BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Konsep Kualitas
2.1.1
Pengertian Kualitas
Kualitas didefinisikan sebagai totalitas karakteristik suatu produk yang
menunjang
kemapuan
produk
itu
untuk
memuaskan kebutuhan
yang
telah
ditetapkan. Gasper
(2008:1)
mendefiniskan
”kualitas
sering
kali
diartikan
sebagai
kepuasan
pelanggan (customer
satisfaction)
atau   
konformans
terhadap kebutuhan (conformance to the requirements)”.
Disamping
pengertian tersebut
kualitas
juga
dapat
diartikan
sebagai
segala
sesuatu sesuatu
yang
menentukan kepuasan pelanggan dan
upaya perubahan
kearah perbaikan yang terus menerus (continous improvement).
2.1.2
Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas
(quality
control)
melibatkan
bebrapa
aktivitas
diantaranya :
a.
Mengevaluasi kinerja aktual (actual performance)
b. Membandingkan aktual dengan target atau sasaran
c.
Mengambil tindakan atas perbedaan antara aktual dan target
Mengacu
pada pendapat
Dr
juan
(2008)
menyatakan pendelegasian kualitas
kepada  tingkat  paling  bawah  dalam  perusahaan  atau  organisasi 
melalui
  
8
penempatan karyawan
dalam
keadaan
terkendali. Beliau
juga
mendukung
pelatihan
karyawan
dalam
pengumpulan data
dan
analisis
untuk
memungkinkan
mereka
membuat
suatu
keputusan berdasarkan
fakta –
fakta
yang ada.
2.1.3
Peningkatan Kualitas Dengan Kaizen
Kaizen adalah suatu
istilah dalam bahasa jepang
yang dapat diartikan
sebagai peningkatan secara terus menerus (continous improvement). Semangat
kaizen
yang
tinggi
telah
membuat mereka
maju
dan
lebih
unggul
dalam
kualitas.
Kaizen
pada dasarnya
merupakan suatu
kesatuan
pandangan yang
komprehensif  dan 
terintegrasi 
yang 
bertujuan 
untuk 
melaksanakan
peningkatan secara terus menerus.
Semangat kaizen berlandaskan pandangan sebagai berikut :
a.   Hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin, dan hari esok harus lebih
baik daripada hari ini.
b.   Tidak 
boleh 
ada 
satu 
hari 
pun 
yang 
lewat 
tanpa 
perbaikan 
atau
peningkatan.
c.   Masalah
yang timbul
merupakan suatu kesempatan
untuk
melaksanakan
perbaikan atau peningkatan.
d.   Menghargai adanya perbaikan atau peningkatan meskipun kecil.
e.   Perbaikan atau peningkatan tidak harus memerlukan investasi yang besar.
  
9
2.2
Pengertian Six Sigma
Pengertian Six Sigma dari beberapa sumber adalah sebagai berikut :
1.   Six Sigma adalah sistem
yang komprehensif dan fleksibel untuk mencapai,
mempertahankan, dan
memaksimalkan sukses bisnis. Six Sigma secara unik
dikendalikan olah
pemahaman
yang
kuat
terhadap fakta, data, dan analisis
statistik, serta
perhatian
yang
cermat
untuk
mengelola,
memperbaiki,
dan
menanamkan proses bisnis.
2.   Six Sigma adalah sebuah konsep statistik yang mengukur suatu proses yang
berkaitan dengan cacat dan
merupakan
falsafah managemen yang berfokus
untuk
menghapus
cacat
dengan
cara
menekankan pada
pemahaman,
pengukuran, dan perbaikan proses.
Tunggal (2011: 1) menyimpulkan bahwa ”Six Sigma adalah suatu sistem
yang
komprehensif dan
fleksible
untuk
mencapai,
memberi
dukungan
dan
memaksimalkan proses,
yang
berfokus
pada
pemahaman
akan
kebutuhan
pelanggan
denagn
menggunakan fakta,
data
dan
analisis
statistik
serta
terus
menerus
memperhatikan pengaturan,
perbaikan
dan
mengkaji
ulang
suatu
proses”.
Simbol Sigma ( s ) dalam statistik dikenal sebagai standar deviasi, yaitu suatu
nilai yang menyatakan simpangan terhadap nilai tengah. Suatu proses dikatakan
baik apabila berjalan pada suatu rentang (range) yang telah ditetapkan. Rentang
  
