8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Umum
2.1.1
Definisi Perpustakaan
Library atau Perpustakaan yang berawal dari kata Pustaka, dimana merupakan
suatu fasilitas yang memenuhi atau menyediakan semua jasa penyimpanan penelusuran
dan komunikasi digital, baik bersifat penyimpanan data buku atau tulisan, gambar,
suara, dalam bentuk file elektronik dan mendistribusikannya dengan menggunakan
protokol elektronik melalui jaringan komputer.
Pengertian
perpustakaan
berkembang
dari waktu ke waktu. Pada abad ke-19 perpustakaan didefinisikan sebagai suatu gedung,
ruangan
atau
sejumlah
ruangan
yang
berisi
koleksi
buku
yang
dikelola
dengan
baik,
dapat digunakan oleh masyarakat atau golongan masyarakat tertentu.
Kemudian
ALA
(The
American
Library
Association)
menggunakan
istilah
perpustakaan
untuk
suatu pengertian yang
luas
yaitu termasuk pengertian pusat media,
pusat
belajar, pusat sumber pendidikan, pusat
informasi,
pusat dokumentasi dan
pusat
rujukan
(sumber).
Sedangkan
menurut
Keputusan
Presiden
RI
nomor
11,
disebutkan
bahwa
perpustakaan
merupakan
salah
satu
sarana
pelestarian
bahan
pustaka
sebagai
hasil
budaya
dan
mempunyai
fungsi
sebagai
sumber
informasi
ilmu
pengetahuan,
teknologi
dan
kebudayaan
dalam
rangka
mencerdaskan
kehidupan
bangsa
dan
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas
perpustakaan harus dapat melaksanakan fungsinya dengan baik.
Sebagai sebuah sistem perpustakaan terdiri dari beberapa unit kerja atau bagian
yang terintergrasikan melalui sistem yang dipakai untuk pengolahan, penyusunan dan
pelayanan koleksi yang mendukung berjalannya fungsi-fungsi perpustakaan. Dari istilah
pustaka, berkembang istilah pustakawan, kepustakaan, ilmu perpustakaan, dan
kepustakawanan yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1.
Pustakawan: Orang yang bekerja pada lembaga-lembaga perpustakaan atau yang
sejenis dan memiliki pendidikan perpustakaan secara formal.
|
9
2.
Kepustakaan: Bahan-bahan yang menjadi acuan atau bacaaan dalam
menghasilkan atau menyusun tulisan baik berupa artikel, karangan, buku,
laporan, dan sejenisnya.
3.
Ilmu Perpustakaan: Bidang ilmu yang
mempelajari dan mengkaji hal-hal yang
berkaitan dengan perpustakaan baik dari segi organisasi koleksi, penyebaran dan
pelestarian ilmu pengetahuan teknologi dan budaya serta jasa-jasa lainnya
kepada masyarakat, hal lain yang berkenaan dengan jasa perpustakaan dan
peranan secara lebih luas.
4.
Kepustakawanan: Hal-hal yang berkaitan dengan upaya penerapan ilmu
perpustakaan dan profesi kepustakawanan.
Perpustakaan secara umum atas menurut Undang Undang No.43 Bab I Pasal I
Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan atau karya
rekam secara professional dengan sisitem yang baku guna memenuhi kebutuhan
pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka.
Dan menurut Hasugian (2009 : 74), timbulnya berbagai bentuk perpustakaan
disebabkan oleh berbagai faktor yakni:
1. Koleksi atau bahan perpustakaan
2. Masyarakat atau pengguna yang dilayaninya
3. Instansi dimana perpustakaan itu berada
Maka
dengan adanya berbagai faktor tersebut diatas timbul berbagai jenis
perpustakaan, yang salah satu diantaranya ialah perpustakaan khusus. Berikut ini
merupakan beberapa pendapat para ahli mengenai definisi perpustakaan khusus.
Menurut Sutarno NS (2000 : 39) Perpustakaan Khusus adalah tempat penelitian dan
pengembangan, pusat kajian, serta penunjang pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia atau pegawai.
Menurut P Sumardji (1999 : 16) Perpustakaan khusus merupakan perpustakaan
dengan koleksinya yang bersifat khusus, yang digunakan sebagai sarana penunjang
mengembangkan pengetahuan bagi masyarakat khusus (lingkungan khusus) dalam
bidang tertentu.
|
10
2.1.2
Sejarah Perkembangan Perpustakaan di Indonesia
Berdasarkan buku Ilmu Perpustakaan dan Informasi (2007), Perpustakaan pertama
di Indonesia yang tercatat adalah sebuah perpustakaan gereja di Batavia yang
sesungguhnya telah dirintis sejak tahun 1624. Namun akibat berbagai kendala maka
baru diresmikan pada 27 April 1643 bersamaan dengan pengangkatan pendeta Dominus
Abraham Fierenius sebagai kepalanya. Pada masa itu layanan peminjaman buku yang
diselenggarakan perpustakaan gereja Batavia tersebut tidak hanya dibuka untuk perawat
rumah sakit Batavia, namun juga untuk pemakai yang berada di semarang dan Juana.
Setelah itu tidak terdapat catatan tentang keberadaan perpustakaan di Indonesia untuk
waktu yang cukup lama.
Perpustakaan di Indonesia yang tercatat keberadaannya setelah itu adalah
perpustakaan milik "Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen".
Perpustakaan ini didirikan pada 24 April 1778, semasa Vereenigde Oost-Indische
Compagnie
(VOC). Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen berdiri
atas prakarsa Mr J.C.M. Rademaker, ketua Raad van Indie. Organisasi tersebut
mengandalkan sumbangan dermawan serta bantuan keuangan dari Raad van Indie.
Ketika VOC bubar tahun 1799, Bataviaasch Genootschap van Kunsten en
Wetenschappen
tetap beroperasi dengan mengandalkan sumbangan dermawan dan
gubernur. Perpustakaan Bataviaasch Genootschap van Kunsten
en Wetenschappen
mengeluarkan katalog buku yang pertama di Indonesia dengan judul "Bibliotecae
Artiumcientiarumquae Batavia Floret Catalogue Systematicus", hasil suntingan
P.Bleeker. Edisi kedua terbit tahun 1848 dengan judul dalam bahasa Belanda.
Karena dianggap berhasil dalam memajukan ilmu pengetahuan khususnya bahasa,
ilmu bumi dan antropologi di Hindia Belanda
dan juga mampu menerbitkan
Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen,
Tijdschrift voor Indische Taal, serta Land
en Volkenkunde
secara teratur, maka pada
tahun 1924 nama perhimpunan tersebut mendapat tambahan Koninklijk, sehingga
menjadi "Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen".
Perpustakaan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen
merupakan perpustakaan khusus karena koleksinya bersifat khusus serta pemakainya
terbatas pada peneliti.
Salah satu perpustakaan pertanian yang paling tua serta masih sintas sampai saat
|
11
ini ialah "Bibliotheeks Lands Plantentuin te Buitenzorg"
yang didirikan pada tahun
1842. Pada tahun 1911 namanya diubah menjadi "Centra Natuurwetenschappelijke
Bibliotheek van het Departement van Landbouw Nijverheid en Handel". Nama tersebut
kemudian diubah lagi menjadi "Biblioteca Bogoriensis". Perpustakaan ini ada karena
pemerintah Belanda meluncurkan Sistem Tanam Paksa (Cultuur stelsel) dari situlah
muncul perkebunan dan balai penelitian bidang pertanian. Sistem Tanam Paksa secara
tidak langsung mendorong pendirian perpustakaan penelitian bidang pertanian serta
tumbuhnya majalah pertanian di Indonesia.
Dalam kaitannya dengan edukasi, pemerintah Hindia Belanda mendirikan sekolah
bagi pribumi yang dinamakan volkschool
(sekolah rakyat), yang menerima tamatan
sekolah rendah angka dua (ongko loro). Perpustakaan pada
volkschool
disebut
"Volksbibliotheek"
dengan koleksi dipasok oleh Volkslectuur
yang kelak berubah
menjadi Balai Pustaka.
Volksbibliotheek
melayani bacaan bagi guru, murid dan
penduduk sekitar sekolah. Pelayanan untuk penduduk sekitar ini merupakan langkah
maju karena dengan demikian perpustakaan sekolah sudah terlibat dalam kegiatan
komunitas, sesuatu yang baru dilancarkan UNESCO enam puluh tahun kemudian.
Murid dan guru tidak dipungut bayaran, sedangkan komunitas setempat harus
membayar 2,5 sen untuk dua buku yang
dipinjam selama dua minggu. Karena
volkschool
berada di bawah wewenang Kantor Pendidikan, maka secara berkala
inspektur sekolah memeriksa perpustakaan yang mencakup inventaris perpustakaan
serta data peminjaman. Untuk Volksbibliotheek Jawa artinya volkschool yang berada di
lingkungan etnik Jawa, pemerintah Hindia Belanda menyediakan 417 judul buku
berbahasa Jawa serta 282 buku berbahasa Melayu. Untuk Volksbibliotheek
Sunda,
pemerintah Hindia Belanda menyediakan 291 judul buku berbahasa Sunda serta
282
buku berbahasa Melayu. Untuk Volksbibliotheek
Madura disediakan 67 judul buku
dalam bahasa Madura serta 282 judul dalam bahasa melayu. Untuk Volksbibliotheek
Melayu setiap perpustakaan sekolah memperoleh 328 judul buku berbahasa melayu.
Pada zaman Hindia Belanda sebenarnya tidak ada perpustakaan umum yang
didanai oleh anggaran pemerintah. Perpustakaan umum justru didirikan oleh pihak
swasta. Perpustakaan umum yang didirikan oleh swasta disebut openbare
leeszalen,
artinya ruang baca terbuka atau ruang baca untuk
umum. Adapun lembaga yang
mendirikan openbare
leeszalen
adalah Gereja Katolik Loge
der
Vrijmetselaren, dan
|
12
Theosofische Vereeniging dan Maatschappij tot Nut van het Algemeen.
Pemerintah Hindia Belanda tidak pernah mendirikan universitas dalam arti
sesungguhnya. Yang mereka dirikan ialah semacam sekolah tinggi. Justru yang pertama
kali berdiri ialah Technische
Hoogeschool
yang didirikan pada tahun 1918 dan
kemudian resmi menjadi sekolah tinggi pada tahun 1920. School
tot
Opleiding
voor
Indische
Aarts
(STOVIA) di Surabaya, Rechts
Hogeschool
di Batavia (1924),
Geneeskunde
Hogeschool
di Batavia (1927), serta Faculteit
van
Landbouw
Wetenschapen
en
Wijsgebeerte
di Buitenzorg
(Bogor) pada tahun 1941 dan terakhir
Faculteit van Letterkunde
di Batavia (1941). Kesemuanya sekolah tinggi itu memiliki
semacam perpustakaan fakultas.
Ketika pemerintah Indonesia membentuk Universiteit
Indonesia
tahun 1950,
kesemua sekolah tinggi dan faculteit itu berubah menjadi fakultas. Penyatuan itu yang
menyebabkan perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia dimulai dari perpustakaan
fakultas baru menyatu menjadi perpustakaan universitas. Pada zaman sebelum perang
(1942) Indonesia mengenal perpustakaan sewa, disebut huurbibliothek. Pada awalnya
openbare
leeszalen
dengan huurbibliotheek
sering
bersaing dalam memenuhi
kebutuhan bacaan pemakainya, kemudian secara alamiah terjadi penjurusan yang
berbeda. Bila openbare leeszalen lebih banyak menyediakan bacaan ilmiah dan ilmiah
populer, maka huurbibliotheek
cenderung menyediakan bacaan berupa roman dalam
bahasa Belanda, Inggris dan Prancis serta buku untuk remaja.
Huurbibliotheek
terdapat di Batavia, Soerabaia, Malang, Jogjakarta, Madiun dan
Solo, dikelola oleh penerbit forma G. Kolff & Co. Toko buku Visser mendirikan
huurbibliotheek
di Bandung. Huurbibliotheek
lainnya ialah Viribus
Unitis di Batavia,
C.G van Wijhe di Surabaya serta Leesbibliotheek Favoriet di Batavia. Lazimnya ketiga
perpustakaan sewa yang disebut terakhir ini menyediakan bahan bacaan yang dibeli dari
pedagang buku loakan serta berbagai roman kuno yang dibeli dari tangan kedua
sehingga peranan mereka dalam persewaan buku tidaklah maknawi.
Di samping persewaan buku, ada juga persewaan naskah di Batavia yang
diselenggarakan oleh penulis Moehammad Bakir tahun 1897 yang mengelola sebuah
perpustakaan sewa naskah di Pecenongan. Naskah disewakan bagi umum dengan
imbalan sekitar 10 sen per malam disertai himbauan agar jangan terkena ludah sirih atau
minyak lampu teplok.
Perpustakaan serupa terdapat juga di Palembang dan
|
![]() 13
Banjarmasin.
Masih ada perpustakaan lain, yaitu yang didirikan oleh kraton, misalnya
perpustakaan Radyo Poestoko di Yogyakarta dan perpustakaan serupa di lingkungan
Mangkunegaraan, Surakarta. Di pulau Penyengat sekitar akhir abad 18 diketahui adanya
sebuah perpustakaan umum yang didirikan oleh penguasa setempat.
Pada zaman pendudukan Jepang tidak ada kegiatan kepustakawanan, karena
Jepang mengerahkan semua tenaga untuk keperluan mesin perang. Pada awal
kekuasaannya, Jepang melarang peredaran buku berbahasa Belanda, Inggris dan bahasa
Eropa lainnya. Semua sekolah tinggi ditutup. Baru ketika Jepang mulai terdesak
beberapa sekolah tinggi dibuka kembali, untuk keperluan Jepang.
Akhirnya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia didirikan di Jakarta dan
Rijksmuseum di Amsterdam sejak tahun 1995 telah memulai adanya kerjasama dalam
pelestarian warisan budaya bangsa. Pada tahap pertama dikhususkan pada gambar-
gambar yang dibuat oleh Johannes Rach (1720-1783). Koleksi yang dimiliki
Perpustakaan Nasional RI sebanyak 202 buah gambar merupakan jumlah terbesar dari
seluruh gambar Rach yang merekam peristiwa penting di Indonesia dan beberapa
negara di Asia. Sebagai salah satu museum terbesar di negeri Belanda, Rijkmuseum juga
memiliki gambar Johannes Rach yaitu sebanyak 40
buah gambar. Agar dapat
didayagunakan oleh masyarakat luas kedua pihak telah menjajaki kemungkinan untuk
mengumpulkan koleksi tersebut dan dipublikasikan dalam bentuk pameran maupun
terbitan.
2.1.3 Fungsi dan Tujuan Perpustakaan
Fungsi
Menurut Sulistyo Basuki pada buku Pengantar Ilmu Perpustakaan (1991),
adapun fungsi perpustakaan di masyarakat dibagi menjadi lima, antara lain:
a.
Fungsi Informasi
Sebagai tempat informasi dimana pertanyaan dapat ditanyakan ke
perpustakaan
melalui adanya koleksi yang tersedia.
b.
Fungsi Rekreasi
Masyarakat dapat menikmati rekreasi dengan cara membaca bacaan
yang
disediakan oleh perpustakaan.
|
![]() 14
c.
Fungsi Edukatif
Sebagai tempat belajar informal diluar lingkungan pendidikan sekolah.
d.
Fungsi Kultural
Dapat dijadikan tempat untuk mengembangkan apresisasi budaya masyarakat
dengan menyelenggarakan pameran, seminar, bedah buku, pemutaran film.
e.
Fungsi Penyimpanan
Sebagai sarana penyimpanan karya manusia, khususnya karya cetak yang
memerlukan kapasitas besar.
Tujuan
Di dalam buku "Panduan Penyelengaraan Perpustakaan Umum" (1992 : 6) tujuan
perpustakaan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1.
Tujuan umum perpustakaan adalah membina dan mengembangkan kebiasaan
membaca dan belajar sebagai suatu proses yang berkesinambungan seumur
hidup serta kesegaran jasmani dan rohani masyarakat yang berada dalam
jangkauan layanannya, sehingga berkembang daya kreasi dan inovasinya bagi
peningkatan martabat dan produktivitas setiap warga masyarakat secara
menyeluruh dalam menunjang perkembangan nasional.
2.
Tujuan fungsional perpustakaan umum adalah:
a.
Mengembangkan minat, kemampuan,
kebiasaan membaca,
serta
mendayagunakan budaya tulisan pada sektor kehidupan.
b.
Mengembangkan kemampuan mencari, mengolah serta memanfaatkan
informasi.
c.
Menggigih masyarakat pada umumnya agar dapat memelihara dan
memanfaatkan bahan pustaka secara tepat guna dan berhasil guna.
d.
Meletakkan dasar-dasar ke arah belajar mandiri.
e.
Memupuk minat dan bakat masyarakat.
f.
Menumbuhkan apresiasi terhadap pengalaman imajinatif.
g.
Mengembangkan kemampuan masyarakat untuk memecahkan
masalah yang dihadapi dalam kehidupan atas tanggung jawab dan usaha
sendiri dengan mengembangkan kemampuan membaca masyarakat.
h.
Berpartisipasi aktif dalam menunjang pembangunan nasional dengan
|
![]() 15
menyediakan bahan pustaka yang dibutuhkan dalam pembangunan
sesuai dengan kebutuhan seluruh lapisan masyarakat.
3.
Tujuan operasional perpustakaan umum merupakan pernyataan formal yang
terperinci tentang sasaran yang harus dicapai serta cara mencapainya. Sehingga
tujuan tersebut dapat dimonitor, diukur dan dievaluasi keberhasilannya.
Berdasarkan uraian di atas dinyatakan bahwa perpustakaan umum bertujuan untuk
mengembangkan minat baca, mengembangkan pengetahuan, diperuntukan sebagai
sumber belajar, dan juga sebagai bagian integral dari pusat informasi lainnya yang
bersama-sama bertujuan mendukung proses kegiatan belajar-mengajar demi tercapainya
suatu masyarakat yang terinformasi.
2.1.4 Macam Jenis Perpustakaan
Berdasarkan Koleksi dan Sasaran Pengunjung
Perpustakaan dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan koleksi dan sasaran
pengunjungnya, yaitu:
a.
Perpustakaan Internasional
b.
Perpustakaan Nasional
c.
Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Keliling
d.
Perpustakaan Pribadi (Swasta)
e.
Perpustakaan Lembaga (Pendidikan/Agama)
f.
Perpustakaan Khusus
g.
Perpustakaan Digital
Berikut ini adalah beberapa contoh perpustakaan di dunia berdasarkan koleksi
dan sasaran pengunjungnya, diantaranya:
1.
Kyoto International Manga Library (Kyoto, Japan)
Perpustakaan ini adalah perpustakaan khusus mengoleksi beraneka ragam jenis
komik manga dari abad ke-19 yaitu dari tahun 1940 sampai sekarang. Perpustakaan ini
menyimpan tiga ratus ribu koleksi komik manga untuk semua umur dan dari berbagai
kultur yang bisa dibaca di tempat melalui sistem terbuka. Perpustakaan ini berdiri atas
kerjasama Kyoto City dan Kyoto Seika University, yakni universitas tersebut adalah
universitas pertama yang membuka fakultas khusus
manga di Jepang. Pengunjung dari
|
![]() 16
luar negeri dapat menikmati sekitar 5.300 versi bahasa lokal dari manga
di seluruh
dunia. Pengunjung dapat membaca manga dan komik dengan bebas sambil berbaring di
rumput buatan pada
taman
halaman perpustakaan. Disini juga tersedia perpustakaan
anak
dengan buku bergambar dengan ruang untuk Kamishibai
(pertunjukan cerita
bergambar)
yang memperoleh popularitas besar di masa paska perang, ini adalah acara
dimana pendongeng bercerita menggunakan papan gambar. Pendongeng menceritakan
kisah sambil menarik papan gambar dari set sesuai dengan perkembangan cerita.
Gambar 2.1 Kyoto International Manga Library
(Sumber: www.tripadvisor.com)
2.
Royal Danish Library, Black Diamond (Copenhagen, Denmark)
Royal Danish Library
adalah perpustakaan nasional negara Denmark
sekaligus
Universitas Copenhagen yang berdiri pada tahun 1906. Sampai saat ini perpustakaan ini
telah menerima sebanyak 7.000.000 pinjaman dan memiliki 37.100 anggota aktif.
Tersedia berbagai macam koleksi buku, jurnal, surat kabar, pamflet, manuskrip, arsip,
map, fotografi, dokumen kebudayaan, buku-buku langka, naskah teater, dan empat
salinan elektronik tahunan mengenai The Danish Internet. Total banyaknya semua
koleksinya adalah 32.400.000 material yang terdiri dari 6.000.000 buku dan jurnal,
17.900.000 cetakan dan fotografi, 7.300.000 pamflet dan corporate publications, dan
1.200.000 untuk material-material lainnya.
Perpustakaan ini adalah perpustakaan terbesar di Denmark dan mempunyai
bangunan baru untuk perpustakaan bernama Black Diamond
yang baru
berdiri pada
tahun 1999. Bangunan ini terletak di tengah pelabuhan kota Copenhagen yang
|
![]() 17
berhubungan langsung dengan laut, ditambah dinding-dinding atrium perpustakaan
yang terbuat dari kaca dengan pemandangan air laut yang bisa dilihat ketika membaca,
rapat, atau berdiskusi di dalam perpustakaan.
Gambar 2.2 Black Diamond, Royal Danish Library.
(Sumber: www.librarybuildings.info)
Di perpustakaan ini dibolehkan membawa makanan dan minuman ke dalam
perpustakaan yang bisa dinikmati sambil membaca. Di perpustakaan ini tersedia
Reading Room West, Reading Room East,
dan ruang baca khusus untuk beberapa
koleksi seperti pamflet, map, fotografi, dan lain-lain.
Gambar 2.3 Black Diamond Reading Room.
(Sumber: www.librarybuildings.info)
|
18
Terdapat juga toko buku yang bernama Diamanboghandlen
yang menjual
berbagai macam jenis buku seperti arsitektur dan desain seni Denmark, sejarah, buku
fiksi berbahasa Denmark dan Inggris, buku fotografi, buku anak-anak, buku music
klasik, kartu pos, poster, cinderamata, alat tulis eksklusif, dan buku terbitan The Royal
Library. Selain itu, terdapat pula Queens Hall
yang digunakan untuk
menyelenggarakan beberapa acara seperti konser, konferensi, film, balet, dan teater.
Untuk menyelenggarakan pameran
Black Diamond
juga mempunyai
dua area untuk
pameran, yang terbesar adalah The Peristyle
(600 m2
) untuk
menyelenggarakan
pameran berbagai macam kebudayaan dan sejarah. Area lainnya yaitu The Montana
Hall yang menyimpan berbagai macam harta karun perpustakaan dan koleksi-koleksi
kebudayaan nasional yang paling langka. Selain itu, di dalam Black Diamond
juga
terdapat dua museum, yaitu National Museum of Photography dan National Museum of
Cartoon Art.
