Home Start Back Next End
  
18
2.9
Latar Belakang Perjanjian Salatiga
Kurang lebih tiga
bulan sebelum akhir tahun 1757, terjadilah lagi suatu
pertempuran yang merubah politik Belanda, khususnya terhadap sikapnya kepada
Pangeran Sambernyowo. Benteng Kompeni
Belanda yang berada di Yogyakarta
diporakporandakan oleh Pangeran Sambernyowo yang hanya berkekuatan relatif kecil.
Pertahanan Belanda di Yogyakarta yang terkenal kuat dan sentosa itu bagi Pangeran
Sambernyowo bukan merupakan halangan untuk tidak di coba diserbunya.
Peristiwa bobolnya pertahanan Belanda di benteng
Yogyakarta sempat
memusingkan kepala Nicholas Hartingh, Resimen Belanda untuk Yogyakarta. Cepat-
cepat Nicholas Hartingh menganjurkan kepada Pakubuwana III agar segera mengadakan
kontak dengan Pangeran Sambernyowo. Sesuai permintaan itu, Pakubuwana III
memanggil Pangeran Sambernyowo
untuk segera menemuinya, dengan maksud untuk
dimintai bantuan dalam menjalankan pemerintahan di Surakarta.
Pada waktu itu
Pangeran Sambernyowo sedang berada di kawasan Ngadiraja. Sesudah sepuluh hari
berada di sana datanglah seorang wanita Nyai Gareji yang diutus oleh Kyai Wongsoniti,
Lurah Suranata Keraton Surakarta.
Pangeran Sambernyowo ragu, apakah benar Raja. Pakubuwana III berkehendak
akan mengajaknya bertemu. Untuk mencari kepastian R.M. Said mengirim adiknya yang
bernama Pangeran Mangkudiningrat beserta Pringgalaya, menemui Pakubuwana III.
Berdasar laporan Mangkudiningrat setelah kembali dari Keraton Surakarta keraguan
R.M. Said menjadi hilang. 
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter