1
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Evaluasi
Menurut
Husni
(2010),
evaluasi
adalah suatu proses untuk menyediakan
informasi mengenai hasil penilaian atas permasalahan yang ditemukan.
Menurut Umar (2005, p36), evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan
informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana
perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu
untuk mengetahui apakah
ada selisih
diantara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu
bila dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh.
Menurut
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia (2008),
evaluasi
adalah
proses
penilaian yang sistematis, mencakup pemberian nilai, atribut, apresiasi, pengenalan
permasalahan dan pemberian solusi atas permasalahan yang ditemukan.
Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses
untuk
memberikan
informasi
kepada pihak yang terkait
tentang
pencapaian
suatu
kegiatan yang dinilai dengan sistematis berdasarkan suatu standar tertentu.
2.2 Pengembangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), pengembangan adalah suatu
proses atau cara dan upaya yang dilakukan untuk memperluas, meningkatkan,
menyempurnakan
sesuatu
yang
telah
ada
menjadi sesuatu
yang
lebih baik,
memenuhi kebutuhan serta perubahannya.
2.3 Auditing
2.3.1
Pengertian Auditing
Menurut
ISO
9000,
auditing
adalah
proses sistematis, mandiri
(independen) dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti audit dan
mengevaluasinya
secara
objektif
untuk
menentukan
sejauh mana
kriteria
audit telah terpenuhi.
|
2
Menurut Tunggal (2011, p13), auditing adalah pemeriksaan dan
pengujian proses atau mutu untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan/
spesifikasi pelanggan.
Menurut Messier, Glover dan Prawitt (2006, p7), pengertian auditing
adalah sebagai berikut :
Auditing
is
a
systematic
process of objectively
obtaining and evaluating
evidence
regarding
assertions
about economic
actions
and
events
to
ascertain the degree of correspondence between those assertions and
established criteria and communicating the result to interested users
Menurut
Messier,
Glover
dan
Prawitt
(2006, p7),
beberapa
konsep
penting dari pengertian auditing adalah sebagai berikut :
1. Proses yang sistematis (Systematic process)
Proses yang sistematis menyatakan secara tidak langsung bahwa
seharusnya ada pendekatan terencana untuk melakukan audit, dimana
auditing
merupakan
rangkaian
proses
dan
prosedur
yang
bersifat
logis,
terstruktur dan terorganisir.
2. Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara objektif (Objectively
obtaining and evaluating evidence)
Auditor harus mencari dan mengevaluasi secara objektif, relevansi dan
validitas dari bukti-bukti yang telah dikumpulkan. Objektif berarti
mengungkapkan fakta apa adanya dan senyatanya, tidak bias, atau tidak
memihak
dan
tidak
berprasangka
buruk
terhadap
individu
atau
entitas
yang membuat representasi tersebut. Proses pengumpulan dan
pengevaluasian bukti-bukti merupakan aktivitas audit yang paling banyak
dilakukan auditor, walaupun tipe-tipe, kuantitas dan tingkat kepercayaan
bukti bervariasi dalam pelaksanaan audit.
3. Asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi (Assertion about
economic actions and events)
Bukti-bukti yang dikumpulkan auditor harus berhubungan dengan
pernyataan tentang tindakan dan kejadian ekonomi. Auditor
membandingkan bukti-bukti
yang telah dikumpulkan dengan pernyataan
|
3
kegiatan ekonomi untuk menilai derajat kesesuaian antara pernyataan
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.
4. Menyampaikan
hasilnya kepada
para
pemakai
yang
berkepentingan
(Communicating the results to interested users)
Menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan
menekankan
pada
tipe
pelaporan
yang akan disediakan
auditor kepada
para calon pemakai. Tipe-tipe komunikasi bervariasi tergantung pada tipe
dan
tujuan
audit.
Untuk
tipe-tipe audit,
isi
dan
bentuk
pelaporan
bervariasi tergantung pada keadaannya.
Menurut Arens, Elder, Beasley (2010, p4), pengertian auditing adalah
sebagai berikut :
Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information
to
determine
and
report
on
the
degree of correspondence between the
information and
established
criteria.
Auditing
should
be
done
by
a
competent, independent person
Menurut Arens,
Elder, Beasley (2010, p4), beberapa konsep penting
dari pengertian auditing adalah sebagai berikut :
1.
Informasi dan kriteria yang ditetapkan (Information and established
criteria)
Pelaksanaan audit didalamnya terkandung informasi-informasi yang
berupa bukti-bukti (verifiable form) dan beberapa standar (kriteria),
dimana melalui kedua hal-hal tersebut auditor dapat mengevaluasi
informasi. Auditor secara rutin melakukan audit akan informasi, tidak
hanya kuantitatif melainkan juga informasi
kualitatif, termasuk
laporan
keungan
perusahaan
dan
laporan
pajak
penghasilan
individu.
Auditor
juga
melakukan audit akan
informasi subjektif, seperti efektifitas sistem
komputer dan efisiensi operasional produksi. Kriteria untuk
mengevaluasi informasi tersebut bervariasi tergantung pada informasi
yang akan diaudit.
|
4
2.
Mengumpulkan dan mengevaluasi bukti (Accumulating and evaluating
evidence)
Bukti-bukti adalah informasi yang digunakan oleh auditor untuk
menentukan apakah informasi yang sedang diaudit sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan. Bukti- bukti dapat
berupa
pernyataan
lisan
para
auditan (klien), komunikasi tertulis dari pihak luar dan hasil pengamatan
yang dilakukan auditor.
3.
Orang yang kompeten dan tidak memihak (Competent, independent
person)
Auditor
harus
memiliki
kualifikasi
dalam memahami
kriteria
yang
digunakan dan harus kompeten dalam
mengetahui tipe-tipe dan jumlah
bukti-bukti yang harus dikumpulkan,
untuk
menghasilkan
kesimpulan
yang
tepat
setelah
bukti-bukti
tersebut
diperiksa. Auditor
juga
harus
memiliki
sikap
mental
yang
independen
(independent mental attitude).
Jika pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti dilakukan secara berat
sebelah, maka pelaksanaan audit dikatakan tidak memadai.
4.
Pelaporan (Reporting)
Tahap
terakhir
dalam proses
auditing
adalah
penyiapan
laporan
audit
(audit report), yang
merupakan
komunikasi
antara
temuan
auditor
kepada pemakai yang berkepentingan.
Dari definisi yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan
bahwa setidaknya ada tiga elemen fundamental dalam auditing, yaitu :
1. Seorang auditor harus independen
2. Auditor bekerja mengumpulkan bukti (evidence) untuk mendukung
pendapatnya
3. Hasil pekerjaan auditor adalah laporan (report) yang harus disampaikan
kepada para pemakai yang berkepentingan
|
5
2.3.2
Metode Audit
Menurut Gondodiyoto (2007, p451), metode audit meliputi :
1.
Auditing around the computer
Dalam pendekatan audit di sekitar komputer, auditor (dalam hal ini
harus akuntan yang registered, dan bersertifikasi akuntan publik) dapat
mengambil kesimpulan dan merumuskan opini dengan hanya menelaah
struktur pengendalian dan melaksanakan pengujian transaksi dan
prosedur verifikasi saldo perkiraan dengan cara sama seperti pada sistem
akuntansi
manual.
Auditor
tidak perlu
menguji
pengendalian
sistem
informasi berbasis teknologi
informasi klien (file program/pengendalian
atas file/data di komputer)
melainkan cukup terhadap input serta output
sistem aplikasi
saja.
Sistem komputerisasi
dianggap
sebagai blackbox
(sesuatu yang diketahui fungsinya, tapi tidak perlu diperiksa bagaimana
kinerjanya).
2. Auditing through the computer
Dalam pendekatan
audit
ke
sistem komputer,
auditor
melakukan
pemeriksaan
langsung
terhadap program-program dan
file-file
komputer
pada audit SI berbasis TI. Auditor menggunakan komputer atau dengan
pengecekan
logika
atau listing
program
(desk
test
on
logic or porgram
source
code)
untuk
menguji
logika
program dalam rangka
pengujian
pengendalian yang ada pada komputer. Selain itu auditor juga dapat
meminta penjelasan dari para teknisi komputer mengenai spesifikasi
sistem dan atau program yang diaudit.
3. Auditing with the computer
Pada pendekatan ini, audit dilakukan dengan menggunakan komputer dan
software untuk mengotomatisasi prosedur pelaksanaan audit. Pendekatan
ini
dapat
menggunakan
beberapa computer
assisted
audit
techniques,
misalnya
system
control
audit
review
file
(SCARF),
snapshot dan
sebagainya. Pendekatan audit dengan bantuan komputer merupakan cara
yang
sangat bermanfaat,
khususnya dalam pengujian
substantif
atas
file
dan record perusahaan.
|
6
2.3.3
Kategori Bahan Bukti Audit
Menurut
Elder, Beasley
dan
Arens
(2010,
p153), dalam menentukan
prosedur audit digunakan tujuh kategori bahan bukti yang dapat digunakan
oleh auditor yaitu :
1. Pemeriksaan Fisik
Adalah suatu tindakan verifikasi atas suatu aset apakah aset tersebut
memang benar ada. Pemeriksaan Fisik dianggap sebagai suatu bahan
bukti yang paling handal dan berguna.
2. Konfirmasi
Digambarkan sebagai penerimaan jawaban tertulis maupun lisan dari
pihak ketiga yang independen dalam
memverifikasi akurasi informasi
yang telah diminta.
3. Dokumentasi
Sering kali dijadikan sebagai bukti di dalam audit karena bukti ini sudah
tersedia dengan biaya relatif rendah. Terkadang, bukti ini menjadi satu-
satunya jenis bukti yang tersedia.
4. Prosedur Analitis
Adalah menggunakan perbandingan dan hubungan untuk menentukan
apakah saldo akun tersaji secara layak. Prosedur
analitis sangat penting
sehingga harus dilakukan selama tahap perencanaan dan penyelesaian di
setiap audit.
5. Pernyataan dari klien
Adalah
mendapatkan informasi
tertulis
atau lisan dari
klien
dengan
menjawab
pertanyaan auditor. Meskipun sebagai bahan bukti yang
diperhitungkan dan diperoleh dari klien melalui tanya jawab, biasanya
yanya jawab tidak dapat diperlakukan sebagai kemampuan memberikan
kesimpulan,
karena
didapat
dari sumber yang tidak independen dan
mungkin memihak kepentingan klien. Dengan demikian, apabila auditor
memperoleh bahan bukti lain yang menguatkan melalui prosedur yang
lain.
|
7
6. Perhitungan Ulang
Melibatkan pemeriksaan ulang dari suatu sample dari perhitungan yang
dibuat
oleh
klien. Banyak
bagian perhitungan
ulang auditor
dilakukan
oleh computer-assisted audit software.
7. Pelaksanaan Ulang
Mencakup pengecekan ulang suatu sample perhitungan
dan perpindahan
informasi yang dilakukan oleh klien selama periode yang diaudit.
8. Pengamatan
Adalah penggunaan perasaan untuk menetapkan aktivitas tertentu. Dalam
keseluruhan audit, maka ada banyak kesempatan untuk melihat,
mendengar, dan mencium untuk mengevaluasi bermacam benda.
2.3.4
Jenis-jenis Audit
Menurut Messier, Glover dan Prawitt (2006, p11) terdapat empat jenis
audit yaitu :
1. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audits)
Audit laporan keuangan menentukan apakah keseluruhan penyajian
laporan keuangan telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Jenis
audit
ini
biasanya meliputi
laporan
keuangan
dasar
yaitu
neraca
(balance sheet), laporan laba rugi (income statement), laporan perubahan
ekuitas (statement of stockholders equity) dan laporan arus kas
(statement of cash flows), serta Standar Akuntansi Keuangan sebagai
kriteria atau standarnya. Walaupun demikian, beberapa audit
memerlukan kriteria atau standar lain seperti cash basis atau income tax
basis.
2. Audit Ketaatan (Compliance Audits)
Audit ketaatan menentukan
sejauh mana peraturan, kebijakan, hukum,
perjanjian atau peraturan pemerintah
dipatuhi oleh perusahaan yang
diaudit. Ukuran kesesuaian audit
ketaatan adalah ketepatan.
Hasil audit
ketaatan tersebut biasanya disampaikan kepada pihak
yang
menentukan
|
8
kriteria
tersebut
yang
terdiri
dari
:
(1)
ikhtisar
hasil
temuan;
atau
(2)
tingkat ketaatan dengan kriterianya.
3. Audit Operasional (Operational Audits)
Audit operasional meliputi tinjauan sistematis akan keseluruhan aktivitas
organisasi,
atau
sebagian darinya, dalam
kaitannya
dengan
penggunaan
sumber-sumber daya yang efektif dan efisien. Tujuan dari audit
operasional adalah untuk
menilai
kinerja,
mengidentifikasi kesempatan
untuk perbaikan dan membuat
rekomendasi-rekomendasi untuk
pengembangan dan perbaikan.
4. Audit Forensik (Forensic Audits)
Tujuan audit forensik adalah untuk mendeteksi
atau mencegah
kecurangan. Kegunaan auditor untuk melakukan audit forensik telah
berkembang secara signifikan, khususnya dimana kecurangan meliputi
hasil keuangan.
2.3.5
Pedoman Penentuan Sampel Audit
Menurut ISO 9000, pedoman yang harus digunakan dalam menetukan
sampel audit adalah sebagai berikut:
1. Untuk data berjumlah 1-15, jumlah sampel yang diambil sebesar 2
2. Untuk data berjumlah 16-25, jumlah sampel yang diambil sebesar 3
3. Untuk data berjumlah 26-50, jumlah sampel yang diambil sebesar 5
4. Untuk data berjumlah 51-90, jumlah sampel yang diambil sebesar 8
5. Untuk data berjumlah 91-150, jumlah sampel yang diambil sebesar 13
6. Untuk data berjumlah > 151, jumlah sampel yang diambil sebesar 20
2.3.6
Temuan Audit
Menurut ISO 9000, temuan audit adalah hasil evaluasi dari bukti audit
yang dikumpulkan terhadap kriteria audit. Temuan audit dapat
mengindikasikan,
baik
kesesuaian ataupun ketidaksesuaian dengan kriteria
audit
atau
peluang
perbaikan.
Pengertian
ketidaksesuaian sendiri
adalah
penyimpangan melalui
bukti obyektif
atas
kriteria
audit
yang
ditetapkan
|
9
auditor harus menginvestigasi untuk
menentukan secara tepat kriteria audit
yang dilanggar dan menetapkan rekomendasi tindakan perbaikan.
Jenis ketidaksesuaian dalam temuan audit antara lain:
1. Major
Sebuah temuan audit dikatakan kategori major, apabila tidak sesuai
dengan persyaratan ISO 9001:2008 yang seharusnya dijalankan dan
harus dilakukan perbaikan segera.
2. Minor
Sebuah temuan audit dikatan kategori minor, apabila terdapat
inkonsistensi
dalam menjalankan
prosedur yang diturunkan dari ISO
9001:2008 dan diberikan deadline waktu tertentu untuk
memperbaikinya.
3. Observasi
Sebuah temuan audit dikatakan kategori observasi, apabila temuan
tersebut
bukan
termasuk
dalam persyaratan
ISO
9001:2008
tetapi
sebaiknya
dijalankan.
Dalam temuan
observasi,
auditor
akan
memberikan rekomendasi sebagai usulan peningkatan, namun divisi
terkait dalam perusahaan memiliki
hak bebas untuk
menjalankan atau
tidak menjalankan usulan tersebut.
2.4 Audit Operasional
2.4.1
Pengertian Audit Operasional
Menurut Arens, Elder, Beasley (2010, p738), pengertian audit
operasional adalah sebagai berikut :
An operational audits is a review of any part of organizations operating
procedures and methods for the purpose of evaluating efficiency and
effectiveness. At the completion of an operational audit, recommendations to
management for improving operations are normally expected
Menurut Tunggal
(2011, p7), audit operasional
merupakan
suatu
proses
yang
sistematis
seperti
dalam audit
laporan
keuangan,
audit
operasional
mencakup serangkaian
langkah
atau
prosedur
yang
terstrukur
|
10
dan diorganisasi. Aspek ini mencakup perencanaan yang tepat dan juga
mendapatkan dan secara objektif menilai bukti yang berkaitan dengan
aktivitas yang di audit. Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan :
1. Audit operasional
merupakan penelaahan sistematis yang
menentukan
bahwa proses pengumpulan dan penganalisaan bukti dilakukan secara
sistematis berdasarkan pengamatan dan analisa objektif.