3.
Strahov Art & Theological Library (Prague, Czech Republic)
Sejarah gereja Strahov biara mencerminkan dari biara. Awalnya dibangun
sebagai sebuah basilika Romawi, gereja dibangun kembali dalam gaya Gothic setelah
itu dihancurkan oleh api pada tahun 1258. Dua abad kemudian gereja dijarah oleh
Hussites dan diperbaiki dalam gaya Renaissance. Setelah penembakan oleh pasukan
Perancis pada tahun 1742 gereja itu diperbaiki sekali lagi, kali ini dalam gaya Baroque.
Gereja Strahov juga dikenal sebagai Basilika Bunda Maria, memiliki interior kaya
dekorasi seperti lukisan dinding dicat pada tahun 1774, dua belas lukisan dinding yang
menggambarkan kehidupan St Nobertus (pendiri Premonstratensians).
Bagian yang paling menarik dari biara adalah Aula Balai Teologi dan Filsafat.
The Hall Theological
merumahkan koleksi buku teologis dari perpustakaan Strahov
yang terkenal. Koleksi berisi lebih dari 200.000 buku dan termasuk karya-karya dari
printer terkenal seperti Christoffel Plantin. Selain buku yang berharga, aula juga berisi
bola abad ke-17 tentang beberapa geografis dan astronomi. Sedangkan The Hall
Filosofis
dibangun antara 1782 dan 1784. Lukisan langit-langit di aula ini
menggambarkan sejarah umat
manusia, diciptakan pada tahun 1794 oleh pelukis Franz
Anton Austria Maulbertsch.
|
![]() 19
Gambar 2.4 Strahov Art & Theological Library
(Sumber: www.artsjournal.com)
Berdasarkan Penggunaan Teknologi
Berdasarkan buku Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi (2007),
perpustakaan dibagi menjadi tipe-tipe yang berbasis pada penggunaan teknologi, antara
lain:
a.
Perpustakaan Kertas (Paper Library)
Konsep perpustakaan ini mempunyai teknik operasional dan bahan pustaka
berbasis kertas/karton.
b.
Perpustakaan Terotomatisasi (Automated Library)
Mulai berbasis teknologi komputer namun bahan pustaka masih berbentuk
kertas sebagai medianya.
c.
Perpustakaan Elektronik (Electronic Library)
Bahan pustaka maupun teknik operasional berubah ke dalam bentuk media
elektronik.
|
![]() 20
d.
Perpustakaan Hibrida (Hybrid Library)
Tipe ini merupakan konsep dimana perpustakaan bermaksud
mempertahankan koleksi tercetak dan tidak menggantikan semua bahan
pustaka ke elektronik/digital. Koleksi bervariasi, yang tercetak setara dengan
koleksi elektronik/digital lainnya.
2.1.5 Koleksi dan Klasifikasi Buku Perpustakaan
2.1.5.a Koleksi dan Jenisnya
Menurut Trimono (1992 : 57) Koleksi perpustakaan sangat besar peranannya
dalam menunjang pelayanan informasi yang diberikan pada pengguna perpustakaan.
Pada dasarnya setiap perpustakaan mempunyai koleksi, namun masing-masing
perpustakaan tersebut menyediakan koleksi yang dapat menunjang program atau
kegiatan sesuai dengan jenis dan fungsi perpustakaan yang bersangkutan.
Besar kecilnya koleksi perpustakaan tergantung pada jumlah anggota, bidang
spesialisasi, serta dana yang tersedia, disamping itu besar kecilnya dan ragam
koleksinya juga tergantung pada jenis perpustakaan. Koleksi suatu perpustakaan khusus
adalah tidak terletak dalam banyaknya jumlah bahan pustaka atau jenis terbitan lainnya
melainkan ditekankan kepada kualitas koleksinya, agar dapat mendukung jasa
penyebaran informasi muktahir serta penelusuran informasi.
Dalam Buku Pedoman Umum Penyelengaraan Perpustakaan Khusus (1999:19)
definisi koleksi perpustakaan adalah, Semua bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah
dan disimpan untuk disajikan kepada masyarakat pengguna dalam rangka memenuhi
informasi yang dibutuhkan. Koleksi perpustakaan selain mempunyai fungsi sebagai
sumber informasi juga sebagai prasarana pendidikan, penelitian, dan pengembangan
serta hiburan.
Berikut ini merupakan penjelasan mengenai jenis koleksi perpustakaan
menurut beberapa para ahli yakni Menurut P Sumardji (1994:34) terdiri dari:
a.
Berdasarkan cara menghasilkannya
Koleksi berupa naskah yang ditulis dengan tulisan tangan asli,
misalnya manuskrip.
Koleksi berupa karya cetakan
misalnya buku-buku, majalah, surat
kabar.
Koleksi berupa karya alihan dari karya tulisan tangan asli maupun
|
![]() 21
karya cetakan/karya grafis dengan alat elektronik ataupun
fotografi.
Misalnya film, slide, piringan hitam, dan lain-lainnya.
b.
Berdasarkan bentuknya
Seperti buku, buku teks fiksi maupun non foksi, dan buku referensi.
Penerbitan pemerintah seperti lembaran negara, tambahan
lembaran negara, himpunan peraturan pemerintah dan sebagainya.
Laporan penelitian, paper, skripsi, tesis, disertasi.
Majalah, baik umum maupun yang khusus.
Surat kabar.
Sedangkan dalam Buku Pedoman Umum Penyelengaraan Perpustakaan
Khusus (1999 : 19) Bahan pustaka di perpustakaan dapat dibedakan menurut:
a.
Bentuknya, yakni:
Karya cetak (seperti buku, peta, poster, pamflet).
Karya rekam (seperti film, kaset, piringan hitam, mikrofis,
disket, CD ROM).
b.
Wujud fisik, yakni:
Buku teks biasa (dipublikasikan dan tidak dipublikasikan).
Buku referensi (seperti ensiklopedi, almanak, kamus, direktori).
Literatur sekunder (seperti bibliografi khusus, indeks dan
abstrak).
Bukan buku (majalah, surat kabar, audiovisual, CD ROM dan
lain-lain).
Dokumen (standar, paten, pamflet, brosur, kliping dan lain-lain).
c.
Fungsinya, yakni:
Koleksi umum.
Koleksi referensi/rujukan.
Koleksi majalah dan koleksi khusus.
Semua jenis bahan pustaka yang akan menjadi koleksi perpustakaan harus melalui
proses kajian, pengolahan, dan penataan menurut
kebijakan dan ketentuan
perpustakaan.
|
![]() 22
2.1.5.b Pengadaan Koleksi Bahan Pustaka
Menurut P Sumardji (1993 : 23) Kegiatan pengadaan bahan pustaka atau koleksi
adalah kegiatan mengadakan koleksi untuk dijadikan koleksi perpustakaan. (Sutarno
NS 2006 : 174) Pengadaan atau akuisisi
koleksi bahan pustaka adalah pengisian
perpustakaan dengan sumber-sumber informasi, bagi perpustakaan yang baru didirikan
kegiatan pengadaan ini meliputi pekerjaan awal dalam mengisi perpustakaan dengan
sumber-sumber informasi. Sedangkan bagi perpustakaan yang sudah berjalan, kegiatan
pengadaan ini bertujuan untuk menambah koleksi yang sudah ada. Menurut Sutarno
NS (2006 : 177) pengadaan koleksi bahan pustaka dapat dilakukan dengan berbagai
cara, antara lain:
Pembelian baik langsung/melalui pihak ketiga.
Melakukan tukar menukar.
Mendapatkan bantuan atau sumbangan.
Mengadakan seperti membuat foto kopi, membuat duplikasi, membuat CD,
atau membuat kliping koran, dan sebagainya.
Sedangkan menurut P Sumardji (1993 : 24) pengadaan koleksi bahan
pustaka dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut, yakni:
Dengan cara membeli bahan koleksi yang dibutuhkan perpustakaan, jika
memang ada dana atau anggaran untuk pengadaan bahan koleksi bagi
perpustakaan.
Dengan cara meminta bantuan atau sumbangan bila kepada pihak-pihak
yang sekiranya bisa dimintai bantuan ataupun sumbangannya baik berupa
dana atau anggaran (uang), buku-buku, majalah-majalah, dan bahan koleksi
yang lain.
Dengan cara tukar menukar bahan koleksi dengan pihak perpustakaan lain.
2.1.5.c Pengolahan Koleksi Bahan Pustaka
Definisi pengolahan koleksi bahan pustaka menurut Sutarno NS (2006 : 179)
adalah,
Pengolahan atau processing adalah pekerjaan yang diawali sejak koleksi
diterima di perpustakaan sampai dengan penempatan di rak atau di tempat tertentu yang
|
![]() 23
telah disediakan untuk kemudian siap dipakai oleh pemakai. Dan menurut P Sumardji
(1993:25) adalah, Kegiatan pengolahan bahan koleksi adalah kegiatan mempersiapkan
bahan koleksi yang telah diperoleh, agar dengan mudah dapat diatur di tempat-tempat
atau rak-rak penyimpanan sehingga memudahkan pula untuk dilayankan kepada para
pemakai koleksi perpustakaan.
Kegiatan pengolahan koleksi bahan pustaka antara lain meliputi:
1. Klasifikasi
Klasifikasi berasal dari kata classification, dari kata kerja to classify.
Yang artinya
menggolongkan dan menempatkan benda-benda yang sama di suatu tempat.
Menurut Sutarno NS (2006 : 180) mengklasifikasi adalah "Kegiatan menganalisis bahan
pustaka dan menentukan notasi yang mewakili subjek bahan pustaka dengan
menggunakan sistem klasifikasi tertentu".
Sistem klasifikasi akan sangat membantu
bagi petugas dalam menyusun koleksi agar lebih rapih dan teratur. Pada prinsipnya
klasifikasi atau pemberian kode notasi harus diusahakan agar dapat membantu pemakai
agar lebih mudah mencari dan menemukan apa yang mereka perlukan.
Menurut P
Sumardji (1994 : 23) Klasifikasi adalah kegiatan mengelompokkan bahan koleksi sesuai
dengan macamnya dan bidang ilmunya masing-masing, misalnya:
Kelompok buku tesk
Kelompok penerbitan berkala
Kelompok bidang ilmu pengetahuan
2. Inventarisasi
Kegiatan inventarisasi atau registrasi bahan pustaka adalah suatu kegiatan yang
mencatat identitas bahan pustaka pada buku induk atau kartu indeks (cardek) dan
sejenisnya ataupun secara elektronik ke pangkalan data komputer. Menurut Sutarno NS
(2006 : 182) data pustaka yang didaftarkan pada buku induk meliputi:
a.
Nama pengarang.
b.
Judul buku.
c.
Tanggal diterima di perpustakaan.
d.
Tahun terbit.
e.
Edisi.
f.
Nama penerbit.
g.
Tempat dan tahun terbit.
|
![]() 24
h.
Sumber (membeli, sumbangan atau lainnya).
i.
Keterangan lain yang dianggap perlu (seperti harga, jumah eksamplar, dan seri).
