7
1.1 Teori Umum
1.1.1
Di dalam jaringan komputer, ada 2 istilah untuk perangkat-perangkat
yang digunakan, yaitu end device dan intermediary device. End device
merupakan perangkat-perangkat yang menjadi pengguna dari jaringan
komputer yaitu sebagai sumber atau tujuan dari pertukaran data. Setiap end
device disebut juga sebagai host dan dibekali dengan perangkat yang disebut
NIC ( Network Interface Card ) untuk berinteraksi dengan jaringan. Beberapa
contoh end device adalah personal computer, notebook, server, printer, IP
phone, tablet, dan lainnya. Intermediary device adalah perangkat-perangkat
yang berfungsi sebagai penghubung antar perangkat-perangkat yang ada di
dalam jaringan komputer. (CISCO
CCNA Exploration 4.0
Network
Fundamentals, akses tanggal 3 Oktober 2012) Berikut adalah beberapa
intermediary device:
1.
Switch Layer 2
Menurut
McQuerry
(2008:6),
Switch layer 2 adalah perangkat
jaringan yang digunakan sebagai pengganti hub
untuk menghubungkan
dua atau lebih host
dan port yang bersifat full-duplex
sehingga dapat
mengirim dan menerima frame pada saat yang bersamaan. Switch layer 2
bekerja mirip dengan bridge
yaitu mengirim frame
berdasarkan alamat
|
8
mac address tujuan.
Switch layer 2 disebut juga sebagai multi-port
bridge.
2.
Router
Router adalah perangkat yang digunakan untuk menghubungkan
jaringan yang berbeda. Router
bekerja dengan cara meneruskan paket
berdasarkan alamat IP
yang disebut routing. Router
juga berfungsi
sebagai pemilih jalur terbaik sehingga dapat bertukar informasi routing.
Pemasangan router
akan memecah broadcast domain
atau area yang
meneruskan paket broadcast.
3.
Multi Layer Switch / Switch Layer 3
Multi Layer Switch adalah switch
yang dapat melakukan proses
routing. Multi Layer Switch dapat digunakan untuk menggabungkan
jaringan. Multi Layer Switch adalah salah satu perangkat yang sering
digunakan sekarang ini.
1.1.2
Menurut
McQuerry (2008:346),
Wide Area Network atau WAN
memiliki karakteristik sebagai berikut :
-
WAN memiliki area cakupan yang luas
-
WAN diatur oleh service provider
-
WAN memiliki kecepatan yang terbatas dan mahal
-
WAN digunakan untuk menghubungkan LAN di satu area dengan LAN di
area yang lain.
-
WAN memiliki latency yang tinggi
|
9
WAN
dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan hak akses yang diberikan
service provider, yaitu :
-
Private
Private WAN
adalah jaringan WAN
tertutup yang hanya dapat
diakses oleh pihak-pihak yang telah menyewa jaringan WAN tersebut
pada service provider. Private WAN dibagi menjadi 2, yaitu leased line
dan switched WAN. Leased line WAN
adalah private WAN
yang
disewakan hanya kepada satu pihak dan bandwidth WAN
ini bersifat
dedicated. Switched WAN
adalah private
WAN
yang hak aksesnya
dimiliki oleh beberapa pihak yang telah menyewa jalur WAN
kepada
service provider, namun pihak yang satu tidak dapat berkomunikasi
dengan pihak yang lainnya.
-
Public
Public WAN adalah jaringan WAN yang terbuka dan dapat diakses
oleh siapa saja yang terdapat pada public WAN tersebut. Service provider
yang menyewakan public WAN
disebut juga sebagai Internet Service
Provider atau ISP. Contoh public WAN adalah internet.
|
![]() 10
(Sumber : CISCO CCNA Exploration 4.0 Accessing the WAN, akses
tanggal 3 Oktober 2012)
Menurut
Schultz
(2005:38-41,44-45), WAN
memiliki beberapa
tantangan yang sama pada setiap teknologi WAN yaitu latency, congestion,
chatty applications, dan traffic congestion. Penambahan bandwidth
tidak
akan menyelesaikan tantangan di atas secara overall
apalagi ketika WAN
yang digunakan memiliki link yang sangat panjang. Latency yang tinggi saat
link pada WAN panjang sangat mempengaruhi response time dan efisiensi
dari protocol yang digunakan. Congestion juga dapat mempengaruhi kinerja
dari WAN, congestion dapat terjadi ketika tidak ada aturan yang mengatur
alokasi bandwidth pada WAN. Aplikasi yang digunakan di jaringan juga
mempengaruhi kinerja WAN. Terdapat beberapa aplikasi yang bekerja
dengan sangat intensif sehingga selalu mempertukarkan data antar sumber
dan tujuan.
