9
BAB 2
LANDASAN TEORI
1.1
Sistem Akuntansi
2.1.1
Sistem
Sistem
merupakan cara tertentu dan bersifat representatif untuk
melaksanakan suatu atau sekelompok aktivitas yang berupa rangkaian
langkah-langkah yang terkoordinasi, dan berulang yang dimaksudkan
untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Anthony dan Govindarajan, 2008)
dan sistem merupakan jaringan kerja dari prosedur prosedur yang saling
berhubungan, berkumpul bersama
sama untuk melakukan suatu
kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu (Andri Kristanto,
2008).
2.1.2
Akuntansi
Akuntansi sebagai sistem informasi yang menghasilkan informasi
atau laporan untuk berbagai kepentingan baik individu atau kelompok
tentang aktivitas ekonomi atau keuangan suatu organisasi. (Midjan, L dan
Susanto,A,2008)
dan juga merupakan sistem informasi yang
menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan.
Pihak-pihak yang
|
10
berkepentingan itu meliputi kreditor, pemasok, investor, karyawan,
pemilik, dan lain-lain (Warren, Reeve, dan Fees, 2008)
2.1.3
Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi adalah metode dan prosedur untuk
mengumpulkan, mengklasifikasi, dan melaporkan informasi mengenai
keuangan dan operasi sebuah perusahaan (Warren, Reeve, dan Fees,
2008) dan sistem akuntansi merupakan jaringan yang terdiri dari
formulir, catatan, alat-alat, dan sumber daya manusia dalam rangka
menghasilkan informasi pada suatu organisasi untuk keperluan
pengawasan operasi yang efektif dan efisien, dan untuk kepentingan
pengambilan keputusan bisnis bagi pihak-pihak yang berkepentingan
(Narko, 2008).
2.1.4
Unsur unsur Sistem Akuntansi
Unsur pokok dari suatu sistem akuntansi adalah formulir, catatan
yang terdiri dari jurnal, buku besar dan buku pembantu, serta laporan
(Mulyadi,2008).
a.
Formulir
Formulir merupakan dokumen yang digunakan untuk
merekam terjadinya transaksi. Dengan formulir ini, data yang
bersangkutan dengan transaksi yang direkam pertama kalinya
sebagai dasar pencatatan dalam catatan. Contoh dari formulir
yaitu faktur penjualan, bukti kas keluar, dan cek.
|
11
b.
Jurnal
Jurnal merupakan catatan akuntansi pertama yang digunakan
untuk mencatat, mengklasifikasikan, dan meringkas data
keuangan dan data lainnya. Dalam jurnal ini pula terdapat
kegiatan peringkasan data, yang hasil peringkasannya
kemudian di-posting ke rekening yang bersangkutan dalam
buku besar. Sumber informasi pencatatan dalam jurnal adalah
formulir.
c.
Buku Besar
Buku besar (general ledger), terdiri dari rekening-rekening
yang digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah
dicatat sebelumnya dalam jurnal. Rekening buku besar ini di
satu pihak dapat dipandang sebagai wadah untuk
menggolongkan data keuangan, di pihak lain dapat
dipandang pula sebagai sumber informasi keuangan untuk
penyajian laporan keuangan.
d.
Buku Pembantu
Buku pembantu (subsidiary ledger) terdiri dari rekening-
rekening pembantu yang merinci data keuangan yang
tercantum dalam rekening tertentu dalam buku besar. Buku
besar dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi akhir,
yang berarti tidak ada catatan akuntansi lain lagi sesudah data
akuntansi diringkas dan digolongkan ke dalam masing-
masing rekening tersebut.
|
12
e.
Laporan
Laporan merupakan hasil akhir proses akuntansi yang berupa
neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan laba ditahan,
laporan harga pokok
produksi, laporan biaya pemasaran,
laporan harga pokok penjualan, daftar umum piutang, daftar
utang yang akan dibayar, dan daftar saldo persediaan yang
lambat penjualannya.