10
tersebut memiliki batas, yakni batas atas (USL – upper specification limit) dan
batas bawah
(LSL – lower
specification
limit).
Proses
yang
terjadi diluar
rentang tersebut
maka dianggap reject. Proses 6 s berarti proses yang
hanya menghasikan 3,4
DPMO ( Defects Per Million Oportunities ).
Tabel 2.1 Perbandingan sigma level terhadap DPMO
DPMO
DPMO
Sigma Level
Sigma Level
DPMO
DPMO
Sigma Level
Sigma Level
500,000
<
1.5
17,900
3.6
460,000
1.6
10,700
3.8
421,000
1.7
6,210
4
382,000
1.8
3,470
4.2
345,000
1.9
1,870
4.4
309,000
2
968
4.6
242,000
2.2
483
4.8
184,000
2.4
233
5
136,000
2.6
108
5.2
96,800
2.8
48
5.4
66,800
3
21
5.6
44,600
3.2
8
5.8
28,700
3.4
3
6
Sumber :  WORKSHOP ON
SIX SIGMA DMAIC (Six Sigma Yellow Belts Training)
Six
Sigma
merupakan
pendekatan
menyeluruh untuk
meyelesaikan
masalah
dengan
berfokus
kepada
pengendalian produk
atau
proses
sehingga
sepanjang waktu dapat memenuhi persyaratan dari produk atau proses tersebut.
  
11
Metode
ini
diterapkan
melalui
beberapa tahapan
,
yaitu
:
define
,
measure,
analyze, improve dan control (DMAIC).
2.3
Sejarah Singkat dan Konsep Six Sigma
Sekitar tahun 1980, Motorola merupakan salah satu perusahaan Amerika
Serikat
dan
Eropa
yang bersaing
ketat
dengan
perusahaan
Jepang. Pemimpin
puncak
Motorola
menyadari bahwa
kualitas
produk
yang
dihasilkan mereka
dikategorikan jelek. Mereka
tidak
memiliki program kualitas ”. Tetapi pada
tahun 1987, ada sebuah pendekatan baru yang muncul dari bagian komunikasi
Motorola yang pada saat itu telah dipegang oleh George Fisher, Executif mapan
dari
Kodak. Konsep
inovatif
itulah
yang
selanjutnya dinamakan dengan
Six
Sigma ”.
Banyak hal
yang dilibatkan dalam Six
Sigma di Motorola, tapi dua
hal
yang  utama  adalah  cara  yang  konsisten  untuk  keluar  dan  membandingkan
kinerja kebutuhan dikenal dengan
nama pengukuran Sigma
dan
target kualitas
sempurna yang disebut dengan tujuan Sigma.
Baru
berjalan dua
tahun
menjalankan Six
Sigma,
Motorola
mendapat
penghargaan Malcom
Baldrige
National
Quality
Award
dengan
peningkatan
jumlah
tenaga
kerja
dari
71.000
orang
karyawan menjadi
130.000
orang
karyawan pada saat itu.
  
12
Prestasi – prestasi yang dapat dicapai selama tahun 1987 – 1997 adalah sebagai
berikut :
1.   Keuntungan hampir meningkat menjadi 20% per tahun.
2.   Penghematan kumulatif sebesar $ 14 milyar.
3.   Harga stok Motorola berlipat ganda dengan tingkat tahunan 21.3%.
Konsep
dasar
Six
Sigma
banyak sekali
diambil dari
Total
Quality
Management  (TQM) dan Statistical  Process  Control  (SPC).  Six  Sigma  itu
sendiri suatu upaya terus menerus (continuous improvement) untuk :
1.   Menurunkan variasi dari proses.
2.   Meningkatkan kapabilitas proses.
3.   Menghasilkan produk yang bebas kesalahan (zero defect), target minimum
3,4 DPMO (Defect per Million Opportunities).
4.   Untuk memberikan nilai kepada pelanggan (customer value).
Selain Motorola, beberapa
contoh
perusahaan
yang
telah
menerapkan
Six Sigma diantaranya :
1.   General Electric (GE)
Perbaikan  yang  telah  dilakukan  oleh  General  Electric  mulai  dari  jasa
pelayanan sampai dengan manufacturing.
a.   Tim Six Sigma di bagian GE Lighting
Perbaikan
yang
dilakukan
adalah
dalam
system penagihan
dari
salah
satu pelanggan yaitu Wal Mart. Dengan penerapan Six Sigma hasilnya
  
