1
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Umum
2.1.1
Museum
Menurut Asiarto (2008:15), museum berakar dari kata latin
mouseion, yaitu kuil untuk sembilan dewa muze, anak-anak Dewa
Zeus yang tugas utamanya adalah menghibur. Sedangkan pengertian
museum menurut ICOM (International Council of Museums) adalah
sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani
masyarakat, dan perkembangannya terbuka untuk umum, yang
memperoleh, merawat, menghubungkan, dan memamerkan tujuan-tujuan
studi, pendidikan, dan kesenangan, barang pembuktian manusia dan
lingkungannya.
Beberapa klasifikasi museum yaitu:
1.
Dari jenis koleksinya
a.
Museum Umum, koleksinya mencakup semua disiplin
ilmu
b.
Museum Khusus, koleksinya mencakup satu disiplin ilmu
2.
Dari asal koleksinya:
a.
Museum Internasional, koleksinya berasal dari seluruh
dunia
b.
Museum Nasional, koleksinya berasal dari suatu Negara
c.
Museum Regional, koleksinya berasal dari suatu daerah
|
2
d.
Museum Lokal, koleksinya berasal dari suatu Kotamadya/
Kabupaten tertentu.
2.
Dari penyajian koleksi :
a.
Museum Terbuka, penyajian koleksinya dilakukan secara
terbuka
b.
Museum Tertutup, penyajian koleksinya dilakukan secara
tertutup
c.
Kombinasi antara museum terbuka dan tertutup.
3.
Dari waktu penyajian:
a.
Museum tetap
b.
Museum temporer
4.
Dari segi ilmu pengetahuan :
a.
Museum ilmu alam
b.
Museum teknologi dan industry
c.
Museum sejarah
d.
Museum seni rupa
e.
Museum sejarah seni rupa
2.1.1.a
Unsur-unsur Museum
Menurut Asiarto (2008:18-20) museum memiliki unsur-unsur
seperti bangunan/lokasi dan koleksi. Bangunan museum
setidaknya meliputi area
publik dan non-publik yang berisi
koleksi dan non-koleksi.
|
3
1.
Bangunan / Lokasi
Museum harus memiliki bangunan yang terdiri dari
bangunan pokok dan bangunan penunjang. Bangunan pokok
meliputi beberapa ruang sebagai berikut:
a.
Ruang pameran tetap
b.
Ruang pameran temporer
c.
Ruang auditorium
d.
Ruang kantor/ adminstrasi
e.
Ruang perpustakaan
f.
Ruang laboratorium
g.
Ruang penyimpanan koleksi (storage)
h.
Ruang edukasi
i.
Ruang transit koleksi
j.
Bengkel kerja preparasi
Bangunan penunjang meliputi beberapa ruang sebagai
berikut:
a.
Ruang cendermata dan kafetaria
b.
Ruang penjualan tiket dan penitipan barang
c.
Ruang lobi
d.
Ruang toilet
e.
Ruang parkir dan taman
f.
Ruang pos jaga
Bangunan yang terdiri dari bangunan pokok dan bangunan
penunjang tersebut perlu memperhatikan beberapa hal,
diantaranya:
|
4
a.
Lokasi yang strategis
b.
Kenyamanan dan ketenangan
c.
Keamanan
2.
Koleksi
Koleksi museum adalah benda-benda bukti material
manusia dan lingkungannya yang berkaitan dengan satu atau
berbagai cabang ilmu pengetahuan. Untuk menjadi koleksi,
sebuah benda memerlukan syarat-syarat sebagai berikut:
a.
Mempunyai nilai penting bagi perkembangan kebudayaan
manusia dan lingkungannya.
b.
Dapat diidentifikasi dari aspek ruang, waktu, bentuk, dan
fungsinya.
c.
Dapat dijadikan dokumen, dalam arti sebagai bukti
kenyataan dan kehadirannya bagi penelitian ilmiah.
d.
Dapat dijadikan suatu monumen atau calon monumen
dalam sejarah alam dan budaya.
2.1.1.b
Pengguna Museum
1.
Pengelola
Pengelola museum adalah petugas yang berada dan
melaksanakan tugas museum dan dipimpin oleh seorang
kepala museum. Kepala museum membawahkan dua bagian
yaitu Bagian Administrasi dan Bagian Teknis.
|
5
a.
Bagian Administrasi
Petugas administrasi mengelola ketenagaan, keuangan,
surat-menyurat, kerumahtanggaan, pengamanan, dan
registrasi koleksi.
b.
Bagian Teknis
Bagian teknis terdiri dari tenaga pengelola koleksi,
tenaga konservasi, tenaga preparasi, tenaga bimbingan,
dan humas.
2.
Pengunjung
Berdasarkan intensitas kunjungannya dapat dibedakan
menjadi dua kelompok yaitu:
a.
Kelompok orang yang secara rutin berhubungan dengan
museum seperti kolektor, seniman, desainer, ilmuwan,
mahasiswa, dan pelajar.
b.
Kelompok orang yang baru mengunjung museum.
Berdasarkan tujuan yang dimiliki pengunjung, dapat
dibedakan atas beberapa hal yaitu:
a.
Pengunjung pelaku studi
b.
Pengunjung bertujuan tertentu
c.
Pengunjung pelaku rekreasi
2.1.1.c
Persyaratan Berdirinya Museum
Persyaratan museum menurut Pedoman Pendirian Museum
(1993), terdapat beberapa persyaratan yang harus diperhatikan
dalam perencanaan suatu museum, antara lain :
|
![]() 6
1.
Lokasi Museum
a.
Lokasi yang strategis, bukan untuk kepentingan
pendirinya, tetapi untuk masyarakat umum, pelajar,
mahasiswa, ilmuwan, wisatawan, dan masyarakat umum
lainnya.
b.
Lokasi harus sehat, tidak terletak di daerah industri yang
banyak pengotoran udara, bukan daerah yang berawa atau
tanah pasir, elemen iklim yang berpengaruh pada lokasi
itu antara lain : kelembaban udara setidaknya harus
terkontrol mencapai netral, yaitu 55 65%.
2.
Persyaratan Bangunan
a.
Persyaratan umum yang mengatur bentuk ruang museum
yang bisa dijabarkan sebagai berikut :
1)
Bangunan dikelompokkan dan dipisahkan sesuai :
Fungsi dan aktivitas
Ketenangan dan keramaian
Keamanan
2)
Pintu masuk (main entrance) utama diperuntukkan
bagi pengunjung.
3)
Pintu masuk khusus (service utama) untuk bagian
pelayanan, perkantoran, rumah jaga serta ruang-ruang
pada bangunan khusus.
4)
Area semi publik terdiri dari bangunan administrasi
termasuk perpustakaan dan ruang rapat.
5)
Area privat terdiri dari :
|
![]() 7
Laboratorium Konservasi
Studio Preparasi
Storage
6)
Area publik / umum terdiri dari :
Bangunan utama, meliputi pameran tetap,
pameran temporer, dan peragaan.
Auditorium, keamanan, gift shop, kafetaria,loket
tiket, penitipan barang, ruang istirahat, dan
tempat parkir.
b.
Persyaratan Khusus
1)
Bangunan utama, yang mewadahi kegiatan pameran
tetap dan temporer, harus dapat :
Memuat benda-benda koleksi yang akan
dipamerkan.
Mudah dalam pencapaiannya baik dari luar atau
dalam.
Merupakan bangunan penerima yang harus
memiliki daya tarik sebagai bangunan utama
yang dikunjungi oleh pengunjung museum.
Memiliki sistem keamanan yang baik, baik dari
segi konstruksi, spesifikasi ruang untuk
mencegah rusaknya benda-benda secara alami
ataupun karena pencurian.
2)
Bangunan Auditorium, harus dapat :
Dengan mudah dicapai oleh umum.
|
![]() 8
Dapat dipakai untuk ruang pertemuan, diskusi,
dan ceramah.
3)
Bangunan Khusus, harus :
Terletak pada tempat yang kering.
Mempunyai pintu masuk yang khusus.
Memiliki sistem keamanan yang baik (terhadap
kerusakan, kebakaran, dan pencurian).
4)
Bangunan Administrasi, harus:
Terletak di lokasi yang strategis baik dari
pencapaian umum maupun terhadap bangunan
lainnya.
c.
Persyaratan Ruang
Persyaratan ruang pada ruang pamer sebagai fungsi
utama dari museum. Beberapa persyaratan teknis ruang
pamer sebagai berikut.
1)
Pencahayaan dan Penghawaan
Pencahayaan dan penghawaan merupakan aspek
teknis utama yang perlu diperhatikan untuk membantu
memperlambat proses pelapukan dari koleksi. Untuk
museum dengan koleksi utama kelembaban yang
disarankan adalah 50% dengan suhu 210C
260C.
Intensitas cahaya yang disarankan sebesar 50 lux
dengan meminimalisir radiasi ultra violet.
|
9
2)
Ergonomi dan Tata Letak
Untuk memudahkan pengunjung dalam melihat,
menikmati, dan mengapresiasi koleksi, maka
peletakan peraga atau koleksi turut berperan.
3)
Jalur Sirkulasi di Dalam Ruang Pamer
Jalur sirkulasi di dalam ruang
pamer harus dapat
menyampaikan informasi, membantu pengunjung
memahami koleksi yang dipamerkan. Penentuan jalur
sirkulasi bergantung juga pada runtutan cerita yang
ingin disampaikan dalam pameran.
2.1.1.d
Penataan Pameran
Menurut Akram (1997:16) pameran museum bentuknya
dapat dibagi menjadi tiga. Pameran tetap, pameran temporer, dan
pameran keliling.
1.
Pameran tetap
Pameran tetap adalah pameran yang relatif tidak akan
diubah-ubah lagi terutama mengenai sistematis penggolongan
benda-benda koleksinya.
2.
Pameran temporer/ pameran khusus
Pameran ini merupakan salah satu jenis pameran tentang
suatu jenis koleksi, dengan tema tertentu dan berlangsung
dalam waktu yang relatif singkat.
|
![]() 10
3.
Pameran Keliling
Pameran yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lain,
diselenggarakan diluar gedung museum, pemilik koleksi
tersebut.
Agar ruang pameran dapat terarah dengan baik maka menurut
Aristo (2008:46) penataan koleksi di ruang pameran harus
memiliki:
1.
Sistematika atau jalan cerita yang akan dipamerkan (story-
line)
2.
Koleksi yang mendukung alur cerita
2.1.1.e
Sirkulasi
Ada beberapa jalur sirkulasi menurut Ching (1996:205),
yaitu:
1.
Organisasi Ruang Terpusat
Suatu ruang dominan dimana pengelompokan sejumlah
ruang sekunder dihadapkan.
(Gambar 2.1 Organisasi ruang terpusat)
(Sumber: Ching 1996:205)
2.
Organisasi Ruang Linier
Suatu urutan linier dari ruang yang berulang-ulang. Ruang
linier ini biasanya dihentikan oleh ruang dengan ukuran yang
lebih dominan dari ruang-ruang yang berurutan tersebut.
|
![]() 11
(Gambar 2.2 Organisasi ruang linear)
(Sumber: Ching 1996:205)
3.
Organisasi Ruang Radial
Sirkulasi dengan menggunakan organisasi ruang radial
merupakan penggabungan antara sirkulasi terpusat dan linier
yang dimana pada pusatnya terdapat ruang yang dominan
sedangkan ruang sekundernya berurutan dan membentuk jari-
jari dengan bentuk, sifat dan ukuran yang sama.
(Gambar 2.3 Organisasi ruang radial)
(Sumber: Ching 1996:205)
4.
Organisasi Ruang Cluster
Ruang-ruang dikelompokan berdasarkan adanya hubungan
atau bersama-sama memanfaatkan ciri atau hubungan visual.
Kekurangannya yaitu cenderung menyebabkan terjadinya
kerumunan.
(Gambar 2.4 Organisasi ruang cluster)
(Sumber: Ching 1996:205)
|
![]() 12
5.
Organisasi Ruang Grid
Ruang-ruang diorganisir dalam kawasan grid struktural
atau grid tiga dimensi lain.
(Gambar 2.5 Organisasi ruang grid)
(Sumber: Ching 1996:205)
2.1.1.f
Sarana dan Prasarana
Menurut Akram (1997:34), ada beberapa sarana untuk
menyelenggarakan pameran yaitu:
1.
Ruangan (Tempat)
Ruangan untuk pameran harus diperhatikan
pengaturannya, antara lain:
a.
Ruangan sebaiknya tidak terlalu sempit, sehingga orang
yang melihat pameran tidak harus berdesak-desak.
b.
Ruangan hendaknya diatur agar orang dapat melihat
benda-benda yang dipamerkan itu secara berurutan dan
teratur dan tidak ada yang terlewat
c.
Mengurangi atau menghilangkan semua gangguan-
gangguan terhadap pengunjung pameran dari cahaya yang
menyilaukan, suara-suara bising, dan udara lembab atau
udara panas.
d.
Keselamatan benda-benda koleksi harus diperhatikan.
|
![]() 13
2.
Vitrin
(Gambar 2.6 Vitrin)
(Sumber: www.commons.Wikiipedia.org,diakses 27 Maret 2013 pukul 16.31WIB)
Vitrin
adalah lemari pajang untuk menata benda-benda
koleksi. Umumnya digunakan untuk tempat memamerkan
benda-benda tiga dimensi, benda-benda yang tidak boleh
disentuh, benda-benda kecil atau benda yang bernilai tinggi.
3.
Panel
(Gambar 2.7 Panel)
(Sumber: www.jasa.tokobagus.com, diakses 27 Maret 2013 pukul 16.32 WIB)
Sebagai sarana pameran, panel berfungsi sebagai tempat
meletakkan benda-benda dua dimensi dan benda-benda
berbentuk pipih.
|
![]() 14
4.
Box standard (Alas berbentuk kotak)
(Gambar 2.8 Box Standard)
(Sumber: www.citystore.ltd.uk, diakses 27 Maret 2013 pukul 16.33 WIB)
Gunanya untuk memamerkan benda-benda yang
berbentuk tiga dimensi.
5.
Kapstok
(Gambar 2.9 Kapstok)
(Sumber: www.allebedrijvenonline.nl, diakses 27 Maret 2013 pukul 16.35 WIB)
Kapstok adalah alat untuk menata koleksi benda-benda
dari bahan tekstil.
6.
Nampan Numismatik
(Gambar 2.10 Nampan Numismatik)
(Sumber: www.oldgadgetz.blogspot.com,diakses 27 Maret 2013 pukul 16.37 WIB)
|
15
Nampan numismatik adalah nampan atau wadah yang
digunakan untuk menyimpan benda-benda seperti mata uang
dan lencana.
2.1.1.g
Tata Penyajian Koleksi
Menurut Akram (1997:16) terdapat beberapa sistem untuk
menyajikan/ menata koleksi dalam pameran yaitu menurut
kronologisnya, fungsi, jenis, materi, dan tempat asal. Sedangkan
untuk metode penyajian menurut Asiarto (2008:49) terdapat
beberapa pendekatan yang dapat digunakan, yaitu:
1.
Metode Pendekatan intelektual, adalah cerita penyajian benda-
benda koleksi museum yang mengungkapkan informasi
tentang guna, arti, dan fungsi benda koleksi museum
2.
Metode pendekatan romantik (evokatif) adalah cara penyajian
benda-benda koleksi museum yang mengungkapkan suasana
tertentu yang berhubungan dengan benda-benda yang
dipamerkan
3.
Metode pendekatan estetik adalah cara penyajian benda-benda
koleksi museum yang mengungkapkan nilai artistik yang ada
pada benda koleksi museum
4.
Metode pendekatan simbolik adalah cara penyajian benda-
benda koleksi museum dengan menggunakan simbol-simbol
tertentu sebagai media inteprestasi pengunjung
5.
Metode pendekatan kontemplatif adalah cara penyajian
koleksi di museum untuk membangun imajinasi pengunjung
terhadap koleksi yang dipamerkan
|
16
6.
Metode pendekatan interaktif adalah cara penyajian koleksi di
museum dimana pengunjung dapat berinteraksi langsung
dengan koleksi yang dipamerkan
Terdapat beberapa standar tertentu dari tehnik penyajian yang
meliputi:
1.
Ukuran Vitrin dan Panil
Ukuran vitrin dan panil tidak boleh terlalu tinggi ataupun
terlalu rendah. Untuk patokan disesuaikan dengan tinggi rata-
rata manusia Indonesia. Misalnya tinggi rata-rata orang
Indonesia kira-kira antara 160 s/d 170 cm dan kemampuan
gerak anatomi leher manusia kira-kira sekitar 30º, gerak ke
atas, ke bawah, atau ke samping, maka tinggi vitrin
seluruhnya 210 cm dan cukup alas terendah 65-70 cm dan
tebal 60 cm. Ukuran dan bentuk vitrin harus
memperhitungkan juga ruangan dan bentuk bangunan dimana
vitrin itu akan diletakkan. Bentuk vitrine harus memenuhi
persyaratan yaitu :
a.
Keamanan koleksi harus terjamin
b.