2.1.5
Tujuan Sistem akuntansi
Dalam mewujudkan sistem akuntansi yang baik, pada dasarnya
harus mengetahui pembangun sistem akuntansi itu sendiri, sistem
akuntansi erat hubungannya dengan kerjasama manusia dengan sumber
daya lainnya didalam suatu perusahaan untuk mewujudkan tujuan
perusahaan. Tujuan sistem akuntansi merupakan suatu tujuan yang
berdasarkan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Dari setiap sistem
akuntansi yang terdiri dari berbagai sistem mempunyai tujuan yang sama,
sistem akuntansi sendiri dibuat oleh manajemen dalam mengelola
perusahaannya, maka dari itu untuk lebih jelasnya, tujuan sistem
akuntansi dapat dikemukakan dibawah ini.
Tujuan sistem akuntansi yang dikemukakan oleh Mulyadi (2008)
adalah :
1.
Untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan
usaha baru.
|
13
2.
Untuk meningkatkan informasi yang dihasilkan oleh sistem
yang sudah ada, baik mengenai mutu, ketepatan penyajian,
maupun struktur informasinya.
3.
Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekkan
intern, yaitu untuk memperbaiki tingkat keandalan informasi
akuntansi, dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai
pertanggungjawaban dan perlindungan kekayaan perusahaan
2.2
Sistem Akuntansi Penjualan kredit
Dalam transaksi penjualan kredit, jika order dari pelanggan telah
dipenuhi dengan pengiriman barang atau penyerahan jasa, untuk jangka waktu
tertentu perusahaan memiliki piutang kepada pelanggannya. Kegiatan penjualan
secara kredit ini ditangani oleh perusahaan melalui sistem penjualan kredit.
Sistem penjualan kredit adalah transaksi antara perusahaan dengan
pembeli untuk menyerahkan barang atau jasa yang berakibat timbulnya piutang,
kas aktiva (Soemarso, 2009) dan jadi dalam sistem akuntansi penjualan terdapat
unsur-unsur yang mendukung dan kesemua unsur tersebut diorganisasi
sedemikian rupa dalam sebuah sistem akuntansi yang disebut sistem akuntansi
penjualan kredit
2.2.1
Fungsi-Fungsi Terkait Dalam Penjualan Kredit
Menurut Mulyadi (2008), fungsi terkait dalam penjualan kredit yaitu:
1.
Fungsi penjualan
|
14
Dalam transaksi penjualan kredit, fungsi ini bertanggung jawab
untuk menerima surat order dari pembeli, mengedit
order dari
pelanggan untuk menambahkan informasi yang belum ada pada
surat order tersebut (seperti spesifikasi barang dan rute
pengiriman) meminta otorisasi kredit, menentukan tanggal
pengiriman dan dari gudang mana barang akan dikirim dan
mengisi surat order pengiriman.
2.
Fungsi kredit
Fungsi ini berada dibawah fungsi keuangan yang dalam transaksi
penjualan kredit, bertanggung jawab untuk meneliti status kredit
pelanggan dan memberikan otorisasi pemberian kredit kepada
pelanggan.
3.
Fungsi gudang
Dalam transaksi penjualankredit fungsi ini bertanggung jawab
untuk menyimpan barang dan menyiapkan barang yang dipesan
oleh pelanggan, serta menyerahkan barang ke fungsi pengiriman.
4.
Fungsi pengiriman
Dalam transaksi penjualan kredit, fungsi ini bertanggungjawab
untuk menyerahkan barang atas dasar surat order pengiriman yang
diterimanya dari fungsi penjualan. Fungsi ini bertanggung jawab
untuk menjamin bahwa tidak ada barang yang keluar dari
perusahaan tanpa ada otorisasi dari yang berwenang.
5.
Fungsi penagihan
|
15
Dalam transaksi penjualan kredit, fungsi ini bertanggungjawab
untuk membuat dan mengirimkan faktur penjualan kepada
pelanggan, serta menyediakan copy faktur bagi kepentingan
pencatatan transaksi penjualan oleh fungsi akuntansi.
6.