|
![]() 11
Berikut beberapa solusi yang dapat digunakan untuk menjawab
tantangan pada WAN:
(Sumber : Building a Better WAN : 44)
Skenario
Solusi
Link jarak dekat (latency
rendah)
QoS untuk mendapatkan response time
yang diharapkan
Bandwidth terbatas
Kompresi data antar lokasi
Voice over IP
QoS untuk memberikan prioritas pada trafik
suara
Link jauh (latency tinggi)
TCP acceleration untuk mengurangi paket
ACK
Aplikasi layer 7
Application-specific acceleration untuk
mengurangi program chatter, file dan
segment caching untuk menyimpan data
yang sering digunakan di lokasi remote
1.1.3
Menurut
Edwards & Bramante (2009:13), topologi jaringan adalah
pengaturan susunan beberapa elemen seperti perangkat dan media yang
membentuk jaringan. Topologi pada jaringan dibedakan menjadi 2, yaitu
physical dan logical. Topologi physical mengatur bagaimana interkoneksi
antar perangkat secara fisik dari segi kabel dan lokasi sehingga dapat dilihat
|
12
secara kasat mata. Topologi
logical mengatur bagaimana alur paket data
dalam melewati topologi fisikal.
Berikut beberapa topologi yang sering ditemukan pada jaringan:
1.
Topologi Point-to-Point
Topologi Point-to-Point merupakan topologi yang paling sederhana
yang hanya memiliki satu sumber dan satu tujuan informasi data.
Kelebihan dari topologi ini adalah mudah untuk dimengerti dan akses
yang mudah.
2.
Topologi Star
Topologi star
atau disebut juga topologi hub-and-spoke
menggunakan perangkat intermediary
sebagai penghubung host yang
ada. Di topologi ini, setiap data yang dikirim akan melewati dan diproses
terlebih dahulu di perangkat intermediary yang berada di tengah. Sifat
topologi star
dapat bervariasi tergantung dari perangkat intermediary
yang digunakan, jika menggunakan hub, maka data yang dikirim akan
dikeluarkan ke seluruh perangkat yang ada dan dapat terjadi collision,
tetapi jika menggunakan switch, data yang lewat akan diproses dan
dikirim hanya ke tujuan berdasarkan alamat MAC. Kelebihan topologi ini
adalah mudah dan simpel untuk diinstalasi
dan troubleshooting.
Kekurangan topologi ini adalah performa jaringan tergantung dari
perangkat intermediary di tengah dan dapat terjadi bottleneck.
|
![]() 13
(Sumber : Networking Self-Teaching Guide : 21)
3.
Topologi Hierarchical
Topologi hierarchical mirip dengan topologi star yaitu setiap data
diproses oleh perangkat ditengah, tetapi pada topologi ini, setiap
perangkat menjadi node central
untuk setiap anaknya menyerupai tree.
Kelebihan hierarchical
adalah kemudahan dalam troubleshooting.
Kekurangan hierarchical adalah single-point-of-failure.
(Sumber : Networking Self-Teaching Guide : 24)
|
14
1.1.4
Proses transmisi data antara device yang saling terhubung dalam suatu
jaringan membutuhkan protokol yang mengatur proses tersebut. Menurut
Edwards & Bramante
(2009:53), TCP/IP
(Transport Control
Protocol/Internet Protocol) adalah protokol komunikasi data yang
mempersiapkan tranmisi data dari aplikasi dan menyediakan mekanisme
yang diperlukan untuk mengirim dan menerima data antara dua device yang
terhubung melalui jaringan fisik. TCP dan IP merupakan dua protokol
berbeda yang bekerja bersama-sama sesuai dengan fungsi masing-masing.