3. Katalogisasi
Menurut Sutarno NS (2006 : 182) Katalogisasi merupakan proses mengkatalog koleksi
bahan perpustakaan di perpustakaan seperti buku, majalah, kliping, brosur, dan laporan
tertentu serta membuat deskripsi data bibliografi suatu bahan pustaka menurut standar
atau peraturan tertentu. Keterangan atau deskripsi katalog mencakup :
a. Nama pengarang utama (heading).
b. Judul buku.
c. Keterangan tentang kota terbit, nama penerbit, dan tahun terbit.
d. Keterangan tentang jumlah halaman, ukuran buku, ilustrasi, indeks, tabel.
e. Bibliografi dan apendiks.
f. Keterangan singkat mengenai isi penerbitan, judu asli, dan pengarang asli. (untuk
buku hasil terjemahan).
4. Pelabelan
Pelabelan ialah kegiatan membuat/menulis nomor penempatan (call number) setiap
bahan pustaka pada label tertentu, kemudian menempelkannya pada punggung buku
sesuai dengan ketentuan masing-masing perpustakaan.
Menurut P Sumardji (1993 : 26) Kegiatan lain pelabelan bahan pustaka meliputi:
Membuat kartu buku/pustaka untuk setiap bahan koleksi dengan memakai
blanko tertentu.
Membuat dan menempelkan kantong kartu buku/pustaka untuk setiap bahan
koleksi pada sampul belakang sisi dalam atau sesuai dengan ketentuan
yang
telah ditetapkan.
Memasukkan kartu buku/pustaka kedalam setiap kantong kartu.
Menempelkan lembaran blanko tanggal kembali (due date) pada halaman
sebelah sampul belakang sisi dalam bahan koleksi yang bersangkutan.
5. Penyimpanan dan Penyusunan Koleksi (Shelving)
Penyimpanan dan penyusunan koleksi (shelving), adalah suatu kegiatan menyimpan
koleksi bahan pustaka yang telah diolah/diproses menjadi koleksi perpustakaan pada
rak-rak buku/pustaka berdasarkan susunan menurut kelompok macamnya dan bidang
ilmunya masing-masing maupun urutan nomor penempatan (call number).
|
![]() 25
2.1.5.d Pemeliharaan Koleksi Bahan Pustaka
Indonesia sebagai daerah tropis memiliki berbagai musuh buku seperti alam
(cuaca/bencana), manusia dan hewan. Manusia yakni pengunjung bisa
menjadi musuh
buku bilamana dia memperlakukan buku dengan kasar yang dapat
mengakibatkan
kerusakan fisik buku seperti sobek, tercoreh, dan tergunting. Sedangkan hewan yang
bisa mengakibatkan kerusakan buku yaitu mikro-organisme, tikus, rayap, kecoa,
kumbang/kutu buku, dan ngengat. Dalam hal ini pengawasan perlu dilakukan terhadap
lingkungan dan fisik gedung perpustakaan.
Kegiatan memelihara dan merawat bahan pustaka meliputi pekerjaan:
Melakukan perbaikan setiap koleksi buku/bahan pustaka yang memerlukan
perbaikan.
Melakukan kegiatan pengawetan buku/bahan pustaka.
Untuk koleksi yang terekam, pemeliharaan ditangani secara tersendiri
misalnya menempatkan atau menyimpan pada ruangan khusus dengan
pendingan udara (AC).
Semua koleksi hendaknya terhindar dari debu dan kotoran seperti datangnya
binatang serangga, tikus dan lain-lain.
Standar pelestarian pemeliharaan koleksi bahan pustaka bisa dilihat dari sisi:
Kendala Serangga
Jenis serangga yang disebutkan diatas cenderung hidup di ruang gelap dan
mampu memasuki gedung perpustakaan melalui pintu, jendela, lubang angin, dan
saluran air. Maka hal yang perlu di perhatikan pada perpustakaan adalah:
Pintu dan jendela ditutup rapat.
Dalam pembuatan pintu hendaknya
mempertimbangkan celah di bagian
bawah pintu untuk menghindari serangga berbentuk pipih.
Lampu di beberapa tempat di usahakan untuk tetap hidup (khususnya pada
saat jam perpustakaan tutup).
Material kayu harus dilapisi lapisan anti rayap
|
![]() 26
Jika
kondisi tanah tersebut lembab serta gembur sebaiknya tanah di area
sekitar perpustakaan harus dipadatkan terlebih dahulu serta di injeksi cairan
anti rayap, karena rayap mampu menerobos lantai melalui lubang kecil.
Pencegahan ini lebih baik dilakukan sebelum pembangunan.
Suhu atau Penghawaan
Karena Indonesia termasuk daerah tropis maka hal ini harus diperhatikan. Buku
dan koleksi lain tidak cocok dengan udara/hawa panas, untuk itu sistem penghawaan
perlu diperhatikan pada perpustakaan, menurut literatur barat
mengatakan suhu yang
ideal untuk bahan pustaka
berkisar 20°C-21°C
dengan kelembapan sebesar 50% (suhu
semakin rendah semakin baik). Pengawasan ini dilakukan agar ketahanan buku tetap
terjaga dan komputer terjaga dengan kelembaban stabil 40-50%.
Pencahayaan
Sistem pencahayaan juga merupakan hal penting
yang harus diperhatikan,
pemakaian lampu pada area baca di perpustakaan sebaiknya
bukanlah lampu yang
mengeluarkan panas. Jenis lampu yang tepat untuk perpustakaan yaitu lampu LED,
karena LED tidak mengeluarkan panas sehingga dapat
membantu keawetan bahan
pustaka dan mencegah timbulnya jamur maupun serangga pada buku.
Lalu sebaiknya
koleksi rak bahan pustaka tidak terkena sinar matahari langsung, namun
tidak perlu
khawatir karena
hal
seperti ini masih bisa diatasi dengan pelapisan dengan kaca
film
sinar ultraviolet.
Keamanan
Dalam menjaga keamanan koleksi, tentunya perpustakaan akan menerapkan
berbagai sistem keamanan dalam perpustakaan seperti CCTV, Sensor Gate, ataupun
(RFID)
Radio Frequency Identification
pada buku-buku. Khususnya jika akan
merancang perpustakaan yang open space.
2.1.5.e Klasifikasi Buku
Di perpustakaan katalog dapat berbentuk lembaran-lembaran lepas yang
kemudian dijilid dan juga berbentuk kartu. Seiring berkembangnya teknologi,
perpustakaan sudah mulai meninggalkan katalog manual dan beralih ke katalog digital
yang sering disebut OPAC (Online Public Access Catalog)
yang dapat diakses di
website perpustakaan melalui internet. Perpustakaan terdapat
lima metode
|
![]() 27
pengklasifikasian dan penomoran katalog buku yang diakui secara internasional
yang
dapat diterapkan, yaitu:
Bliss Bibliographic Classification
Colon Classification
Dewey Decimal Classification
Library of Congres Classification
Universal Decimal Classification
Namun, dari lima metode tersebut yang lebih sering diterapkan adalah:
a.
Dewey Decimal Classification (DDC)
Dibuat oleh Melvil Dewey (1851-1931) pada 1876 berdasarkan
kajiannya terhadap puluhan buku dan kunjungannya ke berbagai perpustakaan.
DDC telah banyak dimodifikasi dan dikembangkan dalam 22 kali revisi yang
dilakukan hingga tahun 2004. Sistem DDC memberi nomor buku menurut
subjeknya tanpa memperhatikan dimana buku tersebut diletakan di rak. Bila
buku baru saja datang, maka buku tersebut dapat disisipkan diantara buku lama
selama subjeknya berkaitan. Berikut ini adalah sepuluh kelas utama dalam
penomoran DDC:
Klasifikasi
Kategori
000
Karya Umum
100
Filsafat
200
Agama
300
Ilmu Sosial
400
Bahasa
500
Ilmu Pengetahuan Alam dan Pasti
600
Teknologi
700
Kesenian, Arsitektur, dan Olahraga
800
Literatur
900
Peradaban dan Sejarah
Table 2.1 Dewey Decimal Classification
(Sumber: www.emeraldinsight.com, The Electronic Library.)
|
![]() 28
b.
Universal Decimal Classification (UDC)
UDC disusun pada 1895 oleh Paul Otlet dan Henri La Fontaine dari
Belgia, dikenal dengan berbagai nama seperti Classification Internationale
Desimale, International Decimal Classification, Expanded Dewey, dan Brussel
Expansion of Dewey. UDC Merupakan hasil adaptasi dari Dewey Decimal
Classification (DDC) yang merupakan metode yang didasari oleh DDC namun
dianggap lebih spesifik karena menambahkan simbol dalam penomorannya.
Metode ini banyak diterapkan di perpustakaan di negara Eropa, lalu metode ini
juga dapat digunakan dalam klasifikasi literatur dan koleksi lain seperti video,
musik, peta, dan lainnya.
Berikut ini adalah sepuluh kelas utama dalam UDC:
Subjek
No. Klasifikasi
General/Umum
0
Filsafat dan Psikologi
1
Agama, Teologi
2
Ilmu Sosial
3
*Kosong untuk perluasan mendatang
4
Sains dan Matematika
5
Ilmu Terapan, Kedokteran, Teknologi
6
Seni, Rekreasi, Hiburan, Olahraga
7
Bahasa, Linguistik, Sastra, Filologi
8
Geografi, Biografi, Sejarah
9
Table 2.2 Universal Decimal Classification
(Sumber: star.arm.ac.uk)
2.1.6 Sistem Pelayanan Perpustakaan
Secara umum, sistem layanan perpustakaan ada dua macam yaitu layanan
yang
bersifat tertutup dan layanan perpustakaan yang bersifat terbuka.
Menurut Darmono
(2001 : 137) Pemilihan sistem layanan terbuka dan
tertutup tergantung dari beberapa
|
![]() 29
faktor seperti:
Pertimbangan tingkat keselamatan koleksi perpustakaan.
Pertimbangan jenis koleksi dan sifat rentan dari koleksi.
Perbandingan antara jumlah staf, jumlah pemakai, dan jumlah
koleksi.
Luas gedung perpustakaan .
Rasio antara layanan dengan jumlah staf perpustakaan.
Berdasarkan penjelasan diatas,
terdapat dua macam sistem pelayanan yang
diterapkan pada perpustakaan, yaitu:
Closed Access Service (Sistem Layanan Tertutup)
Sistem pelayanan dimana pengunjung akan mendapat bantuan pustakawan
karena pengunjung tidak dapat menuju rak koleksi untuk mencari dan
mendapatkan koleksi yang diinginkan secara langsung. Kelebihan sistem ini
adalah keamanan untuk kondisi buku/koleksi agar lebih terjamin juga teratur,
dan ruang penyimpanan buku lebih efisien. Kekurangannya adalah pengunjung
tidak dapat mencari dan memilih sendiri buku-buku yang diperlukan dan hal ini dapat
mengurangi minat baca pengunjung.
Darmono (2001 : 137) Kelebihan Sistem Layanan Tertutup:
1.
Jajaran koleksi akan tetap terjaga kerapiannya karena hanya petugas
perpustakaan yang boleh masuk ke jajaran koleksi.
2.
Kemungkinan terjadinya kehilangan atau perobekan bahan pustaka
dapat ditekankan karena pemakai tidak dapat melakuakan akses
langsung ke jajaran koleksi.
3.
Ruangan untuk koleksi tidak terlalu luas, karena mobilitas petugas
di jajaran koleksi relative rendah.
Darmono (2001 : 137) Kelemahan Sistem Layanan Tertutup:
1.
Timbulnya tekanan dalam menemukan bahan pustaka karena
pengguna harus mengetahui ciri-ciri fisik bahan pustaka yaitu judul,
pengarang, ukuran buku, dan jumlah halaman sebelumnya.
