Start Back Next End
  
104
berupa gambar, lukisan, karya grafis, foto, patung, atau instalasi—terutama
berdasarkan kualitas dan semangat inovatifnya. Galeri ini telah
memperkenalkan para seniman yang kini menempati posisi terdepan dalam
khazanah seni rupa Indonesia.
Teater Utan Kayu secara berkala menyelenggarakan pementasan lakon,
musik, tari, pemutaran film, serta ceramah dan diskusi tentang kebudayaan,
seni, dan filsafat. Teater ini memberi ruang seluas-luasnya bagi seniman dari
khazanah tradisi maupun seniman mutakhir yang ingin bereksperimen dan
menawarkan kebaruan.
Komunitas Utan Kayu pun sudah biasa mengelola
kegiatan berskala internasional, di antaranya Jakarta International Puppetry
Festival (2006), Slingshort Film Festival (2006), dan International Literary
Biennale yang berlangsung tiap dua tahun sejak 2001.
Setelah berusia sekitar satu dekade, sayap kesenian Komunitas Utan
Kayu bertekad meneruskan dan mengembangkan apa yang telah dicapai.
Demi menampung perluasan aktivitas itu, para pendiri dan pengelolanya
lantas mengambil prakarsa membangun kompleks Komunitas Salihara.
Dari segi rancang bangun, kompleks Komunitas Salihara dapat
dipandang sebagai sebuah percobaan arsitektur yang unik. Ia
karya tiga
arsitek dengan kecenderungan masing-masing—gedung teater dirancang oleh
Adi Purnomo, gedung galeri oleh Marco Kusumawijaya, dan gedung
perkantoran oleh Isandra Matin Ahmad. Ketiganya kemudian duduk bersama
untuk memadukan rancangan ke dalam visi yang sama: membangun rumah
baru bagi kesenian dan pemikiran yang ramah lingkungan dan hemat energi.
Gambar 2.83 Tampak Luar Kompleks Komunitas Salihara
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter