6
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Perencanaan
Perencanaan terdiri dari dua elemen, yakni rencana dan sasaran. Robbins
dan Coulter (2004, 176) mengatakan “Rencana adalah dokumen yang
merangkum cara mencapai sasaran dan biasanya menggambarkan alokasi sumber
daya, penyusunan jadwal, dan tindakan lain yang diperlukan untuk mencapai
sasaran” dan”
Sasaran adalah hal yang ingin dicapai oleh individu, grup, atau
seluruh organisasi.”
Organisasi
yang melakukan perencanaan lazimnya akan
menunjukan hasil positif atau dengan kata lain memiliki keunggulan
dibandingkan dengan organisasi yang tidak melakukan perencanaan.
Dalam
prakteknya, organisasi atau perusahaan memiliki beragam tujuan baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Penekanan sasaran jangka panjang tidak dapat
mengabaikan sasaran-sasaran lain yang harus dapat dicapai dalam jangka
pendek. Secara manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan
organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan
rencana aktivitas kerja organisasi.
Menurut Jacobs, Chase, dan Aquilano (2009, 122) menyebutkan rentang
waktu perencanaan kapasitas dalam manajemen operasi dibagi dalam 3 tipe :
-
Jangka pendek
  
7
Perencanaan jangka pendek adalah tipe perencanaan yang digunakan
untuk waktu kurang dari satu bulan, mengikat suatu proses yang
terjadwal per hari atau per minggu. Tujuan perencanaan jangka
pendek adalah untuk mengeliminasi variasi yang terlalu banyak
antara rencanaan dan realisasinya.   
-
Jangka menengah
Perencanaan per bulan atau per quarter untuk 6-18 bulan ke depan.
Dalam hal ini, variasi kapasitas tergantung pada peralatan baru,
hiring, sub-kontrak, dll.
-
Jangka panjang
Perencanaan yang memakan rentang waktu lebih dari 1 tahun, dimana
dibutuhkan waktu lama untuk memperoleh ataupun membuang
sumber produktivitas seperti bangunan, peralatan dan perlengkapan,
fasilitas, dll.
Dalam konteks manajemen operasional, perencanaan kapasitas yang
dimaksud adalah jumlah bahan baku atau input yang dsediakan untuk memenuhi
permintaan atau menghasilkan output pada periode tertentu. Perencanaan
bertujuan untuk menentukan arah awal dari tindakan-tindakan yang akan
dilakukan pada masa mendatang. Kaitannya dengan masa mendatang, maka
perencanaan disusun atas dasar data masa lalu dengan menggunakan asumsi.
Oleh karenanya, perencanaan
tidak selalu member hasil yang akurat yang
  
8
sebagaimana diharapkan dalam rencana tersebut. Penyimpangan-penyimpangan
pastilah terjadi dalam periode berjalan, sehingga setiap perencanaan harus
dilakukan evaluasi berkala sejalan dengan pengendalian, agar apabila terjadi
penyimpangan terjadi dalam skala besar dapat dilakukan tindakan penyesuaian
yang membenahi penyimpangan tersebut sesegera mungkin.
2.2
Pengendalian
Seperti yang telah dikatan pada sub-bab perencanaan, sebuah rencana
yang telah disusun bisa saja tidak sesuai dengan fakta yang akan terjadi. Sebaik
apapun perencanaan yang disusun tidak akan efektif tanpa adanya program
pengendalian. Sederhananya, pengendalian didefinisikan sebagai proses yang
dibuat untuk menjaga realisasi dari suatu aktivitas bisnis sesuai dengan yang
direncanakan. Dan sesuai fungsinya, aktivitas-aktivitas pengendalian menurut
Nasution, Arman Hakim (2003, 20) adalah sebagai berikut :
-
Mengukur realisasi dari rencana,
-
Membandingkan realisasi dengan rencana,
-
Mengamati penyimpangan yang terjadi,
-
Menganalisa sebab-sebab terjadinya penyimpangan,
-
Melakukan tindakan perbaikan
Adapun tujuan umum setiap perusahaan, baik perusahaan manufaktur
maupun jasa adalah memikul tanggung jawab dalam proses bisnis yang sukses,
  