2.
Judul buku tidak selalu menggambarkan makna pembahasan buku,
sehingga bisa saja judul yang telah dipilih ternyata kurang seperti yang
|
![]() 30
dimaksud.
3.
Jika peminjam cukup banyak dan petugas perpustakaan relatif terbatas,
hal ini membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup banyak untuk
memenuhi permintaan pemakai perpustakaan dan menyiapkan bahan
pustaka yang dibutuhkannya, sehingga pemakai harus menunggu lebih
lama.
Open Access Service (Sistem Layanan Terbuka)
Sistem pelayanan self-service
dimana pengunjung dapat menuju rak koleksi
untuk mencari dan mendapatkan koleksi yang diinginkan secara langsung tanpa
perantara pustakawan. Kelebihan sistem ini dibuat sehingga
pengunjung
mendapatkan minat baca yang lebih besar dan tidak ada tekanan.
Kekurangan sistem
ini adalah kondisi buku/koleksi yang kurang terjamin
keamanannya, dan juga
penyusunan buku menjadi kurang teratur sehingga
dapat mengganggu distribusi buku
ke pengunjung lain, serta membutuhkan
area penyimpanan yang lebih luas.
Darmono (2001 : 137) Kelebihan Sistem Layanan Terbuka:
1.
Pemakai dapat
melakukan pengambilan sendiri bahan pustaka yang
dikehendaki dari jajaran koleksi.
2.
Pemakai dilatih untuk dapatdipercaya dan diberi tanggung jawab
terhadap terpeliharanya koleksi yang dimiliki perpustakaan.
3.
Pemakai akan merasa lebih puas karena ada kemudahan dalam
menemukan bahan pustaka dan alternative lain jika yang dicari tidak
ditemukan.
4.
Dalam sistem ini tenaga perpustakaan yang bertugas untuk mengambil
bahan pustaka tidak diperlukan, sehingga bisa diberi tanggung jawab
di bagian lain.
Darmono (2001 : 137) Kelemahan Sistem Layanan Terbuka:
1.
Ada kemungkinan buku yang hilang relatif
lebih besar bila
dibandingkan dengan sistem tertutup.
2.
Ada kemungkinan pengaturan buku di rak penempatan (jajaran)
menjadi kacau karena ketika pengguna melakukan pencarian buku yang
diinginkan, buku yang sudah diambil dari jajaran rak dikembalikan
|
![]() 31
lagi oleh pemakai secara tidak tepat.
3.
Memerlukan ruangan yang lebih luas untuk jajaran koleksi agar
pengguna lebih leluasa dalam mencari koleksi perpustakaan.
4.
Membutuhkan keamanan yang lebih baik agar kebebasan untuk
mengambil
sendiri bahan pustaka dari jajaran koleksi tidak
menimbulkan berbagai kerusakan bahan pustaka seperti perobekan
bahan pustaka bahkan peningkatan kehilangan bahan pustaka.
2.1.6.a Jenis Layanan Perpustakaan
Jenis layanan yang diberikan perpustakaan ada beberapa macam. Jenis layanan
biasanya juga dipengaruhi oleh jenis perpustakaan dan masyarakat yang dilayaninya.
Sebagaimana layaknya perpustakaan lain, perpustakaan khusus harus dapat memberikan
layanan yang efektif, cepat dan professional terhadap semua pemakai perpustakaan.
Prinsip pelayanan yang dilaksanakan harus mengacu pada sistem manajemen mutu dan
pelayanan prima yaitu mendudukkan kepuasan konsumen sebagai tujuan/sasaran
perpustakaan. Berikut ini merupakan jenis layanan perpustakaan beserta penjelasannya
menurut beberapa para ahli perpustakaan:
Layanan Referensi
Layanan referensi diberikan untuk membantu pengguna perpustakaan atau
masyarakat yang ingin menemukan informasi secara tepat dan tepat dari koleksi
yang ada di perpustakaan. Kegiatan dilakukan dengan cara menjawab langsung
pertanyaan penguna perpustakaan atau dari masyarakat dengan menggunakan
sumber/koleksi rujukan yang tersedia.
Layanan Audiovisual
Layanan yang diberikan oleh perpustakaan seperti kegiatan melayankan bahan
audiovisual kepada pengguna untuk ditayangkan dengan bantuan
perlengkapannya di dalam perpustakaan, misalnya film dengan proyektornya.
Layanan Terbitan Berseri
Layanan yang diberikan oleh perpustakaan berupa update
terbitan yang berisi
informasi berita aktual, serta kejadian-kejadian yang berhubungan dengan
teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Layanan Bimbingan Pengguna
|
![]() 32
Layanan yang diberikan oleh perpustakaan dalam rangka menambah
pengetahuan pengguna tentang perpustakaan
tersebut, kegiatan yang diberikan
adalah membimbing atau memberikan petunjuk kepada pengguna agar dapat
memanfaatkan pelayanan perpustakaan dengan efektif dan efisien.
Layanan Ruang Baca
Layanan yang diberikan oleh perpustakaan berupa tempat untuk melakukan
kegiatan membaca di perpustakaan. Layanan ini diberikan untuk mengantisipasi
pengguna perpustakaan yang tidak ingin meminjam untuk dibawa pulang, akan
tetapi mereka cukup memanfaatkannya di perpustakaan.
Layanan Sirkulasi
Adalah kegiatan peredaran koleksi perpustakaan di luar perpustakaan. Pelayanan
ini ditujukan agar pengguna perpustakaan dapat meminjam dan membaca bahan
pustaka lebih leluasa sesuai kesempatan.
Menurut Darmono (2001:144) Bagian Layanan Sirkulasi mempunyai tugas
melayani pengunjung perpustakaan khususnya dalam hal berikut ini:
1.
Mengawasi keluarnya setiap bahan pustaka dari ruang perpustakaan.
2.
Pendaftaran anggota perpustakaan
3.
Peminjaman dan pengembalian bahan pustaka
4.
Memberikan sanksi bagi anggota yang terlambat mengembalikan
pinjaman
5.
Memberikan peringatan bagi anggota yang belum mengembalikan
pinjaman
6.
Menentukan penggantian buku yang dihilangkan anggota
7.
Membuat statistik sirkulasi
8.
Penataan koleksi di jajaran/rak
Adapun kegiatan kerja yang dilaksanakan pada Layanan Sirkulasi adalah:
1. Keanggotaan (Member)
Pendaftaran anggota adalah salah satu tugas layanan sirkulasi. Setiap
perpustakaan harus menentukan siapa yang boleh dan berhak menjadi anggota
perpustakaan. Selain itu perpustakaan juga menentukan persyaratan apa saja yang
perlu dipenuhi oleh pengguna untuk menjadi anggota perpustakaan. Dalam hal ini
|
![]() 33
perpustakaan melakukan pencatatan keanggotaan dalam pendaftaran anggota dan
membuat kartu anggota yang digunakan untuk melaksanakan peminjaman.
2. Peminjaman
Adalah kegiatan pengedaran koleksi perpustakaan, baik untuk dibaca didalam
perpustakaan maupun untuk dibawa keluar perpustakaan.
Menurut Sulistyo-
Basuki (1991 : 260), sistem peminjaman dapat dibedakan antara lain:
Sistem Buku Besar
Sistem buku besar ini menganut register, artinya
setiap peminjaman
mendapat jatah satu halaman atau lebih dalam buku besar disertai indeks
nama peminjam.
Sistem Sulih (Dummy)
Sistem sulih atau dummy
terbuat dari karton sebagai substitusi buku jika
buku dipinjam, ditulis pada selembar kertas yang ditempelkan pada halaman
sulih. Lembar tersebut berisi nama peminjam, nomor panggil, dan tanggal
peminjaman.
Sistem NCR (No Carbon Required)
Pada sistem ini peminjam perlu mengisi formulir peminjaman, lengkap
dengan nama, alamat, nama pengarang, judul, nomor klasifikasi, dan nomor
induk pada formulir peminjaman.
Sistem BIC (Book Issue Card)
Sistem ini banyak digunakan di perpustakaan sekolah, sistem manual ini
menggunakan kartu yang harus disimpan guna sebagai bukti pada saat di
kembalikan.
Islington System
(Variasi Brown)
Setiap anggota memperoleh satu kartu plastik, dibagian atas tertulis nama
dan alamatnya dalam huruf timbul.
Netwark System
Sistem Netwark
menggunakan kartu buku, termasuk didalamnya nomor
panggil, pengarang, judul, nomor induk serta kolom untuk tanggal harus
kembali, dan nama peminjam.
Token Charging
|
![]() 34
Semacam kartu berisi tanda pengenal perpustakaan terbuat dari karton
berukuran 4x6 cm yang digunakan sesuai jatah, apabila hilang terkena
denda.
Sistem Kartu Tebuk (Stempel)
Bila anggota ingin meminjam buku maka petugas bagian sirkulasi
mengambil kartu tebuk yang telah diberi tanggal dilakukan dengan stempel
serta dengan alat tebuk.
Photocharging
Sistem meminjam ini berbasis sistem photo
identity. Alat yang diperlukan
adalah alat baca mikrofilm, mesin photocharging, komputer.
Digital
Sistem ini tidak lagi manual dan
berbasis elektronik, bisa menggunakan
kartu dan mesin yang akan otomatis mencatat record data.
3. Pengembalian
Buku yang dipinjamkan harus kembali pada waktunya dan petugas juga harus
melihat
keadaan buku tersebut. Jika
rusak maka peminjam harus memperbaiki
atau menggantinya.
Ada dua cara pengembalian yang biasa dilakukan perpustakaan:
Pengguna membawa langsung bahan pustaka yang hendak dikembalikan ke
meja layanan.
Pengguna mengembalikan buku dengan memasukkannya kedalam kotak
pengembalian.
4. Perpanjangan
Perpanjangan dapat diberikan sesuai dengan peraturan masing-masing
perpustakaan, namun pada umumnya bahan pustaka bisa diberikan
perpanjangan
jika tidak ada pengguna lain yang memesan bahan pustaka
tersebut.
5. Penagihan
Bila pengguna tidak mengembalikan bahan pustaka pada waktunya ke
perpustakaan, maka pihak perpustakaan akan menagih buku agar segera di
|
![]() 35
kembalikan. Prosedur penagihan bahan pustaka sebagai berikut:
Petugas memeriksa keterlambatan pengembalian berdasarkan tanggal kembali
bahan perpustakaan, pekerjaan ini harus di lakukan setiap hari.
Petugas membuat surat penagihan dua rangkap.
Lembar pertama dikirimkan
kepada peminjam, sedangkan lembar kedua disimpan sebagai bukti pihak
perpustakaan.
6. Sanksi
Pelanggaran/denda yang dilakukan oleh pengguna perpustakaan berupa:
Terlambat pengembalian bahan pustaka.
Mengembalikan bahan pustaka dalam keadaan rusak.
Membawa bahan pustaka tanpa prosedur yang berlaku.
Menghilangkan bahan pustaka.
Melanggar tata tertib perpustakaan.
7. Bebas Pustaka
Surat keterangan bebas pustaka diberikan kepada pengguna sebagai bukti bahwa
pengguna tersebut
TIDAK mempunyai pinjaman/kewajiban lain kepada
perpustakaan. Pemberian
surat keterangan bebas pustaka bertujuan agar koleksi
terpelihara dan pengguna mematuhi peraturan perpustakaan.