13
bisa
mengurangi kesalahan
pembuatan
faktur
yang
mencapai
98%,
mempercepat pembayaran dan meningkatkan produktivitas perusahaan.
b.   GE Capitals
Perbaikan yang
dilakukan adalah
dalam
hal
pengkajian kontrak,
mempercepat
penyelesaian
perjanjian,
lebih
bertanggung
jawab
dalam
melayani pelanggan dan bias menghemat biaya 1 juta dollar.
c.   GE Power System
Perbaikan
yang
dilakukan adalah dengan
menyelesaikan masalah
yang
berhubungan dengan
pemahaman
akan
kebutuhan
pelanggan
yang
sebenarnya dan perbaika dalam hal dokumentasi dengan peralatan yang
lebih baik.
d.   GEM Medical System Business
Memperbaiki system teknik untuk membuat teknologi pengobatan yang
lebih
baik.
Seperti
dapat
melakukan scan
pada
seluruh
tubuh
pasien
dengan waktu yang lebih cepat dan denga biayayang lebih rendah.
e.   GE Capital Mortgage
Melakukan analisa
proses
salah
satu
cabang
teratas
dan
bandingkan
dengan cabang
yang
lainnya,
menambah orang
yang melayani keluhan
pelanggan dari 76% sampai dengan 99%.
  
14
2.   Allied Signal (Honeywell)
Allied
Signal
mengawali
keberhasilan Six
Sigma
dengan
menghubungi General
Electric
dan
Motorola.
Allied
memulai
aktivitas
perbaikan kualitas sekitar awal tahun 1990, dimana telah menghemat biaya
lebih dari 600
juta per tahun. Selain
itu penerapan prinsip yang sama pada
desain produk baru seperti mesin pesawat, mengurangi waktu desain hingga
pengesahandari 42
bulan
sampai
33
bulan.
Memberikan
target
6%
peningkatan pada produktivitas tahun 1998 dan profit margin sekitar 13%.
Setelah penerapan Six Sigma, nilai pasar perusahaan berlipat ganda
hingga 27% per tahun. Pemimpin Allied memandang Six Sigma tidak hanya
sekedar
menentukan angka
angka
tetapi
merupakan
pernyataan
tujuan
untuk mengejar standar keberhasilan.
Gaspersz,
yang diambil dari
APICS Dictionary (2005)
mendefinisikan kualitas
Six
Sigma sebagai
sekumpulan
konsep dan praktik
terbaik
dalam bisnis
yang
bertujuan :
1.   Menurunkan variabilitas dalam proses dan mengurangi cacat dalam produk.
2.   Hanya  memproduksi  3,4  cacat  untuk  setiap  satu  juta  kesempatan  atau
operasi (3,4 DPMO).
3.   Melakukan
inisiatif
inisiatif
peningkatan
proses
untuk
mencapai
target
kinerja Six Sigma.
  
15
4.   Meningkatkan kinerja bottom line.
5. 
Menciptakan dan
memonitor aktivitas
aktivitas bisnis
agar
mengurangi
pemborosan dan sumber daya yang lain.
6.   Meningkatkan kepuasan pelanggan.
2.4
Manfaat Six Sigma
Beberapa manfaat dari penerapan Six Sigma adalah sebagai berikut :
1.   Six Sigma meliputi sekumpulan dari praktik dan ketrampilan ( skill ) uasaha
(baik
secara
dasar
maupun
terapan)
yang
merupakan kunci
menuju
keberhasilan dan berkembang kearah yang lebih baik.
2.
Six
Sigma
sangat
berpotensi
diterapkan pada
bidang
jasa
atau
non
manufacturing  disamping 
lingkungfan 
teknikal, 
seperti 
bidang
managemen, keuangan, pemasaran, logistik, teknologi informasi, dll.
3.
Six
Sigma
dapat
menghasilkan sukses
yang
berkelanjutan. Cara
untuk
melanjutkan
dan
tetap
menguasai
pertumbuhan pasar
yang
aman
adalah
dengan  cara 
melakukan  perbaikan 
yang 
terus 
menerus 
dan 
membuat
kembali
organisasi
yang
menciptakan sebuah
keahlian
dan
budaya
untuk
terus menerus bangkit kembali.
  