Fungsi akuntansi
Dalam transaksi penjualan kredit, fungsi ini bertanggungjawab
untuk mencatat piutang yang timbul dari transaksi penjualan
kredit dan membuat serta mengirimkan pernyataan piutang
kepada para debitur, serta membuat laporan penjualan. Disamping
itu, fungsi ini juga bertanggungjawab untuk mencatat harga pokok
persediaan yang dijual kedalam kartu persediaan.
2.2.2
Prosedur Sistem Akuntansi Penjualan Kredit
Jaringan prosedur yang membentuk sistem akuntansi penjualan kredit
meliputi:
a.
Prosedur order penjualan
Dalam prosedur ini, fungsi penjualan menerima order dari
pembeli dan menambahkan informasi penting pada surat order
dari pembeli.
b.
Prosedur persetujuan kredit
Dalam prosedur ini, fungsi penjualan meminta persetujuan
penjualan kredit kepada pembeli dari fungsi kredit.
c.
Prosedur pengiriman
|
16
Dalam prosedur ini, fungsi pengiriman mengirimkan barang
kepada pembeli sesuai dengan informasi dalam surat order
pengiriman.
d.
Prosedur penagihan
Dalam prosedur ini, fungsi penagihan membuat faktur penjualan
dan mengirimkannya kepada pembeli.
e.
Prosedur pencatatan piutang
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mencatat tembusan faktur
penjualan ke dalam kartu piutang.
f.
Prosedur distribusi penjualan
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mendistribusikan data
penjualan menurut informasi yang diperlukan oleh manajemen.
g.
Prosedur pencatatan harga pokok penjualan
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mencatat secara periodik
total harga pokok produk yang dijual dalam periode tertentu.
2.2.3
Dokumen dan Catatan Yang Digunakan Dalam Penjualan Kredit
a. Dokumen yang digunakan dalam penjualan kredit
Dokumen yang digunakan dalam penjualan kredit (Mulyadi,
2008)
adalah sebagai berikut :
1.
Surat Order Pengiriman dan Tembusannya.
|
17
Surat order pengiriman merupakan dokumen pokok untuk
memproses penjualan kredit kepada pelanggan. Surat order
pengiriman terdiri dari beberapa macam yaitu sebagai berikut:
1. Surat Order Pengiriman, merupakan lembar pertama surat
order pengiriman yang memberikan otorisasi kepada
fungsi pengiriman untuk mengirimkan jenis barang
dengan jumlah dan spesifikasi seperti yang tertera diatas
dokumen tersebut.
2. Tembusan Kredit (Credit Copy), dokumen ini digunakan
untuk memperoleh status kredit pelanggan dan untuk
mendapatkan otorisasi penjualan kreditdari fungsi kredit.
3. Surat Pengakuan (Acknowledgement Copy), dokummen
ini dikirimkan oleh fungsi penjualan kepada pelanggan
untuk memberi tahu bahwa orderny telah diterima dan
dalam proses pengiriman.
4. Surat Muat (Bill of Lading), tembusan surrat muat ini
merupakan dokumen yang digunakan sebagai bukti
penyerahan barang dari perusahaan kepada perusahaan
angkutan umum. Surat muat ini biasanya dibuat 3 rangkap,
2 lembar unutk perusahaan angkutan umum dan yang
satunya lagi disimpan sementara oleh fungsi pengiriman
setelah ditandatangani oleh wakil perusahaan angkutan
umum tersebut.
|
18
5. Slip Pembungkusan (Packing Slip), dokumen ini
ditempelkan pada pembungkusan barang berguna untuk
memudahkan penerimaan barang.
6. Tembusan Gudang (warehouse Copy), tembusan surat
order pengiriman yang dikirim ke fungsi gudang untuk
menyiapkan jenis barang dengan jumlah yang tercantum
didalamnya.
7. Arsip Pengendalian Pengiriman (Sales Order Follow-up
Copy), Merupakan tembusan surat order pengiriman yang
diarsip oleh fungsi penjualan menurut tanggan pengiriman
yang dijanjikan.