9
ekonomis, tepat waktu, dan
sesuai dengan janji yang diberikan, serta
memperoleh keuntungan. Kegiatan perencanaan dan pengendalian produksi
semata untuk mengkoordinasikan kegiatan dari bagian-bagian yang langsung
maupun tidak langsung dalam perusahaan menjalankan proses bisnisnya,
merencanakan, menjadwalkan, dan mengendalikan kegiatan produksi dari mulai
tahapan awal, sampai suatu barang dihasilkan dan dinikmati oleh konsumennya
sehingga perusahaan itu betul-betul menjalankan prosesnya dengan efisien dan
efektif. 
Menurut Jacobs, Chase, dan Aquliano (2009, 6), efisiensi berarti
melakukan sesuatu dengan cost
atau biaya seminimum mungkin. Dengan kata
lain, efisiensi terjadi apabila suatu hal dilakukan dengan memanfaatkan input
yang ada sekecil mungkin, baik waktu, biaya, bahan baku, tenaga kerja, dsb
untuk menghasilkan output
sebaik mungkin.
Sedangkan efektivitas lebih
berkaitan dengan nilai utama dalam pencapaian perusahaan. Bagaimana suatu
perusahaan menjalankan prosesnya dengan benar sehingga terlihat nilai kualitas
yang positif dari perusahaan tersebut. 
2.3
Peramalan
Monks, Joseph G. (1996, 39) berpendapat “Forecasting are estimates of
the occurance, timing, or magnitude of uncertain future events.” Secara
operational, aktivitas seorang manager lebih fokus kepada estimasi atau
perkiraan permintaan, diperoleh dari kegiatan marketing perusahaan yang
berfungsi untuk menimbulkan minat atau keinginan masyarakat terhadap suatu
  
10
produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Dalam pasar yang kompleks
dan dinamis, banyak hal yang mempengaruhi permintaan, seperti kondisi social,
ekonomi, politik, teknologi, persaingan, produk pengganti, dll. Peramalan atau
estimasi dalam hal permintaan dalam situasi ini akan sangat dibutuhkan
berhubungan dengan
fungsinya sebagai dasar perencanaan bagi perusahaan
dalam mengatur pembelian, penganggaran, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan,
dsb, misalnya seperti kegiatan pembelian bahan baku atau barang pendukung
operasional perusahaan disesuaikan dengan kapasitas gudang, anggaran untuk
penyimpanan dan pemeliharaan barang, penanggung jawab. Kelihaian seorang
manager dalam merencanakan dan mengatur agar kapasitas perusahaan yang ada
dimaksimalkan sedemikian rupa dengan input seefisien mungkin akan membawa
perusahaan untuk melangkah ke tahap selanjutnya, yaitu tanggung jawab
pelayanan terhadap konsumen, hal tersebut menguntungkan, karena profitabilitas
perusahaan akan bertambah seiring dengan kemajuan perusahaan. 
Peramalan menurut jangka waktu menurut Nasution, Arman Hakim (2003, 16)
dibagi dalam 3 horizon waktu :
-
Peramalan jangka panjang, berkisar 2-10 tahun. Biasanya peramalan
digunakan untuk perencanaan produk dan sumber daya.
-
Peramalan jangka menengah, berkisar 1-12
bulan. Biasanya
digunakan untuk menentukan aliran kas, perencanaan produksi, dan
penentuan anggaran.
  
