau seluruh
perusahaan atau produk perusahaan yang ada dengan tujuan mendapatkan uang untuk
membayar seluruh obligasi perusahaan dan kemudian menyerahkan sisanya pada
pemegang saham.
2.7.3. Tahap Pengambilan Keputusan
Tahap pengambilan keputusan merupakan tahap akhir dalam kerangka kerja formulasi
strategi. Alat bantu yang digunakan dalam tahap ini yaitu Quantitative Strategic Planning Matrix
(QSPM). 
2.7.3.1. Matriks QSPM 
Merupakan alat untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara objektif
berdasarkan key success faktors internal – eksternal yang telah diidentifikasikan sebelumnya. 
  
Menurut David (2009,p-350 ) matriks perencanaan strategis kuantitatif (QSPM) adalah
suatu teknik analitis yang dirancang untuk menetapkan daya tarik relatif dari alternatif yang
dapat dijalanan. Matriks tersebut secara objektif menunjukkan strategi alternatif yang paling
baik. QSPM menggunakan masukan dari analisis matriks EFE, CPM, IFE
kemudian
digabungkan dengan matriks SWOT, matriks IE dan matriks Grand Strategy untuk memperoleh
informasi yang diperlukan dalam menyusun matriks QSPM. QSPM adalah alat yang membuat
para perencana strategi dapat menilai secara objektif strategi alternatif yang dapat dijalankan.
Kolom kiri QSPM terdiri atas faktor-faktor eksternal dan internal (dari tahap 1) dan basis
paling atas terdiri dari strategi alternatif yang dapat dijalankan. Secara spesifik kolom kiri QSPM
terdiri atas informasi yang diperoleh secara langsung dari matriks EFE dan matriks IFE. Pada
kolom yang berdampingan dengan kolom faktor-faktor keberhasilan kritis dituliskan bobot setiap
faktor yang diperoleh dari matriks EFE dan matriks IFE.
Baris paling atas terdiri dari strategi alternatif yang dapat dijalankan diambil dari matriks
SWOT, matriks IE dan matriks Grand Strategy. Alat-alat pencocokan ini biasanya menghasilkan
strategi-strategi alternatif
yang juga dapat dijalankan. Namun tidak setiap strategi yang
disarankan oleh teknik-teknik pencocokan harus dinilai dalam QSPM.
Secara konseptual QSPM menentukan daya tarik relatif
dari berbagai strategi yang
didasarkan pada seberapa jauh faktor-faktor keberhasilan kritis eksternal dan internal kunci
dimanfaatkan atau ditingkatkan. Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dihitung dengan
menentukan dampak kumulatif dari masing-masing faktor
keberhasilan kritis ekternal dan
internal, setiap jumlah rangkaian strategi alternatif dapat di ikutsertakan dalam QSPM dan setiap
jumlah strategi dapat menyusun suatu rangkaian strategi tertentu. Tetapi, hanya strategi-strategi
dari suatu rangkaian tertentu yang dinilai relatif terhadap satu sama lain.
  
2.8. Persaingan / Daya Saing
Kompetisi / Persaingan adalah inti yang menentukan kesuksesan dan kegagalan
perusahaan. Salah satu model bentuk analisa kompetitif yang paling dikenal ialah model
kompetitif Porter. Model ini telah digunakan dalam mengembangkan strategi untuk perusahaan
dalam meningkatkan kemampuan – kemampuan kompetitif dari perusahaan. (David.2009.p.131)
2.8.1. Keunggulan Bersaing
Menurut Dirgantoro Crown (2004, p58),
Comparative Advantage
atau keunggulan
komparatif, konsepnya pertama kali dikemukakan oleh David Ricardo pada awal tahun 19-an.
Kata kuncinya adalah comparative
yang diartikan sebagai relatif. Maksudnya adalah untuk
lingkup negara, perekonomian suatu negara harus lebih banyak memproduksi barang-barang
yang relatif lebih efisien untuk memproduksinya dan kemudian produk tersebut diekspor.
Sedangkan barang yang harus diimpor adalah barang yang relatif keuntungannya lebih kecil.
Keunggulan bersaing merupakan suatu inti dari strategi bersaing yang digunakan oleh
suatu perusahaan agar dapat bersaing dalam segmen pasar untuk memenangkan persaingan dan
agar dapat tetap bertahan. Memiliki keunggulan bersaing akan selalu diusahakan oleh para
manajer didalam suatu perusahaan, keunggulan bersaing berasal dari banyak aktivitas berlainan
yang dilakukan perusahaan dalam mendesain, memproduksi, memasarkan, menyerahkan, dan
mendukung produknya agar konsumen tertarik menggunakan produk yang kita tawarkan.
Terdapat dua jenis dasar keunggulan bersaing, yaitu keunggulan biaya dan diferensiasi.
Untuk mencapai keunggulan biaya, sebuah perusahaan harus bersiap menjadi produsen berbiaya
rendah dalam industrinya. Perusahaan harus memiliki cakupan yang luas dan melayani banyak
segmen, bahkan beroperasi dalam industri terkait. Dalam hal diferensiasi, perusahaan harus
  