2. Faktur Penjualan dan Tembusan.
Faktur penjualan merupakan dokumen yang dipakai sebagai
dasar untuk mencatat timbulnya piutang tembusan surat order
pengiriman terdiri dari :
1. Faktur penjualan merupakan lembar pertama yang dikirim
oleh fungsi pengihan kepada pelanggan.
2. Tembusan Piutang merupakan tembusan faktur yang
dikirim oleh fungsi penagihan dan akuntansi sebagai dasar
untuk mencatat piutang kedalam buku besar.
|
19
3. Rekapitulasi harga pokok penjulan.
Merupakan dokumen pendukung yang digunakan untuk
menghitung total harga pokok produk yang dijual selama
periode akuntansi. Data yang dicantumkan dalam rekapitulasi
harga pokok penjualan berasal dari kartu persediaan. Secara
periodik harga pokok produk yang dijual selama jangka waktu
tertentu dihitung dalam rekapitulasi harga pokok penjualan dan
kemudian dibuatkan dokumen sumber berupa bukti memorial
untuk harga pokok produk yang dijual dalam periode akuntansi
tertentu.
4. Bukti Memorial
Merupakan dokumen sumber untuk dasas pencatatan kedalam
jurnal umum. Dalam sistem penjualan kredit, bukti memorial
merupakan dokumen sumber untuk mencatat harga pokok
produk yang dijual dalam periode akuntansi tertentu.
b. catatan yang digunakan dalam sistem penjualan kredit
1.
Jurnal Penjualan
Catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat transaksi penjualan.
2.
Kartu Piutang
Catatan akuntansi ini berisikan rincian mutasi piutang perusahaan kepada
tiap-tiap debiturnya.
3.
Kartu Persediaan
|
20
Catatan akuntansi yang berisikan rincian mutasi setiap jenis persediaan.
4.
Kartu Gudang
Catatan ini digunakan untuk mencatat mutasi dan persediaan fisik barang
yang disimpan digudang.
5.
Jurnal Penjualan
Catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat harga pokok produk
yang dijual selama periode akuntansi tertentu.
2.3
Sistem Akuntansi Piutang
2.3.1 Piutang
Piutang adalah berupa hak klaim atau tagihan berupa uang atau
bentuk lainnya kepada seseorang atau suatu perusahaan (Hadri Mulya,
2009) dan piutang merupakan tagihan baik kepada individu-individu
maupun
kepada perusahaan lain yang akan diterima dalam bentuk kas
(Slamet Sugiri, 2009).
2.3.2
Prosedur Pencatatan Piutang
Dalam prosedur pencatatan piutang ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
a.
Dokumen Yang Digunakan
dokumen yang digunakan sebagai input pencatatan piutang adalah
faktur (invoice).
Hubungan antara
dokumen faktur, jurnal, kartu
piutang masing- masing pelanggan (subsidiary ledger), dan surat
|
21
pernyataan (statement) dalam proses pencatatan piutang akan
tergantung pada metode yang digunakan.
b.
Metode Pencatatan Piutang
metode pencatatan piutang yang digunakan antara lain adalah:
1.
Metode Biasa
Metode ini merupakan metode yang lazim digunakan.
Faktur dicatat pada jurnal dan kemudian dipindahkan
(posting) ke kartu piutang masing-masing pelanggan
(subsidiary ledger).
2.
Metode Pencatatan Langsung
Dengan metode ini, faktur dicatat secara langsung ke kartu
piutang masing-masing pelanggan (subsidiary ledger) dan
surat pernyataan, sementara jurnal diisi dengan angka-
angka total harian saja. Angka total harian diperoleh dari
Bagian Penagihan dalam bentuk daftar harian disertai
dengan angka total kelompok (batch total) dari daftar
tersebut.
3.
Metode Tanpa Kartu Piutang (Buku Pembantu)
Metode ini diterapkan dengan jalan menggunakan faktur
sebagai pengganti kartu piutang atau buku pembantu.