TCP berfungsi membagi data yang akan ditransmisikan dalam beberapa bagi-
an kecil yang disebut packets, kemudian menyatukan kembali bagian-bagian
data tersebut sewaktu data sampai di tujuan. IP digunakan sebagai alamat
sumber dan tujuan dalam transmisi data yang dilakukan. Namun, sebenarnya
TCP/IP merupakan kumpulan dari beberapa protokol yang bekerja satu sama
lain dalam mendukung proses transmisi data.
Awal mula berkembangnya protokol TCP/IP berasal dari penelitian
oleh U.S. Department of Defense (DoD) pada tahun 1969 untuk mendukung
proyek Advanced Research Projects Agency yang disebut ARPAnet. Proyek
tersebut merupakan penelitian dan pengembangan teknologi untuk bidang
pertahanan keamanan yang dibuat dengan menghubungkan komputer-
komputer dalam suatu jaringan yang dimiliki dan dioperasikan berbagai
perusahaan, instansi pemerintah, badan penelitian dan institusi lainnya dari
seluruh dunia. Seiring perkembangan ARPAnet menjadi semakin besar dan
pembukaan akses publik terhadap proyek tersebut, yang kemudian disebut
|
15
internet. TCP/IP menjadi protokol
yang paling banyak digunakan dalam
menghubungkan dan mengoperasikan berbagai jaringan di dunia.
TCP/IP Reference Model merupakan spesifikasi yang dibuat oleh
ARPA sebagai standar yang dipakai pada ARPAnet dibagi dalam 4 layer yaitu
Application Layer, Transport Layer, Internet Layer, dan Network Access
Layer.
1.1.4.1 Application Layer
Menurut Edwards & Bramante (2009:199-224), Application Layer
berkaitan dengan detil dari proses aplikasi yang terhubung melalui
jaringan, yaitu dengan memastikan data yang dikirimkan dari sumber
dapat dimengerti dan diproses sesampainya di tujuan. Layer ini
mengabaikan proses perpindahan data yang terjadi sewaktu data
dikirimkan dari sumber ke tujuan.
Berbagai protokol yang umum digunakan dalam mendukung fungsi
layer ini adalah HyperText Transport Protocol
(HTTP),
File Transfer
Protocol (FTP), Simple Mail Transfer Protocol (SMTP), dan Post Office
Protocol version 3 (POP3).
1.1.4.2 Tranpost Layer
Menurut Edwards & Bramante (2009:387), Transport Layer
merupakan layer penghubung antara Application Layer dengan Network
Layer
dengan membentuk koneksi sebelum tranmisi data dilakukan,
menyediakan transmisi data yang andal dan efisien, memutus koneksi
|
![]() 16
yang telah selesai dilakukan dan melakukan pengecekan kesalahan dalam
proses transmisi. Pada transport layer terdapat 2 jenis komunikasi yang
dapat digunakan yaitu
1.
Connection-oriented, merupakan komunikasi yang sifatnya reliable
yaitu transmisi yang dilakukan antara device
memerlukan
pembentukan koneksi sebelum data dapat ditransmisikan.
Pembentukan koneksi dilakukan dengan mengirimkan beberapa pesan
antar device, proses tersebut dinamakan three-way handshake.
(Sumber : Networking Self-Teaching Guide : 395)
Transmisi data dapat dilakukan setelah proses pembentukan koneksi
berhasil dilakukan dan selama proses transmisi dilakukan terdapat
beberapa hal yang diperhatikan seperti segmentasi data, reassembly
data, flow control, dan identifikasi koneksi.
Tahapan terakhir yang dilakukan dalam komunikasi connection-
oriented yaitu memutus koneksi yang telah selesai digunakan untuk
melakukan transmisi data.
|
17
2.
Connectionless,
merupakan komunikasi yang tidak membutuhkan
pembentukan koneksi dalam transmisi data sehingga transmisi data
dapat dilakukan secara langsung sewaktu device
hendak melakukan
transmisi. Beberapa pengecekan dan perbaikan kesalahan dilakukan
seperti verifikasi hop count, verifikasi reassembly data, dan verifikasi
ukuran data.
