9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Pendekatan Basisdata
2.1.1 Pengertian data
Definisi data menurut (Jeffrey, 2005, p5) adalah penyimpanan
representasi objek dan kejadian yang mempunyai arti dan penting di
lingkungan pengguna. Definisi ini termasuk kedalam tipe data yang
terstruktur maupun tidak terstruktur. Tipe data struktur dan yang tidak
terstruktur sering dikombinasikan bersama didalam database
yang sama
untuk menciptakan lingkungan multimedia yang baik.
Data adalah fakta atau observasi tentang transaksi suatu bisnis. Selain itu,
data juga merupakan pengukuran objektif terhadap atribut pada suatu entitas
seperti orang, tempat, benda, dan kejadian (OBrien,2003, p4).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data adalah penyimpanan
representasi objek serta fakta atau observasi tentang transaksi suatu bisnis
selain itu data juga dapat disimpulkan bahwa data adalah adalah fakta
mengenai transaksi bisnis yang dapat disimpan dan digunakan kapan saja
untuk berbagai kepentingan yang akan datang.
|
10
2.1.2 Pengertian Basis Data
Sistem basis data juga dapat kita simpulkan sebagai serangkaian program
komputer yang mengendalikan pembuatan, pemeliharaan, dan pemanfaatan
basis data sebagai sebuah organisasi (OBrien, 2003, p5).
Basis data adalah kumpulan data yang terhubung secara logikal dan juga
deskripsi tentang data ini yang dirancang untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan suatu organisasi(Connoly, 2005, p15).
Basis data adalah bahasa dan alat-alat grafis untuk mendefinisikan entity-
entity, hubungannya, integrity constraints dan hak otorisasi (Mannino, 2004,
p7).
Basis data adalah kumpulan data yang digunakan oleh sistem aplikasi
tertentu. Sedangkan sistem basis data adalah sistem penyimpanan data yang
terkomputerisasi yang bertujuan untuk menyimpan informasi dan
mengijinkan pengguna untuk mengambil dan mengubah informasi tersebut
sesuai kebutuhan (Date, 2004, p11).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa basis data adalah
sekumpulan data teratur yang saling terhubung secara logis, disimpan dalam
bentuk yang terstandarisasi, dan dirancang untuk dapat digunakan oleh
banyak pengguna untuk memenuhi kebutuhan informasi.
2.1.3 Database Management System(DBMS)
Database Management System (DBMS) adalah sebuah sistem perangkat
lunak yang memungkinkan pengguna untuk mendefinisikan, membuat,
|
11
memelihara, dan juga kontrol akses ke dalam database
(Connoly, 2005,
p16).
DBMS menyediakan fasilitas sebagai berikut:
a.
Data Definition Language
(DDL), memungkinkan pengguna untuk
mendefinisikan basis data, tipe dan strukturnya serta memberikan
batasan pada data untuk disimpan dalam basis data.
b.
Data Manipulation Language (DML), memungkinkan pengguna untuk
menyisipkan data, meng-update data, menghapus data dan menerima
data dari basis data dengan menciptakan fasilitas permintaan data umum
yang disebut query language.
c.
DBMS juga menyediakan kontrol akses ke basis data sebagai berikut:
1.
Security system, dimana mencegah user yang tidak mempunyai hak akses
untuk mengakses basis data.
2.
Integrity system, dimana memelihara konsistensi dari data yang disimpan.
3.
Concurrency control system, dimana memungkinkan untuk berbagi akses
ke basis data.
4.
Recovery control system, dimana dapat mengembalikan database
ke
kondisi semula ketika terjadi kegagalan pada perangkat lunak maupun
perangkat keras.
5.
User-Accessible catalog, dimana mengandung deskripsi data pada basis
data.
2.1.4 Keuntungan DBMS
|
12
Menurut Connoly dan Begg (2005, p26) Ada beberapa keuntungan dalam
menggunakan DBMS diantara lain:
1.
Mengontrol Duplikasi Data
DBMS dapat mengurangi duplikasi basis data yang terjadi tetapi tidak
semua duplikasi data dapat dihilangkan, melainkan hanya dapat
dikontrol.
2.
Konsistensi Data
DBMS
menjaga agar data didalamnya tetap konsisten dengan cara
menghilangkan atau mengontrol duplikasi data.
3.
Pengunaan data secara bersama
DBMS
memungkinkan basis data yang dimiliki oleh organisasi bisa
digunakan secara bersama oleh user yang memiliki hak akses.
4.
Meningkatkan integritas data
Integritas basis data mengacu kepada validitas dan konsistensi dari data
yang disimpan. Integritas sendiri biasanya memperdalam arti kata
constraint yang berarti basis data tidak diperbolehkan untuk dilanggar
oleh pemakai basis data itu sendiri.
5.
Meningkatkan keamanan
Keamanan basis data adalah perlindungan basis data dari pengguna yang
tidak memiliki akses.
2.1.5 Kerugian DBMS
|
13
Menurut Connoly dan Begg
(2005, p29) Kerugian dalam menggunakan
DBMS diantara lain:
1.
Kompleksitas
Penyediaan fungsi yang kita harapkan dari DBMS
membuat DBMS
menjadi sebuah perangkat lunak yang sangat kompleks. Desainer basis
data, pengembang, admin data dan basis data serta pengguna harus bisa
memahami penuh fungsionalitas DBMS
untuk bisa mendapatkan
keuntungan dari DBMS
ini jika tidak dipahami dengan baik maka
kompleksitas DBMS bisa menjadi kesulitan tersendiri.
2.
Ukuran
Kompleksitas dan juga fungsionalitas membuat DBMS menjadi sebuah
perangkat lunak yang sangat besar ukurannya, sehingga kita harus
memperhitungkan jumlah disk space yang besar serta jumlah memory
yang besar pula agar DBMS ini bisa berjalan dengan efisien.
3.
Harga
Harga DBMS
sendiri tidaklah murah tergantung dari lingkungan dan
juga fungsionalitas yang disediakan oleh DBMS tersebut.
4.
Biaya tambahan perangkat keras
Disk storage yang diperlukan untuk DBMS
dan juga basis data
memungkinkan untuk membeli
storage
tambahan sehingga perlu
disediakan perangkat keras tambahan .
5.
Biaya konversi
|
14
Di beberapa keadaan, biaya DBMS serta perangkat keras tambahan tidak
dapat dibandingkan dengan biaya mengkonversi aplikasi agar dapat
berjalan di DBMS baru dan perangkat keras. Biaya ini juga termasuk
biaya untuk melatih pengawai agar dapat mengkonversi dan
menggunakan sistem baru ini.
2.1.6 Database Lifecycle
|
![]() 15
Menurut Connoly dan Begg (2005, p284), siklus hidup aplikasi basis data
adalah seperti yang ada pada gambar 2.1 di bawah ini:
Gambar 2.1. Database Lifecycle (Connolly dan Begg 2005, p284)
2.1.6.1 Database Planning
|
16
Menurut Connolly dan Begg (2005, p285), database
planning
adalah merupakan aktifitas manajemen yang memungkinkan tahapan-
tahapan
dari database
system
development lifecycle direalisasikan
seefisien dan seefektif mungkin.
Database
planning
harus berintegrasi
dengan strategi sistem informasi dalam organisasi. Terdapat tiga hal
pokok yang penting berkaitan dengan strategi sistem informasi, yaitu :
a.
Identifikasi rencana dan sasaran dari enterprise
termasuk mengenai
sistem informasi yang dibutuhkan.
b.
Evaluasi sistem yang ada untuk menetapkan kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki
c.
Penilaian kesempatan IT yang mungkin memberikan keuntungan
kompetitif.
Tahapan utama yang paling penting dalam database planning adalah
menentukan mission statement dan mengidentifikasikan mission
objectives. Mission statement untuk mendefinisikan tujuan utama untuk
database project dari aplikasi basis data. Mission statement membantu
menjelaskan kegunaan dari database project dan menyediakan alur yang
lebih jelas untuk mencapai efektifitas dan efisiensi penciptaan dari suatu
aplikasi
basis data yang diinginkan. Kegiatan selanjutnya adalah
mengidentifikasikan mission objectives. Setiap objectives harus
mengidentifikasikan tugas khusus yang harus didukung oleh basis data.
Mission objectives dapat juga disertai dengan beberapa informasi
tambahan yang menspesifikasikan pekerjaan yang harus diselesaikan,
sumber daya yang digunakan dan biaya untuk membayar kesemuanya itu.
|
17
Database
planning
harus menyertakan pengembangan standar-standar
yang menentukan bagaimana data dikumpulkan, bagaimana
menspesifikasikan bentuk data, dokumentasi penting apakah yang akan
dibutuhkan dan bagaimana desain dan implementasi harus dilakukan.
2.1.6.2 System Definition
Menurut Connoly dan Begg (2005, p286), system definition
adalah penjelasan mengenai batasan batasan dan cakupan dari aplikasi
basis data dan sudut pandang user (user view) yang utama. Maksudnya
sebelum memulai untuk merancang aplikasi basis data, hal yang paling
utama untuk dilakukan adalah mengidentifikasikan batasan sistem yang
akan dibangun dan bagaimana sistem tersebut dapat berinteraksi dengan
yang lain dari sistem informasi sebuah organisasi.
User view
mendefinisikan apa yang dibutuhkan dari suatu basis
data yang perspektif, diantaranya aturan kerja khusus dan area aplikasi
enterprise. Mengidentifikasikan user view
sangat penting karena dapat
membantu memastikan bahwa tidak ada user utama didalam suatu basis
data yang terlupakan ketika pembuatan aplikasi baru yang dibutuhkan.
2.1.6.3 Requirement Collection and Analysis
Menurut Connolly dan Begg (2005, p288), requirement collection and
analysis adalah suatu proses pengumpulan dan analisis
informasi
mengenai bagian organisasi yang didukung oleh sistem
basis data, dan
menggunakan informasi tersebut untuk mengidentifikasi kebutuhan untuk
|
18
sistem yang baru. Informasi dikumpulkan untuk setiap user view
utama
yang meliputi deskripsi data yang digunakan atau
dihasilkan, detail
mengenai bagaimana data digunakan atau dihasilkan dan beberapa
kebutuhan tambahan untuk aplikasi basis data yang baru.
Terdapat tiga pendekatan untuk menentukan bagaimana mengatur
aplikasi basis data dengan multiple user view yaitu:
a.
