BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persepsi Dukungan Sosial
2.1.1
Definisi
Persepsi dukungan sosial adalah cara individu menafsirkan
ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan
peristiwa stres (Zimet dalam Louw & Viviers, 2010). Menurut  Zimet dan
kolega, dukungan sosial yang dipersepsikan dapat diperoleh dari orang lain
yang signifikan atau orang terdekat yang memiliki kontak dengan keseharian
individu, keluarga, dan teman.
2.1.2
Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial 
Menurut Sarafino (2006) bentuk-bentuk dukungan sosial di bagi kedalam 4
bentuk, yaitu:
1.
Dukungan Emosional (Emotional/Esteem Support)
Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian dan
perhatian terhadap orang yang bersangkutan. Dukungan emosional
merupakan ekspresi dari afeksi, kepercayaan, perhatian, dan perasaan
didengarkan. Kesediaan untuk mendengar keluhan seseorang akan
memberikan dampak positif sebagai sarana pelepasan emosi, mengurangi
kecemasan, membuat individu merasa nyaman, tenteram, diperhatikan,
serta dicintai saat menghadapi berbagai tekanan dalam hidup mereka.
  
2.
Dukungan Instrumental (Instrumental/Tangible Support)
Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung, dapat berupa
jasa, waktu, atau uang. Misalnya pinjaman uang bagi individu atau
menghibur saat individu mengalami stres. Dukungan ini membantu
individu dalam melaksanakan aktivitasnya.
3.
Dukungan Informatif (Informational Support)
Dukungan informatif mencakup pemberian nasehat, petunjuk-
petunjuk, saran-saran, informasi atau umpan balik. Dukungan ini
membantu individu mengatasi masalah dengan cara memperluas
wawasan dan pemahaman individu terhadap masalah yang dihadapi.
Informasi tersebut diperlukan untuk mengambil keputusan dan
memecahkan masalah secara praktis. Dukungan informatif ini juga
membantu individu mengambil keputusan karena mencakup mekanisme
penyediaan informasi, pemberian nasihat, dan petunjuk.
4.
Dukungan Persahabatan (Companionship Support)
Dukungan persahabatan mencakup kesediaan waktu orang lain
untuk menghabiskan waktu atau bersama dengan individu, dengan
demikian akan memberikan rasa keanggotaan dari suatu kelompok yang
saling berbagi minat dan melakukan aktivitas sosial bersama.
  
2.1.3
Sumber Dukungan Sosial
Individu akan mendapatkan dukungan sosial dari sumber-sumber yang
telah dipercaya, apabila individu mendapat dukungan sosial dari sumber yang
salah maka dukungan sosial tersebut tidak akan berguna. Jadi individu harus
mendapatkan sumber dukungan dari orang-orang yang dekat dengan individu
tersebut. Menurut Tylor (2006) sumber dukungan sosial berasal dari pasangan,
keluarga, teman-teman, dan komunitas yang memiliki hubungan akrab dengan
individu. Jika individu mendapatkan dukungan dari orang yang sudah akrab,
maka dukungan tersebut akan sangat membantu dalam mencapai keinginannya
2.2 Kecemasan
2.2.1
Definisi
Menurut Spielberger (dalam Carducci, 2009) berpendapat bahwa
kecemasan merupakan reaksi emosional yang tidak menyenangkan terhadap
bahaya nyata yang disertai dengan perubahan sistem syaraf otonom dan
pengalaman subjektif sebagai “tekanan“, “ketakutan“ dan “kegelisahan“. Konsep
kecemasan yang dikemukakan oleh Spielberger disusun sebagai usaha untuk
mempertemukan banyaknya pendapat mengenai kecemasan.
Penjelasan
mengenai kecemasan sebagai berikut :
A-State will be use to refer the complex emotional reaction that are evoked in
individuals who interpret specific situation as personality threatening
(Spielberger, 1972).
  