Menurut Edwards & Bramante (2009:393), Transmission Control
Protocol (TCP)
adalah protokol yang berbasis connection-oriented
sehingga dapat menyediakan transmisi data secara andal, mengontrol
proses transmisi data, dan memastikan validitas data yang dikirimkan
dengan melakukan pengecekan kesalahan. TCP
melakukan proses
segmentasi yaitu pemecahan data yang akan ditransmisikan ke dalam
ukuran-ukuran kecil yang disebut segment. Tujuan utama proses tersebut
yaitu meningkatkan efisiensi dalam transmisi data terutama jika dalam
melakukan transmisi terjadi kegagalan sehingga transmisi ulang data yang
gagal tidak perlu dilakukan dari awal.
TCP
menggunakan sequence numbers
dan acknowlegdement
numbers dalam mendukung transmisi data yang andal. Sequence number
adalah urutan segment
pada setiap data yang ditransmisikan dan
digunakan sebagai identifikasi masalah sewaktu transmisi data seperti
hilangnya packet, packet berulang dan sebagainya. Selain itu, sequence
numbers
juga digunakan oleh device
yang menerima data untuk
menggabungkan kembali segments menjadi data utuh kembali.
Acknowledgement numbers adalah nomor yang digunakan oleh device
|
18
penerima segments
untuk memberitahukan dan memastikan kepada
device
pengirim bahwa segments
yang ditransmisikan telah diterima
dengan baik. Apabila acknowledgement numbers
tidak dikirimkan oleh
device penerima kepada device pengirim maka TCP akan mengirimkan
ulang atau retransmission segments.
TCP dalam melakukan transmisi data mengontrol proses transmisi
data yang dikirimkan dengan menggunakan mekanisme flow control. Hal
ini dicapai dengan mengatur kecepatan transmisi data dari device
pengirim dengan menggunakan teknik windowing yang dilakukan dengan
mengatur besaran window size
oleh device
penerima yang kemudian
diberitahukan kepada device pengirim. Windows size merupakan ukuran
jumlah data ditransmisikan oleh device
pengirim sebelum device
penerima mengirimkan acknowledgement numbers.
Menurut
Huston
(2000), tujuan dari teknik windowing ini adalah untuk memulai transmisi
pada ukuran window yang memiliki kemungkinan loss terkecil, lalu
meningkatkan ukuran window sampai pengirim mendeteksi adanya
packet loss yang mengindikasi ukuran window telah melebihi kapasitas
yang ada.
Metode checksum digunakan TCP untuk memastikan validitas data
yang ditransmisikan. Pengecekan kesalahan transmisi data dilakukan
dengan membandingkan nilai checksum
yang terdapat dalam segments
oleh device
penerima, jika nilai checksum berbeda maka segments
data
yang diterima dinyatakan tidak valid dan TCP
akan melakukan proses
pengiriman ulang segments yang tidak valid tersebut.
|
19
Menurut Edwards & Bramante (2009:397), User Datagram
Protocol (UDP)
adalah protokol komunikasi data yang bersifat
connectionless sehingga dalam transmisi data dilakukan secara best-effort
yaitu transmisi dilakukan secara langsung sewaktu data siap untuk
dikirimkan tanpa mekanisme sequencing, acknowledgement, error
recovery
dan flow control
seperti halnya pada TCP. Oleh karena itu,
proses transmisi segments pada UDP dapat saja hilang, tidak benar, dan
tidak berurut.
TCP dan UDP
memiliki port numbers
yang digunakan untuk
mengidentifikasikan proses aplikasi yang melakukan komunikasi data
pada jaringan. Setiap segments
yang ditransmisikan melalui TCP
dan
UDP memiliki port numbers sumber dan tujuan dengan nomor 0 sampai
65535. Port numbers terbagi ke dalam 3 bagian yaitu well-known ports (0
sampai 1023), registered ports
(1025 sampai 49151), dan dynamic
/
private ports (49152 sampai 65535).
1.1.4.3 Internet Layer
Menurut McQuerry (2008:43-57), Internet Layer
merupakan layer
yang memiliki fungsi penting dalam mendukung transmisi data yang
melewati LAN atau WAN yaitu routing dan addressing. Routing adalah
proses penentuan rute dan pengiriman packet
dari suatu device
pada
jaringan menuju ke device pada jaringan lainnya.