Pemberian surat
bebas pustaka memiliki fungsi untuk mencegah atau menekan kemungkinan
hilangnya bahan-bahan pustaka karena mahasiswa
(pengguna)
telah
menyelesaikan studi maupun staf administrasi yang sudah pensiun.
Dari penjelasan yang sudah dijabarkan diatas, diketahui perpustakaan memiliki
beberapa jenis layanan. Dan menurut Rahayuningsih (2007:87) jenis-jenis layanan
pengguna dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.
Layanan loker
b.
Layanan sirkulasi
c.
Layanan referensi
d.
Layanan penelusuran informasi
|
36
e.
Layanan informasi koleksi terbaru
f.
Layanan koleksi
g.
Layanan ruang baca
h.
Layanan foto copy
i.
Layanan workstation dan multimedia
j.
Layanan lain-lain, termasuk
pengawasan keluar masuknya koleksi,
penataan
koleksi, layanan informasi perpustakaan, pendidikan pengguna, sosialisasi
peraturan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis pelayanan yang dapat
dilaksanakan
perpustakaan adalah layanan loker, layananan sirkulasi, layanan
referensi/layanan penelusuran informasi, layanan koleksi, layanan ruang baca, layanan
foto-copy
dan
layanan
lainnya
tergantung dengan jenis perpustakaan tersebut
sebagainya.
2.1.6.b Kualitas Pelayanan Perpustakaan
Pengertian kualitas adalah menjaga janji pelayanan agar pihak yang dilayani
merasa puas dan diuntungkan. Meningkatkan kualitas merupakan pekerjaan semua
orang adalah pelanggan/pengguna.
Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap
merupakan kualitas saat ini mungkin kurang berkualitas di masa mendatang). Ada lima
dimensi kualitas, yaitu:
1.
Rancangan (design), sebagai spesifikasi produk.
2.
Kesesuaian (conformance), yakni kesesuaian antara maksud desain dengan
penyampaian produk.
3.
Ketersediaan (availabity), mencakup aspek yang dapat dipercaya dan
ketersediaan produk bagi konsumen untuk digunakan.
4.
Keamanan (safety), aman dan tidak membahayakan konsumen.
5.
Guna praktis (field use), kegunaan praktis yang dapat dimanfaatkan pada
penggunanya oleh konsumen.
Sehubungan dengan kualitas pelayanan di atas, Zetmal Parasuraman dan Berry
|
37
dalam Kurniawati (2007: 5) mengemukakan ada lima dimensi yang digunakan untuk
mengukur dan menilai suatu kualitas pelayanan yaitu:
1.
Tampilan fisik (tangibles), misalnya penampilan, kemampuan sarana, dan
prasarana fisik harus dapat diandalkan.
2.
Kehandalan (reliability), artinya suatu kemampuan untuk memberikan jasa
yang dijanjikan dengan akurat dan terpercaya.
3.
Ketanggapan (resvonsivences), misalnya suatu kebijakan untuk membantu
dan memberikan pelayanan yang cepat kepada pelanggan/pengguna.
4.
Jaminan/kepastian (assurance), artinya pengetahuan dan keramahan
karyawan serta kemampuan melaksanakan tugas yang dapat menjamin
kinerja yang baik.
5.
Empati (empathy), artinya memberikan perhatian yang bersifat individual
atau pribadi kepada pelanggan/pengguna dan berupaya untuk memahami
kegiatan konsumen.
Agar pengguna merasa puas, maka layanan pengguna perpustakaan harus
berkualitas. Karakteristik layanan pengguna yang berkualitas dapat dilihat dari beberapa
faktor antara lain:
1.
Koleksi
a.
Kuantitas
Berkaitan dengan banyaknya jumlah koleksi yang dimiliki oleh
perpustakaan.
b.
Kualitas
Berkaitan dengan mutu, kemutakhiran, dan kelengkapan koleksi.
2.
Fasilitas
a.
Kelengkapan
Menyangkut lingkup layanan dan ketersediaan sarana pendukung
serta layanan pelengkap lainnya.
b.
Kenyamanan
Dalam segala aspek antara lain seperti memperoleh layanan,
berkaitan dengan lokasi, ruangan, petunjuk, ketersediaan informasi,
kebersihan dan lain-lain.
|
38
3.
Sumber Daya Manusia
a.
Kesopanan dan keramahan petugas dalam memberi layanan.
b.
Tanggung jawab dalam melayani pengguna perpustakaan.
c.
Empati, wajar dan adil dalam menangani dan memecahkan masalah
keluhan pengguna.
d.
Profesionalisme petugas perpustakaan di bagian layanan.
4.
Layanan Perpustakaan
a.
Ketepatan waktu layanan, berkaitan dengan waktu tunggu dan waktu
proses.
b.
Akurasi layanan, ketepatan layanan yang diberikan dan juga berkaitan
dengan banyaknya petugas yang melayani fasilitas pendukung seperti
komputer.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa karakteristik layanan pengguna yang
berkualitas dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu koleksi, fasilitas, sumber daya
manusia dan layanan perpustakaan.
Dapat dinyatakan bahwa kualitas adalah segala
sesuatu yang dapat memenuhi keinginan semua pihak baik itu produsen, konsumen, dan
yang berhubungan dengan produk/jasa. Dengan kualitas pelayanan perpustakaan seperti
kinerja, keseragaman produk, kesesuaian, daya tahan, kemampuan pelayanan, estetika,
kualitas yang dipersepsikan, kehandalan, daya tangkap, asuransi dan empati yang baik
akan memberikan dampak positif bagi masyarakat pengguna, yaitu pengguna akan
merespon apa yang telah diberikan oleh perpustakaan demi kepuasan pengguna.
2.2
Tinjauan Khusus
2.2.1
Pengertian Perpustakaan Art & Design
Perpustakaan Art & Design
adalah perpustakaan khusus yang memfasilitasi
masyarakat/komunitas kreatif maupun
peminat
seni dan desain. Perpustakaan ini
didirikan dengan tujuan menjadikan peminat dan pengikut Art and Design untuk lebih
mengeksplorasi keingintahuan mereka terhadap seni dan desain. Koleksi ataupun bahan
pustaka yang ada di perpustakaan ini berhubungan dengan seni dan desain.
|
![]() 39
2.2.2
Seni (Art)
Seni
(art)
adalah ragam dari berbagai macam kegiatan manusia dan produk
aktifitas tersebut. Komunikasi ekspresi, emosi, dan nilai-nilai lainnya. Dan seni adalah
penciptaan melalui keterampilan imajinatif atau teknis. Kesenian adalah bagian dari
budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan
dari dalam jiwa manusia. Selain mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa
manusia, kesenian juga mempunyai fungsi lain. Misalnya, mitos berfungsi menentukan
norma untuk perilaku yang teratur serta meneruskan adat dan nilai-nilai kebudayaan.
Kategori Seni (Art)
Secara umum seni dibedakan menurut indra penserapannya yaitu:
Seni Audio:
Seni yang diserap melalui indra pendengaran. Misalnya: seni musik atau
suara,
drama radio, puisi di radio dan lain-lain.
Seni Visual:
Seni yang diserap melalui indra penglihatan. Umumnya dikenal dengan
sebutan seni rupa.
Seni Audio-Visual:
Seni yang sekaligus diserap oleh indra pendengaran dengan indra
penglihatan.
Misalnya: seni tari, drama/teater, film dan lain-lain.
Untuk lebih mengenal perihal tentang batasan-batasan dari masing-masing seni
ini, seni dapat dikategorikan diantaranya sebagai berikut:
1.
Seni Rupa (Fine Art): lukisan, tato, fotografi, printmaking atau seni grafis,
seni kriya ukiran, patung, pahat, anyaman, merchandise, dsb.
2.
Seni Rupa Terapan (Applied Art): seni dekorasi, interior, properti, dsb.
3.
Seni Suara/Vokal/Musik:
seriosa, acapella, musik klasik, tradisional,
keagamaan, pop, hiphop, rnb, jazz/blues, rock, world music, dll.
4.
Seni Tari/Gerak:
tradisional, pantomim, striptease (erotik), tari modern,
salsa, dll.
5.
Seni Drama/Theater: film, cinematography, teater lama,
teater baru,
teater
komedi, sendratastik (seni drama dan musik), dll.
|
![]() 40
6.
Seni Sastra: roman, novel, cerpen, syair, puisi, dsb.
2.2.3
Desain (Design)
Desain berasal dari kata designare, yang berarti proses atau perbuatan dengan
mengatur segala sesuatu sebelum bertindak atau merancang.
Desain adalah penciptaan
dari rencana untuk pembangunan objek atau sistem dengan kegiatan dimana spesifikasi
objek dimanifestasikan oleh agen, yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan
memuaskan persyaratan dengan batasan.
Maka desain merupakan langkah awal
sebelum memulai membuat suatu benda seperti baju, furniture, maupun bangunan. Pada
saat pembuatan desain biasanya mulai memasukkan unsur berbagai pertimbangan,
perhitungan, cita rasa, dan lain lain. Koran, majalah, tabloid, website yang sehari-hari
kita lihat adalah produk desain, sehingga bisa dibilang bahwa sebuah desain merupakan
bentuk perumusan dari berbagai unsur termasuk berbagai macam pertimbangan di
dalamnya.
Berdasarkan berbagai teori tentang desain, ada beberapa tujuan yang ingin
dicapai dari pembuatan desain. Beberapa tujuan ini antara lain adalah sebagai berikut:
Desain bertujuan untuk menyesuaikan antara hasil desain dengan manusia
sebagai pemakainya dengan menyadari kelebihan keterbatasan serta kemampuan
yang dimilikinya.
Desain yang dipadupadankan dengan unsur-unsur seni dan teknologi bertujuan
untuk mencapai keamanan, kenyaman dan keindahan.
Desain diciptakan dengan tujuan agar dapat meningkatkan efisiensi, produkvitas
dan kualitas hidup manusia.
Kategori Desain
Ilmu desain terbagi menjadi enam berdasarkan bidang ilmunya masing-masing,
yaitu:
1.
Desain Grafis (Desain Komunikasi Visual), mencakup:
Tipografi, Illustrasi, dan Fotografi
Multimedia
Advertising
Publishing
Brand identity
|
![]() 41
Pattern design
Audio visual
2.
Desain Produk, mencakup:
Aksesoris/perkakas
Merchandising
Furnitur/peralatan
Appliances
Transportasi
Teknologi desain
3.
Desain Interior, mencakup:
Lighting design
Kitchen & Pantry specialist
Dekorator
Interior Furniture & Accessories
Mechanical electrical
Fengshui
Public places, comercial, residental, industry, cultural.
4.
Arsitektur, mencakup:
Drafter
Konstruksi
Building design
Engineering design
Public places, comercial, residental, industry, cultural.
5.
Desain Fashion, mencakup:
Tekstil
Stylist & Makeup
6.
Fotografi, mencakup:
Darkroom
Editing
Lighting
|
![]() 42
2.2.4
Perkembangan Perpustakaan Art & Design Library International
Bibliotheca Alexandrina Egypt
(Perpustakaan Iskandariah Mesir) merupakan
perpustakaan seni pertama dan terbesar di dunia. Perpustakaan ini bahkan bertahan
selama berabad-abad dan memiliki koleksi 700.000 gulungan papyrus, bahkan jika di
bandingkan dengan Perpustakaan Sorbonne di abad ke-14 hanya memiliki koleksi 1700
buku seni arsitektur dan desain. Perpustakaan ini didirikan oleh Ptolemi I sang penerus
Alexander (Iskandariah) pada tahun 323 SM, dan terus berlanjut sampai kekuasaan
Ptolemi III. Pada waktu itu para penguasa Mesir begitu besemangat memajukan
perpustakaan berdasarkan warisan budaya seni mereka. Bahkan dalam Manuskrip Roma
mengatakan bahwa sang Raja Mesir membelanjakan harta kerajaan untuk membeli
buku dari seluruh pelosok negeri hingga terkumpul 442.800 buku dan 90.000 lainnya
berbentuk ringkasan tak berjilid.
Desain perpustakaan Iskandriah (Bibliotheca Alexandrina) berdiri megah dan
unik. Bangunan utama berbentuk bulat beratap miring, terbenam dalam tanah. Di bagian
depan sejajar atap, dibuat kolam untuk menetralkan suhu perpustakaan, terdiri lima
lantai di dalam tanah, perpustakaan ini dapat memuat 250.000 buku dan terus
bertambah tiap tahun. Selain itu juga menyediakan berbagai fasilitas, seperti 500 unit
komputer berbahasa Arab dan Inggris untuk memudahkan pengunjung mencari katalog
buku, ruang baca berkapasitas 1.700 orang, conference
room, ruang pustaka Braille
Taha Husein khusus tuna netra, pustaka anak-anak, museum manuskrip kuno, lima
lembaga riset, dan kamar-kamar riset yang bisa dipakai gratis. Dan yang juga menarik,
adalah lantai tengah perpustakaan tersebut terdapat Gallery Design dan bisa dilihat dari
berbagai sisi. Di lantai kayu yang cukup luas itu terpajang berbagai prototype
mesin
cetak kuno dan berbagai lukisan dinding.
Perpustakaan ini selalu dipenuhi pengunjung, padahal di Alexandria tidak
banyak universitas seperti di Kairo. Ini menunjukkan tingginya minat masyarakat Mesir
akan warisan budaya seni dan desain mereka yang begitu kaya. Perpustakaan seni yang
dulu dihancurkan Julius Caesar itu kini menjadi salah satu objek wisata sebagaimana
Piramid Giza, Mumi, Karnax Temple, Kuburan para Firaun di Luxor atau Museum
Kairo yang menyimpan timbunan emas Tutankhamun. Isi di perpustakaan tersebut:
Sebuah Perpustakaan yang dapat menampung jutaan buku
|
![]() 43
Sebuah Arsip Internet
Enam khusus perpustakaan untuk:
1.
Seni, multimedia, dan bahan-bahan audio-visual.
2.
Tunanetra.
3.
Anak-anak.
4.
Kaum muda.
5.
Microforms.
6.
Buku langka dan koleksi khusus..
Empat Museum untuk:
1.
Antiquities.
2.
Naskah.
3.
Sadat.
4.
Sejarah Sains.
Dan di zaman sekarang sudah banyak negara-negara lainnya yang sudah
memiliki perpustakaan khusus seni dan desain, namun masih dibawah suatu lembaga
pendidikan seperti universitas.
2.2.5
Tujuan Perpustakaan Art & Design
Seni (art) dan desain (design) adalah elemen yang tidak bisa dipisahkan,
keduanya saling berhubungan
satu sama lain. Maka tujuan dari
perpustakaan Art &
Design adalah suatu proyek yang dimaksudkan untuk memfasilitasi para pengguna
pustaka dalam bidang seni dan desain. Art & Design Library dirancang sebagai suatu
inovasi baru yang tidak lagi mengandalkan perpustakaan sekolah atau lembaga
pendidikan lainnya terhadap pemerhati pustaka dalam mencari segala informasi yang
dibutuhkan, khususnya mengenai seni dan desain. Karena perpustakaan khusus seni dan
desain yang berdiri sendiri memang belum ada di Indonesia, rata-rata masih dibawah
suatu lembaga pendidikan seperti contoh Universitas Trisakti yang mengadakan
perpustakaan khusus untuk memadai kebutuhan Fakultas Seni Rupa dan Desain
(FSRD).
Tujuan dibangunnya Art & Design Library merupakan sebagai upaya untuk
memelihara dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pendalaman pengetahuan
serta penelusuran seluk beluk seni dan desain yang teraktual di dunia. Art & Design
|
![]() 44
Library secara langsung atau pun tidak langsung diharapkan dapat memberikan
kemudahan bagi proses belajar terkait dengan pentingnya perkembangan kemajuan
bidang pendidikan khususnya seni dan desain. Tujuan-tujuan tersebut dimaksudkan
agar:
Dapat tanggap dalam kemajuan aktualiasi seni dan desain
Dapat memelihara kemerdekaan berfikir yang konstruktif untuk menjadi
komunitas seni dunia yang lebih baik.
Dapat mengembangkan kemampuan berfikir kreatif bangsa dan dapat
menggunakan kemempuannya untuk dapat menghargai hasil seni dan budaya
manusia.
2.2.6
Keberadaan Perpustakaan Art & Design
Berikut ini adalah perpustakaan Art & Design
yang sudah ada di luar negeri,
antara lain:
1.
Bibliotheca Alexandrina Egypt
(Lihat penjelasan pada sub bab 2.2.4)
Fasilitas ruang yang ada pada perpustakaan ini antara lain:
a.
Main Library
Area ini adalah learning space
yang menawarkan beragam sumber
informasi seperti buku, peta, manuskrip, multimedia, dan source
elektronik. Dan di area tersebut terdapat layanan untuk umum serta
layanan khusus untuk melayani pengguna yang mempunyai
gangguan/kekurangan fisik.
Gambar 2.5 Main Library, Bibliotheca Alexandrina Egypt
(Sumber: www.bibalex.org)
|
45
b.
Taha Hussein Library
Ruangan perpustakaan ini adalah ruangan khusus untuk pengguna yang
mempunyai gangguan visual maupun buta, dimana diruangan tersebut di
fasilitaskan dengan alat-alat spesial serta teknologi khusus sehingga
golongan pengguna ini bisa membaca dan melihat jurnal.
c.
Children's Library
d.
Young People's Library
Ruangan perpustakaan ini diberikan untuk pengunjung berumur sekitar
12 sampai 16 tahun. Diruangan ini memperkenalkan kepada pengunjung
mengenai hal entertain, kultur, dan teknologi informasi yang bertuju
untuk mengembangkan kemampuan membaca dan pemecahan masalah
serta sekaligus membantu keberanian untuk interaksi sosial.
e.
Arts & Multimedia Library
Ruangan perpustakaan ini khusus untuk menaruh koleksi gambar cetak
dan koleksi audiovisual yang berkaitan dengan seni.
Seperti buku
bergambar, papan spektrum, gambar yang bergerak, film dokumentasi,
program edukasi, dan metode program self-teaching.
Lalu ruangan ini
juga diberi tambahan seperti workshop dan area untuk seminar untuk
para artis maupun pameran seni.
f.
Francophone Library
Ruangan perpustakaan ini khusus buku-buku dengan bahasa perancis.
g.
Thesis & Dissertations Library
h.
Rare Books & Special Collections
i.
Periodical Collections
Area khusus untuk koleksi yang berperiodik seperti majalah, jurnal, dan
sebagaimya dengan format kertas maupun format elektronik.
j.
Reference Works Collections
k.
Electronic Resources
l.
Microforms Room
m.
Nobel Section
|
![]() 46
Fasilitas penunjang yang ada pada perpustakaan ini antara lain:
a.
Academic Research Center
b.
Planetarium Science Center
c.
Museums
d.
Permanent Exhibitions
e.
Conference Center
f.
Internet Archive
g.
Toko buku
Gambar 2.6 Bibliotheca Alexandrina Egypt Architecture
(Sumber: www.arcspace.com)
Gambar 2.7 Bibliotheca Alexandrina Egypt
(Sumber: www.bibalex.org)
|
![]() 47
2.
National Art Library
Perpustakaan ini berada di London, Inggris. National Art Library
adalah
perpustakaan yang mempunyai fungsi sekaligus museum.
Koleksi yang ada
kurang lebih sebanyak sejuta koleksi dan terus bertambah sesuai berkembangnya
ilmu seni dan desain. Koleksi yang ada antara lain:
The History
Architecture, Furniture and woodwork
Art and Design Books
20th Century Artist's Books and Book Art
Asia: The art and design of the Far East, India and South East Asia
Ceramics, Glass, Metalwork, Sculpture
Design, Prints, Photography, Contemporary
Drawings, Paintings
Fashion, Jewellery, Textiles
Theatre & Performance
Katalog jual dari pelelangan rumah
maupun
katalog
exhibitions dari
museum dan galeri seluruh dunia.
Manuskrip, majalah dan bermacam-macam format elektronik.
Fasilitas yang disediakan pada National Art Library antara lain:
Ruang belajar khusus untuk orang yang mempunyai gangguan fisik
Aneka ruang belajar seperti: Riba Architecture Study Room, South &
South-East Asia Study Room, Ceramics Study Room, Textiles Study
Room, Blythe House Reading Room.
Ruang koleksi khusus untuk:
a.
Artists' books, letters & manifestos
b.
Ephemera and jobbing printing
c.
Fine and noteworthy bindings
d.
Fine printing
e.
Buku yang menggunakan teknologi inovatif
f.
Buku yang dibungkus oleh jaket pelindung
g.
Kaligrafi
|
![]() 48
h.
Buku anak-anak
i.
Novel grafis dan komik
j.
Dokumentasi manuskrip
k.
Buku-buku lama
l.
Tipografi
m.
Buku Lettering & Writing
n.
Buku ilustrasi
o.
Buku modern dan majalah desain
Gambar 2.8 National Art Library
(Sumber: www.vam.ac.uk)
|
![]() 49
2.3 Hasil Survey Perpustakaan
2.3.1 Goethe Institut Library
Peta 2.1 Lokasi Goethe Institut
(Sumber: Google Maps 2013)
Goethe Institut Library
berlokasi
di dalam lingkungan
Goethe Institut, Jl. Sam
Ratulangi 9-15, Menteng - Jakarta Pusat.
Jam operasional
Senin-Sabtu
: 12.30-19.00
Minggu
: 11.00-15.00
*Semi-public (untuk umum harus membuat kartu keanggotan dengan biaya sebesar
Rp 35.000,-/tahun jika ingin meminjam buku/koleksi dan aturan ini tidak berlaku
untuk masyarakat Goethe Institut).
Koleksi dan Bahan Pustaka
a.
Buku
Sejarah, ilmu sains, filosofi, literatur
Geografi dan buku sosial
Buku seni dan desain
Film, teater & performa
|
![]() 50
Roman, komik, buku dongeng
Kids section
b.
Majalah
c.
CD, CD-Rom, & DVD (games, dokumenter, film, kartun, musik, jurnal, dan
lain-lain).
Pembagian Ruang
a.
Ruang audiovisual
Tersedia ruang video di lantai 1 yang hanya mentayangkan DW (Deutsche Welle
Channel) setiap hari, namun pengguna perpustakaan boleh memutar video yang
tersedia di perpustakaan tersebut.
Gambar 2.9 Ruang Audiovisual, Goethe Institut.
(Sumber: Penulis)
Gambar 2.10 Ruang Koleksi dan Area Baca, Goethe Institut.
(Sumber: Penulis)
|
![]() 51
b.
Ruang koleksi beserta area self-copy, area baca/diskusi, dan area multimedia.
Gambar 2.11 Ruang Koleksi, Goethe Institut.
(Sumber: Penulis)
Gambar 2.12 Area Multimedia, Goethe Institut.