Memberi kesempatan kepada pengunjung agar lebih
leluasa dan enak melihat koleksi yang ditata di dalamnya.
c.
Pengaturan cahaya tidak boleh mengganggu koleksi
maupun pengunjung
d.
Bentuk vitrin harus disesuaikan dengan ruangan yang akan
ditempatinya.
Dalam membuat panel harus memperhatikan:
|
![]() 17
a.
Panel harus mudah dilihat dan bagus dipandang
b.
Mudah dipindah-pindahkan sesuai dengan fungsinya
c.
Kokoh konstruksinya
(Gambar 2.11 Jarak dan ukuran penataan koleksi)
(Sumber: Akram 1997:23)
|
![]() 18
(Gambar 2.12 Panel dan ukurannya)
(Sumber: Akram 1997:24)
(Gambar 2.13 Vitrin dan ukurannya)
(Sumber: Akram 1997:26)
2.
Tata Cahaya
Sangat ideal apabila ruangan-ruangan di museum tidak
mempunyai jendela karena cahayanya dapat diatur.
|
19
Diusahakan lampu terlindung, jangan sampai sumber cahaya
langsung terlihat oleh pengunjung. Lampu yang digunakan
sebaiknya lampu TL karena tidak sepanas lampu pijar biasa.
Akan tetapi lampu TL mengadung ultraviolet. Agar tidak
menggangu, sebaiknya menggunakan kaca buram sebagai
filter. Lampu TL pada obyek-obyek yang peka terhadap
cahaya sebaiknya diletakkan paling dekat berjarak kurang
lebih 40 cm. Standarisasi yang direkomendasikan untuk
tingkat pencahayaan di dalam museum adalah (dengan lampu
75 wats/lumen):
a.
Koleksi pamer kesensitifan tinggi: 50 lux
b.
Koleksi pamer kesensitifan sedang:150-200 lux
c.
Koleksi pamer kesensitifan rendah: 300 lux
3.
Tata Warna
Peranan warna sangat penting dalam pameran, disamping
mempengaruhi perasaan akan situasi ruangan juga memberi
suatu jiwa pada ruangan. Untuk ruangan pameran tetap
sebaiknya menggunakan warna netral, misalnya cream, abu-
abu, broken white,warna pastel, dan sebagainya.
4.
Tata Letak
Meletakkan obyek pada suatu bidang dalam vitrin maupun
panel harus ada dalam bidang pusat perhatian. Cara
menonjolkan benda ada bermacam-macam yaitu:
a.
Letaknya terpisah
b.
Letaknya ditinggikan
|
20
c.
Dilatarbelakangi warna
d.
Disorot Sinar Lampu
5.
Tata Pengamanan
Sistem keamanan di Museum menurut Asiarto (2008:68)
dapat dilakukan dengan memenuhi persyaratan pembuatan
vitrin yaitu:
a.
Bobot berat yang sukar untuk dipindahkan
b.
Bahan yang tidak mudah rusak
c.
Terkunci dengan baik sehingga sukar untuk dibongkar
d.
Semua permukaan tertutup kaca sehingga tidak mudah
dipecahkan
e.
Menempatkan koleksi jauh dari tangan pengunjung, dan
memberi penghalang fisik, seperti tali, panil informasi,
dan pembatas antara pengunjung dengan koleksi
f.
Pengamanan juga dapat menggunakan penghalang
psikologis misalnya perbedaan tinggi lantai
g.
Memberlakukan penitipan tas terutama untuk pengunjung
Museum sebaiknya juga menggunakan pengamanan
elektronik yang digunakan di museum:
a.
Control Panel,
b.
Kontak magnetik
c.
Kawat (wiring)
d.
Detektor getar
e.
Detector kaca pecah
f.
Sensor inframerah pasif
|
21
g.
Detektor asap
h.
Sensor pendeteksi aktivitas
i.
Dual tone sounder
j.
CCTV
6.
Label
Label adalah sarana komunikasi untuk memberikan
informasi yang dimiliki oleh museum kepada pengunjung.
Setiap label harus memiliki tujuan yang jelas.
7.
Foto-Foto Penunjang
Agar koleksi lebih informatif, perlu dibuatkan foto-foto
penunjang yang diletakkan dekat koleksi tersebut.
2.1.2
Olahraga
Menurut Husdarta (2010:133) istilah sport menurut para ahli yaitu:
1.
Definisi olahraga yang dikemukakan Matveyev (1981; dalam
Rusli, 1992), bahwa olahraga merupakan kegiatan otot yang
energik dan dalam kegiatan itu atlet memperagakan
kemampuan geraknya (performa) dan kemauannya
semaksimal mungkin.
2.
Definisi UNESCO tentang Sport, yaitu: Setiap aktifitas fisik
berupa permainan yang berisikan perjuangan melawan unsur-
unsur alam, orang lain ataupun diri sendiri
2.1.2.a
Sejarah Olahraga Indonesia
Menurut Husdarta (2010:20-36) beberapa peristiwa
keolahragaan yang menandai perkembangan olahraga pada zaman
kemerdekaan antara lain:
|
22
1.
Tanggal 19 Agustus, tanggal terbentuknya cabinet pertama,
dalam Kementrian Pendidikan Pengajaran
2.
Pada bulan September 1945, organisasi olahraga yang
bernama GELORA (Gerakan Latihan Olahraga) meleburkan
diri bersama-sama Djawa Iku Kai (Pusat Olahraga Versi
Jepang) menjadi Persatuan Olahraga Republik Indonesia
(PORI).
3.
Pada Tahun 1947, PORI mengembangkan organisasinya,
antara lain:
a.
Membangun kembali cabang-cabang olahraga yang
tersebar dan tercerai-berai
b.
Membentuk organisasi Induk Cabang Olahraga yang
belum tersusun
c.
Menerbitkan majalah Pendidikan Jasmani dengan
symbol obor menyala dan lima gelang
d.
Mempersiapkan Pekan Olahraga Nasional kesatu
4.
Pada bulan Januari 1947, Presiden Soekarni melantik KORI
(Komite Olimpiade Republik Indonesia).
5.
Pada 9-14 September PON I akhirnya dapat terlaksana
6.
Tahun 1962 Indonesia diberikan kepercayaan untuk
menyelenggarakan Asia Games IV tahun 1962
7.
Tahun 1962 dengan Keputusan Presiden No. 131 Tahun 1962
dibentuk Departemen Olahraga
8.
Tahun 1958 Indonesia merebut Thomas Cup bidang
bulutangkis.
|
23
9.
Pada tahun 1961 pemerintah membentuk KOGOR (Komando
Gerakan Olahraga Indonesia)
10. Pada tahun 1964, Indonesia membentuk Dewan Olahraga
Indonesia (DORI) sebagai ganti Komando Gerakan Olahraga
Indonesia (KOGOR)
11. Pada tanggal 31 Desember 1967, terbentuk Komite Olahraga
Nasional Indonesia (KONI) sebagai ganti DORI.
12. Pada tahun 1966, Departemen Olahraga dibubarkan.
13. Pada tahun 1984, Menteri Negara Pemuda dan Olahraga
(Menpora) membenahi kembali keolahragaan Indonsesia,
antara lain
a.
Jam Krida Olahraga diadakan tiap hari Jumat selama 30
menit
b.
Pada tanggal 9 September diselenggarakan kegiatan
olahraga di seluruh tanah air.
c.
Pemerintah memperbaharui Kepres No. 57 Tahun 1967
dan Kepres No. 43 Tahun 1984 mengenai kedudukan dan
tugas Komite Olahraga Indonesia (KONI)
d.
Olahraga profesioanal juga ditata kembali
e.
Pemerintah memberikan pengharagaan kepada 241 orang
atlet
f.
Pada tanggal 4 Oktober 1984 diterbitkan surat keputusan
bersana Menteri P&K dan Menpora untuk lebih
memantapkan kegiatan/keolahragaan.
|
24
2.1.2.b
Pengelompokkan Olahraga
Menurut Husdarta (2010:148) ditinjau dari tujuannya, istilah
olahraga dapat digolongkan menjadi:
1.
Olahraga Pendidikan
Olahraga pendidikan adalah aktivitas olahraga yang
bertujuan untuk membantu meningkatkan pencapaian tujuan
pendidikan.
2.
Olahraga Rekreasi
Olahraga rekreasi adalah suatu kegiatan olahraga yang
dilakukan pada waktu senggang sehingga pelaku memperoleh
kepuasan secara emosional seperti kesenangan, kegembiraan,
kebahagiaan, serta memperoleh kepuasan secara fisik-
fisiologis seperti terpeliharanya kesehatan dan kebugaran
tubuh, sehingga tercapainya kesehatan secara menyeluruh.