11
-
Peramalan jangka pendek, berkisar 1-5 minggu. Biasanya digunakan
untuk pengambilan keputusan dalam hal perlu tidaknya lembur,
penjadwalan kerja, dll.
Nasution, Ir. Arman Hakim (2003,
29) menjabarkan beberapa sifat hasil
peramalan, yakni:
-
Peramalan pasti
mengandung kesalahan, artinya, bisa mengurangi
ketidakpastian yang akan terjadi, tetapi tidak dapat menghilangkan
ketidakpastian tersebut.
-
Peramalan harus member informasi tentang berapa ukuran kesalahan,
karena peramalan pasti mengandung kesalahan. Maka, adalah penting
bagi peramal untuk menginformasikan seberapa besar kesalahan yang
mugnkin terjadi.
-
Peramalan jangka pendek lebih akurat dibandingkan dengan
peramalan jangka panjang. Hal ini disebabkan faktor-faktor yang
mempengaruhi peramalan relative konstan, sedangkan semakin
panjang periode peramalan, maka semakin besar pula kemungkinan
terjadinya perubahan factor yang mempengaruhi permintaan.
Dalam mengukur akurasi hasil permintaan dapat menggunakan 4 tipe
pengukuran, yaitu :
Rata-rata Deviasi Mutlak (Mean Absolute Deviation atau MAD)
  
12
MAD merupakan rata-rata kesalahan mutlak selama periode tertentu tanpa
memperhatikan apakah hasil peramalan lebih kecil atau lebih besar bila
dibandingkan dengan kenyataannya. 
MAD secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
|
`
|
n
F
A
MAD
t
t
Dimana :
At = permintaan actual pada periode-t
Ft = Peramalan permintaan (forecast) pada periode-t
n = Jumlah periode peramalan yang terlibat
Rata-rata Kuadrat Kesalahan (Mean Square Error atau MSE)
MSE dihitung dengan menjumlah kuadrat semua kesalahan peramalan pada
setiap periode dan membaginya dengan jumlah periode peramalan. MSE
dirumuskan sebagai berikut :
n
F
A
n
e
MSE
n
t
t
t
i
1
2
2
Rata-rata Kesalahan Peramalan (Mean Forecast Error atau MFE)
MFE efektif untuk mengetahui suatu hasil peramalan dalam periode tertentu
terlalu tinggi atau terlalu rendah. Bila hasil peramalannya tidak bias, maka
  
13
MFE akan mendekati nol.MFE dihitung dengan menjumlah semua kesalahan
peramalan dan membaginya dengan jumlah periode peramalan. MFE secara
sistematis adalah sebagai berikut :
n
F
A
MFE
n
t
t
t
1
Rata-rata persentase Kesalahan Absolute (Mean Absolute Percentage Error
atau MAPE)
MAPE mengukur kesalahan relative dan biasanya lebih berarti dibandingkan
dengan MAD, karena MAPE menyatakan persentase kesalahan hasil
peramalan terhadap permintaan actual selama periode tertentu. Informasi
yang diberikan adalah persentasi kesalahan yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah. MAPE dirumuskan sebagai berikut :
n
PE
MAPE
n
t
t
1
%
100
t
t
t
t
A
F
A
PE
Dalam manajemen permintaan, ada 2 macam tipe permintaan. Permintaan
akan produk atau jasa yang timbul karena adanya permintaan akan produk dan
jasa yang lain dikenal sebagai dependent demand. Sedangkan permintaan yang
timbul dari kemungkinan perusahaan itu sendiri dapat melakukan penjualan atau
menciptakan keinginan konsumen, disebut sebagai independent demand. Tidak
banyak yang dapat perusahaan lakukan untuk dependent demand, tetapi untuk
hal yang fluktuatif seperti independent demand, peramalan dapat diterapkan
  
14
dengan memilih satu metode peramalan dari beberapa tipe
dasarnya, yaitu :
qualitative, time series analysis, causal relationships, simulation.
2.3.1
Peramalan Time Series
Peramalan time series diprediksikan berdasar data yang telah lampau atau
yang telah terjadi.
Pola time series didasarkan pada asumsi deret waktu yang
terdiri dari Trend, Siklus/Cycle, Pola Musiman/Season, Variasi Acak/Random
a.
Pola siklus (C)
apabila permintaan akan produk atau jasa memiliki siklus
yang berulang secara periodic. Biasanya lebih dari 1 tahun sehingga tidak
dimasukkan dalam peramalan jangka pendek.
b.
Pola trend (T) merupakan sifat dari permintaan di masa lalu terhadap waktu
terjadinya, apakah permintaan tersebut cenderung naik atau turun.
c.
Pola musiman (S) permintaan suatu produk atau jasa dapat naik turun di
sekitar garis trend dan biasanya berulang setiap tahun.
Pola ini biasanya
disebabkan oleh factor cuaca, libur panjang, hari raya, dll yang berulang
secara periodic setiap tahun.
d.
Variasi acak (R) membentuk pola yang bervariasi secara acak karena factor-
faktor yang tak terduga, seperti bencana alam, perusahaan pesaing bangkrut,
dan kejadian-kejadian lain yang tidak memiliki pola tertentu.
  