Addressing
adalah metode pengalamatan yang digunakan untuk
setiap device
yang terhubung dalam jaringan. Protokol yang umumnya
|
20
digunakan yaitu Internet Protocol (IP) yang menentukan alamat secara
unik berupa IP Address
pada setiap devices
dalam jaringan sehingga
transmisi data dapat dilakukan berdasarkan alamat sumber dan tujuan
masing-masing devices. IP
merupakan protokol yang sifatnya
connectionless dan best-effort sehingga untuk mengetahui paket data
sampai dengan tujuan atau tidak memerlukan bantuan layer atas yaitu
TCP.Terdapat 2 protokol IP Addressing yang umum dipakai saat ini yaitu
Internet Protocol version 4 (IPv4) dan Internet Protocol version 6 (IPv6).
Internet Protocol version 4 (IPv4) terdiri dari 32 bit atau 4 byte.
IPv4 terbagi menjadi 2 bagian yaitu bagian untuk jaringan yang
digunakan untuk membedakan alamat IPv4 tergolong pada jaringan yang
mana dan bagian untuk host
yang digunakan untuk membedakan host
yang satu dengan host yang lain pada satu bagian jaringan yang sama.
Komputer membedakan 2 bagian yaitu bagian jaringan dan host dengan
cara melakukan BinaryANDing alamat IPv4 dengan subnet mask. Saat
ini, alamat IPv4 dikelompokkan menjadi 2 yaitu IPv4 public address dan
private address. Public address digunakan untuk koneksi ke internet dan
private address
digunakan
untuk pengalamatan di
dalam perusahaan.
Alamat private address meliputi 10.0.0.0 10.255.255.255, 172.16.0.0
172.31.255.255, dan 192.168.0.0 192.168.255.255.
1.1.5
Desain jaringan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi performa
jaringan. Dengan desain jaringan yang best practice, performa jaringan
|
21
meningkat dari segi keandalan, scalability, security, dan manageability.
Keandalan dicapai dengan mengimplementasikan redundancy
yaitu
menerapkan beberapa link
sebagai link cadangan. Scalability
adalah
kemampuan jaringan untuk berkembang tanpa mempengaruhi kinerja
jaringan yang ada. Scalability
dicapai dengan mengimplementasikan
perangkat jaringan dengan desain hierarchical
dan link-aggregation
yaitu
menggabungkan beberapa linkphysical menjadi 1 buah link logical. Security
dan manageability dicapai dengan menerapkan jaringan hierarchical. Desain
jaringan yang umum diterapkan ada 2, yaitu hierarchical design dan CISCO
Enterprise Architecture.
1.1.5.1
Hierarchical Design
Pada hierarchical design, jaringan dibagi menjadi 3 layers
yang memiliki fungsi spesifik. Saat ini, hierarchical design
hanya
digunakan sebagai desain untuk jaringan LAN, sebelumnya desain
ini juga digunakan untuk jaringan WAN. 3
layers tersebut adalah
core, distribution, dan access layer.
(CISCO CCNA Exploration
4.0 LAN Switching and Wireless, akses tanggal 3 Oktober 2012)
|
![]() 22
(Sumber : Campus Network for High Availability Design Guide :
8)
1.
Core Layer
Layer
ini berfungsi sebagai backbone
dari jaringan,
penghubung antar layer distribution, serta layer distribution dan
WAN. Karakteristik layer ini adalah very high speed forwarding
switch dan routing capacity.
2.
Distribution Layer
Layer ini berfungsi sebagai aggregator untuk access layer
dan security untuk packet-filtering. Karakteristik layer ini
adalah high speed forwarding dan routing capacity serta ACL.
3.
Access Layer
Layer ini berfungsi sebagai penghubung perangkat end
device
pada jaringan dan security untuk end device filtering.
Karakteristik layer ini
adalah port security dan PoE
untuk
beberapa end device yang membutuhkan. Pada umumnya,
access layer hanya bekerja hingga layer 2.
|
![]() 23
1.1.5.2
CISCO Enterprise Archtiecture
Pada desain ini, jaringan perusahaan dipecah menjadi
beberapa modul yang sesuai fungsi dan letak dari jaringan tersebut.
Pemecahan modul tersebut untuk mencapai scalability dan
manageability sehingga desain menjadi lebih mudah.
(Sumber : CCNA Exploration 4.0 Accessing the WAN)
Adapun modul-modul di desain ini adalah :
1.
Enterprise Campus
Enterprise Campus
adalah modul yang digunakan untuk
mendesain jaringan LAN core dari perusahaan atau kantor pusat
dari perusahaan. Enterprise Campus dibagi menjadi beberapa
|
24
submodul mengikuti hierarchical design yaitu core,
distribution, access, dan data center untuk campus.