2. Tujuan audit operasional adalah menilai efektivitas, efisiensi,
ekonomis serta lebih lanjut mengidentifikasikan kemungkinan
perbaikan.
3. Audit
operasional
lebih
berorientasi
ke
masa
depan,
artinya
hasil
penilaian
berbagai
kegiatan
operasional diharapkan dapat membantu
manajemen
dalam meningkatkan
efektivitas
pencapaian
tujuan
yang
telah ditetapkan oleh organisasi.
4. Melalui audit operasional, hasil evaluasi dapat dilaporkan kepada
pihak-pihak yang berwenang dan
memberikan
rekomendasi
yang
berguna bagi peningkatan perbaikan kepada pihak manajemen.
2.4.2
Tujuan Audit Operasional
Menurut Tunggal
(2011, p12), tujuan dari audit operasional adalah sebagai
berikut:
1. Objek
dari
audit
operasional
adalah
mengungkapkan
kekurangan
dan
ketidakberesan dalam setiap unsur yang diuji oleh auditor operasional dan
untuk
menunjukkan perbaikan apa yang dimungkinkan untuk
memperoleh hasil yang terbaik dari operasi yang bersangkutan.
2. Untuk
membantu
manajemen
mencapai administrasi operasi yang paling
efisien.
3. Untuk
mengusulkan
kepada
manajemen,
cara-cara
dan
alat-alat
untuk
mencapai
tujuan apabila manajemen
organisasi
sendiri
kurang
memiliki
pengetahuan tentang pengelolaan yang efisien.
4. Audit operasional bertujuan untuk mencapai efisiensi dari pengelolaan.
|
11
5. Untuk
membantu
manajemen,
auditor
operasional
berhubungan
dengan
setiap fase dari aktivitas usaha yang dapat merupakan dasar pelayanan
kepada manajemen.
6. Untuk membantu manajemen pada setiap tingkat dalam pelaksanaan yang
efektif dan efisien dari tujuan dan tanggung jawab mereka.
Tujuan umum dari audit operasional adalah :
1. Menilai kinerja
Untuk
menilai
suatu
kinerja
dapat dilakukan dengan membandingkan
bagaimana suatu organisasi menjalankan aktivitasnya dengan :
Tujuan
yang sudah ditetapkan oleh manajemen seperti kebijakan
organisasi, standar, sasaran, tujuan dan rencana detail lainnya
Perbandingan
fungsi atau
individu dengan jenis perusahaan yang
sama (external benchmarking)
2. Melakukan identifikasi adanya peluang untuk melakukan perbaikan
Kriteria umum yang menunjukkan adanya perbaikan adalah peningkatan
efisiensi,
efektivitas
dan
ekonomis.
Auditor
melakukan
identifikasi
terhadap
peluang
untuk
melakukan
perbaikan
dengan
menganalisis dan
melakukan
wawancara terhadap
orang-orang
di
dalam dan
di
luar
organisasi, mengobservasi operasi, menelaah data operasi sekarang dan
historis,
menganalisis transaksi dan
membuat perbandingan
internal dan
eksternal
3. Memberikan rekomendasi untuk perbaikan dan tindak lanjut
Dalam banyak kasus, auditor
mampu
untuk membuat suatu rekomendasi
yang sifatnya khusus. Auditor harus terus-menerus mencari praktik yang
terbaik
dalam upaya
untuk
melakukan
perbaikan
yang
berkesinambungan. Untuk itu sebaiknya, orang-orang operasional juga
ikut dilibatkan dalam membuat dan menerapkan rekomendasi.
|
12
2.4.3
Pelaksanaan Audit Operasional
Menurut Tunggal (2011, piv), audit operasional dapat memberikan
manfaat yang berharga kepada manajemen dan operasional melalui beberapa
cara sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi permasalahan yang timbul, penyebabnya dan alternatiff
solusi perbaikannya
Hal ini merupakan tugas utama audit operasional. Meskipun sering
mengetahui adanya suatu masalah, seringkali manajemen tidak dapat
memahami inti permasalahannya dengan tepat. Auditor diharapkan dapat
memberikan sudut pandang yang objektif untuk membantu manajemen
memahami permasalahannya yang sebenarnya.
Tugas auditor juga mengindentifikasi penyebab masalah yang sebenarnya
(bukan
gejala)
yang
mungkin timbul sebagai akibat dari suatu kebijakan
atau tindakan manajemen. Pada akhirnya, auditor harus
memformulasikan jalan keluar yang realistis dan dapat diterapkan. Pada
saat inilah pengalaman bekerja dengan berbagai departemen lain menjadi
suatu hal yang sangat berharga. Harus diingat bahwa sebuah organisasi
selalu mencari praktik yang terbaik, baik eksternal maupun internal yang
dapat diterapkan sebagai bagian dari upaya perbaikan yang
berkesinambungan. Satu hal yang harus dipahami auditor adalah tidak
boleh merekomendasikan sesuatu yang tidak mungkin dapat dijalankan/
diterapkan.
2. Menemukan peluang untuk menekan pemborosan dan efisiensi biaya
(cost reduction)
Peranan
auditor
adalah
membantu manajemen
menjalankan
perusahaan
dengan biaya yang paling optimum pada semua situasi/ kondisi. Biaya
sebaiknya selalu berada pada tingkat yang wajar dan jika harus ada
penghematan seyogyanya keputusan yang dibuat jangan sampai
mengganggu/ membawa dampak negatif bagi operasi perusahaan.
|
13
3. Menemukan
peluang
untuk
meningkatkan
pendapatan
(income
improvement)
Naiknya pendapatan juga mempunyai pengaruh terhadap keuntungan
perusahaan. Auditor dapat ikut serta berperan aktif dalam mengupayakan
peluang untuk meningkatkan pendapatan.
4. Mengidentifikasi sasaran, tujuan, kebijakan dan prosedur organisasi yang
belum ditentukan
Adalah suatu hal yang indah jika semua perusahaan telah menjalankan
perencanaan jangka pendek dan panjang secara efektif. Meskipun
demikian,
dalam kenyataannya
lebih
banyak
pengecualian dari hal
yang
di atas. Hal ini berarti auditor harus membantu manajemen untuk
menentukan
sasaran,
tujuan
dan detil
perencanaan
yang
belum
ditentukann
dan
membantu
mengembangkannya. Tanpa suatu
perencanaan akan menyebabkan tidak adanya tolak ukur untuk mengukut
efektivitas organisasi.
5. Mengidentifikasi kriteria untuk mengukur pencapaian sasaran dan tujuan
organisasi
Auditor
dituntut
untuk
membantu
manajemen
dalam mengembangkan
kriteria
yang
digunakan
sebagai acuan
untuk
mengukur
pencapaian
sasaran dan tujuan.
6. Merekomendasikan perbaikan kebijakan, prosedur dan struktur organisasi
Auditor mungkin mendapatkan suatu contoh bahwa penyebab timbulnya
suatu masalah berasal dari penerapan kebijakan atau prosedur yang
berlaku. Meskipun kebijakan disusun oleh Manajemen Senior dalam
organisasi, tetapi tidak tertutup kemungkinan
bahwa
kebijakan
tersebut
perlu dikoreksi.
7. Melaksanakan pemeriksaan atas kinerja individu dan unit organisasi
Tanggung jawab auditor adalah meyakinkan bahwa pemeriksaan atau
pengukuran kriteria yang cukup memadai telah dilakukan untuk
memonitor tahapan pencapaian kinerja.
|
14
8. Menelaah
ketaatan/
kepatuhan
terhadap
ketentuan
hukum,
tujuan
organisasi, sasaran, kebijakan dan prosedur
Auditor harus yakin bahwa perusahaan telah menjalankan operasinya
sesuai
dengan
hokum dan
peraturan
internal
yang
telah
dibuat.
Jika
terdapat ketidaktaatan, auditor harus menyatakan akibat/ konsekuensinya.
9. Menguji adanya tindakan yang tidak diotorisasi, kecurangan atau
ketidaksesuaian lainnya
Beberapa pengujian dibutuhkan dalam audit operasional, khususnya
untuk membuktikan bahwa suatu tindakan menyebabkan dampak negatif/
merugikan perusahaan.
10. Menilai sistem informasi manajemen dan sistem pengendalian
Auditor harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
Apakah sistem pelaporan sudah cukup menyediakan informasi
yang
penting
sehingga
manajemen dan
staf
operasional
dapat
menjalankan semua aspek dalam organisasi secara efektif?
Apakah tingkat rincian informasi sudah sesuai dengan tingkat
operasinya (misalnya rincian yang lebih detil pada level yang
lebih rendah dan kurang detil pada level yang lebih tinggi?)
Apakah seluruh indikator kunci sudah dipertimbangkan?
11. Menyediakan media komunikasi antara level operator dan manajemen
Dalam
banyak
organisasi
terdapat pemisahan
yang
jelas antara
operasi
dan manajemen yaitu manajemen adalah pihak yang membuat keputusan,
sedangkan
operasi
adalah
pihak
yang
menjalankannya.
Salah
satu
hal
penting yang dituntut dalam audit operasional adalah kemampuan auditor
untuk menjembatani komunikasi antara operasional dan manajemen.
12. Memberikan penilaian yang independen dan objektif atas suatu operasi
Baik
manajemen maupun staf operasi
terkadang begitu amat dekat
dengan apa yang sedang terjadi di dalam organisasi sehingga sulit untuk
menilai secara efektif hasilnya. Audit operasional yang independen dapat
membantu dalam memberikan penilaian yang objektif terhadap hasilnya.
|
15
2.4.4
Jenis-jenis Audit Operasional
Menurut
Elder, Beasley,
Arens
(2010, p740), ada tiga kategori audit
operasional yaitu :
1. Audit Fungsional (Functional Audit)
Audit
fungsional berkaitan dengan sebuah fungsi atau lebih dalam suatu
organisasi,
misalnya
fungsi
pengeluaran kas, penerimaan kas,
pembayaran gaji. Audit fungsional
memungkinkan adanya spesialisasi
oleh auditor. Auditor yang merupakan staf dari internal audit dapat lebih
efisien
memakai seluruh
waktu
mereka
untuk
memeriksa
dalam bidang
tersebut. Tapi di samping itu, audit fungsional memiliki kekurangan yaitu
tidak dievaluasinya fungsi yang saling berkaitan.
2. Audit Organisasional (Organizatinal Audit)
Audit organisasional menyangkut keseluruhan unit organisasi, seperti
departemen, cabang atau anak perusahaan. Penekanan dalam audit ini
adalah
seberapa
efisien
dan
efektif fungsi-fungsi saling berinteraksi.
Rencana organisasi dan metode-metode untuk mengkoordinasikan
aktivitas yang ada, sangat penting dalam audit jenis ini.
3. Penugasan Khusus (Special Assignment)
Penugasan khusus ini timbul atas permintaan manajemen, sehingga dalam
audit jenis ini terdapat banyak variasi. Contohnya adalah menentukan
penyebab
sistem EDP
yang
efektif,
peneyelidikan
kemungkinan
fraud
dalam suatu
divisi
dan
membuat
rekomendasi
untuk
mengurangi biaya
pembuatan suatu barang.
2.4.5
Tahapan Audit Operasional
Dalam melakukan audit operasional diperlukan adanya suatu kerangka
tugas sebagai pedoman dalam melaksanakan audit. Menurut Elder, Beasley,
Arens (2010, p740), pemeriksaan operasional dibagi menjadi tiga tahapan :
1.
Perencanaan (Planning)
Dalam pemeriksaan operasional serupa dengan pemeriksaan atas laporan
keuangan. Pada
saat perencanaan,
auditor
harus
menentukan
ruang
|
16
lingkup penugasan, menyampaikan pada unit organisasional, menentukan
staf
yang tepat dalam penugasan,
memperoleh informasi mengenai
latar
belakang unit.
2. Pengumpulan
Bukti
dan
Evaluasi
(Evidence
Accumulation
and
Evaluation)
Adalah
suatu tahap dimana
auditor mengumpulkan berbagai jenis bukti
yang diperoleh melalui cara pendokumentasian, wawancara dengan klien
dan observasi. Setelah
bukti terkumpul, maka auditor harus
mengevaluasinya agar menarik suatu kesimpulan mengenai temuan-
temuan yang diperolehnya dan
mengajukan saran-saran atau
rekomendasi.
3. Pelaporan dan Tindak Lanjut (Reporting and Follow-Up)
Merupakan suatu tahap dimana
pelaporan pemeriksaan operasional
ditujukan hanya kepada pihak
manajemen.
Laporan
pemeriksaan
operasional perlu disusun secara khusus untuk menyajikan ruang lingkup
audit, temuan dan rekomendasi yang akan disampaikan kepada
manajemen. Tujuannya adalah untuk memastikan apakah perubahan-
perubahan yang direkomendasikan telah dilakukan dan jika tidak,
mengapa. Tindak lanjut biasanya dilakukan setelah rekomendasi.
Secara
umum,
kerangka
tugas
dalam suatu audit operasional
terdiri
dari tahap-tahap sebagai berikut :
1) Tahap audit pendahuluan
2) Tahap audit mendalam
3) Tahap pembuatan laporan
2.4.5.1 Tahap Audit Pendahuluan
Dalam audit
pendahuluan,
auditor
harus
mengumpulkan
data
agar dapat memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengidentifikasi
berbagai bidang dan peristiwa yang dianggap penting, menentukan
hal-hal apa dan dimana yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut.
|
17
Tahap audit pendahuluan terdiri dari :
a)
Pengamatan fisik sekilas
Dalam tahap
ini
observasi
langsung
akan
banyak
bermanfaat
untuk
mendapatkan
informasi
mengenai perusahaan dan bagian-
bagiannya. Disini, auditor harus mempelajari indikasi-indikasi
permasalahan,
mewawancarai masing-masing
pimpinan
yang
bertanggung jawab atas suatu fasilitas fisik. Dalam hal ini auditor
menggunakan
checklist yang
telah
tersusun
menurut
tekanan
permasalahan tertentu. Tahap pengamatan fisik sekilas dapat
menjadi alat bantu yang amat baik bagi kemampuan auditor
dalam menemukan hal-hal yang penting. Pengamatan fisik tidak
hanya digunakan sebagai orientasi, tetapi juga sebagai pandangan
pertama untuk menetukan yang baik dan mana yang buruk.
Manfaat pengamatan fisik bagi auditor sedikit banyak berkaitan
dengan inisiatif dan kemampuan auditor untuk mengobservasi.
b) Mencari data tertulis
Tahap ini bertujuan untuk menetapkan apakah perusahaan
menerapkan praktek manajemen yang konsisten. Auditor harus
mendapatkan dokumentasi yang dijadikan bahan perbandingan
dengan data per departemen. Jenis-jenis dokumen tertulis yang
harus
diperoleh
auditor
antara
lain adalah
sasaran
dan
tujuan
perusahaanyang
tertulis, petunjuk kebijakan dan prosedur
perusahaan, uraian tugas, bagan organisasi, laporan keuangan
dan lain-lain. Ada kemungkinan data di atas dapat diperoleh
selama
pengamatan fisik sekilas atau pada wawancara dengan
manajemen. Oleh karena itu kegiatan mencari data tertulis tidak
dapat dikatakan tahap tersendiri. Namun untuk memudahkan
perencanaan, hal ini dianggap sebagai suatu tahap yang terpisah.
c)
Wawancara dengan manajemen
|
18
Pada tahap ini, auditor operasional harus belajar dari karyawan
perusahaan, dalam arti
memahami apa yang
mereka rasakan dan
bagaimana pandangan mereka terhadap suatu permasalahan
tertentu. Dengan
mewawancarai
para
manajer,
auditor
dapat
memperoleh informasi yang terbaik untuk mengidentifikasikan
perusahaan.
d) Kegiatan analisis
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari audit pendahuluan.