15
Gambar 2.1
Grafik Time Series
Simple Moving Average
Simple moving average terjadi pada saat suatu permintaan akan produk
atau jasa berkembang atau bahkan menurun secara cepat dengan karakeristik
periode waktu yang tidak jelas. Moving average
diperoleh dengan merata-
rata permintaan berdasar data permintaan masa lalu yang terbaru. Dengan
merata-ratakan beberapa nilai data, variasi acak permintaan dan hubungannya
dengan waktu dapat dikurangi. Memiliki periode yang tepat dalam
mengaplikasikan metode ini sangat penting karena akan mengakibatkan efek
yang berbeda pada tiap penetapan periode.semakin panjang periode moving
  
16
average,
maka data acak akan semakin diperhalus grafiknya. Secara actual,
simple moving average dapat dituliskan sebagai berikut :
n
A
A
MA
MA
N
t
t
t
t
1
Dimana : 
At = Permintaan actual pada periode-t.
N = Jumlah data permintaan yang dilibatkan dalam perhitungan
MA.
Kelemahan dari metode moving average ini adalah :
-
Peramalan berdasar pada N data terakhir tanpa mempertimbangkan
data-data sebelumnya
-
Setiap data dianggap memiliki bobot yang sama, padahal data yang
paling baru justru memiliki bobot yang lebih tinggi karena dianggap
merepresentasikan kondisi yang terakhir terjadi.
-
Apabila N cukup besar, maka membutuhan memori yang cukup besar
untuk mengkompilasinya.
Weighted Moving Average
Metode ini hamper sama dengan
metode moving average, hanya saja
pada setiap komponennya diberikan bobot yang setara. Bobot yang diberikan
dalam weight moving average boleh berbeda-beda pada setiap komponennya,
asalkan hasil penjumlahan bobot tersebut sama dengan 1.
  
17
Weight Moving Average
secara sistematis dituliskan sebagai berikut :
1
.A
i
t
W
WMA
dimana
1
t
W
,
Wt adalah
bobot permintaan actual
pada periode-t dan At adalah permintaan actual pada periode-t. 
Exponential Smoothing
Berbeda dengan metode peramalan time series yang sebelumnya dibahas,
yakni membuang atau mengabaikan data yang lampau dan lebih terfokus
pada kalkulasi data yang baru, maka metode exponential smoothing
tetap
memperhitungkan data yang telah lampau dengan bobot yang lebih rendah
daripada bobot data yang baru. Setiap penambahan data masa lampau, maka
bobotnya akan dikurangi dengan (1-a). Misalnya, a = 0,05, maka bobot untuk
periode-periode sebelumnya ada sebagai berikut :
Bobot periode saat ini 
a (1- a)
0
0,05
Bobot 1 periode sebelumnya
a (1- a)¹
0,0475
Bobot 2 periode sebelumnya
a (1- a)²
0,0451
Bobot 3 periode sebelumnya
a (1- a)³
0,0429
Metode exponential smoothing
banyak digunakan dan lebih diterima
karena lebih akurat, mudah digunakan dan dimengerti oleh users. Persamaan
peramalan exponential smoothing dapat dituliskan sebagai berikut :
)
(
1
1
1
t
t
t
t
F
A
F
F
 