2.
Enterprise Edge
Enterprise Edge adalah modul yang digunakan sebagai
jalan keluar bagi modul Enterprise Campus
dan penghubung
modul-modul lain menuju Campus. Pada
modul ini, security
sangat diperhatikan.
3.
Enterprise Branch
Enterprise Branch adalah modul yang digunakan untuk
mendesain jaringan LAN branch dari perusahaan. Satu modul ini
digunakan untuk satu branch.
1.2
Teori Khusus
1.2.1
CISCO WAAS (Wide Area Application Services)
merupakan suatu
kumpulan solusi optimasi WAN yang dapat mendukung dan meningkatkan
kinerja aplikasi yang melalui jaringan WAN.
CISCO WAAS dapat
diimplementasikan melalui perangkat keras berupa appliance, dan perangkat
lunak yang meliputi Express, Mobile, Virtual Appliances dan Modules.
CISCO WAAS menggunakan beberapa teknologi untuk
meningkatkan kinerja WAN
yang tidak hanya mengurangi pemakaian
bandwidth, tapi juga menurunkan latency.
Menurut
Greene (2010:20),
meningkatkan kinerja WAN
tidak cukup
hanya dengan memperbesar
penyewaan bandwidth
saja. Peningkatan kinerja pada jalur WAN
juga
|
![]() 25
memerlukan optimasi pada tingkat protokol dan adanya traffic flow
prioritization
serta application-specific reduction. Hal-hal tersebut secara
berurut akan dibahas pada topik Transport Flow Optimization, Compression
dan Application Acceleration dengan CISCO WAAS.
1.2.2
Transport Flow Optimization (TFO)
pada CISCO WAAS
berfungsi
untuk meningkatkan kinerja TCP dengan cara mewakili
nodes mengakses
WAN sehingga nodes tersebut terlindungi dari permasalahan-permasalahan
yang umumnya terjadi pada WAN. CISCO WAAS devices
memastikan
adanya ketersediaan capacity, mengurangi resiko terjadinya packet loss dan
congestion serta meningkatkan throughput.
(Sumber : brosur CISCO)
CISCO WAAS menggunakan berbagai fitur TFO untuk melakukan
optimasi TCP traffic, yang meliputi:
1.
Windows Scaling
Secara default, header dari TCP membatasi ukuran window
penerima hingga 64 KB tetapi dengan adanya windows scaling, header
|
26
dari TCP bisa dimodifikasi sehingga Omemungkinkan besarnya window
untuk mencapai 1 GB. Dengan adanya windows scaling, penerima paket
TCP dapat mengirimkan informasi bahwa window penerima bisa
melampaui 64 KB sehingga bandwidth
yang tersedia dapat digunakan
dengan lebih baik dan tidak terbatas pada besar ukuran default window
yang dispesifikasikan di header TCP.
2.
Optimasi Windows Size Awal
WAAS meningkatkan batas atas window size awal, dari satu sampai
dua segments menjadi dua sampai empat segments (kurang lebih 4 KB).
Jika koneksi yang hanya mentransmisi data
yang sedikit maka window
size awal yang besar dapat mengurangi waktu transmisi seperti e-mail
(SMTP) dan laman web (HTTP) yang biasanya di bawah 4 KB.
3.
Selective Acknowledgment (SACK)
Selective Acknowledgment (SACK) merupakan metode packet loss
recovery yang lebih efisien dan transmisi ulang sehingga client dapat
melakukan recovery dengan lebih cepat dibandingkan dengan mekanisme
default recovery yang digunakan TCP. Secara default, TCP menggunakan
skema acknowledgement
kumulatif yang memaksa pengirim untuk
menunggu satu roundtrip untuk mengetahui apabila packet tidak diterima
oleh tujuan, atau mentransmisi ulang segments
yang mungkin telah
diterima dengan benar. Dengan adanya SACK, penerima dapat mengirim
informasi kepada pengirim mengenai semua segments yang telah sampai
dengan sukses, sehingga pengirim hanya perlu melakukan transmisi ulang
untuk segment yang benar-benar tidak terkirim.
|
27
4.