Pendekatan Terpusat
Kebutuhan untuk setiap user view digabungkan menjadi sekumpulan
kebutuhan
b.
Pendekatan Integrasi View
Kebutuhan untuk setiap user view yang digunakan untuk membangun
model data terpisah untuk merepresentasikan user view
tersebut.
Hasil dari
model data tersebut nantinya akan digabungkan dalam
tahapan desain basis data.
c.
Kombinasi dari terpusat dan integrasi view
2.1.6.4 Database Design
Menurut Connolly dan Begg (2005, p291), database
design
merupakan suatu proses pembuatan sebuah desain basis data yang
mendukung
misi perusahaan dan misi objektif untuk kebutuhan sistem
basis data. Terdapat 4 pendekatan dalam desain basis data :
-
Top Down
|
19
Pendekatan ini diawali dengan pembentukan model data yang berisi
beberapa entitas high level
dan relationship. Yang kemudian
menggunakan pendekatan top-down
secara berturut-turut untuk
mengidentifikasikan entitas lower level, relationship
dan atribut
lainnya.
-
Bottom Up
Pendekatan ini dimulai dari atribut dasar (sifat-sifat entitas dan
relationship), dengan analisis dari penggabungan antar atribut, yang
dikelompokan kedalam suatu relasi yang mempresentasikan tipe dari
entitas dan relationship antar entitas.
-
Inside Out
Pendekatan ini berhubungan dengan pendekatan bottom up
tetapi
sedikit berbeda dengan identifikasi awal entitas utama dan kemudian
menyebar ke entitas, relationship, dan atribut terkait lainnya yang
lebih dahulu diidentifikasikan.
-
Mixed Strategy
Pendekatan yang menggunakan pendekatan bottom up dan top down
untuk bagian yang berbeda sebelum pada akhirnya digabungkan.
Tiga fase desain basis data menurut Connolly dan Begg (2005, p293),
tahapan-tahapan dalam desain basis data:
1.
Perancangan Basis data Konseptual (Conceptual Database Design)
|
20
Menurut Connolly dan Begg (2005, p293), perancangan basis data
konseptual merupakan suatu proses pembentukan model dari
informasi yang digunakan dalam perusahaan, independen dari
keseluruhan aspek fisik. Model data dibangun dengan menggunakan
informasi dalam spesifikasi kebutuhan pengguna. Model data
konseptual merupakan sumber informasi untuk fase desain logikal.
2.
Perancangan Basis data Logikal (Logical Database Design)
Menurut Connolly dan Begg (2005, p294), perancangan basis data
logikal merupakan suatu proses pembentukan model dari informasi
yang digunakan dalam perusahaan berdasarkan model data tertentu,
tetapi independen terhadap DBMS tertentu dan aspek fisik lainnya.
Model data konseptual yang telah dibuat sebelumnya, diperbaiki dan
dipetakan kedalam model data logikal.
3.
Perancangan Basis data Fisikal (Physical Database Design)
Menurut Connolly dan Begg (2005, p294), perancangan basis data
fisikal merupakan suatu proses yang menghasilkan deskripsi
implementasi basis data pada penyimpanan sekunder.
Menggambarkan struktur penyimpanan dan metode akses yang
digunakan untuk mencapai akses yang efisien terhadap data.
2.1.6.5 Database Management System Selection
|
21
Menurut Connolly dan Begg (2005, p295), Database
Management
System Selection adalah pemilihan DBMS
yang tepat untuk mendukung
aplikasi basis data. Tahapan-tahapan utama dalam memilih DBMS:
1.
Mendefinisikan terminologi dari studi referensi
2.
Mendaftar 2 atau 3 produk
3.
Evaluasi produk
4.
Rekomendasi pilihan dan juga laporan produk
2.1.6.6 Application Design
Menurut Connolly dan Begg (2005, p299),
Application Design
adalah rancangan dari user interface
dan aplikasi program yang
digunakan dan proses dari sistem basis data.
2.1.6.7 Prototyping (Optional)
Menurut Connolly dan Begg (2005, p304),
Prototyping
dalah
membangun model kerja suatu aplikasi basis data. Tujuan utama dari
pembuatan prototyping adalah :
-
Identifikasi fitur-fitur dari sistem yang berjalan dengan baik atau
tidak.
-
Memberikan perbaikan-perbaikan atau penambahan fitur baru.
-
Klarifikasi kebutuhan user.
-
Evaluasi kemungkinan yang akan terjadi dari desain sistem khusus.
Terdapat dua macam strategi prototyping yang digunakan saat ini yaitu :
|
22
1. Requiment prototyping
Menggunakan prototype
untuk menentukan kebutuhan dari aplikasi
basis data yang diinginkan dan ketika kebutuhan itu terpenuhi
prototype akan dibuang.
2. Evolutionary prototyping
Digunakan untuk tujuan yang sama. Perbedaannya, prototype
tidak
dibuang tetapi dengan pembembangan lanjutan menjadi aplikasi basis
data yang digunakan.
2.1.6.8 Implementation
Menurut Connolly dan Begg (2005, p304), implementation
merupakan realisasi fisik dari basis data dan desain aplikasi.
Implementasi basis data dapat dicapai dengan menggunakan Data
Definition Language
(DDL) untuk membuat skema basis data dan file
basis data kosong, DDL untuk membuat user view yang diinginkan, 3GL
dan 4GL untuk membuat program aplikasi. Termasuk transaksi basis data
disertakan dengan menggunakan DML,
atau ditambahkan pada bahasa
pemrograman.
2.1.6.9 Data Convertion and Loading
Menurut Connolly dan Begg (2005, p305), Data convertion and
loading merupakan pemindahan data yang ada kedalam basis data baru
dan mengkonversikan aplikasi yang ada agar dapat digunakan pada basis
data yang baru. Tahapan ini dibutuhkan ketika sistem basis data baru
|
23
menggantikan sistem yang lama. DBMS biasanya memiliki utilitas yang
memanggil ulang file yang sudah ada kedalam basis data baru, dapat juga
mengkonversi dan menggunakan program aplikasi dari sistem yang lama
untuk digunakan oleh sistem yang baru.
2.1.6.10 Testing
Menurut Connolly dan Begg (2005, p305), testing merupakan suatu
proses eksekusi program aplikasi dengan tujuan untuk menemukan
kesalahan. Dengan menggunakan strategi tes yang direncanakan dan data
yang sesungguhnya. Pengujian hanya akan terlihat jika terjadi kesalahan
software. Mendemonstrasikan basis data
dan program aplikasi terlihat
berjalan seperti yang diharapkan.
2.1.6.11 Operational Maintenance
Menurut Connolly dan Begg(2005, p306), Operational maintenance
merupakan suatu proses pengawasan dan pemeliharaan sistem setelah
instalasi, meliputi:
a.
Pengawasan performa sistem, jika performa menurun maka
menentukan perbaikan atau pengaturan ulang jadwal.
b.
Pemeliharaan aplikasi basis data jika dibutuhkan
c.
Penggabungan kebutuhan baru kedalam aplikasi basis data
2.1.7 Entitiy Relationship Modelling
|
![]() 24
2.1.7.1 Tipe Entitas
Menurut Connolly dan Begg (2005, p343), tipe entitas adalah
kumpulan dari objek-objek dengan sifat atau property yang sama, yang di
identifikasi oleh
enterprise mempunyai eksistensi yang independent.
Keberadaannya dapat berupa fisik maupun abstrak.
Representasi diagram dari tipe entitas:
Gambar 2.2 Representasi diagramatik dari tipe entitas staff dan branch
Entity occurrence adalah pengidentifikasian objek yang unik dari sebuah
tipe entitas. Setiap entitas di identifikasikan dan disertakan property-nya.
2.1.7.2 Relationship Type
Menurut Connolly dan Begg(2005, p346), relationship type adalah
kumpulan keterhubungan yang mempunyai arti antara tipe entitas yang
ada. Relationship occurrence
adalah keterhubungan yang diidentifikasi
secara unik yang meliputi keberadaan tiap tipe entitas yang berpartisipasi.
Entity Name
Staff
Branch
Relationship Name
|
![]() 25
Has
Gambar 2.3 Representasi Relationship Tipe Branch Memiliki Staff
Menurut Connolly dan Begg (2005, p347), derajat relationship
adalah jumlah entitas yang berpartisipasi dalam suatu relationship.
Derajat relationship terdiri dari :
Binary relationship adalah keterhubungan antar dua tipe entitas. Contoh
hubungan binary relationship adalah hubungan has pada gambar dibawah
ini:
Has
Branch Has Staff
Gambar 2.4 Representasi Relationship Tipe Branch Memiliki Staff
-
Ternary relationship adalah keterhubungan antar tiga tipe entitas.
Staff
Branch
Relationship Name
Branch
Staff
|
26
contoh dari ternary relationship adalah register
dengan tiga tipe
entitas.
-
Quarternary relationship adalah keterhubungan antar empat tipe
entitas.
-
Unary relationship adalah keterhubungan antar tipe entitas, dimana
tipe entitas tersebut berpartisipasi lebih dari satu kali dengan peran
yang berbeda. Kadang disebut juga recursive relations.
2.1.7.3 Attribute
Menurut Connolly dan Begg (2005, p350), Attribute adalah sifat-sifat
dari sebuah entity atau type relationship.
Domain Attribute adalah himpunan nilai yang diperbolehkan untuk satu
atau lebih atribut.
Menurut Connolly dan Begg (2005, p351), jenis-jenis atribut antara lain:
1.
Simple Attribute
adalah atribut yang terdiri dari satu komponen
tunggal dengan keberadaan yang independent dan tidak dapat dibagi
menjadi bagian yang lebih kecil lagi. Dikenal juga dengan nama
Atomic Attribute.
2.
Composite Attribute adalah atribut yang terdiri dari berbagai
komponen, dimana masing masing komponen memiliki keberadaan
yang independent. Misalkan atribut Address dapat terdiri dari Street,
City, PostCode.
|
27
3.
Single
valued Attribute
adalah atribut yang mempunyai nilai
tunggal untuk setiap kejadian. Misalkan entitas Branch memiliki satu
nilai untuk atribut branchNo pada setiap kejadian.
4.
Multi-valued Attribute adalah atribut yang mempunyai beberapa
nilai untuk setiap kejadian. Misalkan entitas Branch
memiliki
beberapa nilai untuk atribut telpNo pada setiap kejadian.
5.
Derived Attribute
adalah atribut yang memiliki nilai yang
dihasilkan dari satu atau beberapa atribut lainnya, dan tidak harus
berasal dari satu entitas.
Menurut Connolly dan Begg (2005, p352), macam-macam tipe keys
yaitu:
-
Candidate Key
adalah jumlah minimal atribut-atribut yang dapat
mengidentifikasikan setiap kejadian / record secara unik.
-
Primary Key adalah candidate key
yang dipilih untuk meng-
identifikasikan setiap kejadian / record dari suatu entitas secara unik.
-
Composite Key adalah candidate key yang terdiri dari dua atau lebih
atribut.
-
Foreign Key adalah atribut sebuah tabel yang menggabungkan diri ke
tabel lain.
2.1.7.4 Strong and Weak Entity Type
Menurut Connolly dan Begg (2005, p354), entitas Strong dan Weak
Type adalah entitas yang keberadaannya tidak bergantung pada entitas
|
![]() 28
lain, sedangkan Weak Type Entitas adalah entitas yang keberadaannya
bergantung pada entitas lain. Strong Type Entitas terkadang disebut
dengan parent, owner dominant
dan Weak Type
Entitas disebut child,
dependent, subordinate.
2.1.7.5 Structural Constraint
Menurut Connolly (2005, p356), batasan utama pada
relationship
disebut multiplicity.
Multiplicity adalah jumlah kemungkinan dari
kejadian yang mungkin terjadi pada suatu entitas yang terhubung ke satu
kejadian dari entitas lain yang berhubungan melalui suatu relationship.
Hubungan binary secara umum dibedakan menjadi:
a.
One-to-one (1:1) Relationships
Pada gambar dapat dilihat bahwa A hanya terhubung one-to-one (1 : 1)
dengan C, dan B hanya terhubung one-to-one (1 : 1) dengan D. Jadi dari
gambar tersebut dapat dituliskan notasi multiplicity-nya dengan gambar di
bawah ini.
|
![]() 29
b.
One-to-many (1:*) Relationships
Pada gambar dapat dilihat bahwa B terhubung one-to-many (1 : *) dengan
D dan E. Jadi dari gambar tersebut dapat dituliskan notasi multiplicity-nya
dengan gambar di bawah ini.
|
![]() 30
c.
many-to-many (*:*) Relationships
Pada gambar, dapat dilihat bahwa A terhubung one-to-many (1 : *)
dengan A dan B. Jadi dari entitas Group 1 (value-nya A dari gambar di atas)
dan Group 2 (value-nya E dari gambar di atas) terhubung many-to-many (* :
*). Dari gambar tersebut dapat dituliskan notasi multiplicity-nya dengan
gambar di bawah ini.
2.1.8 Normalisasi
2.1.8.1 Pengertian Normalisasi
Menurut Connolly dan Begg (2005, p388), Normalization is a
technique for producing a set of relations with desirable properties, given
the data requirements of an enterprise , dapat diartikan sebagai
|
31
normalisasi adalah sebuah teknik untuk menghasilkan sekumpulan relasi
dengan sifat
sifat yang diinginkan, untuk memenuhi kebutuhan data
pada perusahaan.
2.1.8.2 Tahap tahap Normalisasi
Tahap tahap Normalisasi yang biasa digunakan terdiri dari:
-
Unnormalized Form (UNF)
Menurut Connolly dan Begg (2005, hal 402), suatu tabel yang
berisikan satu atau lebih grup/data yang berulang.
-
First Normal Form (1NF)
Menurut Connolly dan Begg (2005, p403), sebuah relasi dimana
setiap irisan antara baris dan kolom berisikan satu dan hanya satu
nilai.
-
Second Normal Form (2NF)
Menurut Connolly dan Begg (2005, p407), suatu relasi yang ada
dalam 1NF dan setiap atribut bukan primary key bergantung penuh
secara fungsional pada primary key.
-
Third Normal Form(3NF)
Menurut Connolly dan Begg
(2005, p409), suatu relasi yang ada
dalam 1NF dan 2NF dan atribut bukan non-primary key bergantung
secara transitif pada primary key.
|
32
2.1.9 Metodologi Perancangan Sistem Basis Data
2.1.9.1 Perancangan Sistem Basis Data Konseptual
Menurut Connolly dan Begg (2005, p439), perancangan sistem basis
data konseptual adalah suatu proses pembentukan model dari informasi
yang digunakan dalam perusahaan, independent dari semua aspek fisik.
Menurut Connolly dan Begg (2005, p442), langkah
langkah yang
digunakan antara lain:
Langkah 1 : Membangun model data konseptual lokal untuk masing-
masing view
Tahap 1.1 Mengidentifikasi tipe tipe entitas
Tujuan : untuk mengidentifikasikan tipe entitas utama yang akan
dibangun.
Langkah pertama dalam membangun model data konseptual lokal
mengidentifikasi objek pertama user. Objek ini adalah tipe entitas untuk
model tersebut. Salah satu metode untuk mengidentifikasikan entitas
adalah dengan memeriksa spesifikasi kebutuhan user. Dari spesifikasi ini,
kita mengidentifikasi kata benda. Contoh tipe entitas: StaffNumber,
StaffName, PropertyNumber, PropertyAddress, Rent, NumberOfRoom.
Sesudah tipe
tipe entitas diidentifikasi, pemberian nama untuk tiap
entitas harus jelas. Nama dan deskripsi entitas sebaiknya disimpan dalam
kamus data. Jika sebuah entitas dikenal dengan nama lain yang disebut
sinonim atau alias maka disimpan pada kamus data.
|
33
Tahap 1.2 Identifikasi tipe relationship(relasi)
Tujuan: untuk mengidentifikasi
relationship
yang penting terdapat
diantara tipe entitas yang telah diidentifikasi.
Salah satu metode yang digunakan untuk mengidentifikasi tipe relasi,
yaitu dengan cara mencari kata benda didalam spesifikasi kebutuhan user.
Contoh : Staff Manage PropertyForRent, PrivateOwner, PrivateOwner
Owns PropertyForRent AssociatedWith Lease.
Tahap 1.3 Identifikasi tipe dan menggabungkan attribute dengan
entitas atau tipe relasi
Tujuan : untuk mengasosiasikan atribut yang sesuai dengan entitas atau
tipe relasi.
Metode yang digunakan mirip dengan identifikasi tipe entitas yaitu
dengan dengan mencari kata benda dalam spesifikasi kebutuhan user.
Menurut Connoly dan Begg (2005, p339), terdapat 3 jenis atribut:
-
Simple Attribute
Simple Attribute adalah atribut yang terdiri dari satu komponen tunggal
dengan keberadaan yang independent
dan tidak dapat dibagi menjadi
bagian yang lebih kecil lagi. Dikenal juga dengan nama Atomic Attribute
Composite Attribute adalah yang terdiri dari beberapa komponen, dimana
masing
masing komponen memiliki keberadaan yang independen.
Misalkan atribut Address dapat terdiri dari Street, City, PostCode.
-
Single atau multivalue attributes
|
34
Single-valued Attribute adalah atribut yang mempunyai nilai tunggal
untuk setiap kejadian. Misalkan entitas Branch memiliki satu nilai untuk
atribut branchNo pada setiap kejadian.
Multi-valued Attribute adalah atribut yang mempunyai beberapa nilai
untuk setiap kejadian. Misalkan entitas Branch memiliki beberapa nilai
untuk atribut telpNo pada setiap kejadian.
-
Derived attribute
Derived Attribute adalah atribut yang memiliki nilai yang dihasilkan dari
satu atau beberapa atribut lainnya, dan tidak harus berasal
dari satu
entitas.
Tahap 1.4 Menentukan domain attribute
Tujuan : untuk menentukan domain atribut pada model data konseptual.
Domain Attribute adalah himpunan nilai yang diperbolehkan untuk satu
atau lebih atribut. Contoh: domain atribut dari nomor staff (staffNo)
memiliki panjang karakter 5, dengan 2 karakter pertama berupa huruf dan
3 karakter selanjutnya berupa angka antara
1 -999 . Model data yang baik menspesifikasikan domain untuk setiap
atribut meliputi kumpulan nilai untuk setiap atribut dan ukuran beserta
format atribut.
|
35
Tahap 1.5 Menentukan atribut candidate dan primary key
Tujuan : untuk mengidentifikasi candidate key pada masing masing tipe
entitas dan, jika terdapat lebiih dari satu candidate key, pilih salah satu
untuk dijadikan primary key.
Candidate Key adalah jumlah minimal atribut-atribut yang dapat
mengidentifikasikan setiap kejadian atau record secara unik.
Primary Key adalah candidate key
yang dipilih untuk meng-
identifikasikan setiap kejadian atau record dari suatu entitas secara unik.
Composite Key adalah candidate key yang terdiri dari dua atau lebih
atribut.Foreign key adalah atribut sebuah tabel yang menggabungkan diri
ke tabel lain.
Tahap 1.6 Mempertimbangkan konsep pemodelan echanced (optional
step)
Tujuan : untuk mempertimbangkan penggunaan konsep pemodelan
enhanced , seperti/generalisasi, agregasi dan komposisi.
Pada pendekatan spesialisasi, harus memperhatikan perbedaan antara
entitas dengan mendefinisikan satu atau lebih subclass dari sebuah entitas
superclass. Jika memilih pendekatan generalisasi, diusahakan untuk
mengidentifikasi fitur-fitur umum antar entitas untuk mendefinisikan
sebuah entitas superclass generalisasi. Pendekatan agregasi digunakan
untuk menghadirkan hubungan mempunyai - sesuatu atau bagian dari
relasi antara tipe entitas, dimana yang satu menghadirkan keseluruhan
dan yang lainnya sebagai bagian nya. Komposisi menghadirkan
|
36
hubungan diantara tipe entitas dimana terdapat kepemilikan yang kuat
keterhubungan antara keseluruhan dan bagiannya.
Tahap 1.7 Cek model dari redundancy
Tujuan : untuk memeriksa adanya redudansi pada model.
Terdapat dua aktifitas dalam tahapan ini :
-
Memeriksa kembali relasi one-to-one (1 : 1)
Pada saat mengidentifikasi entitas, mungkin akan teridentifikasi 2 entitas
yang mempresentasikan objek yang sama pada perusahaan. Untuk
kejadian ini, kedua entitas harus digabung jika primary key berbeda, pilih
salah satu primary key tersebut dan biarkan yang ain sebagai alternate
key.
-
Menghilangkan relasi yang redudansi
Suatu relasi dikatakan redudansi jika informasi yang sama dapat
diperbolehkan melalui relasi yang lain.