  
18
Dimana :
Ft = Peramalan exponential smoothing untuk periode t
Ft-1 =  Peramalan exponential smoothing pada periode t-1
At-1 = Jumlah permintaan pada periode t-1
a
= konstanta exponential smoothing
Linear Regression
Regresi dapat didefinisikan sebagai fungsi yang menghubungkan
2
atau lebih
variable yang saling berkolerasi. Data yang direkam memiliki
bentuk garis lurus linear
dengan kemiringan tertentu. Regresi menunjukan
hubungan antara dependent variable
Y dengan independent variable
X.
Simple linear regression bermula dari bentuk :
bX
a
Y
 
Nilai untuk kemiringan garis, slope b dan intercept a didapatkan dari :
2
2
X
n
X
Y
X
n
XY
b
X
b
Y
a
Dalam hubungannya dengan time series, linear regression biasanya
digunakan untuk mencari hubungan antara dependent variable
(axis Y)
terhadap waktunya (di axis X).
Decomposisiton
  
19
Decomposition dalam hal ini diartikan oleh Jacobs, Chase, dan Aquilano
(2009,
487) adalah suatu pengidentifikasian dan pemisahan data menjadi
beberapa komponen untuk mencari perpindahan
atau pergerakan
relative
yang disebabkan oleh trend dan musim. Variasi musim dikelompokan
menjadi 2 bagian, yaitu additive seasonal variation
dan multiplicative
seasonal variation. Perbedaannya terdapat pada jumlah permintaan disetiap
musimnya. Pada additive seasonal variation
permintaannya cenderung
mengalami perubahan yang konstan, tidak terpengaruh pada trend.
Sedangkan pada multiplicative
seasonal variation, trend berpengaruh
terhadap permintaan musiman, sehingga penambahan atau penurunan
permintaan dari periode satu ke periode selanjutnya tidak konstan. Secara
garis besar, kedua variasi peramalan seasonal tersebut dirumuskan sebagai
berikut :
Forecast Additive = Trend (Y) + Seasonal Factor
Forecast Multiplicative = Trend (Y) x Seasonal Factor
Sedangkan untuk kalkulasi sederhana dari decomposition tme series yang
tidak
menggunakan trend, peramalan dapat dilakukan dengan mengalikan
seasonal factor dengan rata-rata permintaan. 
Dalam
menentukan peramalan decomposition, diperluan indeks untuk
menyesuaikan trend dan musim yang terjadi pada data yang diolah. Langkah-
langkah yang digunakan dalam melakukan peramalan decomposition
menurut Jacobs, Chase, dan Aquilano (2009,490) adalah sebagai berikut: 
  
20
a.
Komponen seasonal atau seasonal factor atau index
b.
Deseasonalize original data.
Hal ini dilakukan untuk mengurangi efek seasonal pada data dengan
membagi data periode tersebut dengan seasonal factor-nya.
c.
Komponen trend
Tujuannya adalah untuk mengembangkan data trend line Y yang telah
disebutkan pada metode sebelumnya menggunakan seasonal factor.
Persamaannya dalam hal ini adalah sebagai berikut:
bX
a
Y
2
2
X
n
X
Y
X
n
XY
b
d
d
X
b
Y
a
d
Dimana:
Y = Trend/demand yang dihasilkan dari persamaan Y = a + bX
Yd = deseasonalized demand
X = quarter
a = Y intercept
b = slope kemiringan regresi 
  
21
d.
Menghitung permintaan per period melalui persamaan garis regresi.
e.
Menghitung peramalan akhir dengan mengalikan seasonal factor dengan
hasil persamaan per periode.
2.3.2
Simulasi Monte Carlo
Menurut Drs. Zulian Yamit, M. Si (2005, 213), simulasi Monte Carlo
adalah tipe simulasi probabilistic untuk mencari penyelesaian masalah dengan
sampling dari proses random. Langkah-langkah simulasi Monte Carlo adalah
sebagai berikut :
-
Definisi distribusi probabilitas yang ingin diketahui dan pastikan variable
kunci.
-
Mengubah distribusi frekuensi menjadi distribusi probablitas.
-
Menentukan nilai variable yang akan digunakan dalam simulasi dari
random sampel distribusi probabilitas kumulatif. Caranya dengan
menggunakan angka yang terdapat dalam table random. Angka random
dimasukkan dalam distribusi probabilitas kumulatif untuk memperoleh
nilai variable setiap pengamatan. 
Variable acak adalah variable yang diambil dari nilai-nilai yang berbeda
sebagai hasil akhir dari suatu eksperimen acak (Levin, Richard I., 1992, p. 54).
Variabel acak dapat dapat berupa nilai diskrit maupun continuous. Variabel
diskrit merupakan variable yang memiliki batas angka dalam nilai yang diambil.
  