3.
Olahraga Prestasi
Olahraga prestasi adalah kegiatan olahraga yang dilakukan
dan dikelola secara professional
dengan tujuan untuk
memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga
yang merupakan olahraga prestasi.
4.
Olahraga Rehabilitasi/ Kesehatan
Olahraga rehabilitasi adalah suatu kegiatan olahraga yang
bertujuan untuk pengobatan atau penyembuhan yang
biasanya dikelola oleh tim medis dan hanya untuk kelompok
tertentu seperti penderita penyakit jantung coroner, penderita
asma, penyembuhan setelah cedera, dan lain-lain.
|
25
2.1.3
Atletik
Menurut Kurniawan (2008:13)Atletik adalah gabungan dari
beberapa
jenis olahraga yang secara besar dapat dikelompokkan menjadi lari,
lempar, dan lompat. Kata ini berasal dari bahasa Yunani Athlon yang
berarti kontes. Atletik merupakan cabang olahraga yang diperlombakan
pada olimpiade pertama pada 776 SM. Induk organisasi untuk olahraga
atletik di Indonesia adalah PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia).
Dalam atletik, sang olahragawan diharuskan untuk berlari lebih cepat,
melompat lebih tinggi dan melempar lebih jauh dari lawannya. Dahulu
kala di Olympia, perlombaan tersebut hanyalah lomba lari yang terkadang
mempersulit pelarinya dengan memakaikan baju perang atau membawa
tameng prajurit. Saat ini, atletik telah menjadi cabang olahraga yang cukup
populer di turnamen olahraga.
2.1.3.a
Prestasi Atletik Indonesia
1.
Lompatan Harun Al Rasyid di zaman Belanda adalah 1.86 m
2.
Pada PON I tahun 1948 di Solo, Sudarmajo mencapai
lompatan setinggi 1.80m
3.
Pada PON II 1951 di Jakarta hasilnya dapat ditingkatkan
menjadi 1.85 m.
4.
Sudarmajo mengikuti Asian Games I tahun 1951 di New Delhi
yang merupakan partisipasi pertama Indonesia di gelanggang
Asia setelah memperoleh kemerdekaannya. Sudarmajo
berhasil masuk hingga babak final.
5.
Asian Games I Tim Atletik Indonesia telah berhasil 5 medali
perunggu sebagai berikut :
|
26
a.
Lompat Tinggi
:Sudarmojo
b.
Lompat Jangkit
:Hendarsin
c.
Lempar Lembing
:Matulessy
d.
Lempar Cakram
:Anni Salamun
6.
Prestasi Murbambang 10.8 m dalam lari 100 m
7.
Prestasi M. Sarengat pada Asian Games IV tahun 1962 di
Jakarta dengan catatan 10.5 detik dan menjadi pelari tercepat
Asia.
2.1.3.b
Cabang Olahraga Atletik
Menurut Kurniawan (2011:13), ada beberapa cabang
olahraga atletik yang diperlombakan yaitu:
1.
Lari
Dalam cabang olahraga lari, terdapat banyak pertandingan
yang dilombakan, yaitu:
a.
Lari Jarak Pendek
Lari jarak pendek adalah salah satu nomor lari cepat.
Lari jarak pendek disebut juga sprint.
Nomor lari jarak
pendek adalah 100m, 200 m, 400 m.
b.
Lari Jarak Menengah
Lari jarak menengah adalah lari yang menempuh jarak
800m dan 1500m.
c.
Lari Sambung/ Estafet
Lari sambung atau lari estafet adalah salah satu lomba
lari pada perlombaan atletik yang dilaksanakan secara
|
![]() 27
bergantian. Satu regu pelari sambung terdiri dari 4 orang
pelari.
d.
Lari Maraton
Untuk lari jarak jauh dibagi menjadi 500 m, 10.000 m,
half marathon, dan marathon.
2.
Tolak Peluru
Atlet tolak peluru melemparkan bola besi yang berat
sejauh mungkin.
a.
Untuk senior putra
= 7,257 kg
b.
Untuk senior putri
= 4 kg
c.
Untuk yunior putra
= 5 kg
d.
Untuk yunior putri
= 3kg
(Gambar 2.14 Lapangan tolak peluru)
(Sumber: Kurniawan 2011:18)
3.
Lempar
a.
Lempar Lembing
Olahraga lempar lembing merupakan cabang olahraga
atletik, dimana atlet melemparkan lembing atau tombak
pada lapangan dengan ukuran yang telah ditentukan.
|
![]() 28
Pada olahraga lempar lembing, panjang dan berat
lembing yang digunakan berbeda., untuk putra panjangnya
2,6 sampai 2,7 meter dengan berat 800 gram. Sedangkan
untuk putri panjang lembing adalah 2,2 sampai 2,3 meter
dan beratnya 600 gram.
(Gambar 2.15 Lapangan lempar lembing)
(Sumber: Kurniawan 2011:20)
Keterangan
Lebar awalan= 4 m
Panjang awalan= 40 m
B dan C merupakan busur, jari-jari AB=BC= 8 cm
Lebar garis lurus sisi kanan dan kiri= 11/2 m
Lebar garis lempar= 7 m
b.
Lempar Cakram
Lempar cakram adalah salah satu cabang olahraga
atletik. Cakram yang dilempar berukuran garis tengah 220
mm dan berat 2 kg untuk laki-laki, dan 1 kg untuk
perempuan. Lempar cakam diperlombakan sejak
Olimpiade 1 tahun 1896 di Athena, Yunani.
|
![]() 29
(Gambar 2.16 Lapangan lempar cakram)
(Sumber: Kurniawan 2011:21)
Keterangan:
Garis tengah putra 219-221 mm, putri 180-182 mm
Tebal lingkaran tengah putra 44-46 mm, putri 37-39
mm
Garis tengah dalam 50-57 mm
Jari-jari tepi 6mm
Tebal tep minimal 12 mm
Berat cakram putra= 2 kg, putri= 1 kg
4.
Lompat
a.
Lompat Tinggi
Lompat tinggi adalah salah satu keterampilan untuk
melewati mistar yang berada di kedua tiangnya.
Ketinggian lompatan yang dicapai oleh seorang pelompat
tergantung dari kemampuan dan persiapan bertanding dari
masing-masing atlet.
|
![]() 30
(Gambar 2.17 Lapangan lompat tinggi)
(Sumber: Kurniawan 2011:22)
Keterangan:
Panjang minimum jalur ancang-ancang haruslah 15
m kecuali dalam perlombaan minimumnya adalah
20 m
Bila kondisi mengijinkan panjang minimum harus
25 m
Jarak antara tiang lompat harus tidak kurang dari 4m
juga tidak lebih dari 4.04 m
Mistar lompat harus terdiri dari 3 bagian yaitu
bagian batang yang silindris dan dua buah ujung
mistar, yang masing-masing 30-35 mm lebar dan 15-
20 cm panjang untuk maksud meletakkannya pada
penopang pada tiang lompat
b.
Lompat Galah
Lompat galah merupakan suatu lompatan yang
dilakukan dengan bantuan
galah untuk mencapai tujuan
lompatan yang setinggi-tingginya.
|
![]() 31
c.
Lompat jauh
Olahraga lompat jauh menuntut gerakan di saat sang
atlet melakukan lompatan setelah diawali dengan berlari
sehingga menghasilkan lompatan yang sangat jauh.
Pemenangnya ditentukan dari seberapa jauh sang atlet
mampu melompat di kolam pasir sebagai media
pengukurannya. Gerak lompat jauh merupakan gerak dari
perpaduan antara kecepatan (speed), kekuatan (strength),
kelenturan (flexibility), daya tahan (endurance), ketepatan
(acuration).
(Gambar 2.18 Lapangan lompat jauh)
(Sumber: Kurniawan 2011:25)
Keterangan:
Panjang lintasan hingga papan tumpuan umumnya
45 meter
Lebar lintasan 1.22 m
Papan lompatan memiliki panjang 1.72 m
Lebar 30 cm ketebalan 10 cm
Jarak papan tumpuan pada bak lompat adalah 1 m
Bak lompat yang digunakan sepanjang 9 m dengan
lebar 2.95 m. Lebar tempat pendaratan, jaraknya
|
32
paling sedikit 2.75 m antara garis tolakan sampai
akhir tempat tolakan
2.1.4
Betawi
Penduduk asli Jakarta dengan ciri utamanya mempergunakan bahasa
Betawi sebagai bahasa ibu, tinggal dan berkembang di wilayah DKI
Jakarta dan sekitarnya. Terbentuk sekitar abad ke-17, merupakan hasil dari
campuran beberapa suku bangsa seperti Bali, Sumatera, China, Arab dan
Portugis. Suku bangsa ini biasa juga disebut Orang Betawi atau Orang
Jakarta (atau Jakarte menurut logat Jakarta). Nama "Betawi" berasal dari
kata "Batavia". Nama yang diberikan oleh Belanda pada zaman penjajahan
dahulu.