State anxiety digunakan untuk merujuk pada reaksi emosional yang
kompleks yang muncul pada diri individu yang menginterpretasikan dituasi
spesifik sebagai situasi yang mengancam secara personal (Spielberger, 1972).
Kecemasan sesaat akan meningkat apabila individu merasa dirinya
dalam keadaan terancam dan akan menurun kembali jika individu
sedah
merasa aman. Individu menghayati kecemasan sesaat ini secara subjektif,
mengalami perasaan ketakutan, khawatir dan gelisah. Pada dasarnya,
kecemasan sesaat melibatkan proses yang timbul karena adanya stimulus dari
dalam (pikiran atau ide) maupun dari luar yang mengundang bahaya atau
ancaman. Stimulus yang mengancam tersebut juga dipengaruhi oleh sikap dan
kemampuan serta kecemasan dasar (trait anxiety) yang sifatnya menetap
dalam diri individu.
Pengertian kecemasan dasar menurut Spielberger, 1972 adalah :
“trait anxiety refers to stable personality differences in anxiety proneness. It is
not manifested directly in behavior, rather it is inffered from the frequency
and intensity of the individuals anxiety states“ (Spielberger, 1972).
Kecemasan dasar mengacu pada perbedaan kepribadian dalam
kecenderungan mengalami kecemasan.
Kecemasan tidak terlihat langsung
dalam perilaku, melainkan dilihat dari intensitas dan frekuensi kecemasan
sesaat yang dialami oleh masing-masing individu (Spielberger, 1972).
  
Kecemasan sesaat pada individu sangat dipengaruhi oleh bagaimana
cara individu menilai stimulus yang masuk ke dalam dirinya, proses penilaian
individu terhadap stimulus yang masuk ke dalam dirinya ini dinamakan oleh
Spielberger sebagai Cognitive Appraisal.
Spielberger (1972) mengungkapkan bahwa terdapat dua karakteristik
individu yang dapat mempengaruhi cognitive appraisal yang dimilikinya
yaitu
commitment dan belief. Commitment 
memberikan makna penting dari
suatu situasi bagi individu. Apabila seseorang telah membuat commitment
yang kuat terhadap suatu situasi, maka hal atau situasi tersebut akan menjadi
sangat bermakna bagi individu. Belief merupakan suatu pengolahan kognitif
yang terbentuk karena pemikiran individu.
Terdapat dua macam belief 
yang sangat berpengaruh
terhadap cognitive appraisal seseorang, yaitu :
1)
Belief
tentang
control diri, belief ini mencerminkan penghayatan individu
mengenai sejauh mana individu yang bersangkutan merasa mampu
mengendalikan lingkungan atau dapat bertahan terhadap sesuatu kejadian
yang mengancam dirinya.
2)
Eksistensial belief, merupakan belief yang bersifat umum, yang
memungkinkan seseorang untuk menciptakan makna kehidupan bagi dirinya,
serta untuk menumbuhkan harapan positif pada individu yang mengalami
kesulitan, misalnya berupa keyakinan akan tuhan, nasib, takdir, dan
  
sebagainya. Dengan kata lain menjelaskan apa yang diyakini sebagai suatu
kebenaran oleh individu, tanpa yang bersangkutan perlu menyukainya ataupun
membuktikan kebenarannya.
Menurut Spielberger (1972) terdapat dua bentuk stressor yang dapat
memberikan implikasi yang berbeda terhadap individu yang berbeda, berkaitan
dengan tingkat kecemasan dasar dalam diri individu :
1.  
Individu dengan tingkat kecemasan dasar yang tinggi akan menganggap
keadaan dimana individu tersebut sedang atau akan dinilai, sebagai keadaan
yang mengancam bila dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat
kecemasan dasar yang rendah.
2.   Keadaan yang dikarakteristikan secara fisik membahayakan, tidak
mengakibatkan perbedaan reaksi pada individu yang memiliki tingkat
kecemasan dasar yang tinggi maupun yang
rendah, artinya keduanya akan
menampilkan reaksi yang sama.
Terjadinya kecemasan sesaat melalui beberapa proses yang bertahap. Proses
tersebut adalah sebagai berikut :
1.   Kecemasan sesaat merupakan tingkah laku cemas yang tampak pada
individu. Kecemasan
sesaat terjadi karena adanya rangsang yang mengenai
individu dan diri individu tersebut.
  