(Sumber: Penulis)
c.
Area khusus koleksi musik terdapat di lantai 2
d.
2 ruang staf Goethe Institut pada lantai 2
|
![]() 52
e.
Ruang staf/pengelola Goethe Institut Library terdapat di lantai 1
Fasilitas
Wireless Network (wifi)
Pelayanan pernerjemahan bahasa jerman-ingris-indonesia *(gratis)
1 meja resepsionis
50 loker
1 meja informasi
1 unit mesin fotokopi *(maksimal 20 halaman/judul)
3 komputer katalog dan internet
8
unit komputer dilengkapi dengan internet, printer, dan headphones.
2
televisi *(1 diruang audiovisual, dan 1 di ruang staf/pengelola Goethe Institut)
iPad disetiap meja diskusi
±
6
meja diskusi
3
rak koleksi musik (120x30x72cm)
3
rak majalah
±28 rak koleksi (120x30x170cm)
Sistem
a.
Pengolahan Koleksi dan Bahan Pustaka
Diagram 2.1 Pengolahan Koleksi Goethe Institut
(Sumber: narasumber)
b.
Katalog dan Klasifikasi
Katalog buku menggunakan digital/online melalui sistem Bibliothekskatalog
dan susunan buku diatur sesuai UDC (Universal Decimal Classification).
|
53
c.
Pelayanan
Goethe Institut Library menggunakan sistem pelayan terbuka (open access)
maka pengunjung dapat bebas memilih dan mencari buku yang ingin dibaca
tanpa bantuan atau dengan bantuan pustakawan.
d.
Keanggotaan dan Peminjaman
Warga
Goethe Institut
otomatis mendapat keanggotaan, penggunaan buku
serta media di dalam perpustakaan tidak dikenakan biaya namun untuk
peminjaman diperlukan kartu keanggotaan, maka pengunjung dari luar
Goethe Institut harus membuat member terlebih dahulu jika ingin meminjam
dan dikenakan biaya Rp30.000/tahun. Sedangkan warga
Goethe
Institut
tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membuat kartu anggota
dan
tidak
dikenakan biaya pertahun.
Peminjaman menggunakan sistem buku jurnal, sistem manual ini mencatat
manual buku yang dipinjam maupun yang sudah dikembalikan.
Lama Peminjaman:
4 minggu untuk buku, CD, dan CD-ROM.
2 minggu untuk majalah, dan DVD.
e.
Perawatan
Kegiatan perawatan termasuk
bersih-bersih ruangan secara rutin, dan
pemeriksaan bahan pustaka seminggu satu kali.
f.
Keamanan
Terdapat kamera CCTV lalu setiap buku ditempelkan barcode dan terdapat
sensor gate pada pintu masuk. Perpustakaan ini dikoordinir oleh tiga
orang
yaitu, satu orang bagian resepsionis yang melayani dan mengawasi setiap
masuk-keluarnya pengunjung, satu orang bagian informasi yang akan
mengawasi semua kegiatan di perpustakaan, dan satu orang yang
merapihkan koleksi maupun bahan pustaka.
|
![]() 54
Struktur Organisasi
Diagram 2.2 Struktur Organisasi Goethe Institut Library
(Sumber: narasumber)
|
![]() 55
2.3.2 FSRD Perpustakaan Fakultas Seni Rupa dan Desain (Universitas Trisakti)
Peta 2.2 Lokasi Universitas Trisakti
(Sumber: Google Maps 2013)
Perpustakaan terletak di lingkungan FSRD pada gedung P di lantai 2, di dalam
Universitas Trisakti, Grogol - Jakarta Barat.
Jam operasional
Senin-Kamis
: 08.00-18.00
Jumat
: 08.00-11.30 - 13.30-16.00
Sabtu
: 08.00-12.00
*Semi-private (untuk mahasiswa dari universitas lain harus disertakan surat izin dari
kampus atau terkena biaya sebesar Rp.5000,-).
Koleksi dan Bahan Pustaka
a.
Buku
Desain Komunikasi Visual: ±4000 eksemplar
Desain Interior: >
4500 eksemplar
Desain Produk: ±3500 eksemplar
Fotografi: <2000 eksemplar
|
![]() 56
b.
Majalah Ilmiah ±10 judul
c.
Surat Kabar Harian
d.
Beberapa CD, CD-Rom, & VCD (skripsi, karya tulis, jurnal, dan lain-lain)
Ruang Khusus
a.
Ruang koleksi digabung dengan ruang multimedia
Gambar 2.13 Ruang koleksi dan Multimedia, FSRD.
(Sumber: Penulis)
b.
Ruang baca/diskusi (±25 kursi)
Gambar 2.14 Ruang Diskusi dan Loker, FSRD.
(Sumber: Penulis)
c.
Ruang staf/pengelola
Gambar 2.15 Ruang Staf dan Pengelola, FSRD.
(Sumber: Penulis)
|
![]() 57
Fasilitas
1 meja resepsionis
69 loker
3 komputer katalog
4 unit komputer dan internet
1 unit mesin fotokopi
1 televisi
1 troli buku
1 rak surat kabar dan majalah
1 lemari buku baru
22 rak bahan pustaka (120x30cm)
Sistem
a.
Pengolahan Koleksi dan Bahan Pustaka
Diagram 2.3 Pengolahan Koleksi FSRD-Usakti
(Sumber: FSRD)
b.
Katalog dan Klasifikasi
Katalog buku menggunakan digital/online melalui sistem OPAC
dan
susunan buku diatur sesuai DDC (Dewey Decimal Classification).
c.
Pelayanan
FSRD menggunakan sistem pelayan terbuka (open access) maka pengunjung
dapat bebas memilih dan mencari buku yang ingin dibaca tanpa bantuan atau
dengan bantuan pustakawan.
d.
Keanggotaan dan Peminjaman
Keanggotaan hanya untuk masyarakat Trisakti. Pengunjung tidak dapat
meminjam hanya diperbolehkan fotokopi dan perpustakaan ini menggunakan
sistem
manual yaitu BIC (Book Issue Card) menggunakan kartu yang harus
disimpan guna sebagai bukti pada saat di kembalikan.
|
![]() 58
e.
Perawatan
Kegiatan perawatan hanya bersih-bersih ruangan secara rutin dan tidak ada
pelestarian bahan pustaka.
f.
Keamanan
Setiap buku ditempelkan barcode
dan terdapat sensor gate
pada pintu
masuk, perpustakaan ini dikoordinir oleh satu orang
yang akan mengawasi
semua kegiatan di perpustakaan serta memeriksa identitas pengunjung.
Struktur Organisasi
Diagram 2.4 Struktur Organisasi FSRD-Usakti
(Sumber: narasumber)
|
![]() 59
2.3.3 The Johannes Oentoro Library (Universitas Pelita Harapan)
Peta 2.3 Lokasi Universitas Pelita Harapan (UPH)
(Sumber: Google Maps 2013)
Perpustakaan berlokasi
di Buiding
C lantai 2-4, Kampus Karawaci, Jl. M.H.
Thamrin Boulevard 1100, Lippo Village, Tangerang.
Jam operasional
Senin, Rabu-Jumat : 07.00-21.00
Selasa
: 08.30-21.00
Sabtu
: 08.00-13.30
*Private (untuk mengakses perpustakaan ini harus menggunakan smartcard UPH).
Koleksi dan Bahan Pustaka
Terdiri dari
±
70.000 buku seperti akutansi, HI, SI, filsafat, teologi, DKV, desain
produk, arsitektur, hukum, manajemen, matematika, elektro, sipil, dan lainnya.
a.
Lantai 2:
Koleksi Referensi: ensiklopedia, kamus, buku pedoman, dan lainnya.
Local Publication: disertasi, skripsi, thesis, dan lainnya.
Periodikal: jurnal, koran, majalah, dan lainnya.
|
![]() 60
b.
Lantai 3:
Literatur Kristen
Buku umum
Koleksi short loan (koleksi dengan peminjaman jangka pendek)
Koleksi pengajar (close access)
Koleksi audiovisual
c.
Lantai 4:
Online database, local database, e-books dan e-resources.
Ruang Khusus
a.
1 ruang seminar
b.
2 ruang multimedia:
multimedia viewing (kapasitas 30 orang)
multimedia (dilengkapi 50 unit komputer)
c.
1 large group study room (kapasitas 20 orang)
d.
5 group study room (kapasitas 10 orang)
e.
15 study room (kapasitas 4 orang)
Gambar 2.16 Study Room, The Johannes Oentoro Library.
(Sumber: Penulis)
|
![]() 61
Gambar 2.17 Area Baca, The Johannes Oentoro Library.
(Sumber: Penulis)
f.
Area lounge
g.
Area exhibition
Fasilitas
Layanan Referensi
E-resources
Wireless Network (wifi)
495 loker
8 unit komputer katalog
150 unit komputer dan internet
2 unit mesin fotokopi di lantai 2 dan 3
Printing & Scanning
*(save melalui CD tidak boleh menggunakan flashdisk,
dan maksimal 10 halaman/hari)
±100 rak bahan pustaka (120x30cm)
Troli sirkulasi & umum
|
![]() 62
Sistem
a.
Pengolahan Koleksi dan Bahan Pustaka
Diagram 2.5 Pengolahan Koleksi, UPH.
(Sumber: narasumber)
b.
Katalog dan Klasifikasi
Tidak menggunakan sistem manual, semua katalog buku menggunakan
digital/online melalui sistem OPAC dan susunan buku diatur sesuai DDC
(Dewey Decimal Classification).
c.
Pelayanan
The Johannes Oentoro Library
ini menggunakan dua sistem pelayanan,
sistem terbuka (open
access) di lantai 3 maka pengunjung dapat bebas
memilih dan mencari buku yang diinginkan secara langsung. Dan juga
sistem pelayan tertutup (close access) pada lantai 2 maka pengunjung perlu
bantuan pustakawan untuk meraih koleksi.
d.
Keanggotaan dan Peminjaman
Peminjaman menggunakan sistem digital dengan kartu smartcard dan yang
dapat menjadi anggota ialah:
Automatic Membership
Seluruh masyarakat akademik
UPH otomatis menjadi anggota
perpustakaan
(mahasiswa aktif UPH, staf akademik maupun non-
akademik, pengajar).
Special Membership
Alumni, Lippo Karawaci Residential, Lippo Group Corporate,
Yayasan Pelita Harapan (UPH Surabaya, Sekolah Pelita Harapan,
Sekolah Dian Harapan, dan Sekolah Lentera Harapan).
|
![]() 63
Tabel 2.3 Total amount of borrowings, The Johannes Oentoro Library.
(Sumber: library.uph.edu)
e.
Perawatan
Fogging 1-2 minggu sekali
Jika ada informasi bahwa terdapat buku yang rusak maka buku
tersebut akan diperbaiki oleh staf
Jika perlu melakukan jilid akan memakai jasa lain (outsource)
f.
Keamanan
The Johannes Oentoro Library
menggunakan CCTV, Radio Frequency
Indentification
(RFID), dan sensor gate
pada pintu masuk keluar agar
pencurian maupun buku yang keluar tanpa izin/scan bisa langsung diketahui.
Di dalam perpustakaan terdapat satpam dan ruang security di pintu masuk.
Lalu demi keselamatan tersedia tangga darurat, sprinkler, smoke
detector,
dan hydrant.
|
![]() 64
Struktur Organisasi
Diagram 2.6 Struktur Organisasi The Johannes Oentoro Library
(Sumber: The Johannes Oentoro Library Profile)
|