Jakarta kemudian menjadi arena pembauran budaya para pendatang
dari berbagai kelompok etnik. Mereka datang dengan berbagai sebab,
kepentingan, dan latar belakang budaya masing-masing, sehingga menjadi
suatu kebudayaan baru bagi penghuni Kota Jakarta, dan pendukung
kebudayaan baru itu menyebut dirinya "Orang Betawi."
2.1.4.a
Rumah Betawi
Rumah tradisional Betawi dibuat dari bermacam-macam
bahan yang tersedia. Tergantung dari kemampuan pembuatnya.
Ada yang dibuat menggunakan bahan bambu. Ada yang dibuat
menggunakan bahan kayu. Ketika bangsa kita dijajah Belanda,
orang Betawi meniru cara Belanda membangun rumah. Mulailah
berkembang pembangunan rumah dari batu. Tetapi umumnya
rumah tradisional Betawi dibuat menggunakan bahan dari kayu.
|
![]() 33
Jenis kayu yang dipilih kayu nangka, kayu cempaka, dan lain-
lain. Jenis kayu asem biasanya tidak digunakan.
Menurut Swadarma(2013:32), rumah tradisional Betawi ada
tiga macam :
1.
Rumah tipe Gudang.
Rumah ini berbentuk empat persegi panjang.
(Gambar 2.19 Rumah Gudang)
(Sumber: www.jakarta.go.id, diakses 27 Maret 2013 pukul 21.16 WIB)
2.
Rumah tipe Joglo.
Rumah ini berbentuk bujur sangkar.
(Gambar 2.20 Rumah joglo)
(Sumber: www.jakarta.go.id, diakses 27 Maret 2013 pukul 21.17WIB)
|
![]() 34
3.
Rumah tipe Bapang/Kebaya
Disebut juga tipe Kebaya. Rumah ini berbentuk empat
persegi panjang.
(Gambar 2.21 Rumah bapang)
(Sumber: www.jakarta.go.id, diakses 27 Maret 2013 pukul 21.18WIB)
Menurut Swadarma (2013:55), beberapa elemen dari rumah
Betawi yaitu:
1.
Atap
Memiliki 3 jenis atap yaitu bapang, gudang, dan joglo.
2.
Paseban/ beranda
Lantai paseban umumnya terbuat dari kayu. Sedangkan
rumah Betawi darat biasanya menggunakan lantai tanah,
plesteran, ubin, dan tegel.
3.
Langkan
Langkan merupakan bagian dari pasebean rumah yang
berada di tepi sebagai pembatas teras.
4.
Tapang
Tapang adalah bale-bale bambu pada pasebean yang bias
digunakan sebagai tempat bersantai.
|
![]() 35
(Gambar 2.22 Tapang)
(Sumber: Swadarma 2013:59)
5.
Jendela jejake (jendela bujang atau jendela Cina)
Jendela bujang tidak memiliki daun jendela dan hanya
dilengkapi dengan balustrade (kisi)
(Gambar 2.23 Jendela jejake)
(Sumber:Swadarma 2013:59)
6.
Jendela krepyak
Jendela krepyak merupakan jendela yang terdiri dari duan
daun dengan pola garis-garis horizontal tanpa kisi untuk
sirkulasi udara.
|
![]() 36
(Gambar2.24 Jendela krepyak)
(Sumber: Swadarma 2013:59)
2.1.4 b
Filosofi dan Kepercayaan
Beberapa filosofi dan kepercayaan pada rumah Betawi
menurut Swadarma (2013:65), yaitu:
1.
Filosofi balaksuji
Balaksuji adalah konstruksi tangga pada rumah panggung
Betawi. Orang yang menaiki tangga menuju ke rumah artinya
sedang menuju proses kesucian.
2.
Filosofi ragam hias
Pada rumah Betawi terdapat beberapa ragam hias yang
memiliki makna tersenndiri, yaitu:
a.
Bentuk tumpal adalah simbol gunung yang artinya
kekuatan dan keseimbangan alam
|
![]() 37
(Gambar 2.25 Bentuk tumpal)
(Sumber: Swadarma 2013:78)
b.
Bentuk bunga melati mengisyaratkan pesan keceriaan
penghuni rumah, keharuman yang artinya sangat menjaga
kebersihan, serta keramahan yang dimiliki masyarakat
Betawi.
(Gambar 2.26 Bentuk bunga melati)
(Sumber: Swadarma 2013:67)
c.
Simbol matahari/ swastika menujukkan harapan si pemilik
rumah agar hatinya senantiasa diterangi seperti matahari
yang menerangi bumi.
|
![]() 38
(Gambar 2.27 Bentuk swastika)
(Sumber: Swadarma 2013:67)
d.
Motif tanaman seperti tapak dara, kecubung, dan jambu
mete mengindikasikan kedekatan dengan alam serta
pengetahuan masyarakat Betawi mengenai tanaman obat.
e.
Rgam hias gigi balang memiliki pesan bahwa dalam
kehidupan seseorang pasti akan menghadapi masalah.
Untuk itu, orang Betawi ingin mencontoh belalang yang
ulet, rajin, dan sabar.
(Gambar 2.28 Gigi Balang)
(Sumber: www.jakarta.go.id, diakses 27 Maret 2013 pukul 21.20 WIB)
f.
Ragam hias kaligrafi menandakan masyarakat Betawi
yang taat pada ajaran agama Islam.
3.
Filosofi Langkan
Langkan menggambarkan etika bagi orang yang ingin
bertamu sebaiknya melewati pintu depan rumah. Bagi orang
|
![]() 39
Betawi, tamu yang masuk lewat pintu samping atau belakang
merupakan etika yang dianggap kurang baik.
4.
Filosofi lampu gembreng
Selain untuk menerangi jalan, lampu gembreng juga
merupakan perlambangan ilmu agama
(Gambar 2.29 Lampu Gembreng)
(Sumber: Swadarma 2013:70)
5.
Filosofi kaca cermin
Kaca adalah benda yang selalu ada di rumah etnik Betawi.
Fungsinya bukan hanya untuk berhias tetapi juga memiliki
makna kerendahan hati.
2.1.5
Kontemporer
Kontemporer menurut definisi berarti yang ada, yang terjadi, atau
hidup pada saat yang sama, milik waktu yang sama. Desain kontemporer
mengacu pada apa yang populer atau digunakan sekarang. Gaya
kontemporer ini dimulai pada pertengahan abad 20. Gaya ini memiliki ciri
yaitu gaya yang eklektik, modern, tradisional, expressional, perkotaan,
|
40
lingkungan, sculptural, budaya dan global. Selain itu, gaya ini juga
merupakan gaya yang melintasi batas-batas tradisional ruang dan waktu.
2.1.5.a
Interior
Setiap gaya memiliki ciri khasnya masing-masing. Untuk
gaya kontemporer,
ciri khas yang dapat diterapkan pada sebuah
desain interior adalah:
1.
Desain berfokus pada warna-warna netral, seperti krim, putih,
cokelat, kulit hitam dan kelabu tua. Warna-warna berani,
seperti merah atau kuning, adalah untuk aksen.
2.
Bentuk-bentuk yang digunakan adalah bentuk geometris
dengan sedikit sentuhan lekukan.
3.
Bentuk ruang terbuka
4.
Menggunakan material-material lantai yang keras seperti
bambu, kayu terang, batu, dan keramik
5.
Menggunakan finishing yang mengkilap seperti Stainless stell,
vernis, kaca, plastic, keramik. Dapat juga menggunakan
campuran material yang kontras
6.
Menggunakan aksesori yang sederhana
2.1.5.b
Furnitur
Furnitur kontemporer sebenarnya berdasarkan pada furnitur
Skandinavian dengan bingkai kayu polos dan kain bantal berlapis.
Furnitur Skandinavia yang sebenarnya, didominasi oleh
penggunaan kayu jati dan buatan tangan.
|
41
2.2
Tinjauan Khusus
2.2.1
Museum Olahraga Nasional Indonesia
Museum Olahraga Nasional Indonesia adalah museum olahraga yang
berada di lingkungan Taman Mini Indonesia Indah, tepatnya terletak
disebelah kiri pintu masuk II dan disebelah kanan Museum Telkom,
disamping Museum Istiqlal Bayt Al-Quran dan berhadapan dengan
Gedung Keong Emas. Bangunan ini memiliki luas bangunan 3000 meter
persegi diatas 1.5 hektar.