menjadi unik dalam industrinya yang secara umum dihargai oleh pembeli, jadi perusahaan
dihargai karena keunikannya.
2.8.2. Metode Memperkuat Posisi Perusahaan Terhadap Pesaing
1. Metode strategi bisnis berdasarkan key faktors for success ( KFS ). Point utama dalam 
metode ini adalah untuk mengidentifikasikan KFS didalam industri atau bisnis, dan
kemudian memasukkan atau menambahkan sekumpulan sumber daya ke dalam area-area
perusahaan melihat adanya peluang untuk memperoleh keunggulan strategi di
bandingkan dengan para pesaing.
2. Metode Strategi Bisnis berdasarkan keunggulan relatif.
Diantara perusahaan yang bersaing dalam suatu industri atau bisnis, banyak kasus
meskipun perusahaan tidak memiliki keunggulan terhadap pesaing, keunggulan relatif
masih bisa dicapai dengan mencari perbedaan kondisi persaingan diantara pesaing.
3. Metode Strategi Bisnis berdasarkan Inisiatif yang agresif.
Apabila perusahaan memiliki pesaing utama yang sangat mapan di dalam industri yang
stagnant, tingkat pertumbuhan lambat, pesaing utama seperti ini sangat sulit untuk
dikalahkan. Kadang jawabannya adalah suatu strategi konvensional dengan man-set Up
KFS pada area dimana pesaing telah membangun keunggulan. Untuk bisa melakukan
strategi, mulanya adalah dengan menantang asumsi tentang cara melalukan bisnis dalam
industri atau pasar, serta dengan melihat kemungkinan untuk mengubah aturan main,
merombak status quo, sehingga didapat keunggulan bersaing yang kokoh.
4. Strategi Bisnis berdasarkan derajat kebebasan.
  
Meskipun tingkat persaingan dalam industri begitu tinggi, keunggulan masih bisa dicapai
dengan melakukan inovasi. Inovasi bisa dilakukan di antaranya dengan membuka pasar
baru atau pengembangan produk baru.
2.9. Penelitian Terdahulu
Penulis
Tahun
Judul
Kutipan
Paul Turner
2003
Using Information to
Enhance Competitive
Advantage – The
Marketing Options
“the effective sourcing and
management of information is
critical in the search for a
winning business strategy. Such
information will be secured
from environmental and
market analysis and will be
matched with the company's
competitive advantage in the
generation of strategic
marketing options.”
Charles J. Capps
2012
Extending The
Competitive Profile
Matrix Using Internal
Faktor Evaluation
And External Faktor
Evaluation Matrix
“The goal of extending the
Competitive Profile Matrix to
provide further strategic
understanding through the use
of a forced ranking of important
organizational faktors when
  
Concepts [Journal of
Applied Business
Research]
evaluating an organization's
relatif competitive position
against major competitors
was successfully realized. An
External Competitive Profile
Matrix (ECPM) and an Internal
Competitive Profile Matrix
(ICPM) better draw awareness
to internal and external
categories that need attention.”
Dean A.
Koutroumanis
2011
Technology’s Effect
on Hotels and
Restaurants: Building
a Strategic
competitive
Advantage
“technology
has a positive
effect on the ability of
organizations to gain strategic
competitive advantage.
External strategic
environmental analysis
is
critical in enabling
organizations to take advantage
of opportunities.”
  
Tahap Masukan
Tahap Keputusan 
2.10. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran
Alternatif Strategi
Matriks QSPM
Kesimpulan dan Saran
Matriks IFE
Matriks EFE
Matriks CPM
Tahap Pencocokan
Matriks SWOT      Matriks IE     Matriks Grand Strategy