22
Sedangkan variable continuous merupakan variable yang memiliki range dalam
nilainya. Variable acak ini dapat digunakan sebagai simulasi suatu kejadian yang
tidak dapat diramalkan atau diprediksikan. 
2.4
Persediaan
Persediaan
didefinisikan oleh Nasution, Arman Hakim (2003,103), adalah
sebagai sumber daya yang menganggur yang menunggu proses lebih lanjut.
Proses lebih lanjut yang dimaksud berupa kegiatan produksi pada system
manufaktur, system distribusi, ataupun kegiatan konsumsi. 
Persediaan menurut Render, Berry (2001; 314) menyatakan beberapa fungsi
persediaan sebagai berikut:
1.
Memberikan suatu stok barang-barang agar dapat memenuhi permintaan
yang diantisipasi akan timbul dari konsumen.
2.
Memasangkan produksi dengan distribusi. Misalnya, menyimpan
cadangan stok karena produksi perusahaan fluktuatif, sehingga
dibutuhkan persediaan ekstra untuk memasangkan proses produksinya.
3.
Menghindari inflasi dan perubahan harga.
4.
Menghindari kekurangan stock karena perubahan iklim, dan hal-hal lain
yang tidak terencana.
5.
Mengambil keuntungan potongan harga dari pembelian dalam jumlah
besar.
  
23
6.
Menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik.
Adapun jenis persediaan meliputi 4 jenis: 
-
Persediaan bahan mentah
Barang yang telah dibeli, namun belum mengalami proses apapun.
Dalam stok bahan mentah, perusahaan lebih menyukai minimalnya
variasi mutu, harga, jumlah, dan jadwal pengiriman.
-
Persediaan barang dalam proses
Barang yang telah mengalami beberapa perubahan atau proses, tapi
belum selesai. Barang tersebut ada karena proses untuk mengubah
bahan mentah menjadi suatu produk yang memiliki fungsi
membutuhkan waktu.
-
Persediaan MRO (perlengkapan/pemeliharaan/perbaikan/operasi)
Barang yang sedang dalam proses pemeliharaan atau perbaikan,
karena sudah terjadwal ataupun mendadak unuk mengantisipasi hal
yang tidak diinginkan konsumen.
-
Persediaan barang jadi.
Barang yang telah selesai diproses dan menunggu untuk
didistribusikan. Barang jenis ini bisa saja tidak langsung
didistribusikan untuk jangka waktu tertentu, sehingga diperlukan
gudang untuk menyimpannya. 
  
24
2.4.1
Inventory control
Inventory control adalah suatu system yang memonitor smua transaksi
yang terjadi pada inventory, terutama pada jumlah transaksi dan waktu transaksi.
Jacobs, Chase, dan Aquilano dalam buku Operations &
Supply Management
(2009,548) menyebutkan beberapa tujuan inventory, yakni :
-
Menjaga kelancaran operasi bisnis perusahaan
-
Mengetahui variasi permintaan
-
Fleksibilitas penjadwalan produksi
-
Menjaga hal-hal yang tak terduga seperti keterlambatan pengiriman
bahan
-
Mengambil keuntungan dari ukuran pembelian bahan baku
Pada dasarnya metode pengendalian persediaan mencari jawaban optimal
dalam menentukan jumlah ukuran pemesanan yang ekonomis (EOQ), titik
pemesanan kembali atau re-order point (ROP), dan jumlah stock cadangan yang
diperlukan (SS). Metode pengendalian persediaan yang bersifat statistic ini
biasanya digunakan untuk mengendalikan barang yang permintaannya bersifat
bebas dan pengelolannya tidak tergantung dengan ada tidaknya produksi barang
lain. Yang berpengaruh hanyalah mekanisme pasar. 
  