Tahap 1.8 Validasi model konseptual lokal terhadap transaksi user
Tujuan : untuk memastikan bahwa model konseptual lokal mendukung
kebutuhan transaksi yang dibutuhkan oleh view :
Dua pendekatan yang mungkin dilakukan untuk memastikan bahwa
model data konseptual mendukung transaksi yang dibutuhkan :
|
37
-
Mendeskripsikan transaksi
Memeriksa apakah semua informasi (entitas, relasi dan atributnya) yang
dibutuhkan oleh
setiap transaksi telah disediakan oleh model, dengan
mendokumentasikan sebuah deskripsi dari kebutuhan transaksi.
-
Memakai jalur transaksi
Memvalidasi model data terhadap transaksi yang dibutuhkan yang
melibatkan diagram yang menghadirkan jalur setiap transaksi dalam
ERD.
Tahap 1.9 Review model konseptual data lokal terhadap need user
Tujuan : untuk meninjau kembali model data konseptual lokal dengan
user untuk memastikan model yang dihadirkan sesuai.
Pada tahap ini, data konseptual lokal akan ditinjau ulang oleh user. Model
data konseptual meliputi ERD
dan dokumentasi pendukung yang
menggambarkan model data tersebut. Jika terjadi anomali pada model
data, maka harus dilakukan perubahan yang mungkin memerlukan
pengulangan tahapan-tahapan sebelumnya. Proses ini terus berulang
sampai model data benar-benar menjadi representasi aktual dari
perusahaan.
2.1.9.2 Perancangan Sistem Basis Data Logikal
Menurut Connolly dan Begg (2005, p439), perancangan sistem basis
data logikal adalah proses pembangunan model informasi yang digunakan
pada sebuah perusahaan berdasarkan model data spesifik, tetapi tidak
|
38
tergantung pada database management system dan pertimbangan fisikal
lainnya.
Menurut Connolly dan Begg (2005, p462), langkah-langkah yang
digunakan antara lain :
Langkah 2 Membangun dan memvalidasi model data logikal lokal
untuk masing-masing view
Tujuan : untuk membangun model data logikal lokal dari model data
konseptual lokal yang menghadirkan view
tertentu dari perusahaan dan
memvalidasikan model ini untuk menjamin agar strukturnya benar
(menggunakan teknik normalisasi)
dan menjamin dalam mendukung
transaksi yang dibutuhkan.
Tahap 2.1 Menentukan relasi untuk model data logikal
Tujuan : membuat relasi untuk data logikal yang dapat menghadirkan
entitas, relasi, dan hubungan yang telah teridentifikasi.
Pembagian relasi dari sebuah model data diantaranya :
1.
Tipe entitas kuat (Strong Entity)
Pada setiap entitas kuat pada model data, buat sebuah relasi yang
memasukkan semua simple atribute dari entitas tersebut. Untuk
composite attribute, seperti name, dimasukkan hanya bagian penting
dari simple attribute, dinamakan fName dan lName dalam relasi.
Contoh : Staff(StaffNo, fName, lName, Posisition, Sex, DOB)
Primary Key (StaffNo).
|
39
2.
Tipe entitas lemah (Weak Entity)
Pada setiap entitas lemah pada model data, buat sebuah relasi yang
memasukkan semua simple attribute dari entitas. Primary key
dari
entitas lemah partially
atau sepenuhnya diturunkan dari setiap
pemilik entitas dan identifikasi dari primary key pada entitas lemah
tidak dapat dibuat sampai seluruh relasi dengan pemilik entitas telah
ditetapkan.
Contoh : Preference(PrefType, MaxRent) Primary key
None (at
present).
Pada situasi ini,
primary key
untuk relasi preference
tidak dapat
diidentifikasi sampai hubungan states telah dipetakan.
3.
Tipe relasi binary one-to-many (1 : *)
Pada setiap hubungan binary 1 : *, entitas pada one side dari
hubungan relasi dirancang sebagai parent entity
dan entitas pada
many side dirancang sebagai child entity.
4.
Tipe relasi one-to-one (1 : 1)
Membuat hubungan untuk merepesentasikan relasi 1 : 1 sedikit lebih
rumit sebagai
cardinality
tidak dapat digunakan untuk
mengindentifikasi relasi entitas parent dan child.
5.
Tiper relasi recursive one-to-one (1 : 1)
Relasi recursive 1 : 1, aturan untuk partisipasi sebagai penggambaran
relasi one-to-one (1 : 1).
|
40
6.
Tipe relasi superclass atau subclass
Pada setiap relasi superclass
atau subclass
pada model data
konseptual, kita mengindentifikasi entitas superclass sebagai parent
entity dan entitas subclass sebagai child entity.
7.
Tipe relasi binary many-to-many (* : *)
Pada setiap relasi binary * : *, buat sebuah hubungan untuk
menghadirkan relasi dan menyertakan atribut apa saja yang termasuk
dalam bagian dari relasi.
8.
Tipe relasi kompleks
Pada setiap relasi kompleks, buat sebuah hubungan yang
menghadirkan relasi dan sertakan beberapa atribut yang merupakan
bagian dari relasi.
9.
Atribut multi valued
Pada setiap atribut multi valued dalam entitas, buat relasi baru untuk
menghadirkan atribut multi valued dan sertakan juga primary key
dari entitas untuk relasi baru dan bertindak sebagai foreign key.
Tahap 2.2 Validasi hubungan menggunakan normalisasi
Tujuan : untuk memvalidasikan hubungan pada model data logik
lokal
menggunakan teknik normalisasi.
Proses normalisasi terdiri dari :
1.
First normal form (1NF)
Menghilangkan kelompok yang berulang.
2.
Second normal form (2NF)
|
41
Menghilangkan ketergantungan parsial pada primary key.
3.
Third normal form (3NF)
Menghilangkan ketergantungan transitif pada primary key.
4.
Boyce codd normal form (BCNF)
Menghilangkan anomali dari ketergantungan fungsional.
Tahap 2.3 Validasikan hubungan terhadap transaksi user
Tujuan : untuk memastikan hubungan pada model data logikal yang
mendukung kebutuhan transaksi oleh view.
Pada tahap 1.8 memastikan bahwa model data konseptual lokal
mendukung kebutuhan transaksi. Pada tahap ini, dilakukan pengecekkan
relasi yang dibuat pada langkah sebelumnya mendukung transaksi
tersebut dan memastikan tidak terdapat error yang telah diketahui ketika
membuat hubungan.
Tahap 2.4 Menetapkan batasan integritas
Tujuan : untuk menetapkan batasan integritas yang telah diberikan pada
view.
Batasan integritas adalah batasaan yang telah ditentukan untuk
melindungi basis data dari ketidakkonsistenan.
Lima tipe dari batasan integritas yang harus diperhatikan :
1.
Data yang dibutuhkan
Beberapa atribut harus memilki sebuah nilai yang valid (tidak
mengandung null).
|
42
Contoh : setiap anggota staff harus memiliki jabatan.
2.
Batasan domain atribut
Setiap atribut memilki sebuah domain (sekumpulan nilai harus sah).
Contoh : jenis kelamin dari anggota staff dapat M atau F, jadi
domain dari atribut jenis kelamin adalah karakter tunggal. Batasaan
ini harus diidentifikasi dalam kamus data.
3.
Integritas entitas
Primary key dari entitas tidak boleh null.
Contoh : setiap baris dari relasi staff
harus memiliki nilai untuk
atribut primary key.
4.
Integritas referensial
Sebuah foreign
key
menghubungkan setiap baris pada relasi child
kedalam relasi parent dengan menyamakan nilai dari candidate key.
5.
Batasan perusahaan
Perhatikan batasan perusahaan yang dikenal sebagai peraturan bisnis.
Tahap 2.5 Meninjau kembali model data logikal lokal dengan user
Tujuan : untuk memastikan bahwa model data logikal lokal dan
dokumentasi pendukung yang menggambarkan model yang sesuai dengan
model data logikal lokal pada
view
harus diselesaikan dan
didokumentasikan. Untuk menyelesaikan tahapan ini, dilakukan
peninjauan model logikal dan dukungan dokumentasi dengan user.
|
43
Tahap 2.6 Menggabungkan model data logikal kedalam model global
Tujuan : untuk menggabungkan model data logikal lokal kedalam single
model data logikal global yang menghadirkan semua user view dari basis
data.
Tahap 2.6.1 Menggabungkan model data logikal lokal kedalam
single model data logikal global
Tujuan : untuk
menggabungkan model data logikal lokal kedalam
single model data logikal global.
1.
Review
nama-nama dan isi dari entitas dan relasi dan candidate
keys nya. Masalah dapat muncul ketika dua atau lebih entitas :
-
Memiliki nama yang sama tetapi pada kenyataannya
berbeda
(homonim).
-
Sama tetapi berbeda namanya(sinonim).
2.
Review nama-nama dan isi dari relasi atau foreign keys.
3.
Menggabungkan entitas atau relasi dari model data lokal.
Aktifitas khusus yang terlibat dalam tugas ini antara lain :
-
Menggabungkan entitas atau relasi dengan nama yang sama dan
primary key yang sama.
-
Menggabungkan entitas atau relasi dengan nama yang sama tetapi
primary key nya berbeda.
-
Menggabungkan entitas atau relasi dengan nama yang berbeda
menggunakan primary key yang sama tau berbeda.
|
44
4.
Memasukkan (tanpa menggabungkan) entitas atau relasi unik pada
tiap-tiap model data lokal.
5.
Menggabungkan relasi atau foreign keys dari model data lokal.
Aktifitas pada langkah ini antara lain :
-
Menggabungkan relasi atau foreign keys dengan nama yang sama
dan tujuan yang sama.
-
Menggabungkan relasi atau foreign
keys
dengan nama yang
berbeda tetapi tujuan yang sama .
6.
Memasukkan (tanpa menaggabungkan) relasi atau foreign
keys
unik pada setiap model data logikal.
7.
Memeriksa entitas yang hilang dan relasi atau foreign keys.
8.
Memeriksa foreign keys.
9.
Memeriksa batasan integritas.
10.
Menggambar global ER/ diagram relasi.
11.
Update dokumentasi.