Binary Increase Congestion (BIC) TCP
Binary Increase Congestion (BIC) TCP merupakan protocol
congestion management yang memungkinkan jaringan untuk melakukan
recovery dari packet loss secara lebih cepat. Cara kerja BIC TCP adalah
pada saat terjadi packet loss, BIC TCP mengurangi minimum window size
penerima, kemudian BIC TCP mengatur maximum window size menjadi
window size tepat saat sebelum terjadinya packet loss. Hal ini
memungkinkan jaringan untuk mentransmisi traffic tanpa melakukan
drop packets karena ukurannya tepat saat sebelum terjadinya packet loss
dan ukuran minimum yang telah dikurangi.
1.2.3
Menurut
Chou
(2009:24-27), kompresi merupakan salah satu
teknologi yang paling mudah diimplementasikan untuk mengatasi latency
yang makin meningkat pada jalur WAN. Compression
berfungsi untuk
mengurangi ukuran data yang akan dikirim melalui WAN. Device akan
melakukan encoding untuk mengurangi jumlah bits yang diperlukan. Device
yang lain akan melakukan decoding untuk mengembalikan bentuk data
kembali seperti sebelum dilakukan kompresi.
Teknologi compression
ini
dapat mengurangi ukuran data yang ditransmisikan dengan menghapus
informasi yang berlebihan sebelum mengirimnya melalui WAN. Dengan
mengurangi jumlah data yang ditransfer, waktu respon
dari aplikasi
dapat
menjadi lebih cepat dan penggunaan jaringan menjadi lebih efisien.
|
28
Apabila teknik kompresi digunakan dalam WAE untuk
mengoptimalkan TCP
traffic, data yang berulang akan digantikan dengan
signature yang lebih pendek sebelum dikirim keluar WAN. WAE penerima
kemudian akan menggunakan local redundancy library untuk merekonstruksi
data sebelum mengirimnya ke tujuan akhir.
Skema kompresi WAAS didasarkan pada arsitektur shared cache
di
mana setiap WAE yang terlibat dalam proses compression
dan
decompression
menggunakan local redundancy library
yang sama. Saat
cache yang menyimpan local redundancy library pada WAE menjadi penuh,
WAAS menggunakan algoritma FIFO (First In First Out) sehingga data yang
lama akan dihapus dan akan diisi dengan data
yang baru.
1.
Data Redundancy Elimination (DRE)
CISCO
WAAS DRE merupakan implementasi
Context-Aware
DRE yang mencakup intelligent-application. CISCO WAAS DRE
mengecek TCP traffic untuk mengidentifikasi pola data yang berulang
pada tingkat byte, kemudian dengan cepat menggantikannya
dengan
signatures.
Aplikasi-aplikasi baru yang bermunculan memerlukan pendekatan
arsitektur DRE yang baru. Demi menjawab kebutuhan ini, CISCO
WAAS memperkenalkan tiga mode Contex-Aware DRE:
a.
Bidirectional
DRE:
Data chunks
dan signatures
ditulis ke
disk
CISCO
Wide Area Application Engines (WAEs) pengirim maupun
penerima untuk memberikan kompresi yang optimal.
|
29
b.
Unidirectional
DRE: Unidirectional
DRE
menyediakan kompresi
optimal dan secara efektif menggunakan DRE cache
untuk
skalabilitas yang lebih tinggi. Hanya signatures
yang dicatat
pada
CISCO
WAE
sisi pengirim sedangkan signatures dan data chunks
yang dicatat pada disk CISCO WAE penerima.
c.
Adaptive
DRE: Context-Aware
DRE
memilih antara
mekanisme
caching
Bidirectional
DRE
dan Unidirectional
DRE sesuai dengan
tipe traffic aplikasi.
2.
PLZ Compression
CISCO WAAS menerapkan
kompresi PLZ dengan kompresi
connection-oriented
untuk lebih mengurangi jumlah bandwidth
yang
digunakan dalam
koneksi TCP. Kompresi PLZ dapat digunakan secara
bersamaan dengan DRE ataupun secara independen. PLZ Compression
dapat memberikan
kompresi
tambahan hingga 5:1, tergantung pada
aplikasi yang digunakan dan data ditransmisikan.
1.2.4
CISCO WAAS memiliki fitur
untuk mengakselerasi aplikasi secara
spesifik yang
telah disetujui oleh vendor aplikasinya sendiri
sehingga
mengurangi dampak negatif dari latency dan bandwidth serta meningkatkan
waktu respon dan kinerja
tanpa mengganggu kerja aplikasi tersebut.
Kemampuan application-acceleration yang bisa didapat dari CISCO WAAS
bekerja sesuai dengan fitur optimasi WAN
dan membantu mengurangi
dampak negatif dari WAN
dengan menyediakan fitur-fitur seperti caching
|
30
yang aman, akselerasi protokol, batching
pesan, read-ahead, write-behind,
dan stream splitting. CISCO WAAS
mendukung berbagai aplikasi yang
dapat dipercepat melalui dukungan aplikasi secara spesifik , termasuk CIFS,
MICROSOFT Windows print services, Network File System (NFS), MAPI,
HTTP, Secure HTTP (HTTPS), dan enterprise video.
1.2.5
Menurut
Cisco Systems, Inc.
(2012), CISCO WAAS Appliance
memiliki 2 mode operasional yaitu sebagai Central Manager yang berfungsi
sebagai manajemen sentral serta monitoring tools dan
Application
Accelerator
sebagai WAN
Optimizer.
Instalasi
CISCO WAAS meliputi
penggunaan minimal 1 CISCO WAAS Appliance
di setiap lokasi yang
bekerja sebagai WAN
Optimizer secara operasional. Penggunaan WAAS
Appliance
dengan mode Central Manager
dapat mempermudah instalasi
CISCO WAAS dengan manajemen sentral namun bersifat optional.
Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk instalasi WAAS
Appliance di setiap lokasi adalah melakukan redirection
atau
network
interception. Setiap teknik memiliki
integrasi dan interaksi yang efisien
dengan network
device yang berdampingan untuk meningkatkan stabilitas,
skalabilitas, dan meningkatkan kinerja.
1.
Physical inline deployment
CISCO WAAS Appliance dapat langsung dimasukan secara inline
di antara router
(atau firewall) dan switch
yang berdekatan dengan
menggunakan CISCO inline interception card. Dengan penggunaan fitur
|
![]() 31
fail-to-wire, bila CISCO WAAS Appliance
mengalami gangguan
hardware, dalam hitungan detik, appliance akan menjadi bridge
(secara
transparan) dan mengeluarkan dirinya dari operasi. Untuk mendapatkan
optimization
service
yang highly
available, CISCO WAAS Appliance
dapat digunakan secara inline dalam sebuah serial cluster. Serial inline
cluster dapat digunakan dalam data center dan kantor cabang.
(Sumber :
77/solution_overview_c22-490577.html akses tanggal 4 Oktober 2012)
2.
Web Cache Communication Protocol version 2 (WCCPv2)
CISCO WAAS memberikan dukungan penuh untuk WCCPv2,
memungkinkan penggunaan sampai dengan 32 CISCO WAAS devices
dalam satu kelompok perangkat dengan load
balancing, failover, dan
CISCO non
disruptive
WAAS device
insertion
and
removal. CISCO
WAAS menyediakan kompatibilitas WCCPv2 penuh untuk integrasi
yang efisien tanpa mengorbankan kinerja, skalabilitas, ataupun
infrastruktur yang ada.
|
![]() 32
(Sumber :
77/solution_overview_c22-490577.html akses tanggal 4 Oktober 2012)
Pada WCCPv2, terdapat 2 cara redirection method yang dapat
digunakan yaitu :
-
L2 redirection
L2 redirection bekerja secara layer 2 pada OSI. L2 redirection
hanya bekerja jika kedua perangkat berada dalam satu ip subnet yang
sama. Paket yang masuk ke perangkat jaringan akan mengganti
alamat layer 2 pada paket tersebut ke MAC Address WAAS
Appliance dan meneruskan paket tersebut ke WAAS Appliance dan
sebaliknya.
-
Generic Route Encapsulation (GRE)
GRE bekerja secara layer 3 pada OSI. Ketika menggunakan
GRE sebagai redirection method pada WCCP, maka paket yang
|
33
masuk akan menjadi payload dan dienkapsulasi lagi dengan header
GRE yang diteruskan ke WAAS Appliance. Kedua perangkat yang
terlibat dalam WCCP tidak harus berada dalam satu subnet yang
sama.
|