16
2.5
Tahapan DMAIC
Metodologi yang
paling
penting
di
Six
Sigma
manajemen
adalah
metodologi DMAIC
(Define,
Measure, Analize, Improve and Control)
proses.
Proses
DMAIC
bekerja dengan
baik sebagai
strategi terobosan di dalam
Six
Sigma.
DMAIC
Merupakan
proses
untuk
peningkatan terus-menerus
menuju
target
Six
Sigma.
DMAIC
dilakukan
secara
sistematik,
berdasarkan ilmu
pengetahuan dan
fakta ( systematic, scientific and fact based ). Proses closed-
loop
ini
(
DMAIC
)
menghilangkan
langkah-langkah proses
yang
tidak
produktif, sering berfokus pada pengukuran-pengukuran baru, dan menerapkan
teknologi
untuk
peningkatan kualitas
menuju
target
Six
Sigma.
Di
dalam
Six
Sigma,
DMAIC
di
bagi
menjadi
lima
fase
dan
setiap
tahap
utama
kegiatan
adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1  Tahapan
DMAIC
Sumber : Six Sigma For Quality And Productivity Promotion.
  
17
2.5.1
Define
Tahap
Define
adalah
tahap
pertama
dari
proses
DMAIC,
tahap
ini
bertujuan
untuk
menyatukan
pendapat
dari
semua
tim  
mengenai
proyek
yang akan dilakukan, baik mengenai ruang lingkup, tujuan, biaya dan target
dari proyek yang akan dilakukan. Adapun tahapan
dalam Define :
1.   Identifikasi CTQ (Critical To Quality) project
Menterjemahkan suara pelanggan kedalam project CTQ.
2.   Membangun team charter
Identifikasi masalah, tujuan project, pembatasan project, pengembangan
project.
3.   Proses mapping
Membuat  gambaran  proses  dan  fungsi  yang  terkait  dengan  project.
Tools yang biasa digunakan adalah diagram SIPOC.
SIPOC
(Supplier,
Input,
Process,
Output,
Costumer)
digunakan untuk
menunjukkan  aktivitas  mayor,  atau  subproses  dalam  sebuah  proses
bisnis, bersama-sama dengan kerangka kerja dari proses, yang disajikan
dalam Supplier, Input, Process, Output, Costumer. Model SIPOC adalah
paling banyak digunakan
manajemen dalam peningkatan proses. Nama
SIPOC terdiri dari lima elemen utama dalam sistem kualitas, yaitu:
  
18
a.   Suppliers
Merupakan
orang atau kelompok orang yang memberikan informasi
kunci,
material, atau
sumber
daya
lain
kepada
proses.
Jika
suatu
proses terdiri dari beberapa sub proses, maka sub proses sebelumnya
dapat dianggap sebagai pemasok internal (internal suppliers).
b.   Input
Merupakan segala
sesuatu
yang
di
berikan
dari
supplier
seperti
material yang selanjutnya akan di proses.
c.   Process
Merupakan
serangkaian kegiatan
untuk
mengolah
input
yang
memiliki
suatu
nilai tambah
yang
selanjutnya bisa
disebut dengan
hasil atau output.
d.   Output
Merupakan
hasil
dari
sebuah
proses
baik
berupa
barang
atau
jasa
bisa berupa barang jadi (final product) atau barang setengah jadi.
e.   Costumer
Merupakan  orang, 
kelompok, 
atau 
sub 
proses 
yang 
menerima
outputs. Jika suatu proses terdiri dari beberapa sub proses,
maka sub
proses
sesudahnya dapat
dianggap
sebagai
pelanggan
internal
(internal customers).
  