Tahap 2.6.2 Memvalidasikan model data logikal global
Tujuan : untuk memvalidasikan relasi yang dibuat dari model data
logikal global menggunakan teknik normalisasi dan memastikan
dukungan terhadap kebutuhan transaksi.
|
45
Tahap 2.6.3 Review model data logikal global dengan user view
Tujuan : untuk mereview model data logikal global dengan pengguna
untuk memastikan bahwa mereka menanggap model untuk menjadi
representasi sejati dari kebutuhan darta dari perusahaan.
Tahap 2.7 Memeriksa pertumbuhan masa depan
Tujuan : untuk menentukan apakah terdapat perubahan yang nyata dimasa
depan dan menilai apakah model data logikal dapat mengakomodasi
perubahan ini.
2.1.9.3 Perancangan Sistem Basis Data Fisikal
Menurut Connolly dan begg (2005, p296), Perancangan Sistem Basis
Data Fisikal adalah suatu proses yang menghasilkan deskripsi
implementasi basis data pada pemyimpanan sekunder. Menggambarkan
struktur pemyimpanan dan metode akses yang digunakan mencapai akses
efisien terhadap data. Dapat dikatakan juga desain fisikal merupakan cara
pembuatan menuju sistem DBMS tertentu.
Menurut Connolly dan begg (2005, p497), langkah-langkah yang
digunakan antara lain :
Langkah 3 Terjemahkan model data logikal global untuk target
DBMS
Tujuan : untuk menghasilkan skema basis data relasional dari model data
logikal yang dapat diimplementasikan pada sasaran DBMS.
|
46
Tahap 3. 1 Merancang relasi dasar
Tujuan : untuk memutuskan bagaimana menghadirkan identifikasi relasi
dasar dalam model data logikal kedalam sasaran DBMS.
Pada masing-masing identifikasi relasi pada model data logikal,
definisinya terdiri dari :
-
Nama relasi.
-
Daftar kurung simple attribute.
-
Primary key dan, yang sesuai dengan alternate keys dan foreign keys.
-
Batasan integritas referensial untuk beberapa identifikasi foreign
keys.
Dari kamus dara, masing-masing atribut antara lain :
-
Domainnya, terdiri dari tipe data, panjang dan beberapa batasan
domain.
-
Sebuah nilai default opsional untuk atribut.
-
Apakah atribut dapat bernilai null.
-
Apakah atribut dihasilkan dan jika demikian bagaimana cara
mengkomputasinya.
Tahap 3.2 Merancang representasi dari data yang dihasilkan
Tujuan : untuk memutuskan bagaimana unbtuk mewakili data yang
diperoleh dalam model data logikal dalam target DBMS.
Tahap 3.3 Merancang batasan-batasan perusahaan
Tujuan : untuk merancang batasan-batasan umum untuk sasaran DBMS.
|
47
Langkah 4 Desain organisasi file dan indeks-indeks
Tujuan : untuk menghasilkan skema basis data relasional dari model data
logikal yang dapat diimplementasikan pada sasaran DBMS.
Tahap 4.1 Analisa transaksi-transaksi
Tujuan : untuk memahami fungsi dari transaksi-transaksi yang akan
dijalankan pada basis data dan untuk menganalisis transaksi-transaksi
yang penting.
Untuk melakukan
desain basis data fisikal secara efektif, harus
memiliki pengetahuan mengenai transaksi atau query
yang akan
berjalan pada basis data. Ini mencakup baik informasi kualitatif
maupun kuantitatif. Dalam menganalisis transaksi, kita mencoba untuk
mengidentifikasi kinerja, sseperti :
-
Transaksi yang sering berjalan dan memiliki dampak signifikan
pada suatu kinerja.
-
Transaksi yang sangat penting dalam operasi bisnis.
-
Sealama perhari/minggu ketika akan ada permintaan tinggi yang
dibuat pada basis data(disebut belum puncak).
Tahap 4.2 Pilih organisasi file
Tujuan : untuk menentukan organisasi file
yang efisien untuk setiap
relasi dasar.
Adapun tipe organisasi file :
-
Heap.
|
48
-
Hash.
-
Indexed Sequential Offiece Access Method (ISAM)
-
B*-tree.
-
Clusters.
Tahap 4.3 Pilihan indeks-indeks
Tujuan : untuk memutuskan bagaimana menghadirkan identifikasi
relasi dasar dalam model data logikal kedalam sasaran DBMS.
Salah satu pendekatan untuk memilih organisasi file yang sesuai
untuk relasi adalah untuk menjaga tupel yang tidak terurut dan
membuat sebagai indeks sekunder yang diperlukan. Pendekatan lain
adalah uturan tuple dalam relasi dengan menentukan indeks utama atau
clustering. Dalam hal ini, pilih atribut untuk mengatur atau clustering
tupel sebagai :
-
Atribut yang paling sering digunakan untuk bergabung dengan
operasi, karena hal ini membuat operasi bergabung lebih efisien.
-
Atribut yang digunakan paling sering untuk mengakses tuple
dalam suatu relasi dalam urutan yang atribut.
Jika mengatur atribut yang dipilih adalah sebagai kunci
daru relasi,
indeks akan menjadi indeks utama; jika mengatur atribut bukan
sebagai kunci, indeks akan menjadi indeks clustering. Ingat bahwa
setiap relasi hanya dapat memiliki sebuah indeks utama atau indeks
clustering.
|
49
Tahap 4.4 Perkirakan kebutuhan tempat penyimpanan
Tujuan : untuk memperkirakan jumlah tempat penyimpanan yang akan
dibutuhkan oleh basis data.
Langkah 5 Merancang user view
Tujuan : untuk merancang
user view
yang diidentifikasikan selama
pengumpulan kebutuhan dan analisis pada tahap Database
System
Development Lifecycle.
Langkah 6 Merancang mekanisme keamanan
Tujuan : untuk merancang mekanisme keamanan untuk basis data
sebagaimana ditentukan oleh user
selama pengumpulan kebutuhan dan
analsisis pada tahap Database System Development Lifecycle.
Pada DBMS
relasional umumnya memberikan dua jenis keamanan
database yaitu:
-
Sistem keamanan
Sistem keamanan meliputi akses dan penggunaan basis data pada
tingkat sistem, seperti nama pengguna dan password
-
Keamanan data
Keamanan data meliputi akses dan penggunaan objek basis data
(seperti sebagai relasi dan view) dan tindakan
user dapat memiliki
objek.
|
50
Langkah 7 : Pertimbangkan pengenalan dari redudansi terkontrol
Tujuan : untuk menentukan apakah memperkenalkan redudansi yang
dikendalikan oleh aturan normalisasi yang longgar akan meningkatkan
kinerja sistem.
Tahap 7.1 Menggabungkan relasi 1 : 1
Tujuan : untuk memeriksa kembali relasi (1: 1) untuk menentukan
dampak dari menggabungkan relasi ke dalam relasi tunggal.
Kombinasi hanya harus dipertimbangkan untuk relasi yang sering
direferensikan bersama
sama dan jarang direferensikan secara
terpisah
Tahap 7.2 Mengurangi join duplikasi atribut nonkey pada relasi 1
: *
Tujuan : untuk mengurangi atau menghapus join dari frequent atau
critical queries, mempertimbangkan manfaat yang dapat
mengakibatkan duplikasi satu atau lebih atribut non-key
dari relasi
parent dalam relasi child pada relasi 1: *
Tahap 7.3 Mengurangi join duplikasi atribut foreign
key pada
relasi 1 : *
Tujuan : untuk mengurangi atau menghapus join dari frequent
atau
critical queries,
mempertimbangkan manfaat yang dapat
|
51
mengakibatkan duplikasi satu atau lebih atribut foreign
key
dalam
sebuah relasi.
Tahap 7.4 Mengurangi join duplikasi atribut pada relasi * : *
Tujuan : untuk mengurangi jumlah relasi akan bergabung dengan
duplikasi atribut dari salah satu entitas asli dalam relasi menengah.
Tahap 7.5 Memperlihatkan grup pengulangan
Tujuan : untuk menghilangkan grup pengulangan dari model data
logikal sebagai hasil dari kebutuhan bahwa semua entitas dalam
bentuk normal pertama.
Grup pengulangan yang dipisahkan ke relasi baru, membentuk relasi
1:* dengan relasi (parent) asli. Seringkali, grup pengulang
memperkenalkan kembali suatu cara yang efektif untuk meningkatkan
kinerja sistem.
Tahap 7.6 Membuat tabel ekstra
Tujuan : untuk membuat dan mengisi tabel dalam menjalankan
overnight batch bila sistem yang ringan dimuat.
Tahap 7.7 Relasi partisi
Tujuan : untuk mengkombinasikan relasi bersama
sama sebagai
pendekatan alternatif
pada alamat masalah key
dengan mendukung
relasi yang sangat besar (dan indeks).Penguraian tersebut menjadi
|
52
suatu potongan yang lebih kecil dan lebih mudah dikelola disebut
partisi.
Langkah 8: Awasi dan atur sistem operasional
Tujuan : untuk memonitor sistem operasional dan meningkatkan kinerja
sistem untuk memperbaiki keputusan perancangan yang tidak tepat atau
mencerminkan perubahan kebutuhan.
Terdapat nomor faktor yang kita dapat gunakan untuk mengukur
efisiensi:
-
Transaksi Throughput adalah jumlah transaksi yang dapat diproses
dalam suatu interval waktu. Dalam beberapa sistem, seperti reservasi
penerbangan, transaksi throughput yang tinggi adalah penting untuk
keberhasilan keseluruhan sistem.
-
Response time adalah waktu yang telah berlalu untuk menyelesaikan
satu transaksi.Dari sudut pandang
user, kami ingin meminimalkan
waktu respon sebanyak mungkin.
Namun, ada beberapa faktor yang mempengaruhi waktu respon bahwa
perancang mungkin telah tidak ada kontrol atas, seperti loading sistem
atau kali komunikasi. Response time dapat diperpendek oleh:
-
Mengurangi jumlah waktu yang diperlukan sumber daya.
-
Menggunakan komponen lebih cepat
-
Disk penyimpanan adalah jumlah ruang disk yang diperlukan untuk
menyimpan file
basis data. Para perancang mungkin ingin
meminimalkan jumlah tempat penyimpanan yang digunakan.
|
![]() 53
2.2 Tools yang Digunakan
Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai tools yang digunakan dalam proses
analisis data dan perancangan sistem basis data ini.
2.2.1 Diagramming Tools
Tools yang digunakan dalam analisis dan perancangan sistem basis data ini
adalah:
a.