2.   Rangsang itu dianggap sebagai suatu rangsang yang berbahaya dan
mengancam. Rangsang tersebut dapat berasal dari luar ataupun dari dalam diri
individu.
3.   Penilaian individu terhadap rangsang yang berbahaya dipengaruhi oleh
pengalaman dan keberhasilan individu tersebut dalam mengatasi rangsang
sejenis dengan menggunakan mekanisme pertahanan diri, perasaan subjektif
individu terhadap bayangan-bayangan yang mencemaskan terhadap rangsang
yang dihadapinya dan juga dipengaruhi oleh besar kecilnya trait anxiety yang
berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain.
4.   Suatu stressor yang tidak mendapat makna subjektif sebagai hal yang
mengancam tidak akan menimbulkan state anxiety pada individu dan tingkah
laku cemas tidak akan muncul. Sedangkan stressor yang mempunyai makna
mengancam akan meningkatkan trait anxiety, baik pada individu yang
kecemasan dasarnya besar maupun yang kecemasan dasarnya (trait anxiety)
kecil. Akan tetapi peningkatantrait anxiety tidak secara otomatis merupakan
peningkatan state anxiety individu juga.
5.   Penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat dapat meredakan
peningkatan
kecemasan dasar. Hal ini mungkin tidak
meningkatkan kecemasan sesaat individu dan tingkah laku yang ditampilkan
individu bukan merupakan tingkah laku cemas sekalipun individu
mempunyai kecemasan sesaat yang besar. Intensitas tergugahnya kecemasan
  
sesaat sebanding dengan besar kecilnya ancaman yang dihayati individu.
Semakin besar ancaman yang dirasakan, semakin besar intensitas kecemasan
sesaat. Sedangkan lamanya suatu rangsang dirasakan mengancam tergantung
pada pengalaman individu dalam menghadapi situasi tersebut di masa lalu.
6.   Kecemasan sesaat yang tergugah akan mengaktifkan sistem syaraf otonom
dalam diri individu sehingga terjadi reaksi-reaksi fisiologis tubuh tertentu.
Individu yang dihadapkan pada rangsang yang mengancam dan meningkatkan
kecemasan sesaatnya akan berusaha untuk mengindari dan mereduksi
kecemasan tersebut sebagai upaya untuk menyesuaikan diri.
Keberhasilan ataupun kegagalan individu dalam penggunaan mekanisme
pertahanan diri ini akan merupakan umpan balik yang mempengaruhi penilaian
kognitif individu sehingga individu menjadi lebih selektif dalam menggunakan
mekanisme pertahanan diri di masa yang akan datang.
2.2.2    Faktor Pencetus Kecemasan
Menurut Stuart and Sundeen (1998:181), pencetus timbulnya kecemasan
dapat disebabkan oleh berbagai sumber yaitu sumber internal maupun sumber
eksternal, hal tersebut dibedakan menjadi:
a.
Ancaman terhadap integritas fisik
Merupakan ketidakmampuan fisiologis atau penurunan kapasitas
seseorang untuk melakukan aktifitas sehari-hari, meliputi sumber
eksternal
bisa disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, polusi,
  
lingkungan, ancaman keselamatan, sedangkan sumber internal merupakan
kegagalan mekanisme fisik seseorang seperti jantung, sistem imun,
termoregulator menurun, perubahan biologis normal seperti kehamilan.
b.  Ancaman terhadap self esteem
Merupakan sesuatu yang terjadi yang dapat merusak identitas harapan
diri dan integritas fungsi sosial, meliputi sumber eksternal yaitu berbagai
kehilangan seperti kehilangan orang tua, teman dekat, perceraian,
perubahan status pekerjaan, pindah rumah, tekanan sosial, sedangkan
sumber internal yaitu kesulitan dalam hubungan interpersonal di dalam
rumah, di tempat kerja, dan di dalam masyarakat.
2.3 Persalinan
2.3.1
Definisi 
Menurut Bobak, dkk (2004) persalinan adalah proses pergerakan keluar
janin, plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Persalinan
merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau ari) yang telah cukup
bulan atau hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 1998).
Persalinan normal menurut World Health Organization (WHO) adalah
pada usia kehamilan antara 37-42 minggu, presentasi belakang kepala, persalinan
yang dimulai secara spontan (dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan
lahir), beresiko rendah pada awal persalinan, setelah persalinan ibu maupun bayi
berada dalam kondisi baik.
  