2.2.1.a
Sejarah
Menurut Windria (2011:14), cita-cita memiliki Museum
olahraga di Indonesia merupakan ide awal dari Sri Sultan
hamengku buwono IX (Almarhum) sewaktu beliau menjabat
sebagai ketua KONI Pusat pada tahun1980, tetapi usaha ini selalu
kandas pada pendanaan.
Setahun Kemudian cita-cita Sri Sultan Hamengku buwono IX
dicetuskan oleh Bapak MENPORA (Menteri Negara Pemuda dan
Olahraga), DR. Abdul Gafur. Bapak Menpora, DR. Abdul Gafur
mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh unsur-unsur
perencanaan dan pembangunan Museum Olahraga.
Hasil pertemuan tersebut melahirkan Panitia Pembangunan
yang disebut Panitia Kecil yang diketuai oleh Bapak
MENPORA, DR. Abdul Gafur sebagai pengawas Yayasan Panji
Olahraga dengan menunjuk Pimpinan Harian yaitu M.F Siregar.
Adapun pembangunan Museum Olahraga dibangun oleh
Yayasan Panji Olahraga . Sedangkan pendanaan yang dibutuhkan
|
42
untuk pembangunanan Museum Olahraga Nasional sebesar 3
Milyar Rupiah dan sesuai petunjuk Sri Sultan Hamengku Buwono
IX dana tersebut didapatkan dari masyarakat dalam hal ini para
dermawan.
Pada tanggal 18 Mei 1987, Bapak MENPORA
menyampaikan surat perihal Pembangunan Museum Olahraga
kepada Ibu Tien Soeharto. Pada tanggal 30 September 1987, Ibu
Tien Soeharto menandatangani gambar rencana pembangunan
Museum Olahraga TMII disaksikan oleh DR. Abdul Gafur dan Ir.
D. Manuhutu dari BP 3 TMII.
Selanjutnya pada tanggal 4 Oktober 1987 diletakkan batu
pertama sebagai tanda dimulainya Pembangunan Museum
Olahraga TMII oleh Bapak Menteri Koordinator Kesejahteraan
Rakyat, Alamsyah Ratu Prawira Negara. Dan pembangunan
berlangsung mulai dari tanggal 20 Oktober 1987 sampai dengan
April 1989.
Pada tanggal 20 April 1989 bertepatan dengan HUT TMII
yang ke-14 Museum Olahraga diresmikan oleh Bapak Presiden
Soeharto, dan sejak tanggal 7 Mei 1989 Museum olahraga dibuka
untuk umum.
2.2.1.b
Tujuan
Menurut Windria (2011:13) Museum Olahraga Nasional
sebagai sarana untuk mengetahui sejarah perkembangan
keolahragaan di Indonesia yang memiliki tujuan sebagai berikut:
|
43
1.
Dalam rangka melestarikan koleksi-koleksi dan olahraga
bersejarah dan prestasi olahraga sebagai bahan pembuktian
sejarah budaya manusia dan lingkungannya di seluruh
Indonesia.
2.
Sebagai upaya pembuktian sejarah baik yang besifat alami
maupun hasil karya manusia yang dipandang sangat penting
(Monumental).
3.
Sebagai sumber informasi yang memudahkan dan memiliki
fungsi edukasi (Pendidikan) dan Enjoyment (Menyenangkan
dan nyaman) bagi masyarakat dan untuk kepentingan belajar,
penelitian, bersifat pendidikan, serta mendorong peningkatan
prestasi olahraga di Indonesia.
4.
Sebagai upaya pengembangan industri pariwisata dan juga
sebagai asset keolahragaan yang dapat dikembangkan.
5.
Sebagai upaya pemberdayaan dibidang olahraga yang bersifat
rekreasi berbasis masyarakat dengan memperhatikan prinsip
mudah, murah, menarik, manfaat, dan massal
6.
Museum olahraga diharapkan dapat mengilhami, memberikan
inspirasi dan mendorong kegemaran berolahraga.
2.2.1.c
Struktur Organisasi
|
![]() 44
(Gambar 2.30 Struktur organisasi Museum Olahraga Nasional)
Jumlah karyawan seluruhnya yaitu 33 orang yang berperan
sebagai:
1.
Kepala Museum, mempunyai tugas memimpin,
mengkoordinasi, mengawasi, dan mengendalikan
pelaksanaan tugas dan fungsi museum diwilayah kerjanya.
2.
Subbagian Tata Usaha berjumlah 4 orang yang memiliki
tugas:
a.
Melaksanakan pengelolaan surat menyurat, urusan rumah
tangga dan kearsipan
b.
Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian dan
keuangan
c.
Melaksanakan pengelolaan perlengkapan dan peralatan
kantor
d.
Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Museum.
3.
Seksi Koleksi dan Dokumentasi berjumlah 3 orang yang
memiliki tugas:
a.
Menyusun rencana kegiatan dan program kerja
Museum Olahraga Nasional
Seksi Pameran dan
Edukasi
Subbagian Tata Usaha
Jabatan Fungsional
Seksi Koleksi dan
Dokumentasi
|
45
b.
Melaksanakan survei dan pengadaan koleksi
c.
Melaksanakan inventerasasi dan katalogisasi koleksi
d.
Melaksanakan penyusunan sumber data koleksi
e.
Melaksanakan dokumentasi dalam bentuk tulisan, suara,
dan visual
f.
Melaksanakan penyusunan naskah petunjuk koleksi,
penyusunan naskah buku tentang koleksi dan penelitian
naskah kuno
g.
Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Museum
h.
Melaksanakan konservasi, fumigasi, restorasi, dan
reproduksi koleksi
i.
Melaksanakan perawatan gedung dan peralatan teknis
museum
4.
Seksi Pameran dan Edukasi berjumlah 4 orang yang memiliki
tugas:
a.
Menyusun rencana kegiatan dan program kerja;
b.
Melaksanakan pemutaran film dokumenter;
c.
Melaksanakan museum keliling;
d.
Melaksanakan penyusunan scenario video program
tentang koleksi;
e.
Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Museum.
f.
Melaksanakan tata pameran khusus dan keliling;
5.
Jabatan Fungsional berjumlah 5 orang yang memiliki tugas:
|
46
a.
Melakukan kegiatan berdasarkan jabatan fungsional
masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2.2.1.d
Pengunjung
Pengunjung yang mengunjungi museum sebagian besar
adalah anak sekolah SMP dari luar Jakarta. Selain itu, ada pula
pengunjung yang datang bersama keluarga untuk rekreasi. Waktu
ramai Museum ini adalah pada hari Sabtu dan Minggu.
2.2.1.e
Fasilitas
Fasilitas yang ada pada Museum Olahraga Nasional adalah:
1.
Ruang Fitness
2.
Perpustakaan
3.
Ruang Senam/ Serbaguna
4.
Ruang Auditorium
5.
Lapangan Tenis
6.
Ruang Bilyard
7.
Kantin
8.
Mushola
2.2.1.f
Koleksi Museum Olahraga
Sampai saat ini, Museum Olahraga telah berhasil
mengumpulkan sebanyak 300 koleksi yang berhubungan dengan
bidang olahraga yang meliputi:
1.
Koleksi Historika
|
47
Koleksi historika Museum Olahraga Nasional terdiri dari
dokumen foto berbagai momentum penting sejarah olahraga
yang pernah terjadi di tanah air.
2.
Koleksi Relia
Koleksi relia Museum Olahraga Nasional terdiri dari
dokumen foto berbagai tokoh penting yang mengisi sejarah
olahraga di tanah air.
3.
Koleksi Numismatik
Koleksi numismatic Museum Olahraga Nasional terdiri
dari pakaian, alat-alat olahraga yang pernah digunakan
olahragawan ketika bertanding, latihan maupun
memenangkan pertadingan.
4.
Koleksi Heraldik
Koleksi
heraldik Museum Olahraga Nasional terdiri dari
medali, piagam, vandel, piala, dan beberapa bentuk
penghargaan lainnya yang pernah diperoleh olahragawan
ketika memenangkan pertandingan.
2.2.1.g
Bangunan Museum Olahraga
Bangunan Museum Olahraga berbentuk bola dikarenakan
olahraga yang popular di Indonesia adalah sepak bola yang sudah
memasyarakat baik dikalangan anak-anak maupun dewasa.
1.
Tinggi bangunan Museum Olahraga 17 Meter yang
mengingatkan kita pada tanggal 17 Agustus 1945 sebagai
Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
|
![]() 48
2.