Faktur disimpan dalam file map (binder) secara sistematis
menurut klasifikasi nama atau kode debitur. Sedangkan
pembukuan ke jurnal dan buku besar dilakukan
berdasarkan angka total kelompok harian seperti biasa.
|
22
Kumpulan faktur yang sistematis itu berfungsi sebagai
buku pembantu atau kartu piutang, sehingga metode ini
disebut ledgerless bookkeeping (metode pembukuan tanpa
buku pembantu). Apabila seorang debitur melunasi
utangnya, faktur bersangkutan dikeluarkan dari map
tersebut untuk kemudian dicapLunas. Faktur yang sudah
bercap itu kemudian disimpan pada file atau map faktur
yang sudah lunas. Untuk mengetahui saldo piutang
seorang debitur pada suatu tanggal tertentu, map debitur
bersangkutan dapat ditarik dan faktur-faktur debitur
bersangkutan dijumlahkan nilainya.
2.4
Pengendalian Internal
Pengendalian internal adalah Sistem pengawasan intern meliputi struktur
organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga
kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan dapat dipercaya tidaknya data
akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan
manajemen (Mulyadi, 2008) dan rencana organisasi dan metoda yang digunakan
untuk menjaga atau melindungi aktiva, menghasilkan informasi yang akurat dan
dapat dipercaya, memperbaiki efisiensi dan untuk mendorong ditaatinya
kebijakan manajemen (Krismiaji, 2010). Dengan demikian pengendalian internal
merupakan proses untuk mencapai tujuan perusahaan yang dijalankan oleh orang
yang berpedoman pada kebijakan peraturan dan prosedur pada setiap jenjang
|
23
organisasi dan diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai atas data
laporan keuangan dan bukti transaksi yang dapat dipercaya.
2.4.1
Komponen Pengendalian Internal
Komponen pengendalian internal merupakan suatu proses untuk
menghasilkan pengendalian yang memadai. Agar tujuan pengendalian
tercapai, perusahaan harus mempertimbangkan komponen-komponen
pengendalian internal. Committee of Sponsoring Organization of The
Treadway Commission (COSO) yang dikutip oleh Arens (2009),
komponen pengendalian internal tersebut adalah: Internal control
include five categories of control that managements control objectives
will be met. There are called the components of internal control and are
(1) the control environtment, (2) risk assessment, (3) contol activities, (4)
information and communication, (5) monitoring.
Kelima komponen pengendalian internal tersebut diuraikan sebagai
berikut:
1.
The Control Environtment (Lingkungan Pengendalian)
Menetapkan suasana suatu organisasi yang mempengaruhi
kesadaran akan pengendalian dari orang-orangnya.
Lingkungan pengendalian merupakan fondasi dari semua
komponen pengendalian internal lainnya, yang menyediakan
disiplin dan struktur.
2.
Risk Assessment (Penaksiran Risiko)
|
24
Penaksiran risiko merupakan pengidentifikasian dan analisis
entitas mengenai risiko yang relevan terhadap pencapaian
tujuan entitas, yang membentuk suatu dasar mengenai
bagaimana risiko harus dikelola.
3.
Control Activities (Aktivitas Pengendalian)
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang
dibuat untuk memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang
dibuat oleh manajemen dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur
ini memberi keyakinan bahwa tindakan yang diperlukan telah
dilaksanakan untuk mengurangi risiko dalam pencapaian
tujuan entitas.
4.
Information and Communication (Informasi dan Komunikasi)
Komunikasi mencakup penyampaian informasi kepada semua
personil yang terlibat dalam pelaporan keuangan tentang
bagaimana aktivitas mereka berkaitan dengan pekerjaan orang
lain, baik yang berada di dalam maupun di luar organisasi.
Komunikasi ini mencakup sistem pelaporan kepada pihak
yang lebih tinggi dalam entitas.
5.
Monitoring (Pemantauan)
Pemantauan adalah proses penilaian kinerja pengendalian
internal sepanjang waktu. Pemantauan dilaksanakan oleh
personil yang semestinya melakukan pekerjaan tersebut, baik
pada tahap desain maupun pengoperasian pengendalian. Pada
waktu yang tepat, untuk menentukan apakah pengendalian
|
25
internal beroperasi sebagaimana yang diharapkan, dan untuk
menentukan apakah pengendalian internal tersebut telah
memerlukan perubahan karena terjadinya perubahan keadaan.