Data Flow Diagram(DFD)
Menurut Whitten et al. (2004, p326) , diagram aliran data adalah model
proses yang digunakan untuk menggambarkan aliran data melalui sebuah
sistem dan tugas atau pengolahan yang dilakukan sistem. Hanya ada tiga
simbol dan satu koneksi dalam DFD yaitu :
1.
Proses
adalah kerja yang dilakukan pada atau sebagai respons terhadap
aliran data masuk atau kondisi.
Gambar 2.11 Simbol Proses
2.
Data flow
menunjukkan input data ke proses atau output
data (atau
informasi) dari proses. Data flow
juga digunakan untuk menunjukkan
pembuatan, pembacaan, penghapusan atau pembaruan data dalam file atau
database.
Gambar 2.12 Simbol Data Flow
|
![]() 54
3.
External Agent
mendefinisikan orang, unit organisasi, sistem atau
organisasi luar yang berinteraksi dengan sistem
Gambar 2.13 Simbol External Agent
4.
Data store
adalah penyimpanan data yang ditunjukan untuk penggunaan
selanjutnya.Sinonimnya adalah file dan database.
Gambar 2.14 Simbol Data Store
b.
Flowchart
Menurut Mulyadi (2001, p60), bagan alir dokumen (flow chart ) digunakan
untuk menggambarkan aliran dokumen dalam sistem tertentu. Adapun
simbol yang digunakan dalam bagan alir dokumen yaitu :
1.
Dokumen
Menggambarkan semua
jenis dokumen, formulir yang diperlukan untuk
merekan data terjadinya suatu transaksi.
Gambar 2.15 Simbol Dokumen
|
![]() 55
2.
Penghubung pada halaman yang sama ( on-page connector)
Karena keterbatasan ruang halaman kertas untuk menggambar, maka
diperlukan simbol penghubung untuk memungkinkan aliran dokumen
berhenti di suatu lokasi pada halaman tertentu dan kembali berjalan di
lokasi lain pada halaman yang sama.
Gambar 2.16 Simbol on-page Connector
3.
Kegiatan manual
Menggambarkan kegiatan manual seperti : menerima order pembeli,
mengisi formulir.
Gambar 2.17 Simbol Kegiatan Manual
4.
Keputusan
Menggambarkan keputusan yang harus dibuat dalam proses pengolahan
data.
Gambar 2.18 Simbol Keputusan
|
![]() 56
5.
Garis alir (flowline)
Menggambarkan arah proses pengolahan data. Anak panah tidak
digambarkan jika dokumen mengalir ke bawah dan ke kanan.
Gambar 2.19 Simbol Garis Alir (flowline)
6.
Mulai atau akhir
Menggambarkan awal dan akhir suatu sistem akuntansi.
Gambar 2.20 Simbol Mulai atau Akhir
c.
Entity-Relationship Diagram(ERD)
Entity
Relationship Diagram adalah suatu model untuk menjelaskan
hubungan antara data dalam basis data berdasarkan objek objek data yang
mempunyai hubungan antar relasi.
ERD mempunyai tiga elemen dasar :
|
![]() 57
1.
Entity types
Dikenal juga sebagai object types. Entity types dapat merepresentasikan
objek-objek fisikal seperti : buku, orang , dan tempat , dan lain lain.
MsCustomer
Gambar 2.21 Entity Types
2.
Relationship
Nama dari hubungan diantara entity types , sebuah relationship
merepresentasikan hubungan dua arah diantara entitas
entitas
(bidirectional).
Gambar 2.22 Relationship
3.
Attributes
Setiap entitas pasti mempunyai elemen yang disebut attribute
yang
berfungsi untuk mendeskripsikan karakteristik dari entitas tersebut. Isi dari
attribute mempunyai sesuatu yang dapat mengidentifikasikan isi elemen
satu dengan yang lain.
|
![]() 58
MsCustomer
CustomerID
CustomerName
CustomerAddress
CustomerPhone
Gambar 2.23 Simbol Attributes
d.
State Transition Diagram (STD)
State Transition Diagram menurut Whitten, Bentley dan Dittman
(2004, p673), state transition diagram (STD) adalah suatu alat yang
digunakan untuk menggambarkan urutan dan variasi dari layar yang dapat
terjadi selama suatu sesi pengguna. Notasi yang digunakan dalam STD
adalah:
1.
State adalah kumpulan suatu keadaan atau atribut atribut yang mencirikan
benda atau orang pada keadaan, waktu dan kondisi tertentu.
Gambar 2.24 Notasi State
2.
Transition State, menunjukkan perubahan state ditandakan dengan tanda
panah.
|
![]() 59
Kondisi
Aksi
Gambar 2.25 Notasi Transition State
Suatu STD dapat menjadi cukup besar, terutama ketika semua input,
output, help, dan layar-layar lainnya dimasukkan ke dalam diagram. Maka
dari itu, umumnya diagram dipisah menjadi beberapa diagram yang lebih
sederhana dan lebih mudah dibaca. Ada 2 hal yang perlu ditambahkan
untuk melengkapi STD, yaitu:
1.
Kondisi adalah keadaan lingkungan luar yang dapat dideteksi oleh sistem
dan dapat menyebabkan perubahan state. Kondisi dapat berubah sinyal,
interrupt , dan lainnya.
2.
Aksi adalah apa yang dilakukan sistem jika ada perubahan state. Aksi dapat
menghasilkan keluaran, tampilan pesan pada layar pengguna, membuat
kalkulasi, dan lainnya.
2.2.2 Software Tools
Software tools yang digunakan dalam perancangan sistem basis data
untuk PT.Datacomindo Mitrausaha antara lain :
|
60
1.
PHP (Hypertext Preprocessor)
Software tool yang digunakan dalam pembuatan sistem ini adalah PHP
(Hypertext Preprocessor) yang merupakan bahasa pemrograman script
yang paling banyak dipakai saat ini atau dalam kata lain bisa diartikan
sebuah bahasa pemrograman web
yang bekerja di sisi server (server side
scripting) yang dapat melakukan koneksi pada database yang di mana hal
itu tidak dapat dilakukan hanya dengan menggunakan sintaks-sintaks
HTML biasa. PHP banyak dipakai untuk memrogram situs web dinamis,
walaupun tidak tertutup kemungkinan digunakan untuk pemakaian lain.
2.
Sistem Manajemen Basis Data (DBMS)
Sistem Manajemen Basis Data yang digunakan dalam pembuatan sistem ini
adalah Microsoft SQL Server. SQL Server
adalah RDBMS (Relational
Database Management System) yang dikembangkan oleh Microsoft. SQL
Server dapat digunakan sebagai basis data untuk kebutuhan personal,
seperti basis data pada Windows Mobile Device serta aplikasi yang
menggunakan basis data dengan banyak server.
2.3
Pemahaman Objek Studi
Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai pemahaman
pemahaman yang
berhubungan dengan objek studi pada skripsi ini.
|
61
2.3.1 Penjualan
Menurut Kotler (2006, p457), penjualan merupakan proses dimana
kebutuhan pembeli dan penjualan dipenuhi, melalui antar pertukaran informasi
dan kepentingan.
Menurut Mulyadi (2001,p202), dilihat dari segi pembayarannya, maka
penjualan dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
a.
Penjualan Kredit
Penjualan kredit dilakukan oleh perusahaan jika order dari pelanggan telah
dipenuhi dengan pengiriman barang atau penyerahan jasa, untuk jangka
waktu tertentu perusahaan memiliki piutang kepada pelanggannya.
Kegiatan penjualan secara kredit ini ditangai oleh perusahaan melalui
sistem penjualan kredit.
b.
Penjualan Tunai
Dalam transaksi penjualan tunai, barang atau jasa baru diserahkan oleh
perusahaan kepada pelanggan apabila perusahaan telah menerima
pembayaran tunai dari pelanggan.
2.3.1.1 Fungsi yang Terkait Dalam Penjualan
Menurut Mulyadi (2001, p204), fungsi yang terkait dalam sistem
penjualan kredit, antara lain :
a.
Fungsi kredit
Dalam transaksi penjualan kredit dengan kartu kredit, fungsi ini
bertanggung jawab atas pemberian kartu kredit kepada pelanggan
terpilih.
|
62
b.
Fungsi penjualan
Fungsi penjualan bertanggung jawab melayani kebutuhan barang
pelanggan. Fungsi penjualan mengisi faktur penjualan kartu kredit
untuk memungkinkan fungsi gudang dan fungsi pengiriman
melaksanakan penyerahan barang kepada pelanggan.
c.
Fungsi gudang
Fungsi gudang menyediakan barang yang diperlukan oleh pelanggan
sesuai dengan yang tercantum dalam tembusan faktur penjualan kartu
kredit yang diterima dari fungsi penjualan.
d.
Fungsi pengiriman
Fungsi pengiriman bertanggung jawab untuk menyerahkan barang
yang kuantitas, mutu, dan spesifikasinya sesuai dengan yang
tercantum dalam tembusan faktur penjualan kartu kredit yang
diterima dari fungsi penjualan. Fungsi ini juga bertanggung jawab
untuk memperoleh tanda tangan dari pelanggan di atas faktur
penjualan kartu kredit sebagai bukti telah diterimanya barang yag
dibeli oleh pelanggan.
e.
Fungsi akuntansi
Fungsi akuntansi bertanggung jawab untuk mencatat transaksi
bertambahnya piutang kepada pelanggan ke dalam kartu piutang
berdasarkan faktur penjualan kartu kredit yang diterima dari fungsi
pengiriman. Di samping itu, fungsi akuntansi bertanggung jawab atas
pencatatan transaksi penjualan di dalam jurnal penjualan.
|
63
f.
Fungsi penagihan
Fungsi penagihan bertanggung jawab untuk membuat surat tagihan
secara periodik kepada pemegang kartu kredit.
2.3.1.2 Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem Penjualan
Jaringan prosedur yang membenuk sistem penjualan dengan kartu
kredit adalah :
a.
Prosedur order penjualan
Dalam prosedur ini, fungsi penjualan menerima order dari pembeli
dan menambahkan informasi penting pada surat order dari pembeli.
Fungsi penjualan kemudian membuat faktur penjualan kartu kredit
dan mengirimkannya kepada berbagai fungsi yang lain untuk
memungkinkan fungsi tersebut memberikan kontribusi dalam
melayani order dari pembeli.
b.