Lima segmen yang mengelilingi massa bangunan bola
melambangkan Dasar Negara Pancasila
2.2.1.h
Pembagian Ruangan
Museum Olahraga Nasional memiliki 3 lantai yaitu:
1.
Lantai 1:
a.
Ruang Pamer Motto Olahraga
Menampilkan motto-motto olahraga baik nasional
maupun internasional yang mencerminkan nilai-nilai
hakiki olahraga, seperti sportivitas, perjuangan dan
persaudaraan.
(Gambar 2.31 Ruang pamer motto olahraga)
(Sumber: Dokumentasi penulis)
b.
Ruang Pamer Sejarah
1)
Ruang pamer sejarah olahraga nasional
Berisi tentang sejarah awal munculnya kegiatan
keolahragaan di Indonesia.
|
![]() 49
2)
Ruang pamer Sejarah Olahraga Antar Bangsa
Menampilkan foto-foto koleksi dari Asean Games
I tahun 1951di New Delhi, India dan Asean Games IV
tahun 1962 di Jakarta Indonesia. Perjuangan
kontingen Indonesia dalam keikutsertaanya yang
pertama kali pada Olimpiade di Helsinski Finlandia
1952.
c.
Ruang pamer kontemporer
Ruang untuk menyelenggarakan pameran kontemporer
yang dilaksanakan secara
periodic berdasarkan tematic,
atau cabang olahraga maupun periodisasi keolahragaan.
d.
Ruang games interaktif olahraga
Ruang permainan interaktif olahraga memberikan
kepada pengunjung untuk memainkan beberapa permainan
interaktif olahraga seperti menembak, golf, mengukur
kekuatan pukulan, dll
(Gambar 2.32 Ruang games interaktif)
(Sumber: www. museumolahraga.com, diakses 3 Maret 2013 pukul 10.34 WIB)
|
![]() 50
e.
Ruang pamer berita olahraga
1)
Ekspedisi Everest
Menampilkan berbagai hal tentang pendakian
Mount Everest yang dilakukan Tim dari KOPASSUS
pada tahun 1997.
2)
Perahu Pinisi
Perahu pinisi adalah kapal layar tradisional khas
Indonesia, yang berasal dari Sulawesi Selatan. Di
Museum Olahraga Nasional memiliki replika Perahu
Pinisi.
3)
Daftar Penghargaan Olahragawan
Daftar penerima penghargaan dari Negara untuk
olahragawan dari tahun 2001.
f.
Ruang pamer olahraga prestasi
Olahraga prestasi menampilkan koleksi barang-barang
dari berbagai cabang olahraga anggota KONI (Komite
Olahraga Nasional Indonesia).
(Gambar 2.33 Ruang pamer olahraga prestasi)
(Sumber: www. museumolahraga.com, diakses 27 Februari 2013 pukul 10.00WIB)
2.
Lantai 2:
a.
Ruang Pamer PON
|
![]() 51
Menampilkan berbagai hal seputar penyelenggaraan
PON di Indonesia dimulai dari PON 1 s/d XVII serta
perjuangan atlit untuk dapat meraih prestasi dari berbagai
cabang olahraga.
b.
Ruang pamer olahraga tradisional
Menampilkan bentuk-bentuk dan asal usul permainan
tradisional yang berkembang dan menjadi ciri khas dari
masing-masing provinsi di Indonesia.
(Gambar 2.34 Ruang pamer olahraga tradisional)
(Sumber: Dokumentasi Penulis)
c.
Ruang Pamer Olympiade, Sea Games, Asean Games, dan
para games
Pada ruang pamer ini berisi tentang keikutsertaan
Indonesia dalam berbagai acara olahraga baik regional
maupun Olimpiade.
(Gambar 2.35 Ruang pamer menara pemuda)
(Sumber: www. museumolahraga.com, diakses 27 Februari 2013 pukul 09.59WIB)
|
![]() 52
3.
Lantai 3:
a.
Ruang pamer Hall of Fame
Ruang pamer yang menampilkan para tokoh
olahragawan yang telah berprestasi dunia dan menjadi
tokoh pertama dalam pencapaian prestasi.
(Gambar 2.36 Hall of fame)
(Sumber: www. museumolahraga.com, diakses 27 Februari 2013 pukul 09.58WIB)
2.1.1 i
Tata Display
Penataan Koleksi pada Museum Olahraga Indonesia pada
umumnya menggunakan vitrin sebagai sarana penataan koleksi
numismatic dan heraldik, dan panel sebagai sarana penataan
koleksi historika dan relia. Untuk melindungi koleksi dari
berbagai kerusakan, maka koleksi umumnya diletakkan pada
vitrin yang ditutup kaca dan juga menggunakan pagar pembatas
maupun pembedaan material lantai.
Sedangkan tipe pencahayaan yang digunakan
dalam ruang
pameran yaitu tipe general lighting dan accent lighting. General
lighting difungsikan untuk menerangi ruangan dan juga untuk
menerangi koleksi pada vitrin tengah, accent lighting difungsikan
untuk menerangi objek koleksi dan diletakkan di ceiling maupun
pada vitrin untuk menambah suasana.
|
![]() 53
Penghawaan yang digunakan pada Museum Olahraga
Nasional adalah penghawaan yang berasal dari AC dan Return
Diffuser
sehingga suhu dan kelembaban museum dapat diatur
agar tidak merusak benda koleksi.
2.1.1.j
Elemen Interior
1.
Lantai
(Gambar 2.37 Lantai Museum Olahraga Nasional)
Sumber: www. museumolahraga.com, diakses 27 Februari 2013 pukul 09.59WIB)
Lantai Museum Olahraga Nasional menggunakan bahan
penutup lantai berupa keramik berwarna putih dan hitam
yang dipasang lurus maupun memusat. Pada bawah patung
menggunakan acylic berwarna biru.
|
![]() 54
2.
Dinding
(Gambar 2.38 Dinding Museum Olahraga Nasional)
(Sumber: www. museumolahraga.com, diakses 27 Februari 2013 pukul 09.59WIB)
Bahan pelapis dinding yang digunakan pada Museum
Olahraga Nasional ini adalah cat tembok berwarna putih, cream,
hijau, dan merah. Pada beberapa ruangan menggunakan dinding
panel yang diberikan pelapis cat duco berwarna putih, hitam, dan
merah.
3.
Ceiling
(Gambar 2.39 Ceiling Museum Olahraga Nasional)
|
![]() 55
(Sumber: www. museumolahraga.com, diakses 27 Februari 2013 pukul 09.59WIB)
Pada Museum Olahraga Nasional, hanya terdapat beberapa
permainan down ceiling yang diberikan bahan pelapis berupa cat
berwarna coklat dan abu-abu
2.2.2
The Penn State All-Sports Museum
The Penn State All-Sports Museum adalah sebuah museum untuk
menghormati semua Penn State Nittany atlet Lion, yang terletak di dekat
Gerbang B dari Stadion Beaver. Museum ini dibuka pada bulan Februari
2002.
|
![]() 56
2.2.2.a
Bangunan dan ruang
Penn State Athletics adalah museum yang terletak Negara
Pennsylvania, di sudut barat daya dari Beaver Stadium seberang
Bryce Jordan Center (BJC).
(Gambar 2.40 Lokasi Penn State Museum)
(Sumber: www.gopsusports.com, diakses 27 Maret 2013, pukul 23.24WIB)
(Gambar 2.41 Eksterior Penn State Museum)
(Sumber: www.gopsusports.com, diakses 27 Maret 2013, pukul 23.24WIB)
(Gambar 2.42 Denah Penn State Museum)
(Sumber: www.gopsusports.com, diakses 28 Maret 2013, pukul 00.10WIB)
|
57
Tingkat atas museum ini didedikasikan untuk basket Penn
State dan olahraga dalam ruangan lainnya, sementara tingkat yang
lebih rendah dari museum ini didedikasikan untuk olahraga
outdoor.
2.2.2.b
Koleksi
Pada Penn State All-Sports Museum, terdapat sejarah atletik
dan warisan dari salah satu universitas terbesar di Negara
Pennsylvania. Museum ini merupakan museum yang interaktif
dan memiliki dua tingkat serta luas 10.000 kaki persegi.
Merupakan bukti keberhasilan kelas dunia dan tradisi atlet pelajar
Penn State baik di lapangan dan di dalam kelas.
Terdapat juga kisah-kisah inspiratif dari peraih olahraga
prestasi melalui visual dari lantai ke langit-langit yang dramatis,
gambar arsip langka, dan peralatan atletik amatir yang dihargai.
Juga terdapat piala Penn State pria dan perempuan, termasuk piala
sepakbola kampus Heisman yang legendaris, yang dimenangkan
oleh John Cappelletti pada tahun 1973, dan penghargaan lain
yang tak terhitung yang dimenangkan oleh atlet selama abad
terakhir.