Dokumentasi yang diperlukan dalam analisis harus sudah
dilengkapi dalam tahap pengumpulan data. Tahap
ini mencakup
analisis laporan keuangan dan laporan manajemen lainnya.
Hasil dari tahap audit pendahuluan ini kemudian disimpulkan
dalam suatu
laporan
audit
pendahuluan
yang
lazim disebut
memoranda survei. Laporan ini tidak boleh diserahkan kepada pihak
lain, akan
tetapi semata-mata digunakan
untuk
menetapkan
daerah
atau
bagian
mana
yang
kiranya memerlukan
audit
yang
lebih
mendalam.
2.4.5.2 Tahap Audit Mendalam
Walaupun dari audit pendahuluan, auditor sudah memiliki
bayangan yang kuat tentang audit yang ada, namun auditor belum
dapat melontarkan kesimpulan yang semata-mata berdasarkan hal
tersebut. Dengan melaksanakan audit mendalam, auditor akan
memperoleh kesempatan lebih luas untuk memperkuat dan
meyakinkan
kesimpulannya,
karena
dalam hal
ini
semua
bukti
pendukung
dapat
dianalisis.
Audit
mendalam mencakup
kegiatan-
kegiatan studi lapangan dan analisis.
Studi lapangan diantaranya meliputi wawancara dengan pihak
internal juga eksternal, observasi atas aktivitas operasional,
penelitian sistem pengendalian internal, penelitian arus transaksi dan
lain-lain.
|
19
Kegiatan analisis
meliputi
diantaranya
penghubungan data
yang dikumpulkan dengan kriteria pengukuran kegiatan, penegasan
kembali kriteria pengukuran dengan pegawai yang bersangkutan,
pendiskusian temuan dan kesempatan perbaikan dengan pegawai
yang bersangkutan, dan pengembangan alternatif, rekomendasi dan
saran-saran.
Tidak semua kegiatan yang tercakup dalam studi lapangan dan
analisis di atas perlu dilaksanakan oleh seorang auditor operasional,
tidak hanya kegiatan tersebut
yang dapat dilaksanakan. Kegiatan
yang
akan
dilaksanakan
auditor
dalam audit
mendalam ini
perlu
dipertimbangkan
sendiri
untuk
mendapatkan
temuan yang
bermanfaat bagi upaya peningkatan kualitas manajemen yang
diperiksanya. Dalam hal ini auditor dapat berpedoman pada
memoranda
survei
yang
telah
mengidentifikasikan
derah-daerah
yang dianggap lemah sebagai hasil dari audit pendahuluan, yang
memerlukan porsi audit
mendalam
yang
lebih besar dibanding
daerah-daerah lainnya.
Dalam auditor
mendalam ini
auditor
merakit
berbagai
pandangan, saran, komentar dan perkembangan dalam suatu
wawancara dan dipadukan dengan hasil observasi dan analisisnya
sendiri.
2.4.5.3 Tahap Penyusunan Laporan
Bentuk dan sifat laporan yang dibuat oleh auditor operasional
akan tergantung kepada keinginan pihak yang menugasi. Suatu
laporan biasanya mengandung uraian mengenai kegiatan apa yang
dikerjakan
dalam audit,
daerah-daerah
mana
yang
perlu
mendapat
perbaikan dan rekomendasi yang yang diusulkan. Laporan harus
dapat
membangun
suatu
pemikiran
rasional
dalam simpulan
dan
rekomendasinya serta dialamatkan pada pihak
yang
mempunyai
ide
bahwa audit tersebut harus dilakukan.
|
20
Laporan
audit
operasional secara
keseluruhan
harus
dibicarakan dengan para pejabat klien sebelum selesai, dengan jalan
wawancara khusus dengan pimpinan
departemen
yang
diperiksa
secara mendalam. Wawancara khusus itu akan banyak membantu
dalam menetapakan
ketelitian
fakta
dan
memudahkan
diterimanya
laporan oleh mereka yang bersangkutan.
Isi laporan audit operasional berbeda antara satu dengan yang
lainnya, tergantung pada sifat perusahaan yang diperiksa dan tipe
masalah yang ditelaah. Umumnya
suatu laporan audit operasional
akan
meliputi
unsur-unsur
seperti tujuan dan ruang lingkup
penugasan, prosedur-prosedur yang digunakan oleh auditor, temuan-
temuan khusus, komentar-komentar yang diberikan selama
wawancara khusus dan rekomendasi-rekomendasi jika diperlukan.
2.4.6
Laporan Audit Operasional
Seperti audit laporan keuangan, sebagai hasil akhir audit operasional
akan dihasilkan pula suatu laporan hasil audit oleh auditor. Bagi pimpinan
organisasi
perusahaan
yang
tersangkut
di
dalam audit,
laporan
audit
merupakan
bukti
nyatayang
mereka lihat
mengenai
audit
yang
telah
dilakukan.
Bentuk
dan
sifat
laporan
yang dibuat
tergantung
pihak
yang
memberikan
tugas. Akan
tetapi pada
umumnya,
suatu
laporan
audit
operasional akan meliputi unsur-unsur :
1)
Tujuan dan ruang lingkup
2)
Prosedur-prosedur yang dipergunakan oleh auditor
3)
Temuan-temuan khusus
4)
Rekomendasi-rekomendasi bila perlu.
Ringkasan laporan hasil audit itu hendaknya :
1)
Menjelaskan ruang lingkup dan tujuan audit
2)
Menyajikan hal-hal aktual dengan akurat, lengkap dan wajar.
3)
Menjelaskan temuan dan rekomendasi.
|
21
4)
Mencantumkan informasi, temuan dengan didukung oleh bukti-bukti
yang
cukup
untuk
menunjukan
dasar
permasalahan
yang
dilaporkan
serta kebenaran dan kelayakannya.
5)
Membuat
identifikasi
dan
penjelasan
mengenai
masalah
dan
peryataan
yang
memerlukan
penelaahan
dan pertimbangan
lebih
lanjut
dari
auditor.
6)
Menyertakan tindakan manajemen yang patut diperhatikan terutama
dalam perbaikan manajemen yang memerlukan perluasan lebih lanjut.
7)
Menempatkan tekanan pokok pada perbaikan di
masa depan dan
bukannya pada kritik di masa lalu.
2.5 Standard Operating Procedure (SOP)
2.5.1
Pengertian SOP
Menurut
Ekotama
(2010,
p19),
SOP
adalah
sistem yang
digunakan
untuk memudahkan,
merapikan dan menertibkan pekerjaan kita. Sistem ini
berisi
urutan
melakukan
pekerjaan
dari awal
hingga
akhir.
Hampir
semua
bisnis yang dijalankan secara modern memiliki SOP.
Menurut Tjipto Atmoko, SOP adalah pedoman atau acuan untuk
melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian
kinerja perusahaan berdasarkan indikator indikator teknis, administrasif dan
prosedural
sesuai
dengan
tata
kerja,
prosedur
kerja
dan
sistem
kerja
pada
unit kerja yang bersangkutan.
SOP merupakan gambaran langkah-langkah kerja (sistem, mekanisme
dan tata kerja internal) yang diperlukan dalam pelaksanaan suatu tugas
untuk mencapai tujuan perusahaan. SOP sebagai suatu dokumen/instrumen
memuat tentang proses dan prosedur suatu kegiatan yang bersifat efektif dan
efisisen
berdasarkan suatu
standar
yang
sudah
baku.
Pengembangan
instrumen
manajemen
tersebut dimaksudkan
untuk
memastikan
bahwa
proses pelayanan di seluruh unit kerja perusahaan dapat terkendali dan dapat
berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
|
22
Sebagai suatu
instrumen
manajemen, SOP berlandaskan pada sistem
manajemen
kualitas
(Quality Management System), yakni sekumpulan
prosedur terdokumentasi dan praktek-praktek
standar
untuk
manajemen
sistem yang
bertujuan
menjamin
kesesuaian dari suatu proses dan produk
(barang dan/atau jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu. Sistem
manajemen
kualitas
berfokus
pada
konsistensi dari proses kerja. Hal ini
mencakup
beberapa
tingkat
dokumentasi terhadap standar-standar kerja.
Sistem ini
berlandaskan
pada
pencegahan
kesalahan,
sehingga
bersifat
proaktif, bukan pada deteksi kesalahan yang bersifat reaktif.
2.5.2
Tujuan SOP
Menurut Tjipto Atmoko, tujuan SOP bagi perusahaan adalah
menciptakan komitmen mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit kerja
perusahaan untuk mewujudkan good governance.
Menurut Tunggal (2011, p20), tujuan SOP adalah menyederhanakan
pekerjaan kita supaya hanya berfokus pada intinya, tetapi cepat dan tepat.
Dengan cara
ini, keuntungan
mudah diraih, pemborosan diminimalisasi dan
kebocoran keuangan bisa dicegah.
Menurut Widari (2008), tujuan SOP adalah sebagai berikut:
1. Membakukan
standarisasi
kerja
secara
administratif
agar
tidak
terjadi
variasi prosedur dalam menjalankan aktivitas kerja.
2. Pedoman
bagi
pelaksana,
menjadi
alat
komunikasi
antara
pelaksana
dan
pengawas, dan menjadikan pekerjaan diselesaikan secara konsisten.
3. Sebagai salah satu alat training dan bisa dipergunakan untuk
mengukur
kinerja karyawan.
4. Sarana penunjang yang sangat penting sebagai alat yang efektif dan
efisien
guna
menggerakkan
kegiatan organisasi
dalam meningkatkan
produktivitas dan menjamin mutu layanan.
5. Menetapkan spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata
cara dan metode yang disusun berdasarkan konsesus semua
pihak yang
terkait
dengan
memperhatikan
syarat-syarat
keselamatan,
keamanan,
|
23
kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan
datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.
Dari tujuan yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa tujuan SOP bagi perusahaan adalah menjaga konsistensi dan tingkat
kinerja karyawan, mengetahui peran dan fungsi tiap-tiap posisi, memperjelas
alur alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari karyawan, melindungi
perusahaan dari resiko kesalahan
administrasi, menghindari kesalahan,
keraguan, duplikasi dan inefisiensi.
2.5.3
Manfaat SOP
Manfaat teknis menjadi standar dan sangat penting karena dapat
digunakan
sebagai
acuan
dalam pengendalian
atas
pelaksanaan
penerapan
SOP di dalam organisasi. Menurut
Tambunan (2011, p30), manfaat teknis
dari SOP adalah:
1.
Menjamin adanya standarisasi kebijakan, peraturan, baik yang dibuat
intern organisasi maupun berasal dari ekstern, misalnya Undang-Undang,
Keputusan
Presidean
atau
Menteri, maupun
yang berupa aturan
lainnya
dari institusi seperti Bapepam, dll.
2. Menjamin
adanya
standarisasi
pelaksanaan
setiap
prosedur
operasional
standar yang telah ditetapkan menjadi pedoman baku organisasi.
3.
Menjamin
adanya standarisasi
untuk penggunaan dan distribusi formulir,
blanko dan dokumen dalam prosedur operasional standar. Alir formulir,
blanko dan dokumen pada dasarnya merupakan alir dari birokrasi di
dalam organisasi,
sehingga
efektifitas
dan
efisiensi
dari
alir
formulir,
blanko dan dokumen merupakan efektifitas dan efisiensi birokrasi.
4. Menjamin
adanya
standarisasi
sistem
administrasi
(termasuk
kegiatan
penyimpanan arsip dan sistem dokumentasi). Sistem administrasi menjadi
jaminan adanya upaya untuk menghargai tiap transaksi dan peristiwa
yang terjadi di dalam organisasi.
|
24
5.
Menjamin adanya standarisasi validasi, salah satu tindak atau aksi yang
memastikan bahwa kontrol di dalam suatu alur kegiatan telah diterapkan
adalah
dengan
melihat
validasi
dalam alur
tersebut
(control
activities).
Validasi harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari SOP.
6. Menjamin
adanya
standarisasi
pelaporan.
Laporan
adalah
apa
yang
dibutuhkan
oleh
pengguna
sistem termasuk
SOP.
Salah
satu
indikator
menentukan
keberhasilan
atau
efektivitas
sistem adalah
laporan-laporan
yang dihasilkan sistem bermanfaat bagi penggunannya sebagai dasar
untuk mengambil keputusan dan melakukan tindakan yang diperlukan
sesuai dengan tujuan, target dan program-program yang telah dtetapkan
secara periodik.
7.
Menjamin
adanya
standarisasi kontrol.
Penerapan kontrol
sesungguhnya
bukan
hanya merupakan
validasi,
tetapi
mengimplementasikan
komponen-komponen pengendalian lainnya yang mempengaruhi kualitas
pengendalian
organisasi secara
keseluruhan yaitu: lingkungan
pengendalian,
penilaian resiko, informasi dan komunikasi dan
pemantauan.
8.
Menjamin
adanya
standarisasi
untuk
pelaksanaan
evaluasi
dan
penilaian
kegiatan organisasi.
9. Menjamin
adanya
standarisasi
untuk
pelayanan
dan
tanggapan
kepada
pihak
luar organisasi. Standar
ini adalah refleksi dari dampak SOP suatu
organisasi
adalah
refleksi
dari
dampak SOP suatu organisasi terhadap
pihak
ekstern
organisasi.
SOP
yang efektif
memastikan
bahwa
semua
kegiatan organisasi bisa berjalan pada pola yang paling ekonomis, efektif
dan efisien
10.Menjamin adanya standarisasi untuk keterpaduan dan keterkaitan di
antara
prosedur
dengan
prosedur
operasional
lainnya
di
dalam
konteks
dan kerangka tujuan organisasi.
11.Menjamin
adanya
acuan
yang
formal bagi
anggota
organisasi
untuk
menjalankan kewajiban di dalam prosedur operasional standar.
|
25
12.Menjamin adanya acuan yang formal untuk setiap perbaikan serta
pengembangan prosesur-prosedur operasional standar di masa
mendatang.
2.5.4
Fungsi SOP
Menurut Tjipto Atmoko, fungsi SOP dalam perusahaan adalah sebagai
berikut :
1.
Membentuk
sistem
kerja
&
aliran
kerja
yang
teratur,
sistematis,
dan
dapat dipertanggungjawabkan.
2.
Menggambarkan
bagaimana
tujuan
pekerjaan dilaksanakan
sesuai
dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku.
3.
Menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan kegiatan berlangsung.
4.
Sebagai
sarana
tata
urutan
dari
pelaksanaan
dan
pengadministrasian
pekerjaan harian sebagaimana metode yang ditetapkan.
5.
Menjamin konsistensi dan proses kerja yang sistematik.
6.
Menetapkan hubungan timbal balik antar Satuan Kerja.
Menurut Widari (2008), fungsi SOP adalah sebagai berikut:
1.
Dapat digunakan
sebagai
sarana untuk
mengkomunikasikan
pelaksanaan suatu pekerjaan di perusahaan.
2.
Dapat digunakan sebagai sarana acuan dalam melakukan penilaian
terhadap proses layanan di perusahaan.
3.
Dapat
digunakan sebagai
sarana
pelatihan bagi
staf
/
karyawan
baru
sehingga
mengurangi waktu yang terbuang untuk memberikan
pengarahan.
4.
Dapat
digunakan
sebagai
sarana
mengendalikan dan
menggantisipasi
apabila terdapat suatu perubahan sistem di perusahaan.
5.
Dapat digunakan sebagai sarana audit di perusahaan.
6.
SOP
yang
baik
akan
menjadi
pedoman
bagi
pelaksana,
menjadi
alat
komunikasi antara pelaksana dan pengawas, dan menjadikan pekerjaan
diselesaikan secara konsisten.
|
26
7.
Para pekerja akan lebih memiliki percaya diri dalam bekerja dan tahu
apa yg harus dicapai dalam setiap pekerjaan.
8.
SOP juga bisa dipergunakan sebagai salah satu alat training dan bisa
dipergunakan untuk mengukur kinerja karyawan.