25
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pengendalian persediaan
berhubungan erat dengan jumlah pemesanan persediaan (Q) dan waktu yang
tepat untuk melakukan pemesanan (R).
Gambar 2.2 Model EOQ
Inventory system ini dibagi dalam 2 periode system, yaitu single-period
system dan multi-period system. Klasifikasi ini didasarkan pada keputusan
pembelian barang persediaan pada satu periode tertentu, dimana dalam periode
tersebut dilakukan satu kali pembelian, dan kemudian barang persediaan tidak
akan dipesan lagi hingga periode tersebut berakhir. 
Single-period inventory system
System model ini biasanya terjadi apabila barang yang dimaksudkan
untuk didistribusikan kepada konsumen memiliki limited life, tidak dipakai
untuk jangka waktu yang lama atau secara kontinyu. Misalnya saja, koran,
pemesanan tiket pesawat terbang, fashion, dll. 
  
26
Multi-period system
Model ini digunakan dengan jaminan barang persediaan akan digunakan
secara kontinyu. Ada 2 tipe muti-period system, yaitu fixed-order period (Q-
model) dan
fixed-time period (P-model). Perbedaan dari kedua tipe ini
adalah:
Q – Model
P – Model
Min-Max Inventory
Jumlah Pemesanan
Konstan
Bervariasi
Konstan
Waktu Pemesanan
Pada titik re-order point
Berdasar tinjauan waktu
Berdasar batas minimal
Lain-lain
Dibutuhkan standar
deviasi dari service level
Dibutuhkan standar deviasi
dari service level
Tidak dibutuhkan standar
deviasi dari service level
Tabel 2.1
Perbedaan Q-Model, P-Model, dan Min-Max Inventory
Q-Model
Q-model mengacu pada jumlah ukuran pemesanan yang tetap untuk
setiap kali pesan, dan waktu pemesanan dilakukan secara variasi. Model ini
merupakan model EOQ dasar, dimana dalam jurnal Inventory Management 
(2010; 3) dikatakan penggunaan model EOQ diasumsikan :
-
Permintaan diketahui pasti dan realtif konstan sepanjang waktu
-
Kekurangan tidak diperkenankan
-
Waktu tunggu (lead time) sampai pesanan diterima konstan
  
27
-
Kuantitas yang dipesan diterima sekaligus
Untuk perhitungan jumlah pemesanan barang yang optimal dan re-order
point, rumus yang digunakan adalah:
H
DS
Q
opt
2
 
L
zs
SS
SS
L
d
R
z = standar deviasi untuk service probability ,
d
= standar deviasi
D = demand selama 1 tahun
S = biaya pemesanan
H = biaya penyimpanan
SS = safety stock
R = re-order point
Q* = jumlah pemesanan optimal
P - Model
P-model mengacu pada aturan pemesanan yang bersifat regular
mengikuti suatu periode yang tetap, tetapi kuantitas dari barang yang dipesan
berbeda-beda. Namun, kesulitan dalam pengimplementasian teknik ini adalah
  
28
diskontinuitas permintaan  kebutuhan bersih, sehingga interval pemesanan
yang telah ditentukan sebelumnya tidak berlaku lagi. 
Perhitungan jumlah pemesanan yang optimal adalah sebagai berikut :
*)
(dT
2
1
*
2S
*
)
*
(T
*
SS
I
L
T
zs
SS
HD
T
I
SS
L
d
Q
I = Persediaan dalam stock
T* = Selang waktu pemesanan kembali
L = Waktu pengiriman
s = Standar deviasi
SS = Safety Stock
d
= Permintaan rata-rata
Metode lain yang dapat digunakan untuk mengendalikan pengadaan
persediaan adalah :
Minimal – Maximal Inventory
  