19
2.5.2 Measure
Tahap measure terdapat 3 hal
pokok yang harus dilakukan yaitu :
1.  Memilih  atau 
menentukan  karakteristik  kualitas  (CTQ)  kunci  yang
berhubungan
langsung dengan kebutuhan spesifik dari pelanggan.
2. Mengembangkan suatu rencana pengumpulan data melalui pengukuran
yang dapat dilakukan pada tingkat proses, output, dan input.
3. Mengukur
kinerja
sekarang
(current
performance) pada
tingkat proses
output, dan/atau outcome untuk ditetapkan sebagai baseline kinerja
( performance baseline ) pada awal proyek Six Sigma.
2.5.2.1
Kapabilitas Proses (Cp)
Kapabilitas proses
Cp
didefinisikan
dengan sebagai
rasio
lebar
spesifikasi terhadap sebaran proses, kemampuan proses membandingkan
output
in-control
process
dengan
batas
spesifikasi menggunakan
capability indeks. Nilainya dihitung berdasarkan formula :
Cp =
SpecificationWidth
Pr ocessWidth
Cp =
USL - LSL
6s
Dimana,
s
=
S( Xi - X )2
n
-
1
Nunung,  Bambang (2009:45)
  
20
Dimana :
s
=
Nilai dari standard deviasi
n = Jumlah sampel
Xi = Total dari nilai data ukur
X = Nilai rata – rata dari data ukur
Jika menggunakan Xbar-R Control Chart dengan subgrup n, maka
standar deviasi  dapat dihitung dengan persamaan :
s
R
D2
Montgomery (2006: 229)
Dimana :
=
nilai range dari nilai terbesar – nilai terkecil
D2 = nilai konstan yang tergantung dari jumlah subgrup n, nilai
didapatkan dari tabel.
USL
(Upper
Spesification
Limit)
merupakan batas atas dari sebuah
standard
dan
LSL
(Lower
Spesification
Limit) yang
merupakan
batas
bawah dari standard yang ditetapkan
CTQ (Critical To
Quality) yang
ingin dikendalikan. Sedangkan
nilai s merupakan
nilai standard deviasi
dari CTQ yang ingin dikendalikan. Persyaratan asumsi dari penggunaan
formula  ini  adalah  bahwa  distribusi  dari  proses  harus  berdistribusi
normal dan
nilai rata-rata proses (X-bar) harus tepat sama dengan nilai
target
(T), yang berarti nilai X-bar
dari proses harus tepat berada di
tengah dari interval nilai USL dan LSL.
  
21
LSL
USL
Process Width
Specification
Gambar 2.2 Lebar sebaran proses dan lebar spesifikasi
Sumber : Statistical Process control, Quality Technology Division
Jika
persyaratan
asumsi ini
dapat
dipenuhi,
maka
kita
boleh
menggunakan Tabel dibawah ini sebagai nilai referensi untuk
menentukan kapabilitas proses yang sedang dikendalikan itu
Tabel 2.2  Hubungan antara Cp dan kapabilitas proses
Cp
Kapabilitas Process
0.33
1.0 Sigma
0.50
1.5 Sigma
0.67
2.0 Sigma
0.83
2.5 Sigma
1.00
3.0 Sigma
1.17
3.5 Sigma
1.33
4.0 Sigma
1.50
4.5 Sigma
1.67
5.0 Sigma
1.83
5.5 Sigma
2.00
6.0 Sigma
Sumber : Six Sigma For Quality And Productivity Promotion.
  
22
Ketika  sebaran  melebar  (banyak  variasi),  maka  nilai  Cp  kecil,  hal
tersebut mengindikasikan kemampuan proses rendah. Ketika sebaran
proses
menyempit
(sedikit
variasi)
makanilai
Cp tinggi,
hal
ini
mengindikasikan kamampuan proses lebih bagus.
2.5.2.2   Indek Kapabilitas Proses (Cpk)
Indek kapabilitas
proses
(Cpk) merupakan indek yang
menunjukkan
kemampuan
suatu
proses
(dalam jangka
pendek)
yang
memenuhi spesifikasi limit dimana
dalam perhitungannya
memperhatikan sebaran data dan centering proses.
Cpk dapat dihitung dengan rumus :
Cpk = Cp – ( 1- k )
Dimana
k
=
t
arg et(T ) - Mean( X )
1
(USL - LSL)
2
Rumus lain yang bisa digunakan adalah sebagai berikut :
Cpk
atau
=
USL
-
Mean
(
X
)
3
s
Nunung et al. (2009:46)
Cpk
Mean
(
X
)
-
LSL
3
s
  