Prosedur pengiriman barang
Dalam prosedur ini, fungsi gudang menyiapkan barang yang
diperlukan oleh pembeli dan fungsi pengiriman mengirimkan barang
kepada pembeli sesuai dengan informasi yang tercantum dalam
faktur penjualan kartu kredit yang diterima dari fungsi gudang. Pada
saat penyerahan barang, fungsi pengiriman meminta tanda tangan
penerimaan barang dari pemegang kartu kredit atas faktur penjualan
kartu kredit.
|
64
c.
Prosedur pencatatan piutang
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mencacat tembusan faktur
penjualan kartu kredit ke dalam kartu piutang.
d.
Prosedur penagihan
Dalam prosedur ini, fungsi penagihan menerima faktur penjualan
kartu kredit dan mengarsipkannya menurut abjad. Secara periodik
fungsi penagihan membuat surat tagihan dan mengirimkannya
kepada pemegang
kartu kredit perusahaan dilampiri dengan faktur
penjualan kartu kredit.
e.
Prosedur pencatatan penjualan
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mencatat transaksi penjualan
kartu kredit ke dalam jurnal penjualan.
2.3.1.3 Dokumen pada Sistem Penjualan
Dokumen yang digunakan untuk melaksanakan sistem penjualan
kredit, antara lain :
a.
Faktur penjualan kartu kredit
Dokumen ini digunakan untuk merekam transaksi penjualan kredit
dengan kartu kredit. Lembar ke-1 dan ke-2 berfungsi sebagai dasar
pembuatan surat tagihan yang secara periodik dibuat oleh fungsi
penagihan dan dikirimkan ke pelanggan. Oleh karena itu, fungsi
pengiriman harus mendapatkan tanda tangan di atas faktur penjualan
kartu kredit lembar ke-1 dan ke-2 pada saat fungsi tersebut
menyerahkan barang kepada pelanggan. Lembar ke-3 berfungsi
|
65
sebagai perintah kepada gudang untuk menyiapkan barang yang
dibutuhkan oleh pelanggan, dan lembar ke-4 berfungsi sebagai
perintah pengiriman barang kepada fungsi pengiriman. Lembar ke-2
dokumen ini tetap disimpan di dalam arsip fungsi akuntansi, dan
lembar ke-1 dilampirkan pada surat tagihan yang dikirimkan secara
periodik kepada pelanggan.
b.
Surat tagihan
Surat tagihan ini merupakan turnaround document yang isinya dibagi
menjadi dua bagian : bagian atas merupakan dokumen yang
harus
disobek dan dikembalikan bersama cek oleh pelanggan ke
perusahaan, sedangkan bagian bawah berisi rincian transaksi
pembelian yang dilakukan pelanggan dalam periode tertentu.
2.3.2 Pembelian
Menurut Mulyadi (2001, p299), sistem akuntansi pembelian digunakan
dalam perusahaan untuk pengadaan barang yang diperlukan oleh perusahaan.
Transaksi pembelian dapat digolongkan menjadi dua : pembelian lokal dan
impor. Pembelian lokal adalah pembelian dari pemasok dalam negeri,
sedangkan pembelian impor adalah pembelian dari pemasok luar negeri.
2.3.2.1 Fungsi yang Terkait dalam Pembelian
Berikut ini fungsi fungsi yang terkait dalam pembelian, yaitu :
|
66
a.
Fungsi gudang
Dalam sistem akuntansi pembelian, fungsi gudang bertanggung
jawab untuk mengajukan permintaan pembelian sesuai dengan posisi
persediaan yang ada di gudang dan untuk menyimpan barang yang
telah diterima oleh fungsi penerimaan. Untuk barang barang yang
langsung dipakai (tidak diselenggarakan persediaan barang di
gudang), permintaan pembelian diajukan oleh pemakai barang.
b.
Fungsi pembelian
Fungsi pembelian bertanggung jawab untuk memperoleh informasi
mengenai harga barang, menentukan pemasok yang dipilih dalam
pengadaan barang dan mengeluarkan order pembelian kepada
pemasok yang telah dipilih. Fungsi pembelian membuat perjanjian
syarat pembelian dengan pemasok.
c.
Fungsi penerimaan
Fungsi penerimaan bertanggung jawab untuk melakukan
pemeriksaan terhadap jenis, mutu, dan kuantitas barang yang
diterima dari pemasok berdasarkan pesanan pembelian dan faktur
pembelian dari pemasok guna menentukan mengnai dapat atau
tidaknya barang tersebut diterima oleh perusahaan. Fungsi
penerimaan ini juga bertanggung jawab untuk menerima barang dari
pemasok yang berasal dari transaksi retur penjualan.
|
67
d.
Fungsi akuntansi
Fungsi akuntansi yang terkait dalam transaksi pembelian adalah
fungsi pencatat utang dan fungsi pencatat persediaan. Fungsi pencatat
utang bertanggung jawab untuk mencatat transaksi pembelian ke
dalam register bukti kas keluar dan untuk menyelenggarakan arsip
dokumen sumber (bukti kas keluar) yang berfungsi sebagai catatan
utang atau menyelenggarakan kartu utang sebagai buku pembantu
utang. Fungsi pencatat persediaan bertanggung jawab untuk mencatat
harga pokok persediaan barang yang dibeli ke dalam kartu
persediaan.
2.3.2.2 Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem Pembelian
Dalam melakukan sistem akuntansi pembelian perlu dilakukan
prosedur yang merupakan tahap
tahap proses terjadinya transaksi
pembelian. Beberapa prosedur yang membentuk sistem akuntansi
pembelian, antara lain :
a.
Prosedur permintaan pembelian
Dalam prosedur ini, fungsi gudang mengajukan permintaan
pembelian dalam dalam dokumen surat permintaan pembelian kepada
fungsi pembelian. Jika barang tidak disimpan di gudang (barang
langsung pakai) , fungsi yang memakai barang mengajukan
permintaan pembelian langsung ke fungsi pembelian dengan
mengajukan surat permintaan pembelian.
|
68
b.
Prosedur permintaan penawaran harga dan pemilihan pemasok.
Dalam prosedur ini, fungsi pembelian mengirimkan surat permintaan
penawaran harga kepada para pemasok untuk memperoleh informasi
mengenai harga barang dan berbagai syarat pembelian yang lain,
untuk memungkinkan pemilihan pemasok barang yang diperlukan
oleh perusahaan. Dari pemasok akan mengirim daftar penawaran
harga barang yang dikehendaki.
c.
Prosedur order pembelian
Dalam prosedur ini, fungsi pembelian mengirim order pembelian
kepada pemasok yang dipilih dan memberitahukan kepada unit unit
organisasi yang lain dalam perusahaan ( contohnya fungsi
penerimaan, fungsi yang meminta barang, dan fungsi pencatat utang)
mengenai order pembelian yang sudah dikeluarkan oleh perusahaan.
d.
Prosedur penerimaan barang
Dalam prosedur ini, fungsi penerimaan barang melakukan
pemeriksaan mengenai jenis, kuantitas, dan mutu barang yang
diterima dari pemasok dan kemudian membuat laporan penerimaan
barang untuk menyatakan penerimaan barang dari pemasok tersebut.
Barang yang telah diterima diserahkan ke bagian gudang untuk
disimpan.
e.
Prosedur pencatatan utang
Dalam prosedur ini, fungsi penerimaan memberi laporan penerimaan
barang ke fungsi akuntansi . Fungsi akuntansi juga menerima faktur
dari pemasok untuk dicocokan dengan laporan penerimaan barang.
|
69
Setelah itu fungsi akuntansi akan memeriksa dokumen dokumen
yang berhubungan dengan pembelian dan menyelenggarakan
pencatatan utang atau mengarsipkan dokumen sumber sebagai
catatan utang.
2.3.2.3 Dokumen pada Sistem Pembelian
Dokumen merupakan bukti untuk merekam terjadinya transaksi yang
dilakukan oleh perusahaan. Adapun dokumen yang digunakan dalam
sistem akuntansi pembelian, antara lain.
a.
Surat permintaaan pembelian
Dokumen ini merupakan formulir yang diisi oleh fungsi gudang atau
fungsi pemakai barang untuk meminta fungsi pembelian melakukan
pembelian barang dagangan dengan jenis , jumlah, dan mutu seperti
yang tertera pada surat permintaan pembelian. Surat permintaan
pembelian ini biasanya dibuat 2 lembar untuk setiap permintaan, 1
lembar untuk fungsi pembelian, dan tembusannya untuk arsip yang
meminta barang.
b.
Surat permintaan penawaran harga
Dokumen ini digunakan untuk meminta penawaran harga bagi barang
yang pengadaannya tidak bersifat berulang kali terjadi, yang
menyangkut jumlah rupiah pembelian yang besar.
c.
Surat order pembelian
Dokumen ini digunakan untuk memesan barang kepada pemasok
yang telah dipilih.
|
70
d.
Laporan penerimaan barang
Dokumen ini dibuat oleh fungsi penerimaan untuk menunjukkan
bahwa barang yang telah diterima dari pemasok telah memenuhi
jenis, spesifikasi, mutu dan kuantitas seperti yang tercantum dalam
surat order pembelian.
e.
Surat perubahan order pembelian
Terkadang diperlukan perubahan terhadap isi surat order pembelian
yang sebelumnya telah diterbitkan Perubahan tersebut dapat berupa
perubahan kuantitas, jadwal penyerahan barang, spesifikasi ,
penggantian atau hal lain
yang bersangkutan dengan perubahan
bisnis. Biasanya perubahan tersebut diberitahukan kepada pemasok
secara resmi dengan menggunakan surat perubahan order pembelian.
f.
Bukti kas keluar
Dokumen ini dibuat oleh fungsi akuntansi berdasarkan pencatatan
transaksi
pembelian, berfungsi sebagai perintah pengeluaran kas
pembayaran utang kepada pemasok dan sekaligus sebagai surat
pemberitahuan kepada kreditur mengenai maksud pembayaran.
2.3.3 Persediaan
Menurut Warren, Reeve, dan Fess (2008, p398), persediaan (inventory)
digunakan untuk mengindikasikan:
1.
Barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi
bisnis perusahaan.
|
71
2.
Bahan yang dipergunakan dalam proses produksi atau yang disimpan
untuk tujuan itu.
Menurut Assauri (2004, p219), persediaan adalah sejumlah bahan
bahan, parts parts yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang
terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang
jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari
konsumen atau langganan setiap waktu.
Menurut Mulyadi(2001, p553), persediaan terdiri dari : persediaan produk
jadi, persediaan produk dalam proses, persediaan bahan baku, persediaan
bahan penolong, persediaan bahan habis pakai pabrik, persediaan suku
cadang.