2.4.2
Tujuan Sistem Pengendalian Internal
Menurut Arens & Beasley, M.S. (2009:258) Manajemen dalam
merancang struktur pengendalian intern mempunyai kepentingan-
kepentingan sebagai berikut:
1.
Keandalan Laporan Keuangan
Manajemen perusahaan bertanggung jawab dalam menyiapkan
laporan keuangan bagi investor, kreditor dan pengguna lainnya.
Manajemen mempunyai kewajiban hukum dan profesional untuk
menjamin bahwa informasi telah disiapkan sesuai standar laporan,
yaitu prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2.
Mendorong efektifitas dan efisiensi operasional
Pengendalian dalam suatu organisasi adalah alat untuk mencegah
kegiatan dan pemborosan yang tidak perlu dalam segala aspek
usaha, dan untuk mengurangi penggunaan sumber daya yang tidak
efektif dan efisien.
3.
Ketaatan pada hukum dan peraturan
Pengendalian internal yang baik tidak hanya menyediakan
seperangkat peraturan lengkap dan sanksinya saja. Tetapi
pengendalian internal yang baik, akan mampu mendorong setiap
|
26
peronal untuk dapat mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan
dan berkaitan erat dengan akuntansi contohnya adalah UU
Perpajakan dan UU Perseroan Terbatas.
2.4.3
Unsur Sistem Pengendalian Internal
Menurut Mulyadi (2008) unsur pengendalian intern dalam penjualan
kredit terdiri dari:
1.
Organisasi
a.
Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kredit.
b.
Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi penjualan dan
fungsi kredit.
c.
Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi kas.
d.
Transaksi penjualan kredit
harus dilaksanakan oleh fungsi
penjualan, fungsi kredit, fungsi pengiriman, fungsi penagihan
dan fungsi akuntansi.
2.
Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan
a.
Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi
penjualan.
b.
Persetujuan pemberian kredit diberikan oleh fungsi kredit.
c.
Pengiriman
barang kepada pelanggan diotorisasi oleh fungsi
pengiriman.
d.
Penetapan harga jual, syarat penjualan, syarat pengangkutan
barang dan potongan penjualan berada di tangan Direktur
|
27
Pemasaran dengan penerbitan surat keputusan mengenai hal
tersebut.
e.
Terjadinya piutang diotorisasi oleh fungsi penagihan dengan
membubuhkan tanda tangan pada faktur penjualan.
f.
Pencatatan ke dalam Kartu Piutang dan ke dalam jurnal
penjualan, jurnal penerimaan kas dan jurnal umum diotorisasi
oleh fungsi akuntansi dengan cara memberikan tanda tangan
pada dokumen sumber (faktur penjualan, bukti kas masuk dan
memo kredit)
g.
Pencatatan terjadinya piutang didasarkan pada faktur
penjualan yang didukung dengan surat order pengiriman dan
surat muat.
3.
Praktik yang sehat
a.
Surat order pengiriman bernomor urut tercetak dan
pemakaianya di pertanggung jawabkan oleh fungsi penjualan.
b.
Faktur penjualan bernomor urut tercatak dan pemakaianya di
pertanggung jawabkan oleh fungsi penagihan.
c.
Secara periodik fungsi akuntansi mengirim pernyataan piutang
kepada setiap debitur.
d.
Secara periodik diadakan rekonsiliasi kartu piutang dengan
rekening kontrol piutang dalam buku besar.
4.
Karyawan yang profesional
|
28
Untuk mendapatkan karyawan yang kompeten dan sesuai
dengan tanggung jawabnya, maka dapat ditempuh dengan cara
berikut ini.
1.
Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut
oleh pekerjaannya.
2.
Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi
karyawan perusahaan, sesuai dengan tuntutan perkembangan
pekerjaan.
Kualitas karyawan juga ditentukan oleh tiga aspek yaitu
pendidikan, pengalaman, dan ahlak. Pendidikan dan pengalaman
berada pada satu sisi dimensi karena bersifat saling mengisi.