23
Ketika proses sempurna pada target, maka k=0 dan Cpk=Cp. Cpk akan
memuaskan apabila pergeseran data proses tidak jauh dari target (nilai k
kecil) dan sebaran proses sekecil mungkin (variasi proses terlalu kecil).
Proses
dianggap
capable
jika
seluruh
data
pengukuran ada
di
dalam area batas spesifikasi (specification limits). Jika spesifikasi hanya
mempunyai satu batas yaitu batas atas saja (upper) atau batas bawah saja
(lower) dan ketika target tidak ditentukan, maka Cp tidak bisa digunakan
dan hanya menggunakan Cpk.
Penghitungan  Cpk  sering 
menggunakan  Capability
Process 
Upper
(CPU) atau Capability Process Lower (CPL). CPU adalah toleransi atas
dibagi
dengan
actual
sebaran
proses
atas.
CPL
didefinisikan sebagai
toleransi bawah sebaran dibagi dengan aktual sebaran proses bawah dan
Cpk didefinisikan nilai minimum dari CPU atau CPL.
2.5.2.3  Tingkat Kapabilitas Sigma (Sigma Level)
• 
Unit (U)
Merupakan jumlah produk yang diperiksa dalam inspeksi.
• 
Opportunities (OP)
Merupakan karakteristik yang diperiksa atau diukur. Karakteristik
yang diperiksa atau diukur tersebut adalah karakteristik yang kritis
bagi kualitas.
  
24
• 
Defect (D)
Jumlah kecacatan yang terjadi dalam produksi.
• 
Defect per Unit (DPU)
DPU =
D
U
• 
Total Opportunities (TOP)
TOP = U x OP
• 
Defect Per Opportunities (DPO)
DPO =
D
TOP
• 
Defect Per Million Opportunities (DPMO)
DPMO = DPO x 1000000
Tunggal (2011: 133).
• 
Tingkat Kapabilitas Sigma
Konversikan nilai DPMO dengan menggunalan tabel konversi Six
Sigma untuk mengetahui proses berada pada tingkat sigma berapa.
2.5.3 Analysis
Tahap
Analysis
merupakan
tahapan
untuk
mencari
faktok
factor
dominan,
mengidentifikasi
sumber
masalah.  
Adapun
tools –
tools
yang
biasa digunakan ada sebagai berikut :
  
25
1.   Brainstorming
Yaitu dengan mengumpulkan berbagai macam informasi, ide –
ide dari
semua
team
project
dengan
cara
langsung
disampaikan
dalam
forum
yang sedang berjalan.
2.   Diagram Pareto
Diagram pareto
yang
dimaksud
untuk
menemukan atau
mengetahui problem
penyebab
utama
yang
merupakan
kunci
dalam
penyelesaian masalah dan perbandingan terhadap keseluruhannya.
Pada dasarnya diagram pareto dapat digunakan sebagai alat interprestasi
untuk:
1.   Menunjukkan persoalan pertama
2.
Menyatakan
perbandingan masing
masing
persoalan
terhadap
keseluruhan.
3.   menunjukkan tingkat perbaikan setelah bisa membandingkan kondisi
sebelum dan sesudah perbaikan.
4. 
Memfokuskan perhatian
pada
point
kritis
tertentu
dan
pentingnya
melalui
pembuatan ranking
terhadap
masalah
atau
penyeb
dari
masalah itu dalam bentuk yang signifikan.
Diagram
pareto
adalah
diagram
batang
yang
disusun
secara
menurun
atau
dari
besar
ke
kecil.
Biasa
digunakan untuk
melihat
atau
mendefinisikan masalah, tipe cacat, atau penyebab yang paling dominan
  