Dari fungsi yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa fungsi SOP bagi perusahaan adalah memperlancar tugas karyawan,
sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan dan sebagai pedoman
dalam melaksanakan pekerjaan rutin perusahaan.
2.5.5
Perubahan SOP
Menurut Ekotama (2010, p101), yang
dimaksud
mengubah
adalah
sebagai berikut:
1. Perusahaan
hanya
melakukan
revisi
ringan
agar
SOP
hanya
mampu
mengakomodasi jenis pekerjaan yang lebih kompleks.
2. Perusahaan
mengubah
sebagian
besar
ketentuan
SOP
karena
ketentuan
yang lama sudah tidak bisa dipakai lagi.
3. Perusahaan membuat SOP baru karena SOP lama tidak bisa diaplikasikan
pada usaha baru.
Selain
itu,
terdapat
tiga
alasan
mengapa perusahaan
mengubah
SOP
yaitu :
1. Jika SOP tersebut sudah tidak sesuai dengan perkembangan usaha
perusahaan.
Contoh:
dulu
perusahaan
hanya
membuat
usaha laundry
kiloan. Namun ternyata berdasarkan permintaan pasar, perusahaan
harus
membuka laundry yang melayani pencucian batik atau jas, maka
perusahaan
harus
menambahkan
SOP
baru
untuk
pencucian
batik
atau
jas.
2. Jika
SOP
tersebut
ternyata
tidak
efisien dan
ada cara
lain
untuk
melakukan pekerjaan yang lebih efisien. Contoh: dulu perusahaan hanya
membuat aturan bahwa pembayaran gaji harus dilakukan dengan tunai,
uang harus diambil dulu dari bank, dibawa ke kantor, dimasukkan
amplop satu per-satu, baru dibayarkan kepada karyawan. Ternyata dalam
|
27
perkembangannya, perbankan bisa melayani
pembayaran
gaji
karyawan
lewat transfer. Perusahaan tinggal
menyediakan dana di bank,
menyetorkan daftar gaji karyawan beserta
nomor rekening
masing-
masing dan pihak bank secara otomatis akan mentransfernya ke rekening
karyawan. Oleh karena itu, perusahaan harus mengubah cara pembayaran
tunai menjadi sistem transfer yang lebih aman.
3. Jika perusahaan
mengubah
core business
usahanya.
Contoh:
dulu
kita
membuka restoran seafood. Dalam perkembangannya, restoran seafood
kita tidak diminati pembeli dan kita membuka restoran makanan khas
Sunda
di
lokasi
yang
sama.
SOP
untuk
restoran
seafood tentu
sangat
berbeda
dengan
SOP
untuk
restoran khas
Sunda.
Oleh
karena
itu,
perubahan core business harus diikuti dengan perubahan SOP-nya.
2.5.6
Penyusunan SOP
Menurut
Tjipto
Atmoko,
tahap
penting
dalam penyusunan
standar
operasional prosedur adalah melakukan analisis sistem dan prosedur kerja,
analisis tugas, dan melakukan analisis prosedur kerja.
1. Analisis sistem dan prosedur kerja
Analisis
sistem dan
prosedur
kerja
adalah
kegiatan
mengidentifikasikan
fungsi-fungsi utama dalam
suatu pekerjaan,
dan
langkah-langkah
yang
diperlukan
dalam melaksanakan
fungsi
sistem
dan prosedur kerja. Sistem adalah kesatuan unsur atau unit yang saling
berhubungan
dan
saling
mempengaruhi sedemikian rupa, sehingga
muncul
dalam bentuk
keseluruhan,
bekerja,
berfungsi
atau
bergerak
secara harmonis yang ditopang oleh sejumlah prosedur yang
diperlukan, sedang prosedur merupakan urutan kerja atau kegiatan
yang terencana untuk menangani pekerjaan yang berulang dengan cara
seragam dan terpadu.
2. Analisis Tugas
Analisis tugas merupakan proses manajemen yang merupakan
penelaahan
yang mendalam dan teratur terhadap suatu pekerjaan,
|
28
karena
itu
analisa
tugas
diperlukan
dalam setiap
perencanaan
dan
perbaikan organisasi. Analisa tugas diharapkan dapat memberikan
keterangan
mengenai
pekerjaan,
sifat pekerjaan,
syarat
pejabat,
dan
tanggung jawab pejabat. Di bidang manajemen dikenal sedikitnya 5
aspek yang berkaitan langsung dengan analisis tugas yaitu :
a.
Analisa tugas
Merupakan penghimpunan informasi dengan sistematis dan
penetapan
seluruh
unsur
yang
tercakup dalam pelaksanaan
tugas
khusus.
b. Deskripsi tugas
Merupakan garis besar data informasi yang dihimpun dari analisa
tugas,
disajikan
dalam bentuk
terorganisasi
yang
mengidentifikasikan dan menjelaskan isi tugas atau jabatan
tertentu. Deskripsi tugas harus
disusun berdasarkan fungsi atau
posisi,
bukan
individual;
merupakan
dokumen
umum apabila
terdapat sejumlah personel memiliki fungsi yang sama; dan
mengidentifikasikan
individual dan persyaratan kualifikasi untuk
mereka
serta
harus
dipastikan bahwa
mereka
memahami
dan
menyetujui terhadap wewenang dan tanggung jawab yang
didefinisikan itu.
c. Spesifikasi
tugas
berisi
catatan-catatan
terperinci
mengenai
kemampuan pekerja untuk tugas spesifik.
d.
Penilaian tugas, berupa prosedur penggolongan dan penentuan
kualitas tugas untuk menetapkan serangkaian nilai moneter untuk
setiap tugas spesifik dalam hubungannya dengan tugas lain.
e. Pengukuran kerja dan penentuan standar tugas merupakan prosedur
penetapan waktu
yang diperlukan
untuk
menyelesaikan setiap
tugas
dan menetapkan ukuran yang dipergunakan untuk
menghitung tingkat pelaksanaan pekerjaan.
Melalui analisa tugas ini tugas-tugas dapat dibakukan, sehingga dapat
dibuat pelaksanaan tugas yang baku. Setidaknya ada dua manfaat
|
29
analisis
tugas
dalam penyusunan
standar
operasional
prosedur
yaitu
membuat
penggolongan
pekerjaan yang
direncanakan
dan
dilaksanakan serta menetapkan hubungan kerja dengan sistematis.
3. Analisis prosedur kerja
Analisis prosedur kerja adalah kegiatan untuk
mengidentifikasi
urutan
langkah-langkah
pekerjaan
yang berhubungan
apa
yang
dilakukan,
bagaimana
hal
tersebut
dilakukan, bilamana
hal
tersebut
dilakukan,
dimana hal tersebut dilakukan, dan siapa yang melakukannya.
Prosedur diperoleh dengan merencanakan terlebih dahulu bermacam-
macam langkah
yang
dianggap
perlu
untuk
melaksanakan pekerjaan.
Dengan demikian prosedur kerja dapat dirumuskan sebagai
serangkaian langkah pekerjaan
yang berhubungan, biasanya
dilaksanakan oleh lebih dari satu orang, yang membentuk suatu cara
tertentu dan dianggap baik untuk melakukan suatu keseluruhan tahap
yang penting. Analisis terhadap prosedur kerja akan menghasilkan
suatu
diagram alur
(flow
chart)
dari
aktivitas
organisasi
dan
menentukan
hal-hal
kritis yang
akan
mempengaruhi
keberhasilan
organisasi. Aktivitas-aktivitas kritis
ini perlu didokumetasikan
dalam
bentuk prosedur-prosedur dan selanjutnya memastikan bahwa fungsi-
fungsi dan aktivitas itu dikendalikan oleh prosedur-prosedur kerja
yang telah terstandarisasi.
Prosedur kerja merupakan salah satu komponen penting dalam
pelaksanaan tujuan organisasi sebab prosedur memberikan beberapa
keuntungan antara lain memberikan pengawasan yang lebih baik mengenai
apa
yang
dilakukan
dan
bagaimana
hal
tersebut
dilakukan; mengakibatkan
penghematan
dalam biaya
tetap
dan
biaya
tambahan;
dan
membuat
koordinasi yang lebih baik di antara bagian-bagian yang berlainan. Dalam
menyusun
suatu
prosedur
kerja,
terdapat beberapa prinsip yang harus
diperhatikan yaitu :
1) Prosedur
kerja
harus
sederhana
sehingga
mengurangi
beban
pengawasan
|
30
2) Spesialisasi harus dipergunakan sebaik-baiknya
3) Pencegahan penulisan, gerakan dan usaha yang tidak perlu
4) Berusaha mendapatkan arus pekerjaan yang sebaik-baiknya
5) Mencegah kekembaran (duplikasi) pekerjaan
6) Harus
ada
pengecualian
yang
seminimun-minimunya
terhadap
peraturan
7) Mencegah adanya pemeriksaan yang tidak perlu
8)
Prosedur harus fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kondisi yang
berubah
9) Pembagian tugas tepat
10) Memberikan pengawasan
yang terus menerus atas pekerjaan yang
dilakukan
11) Penggunaan urutan pelaksanaan pekerjaaan yang sebaik-baiknya
12) Tiap pekerjaan yang diselesaikan
harus
memajukan pekerjaan dengan
memperhatikan tujuan
13) Pekerjaan tata usaha harus diselenggarakan sampai yang minimum
14) Menggunakan prinsip pengecualian dengan sebaik-baiknya
Penyusunan SOP dilakukan disetiap satuan unit kerja dan menyajikan
langkah-langkah
serta
prosedur
yang
spesifik berkenaan
dengan
kekhasan
tugas pokok dan fungsi masing-masing satuan unit kerja yang meliputi
penyusunan langkah-langkah, tahapan, mekanisme
maupun
alur
kegiatan.
SOP kemudian menjadi alat untuk meningkatkan kinerja penyelenggaraan
pemerintahan secara efektif dan efisien.
Prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam penyusunan SOP adalah :
1) Penyusunan
SOP
harus
mengacu pada
Susunan Organisasi
dan
Tata
Kerja (SOTK), Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI), serta alur
dokumen.
2) Prosedur kerja menjadi tanggung jawab semua anggota organisasi.
3)
Fungsi dan aktivitas dikendalikan oleh prosedur, sehingga perlu
dikembangkan diagram alur dari kegiatan organisasi.
4) SOP didasarkan atas kebijakan yang berlaku.
|
31
5) SOP dikoordinasikan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
kesalahan/penyimpangan.
6) SOP tidak terlalu rinci.
7) SOP dibuat sesederhana mungkin.
8) SOP tidak tumpang tindih, bertentangan atau duplikasi dengan prosedur
lain.
9) SOP
ditinjau
ulang
secara
periodik
dan
dikembangkan
sesuai
kebutuhan.
2.5.7
Tahapan Teknis Penyusunan SOP
1. Tahap Persiapan
Tahap
ini
bertujuan
untuk
memahami
kebutuhan pernyusunan atau
pengembangan SOP serta menyusun alternatif tindakan yang harus
dilakukan
dalam organisasi
yang
terdiri
dari
empat
langkah:
mengevaluasi kebutuhan, mengevaluasi dan menilai kebutuhan,
menetapkan kebutuhan dan menetapkan alternatif tindakan.
Produk dari tahapan ini adalah keputusan mengenai alternatif tindakan
yang akan dilakukan.
2. Tahap Pembentukan Organisasi Tim
Tahap
ini
bertujuan
untuk
menetapkan
tim atau
organisasi
tim yang
bertanggung jawab
untuk
melaksanakan alternatif
tindakan
yang
telah
dibuat dalam tahap persiapan. Tahap ini mencakup lima langkah:
menetapkan
organisasi tim penanggungjawab pelaksanaan,
menyusun
pembagian tugas pelaksanaan, menetapkan orang yang diberi tanggung
jawab
atas
pelaksanaan secara
garis
besar,
menetapkan
mekanisme
kontrol pekerjaan dan membuat pedoman
pembagian
pekerjaan
dan
kontrol pelaksanaan pekerjaan.
Produk dari tahap ini adalah pedoman pembagian tugas dan kontrol
pekerjaan.
3. Tahap Perencanaan
|
32
Tahap
ini bertujuan
menyusun serta menetapkan strategi, metodologi,
rencana dan program kerja
yang
akan
digunakan oleh
tim pelaksana
penyusunan.
Tahap
ini
terdiri
dari empat
langkah:
menyusun strategi
dan metodologi kerja, menyusun perencanaan kerja, menyusun
program-program kerja rinci dan menyusun pedoman perencanaan dan
program kerja rinci.
4. Tahap Penyusunan
Tahap ini bertujuan untuk melaksanakan penyusunan SOP sesuai
dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Tahap ini terdiri dari lima
langkah: mengumpulkan informasi terkait dengan metode pendekatan
pengumpulan
yaitu
dengan
metode
pendekatan
sistem atau
resiko
kegiatan, mengumpulkan informasi pelengkap yaitu alur otorisasi,
kebijakan, pihak yang terlibat, formulir, kaitan dengan prodesur lain
dan kode prosedur, menetapkan metode dan teknik penulisan SOP
yang dipilih, apakah naratif, bagan arus, tabular atau panduan di antara
ketiganya,
melaksanakan penulisan SOP dan
membuat draft pedoman
SOP.
Produk dari tahapan ini adalah draft pedoman SOP.
5. Tahap Uji Coba
Tahap
ini
bertujuan
menerapkan
SOP
dalam bentuk
uji
coba
draft
pedoman
SOP
yang telah dibuat
dalam tahap
penyusunan.
Tahap
ini
terdiri
dari
enam langkah
yaitu:
merancang
metodologi
uji
coba,
mempersiapkan
materi
uji
coba,
menetapkan
tim pelaksana
uji coba,
mempersiapkan sarana uji coba, melaksanakan uji coba dan menyusun
laporan hasil uji coba.
Produk dari tahap ini adalah laporan hasil uji coba yang digunakan
untuk melakukan penyempurnaan draft pedoman SOP.
6. Tahap Penyempurnaan
Tahap ini bertujuan menyempurnakan
pedoman
SOP
berdasarkan
laporan
hasil
uji
coba
yang
telah
dilakukan pada
tahap sebelumnya.
|
33
Tahap ini terdiri dari enam langkah: mendiskusikan
laporan
hasil
uji
coba,
merancang dan merencanakan langkah-langkah penyempurnaan
pedoman SOP, menyusun pembagian tugas penyempurnaan,
melaksanakan penyempurnaan dan melakukan uji coba terbatas
dengan
tim atau tim penyeimbang
(counterpart) atau kelompok fokus
(focus group) yang dibentuk secara khusus.
Produk dari tahap
ini adalah pedoman SOP akhir (final manual
atau
final guidance) yang digunakan sebagai pedoman dalam organisasi.
7. Tahap Implementasi
Tahap ini bertujuan untuk mengimplementasikan pedoman SOP akhir
secara menyeluruh dan standar dalam organisasi. Tahap ini terdiri dari
enam langkah
yaitu:
merancang
metodologi
implementasi,
mempersiapkan
materi
implementasi,
menetapkan
tim pelaksana
implementasi, mempersiapkan sarana implementasi, melaksanakan
implementasi, menyusun laporan implementasi.
Produk dari tahap ini adalah laporan implementasi yang akan menjadi
dasar dalam melakukan tahapan pemeliharaan dan audit.
8. Tahap Pemeliharaan dan Audit
Tahap ini merupakan tahap akhir dari seluruh tahap-tahap teknis
penyusunan SOP dan bertujuan untuk menyelenggarakan pemeliharaan
dan
audit
atas
pelaksanaan penerapan
SOP dalam organisasi selama
periode tertentu. Tahap ini terdiri dari tujuh langkah yaitu:
merencanakan kegiatan pemeliharaan dan audit atas pedoman SOP
yang
diterapkan,
mempersiapkan
tim pemeliharaan
dan
audit,
melaksanakan pemeliharaan dan audit, membuat laporan setiap
kegiatan pemeliharaan dan audit, menyimpulkan temuan-temuan di
dalam laporan
kegiatan
pemeliharaan
dan
audit
dan
menyusun
perencanaan perbaikan yang diperlukan, melaksanakan perbaikan
segera (bila
perbaikan
adalah kecil
dan
bersifat
rutin),
melaksanakan
tahap-tahap teknis penyusunan SOP dari awal (bila perbaikan adalah
besar dan bersifat tidak rutin).
|
34
2.6 International Organization for Standardization (ISO) 9001 : 2008
Menurut
Djatmiko
dan
Jumaedi
(2011, p3),
ISO
9001
adalah
standar
internasional
yang
diakui untuk
sertifikasi
sistem
manajemen
mutu.