2.3.3.1 Fungsi yang Terkait dalam Persediaan
Berikut ini fungsi fungsi yang terkait dalam persediaan , yaitu :
a.
Panitia penghitungan fisik persediaan
Panitia ini berfungsi untuk melaksanakan penghitungan fisik
persediaan dan menyerahkan hasil penghitungan fisik tersebut kepada
bagian kartu persediaan untuk digunakan sebagai dasar adjustment
terhadap catatan persediaan dalam kartu persediaan.
b.
Fungsi akuntansi
Dalam penghitungan fisik persediaan, fungsi akuntansi bertugas
untuk :
1.
Mencantumkan harga pokok satuan persediaan yang dihitung ke
dalam daftar hasil penghitungan fisik.
|
72
2.
Mengalikan kuantitas dan harga pokok per-satuan yang tercantum
dalam hasil daftar penghitungan fisik
3.
Mencantumkan harga pokok total dalam daftar hasil penghitungan
fisik
4.
Melakukan adjustment terhadap kartu persediaan berdasarkan data
hasil penghitungan fisik persediaan.
5.
Membuat bukti memorila untuk mencatat adjustment data persediaan
dalam jurnal umum berdasarkan hasil penghitungan fisik persediaan.
c.
Fungsi Gudang
Dalam sistem penghitungan fisik persediaan , fungsi gudang
bertanggung jawab untuk melakukan adjustment
data kuantitas
persediaan yang dicatat dalam kartu gudang berdasarkan hasil
penghitungan fisik persediaan.
2.3.3.2 Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem Persediaan
Dalam menjalankan sistem persediaan perlu dilakukan prosedur yang
merupakan tahap tahap proses terjadinya transaksi persediaan. Beberapa
prosedur yang membentuk sistem persediaan, antara lain:
a.
Prosedur pencatatan produk jadi
Prosedur ini merupakan salah satu prosedur dalam sistem akuntansi
biaya produksi. Dalam prosedur ini, dicatat harga pokok produk jadi
yang didebitkan dalam rekening barang dalam proses. Catatan
akuntansi yang digunakan dalam prosedur pencatatan produk jadi
adalah kartu gudang, kartu persediaan dan jurnal umum.
|
73
b.
Prosedur pencatatan harga produk jadi yang dijual
Prosedur ini merupakan salah satu prosedur dalam sistem penjualan.
Catatan akuntansi yang digunakan dalam prosedur pencatatan harga
produk jadi yang dijual adalah kartu gudang, kartu persediaan, dan
jurnal umum.
c.
Prosedur pencatatan harga produk jadi yang diterima kembali dari
pembeli
Prosedur ini merupakan salah satu prosedur yang membentuk sistem
retur penjualan. Jika produk jadi yang telah dijual dikembalikan oleh
pembeli, maka transaksi retur penjualan ini akan mempengaruhi
persediaan produk jadi, yaitu menambah kuantitas produk jadi dalam
kartu gudang yang diselenggarakan oleh bagian gudang dan
menambah kuantitas dan harga pokok produk jadi yang dicatat oleh
bagian kartu persediaan produk jadi. Catatan akuntansi yang
digunakan dalam prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang
diterima kembali dari pembeli adalah kartu gudang, kartu persediaan
dan jurnal umum atau jurnal retur persediaan jika perusahaan
menggunakan jurnal khusus.
d.
Prosedur pencatatan tambahan dan penyesuaian kembali harga pokok
persediaan produk dalam proses.
Pencatatan persediaan produk dalam proses biasanya dilakukan oleh
perusahaan pada akhir periode, pada saat dibuat laporan keuangan
bulanan dan laporan keuangan tahunan.
|
74
e.
Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli
Prosedur ini merupakan salah satu prosedur yang membentuk sistem
pembelian. Dalam prosedur ini , dicatat harga pokok persediaan yang
dibeli.
f.
Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan
kepada pemasok.
Prosedur ini merupakan salah satu prosedur yang membentuk sistem
retur pembelian. Jika persediaan yang telah dibeli dikembalikan
kepada pemasok , maka transaksi retur pembelian ini akan
mempengaruhi persediaan yang bersangkutan, yaitu mengurangi
kuantitas persediaan dalam kartu gudnag yang diselenggarakan oleh
bagian gudang serta mengurangi kuantitas dan harga pokok
persediaan dalam kartu penyediaan yang bersangkutan.
g.
Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang.
Prosedur ini merupakan salah satu prosedur yang membentuk sistem
akuntansi biaya produksi. Pada prosedur ini dicatat harga pokok
persediaan bahan baku, bahan penolong, bahan habis pakai pabrik,
dan suku cadang yang digunakan dalam proses kegiatan produksi dan
kegiatan non produksi.
h.
Prosedur pencatatan tambahan harga pokok persediaan karena
pengembalian barang gudang.
Posedur ini melakukan transaksi pengembalian barang gudang,
mengurangi biaya, dan menambah persediaan barang di gudang .
|
75
Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi tersebut ada di dalam
jurnal umum.
i.
Sistem penghitungan fisik persediaan
Sistem perhitungan fisik persediaan umumnya digunakan oleh
perusahaan untuk menghitung secara fisik persediaan yang disimpan
di gudang. Hasilnya digunakan untuk meminta pertanggungjawaban
bagian gudang mengenai pelaksanaan fungsi penyimpanan dan
pertanggungjawaban bagian kartu persediaan mengenai kendala
catatan persediaan yang diselenggarakan, serta untuk melakukan
penyesuaian terhadap catatan persediaan di bagian kartu persediaan.
2.3.3.3 Dokumen pada Sistem Persediaan
Dokumen merupakan bukti untuk merekam
terjadinya transaksi yang
dilakukan oleh perusahaan.Adapun dokumen yang digunakan dalam
sistem persediaan, antara lain :
a.
Laporan produk selesai
Laporan produk selesai digunakan oleh bagian gudang untuk
mencatat tambahan kuantitas produk jadi dalam kartu gudang.
b.
Bukti memorial
Bukti memorial digunakan untuk mencatat tambahan kuantitas dan
harga pokok persediaan produk jadi dalam kartu persediaan dan
digunakan sebagai dokumen sumber dalam mencatat transaksi
selesainya produk jadi dalam jurnal umum.
|
76
c.
Surat order pengiriman
Surat order pengiriman diterima oleh bagian gudang dari bagian
order penjualan.
Setelah bagian gudang mengisi surat order
pengiriman tersebut dengan kuantitas produk jadi yang diserahkan
kepada bagian pengiriman, atas dasar surat order pengiriman tersebut
bagian gudang mencatat kuantitas yang diserahkan ke bagian
pengiriman dalam kartu gudang.
d.
Faktur penjualan
Harga pokok produk jadi yang dijual dicatat oleh bagian kartu
persediaan dalam kartu persediaan atas dasar tembusan faktur yang
diterima oleh bagian tersebut dari bagian penagihan.
e.
Laporan penerimaan barang
Laporan penerimaan barang digunakan oleh bagian gudang untuk
mencatat kuantitas persediaan yang dikirimkan kembali kepada
pemasok ke dalam kartu gudang.
f.
Laporan pengiriman barang
Laporan pengiriman barang digunakan oleh bagian gudang untuk
mencatat kuantitas persediaan yang dikirimkan kembali kepada
pemasok ke dalam kartu gudang.
g.
Bukti kas keluar
Bukti kas keluar yang dilampiri dengan laporan penerimaan barang,
surat order pembelian, dan faktur dari pemasok dipakai sebagai
dokumen sumber dalam pencatatan harga pokok persediaan yang
dibeli dalam register bukti kas keluar atau voucher register. Bukti kas
|
77
keluar juga dipakai sebagai dasar pencatatan tambahan kuantitas dan
harga pokok persediaan ke dalam kartu persediaan.
h.
Memo kredit
Memo kredit yang diterima dari bagian order penjualan digunakan
oleh bagian kartu persediaan untuk mencatat kuantitas dan harga
pokok produk jadi yang dikembalikan oleh pembeli ke dalam kartu
persediaan.
i.
Memo debit
Memo debit yang diterima dari bagian pembelian digunakan oleh
bagian kartu persediaan untuk mencatat kuantitas dan harga pokok
persediaan yang dikembalikan kepada pemasok ke dalam kartu
persediaan.
j.
Bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang
Bukti ini dipakai oleh bagian gudang untuk mencatat pengurangan
persediaan karena pemakaian intern. Bukti ini digunakan oleh bagian
kartu persediaan untuk mencatat berkurangnnya kuantitas dan harga
pokok persediaan karena pemakaian intern. Bukti ini juga digunakan
sebagai dojumen sumber dalam pencatatan pemakaian persediaan ke
dalam jurnal pemakaian bahan baku atau jurnal umum.
k.
Bukti pengembalian barang gudang
Dokumen ini digunakan oleh bagian gudang untuk mencatat
tambahan kuantitas persediaan ke dalam kartu gudang.Dokumen ini
juga dipakai oleh bagian kartu persediaan untuk mencatat tambahan
kuantitas dan harga pokok persediaan ke dalam kartu persediaan ,
|
78
untuk mencatat berkurangngnya biaya ke dalam kartu biaya, dan
untuk mencatat pengembalian barang gudang tersebut ke dalam
jurnal umum.
l.
Kartu perhitungan fisik (inventory tag)
Dokumen ini digunakan untuk merekam hasil penghitungan fisik
persediaan. Dalam penghitungan fisik persediaan, setiap jenis
persediaan dihitung dua
kali secara independen oleh penghitung
(counter) dan pengecek (checker). Kartu penghitungan fisik dibagi
menjadi tiga bagian, yang tiap bagian dapat dipisahkan satu dengan
yang lainnya dengan cara menyobeknya pada waktu proses
penghitungan fisik (bagian bawah) disediakan untuk merekam data
hasil penghitungan oleh penghitung pertama.Bagian ke-2 (bagian
tengah) kartu tersebut digunakan untuk merekam hasil penghitungan
yang dilakukan oleh penghitung kedua (pengecek) . Bagian ke-1
(bagian atas) kartu tersebut digunakan dengan cara menggantungkan
bagian kartu tersebut pada tempat penyimpanan barang yang
bersangkutan.
m.
Daftar hasil penghitungan fisik
Dokumen ini digunakan untuk meringkas data yang telah direkam ke
dalam bagian ke -2 kartu penghitungan fisik.
|