26
sehingga kita dapat memprioritaskan penyelesaian masalah.
Langkah-langkah 
yang 
harus  diperhatikan 
untuk  pembuatan
diagram pareto adalah :
1.   Stratifikasi problem dan nyatakan dengan angka yang jelas
2.   Tentukan jangka waktu pengumpulan data yang akan dibahas untuk
memudahkan melihat perbandingan sebelum dan sesudah perbaikan.
3. Atur 
masing 
masing 
penyebab 
berdasarkan 
stratifikasi,
buatberurutan sesuai dengan
besarnya
nilai
dan
gambarkan
dalam
grafik
kolom.
Penyebab yang
memiliki
nilai
terbesar
diletakkan
disebelah kiri.
4.   gambarkan 
grafik 
garis 
yang 
menunjukkan 
jumlah 
presentase
dengan total 100% pada bagian
grafik kolom, dimulai dengan nilai
yang terbesar dan dibagian bawah masing – masing kolom dituliskan
nama atau keterangan kolom tersebut.
5.   Pada  bagian  atas  atau  samping  berikan  keterangan  atau 
nama
diagram dan jumlah unit seluruhnya.
3.   Fault Tree Analysis (Diagram Pohon)
Diagram
pohon
adalah
suatu
metode
untuk
menemukan akar
penyebab
masalah.
Logic
tree atau
fault
tree
analysis
(
FTA
)
adalah
suatu grafik atau diagram analisa teknik. FTA akan menganalisa semua
penyebab
terjadinya
masalah  dan  juga  menganalisa
potensi  masalah
  
27
yang
mungkin
terjadi. Setiap
daftar
penyebab masalah
akan dianalisa
berulang sampai ditemukan akar penyebab masalah. Langkah analisa ini
dilakukan dengan metode “5 Why “.
Gambar 2.3 Flow fault tree analysis
Langkah
pertama
dalam
pembuatan FTA
adalah
penentuan
masalah
yang
akan
dianalisa.
Diturunkan
menjadi
penyebab
masalah
dari
penyebab
yang
paling
umum
sampai
penyebab
masalah
sampai
tidak ditemukan penyebab masalah lain.
  
28
2.5.4 Improve
Dalam
tahap
improve
yaitu
dengan
cara
melakukan perbaikan
perbaikan dari
hasil
analisa
tersebut. Untuk
memilih
tools
improve
yang
sesuai pada masalah yang ada didapatkan dari tools dasar yang meliputi :
1. Optimalisasi aliran proses
2. Brainstorming, benchmarking
3. Simulasi
4. Standarisasi proses
2.5.5 Control
Aktivitas utama
dalam
tahap
Control
adalah
menjaga
dan
mempertahankan kondisi
dari
hasil
ide-ide
perbaikan
maintain
the
ideas.
Control
merupakan tahap
operasional terakhir
dalam
proyek
peningkatan
kualitas
Six
Sigma.
Pada
tahap
ini
hasil-hasil
peningkatan kualitas
didokumentasi
dan
distandarisasikan hasil
perbaikan,
serta
dilakukan
pengendalian, dimana pengendalian proses dengan menggunakan Statistical
Process Control (SPC). Tools SPC yang dipakai untuk pengontrolan proses
yang   sering   dipakai   adalah   bagan   kendali   (Control  Chart).   Bagan
pengendali merupakan grafik garis dengan mencantumkan batas maksimum
yang
merupakan
batas
daerah
pengendalian. Bagan
ini
menunjukan
perubahan   data   dari   waktu   ke   waktu   tetapi   menunjukan   penyebab
  
29
penyimpangan,  meskipun  adanya  penyimpangan  itu  akan  terlihat  pada
bagan pengendalian tersebut.
Control chart tersusun dari :
UCL (upper control limit) : batas kontrol atas.
LCL (lower control limit) : batas kontrol bawah.
CL (center Line) : nilai rata-rata dari data.
Range antara UCL dan LCL dari CL sejauh 3 sigma.
• Jika data terletak antara UCL dan LCL menunjukan proses terkontrol.
• Jika data terletak diluar range UCL dan LCL menunjukan data tidak
terkontrol
2.5.5.1  Jenis Control Chart
Control chart sendiri
terbagi
menjadi
beberapa
kalsifikasi,
yaitu
data
secara
variable
dan
data
atribut.
Di
dalam
pembuatan skripsi
ini
penulis akan
menggunakan control chart data
variable dan
jenis control
chart yang akan digunakan adalah X-R control chart.
  
30
Gambar : 2. 4 Jenis – jenis control chart
Sumber : Statistical Process control, Quality Technology Division
Adapun langkah – langkah
untuk membuat X
R
control chart adalah sebagai
berikut :
1.   Pengumpulan data
Pengumpulan  data  biasanya  dilakukan  dengan  melakukan  sampling  per
perode.  Data  yang  dikumpulkan  kurang  lebih  100  data,  kemudian  bagi
  
31
menjadi 20 sampai 25 sub group dan masing - masing sub group terdiri dari 4
atau 5 data.
2.   Menghitung rata – rata
Hitung rata – rata dari setiap sub group tersebut.
             