ISO
9001
menyediakan kerangka kerja bagi perusahaan dan seperangkat prinsip-prinsip dasar
dengan
pendekatan
manajemen
secara
nyata
dalam aktivitas
rutin
perusahaan.
Tujuannya, menciptakan konsistensi untuk mencapai kepuasan pelangan.
ISO 9001:2008 merupakan standar internasional yang disusun oleh
International Organization for Standardization (IOS). IOS didirikan di Genewa
(Swiss) pada tahun 1946, dan
merupakan Federasi Internasional dari badan-badan
standarisasi
nasional di seluruh
dunia
(Lebih
dari
157
Negara
Anggota).
Produk-
produk IOS yang terkenal:
ISO 9000
: Sistem Manajemen Mutu
ISO 14000
: Sistem Manajemen Lingkungan
ISO TS 17025
: Sistem Pengujian & Kalibrasi Laboratorium
ISO TS 16949
: Sistem Manajemen Mutu Industri Otomotif
2.6.1
Sejarah ISO 9001
Sejarah
sistem manajemen
mutu
diawali dengan adanya Perang Dunia
ke-2. Saat itu terjadi perang antara blok sekutu (USA, Inggris, Rusia, Perancis,
dan Belanda) melawan blok poros, axis (Jerman, Italia, dan Jepang). Blok
sekutu
sendiri
seperti
Amerika,
Inggris,
dan
Perancis memiliki
sistem
persenjataan
yang berbeda
satu dengan yang
lainnya
sehingga
mereka
tidak
bisa
saling
men-supply
amunisi
ke
sesama anggota. Dengan kondisi
seperti
itu, mereka mulai sadar bahwa standardisasi senjata perang sangat penting
untuk keefektifan kemenangan perang.
Tahun 1963, untuk pertama kalinya NATO (North Athlantic Trity
Organization) Fakta Perjanjian Atlantik
Utara membuat standardisasi senjata
api
yang
pertama,
yaitu
MIL-Q-9858 A.
Ini
merupakan
tonggak
pertama
militer membuat standardisasi persenjataan di dunia. Keberhasilan
|
35
standardisasi
yang
dibuat
militer tersebut
mendorong
organisasi
lain
di
luat
militer membuat standardisasi sesuai dengan bidang tertentu.
Adapun ISO adalah suatu badan standar internasional yang bergerak di
bidang
standardisasi.
ISO
9001
series sendiri yang dikenal dengan sistem
manajemen mutu, pertama kali dipublikasikan tahun 1987. Namun, tidak
spesifik pada suatu industri, produk, atau
jasa
yang
khusus, sehingga
pada
tahun
1994
standar
ini
direvisi.
Dalam
versi
1994,
standar
dikembangkan
untuk menolong perusahaan agar secara efektif dapat mendokumentasikan
elemen-elemen sistem
mutu
yang
diterapkan.
Kemudian, standar
ini
direvisi
kembali pada 15 Desember 2000 dan direvisi terakhir pada tahun 2008.
Keluarga standar sistem manajemen mutu ISO 9001 di antaranya adalah
sebagai berikut.
IWA 1: Sistem Manajemen Mutu-Penuntun untuk proses peningkatan
dalam organisasi jasa kesehatan.
IWA
2:
Sistem
Manajemen-Penuntun
untuk
penerapan
ISO
9001:2000 dalam pendidikan.
ISO 9001:2005: Sistem Manajemen Mutu-Dasar-dasar dan kosa kata.
ISO 9001: Sistem Manajemen Mutu-Persyaratan.
ISO 9004: Sistem Manajemen Mutu-Penuntun untuk peningkatan
kerja.
ISO/TS 16949
:
Sistem Manajemen Mutu-Persyaratan khusus untuk
penerapan ISO 9001, untuk organisasi produsen otomotif dan bagian
yang relevan dengan otomotif.
ISO 19011: Penuntun
untuk audit
sistem
manajemen
mutu dan/atau
sistem manajemen lingkungan.
2.6.2
Manfaat Penerapan Standar Sistem Manajemen Mutu ISO 9001
|
36
Menurut
Djatmiko dan
Jumaedi (2011,
p3),
manfaat
penerapan sistem
manajemen mutu ISO 9001 adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan
daya
saing
produk
yang
dihasilkan
sehubungan
dengan
perdagangan
bebas
yang
tidak
mengenal
batas
wilayah.
Hanya
produk
yang mempunyai daya saing tinggilah yang diterima di pasar.
2.
Dengan banyaknya persaingan di pasar bebas, maka konsumen akan
memilih produk dengan mutu baik dan konsisten. Apabila perusahaan
tidak dapat memenuhi permintaan konsumen akan produk yang bermutu,
maka lambat laun perusahaan akan mengalami
kebangkrutan karena
perusahaan tidak dapat menjual produknya. Dengan demikian, pola
konsumen pada masa mendatang akan cenderung memilih produsen yang
mempunyai sertifikasi standar mutu (ISO).
3.
Penerapan ISO akan meningkatkan produktivitas, efisiensi, efektivitas
operasional, dan mengurangi biaya yang ditimbulkan barang cacat (reject)
atau barang bermutu rendah dan limbah.
4.
Penerapan
ISO
membuat
sistem kerja
dalam suatu
perusahaan
mejadi
standar kerja yang terdokumentasi. Dengan demikian, perusahaan
mempunyai aturan kerja yang baik
sehingga
memudahkan
dalam
pengendalian.
5. Penerapan ISO dapat meningkatkan semangat dan moral karyawan karena
adanya kejelasan tugas dan wewenang (job description) serta hubungan
antar bagian yang terkait. Dengan begitu, karyawan dapat bekerja dengan
efisien dan efektif.
6.
Nilai
kompetisi
dan image perusahaan
semakin
meningkat
dengan
sertifikasi ISO.
7. Penerapan ISO menjamin proses yang dilaksanakan sesuai dengan sistem
manajemen mutu yang ditetapkan.
8.
Penerapan ISO
memudahkan
Top Management
mencapai target
karena
sudah dipersiapkan target dan rencana pencapaiannya.
2.6.3
Sistem Manajemen Mutu
|
37
2.6.3.1 Pengertian Mutu (Kualitas)
Menurut ISO 9001:2008, mutu adalah derajat/ tingkat
karakteristik
yang
melekat/ditetapkan
pada produk
dalam memenuhi
persyaratan.
Menurut ISO 9001:2008, beberapa konsep penting dari
pengertian mutu adalah sebagai berikut:
Derajat/tingkat : Menunjukan adanya tingkatan.
Karakteristik : Ciri khusus yang dimiliki dan menggambarkan sifat
sebuah produk.
o
Fisik
(misalnya karakteristik
mekanik,
listrik, kimia
atau
biologi)
o
Keinderaan (misalnya berkaitan
dengan bau,
sentuhan,
rasa,
penglihatan, pendengaran)
o
Perilaku (misalnya kesopanan, kejujuran, kebenaran)
o
Temporal (misalnya ketepatan , keandalan, ketersedian)
o
Ergonomik
(misalnya karakteristik
fisiologis,
atau
berkaitan
dengan keselamatan manusia)
o
Fungsional (misalnya kecepatan maksimum pesawat terbang)
Persyaratan: Harapan atau kebutuhan
yang dinyatakan secara
tersirat dan atau tertulis.
2.6.3.2 Pengertian Sistem Manajemen Mutu
Menurut
ISO
9001:2008,
sistem
manajemen
mutu
adalah
sistem pengelolaan yang memuat garis besar kebijakan dan prosedur
yang diperlukan sebagai panduan pelaksanaan berbagai proses yang
bertujuan untuk meningkatkan mutu dan kinerja personil/organisasi
sebagaimana yang dipersyaratkan oleh pelanggan.
Menurut Djatmiko dan Jumaedi
(2011, p2), sistem manajemen
mutu adalah suatu aktivitas yang terkoordinasi untuk mengarahkan
dan
mengendalikan
suatu
organisasi
dalam mencapai
sasaran
yang
diharapkan berkenaan dengan mutu.
2.6.3.3
Cakupan Sistem Manajemen Mutu
|
38
Menurut
Djatmiko
dan
Jumaedi
(2011,
p4),
cakupan
sistem
manajemen mutu adalah sebagai berikut.
1.
Mengatur
semua
kegiatan
perusahaan.
Mulai
dari
hal
teknis,
administrasi, sampai sumber daya manusia yang memengaruhi
mutu produk atau jasa yang dihasilkan.
2.
Memberikan kepuasan kepada pelanggan.
3.
Menerapkan konsep penghematan biaya.
4.
Memberikan petunjuk tentang koordinasi antara manusia,
mesin, dan informasi untuk mencapai tujuan standar.
5.
Memberitahukan
kepada
para
supplier
tentang
cara
mencapai
mutu yang baik.
6.
Memberikan keyakinan kepada
pelanggan
bahwa
produk
yang
dibelinya
telah
melalui
proses
sistem manajemen
mutu
yang
terkendali.
2.6.3.4 Prinsip Sistem Manajemen Mutu
Dalam ISO
9001:2008,
terdapat
delapan
prinsip
sistem
manajemen mutu yang dijadikan sebagai acuan kerangka kerja yang
membimbing organisasi menuju peningkatan kerja. Kedelapan prinsip
sistem manajemen mutu yang terdapat dalam ISO 9001:2008, adalah:
1. Customer Focus
Pelanggan merupakan bagian yang sangat penting bagi organisasi,
oleh sebab itu manajemen organisasi harus benar-benar
memahami,
memenuhi
kebutuhan
pelanggan
saat
ini
dan
yang
akan datang bahkan melebihi harapan pelanggan, juga secara
proaktif dalam menetapkan level kepuasan pelanggan.
2. Leadership
Pemimpin
sangat
penting dalam menciptakan
kesatuan
arah
dan
tujuan organisasi, menciptakan
dan
mempertahankan
lingkungan
internal sehingga
personel
terlibat
secara
penuh untuk
mencapai
tujuan
organisasi.
Seorang
pemimpin
bertanggung
jawab
untuk
|
39
menetapkan kebijakan mutu, struktur organisasi, mengidentifikasi
dan
menyediakan
sumber
daya, menciptakan lingkungan kerja
dimana semua personel ambil bagian dalam pencapaian target
atau sasaran organisasi, dan
memiliki komitmen dalam perbaikan
berkelanjutan untuk sistem manajemen mutu.
3. Involvement of People
Keterlibatan personel
secara
penuh
pada
semua
tingkatan
organisasi sangat penting sehingga kemampuan personel dapat
digunakan untuk kepentingan organisasi. Manajemen organisasi
bertanggung jawab untuk mengidentifikasi tanggungjawab dan
wewenang, mengidentifikasi kompetensi, kebutuhan, penyediaan
dan mengevaluasi pelatihan serta memelihara catatan pelatihan,
mengidentifikasi dan mengendalikan faktor manusia dan area
kerja untuk mencapai kesesuaian produk.
4. Process Approach
Pendekatan proses sangat penting untuk mencapai hasil yang
diinginkan agar lebih efisien,
dengan
mengelola
aktivitas
dan
sumber-sumber daya yang berkaitan sebagai suatu proses. Proses
merupakan integrasi yang berurutan dari personel, material,
metode,
mesin,
dan
peralatan,
dalam suatu
lingkungan
untuk
menghasilkan
keluaran yang
memiliki
nilai
tambah
bagi
pelanggan. Manajemen organisasi bertanggung jawab untuk
menentukan orientasi hasil yang efektif, mengendalikan sumber
daya dan aktivitas sebagai sebuah proses (Business Process Map)
dan secara sistematis mengidentifikasi dan mengendalikan proses
yang digunakan untuk memastikan kesesuaian produk
(Procedure).
5. System Approach to Management
Pengidentifikasian, pemahaman dan pengelolaan proses-proses
yang
saling
berkaitan
sebagai
suatu
sistem yang
mendukung
efektivitas dan efisiensi organisasi dalam mencapai tujuan-
|
40
tujuannya dengan menetapkan sasaran
mutu setiap proses,
menetapkan interaksi dan rangkaian
proses,
memantau
dan
mengukur efektivitas setiap proses.
6. Continual Improvement
Peningkatan
berkesinambungan
akan meningkatkan kinerja
organisasi secara keseluruhan dan harus menjadi komitmen
perusahaan. Peningkatan berkesinambungan merupakan suatu
proses
berkesinambungan
untuk meningkatkan
efektivitas
dan
efisiensi
organisasi
dalam memenuhi
kebijakan
dan
mencapai
tujuan
organisasi.
Manajemen
organisasi
bertanggung
jawab
untuk menentukan sasaran tetap organisasi, memantau kinerja
melalui sasaran mutu yang terukur setiap fungsi terkait dan level
dengan
melakukan
internal audit, tinjauan
manajemen, corrective
and preventive action, dll.
7. Factual Approach to Decision Making
Keputusan
yang
efektif
harus
berdasarkan
analisis
data dan
informasi yang faktual, sehingga masalah-masalah mutu dapat
terselesaikan secara efektif dan efisien. Keputusan yang diambil
harus ditujukan untuk meningkatkan kinerja organisasi dan
efektivitas implementasi sistem manajemen mutu.
8. Mutually Beneficial Supplier Relationships
Organisasi
dan
pemasok-pemasoknya saling tergantung dan
hubungan
yang saling
menguntungkan akan
meningkatkan
kemampuan
bersama
dalam menciptakan
nilai
tambah
bagi
pelanggan. Oleh karena itu, manajemen organisasi bertanggung
jawab
untuk
menetapkan
dan mendokumentasikan
persyaratan
yang harus dipenuhi oleh pemasok, meningkatkan kemampuan
kedua
organisasi
untuk
menjadi lebih
baik,
melakukan
seleksi,
meninjau dan mengevaluasi kinerja pemasok untuk
mengendalikan produk yang dipasok.
2.6.3.5 Keuntungan Implementasi Sistem Manajemen Mutu
|
![]() 41
Gambar 2.1 Keuntungan Implementasi Sistem Manajemen Mutu
2.6.4 Persyaratan ISO 9001:2008
2.6.4.1 Pendahuluan ISO 9001:2008
1.
Umum
Penggunaan
suatu sistem
manajemen mutu
merupakan
suatu
keputusan strategis dari suatu organisasi rancangan dan penerapan
sistem manajemen mutu organisasi dipengaruhi oleh:
a
Lingkungan
organisasi,
perubahan-perubahan
dalam
lingkungan
tersebut,
dan
resiko-resiko
lingkungan tersebut
b) Kebutuhan yang bervariasi
terkait
dengan
c
Sasaran-sasaran tertentu
d) Produk-produk yang diberikan
e
Proses-proses yang diterapkan
f)
Ukuran dan struktur organisasi
Bukan
merupakan
tujuan
dari
menyeragamkan
struktur
sistem
Standar
Internasional
manajemen
mutu
ini
atau
menyeragamkan
dokumentasi.
Persyaratan-persyaratan
sistem
manajemen mutu yang ditetapkan dalam Standar Internasional ini
adalah
melengkapi
persyaratan-persyaratan produk.
Informasi
|
42
yang
ditandai
sebagai
Catatan
adalah
panduan
dalam
memahami atau klarifikasi persyaratan yang terkait.