29
Min
Max
Q*
SS
DL
Max
SS
DL
Min
n
D
SS
)
(
2
)
(
Lot for Lot
Metode ini didasarkan pada kebutuhan bersih, dimana jumlah pemesanan
disesuaikan dengan permintaan yang ada. 
2.5
Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan mengasumsi adanya tenggang waktu diantara
habisnya level persediaan sampai persediaan terisi kembali, tenggang waktu
tersebut disebut juga dengan lead time (L). Sedangkan saat dimana pemesanan
kembali harus dilakukan agar barang yang dipesan datang tepat waktu disebut
juga dengan titik pemesanan kembali atau Re-Order Point (R), menurut
Nasution, Arman Hakim (2003;110). Untuk menghindari kekosongan persediaan
pada saat lead time, perusahaan menentukan stock minimal dalam melakukan
restock, apabila asumsi bahwa permintaan akan sama dan bersifat konstan, maka
harus ditambahkan stok tambahan yang disebut juga safety stock (SS).
Pengendalian persediaan dilakukan untuk menciptakan keefisiensian dan
keefektifan. Kebanyakan model persediaan dilakuan untuk meminimasi biaya
keseluruhan. Oleh karena itu, focus kepada pengukuran biaya disini sangat
penting bobotnya. Dalam persediaan, ada beberapa biaya yang terlibat :
  
30
-
Holding cost atau biaya penyimpanan
Biaya ini mencakup beban pengadaan fasilitas penyimpanan,
pemeliharaan, insurance, depresiasi, pajak, dll. Semakin rendah level
persediaan pada kapasitas gudang yang tersedia, maka biaya
penyimpanan akan semakin besar.
-
Purchasing cost atau biaya pembelian
Biaya pembelian adalah biaya yang terjadi pada saat perusahaan
melakukan pemesanan. Tinggi rendahnya biaya pembelian
yang
dikeluarkan bergantung dari kuantitas pemesanan barang, walaupun
semakin banyak barang yang dipesan menambah kemungkinan
perolehan potongan harga, tetapi perusahaan harus lebih jeli, karena
belum tentu potongan harga tersebut akan menguntungkan
perusahaan dari segi finansial. Oleh karena itu, pihak pembeli harus
mengetahui titik optimum pembelian agar jumlah yang dipesan tidak
kurang, tetapi juga tidak berlebihan sehingga memakan budget
perusahaan secara berlebih.
-
Shortage cost
Saat stock habis dan menunggu pengisian ulang stock, perusahaan
akan mengalami kerugian berupa kehilangan kesempatan
memperoleh keuntungan maupun kehilangan konsumen. Biaya ini
dapat terjadi apabila kuantitas tidak dapat dipenuhi, lamanya gudang
  
31
kosong, dan pengadaan darurat
untuk menggantikan kekecewaan
konsumen atas ketidaktersediaan barang yang diinginkan.
-
Inventory cost atau biaya penyimpanan
Dalam Methodology of Calculating Inventory Cost oleh asosiasi REM
Management Consultant, persentasi biaya penyimpanan ditentukan
oleh biaya modal. Persediaan merupakan asset dan sebagian besar
perusahaan
menilai
biaya penyimpanan sebesar 2% per
bulannya,
atau sebesar 25% per tahun.
Berikut ada fungsi persamaan untuk biaya yang terlibat dalam
pengendalian persediaan :
H
Q
S
Q
D
DC
TC
2
TC = Total cost
D = Demand
C = Cost per Unit
Q = Quantity to be ordered (jumlah yang optimal)
S = Biaya pengadaan
  
32
H = Biaya penyimpanan
Gambar 2.3
Grafik Biaya dalam Pengendalian Persediaan
Pada gambar 2.3, titik potong garis holding cost atau biaya penyimpanan
dengan garis order cost
atau biaya pemesanan merupakan jumlah optimal
pemesanan barang, yang kemudian dapat disebut dengan Qopt (Q*). Setelah
mengetahui berapa banyak pemesanan barang yang harus dilakukan, maka
dilanjutkan dengan perencanaan jadwal atau kapan saja pemesanan harus
dilakukan.