Pendidikan yang rendah dapat diisi oleh pengalaman yang
panjang. Sebaliknya, pengalaman yang pendek dapat diisi oleh
pendidikan yang sesuai dan panjang, meskipun dalam beberapa
jenis pekerjaan, pengalaman mutlak diperlukan.
2.5
Tinjauan Pustaka
1.
Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi, penerapan sistem informasi
akuntansi dapat menunjang dalam proses pemberian kredit dan mengenai sistem
informasi akuntansi penjualan kredit, jika dilihat dari tujuan sistem informasi
akuntansi sudah memadai dan dapat dikatakan baik. Hal ini dapat dilihat dari
tanggungjawab setiap bagian yang sudah melaksanakan tugasnya sesuai dengan
otoritas yang diberikan, namun prosedur sistem informasi akuntansi penjualan
|
29
kredit yang digunakan kurang memadai, karena terdapat kelemahan dan
kekurangan yaitu tidak adanya fungsi kredit, karena fungsi tersebut dirangkap
oleh fungsi penjualan. Akan tetapi jika dilihat dari persentase piutang tak tertagih
periode 2009 sampai 2010 mengidentifikasi kinerja perusahaan terhadap piutang
mengalami peningkatan. Sehingga dapat diketahui kualitas kolektibilitas kredit
dapat dikatakan baik (Puspiningtias, A, 2011)
2.
Tujuan utama dari kegiatan usaha adalah untuk mencapai laba yang maksimal
untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena itu perusahaan
dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik serta maksimal bagi
pelanggannya. Salah satu cara yang dilakukan perusahaan untuk memberikan
pelayanan tersebut adalah dengan cara memberikan kredit kepada pelanggannya.
Penjualan kredit pada akhirnya akan menimbulkan piutang bagi perusahaan.
Pemaparan mengenai pengaruh sistem penjualan kredit dan peningkatan omzet
penjualan sudah dijalankan dengan baik, tetapi masih kurang tersusun secara
sistematis. Karena tidak adanya pemisahan fungsi dan tugas yang tepat dari
bagian-bagian yang terlibat dalam aktivitas penjualan yang merupakan unsur
penting dalam mecapai suatu laba perusahaan. Sistem penjualan kredit masih
kurang baik sehingga berpengaruh terhadap peningkatan omzet penjualan. Maka
perlu adanya memperbaiki sistem penjualan kredit yang efektif dan didukung
pengendalian intern yang memadai. Terutama fungsi yang terkait dengan
penjualan harus berfungsi lebih efesien sebagaimana mestinya untuk
mempermudah peningkatan omzet penjualan. (Hariyanto, K ,2012)
3.
For the procedure of giving of credit, the company have determined of giving of
policy of credit of its customer/ client type the adapted for the amount of sale as
|
30
well as its storey; level of him. Information of sales department also assist in
determining policy of company credit to customer/ client. that in accounting
information system there are duplication of function in compared of sale
procedure. The mentioned seen from accounting function which double also as
credit function so that in is internal of control assessed is unfavourable. Besides
in execution of credit to [customer/ client] of comp any still disregard because
reason to take care of potency of customers. require to pay attention the things
because with existence of good system development and repair of company can
assess customer/ client and give credit as according to customer/ client criterion
(Hastoni dan Suhendra, 2007)
4.
Every company has different standard, it depends on the determined of policy.
Utilizes evaluation standard and internal control as general. The mentioned
control based on result the company achieved and it has been managed well,
such as selling bonus and selling percentage each month. That selling system and
procedure conducted has been suitable to practice of good internal control for the
sake of activity smoothness (Oktaviani, S, 2008)
5.
The collectibility of credit is influenced by the internal control of credit selling.
If the internal control of credit selling has been believable and plain, then in
managing its credit, the firm will be made easier because there is no negative
impact from dibitors with stuck claim. When credit can be recovered in due time
without any obstacle, then the collectibility degree will be high. On the contrary,
when the firm does not have believable and plain internal control, it will produce
negative impact on credit management because of stuck claim with the result that
the collectibility degree will decrease. (Ivonie, L, 2009)
|