Standar
Internasional
ini
dapat digunakan
oleh
pihak
internal
maupun eksternal, seperti badan sertifikasi, untuk menilai
kemampuan organisasi memenuhi persyaratan pelanggan dan
persyaratan perundangan yang terkait dengan produk dan
persyaratan-persyaratan organisasi itu sendiri. Prinsip-prisip
manajemen mutu yang disebutkan dalam ISO 9000 dan ISO 9004
telah digunakan
dengan berbagai pertimbangan selama
pengembangan Standar Internasional ini
2. Pendekatan proses
Standar Internasional ini mempromosikan penggunaan suatu
pendekatan proses saat mengembangkan, menerapkan dan
meningkatkan
efektifitas
suatu sistem
manajemen
mutu,
untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan dengan memenuhi persyaratan
pelanggan. Agar organisasi berfungsi
dengan
efektif,
organisasi
harus menetapkan dan mengelola beberapa aktivitas-aktifitas yang
saling terkait.
Suatu
aktifitas
atau sekumpulan
aktifitas
yang
menggunakan sumber daya dan mengelolanya agar mampu
merubah
masukan-masukan
menjadi keluaran-keluaran, dapat
dipertimbangkan sebagai suatu proses. Seringkali keluaran dari
suatu proses secara langsung merupakan
masukan
untuk
proses
berikutnya.
Penerapan
suatu
sistem dari
proses-proses
di
dalam
suatu
organisasi, bersama dengan identifikasi
dan
interaksi
proses-
proses tersebut dan pengelolaannya untuk menghasilkan suatu
hasil yang diinginkan, dapat dirujuk sebagai suatu pendekatan
proses.
Keuntungan
pendekatan
proses
adalah pengendalian yang terus
menerus
yang memastikan kelangsungan antara proses-proses
|
43
individu di dalam sistem proses-proses, termasuk juga kombinasi
dan interaksinya.
Saat
digunakan
di
dalam sistem manajemen
mutu,
pendekatan
tersebut menekankan pentingnya:
a)
Memahami dan memenuhi persyaratan-persyaratan,
b)
Kebutuhan untuk mempertimbangkan proses-proses yang
memberikan nilai tambah,
c)
Mendapatkan hasil-hasil kinerja proses dan efektivitas, dan
d)
Peningkatan secara berkelanjutan proses-proses berdasarkan
pada pengukuran tujuan.
Model suatu sistem manajemen mutu ditunjukkan dalam Gambar
2.2 yang menggambarkan hubungan-hubungan yang dijelaskan
mulai dari
Klausa 4
sampai 8. Gambaran ini memperlihatkan
bahwa
pelanggan
memainkan
peran yang signifikan dalam
menetapkan persyaratan-persyaratan sebagai masukan.
Pemantauan kepuasan pelanggan mensyaratkan
adanya
evaluasi
informasi terkait dengan persepsi pelanggan. Model yang
ditunjukkan
dalam Gambar
2.2
mencakup
seluruh
persyaratan
Standar Internasional ini, tetapi tidak menunjukkan tingkat detil
dari proses-proses.
Catatan Sebagai tambahan, metodologi yang dikenal sebagai
Plan-Do-Check-Act (PDCA)
dapat
diterapkan
pada
semua
proses. PDCA dapat dijelaskan secara umum sebagai berikut:
Plan (Rencana): menetapkan sasaran dan proses yang diperlukan
untuk
memberikan
hasil-hasil sesuai
dengan
persyaratan-
persyaratan pelanggan dan kebijakan-kebijakan organisasi.
Do (Lakukan): menerapkan proses-proses.
Check (Periksa): memantau dan mengukur proses-proses dan
produk
dibandingkan
dengan kebijakan-kebijakan, sasaran-
|
![]() 44
sasaran dan persyaratan-persyaratan untuk produk dan
melaporkan hasilnya.
Act (Tindakan): mengambil tindakan untuk meningkatkan secara
berkelanjutan kinerja proses.
Gambar 2.2
Model Suatu Sistem Manajemen Mutu Berdasarkan
Proses
3. Hubungan dengan ISO 9004
ISO
9001
dan
ISO
9004
adalah
sistem manajemen
mutu
yang
dapat
dirancang
untuk saling
melengkapi, juga dapat digunakan
secara
terpisah.
ISO
9001
menetapkan
persyaratan
untuk suatu
sistem
manajemen mutu yang dapat digunakan untuk
penerapan
internal
oleh organisasi,
atau
untuk
sertifikasi, atau
untuk tujuan
kontraktual. Persyaratan
ini
mempunyai
fokus
pada keefektifan sistem manajemen mutu
untuk
memenuhi
persyaratan-persyaratan pelanggan.
Saat Standar Internasional ini diterbitkan, ISO 9004 sedang dalam
perubahan. Edisi perubahan ISO 9004 akan memberikan panduan
|
45
untuk manajemen untuk mencapai sukses yang mendukung
organisasi dalam kondisi
yang kompleks, banyak permintaan dan
bahkan perubahan, lingkungan. ISO 9004 memberikan fokus yang
lebih luas dalam manajemen mutu dibandingkan dengan ISO
9001; standar ini menekankan kebutuhan dan harapan seluruh
pemangku
kepentingan
dan kepuasannya, dengan kinerja
organisasi yang sistematis dan peningkatan secara berkelanjutan.
Namun, standar ini tidak
ditujukan untuk sertifikasi, peraturan
atau kontraktual.
4. Kesesuaian dengan sistem manajemen lainnya
Selama
pengembangan
Standar
Internasional
ini, beberapa
pertimbangan diberikan untuk penyediaan ISO 14001:2004 untuk
meningkatkan kesesuaian bagi kedua standar manfaat
bagi
komunitas pengguna.
Standar Internasional ini tidak termasuk persyaratan- persyaratan
tertentu
untuk
sistem
manajemen lainnya,
seperti
halnya
pengelolaan lingkungan, sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan
kerja, manajemen keuangan atau manajemen risiko.
Namun demikian, Standar Internasional ini
memampukan
organisasi untuk menyeleraskan atau
mengintegrasikan
sistem
manajemen mutunya dengan persyaratan-
persyaratan sistem
manajemen terkait.
Hal
ini dimungkinkan
bagi sebuah organisasi untuk mengadopsi
sistem
manajemen
yang ada saat
ini
agar
membuat
suatu
sistem
manajemen mutu yang memenuhi persyaratan-persyaratan
Standar Internasional ini.
|
46
2.6.4.2 Klausul ISO 9001:2008
1. Ruang Lingkup
1.1 Umum
Standar Internasional ini menetapkan persyaratan untuk
sistem manajemen mutu di mana suatu organisasi
a) Perlu
menunjukan
kemampuannya untuk
menyediakan
secara konsisten produk yang memenuhi persyaratan
pelanggan dan peraturan yang berlaku, dan
b) Bertujuan meningkatkan kepuasan pelanggan melalui
proses
peningkatan sistem secara berkelanjutan dan
jaminan kesesuaian pada persyaratan pelanggan dan
perundangan serta peraturan yang berlaku
Catatan 1
Dalam Standar
Internasional
ini, istilah produk
hanya diterapkan untuk
a. Produk yang ditujuan atau disyaratkan oleh pelanggan
b. Setiap hasil yang diinginkan dari proses realisasi produk
Catatan 2 Persyaratan perundangan dan peraturan dapat
dianggap sebagai persyaratan legal.
1.2 Penerapan
Semua
persyaratan
dari Standar Internasional
ini
adalah
umum dan dimaksudkan untuk dapat diterapkan karena sifat
organisasi dan produknya, maka dapat dipertimbangkan untuk
pengecualian.
Bila
pengecualian dilakukan, maka klaim
kesesuaian terhadap Standar Internasional
ini
hanya
dapat
diterima jika pengecualian terbatas pada
persyaratan 7, dan
pengecualian itu tidak mempengaruhi kemampuan, atau
tanggung
jawab
organisasi
untuk menyediakan produk yang
memenuhi persyaratan pelanggan dan perundangan serta
peraturan yang berlaku.
|
47
2. Rujukan Normatif
Dokumen normatif berikut ini penting dalam penerapan dokumen
ini.
Untuk
rujukan
yang
berlaku, hanya edisi terbaru yang
diterapkan.
Untuk
rujukan
yang
kadaluarsa,
edisi
terakhir dari
rujukan dokumen (termasuk adanya perubahan) berlaku.
3. Istilah dan Definisi
Untuk
masuk
dari
Standar
Internasional ini, istilah dan definisi
yang diberikan oleh ISO 9000 diberlakukan.
4. Sistem Manajemen Mutu
4.1 Persyaratan Umum
Organisasi
harus
menetapkan, mendokumentasikan,
menerapkan
dan
memelihara suatu
sistem manajemen
mutu
dan secara berkelanjutan meningkatkan efektivitasnya sesuai
dengan persyaratan Standar Internasional ini.
Organisasi harus :
a) Menetapkan
proses
yang
diperlukan
untuk
sistem
manajemen mutu dan penerapannya di seluruh organisasi
b)
Menetapkan urutan dan interaksi dari proses-proses
tersebut
c)
Menetapkan kriteria dan metode yang diperlukan untuk
menjamin bahwa operasi dan pengendalian dari proses-
proses tersebut efektif
d)
Memastikan
ketersediaan sumber
daya dan
informasi
yang perlu untuk mendukung operasi dan pemantauan
dari proses-proses tersebut
e)
Memantau, mengukur
dan menganalisis proses-proses
tersebut
f)
Menerapkan
tindakan yang perlu untuk mencapai
hasil
yang direncanakan dan peningkatan berkelanjutan dari
proses tersebut
|
48
Proses-proses itu harus dikelola oleh organisasi sesuai dengan
persyaratan dari
Standar
Internasional
ini.
Bila
organisasi
memilih untuk melakukan suatu proses yang dikerjakan oleh
pihak
lain
yang
berdampak
pada kesesuaian produk, maka
organisasi
harus
menjamin
pengendalian proses-proses
tersebut. Jenis dan tingkat pengendalian
yang diterapkan
dalam sistem manajemen mutu.
Catatan
1
Proses-proses
yang
diperlukan
untuk
sistem
manajemen mutu seperti di atas harus mencakup proses-
proses kegiatan
manajemen,
penyediaan
sumber daya,
realisasi produk dan pengukuran, analisis dan peningkatan.
Catatan 2 Suatu proses
yang dikerjakan pihak
lain adalah
suatu
proses
yang
diperlukan
organisasi
untuk
sistem
manajemen
mutu dan yang dipilih oleh organisasi
untuk
dilakukan oleh pihak luar.
Catatan 3 Memastikan pengendalian atas proses-proses yang
dikerjakan pihak luar tidak melepaskan tanggung jawab
organisasi untuk memastikan
kesesuaian
dengan
seluruh
pelanggan. Jenis dan jangkauan pengendalian yang diterapkan
pada proses yang dikerjakan pihak luar dapat dipengaruhi
oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a.
Potensi dampak proses
yang
dikerjakan pihak luar pada
kemampuan organisasi untuk memberikan produk yang
sesuai dengan persyaratan
b. Tingkat dimana pengendalian untuk proses dipisahkan
c. Kemampuan
untuk
mencapai
pengendalian
yang
diperlukan
|
49
4.2 Persyaratan Dokumentasi
4.2.1
Umum
Dokumentasi
sistem manajemen
mutu
harus
mencakup:
a)
Pernyataan terdokumentasi kebijakan mutu dan
sasaran mutu
b)
Suatu pedoman mutu
c)
Prosedur terdokumentasi
yang disyaratkan oleh
Standar Internasional ini
d) Dokumen, termasuk
catatan yang
ditetapkan
oleh
organisasi
untuk menjamin keefektifan
perencanaan, pengoperasian dan pengendalian dari
proses-prosesnya
Catatan
1 Jika
istilah
prosedur
terdokumentasi
muncul dalam Standar Internasional ini, itu berarti
prosedur yang ditetapkan, didokumentasikan,
diterapkan dan dipelihara. Suatu dokumen tunggal
dapat menekankan persyaratan untuk satu atau lebih
prosedur. Suatu persyaratan untuk prosedur
terdokumentasi dapat dicakup dengan lebih dari satu
dokumen.
Catatan 2 Cakupan dari dokumentasi sistem
manajemen mutu dapat berbeda antar satu organisasi
dengan organisasi lainnya karena:
a. Ukuran organisasi dan jenis kegiatannya
b. Kompleksitas proses-proses dan interaksinya, dan
c. Kompetensi karyawan
Catatan 3 Dokumentasi dapat dalam bentuk atau jenis
media apa saja
|
50
4.2.2
Pedoman Mutu
Organisasi harus menetapkan dan memelihara
pedoman mutu yang mencakup :
a)
Ruang
lingkup sistem
manajemen
mutu, termasuk
perincian dan alasannya adanya pengecualian
b)
Prosedur terdokumentasi yang ditetapkan untuk
sistem manajemen mutu, atau
merujuk kepadanya
dan
c)
Gambaran
interaksi antara proses-proses dari
sistem manajemen mutu
4.2.3
Pengendalian Dokumen
Dokumen
yang
disyaratkan
oleh
sistem managemen
mutu harus dikendalikan, catatan adalah suatu jenis
dokumen
dan
harus
dikendalikan sesuai persyaratan
yang
diberikan
pada
4.2.4. prosedur
terdokumentasi
harus ditetapkan untuk menentukan pengendalian
yang dibutuhkan.
a) Untuk
memindahkan
kecukupan
dokumen
sebelum diterbitkan
b) Untuk
meninjau
dan
memperbaharui
sesuai
keperluan dan mengesahkan ulang dokumen
c)
Untuk
menjamin
bahwa
perubahan
dan status
revisi dari dokumen yang berlaku diidentifikasi
d)
Untuk menjamin bahwa versi dokumen yang
berlaku tersedia di tempat penggunaan
e)
Untuk
menjamin
bahwa
dokumen
tetap
dapat
dibaca dan mudah diidentifikasi
f)
Untuk menjamin bahwa dokumen yang berasal
dari
luar ditetapkan oleh organisasi yang
diperlukan
untuk perencanaan dan operasi sistem
|
51
manajemen mutu teridentifikasi dan distribusi
dikendalikan
g) Untuk
mencegah
penggunaan
yang
tidak
diharapkan
dari dokumen kadaluwarsa dan
menerapkan identifikasi yang sesuai jika dokumen
tersebut disimpan untuk tujuan tertentu
4.2.4
Pengendalian Catatan
Catatan-catatan dibuat untuk memberikan bukti
kesesuaian terhadap persyaratan
dan
efektivitas
pengoperasian
sistem manajemen
mutu
harus
dikendalikan.
Organisasi
harus menetapkan suatu
prosedur terdokumentasi untuk menentukan
pengendalian
yang
diperlukan untuk identifikasi,
penyimpanan, perlindungan, pengambilan, masa
simpan dan pemusnahan catatan. Catatan harus tetap
dibaca, mudah diidentifikasi dan mudah diambil
5. Tanggung Jawab Manajemen
5.1 Komitmen Manajemen
Manajemen puncak harus memberikan bukti atas
komitmennya untuk pengembangan dan penerapan sistem
manajemen mutu dan secara berkelanjutan meningkatkan
efektivitasnya melalui :
a) Komunikasi
kepada
organisasi
tentang
pentingnya
memenuhi persyaratan pelanggan demikian juga
persyaratan perundangan dan peraturan
b)
Menetapkan kebijakan mutu
c)
Menjamin bahwa sasaran-sasaran mutu ditetapkan
d)
Melaksanakan tinjauan manajemen, dan
e)
Menjamin tersedianya sumber daya
|
52
5.2 Fokus Pelanggan
Manajemen puncak harus menjamin bahwa persyaratan
pelanggan ditetapkan dan dipenuhi dengan tujuan untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan.
5.3 Kebijakan Mutu
Manajemen puncak harus menjamin bahwa kebjakan mutu
a)
Sesuai dengan tujuan dari organisasi
b)
Mencakup komitmen untuk memenuhi persyaratan dan
secara berkelanjutan meningkatkan keefektifan sistem
manajemen mutu
c)
Memberikan kerangka untuk menetapkan dan meninjau
sasaran-sasaran mutu
d)
Dikomunikasikan dan dimengerti di dalam organisasi, dan
e)
Ditinjau agar selalu sesuai
5.4 Perencanaan
5.4.1
Sasaran Mutu
Manajemen puncak harus menjamin bahwa sasaran
mutu, termasuk hal-hal yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan produk, ditetapkan pada fungsi
dan tingkatan yang sesuai di dalam organisasi. Sasaran
mutu harus dapat diukur dan konsisten dengan
kebijakan mutu.
5.4.2 Perencanaan Sistem Manajemen Mutu
Manajemen puncak harus menjamin bahwa
a) Perencanaan
sistem
manajemen
mutu
dilaksanakan agar memenuhi persyaratan yang
diberikan di 4.1, demikian juga sasaran mutu
b)
Integritas sistem
manajemen mutu dipelihara
ketika perubahan terhadap sistem manajemen
mutu direncanakan dan diterapkan
|
53
5.5 Tanggung Jawab, Wewenang dan Komunikasi
5.5.1
Tanggung Jawab dan Wewenang
Manajemen puncak harus memastikan bahwa
tanggung jawab dan wewenang ditetapkan dan
dikomunikasikan di dalam organisasi.
5.5.2
Wakil Manajemen
Manajemen puncak harus menunjuk seorang anggota
manajemen
organisasi, yang di luar tanggung jawab
lainnya, harus memiliki tanggung jawab dan
wewenang yang mencakup
a)
Menjamin bahwa proses-proses yang dibutuhkan
oleh
sistem manajemen mutu ditetapkan,
diterapkan dan dipelihara
b)
Melaporkan kepada manajemen puncak kinerja
dari sistem manajemen mutu dan kebutuhan untuk
peningkatannya
c)
Memastikan promosi kesadaran akan persyaratan
pelanggan ke seluruh jajaran organisasi
Catatan Tanggung jawab wakil manajemen
dapat
mencakup sebagai penghubung dengan pihak luar
dalam
hal
yang berhubungan dengan sistem
manajemen mutu.
5.5.3
Komunikasi Internal
Manajemen puncak harus memastikan bahwa proses
komunikasi yang sesuai ditetapkan di dalam
organisasi dan bahwa komunikasi tersebut mengambil
peran mengenai efektivitas sistem manajemen mutu.
5.6 Tinjauan Manajemen
5.6.1
Umum
Manajemen puncak harus meninjau sistem manajemen
mutu
organisasinya,
dalam
selang
waktu
yang
|
54
direncanakan,
untuk
memastikan
kelanjutan
kesesuaian, kecukupan dan efektivitasnya. Tinjauan
ini
harus mencakup penilaian peluang untuk
peningkatan dan kebutuhan untuk perubahan sistem
manajemen mutu, termasuk kebijakan mutu dan
sasaran mutu. Catatan dan tinjauan manajemen harus
dijaga.
5.6.2
Masukan Tinjauan
Masukan
tinjauan
manajemen
harus
mencakup
informasi mengenai:
a)
Hasil audit
b)
Umpan balik pelanggan
c)
Kinerja proses dan kesesuaian produk
d)
Status tindakan pencegahan dan perbaikan
e)
Tindak
lanjut
dari
tinjauan
manajemen
sebelumnya
f)
Perubahan
yang
dapat
mempengaruhi
sistem
manajemen mutu
g)
Rekomendasi untuk peningkatan
5.6.3
Keluaran Tinjauan
Keluaran tinjauan manajemen harus mencakup adanya
keputusan dan tindakan yang berhubungan dengan:
a)
Peningkatan
keefektifan
sistem
manajemen
mutu
dan proses-prosesnya
b)
Peningkatan
dari
produk
yang
berhubungan
dengan persyaratan pelanggan
c)
Kebutuhan sumber daya
|
55
6. Manajemen Sumber Daya Manusia
6.1 Penyediaan Sumber Daya
Organisasi harus menetapkan dan menyediakan sumber daya
yang dibutuhkan:
a)
Untuk
menerapkan dan
memelihara
sistem
manajemen
mutu
dan secara berkesinambungan
meningkatkan
keefektifannya, dan
b)
Untuk
meningkatkan
kepuasan
pelanggan
dengan
memenuhi persyaratan pelanggan.
6.2 Sumber Daya Manusia
6.2.1
Umum
Personel yang melakukan pekerjaan yang
mempengaruhi
kesesuaian persyaratan
produk
harus
kompeten berdasarkan kesesuaian pendidikan,
pelatihan, keterampilan dan pengalamannya.
Catatan Kesesuaian dengan persyaratan produk
dapat berdampak secara langsung atau tidak langsung
oleh personel yang melakukan suatu pekerjaan di
dalam sistem manajemen mutu
6.2.2
Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian
Organisasi harus:
a)
Menetapkan kompetensi yang dibutuhkan untuk
personel yang melaksanakan pekerjaan yang
mempengaruhi
kesesuaian dengan persyaratan
produk,
b) Bila
sesuai,
memberikan
pelatihan
atau
mengambil tindakan lainnya untuk memenuhi
kebutuhan kompetensi,
c) Mengevaluasi
keefektifan
tindakan
yang
diambil,
|
56
d)
Memastikan
bahwa
personel
peduli
mengenai
kaitan dan pentingnya kegiatan mereka dan
bagaimana mereka menyumbang pada
pencapaian dari sasaran mutu, dan
e)
Memelihara
catatan
yang
sesuai
tentang
pendidikan,
pelatihan,
keterampilan
dan
pengalaman (lihat 4.2.4)
6.3 Infrastruktur
Organisasi harus menetapkan, menyediakan dan memelihara
infrastruktur yang diperlukan untuk mencapai kesesuaian
dengan
persyaratan produk.
Infrastruktur
termasuk,
jika
dapat diterapkan:
a)
Bangunan, ruang kerja dan utilitas terkait
b)
Peralatan
proses
(baik
perangkat
keras
dan
perangkat
lunak) dan
c)
Layanan pendukung
(seperti
transport
dan
komunikasi
atau sistem informasi).
6.4 Lingkungan Kerja
Organisasi
harus
menetapkan dan
mengelola
lingkungan
kerja yang dibutuhkan untuk mencapai
kesesuaian
dengan
persyaratan produk.
Catatan
Istilah lingkungan kerja terkait dengan kondisi
dimana pekerjaan dilakukan termasuk faktor-faktor fisika,
lingkungan dan faktor lainnya (seperti kebisingan, suhu,
kelembaban, cahaya atau cuaca).
7. Realisasi Produk
7.1 Perencanaan Realisasi Produk
Organisasi harus merencanakan dan mengembangkan proses
yang dibutuhkan untuk realisasi produk. Perencanaan
realisasi produk harus konsisten dengan persyaratan lain dari
proses-proses sistem manajemen mutu (lihat 4.1).
|
57
Dalam
merencanakan
realisasi
produk,
organisasi
harus
menentukan hal berikut, apabila sesuai:
a)
Sasaran mutu dan persyaratan produk,
b)
Kebutuhan untuk menetapkan proses-proses dan
dokumen-dokumen dan menyediakan sumber daya yang
spesifik untuk produk,
c)
Kegiatan
verifikasi,
validasi,
pemantauan,
pengukuran,
inspeksi dan kegiatan uji yang spesifik yang dibutuhkan
untuk produk dan kriteria keberterimaan produk,
d)
Catatan-catatan
yang
dibutuhkan
untuk
memberikan
bukti bahwa proses realisasi dan produk dihasilkan
memenuhi persyaratan (lihat 4.2.4).
Keluaran dari perencanaan ini harus dalam bentuk yang
sesuai dengan metode operasi organisasi.
Catatan
1 Dokumen
yang
menjelaskan
proses
sistem
manajemen mutu (termasuk proses realisasi produk) dan
sumber
data
yang
diterapkan untuk
suatu
produk
tertentu,
proyek atau kontrak tertentu, dapat dirujuk sebagai rencana
mutu.
Catatan
2
Organisasi
dapat
juga menerapkan
persyaratan
yang diberikan di 7.3 untuk mengembangkan proses realisasi
produk
7.2 Proses yang Berhubungan dengan Pelanggan
7.2.1 Penetapan Persyaratan
yang
Berhubungan
dengan
Produk
Organisasi harus menetapkan:
a)
Persyaratan yang ditetapkan oleh pelanggan,
termasuk persyaratan untuk penyerahan dan
kegiatan setelah penyerahan
|
58
Dalam
merencanakan
realisasi
produk,
organisasi
harus
pelanggan tetapi dibutuhkan untuk ditetapkan
atau untuk penggunaan tertentu, jika diketahui
c)
Persyaratan perundangan dan peraturan yang
terkait dengan produk, dan
d) Persyaratan
tambahan
yang
ditentukan
oleh
organisasi
Catatan Aktivitas
setelah
penyerahan
termasuk
misalnya penyediaan garansi, kewajiban sesuai
kontrak seperti jasa pemeliharaaan dan jasa
tambahan lain seperti penggunaan kembali atau
pembuangan akhir.
7.2.2
Tinjauan Persyaratan yang Terkait dengan Produk
Organisasi
harus
meninjau persyaratan
yang terkait
dengan
produk.
Tinjauan
ini
harus
dilaksanakan
sebelum
organisasi
berjanji
untuk
memasok
produk
ke
pelanggan
(misalnya:
penyampaian
tender,
persetujuan
kontrak
atau
order,
persetujuan
perubahan kontrak atau order) dan harus memastikan
bahwa:
a)
Persyaratan produk telah lengkap
b)
Persyaratan kontrak atau order yang berbeda
dengan
yang dinyatakan sebelumnya telah
diselesaikan, dan
c) Organisasi
memilki
kemampuan
untuk
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Catatan hasil tinjauan dan tindakan sebagai hasil
dari tinjauan harus dipelihara (lihat 4.2.4). Bila
pelanggan tidak memberikan pernyataan
terdokumentasi tentang persyaratan, maka
|
59
persyaratan pelanggan harus dikonfirmasikan oleh
organisasi sebelum diterima.
Bila persyaratan produk berubah, organisasi harus
memastikan bahwa dokumen yang terkait diubah dan
personel
yang terkait paham akan adanya perubahan
persyaratan.
Catatan
Dalam situasi
tertentu,
seperti
penjualan
melalui
internet, tinjauan
formal
tidak
dapat
dilaksanakan untuk masing-masing order. Sebagai
gantinya tinjauan dapat meliputi informasi produk
yang terkait seperti catalog atau materi iklan.
7.2.3
Komunikasi Pelanggan
Organisasi
harus
menetapkan
dan
menerapkan
pengaturan yang efektif untuk berkomunikasi dengan
pelanggan yang berhubungan dengan:
a)
Informasi produk,
b)
Permintaan penawaran, penanganan kontrak atau
order, termasuk perubahannya, dan
c) Umpan
balik
pelanggan,
termasuk
keluhan
pelanggan
7.3 Rancangan dan Pengembangan
7.3.1
Perencanaan Rancangan dan Pengembangan
Organisasi
harus
merencanakan
dan
mengendalikan
rancangan
dan
pengembangan
produk.
Selama
perencanaan
rancangan
dan
pengembangannya,
organisasi harus menentukan:
a) Tahapan-tahapan
rancangan
dan
pengembangannya,
b) Tinjauan, verifikasi dan validasi yang memadai
untuk
setiap
tahapan rancangan dan
pengembangannya.
|
60
Organisasi
harus
mengelola
hubungan
antar
grup
berbeda
yang
terlibat
dalam
rancangan
dan
pengembangannya
untuk
memastikan
komunikasi
yang efektif dan kejelasan tugas dan tanggung jawab.
Keluaran perencanaan harus diperbaharui, sesuai
keperluan, sejalan dengan
kemajuan rancangan
dan
pengembangannya.
Catatan
Tinjauan rancangan dan pengembangan,
verifikasi dan validasi mempunyai tujuan yang
berbeda. Hal tersebut dapat
dilakukan
dan
dicatat
secara terpisah atau digabungkan, sesuai kebutuhan
untuk produk dan organisasi.
7.3.2
Masukan Rancangan dan Pengembangan
Masukan yang berhubungan dengan persyaratan
produk harus ditetapkan dan catatannya dipelihara
(lihat 4.2.4). Masukan tersebut harus mencakup:
a)
Persyaratan fungsional dan kinerja,
b)
Persyaratan perundangan
dan peraturan
yang
berlaku,
c)
Bila dapat diterapkan,
informasi
yang diperoleh
dari rancangan sebelumnya yang serupa, dan
d)
Persyaratan lainnya yang perlu untuk rancangan
dan pengembangannya.
Masukan
tersebut
harus
ditinjau kecukupannya.
Persyaratan harus lengkap, jelas dan tidak saling
bertentangan.
7.3.3
Keluaran Rancangan dan Pengembangan
Keluaran rancangan dan pengembangan harus:
a)
Memenuhi persyaratan
masukan
rancangan
dan
pengembangannya,
|
61
b)
Memberi
informasi yang tepat
untuk pembelian,
produksi dan untuk pemberian layanan,
c) Berisi
atau
mereferensikan
kriteria
keberterimaan produk, dan
d)
Menetapkan
karakteristik
produk
yang
perlu
untuk penggunaan yang aman dan benar.
Catatan Informasi untuk produksi dan penyediaan
jasa dapat termasuk detil untuk pemeliharaan produk.
7.3.4
Tinjauan Rancangan dan Pengembangan
Pada tahapan yang sesuai, tinjauan yang sistematis
terhadap rancangan dan pengembangan harus
dilaksanakan sesuai dengan pengaturan yang
direncanakan (lihat 7.3.1):
a) Untuk
mengevaluasi
kemampuan
dari
hasil
rancangan
dan
pengembangannya untuk
memenuhi persyaratan, dan
b) Untuk
mengidentifikasi
masalah
dan
usulan
tindakan yang diperlukan.
Peserta pada tinjauan tersebut harus meliputi wakil
dari fungsi yang berkaitan dengan tahapan rancangan
dan pengembangan yang sedang ditinjau. Catatan
hasil dari tinjauan dan tindakan
yang diperlukan
harus dipelihara (lihat 4.2.4).
7.3.5
Verifikasi Rancangan dan Pengembangan
Verifikasi harus dilaksanakan sesuai dengan
pengaturan yang direncanakan (lihat 7.3.1) untuk
memastikan bahwa keluaran rancangan dan
pengembangannya telah memenuhi persyaratan
masukan rancangan dan pengembangan. Catatan hasil
verifikasi dan tindakan
yang
diperlukan
harus
dipelihara (lihat 4.2.4).
|
62
7.3.6
Validasi Rancangan dan Pengembangan
Validasi rancangan dan pengembangan harus
dilaksanakan sesuai dengan pengaturan yang
direncanakan (lihat 7.3.1) untuk memastikan bahwa
hasil produk mampu memenuhi persyaratan yang
ditetapkan atau maksud penggunaan, yang diketahui.
Jika dapat dilaksanakan, validasi harus dilaksanakan
sebelum penyerahan atau pemakaian produk. Catatan
hasil dari
validasi dan tindakan
yang diperlukan
harus dipelihara (lihat 4.2.4).
7.3.7
Perubahan Rancangan dan Pengembangan
Perubahan rancangan dan pengembangan harus
diidentifikasi dan catatannya dipelihara. Perubahan
harus ditinjau, diverifikasi dan divalidasi, sesuai
kemungkinan yang ada dan disetujui sebelum
diterapkan. Tinjauan perubahan rancangan dan
pengembangan
harus termasuk evaluasi pengaruh
dari perubahan pada komponen dan produk yang
telah diserahkan. Catatan hasil tinjauan perubahan
dan tindakan yang diperlukan harus dipelihara (lihat
4.2.4).
7.4 Pembelian
7.4.1
Proses Pembelian
Organisasi harus memastikan bahwa produk yang
dibeli sesuai dengan persyaratan pembelian yang
ditetapkan.
Jenis
dan
jangkauan
pengendalian
yang
diterapkan kepada pemasok dan produk
yang dibeli
pada realisasi produk berikutnya atau produk akhir.
Organisasi
harus
mengevaluasi
dan
memilih
pemasok berdasarkan pada kemampuannya
untuk
memasok
produk
sesuai
dengan
persyaratan
|
63
organisasi. Kriteria untuk
pemilihan,
evaluasi
dan
evaluasi
ulang
harus
ditetapkan. Catatan hasil
evaluasi
dan
bila
ada
tindakan yang diperlukan
sebagai
hasil dari evaluasi tersebut
harus dipelihara
(lihat 4.2.4).
7.4.2
Informasi pembelian
Informasi pembelian harus menjelaskan produk yang
akan dibeli, termasuk bila sesuai:
a)
Persyaratan untuk persetujuan produk, prosedur,
proses dan peralatan,
b)
Persyaratan kualifikasi personel, dan
c)
Persyaratan sistem manajemen mutu
Organisasi harus memastikan kecukupan persyaratan
pembelian yang ditetapkan sebelum
dikomunikasikan kepada pemasok.
7.4.3
Verifikasi Produk yang Dibeli
Organisasi
harus
menetapkan
dan
menerapkan
inspeksi atau kegiatan lainnya yang diperlukan untuk
memastikan bahwa produk yang dibeli memenuhi
persyaratan pembelian yang ditetapkan.
Jika
organisasi atau
pelanggannya bermaksud
untuk
melaksanakan verifikasi di tempat pemasok,
organisasi harus menyatakan pengaturan verifikasi
tersebut dan metode pelepasan produk di dalam
informasi pembelian.
7.5 Produksi dan Penyediaan Jasa
7.5.1
Pengendalian Produksi dan Penyediaan Jasa
Organisasi harus merencanakan dan melaksanakan
produksi
dan
penyediaan
jasa
dalam
keadaan
terkendali.
|
64
Keadaan yang terkendali harus mencakup, apabila
dapat diterapkan:
a)
Ketersediaan
informasi
yang
menjelaskan
karakteristik produk,
b)
Ketersediaan instruksi kerja, sesuai kebutuhan
c)
Penggunaan peralatan yang memadai,
d)
Ketersediaan
dan
penggunaan
peralatan
pemantauan dan pengukuran,
e)
Penerapan pemantauan dan pengukuran, dan
f)
Penerapan
kegiatan
pelepasan,
penyerahan
dan
setelah penyerahan.
7.5.2
Validasi Proses-proses Produksi dan Penyediaan Jasa
Organisasi harus melakukan validasi setiap proses
produksi dan penyediaan
jasa dimana hasil keluaran
tidak dapat
diverifikasi
dengan
pemantauan
atau
pengukuran.
Ini
mencakup
proses
dimana
kekurangan dapat terlihat hanya setelah produk
digunakan atau pelayanan telah diserahkan.
Validasi harus
memperagakan kemampuan proses
tersebut untuk mencapai hasil yang direncanakan.
Organisasi
harus
menetapkan
pengaturan
untuk
proses tersebut termasuk, sesuai kebutuhan:
a)
Menetapkan
kriteria
untuk
tinjauan
dan
pengesahan proses,
b)
Pengesahan peralatan dan kualifikasi personel,
c)
Penggunaan metode dan prosedur yang spesifik
d)
Persyaratan untuk catatan (lihat 4.2.4), dan
e)
Validasi ulang.
|
65
7.5.3
Identifikasi dan Mampu Telusur
Bilamana sesuai, organisasi harus mengidentifikasi
produk melalui cara-cara yang cocok selama realisasi
produk.
Organisasi harus mengidentifikasi status produk
sesuai
dengan persyaratan pemantauan dan
pengukuran selama realisasi produk.
Bila mampu lacak adalah persyaratan, organisasi
harus mengendalikan dan mencatat identifikasi unik
dari produk (lihat 4.2.4).
Catatan
Pada beberapa sektor industri, yang
dimaksud
dengan
manajemen
konfigurasi
adalah
suatu cara untuk memelihara identifikasi dan mampu
telusur.
7.5.4
Barang Milik Pelanggan
Organisasi harus merawat barang milik pelanggan
selama berada
di
bawah kendali organisasi
atau
digunakan
oleh
organisasi.
Organisasi
harus
mengidentifikasi, memverifikasi, melindungi dan
menjaga barang milik pelanggan yang disediakan
untuk digunakan atau digabungkan dalam produk.
Jika ada barang milik pelanggan hilang, rusak
ataupun
ditemukan
tidak
sesuai
untuk
penggunaannya,
hal
ini
harus
dilaporkan
ke
pelanggan dan catatannya dipelihara (lihat 4.2.4)
Catatan Barang milik pelanggan dapat termasuk hak
milik intelektual.
7.5.5
Pemeliharaan Produk
Organisasi harus menjaga produk selama proses
internal dan penyerahan tujuan yang dimaksud untuk
menjaga kesesuaian produk. Bila sesuai,
|
66
pemeliharaan harus meliputi identifikasi,
penanganan, pengemasan, penyimpanan dan
perlindungan. Pemeliharaan juga harus berlaku pada
komponen produk.
7.6 Pengendalian Alat Pemantauan dan Pengukuran
Organisasi harus menentukan pemantauan dan pengukuran
yang dilakukan
dan alat pemantauan dan pengukuran yang
diperlukan untuk memberikan bukti kesesuaian produk
terhadap persyaratan yang ditetapkan.
Organisasi harus menetapkan proses untuk memastikan
bahwa pemantauan dan pengukuran dapat dilaksanakan dan
pelaksanaannya
konsisten
dengan persyaratan pemantauan
dan pengukuran.
Jika diperlukan untuk memastikan keabsahan hasilnya, alat
pengukuran harus:
a) Dikalibrasi atau diverifikasi, atau keduanya, pada
jangka waktu tertentu, atau sebelum dipakai, terhadap
standar
pengukuran
yang
mampu
lacak ke
standar
pengukuran intrernasional atau nasional; jika tidak ada
standar, maka dasar yang digunakan untuk kalibrasi
atau verifikasi harus dicatat (lihat 4.2.4);
b) Disesuaikan atau disesuaikan ulang sesuai keperluan,
c) Diidentifikasi agar status kalibrasi dapat dipastikan,
d) Dijaga dari penyetelan yang dapat merubah hasil
pengukuran,
e) Dilindungi dari kerusakan dan kesalahan selama
penanganan, perawatan dan penyimpanan.
Di samping itu, organisasi harus menilai dan mencatat
keabsahan
hasil
pengukuran
sebelumnya
bila peralatan
ditemukan tidak sesuai dengan persyaratan. Organisasi harus
|
67
mengambil tindakan yang sesuai pada peralatan dan produk
yang terkena dampaknya.
Catatan Hasil kalibrasi dan verifikasi harus dipelihara
Bila digunakan pada pemantauan dan pengukuran
persyaratan
tertentu,
kemampuan
perangkat
lunak
computer
untuk memenuhi penerapan yang dimaksud harus disahkan.
Hal ini harus dilaksanakan sebelum penggunaan awal dan
dikonfirmasi ulang sesuai keperluan.
8.
Pengukuran, Analisis dan Peningkatan
8.1 Umum
Organisasi harus merencanakan dan menerapkan
pemantauan,
pengukuran,
analisis dan
peningkatan
proses
yang diperlukan
a)
Untuk memperagakan kesesuaian dengan persyaratan
produk
b)
Untuk memastikan kesesuaian sistem manajemen mutu
c)
Untuk secara berkelanjutan
meningkatan keefektifan
sistem manajemen mutu
Hal ini harus mencakup penetapan metode yang dapat
diterapkan, termasuk teknik statistik dan jangkauan
penggunaannya.
8.2 Pemantauan dan Pengukuran
8.2.1
Kepuasan Pelanggan
Sebagai salah satu pengukuran kinerja sistem
manajemen mutu, organisasi harus memantau
informasi yang berhubungan dengan tanggapan
pelanggan apakah organisasi telah memenuhi
persyaratan pelanggan. Metode-metode untuk
mendapatkan dan menggunakan informasi ini harus
ditetapkan.
|
68
Catatan Memantau persepsi pelanggan dapat
termasuk mendapatkan masukan dari berbagai
sumber seperti survei kepuasan pelanggan, data
pelanggan mengenai
mutu produk yang diserahkan,
surveri opini pengguna, analisis kehilangan bisnis,
ucapan
selamat,
klaim garansi,
laporan-laporan
dealer.
8.2.2
Audit Internal
Organisasi harus melaksanakan audit internal yang
direncanakan secara berkala untuk menentukan
apakah sistem manajemen mutu
a) Sesuai
dengan
peraturan
yang
direncanakan,
terhadap persyaratan Standar Internasional ini dan
persyaratan sistem manajemen
mutu yang ditetapkan
oleh organisasi
b)
Sudah diterapkan secara efektif dan terpelihara
Program
audit
harus
direncanakan,
dengan
mempertimbangkan status dan pentingnya proses dan
area yang akan diaudit, juga
hasil audit sebelumya.
Kriteria
audit,
ruang
lingkup,
frekuensi
dan
metodenya
harus
ditetapkan.
Pemilihan
auditor
dan
pelaksanaan audit harus memastikan objektifitas dan
kenetralan
proses
audit.
Auditor
tidak boleh
mengaudit
pekerjaannya
sendiri.
Prosedur
terdokumentasi
harus
dibuat
untuk
menetapkan
tanggung jawab dan persyaratan-persyaratan untuk
merencanakan dan
melaksanakan audit,
menetapkan
catatan
dan
melaporkan
audit.
Manajemen
yang
bertanggung jawab atas area yang telah diaudit harus
memastikan
bahwa
tindakan
telah
diambil
tanpa
ditunda
untuk
menghilangkan ketidaksesuaian
yang
|
69
ditemukan dan penyebabnya. Kegiatan tindak lanjut
harus mencakup verifikasi tindakan yang diambil dan
melaporkan hasil-hasil verifikasi.
8.2.3
Pemantauan dan Pengukuran Proses
Organisasi
harus
menerapkan
metode
yang sesuai
untuk
pemantauan
dan
jika
dapat
diterapkan,
pengukuran proses-proses sistem manajemen mutu.
Metode tersebut harus memperagakan kemampuan
proses untuk mencapai hasil yang direncanakan. Bila
hasil yang direncanakan tidak dipenuhi, koreksi dan
tindakan korektif harus diambil sesuai keperluan.
Catatan
Saat menerapkan
metode-metode
yang
sesuai,
disarankan
bahwa
organisasi
mempertimbangkan
jenis
dan
tingkat
pemantauan
atau pengukuran
untuk setiap proses-proses yang
berhubungan
dengan
dampak
pada
kesesuaian
persyaratan
produk
dan
pada
efektivitas
dari sistem
manajemen mutu.
8.2.4
Pemantauan dan Pengukuran Produk
Organisasi harus memonitor dan mengukur
karakteristik produk untuk membuktikan bahwa
persyaratan produk telah dipenuhi. Kegiatan ini harus
dilakukan dalam tahapan proses realisasi produk yang
sesuai menurut pengaturan yang direncanakan. Bukti
kesesuaian dengan kriteria penerimaan harus
dipelihara. Catatan harus mengindikasikan orang
yang
berwenang
dalam melepaskan
produk.
Pelepasan
produk
dan
penyerahan jasa tidak boleh
dilaksanakan sampai seluruh pengaturan yang
direncanakan telah dilengkapi dengan memuaskan,
|
70
atau jika tidak, atas persetujuan dari pihak yang
berwenang, jika dapat diterapkan oleh pelanggan.
8.3 Pengendalian Ketidaksesuaian Produk
Organisasi harus memastikan bahwa produk yang tidak
sesuai dengan persyaratan produk, diidentifikasi dan
dikendalikan untuk mencegah penggunaan atau penyerahan
yang tidak diinginkan. Pengendalian serta tanggung
jawab
dan wewenang terkait untuk memperlakukan
ketidaksesuaian produk harus ditetapkan dalam prosedur
terdokumentasi.
Jika dapat diterapkan, organisasi harus memperlakukan
ketidaksesuaian produk dengan satu atau lebih cara berikut:
a) Mengambil tindakan
untuk menghilangkan
ketidaksesuaian yang ditemukan;
b) Kewenangan penggunaanya, pelepasan atau penerimaan
di bawah konsesi oleh yang berwenang yang terkait dan
jika dapat diterapkan oleh pelanggan,
c) Mengambil tindakan untuk
menghindarkan penggunaan
atau penerapan sesuai tujuan semula.
d) Mengambil tindakan yang sesuai pada dampak atau
potensi dampak, ketidaksesuaian saat ketidaksesuaian
produk
ditemukan setelah penyerahan atau saat
penggunaan.
Bila
ketidaksesuaian produk telah diperbaiki harus
dilaksanakan
verifikasi ulang untuk memperlihatkan
kesesuaian dengan persyaratan.
Catatan Ketidaksesuaian yang terjadi dan tindakan yang
diambil selanjutnya, termasuk konsesi yang diperoleh harus
dipelihara (lihat 4.2.4).
|
71
8.4 Analisis Data
Organisasi
harus
menentukan,
mengumpulkan
dan
menganalisis
data
yang
sesuai
untuk
memperagakan
kelayakan dan keefektifan sistem manajemen
mutu dan
mengevaluasi jika peningkatan berkelanjutan yang efektif
dari sistem
manajemen
mutu dapat dilakukan. Kegiatan
ini
harus meliputi data
yang diambil
sebagai
hasil pemantauan
dan pengukuran dan dari sumber lainnya yang terkait.
Analisis
data
harus
memberikan
informasi
yang
berhubungan dengan:
a) Kepuasan pelanggan (lihat 8.2.1),
b) Kesesuaian dengan persyaratan produk (lihat 7.2.1),
c) Karakteristik
dan
kecenderungan
proses
dan
produk
termasuk peluang untuk tindakan preventif (lihat 8.2.3
dan 8.2.4) dan
d) Para pemasok (lihat 7.4)
8.5 Peningkatan
8.5.1
Peningkatan Berkelanjutan
Organisasi harus meningkatkan secara berkelanjutan
keefektifan
sistem manajemen
mutu
melalui
penggunaan
kebijakan
mutu,
sasaran
mutu,
hasil
audit,
analisa
data,
tindakan
korektif
dan
preventif
dan tinjauan manajemen.
8.5.2
Tindakan korektif
Organisasi harus mengambil tindakan untuk
menghilangkan penyebab dari ketidaksesuaian untuk
mencegah terulangnya kejadian tersebut. Tindakan
korektif harus sesuai dengan dampak ketidaksesuaian
yang ditimbulkan.
|
72
Prosedur terdokumentasi harus ditetapkan guna
menentukan persyaratan untuk:
a) Meninjau
ketidaksesuaian
(termasuk
keluhan
pelanggan),
b)
Menentukan penyebab dari ketidaksesuaian,
c)
Mengevaluasi kebutuhan akan tindakan yang
dilakukan
untuk memastikan bahwa
ketidaksesuaian tidak akan berulang
d) Menetukan dan menerapkan tindakan yang
diperlukan
e)
Mencatat hasil tindakan yang diambil, dan
f)
Meninjau efektivitas tindakan korektif yang
diambil
8.5.3
Tindakan Preventif
Organisasi harus menentukan tindakan untuk
menghilangkan penyebab yang berpotensi dapat
menimbulkan ketidaksesuaian untuk mencegah hal-
hal
tersebut terjadi.
Tindakan preventif harus
sesuai
dengan dampak dari masalah potensial tersebut.
Prosedur terdokumentasi harus ditetapkan guna
menentukan persyaratan untuk:
a) Menetukan
potensi
ketidaksesuaian
dan
penyebabnya
b) Mengevaluasi
kebutuhan
tindakan
untuk
mencegah timbulnya ketidaksesuaian
c) Menentukan
dan
menerapkan
tindakan
yang
diperlukan
d)
Mencatat hasil tindakan yang diambil, dan
e) Meninjau efektivitas tindakan preventif yang
diambil.
|
73
2.7 Activity Diagram
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005, p144), pengertian workflow
adalah sebagai berikut :
A workflow is the sequence of processing steps that completely handles one
business transaction or customer request.
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005, p144), pengertian activity
diagram adalah sebagai berikut :
An activity diagram is simply a workflow diagram that describes the various user
(or system) activities, the person who does each activity, and the sequential flow of
these activities.
|