2.3.2   Bentuk Persalinan
      Bentuk persalinan menurut Manuaba (1998) sebagai berikut:
a.  Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan
ibu sendiri
b.  Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar
c. 
Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan jalan diberi rangsangan.
  
2.4   Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir ini menggambarkan tentang fenomena yang terjadi.
Dalam persalinan ada beberapa metode yang dapat dipilih ibu, yaitu proses
persalinan normal atau alami adapula yang melalui operasi, tidak jarang ibu
memilih melahirkan dengan cara operasi yang dianggapnya lebih tidak terasa
menyakitkan, namun tidak jarang pula ibu yang memilih untuk melahirkan
melalui jalan normal atau alami yang biasa disebut juga dengan persalinan
pervaginam.
Ibu yang akan menghadapi persalinan, baik itu melalui operasi atau
normal akan merasakan kecemasan. Pada ibu yang memilih melahirkan
  
normal biasanya akan mengalami kecemasan-kecemasan atau kekhawatiran
akan proses persalinannya, cemas akan rasa sakit luar biasa yang akan
dirasakan saat melahirkan sang bayi. Sebagian besar ibu yang akan
menghadapi proses melahirkan akan mengalami kecemasan sesaat, karena ibu
merasa dirinya dalam keadaan terancam, akan tetapi jika ibu memang
merupakan seorang yang pencemas, ia akan tetap merasakan cemas, baik
dalam menghadapi proses persalinan maupun tidak. 
Kecemasan sesaat akan meningkat apabila individu merasa dirinya
dalam keadaan terancam dan akan menurun kembali jika individu
sudah
merasa aman. Individu menghayati kecemasan sesaat ini secara subjektif,
mengalami perasaan ketakutan, khawatir dan gelisah. Sedangkan kecemasan
dasar mengacu pada perbedaan kepribadian dalam kecenderungan mengalami
kecemasan. Kecemasan tidak terlihat langsung dalam perilaku, melainkan
dilihat dari intensitas dan frekuensi kecemasan sesaat yang dialami
oleh
masing-masing individu (Spielberger, 1972).
Saat ibu merasa cemas, dukungan dari keluarga terdekat sangatlah
diperlukan bagi ibu untuk memberikan rasa nyaman, dengan cara memberikan
perhatiannya saat ibu merasa mulas, mendampingi ibu pada saat proses
melahirkan, dll. Disini peneliti ingin melihat apakan ada hubungan antara
dukungan sosial dengan kecemasan ibu untuk  melahirkan secara normal.
Dari definisi yang disebutkan, peneliti
mengambil kesimpulan bahwa
dukungan sosial bermanfaat dalam pengendalian seseorang terhadap tingkat
kecemasan dan dapat pula mengurangi tekanan-tekanan yang ada pada konflik
  
yang
terjadi pada dirinya. Dukungan tersebut berupa dorongan, motivasi,
empati, ataupun bantuan yang dapat membuat individu yang lainnya merasa
lebih tenang dan aman.
Dukungan didapatkan dari keluarga yang terdiri dari suami, orang tua,
ataupun keluarga dekat lainnya. Dukungan keluarga dapat mendatangkan rasa
senang, rasa
aman, rasa puas, rasa nyaman dan membuat orang yang
bersangkutan merasa
mendapat dukungan emosional yang akan
mempengaruhi kesejahteraan jiwa manusia.
2.4  Hipotesis
ho
1
=
Tidak Ada korelasi antara dukungan sosial dengan kecemasan Trait ibu
untuk     melahirkan secara normal
h
a
1
=    
Ada korelasi antara dukungan sosial dengan kecemasan Trait ibu untuk
melahirkan secara normal. 
Ho2
=
Tidak Ada korelasi antara dukungan sosial dengan kecemasan State ibu
untuk     melahirkan secara normal
Ha2 =     Ada korelasi antara dukungan sosial dengan kecemasan State ibu untuk
melahirkan secara normal.