Nunung et al. (2009 : 28)
Dimana : n merupakan jumlah data dari setiap sub group
3.   Menghitung rata – rata total
Hitung rata – rata total dengan cara
membagi jumlah total
rata –
rata sub
group tersebut dengan jumlah dari sub group.
    
Nunung et al. (2009 : 28)
Dimana : k  merupakan jumlah data yang digunakan dalam sub group
4.   Menghitung range (R)
Nilai  range dihitung  dengan  cara  mengurangkan  antara  nilai  maksimal
dengan nilai minimal pada data sub groub tersebut.
R
=
( Max – Min )
5.   Menghitung rata – rata range
Menghitung
nilai
rata –
rata
range dengan
membagi
total
dari
R
dengan
membagi jumlah sub group k.
  
32
Nunung et al. (2009 : 29)
6.   Menghitung control line
¾ 
X Chart
a.
Central Line
Central line merupakan nilai rata rata total
b. Upper Control Limit (UCL)
Upper 
control 
limit 
dapat  dihitung  dengan  menggunakan  rumus
sebagai berikut :
UCL =
X + A2
.
R
Nunung et al. (2009 : 29)
Dimana : nilai A2 didapatkan dari tabel nilai factor untuk batas kendali
(3 sigma).
c.
Lower Control Limit (LCL)
Lower 
control 
limit 
dapat  dihitung  dengan  menggunakan  rumus
sebagai berikut :
UCL =
X - A2
.
R
Nunung et al. (2009 : 29)
¾ 
R Chart
a.
Central Line
Central line merupakan nilai rata rata range total
  
33
b. Upper Control Limit (UCL)
Upper 
control 
limit 
dapat  dihitung  dengan  menggunakan  rumus
sebagai berikut :
UCL =
D
4
x R
Nunung et al. (2009 : 29)
Dimana : nilai D
4
didapatkan dari tabel nilai factor untuk batas kendali
(3 sigma).
c.
Lower Control Limit (LCL)
Lower 
control 
limit 
dapat  dihitung  dengan  menggunakan  rumus
sebagai berikut :
UCL =
D3 x R
Nunung et al. (2009 : 29)
Dimana : nilai D3 didapatkan dari tabel nilai factor untuk batas kendali
(3 sigma).
Tabel 2. 3 Daftar nilai factor untuk batas peta kendali (3 sigma)
Sumber : Dasar – dasar manajemen mutu
  
34
7.   Menggambar control line
Dalam menggambar control line baik pada X chart maupun R - chart nilai
nilai
yang
sudah
dihitung
dengan
menggunakan
rumus
diatas
sebagai
pembatas atas dan bawah. Masukkann nilai masing rata – rata dari sub groub
data tersebut sehingga membentuk suatu grafik.
Berikut contoh pembuatan control chart X chart dan R chart.
a.   X chart
Jumlah data dalam sub group ditentukan sebanyak 25.
Gambar : 2. 5  X -  chart
Sumber : Statistical Process control, Quality Technology Division
Dari data yang sudah digambarkan dalam bentuk X chart sebanyak 25
ini dapat
disimpulkan
masih
dalam batas control karena
tidak ada data
yang keluar dari
upper
control limit
dan
lower control
limit,
sehingga
  
35
proses  bisa
dikatakan
dalam
kondisi
stabil
dalam
batas
pengendalian
yang sudah ditentukan dan tidak perlu dilakukan koreksi.
b. 
R chart
Jumlah data dalam sub group ditentukan sebanyak 25.
Gambar : 2. 5  X -  chart
Sumber : Statistical Process control, Quality Technology Division
Dari data yang sudah digambarkan dalam bentuk R chart sebanyak 25
ini dapat
disimpulkan
masih
dalam batas control karena
tidak ada data
yang
keluar dari
upper control
limit dan lower
control
limit, sehingga
proses  bisa
dikatakan
dalam
kondisi
stabil
dalam
batas
pengendalian
yang sudah ditentukan.