Museum menampilkan pameran yang berfokus pada
pendekatan yang unik. Penn State untuk atletik menampilkan
sekitar 29 dari 31 olahraga universitas saat ini dan tiga yang telah
dihentikan.
|
![]() 58
2.2.2.c
Tata Display
(Gambar 2.43 Sarana Penn State Museum)
(Sumber: www.gopsusports.com, diakses 28 Maret 2013, pukul 00.10WIB)
|
![]() 59
Sarana yang digunakan pada Museum Penn State ini dalam
menata koleksi adalah vitrin tengah, vitrin dinding, kotak pajang,
dan panel. Media penyampaian informasi dan koleksi foto
umumnya diletakkan pada panel dalam bentuk poster besar.
Ukuran vitrin ada yang dibuat pendek sehingga kurang nyaman
untuk pengunjung. Beberapa benda koleksi dibiarkan terbuka
seperti sebuah piala dan alat-alat olahraga.
Tipe pencahayaan yang digunakan adalah general lighting
dan task lighting. General lighting difungsikan untuk menerangi
ruangan pameran dan vitrin tengah. Accent lighting digunakan
untuk menerangi panel dan benda koleksi yang diletakkan pada
ceiling dan vitrin.
2.2.2.d
Elemen Interior
1.
Lantai
(Gambar 2.44 Lantai Penn State Museum)
(Sumber: www.gopsusports.com, diakses 28 Maret 2013, pukul 00.10WIB)
Lantai Museum Penn State sebagian besar menggunakan
material karpet. Terdapat juga material vynil yang digunakan
|
![]() 60
pada area pajangan olahraga basket. dan karpet yang terdapat
stiker angka.
2.
Dinding
Sebagian besar dinding Museum Penn State diolah dengan
cara menggunakan poster besar untuk mendisplay gambar
yang sesuai dengan tema ruangan
3.
Ceiling
(Gambar 2.45 Ceiling Penn State Museum)
(Sumber: www.gopsusports.com, diakses 28 Maret 2013, pukul 00.10WIB)
Ceiling
pada Museum Penn State ini dibiarkan terbuka
sehingga dapat terlihat langit-langit bangunan. Ceiling
tersebut dicat warna hitam sehingga pengunjung tidak
terfokus pada ceiling-nya.
2.2.3
Sports Museum Singapore
2.2.3.a
Sejarah
Museum Olahraga didirikan pada tahun 1983 untuk
melestarikan dan menampilkan warisan olahraga Singapura.
Museum ini terletak di pintu masuk Barat Stadion Nasional.
Museum ini dibuka untuk umum pada bulan Mei tahun itu
bertepatan dengan pementasan SEA Games ke-12 di Singapura.
Museum Olahraga berafiliasi dengan International
Association of Sports Museums dan
Halls of Fame
(IASMHF)
|
61
yang berbasis di Amerika Serikat sejak tahun 1984. IASMHF
sejak saat itu telah berganti nama menjadi International Sports
Heritage Association (ISHA) pada tahun 2005. Museum Olahraga
juga merupakan anggota dari Museum Roundtable, yang
diprakarsai oleh National Heritage Board
(NHB) sejak tahun
1996. Hal ini juga menjadi salah satu tujuan pada Departemen
Program Pendidikan Journeys Learning sejak tahun 1998.
2.2.3.b
Tujuan
Museum Olahraga didirikan dengan tujuan yang masih
berlaku hingga saat ini:
1.
Untuk menghormati Olahragawan dan Olahragawati
2.
Untuk menginspirasi calon atlet untuk meraih puncak olahraga
dan mendorong anggota masyarakat untuk mengambil
olahraga sebagai cara hidup
3.
Untuk menginformasikan, mendidik dan menghibur publik
akan warisan olahraga Singapura
4.
Untuk mengembangkan budaya olahraga
5.
Untuk melayani sebagai museum, objek olahraga dalam
sejarah, estetika dan kepentingan ilmiah
2.2.3.c
Koleksi
Koleksi Museum Olahraga Singapore adalah berupa:
1.
Medali Penghargaan
2.
Piala penghargaan
3.
Dokumentasi foto Atlet
4.
Benda-benda milik atlet
|
![]() 62
5.
Tulisan Sejarah
6.
Alat permainan tradisional
2.2.3.d
Studi Bangunan dan Ruang
1.
Lokasi: 1 Kay Siang Road #01-02, Singapore 248922
2.
Ada 6 ruang pameran di dalam museum. Pameran tersebut
yaitu:
a.
Pemeran1: Olahraga di zaman colonial
(Gambar 2.46 Ruang Pameran 1)
(Sumber: www.sportmuseum.com.sg, diakses 27 Februari 2013 pukul 08.59WIB)
Ruang pameran 1 adalah ruang pameran tentang sejarah
olahraga pada zaman kolonial.
b.
Pameran2: Olahraga di zaman kemerdekaan
(Gambar 2.47 Ruang Pameran 2)
(Sumber: www.sportmuseum.com.sg, diakses 27 Februari 2013 pukul 09.00WIB)
|
![]() 63
Ruang pameran 2 adalah ruang pameran tentang sejarah
olahraga di zaman kemerdekaan yang dibuat dalam bentuk
tulisan pada panel dinding.
c.
Pameran3: Olahraga hiburan dan tradisional
(Gambar 2.48 Ruang Pameran 3)
(Sumber: www.sportmuseum.com.sg, diakses 27 Februari 2013 pukul 09.01WIB)
Ruang Pamer 3 merupakan ruang pamer olahraga
hiburan dan tradisional.
d.
Pameran4: Hall of Fame
(Gambar 2.49 Ruang pameran 4)
(Sumber: www.sportmuseum.com.sg, diakses 27 Februari 2013 pukul 09.02WIB)
Ruang pamer 4 adalah ruang hall of fame yang
memajang benda-benda koleksi atlet prestasi dan biografi
singkat para atlet.
|
![]() 64
e.
Pameran5: Olympic & Permainan Regional/International
(Gambar 2.50 Ruang Pameran 5)
(Sumber: www.sportmuseum.com.sg, diakses 27 Februari 2013 pukul 09.02WIB)
Ruang pameran 5 ini merupakan ruang pameran
berbagai prestasti atlet pada berbagai pertandingan.
f.
Pameran6: Roll of Honour
(Gambar 2.51 Ruang pameran 6)
(Sumber: www.sportmuseum.com.sg, diakses 27 Februari 2013 pukul 09.02WIB)
Ruang Pamer 6 merupakan ruang yang menampilkan
atlet-atlet dan pelatih berprestasi tiap tahun.
2.2.2.e
Tata Display
Pada Sports Museum Singapore, koleksi museum berupa
piala dan benda koleksi atlet diletakkan pada vitrin kaca tengah,
vitrin kaca dinidng biasa, dan vitrin kaca dinding yang juga
berfungsi sebagai media koleksi foto dan penyampaian informasi
|
![]() 65
yang dibuat dalam bentuk poster. Selain itu, ada juga koleksi yang
dibiarkan tanpa pengamanan dan diletakkan di atas meja seperti
koleksi olahraga tradisional.
Pencahayaan yang digunakan pada museum ini adalah tipe
general lighting dan accent lighting yang diletakkan pada ceiling
dan vitrin. Sistem penghawaan yang digunakan pada museum ini
adalah penghawaan dengan AC dan return diffuser pada ceiling.
2.2.2.f
Elemen Interior
1.
Lantai
(Gambar 2.52 Lantai Sport Museum Singapore)
(Sumber: www.sportmuseum.com.sg, diakses 27 Februari 2013 pukul 09.02WIB)
Sports Museum Singapore menggunakan karpet wall to
wall
berwarna coklat dan merah sebagai bahan pelapis
lantainya.
2.
Dinding
(Gambar 2.53 Dinding Sport Museum Singapore)
|
![]() 66
(Sumber: www.sportmuseum.com.sg, diakses 27 Februari 2013 pukul 09.02WIB)
Dinding pada Sports Museum Singapore menggunakan
bahan penutup berupa cat tembok berwarna orange dan
warna putih. Sebagian besar vitrin dibuat menempel ke
dinding museum dan dibuat seperti poster besar.
3.
Ceiling
(Gambar 2.54 Ceiling Sport Museum Singapore)
(Sumber: www.sportmuseum.com.sg, diakses 27 Februari 2013 pukul 09.02WIB)
Ceiling
pada Sports museum Singapore menggunakan
ceiling gypsum dengan warna putih dan tidak ada permainan
bentuk yang digunakan.
|